Patofisiologi
Penyebab stroke kardioembolik dapat dibagi menjadi tiga kelompok dasar: (1)
Oleh : dr.Aris Dharma Putra kelainan dinding jantung dan kelainan ruang , kardiomiopati, hipokinetik dan daerah
ventrikel akinetik setelah infark miokard, aneurisma septum atrium, aneurisma ventrikel,
Pembimbing: dr. Lisda Amalia, Sp.S (K) mioma atrium, papiler fibroblastoma dan tumor lainnya, defek septum dan paten foramen
ovale ; (2) kelainan katup, penyakit jantung rematik dan penyakit katup aorta, katup
Tanggal :
prostetik, endokarditis bakteri, lesi endokard fibrous dan fibrinous, prolaps katup mitral dan
kalsifikasi anulus mitral ; dan (3) Gangguan irama, terutama fibrilasi atrium dan sindrom
STROKE KARDIOEMBOLI
"sick- sinus".3
I. Pendahuluan
Virchow, pada tahun 1856, menggambarkan tiga kondisi terbentuknya trombus di
Stroke adalah penyebab utama kecacatan dan yang paling banyak kedua
pembuluh darah dan jantung: (1) adanya daerah dimana terjadinya stasis dari sirkulasi
penyebab umum kematian di seluruh dunia.1 Stroke kardioemboli menyumbang 14 - 30%
darah, (2) adanya kerusakan permukaan dari endotel, (3) meningkatnya faktor koagulasi
dari semua infark serebral.2 Non valvular atrial fibrilasi (NVAF) terhitung sekitar 50%
darah. Pada daerah yang terjadi stasis, tidak lacarnya aliran darah, mengaktivasi kaskade
kasus ini, diikuti oleh infark miokard, trombus intraventrikular, penyakit katup jantung dan
klasik koagulasi, menyebabkan terbentuknya formasi trombus eritrosit – fibrin. Stasis
berbagai penyebab. Insiden penyakit jantung emboli dalam populasi bisa sekitar 30 kasus
umunya terjadi di daerah atrial. Stasis juga bisa terjadi di ruang ventrikel pada daerah
per 100.000 penduduk per tahun, dan prevalensinya antara 5 dan 10 kasus per 1.000 orang
dengan kontraktilitas miokard yang rendah. Juga bisa terjadi pada infark miokard,
yang berusia 65 tahun atau lebih. Angka kematian di rumah sakit tinggi, dan kelangsungan
aneurisma ventrikular, inflamasi dan kardiomiopati dan ganggguan endokardial lainnya.
hidup 5 tahun hanya satu dari setiap lima pasien.1
Valvular endotel dapat rusak oleh berbagai kondisi. Hilangnya proteksi permukaan
Tingkat kekambuhan dari jenis stroke ini sekitar 12% pada 3 bulan, lebih tinggi
endotelial menyebabkan jaringan dibawahnya terkena sirkulasi dari darah dan mengaktivasi
daripada stroke non-kardioembolik. Tingkat keparahan stroke kardioembolik dan kecacatan
platelet, adhesi dan sekresi dengan demikian mengaktivasi kaskade koagulasi.3
yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan stroke non-kardioembolik. Umur, riwayat
Gambar 1. Patofisiologi Stroke Kardioemboli
stroke atau serangan iskemik transien, hipertensi, diabetes dan gagal jantung memainkan
peran dalam stroke dengan fibrilasi atrium sebagai faktor risiko tambahan untuk emboli di
masa depan. Angka kecacatan stroke bisa mencapai lebih dari 20% per tahun dan oleh
karena itu pencegahan dan perawatan dari kejadian ini sangat penting.2
Pada referat ini akan dibahas mengenai patofisiologi, gambaran klinis, pemeriksaan dan
tatalaksana dari stroke kardioemboli.
Gangguan jantung yang memberikan resiko terjadinya emboli dapat dibagi menjadi 6 grup : Gambar 2. Mekanisme terjadinya stroke Kardioemboli
Arteri karotis
komunis
Atrial fibrilasi di atrium kiri
Embolus
Aorta Trombus
jantung
STAF score ≥ 5 mempunyai sensitivitas 89% dan spesifisitas 88% dalam mendiagnosis
AF.5
3.2 Sick Sinus Syndrome sebelum atau selama 2 minggu pertama dari antimikroba yang sesuai terapi. Emboli bisa
terjadi, terutama dalam kasus infeksi katup prostetik dan infeksi karena agen agresif, seperti
Penting untuk diagnosis adalah adanya disfungsi nodus sinus . Ditandai dengan adanya
Staphylococcus aureus. Transesofageal Ekokardiogram dapat mengkonfirmasi katup
irama jantung yang cepat atau lambat , atau keduanya. kekacauan itu sebagai tanda adanya
vegetasi lebih andal daripada prosedur transthoracic, dan harus menjadi prosedur
aktivitas atrium yang kacau, mengubah kontur gelombang p, dan bradikardia, dengan
diagnostik awal untuk semua pasien dengan kecurigaan klinis sedang hingga tinggi pada
ektopik multipel dan denyut berulang dan mengaktifkan atrial dan nodus menjadi
endocarditis infektif.7
takikardi.24
Dua jenis endokarditis, infektif dan non-infeksi, bisa menyebabkan stroke. Tingkat stroke tahunan pada pasien dengan kongestif gagal jantung kongestif
Endokarditis non infektif dapat berkomplikasi menjadi lupus, dan sindrom antifosfolipid. adalah 2%. Risiko stroke berkorelasi dengan keparahan disfungsi ventrikel kiri. Penyakit
Lesi valvular sering terjadi pada pasien dengan tingginya konsentrasi antibodi koeksistensi memiliki efek kumulatif, dan kombinasi baru-baru ini gagal jantung kongestif
antikardiolipin. Non infektif endokarditis sulit didiagnosis, dan diagnosis membutuhkan dan fibrilasi atrium menempatkan pasien berisiko tinggi untuk stroke kardioembolik.9
transoesophageal ekokardiogram pada sebagian besar kasus. Karena risiko emboli yang
3.6 Penyakit Katup
tinggi, pasien dengan stroke dan endokarditis non-infektif harus menerima heparin diikuti
oleh antikoagulan oral.6 Penyakit katup jantung rematik dan mekanis katup prostetik merupakan faktor
Endokarditis infektif dapat berkomplikasi menjadi stroke 10% dari kasus. risiko yang diakui untuk stroke bahkan tanpa adanya fibrilasi atrium yang
Sebagian besar stroke pada endokarditis infektif terjadi di awal perjalanan penyakit dan
didokumentasikan. Dua kelainan katup rematik yang paling sering disebut adalah stenosis menunjukkan sindrom wallengberg, infark serebelum, sindrom infark basiler, multilevel
mitral dan kalsifikasi stenosis aorta.9 infark, atau infark arteri serebral posterior. Gangguan lapang pandang, neglect dan afasia
juga merupakan gejala yang sering muncul pada stroke kardioemboli jika dibandingkan
3.7 Kardiomiopati
dengan stroke yang non kardioemboli.4
Presentasi klasik gejala stroke kardioemboli termasuk onset terjadinya gejala
Kardiomiopati merupakan kelainan jantung dengan berbagai penyebab yang
menimbulkan disfungsi jantung yang progresif, dibagi 3 tipe : dilatasi, hipertrofi dan yang diprovokasi setelah valsava provoking activity ( seperti batuk) di curigai dari adanya
restriktif. Sekitar 15 % pasien dengan kardiomiopati akan mengalami emboli ke otak. paradoksikal emboli yang difasilitasi oleh meningkatnya secara tiba – tiba tekanan atrial.
Gejala klinis yang lain dapat berupa nyeri kepala, kejang dan onsetnya saat aktivitas. 3
Kardiomiopati tipe dilatasi dan restriktif mempunyai kemungkinan emboli lebih besar
dibanding tipe hipertrofi. Pada tipe dilatasi sering terjadi atrial fibrilasi dan kejadian Data neuroimaging dapat mendukung diagnosis dari stroke kardioemboli.
trombus mural lebih sering daripada tipe yang lain. Mekanisme pembentukan trombus pada Gambaran lesi yang luas, aliran emboli jantung yang memasuki pembuluh darah
intrakranial merupakan kasus terbanyak dan menyebabkan masif, superfisial, lesi tunggal di
kardiomiopati dilatasi adalah karena stasis aliran darah akibat hipokinesis dinding ventrikel
dan tidak memerlukan permukaan yang trombogenik tidak seperti pada mekanisme striatokapsular, atau multiple infark di arteri serebri media. Infark Kardioemboli
predominan di karotis dan distribusi area arteri serebri media.
trombus pada paska akut miokard infark.23
Gambar 3. Area Otak yang terkena Stroke Kardioembolik
III. Gejala Klinis
Presentasi klinis dari suatu pasien dengan emboli otak berhubungan dengan
daerah yang terkena; gejala dan tanda tergantung pada sifat dasar dan ukuran embolus,
lokasi pembuluh darah yang terkena, dan berapa lama embolus berlanjut memblok aliran
darah pada lokasi tersebut.3
Gambaran klinis yang mendukung diagnosis stroke kardioemboli termasuk onset
mendadak hingga maksimal defisit (<5 menit), dengan persentasi sekitar 47-74% kasus dan
penurunan tingkat kesadaran saat onset dalam 19-31% kasus. Pada 4,7-12% kasus, infark
kardioembolik menunjukkan regresi gejala cepat (penyusutan yang spektakuler sindrom
defisit). Pengenalan gejala ini penting untuk mencurigai suatu kardioemboli stroke pada
kasus infark serebri. Peningkatan secara dramatik perbaikan defisit neurologik ini
kemungkinan berhubungan dengan migrasinya emboli diikuti dengan rekanalisasi dari
pembuluh darah yang teroklusi.3
Afasia wernicke atau global afasia tanpa hemiparesis merupakan gejala kedua
terbanyak pada stroke kardioemboli. Pada sirkulasi posterior kardioemboli dapat Dikutip dari : Caplan. 1999
Gambar 4. Area vaskularisasi otak Arteri serebri anterior Kelemahan kontralateral (distal lengan, bahu),
abulia,mutisme, apraksia lengan kiri (
anterior disconection syndrome), afasia
transcortikal, Frontal release sign,
inkontinensia urin
Arteri serebri media
M1 Sindrom kontralateral hemisensori/motor,
global afasia (dengan keterlibatan hemisfer
dominan), neglek visuospasial dengan
keterlibatan hemisfer non dominan,
contralateral gaze paresis, hemianopia
homonim kontralateral, delirium
Dikutip dari : Draga,J. 2015 Arteri serebelar posterior inferior Ipsilateral sindrom horner, vertigo, nistagmus,
ataksia, disfagia, disartri, gaze paresis, letargi,
Tabel 4. Lesi pada area vaskularisasi otak beserta gejala koma
Vaskularisasi Gejala
Area Arteri karotis
Area arteri basilaris
Arteri koroidal anterior Kontralateral hemiparesis, defisit
Arteri serebelar anterior inferior Vertigo, muntah, nistagmus, ipsilateral
hemisensori, hemianopia homonim
anestesi dan kelemahan pada wajah, bagian yang lebih distal, menyebabkan iskemik jaringan dan rusaknya dinding pembuluh
ipsilateral sindrom horner, ketulian ipsilateral, darah dan kapiler karena reperfusi.1
ipsilateral ataksia, kontralateral hipestesi
Pada pasien dengan stroke iskemik akut, risiko terjadinya transormasi perdarahan
terhadap temperatur dan nyeri di anggota
dini sekitar 9%. Sifat kardioembolik dari stroke akut merupakan faktor risiko independen
gerak.
untuk terjadinya hematoma parenkim (PH), jenis transformasi perdarahan terkait dengan
peningkatan mortalitas dan kecacatan .14 Di sebuah penelitian termasuk 300 pasien dengan
Arteri paramedian sirkumferensial Sindrom lakunar, sindrom yang berhubungan
stroke akut kardioembolik, sekitar 7% mengalami transformasi haemorrhagik tipe PH
basilaris denganketerlibatan nervus cranialis
dalam tujuh hari. Pada periode antara 48-72 jam dari onset stroke dan 90 hari, risiko
Vertigo, nistagmus, ipsilateral sindrom
transformasi hemoragik bergejala sekitar 4%. Ukuran lesi yang besar merupakan faktor
Arteri serebelaris superior horner, paresis kontralateral N.IV, ipsilateral
risiko independen untuk perdarahan intraserebral.14 Usia dikaitkan dengan peningkatan
ataksia, ipsilateral tremor/diskinesia,
risiko kedua transformasi hemoragik akut stroke iskemik dan stroke berulang.
hilangnya sensasi suhu dan nyeri kontralateral
pada tubuh Penurunan kesadaran, infark total dari sirkulasi, NIHSS >14, oklusi proksimal
Arteri Serebri posterior Kontralateral hemianopia homonim, cortical arteri serebri media, hipodensitas lebih dari 1/3 teritorial arteri serebri media dan
blindness, afasia disnomik dengan aleksia terlambatnya rekanalisasi > 6 jam setelah onset bersama sama dengan tidak adanya aliran
tanpa agrafia, gangguan memori, disnomi kolateral dapat diprediksi terjadinya transformasi hemoragik pada akut stroke
warna, agitasi, delirium, defisit hemisensori kardioemboli.1
dengan stroke talamik
Dikutip dari : Liberato. 2016 V. Kriteria Diagnosis
IV. Komplikasi Diagnosis stroke kardioemboli dapat diprediksi dengan skala klinik Davis and Hart.
Transformasi hemoragik dari suatu stroke iskemik dan rekanalisasi yang terlalu
cepat dari suatu oklusi pembuluh darah otak, sugestif stroke nya disebabkan oleh jantung. 1 Tabel 5. Kriteria Davis and Hart
Transformasi hemoragik terjadi pada 71 % kasus stroke kardioemboli. Ada dua jenis No Kriteria Nilai
transformasi hemoragik yaitu petechial atau multifokal dimana kadang asimtomatik dan 1 Sumber Utama Jantung :
secondary hematome dimana menunjukkan gejala desak ruang dan deteorisasi. Secondary Atrial Fibrilasi 3
hematome jarang terjadi dan ditemukan 0,8 % kasus. Penjelasan klasik dari terjadinya Sick Sinus Syndrome 3
transformasi hemoragik yaitu adanya blok dari arteri besar oleh trombus, blok ini Stenosis Mitral 4
menyebabkan lokal vasospasm , membaiknya spasme lokal dan pecahnya trombus ke Katup Prostesis 4
Trombosis Ventrikel Kiri 4 VI. Pemeriksaan
Infark Miokard Akut 4 5.1 Foto Thorak
Aneurisma ventrikel kiri tanpa trombus 3
Seringkali sulit untuk mendiagnosis subtipe stroke saat masuk, terutama dalam
2 Kejadian defisit neurologi maksimal dan mendadak 1
kasus irama sinus. Vascular pedicle width (VPW) pada X-ray dada (CXR) dan durasi
(<5 menit) pada pasien aktif
gelombang P maksimal (P-max) pada elektrokardiogram (ECG) sekali lagi direalisasikan
3 Aterosklerosis tidak ada/minimal pada :
sebagai parameter yang berguna yang mencerminkan volume intravaskular dan status
USG 1
konduksi atrium. VPW (≥59.3 mm), P-max di lead II (≥120 ms), level D-dimer (≥1.11
Angiografi karotis 2
µg/ml), dan adanya PAC (premature Artery Contraction) dikatakan berguna sebagai
4 Infark kortikal atau sub cortical luas 1
parameter diagnosis stroke kardioemboli pada pasien dengan sinus rhytm yang masuk
(klinis atau dengan CT scan / MRI kepala)
perawatan.25
5 Infark kortikal sebelumnya di daerah vaskular yang 1
berbeda (klinis atau dengan CT scan / MRI kepala) 5.2 Neuroimaging
Kombinasi dengan tidak tampak aterosklerosis pada
arteriografi Profil neuroimaging pada emboli jantung mengikuti dari pola infark serebral di
6 Infark hemoragik pada CT scan kepala 1 pasien dengan kondisi jantung berisiko tinggi dan tidak ada sebab yang lain selain stroke.
Mayoritas stroke kardioembolik ini melibatkan lesi di wilayah kortikal. Sebaliknya,
7 Tidak ada hipertensi kronis 1
lakunar stroke menurut definisi terbatas pada lokasi subkortikal. Sekitar setengah dari
stroke kardioembolik melibatkan banyak teritori serebral arteri (kedua arteri serebri
Dikutip dari : Palacio dkk.2001
internal atau satu internal arteri serebral serta arteri basilar), yang membedakan emboli
Keterangan : jantung dari emboli arteri ke arteri karena besar aterosklerosis arteri dalam sirkulasi
serebral. Pada fase akut, pencitraan vaskular intracranial sirkulasi, seperti dengan
Kriteria diagnostik :
computed tomographic (CT) atau magnetic angiografi resonansi (MRI), sering
Nilai > 4 : possible menampakkan potongan pembuluh darah yang tidak jelas tanpa penyempitan aterosklerotik
yang signifikan dari distal pembuluh darah. CT scan kepala gambaran yang khas adalah
Nilai > 6 : probable bentuk baji ( wedge shaped) yang hipodens, meluas ke permukaan kortikal, diikuti udem
otak. 10,11
Nilai > 8 : highly likely
5.3 Evaluasi Vaskular dan Jantung mencegah terjadinya stroke iskemik dan emboli sistemik > 7 hari post prosedur
dibandingkan penggunaan warfarin.25
Stroke iskemik tidak dapat dibedakan subtipe nya tanpa evaluasi vaskular untuk
Pedoman Eropa saat ini merekomendasikan oklusi tambahan atrium dengan kelas IIb
menyingkirkan plak arteri besar dan evaluasi jantung untuk mengidentifikasi kondisi
tingkat bukti B pada pasien dengan AF dan kontraindikasi untuk Oral anti Coagulant
jantung yang berisiko tinggi untuk menentukan penyebab stroke.
(OAC) jangka panjang juga pada pasien dengan AF yang menjalani operasi jantung atau
5.3.1 Elektrokardiografi untuk menyingkirkan AF atau akut MI.12 operasi torakoskopik AF.25
Pasien dengan stroke iskemik akut dan Non Valvular Atrial Fibrilasi (NVAF) beresiko
tinggi kekambuhan dini. Terapi antikoagulan memainkan peran utama dalam pencegahan
stroke iskemik berulang. Transformasi haemorrhagik merupakan perhatian utama pada
fase akut stroke yang terkait ke NVAF, waktu optimal untuk memulai terapi antikoagulan
masih menjadi isu yang menjadi kontroversial.13
Pedoman klinis tidak memiliki banyak bukti tetapi mereka membuat rekomendasi. The
American Heart Association /Pedoman Asosiasi Stroke Amerika merekomendasikan: 1)
untuk sebagian besar pasien dengan stroke atau Tansient Iskemik Attack (TIA) dengan AF,
masuk akal untuk memulai antikoagulasi oral dalam 14 hari setelah timbulnya gejala
neurologis (Kelas IIa; Tingkat Bukti B); 2) Di hadapkan dengan risiko tinggi untuk
Transformasi hemoragik (mis. infark besar, transformasi haemoragik pada awalnya
pencitraan, tidak terkendali hipertensi, atau kecenderungan pendarahan ), masuk akal untuk
menunda inisiasi antikoagulan oral melampaui 14 hari (Kelas IIa; Tingkat Bukti B).13
3. Keamanan dan kegunaan dari antikoagulan jangka pendek untuk IIb C-LD Rekomendasi baru
trombus intraluminal ekstrakranial
non-inklusif dalam penanganan stroke iskemik akut belum
diketahui dengan baik.
4. Saat ini, kegunaan argatroban, dabigatran, atau lainnya IIb B-R Rekomendasi diambil dari pedoman stroke
inhibitor trombin untuk pengobatan pasien dengan Stroke iskemik akut iskemik akut tahun 2013
belum diketahui dengan baik. Uji klinis lebih lanjut diperlukan.
5. Keamanan dan kegunaan dari f IIb C-LD Rekomendasi baru
inhibitor faktor Xa dalam pengobatan stroke iskemik akut belum
diketahui dengan baik. Uji klinis lebih lanjut diperlukan.
Pasien dengan atrial fibrilasi dan akut transient ischemic attack atau stroke iskemik
Ekslusi perdarahan intraserebral dari CT/MRI
Tidak ada Oklusi LAA Mulai atau melanjutkan OAC dengan memilih obat
proteksi stroke (IIb) dengan resiko perdarahan intracranial yang rendah
( tidak ada setelah 4-8 minggu (IIb)
bukti)