Anda di halaman 1dari 61

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini mengalami


kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan teknologi itu tidak terlepas dari dukungan
dunia industri manufaktur dimana terdapat industri besar maupun industri kecil
dan menengah.
Industri kecil ataupun bengkel produksi yang sedehana, masih menggunakan
alat atau mesin yang terbatas penggunaannya. Sebagai contoh adalah proses
pengerjaan plat, masih banyak bengkel yang memproduksi plat dengan profil
tekuk secara manual. Industri kecil masih melakukan penekukan plat masih
dengan menggunakan palu dan landasan besi sebagai alas. Hal tersebut akan
banyak menghabiskan waktu dengan hasil yang kurang terjamin kualitas. Plat
yang ditekuk bisa saja sobek/cacat saat pemukulan selain itu kepresisian dan
tampilan benda kerja kurang terjamin.
Perkembangan teknologi pembentukan logam ini ditandai dengan
ditemukannya proses pembentukan dengan menggunakan alat-alat pembentuk
dengan menggunakan penekan sistem hidrolik, juga menggunakan landasan,
punch, swage, dies sebagai alat bantu untuk membentuk profil-profil yang
diinginkan. Metode yang digunakan pada proses pembentukan logam diantaranya
adalah proses bending atau penekukan untuk proses bending, proses ini mampu
menekuk pelat secara lurus dan rapi.

Untuk mengatasi masalah tersebut di atas maka penulis merancang mesin


tekuk plat dengan sistem tenaga hidrolik agar dapat mempercepat proses produksi
dengan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan manual. Walaupun rancangan
ini belum mampu bersaing dengan mesin tekuk skala besar, namun diharapkan
mesin rancangan ini dapat meningkatkan effisiensi waktu dan tenaga untuk
menghemat biaya produksi.

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

1.2 Perumusan Masalah


Rumusan masalah dalam proyek akhir ini adalah bagaimana merancang dan
membuat mesin penekuk plat dengan sistem hidrolik.

1.3 Batasan Masalah


Untuk membatasi ruang lingkup tugas akhir ini, maka diberikan batasan
sebagai berikut :
1. Dimensi lebar maksimal plat yang akan ditekuk adalah 960 mm dengan
ketebalan plat maksimal 2 mm.
2. Proses pengerjaan plat membentuk sudut yang meksimal 90 derajat.

1.4 Tujuan Proyek Akhir


Tujuan proyek akhir ini adalah merancang dan membuat mesin bending
dengan sistem tenaga hidrolik.

1.5 Manfaat Proyek Akhir


1. Memperoleh pengetahuan dan pemahaman mengenai perancangan mesin
bending dengan sistem hidrolik.
2. Melatih ketermpilan dalam proses produksi dan membuat desain mesin
bending dengan sistem hidrolik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Teori Penekukan (Bending)


Penekukan (Bending) adalah salah satu proses pembentukan dengan menekuk
benda kerja hingga mengalami perubahan bentuk (deformasi) yang menimbulkan
peregangan logam pada sekitar daerah garis lurus (dalam hal ini sumbu netral).
Proses ini tidak hanya berfungsi untuk membentuk logam tetapi juga berguna
untuk meningkatkan sifat kekakuan dari suatu benda yang telah mengalami proses
bending dengan cara menambah momen inersia benda. Sebagaimana diketahui
bahwa lembaran plat dengan bentuk gelombang mempunyai kekakuan yang lebih
tinggi dari pada lembaran plat yang rata.

Gambar 2.1 Proses Bending


Sumber : Schmid (2008)
2.1.1 Bend allowance
Jari-jari tekuk pada umumnya diukur dari sumbu tekuk (bend axis) ke
permukaan tekukan bagian dalam (bukan ke permukaan sumbu netral). Tekukan
dibuat pada benda kerja yang memiliki lebar w. Bila jari-jari tekuk relatif kecil
terhadap ketebalan benda kerja, maka logam cenderung akan mengalami regangan
selama proses pembengkokkan. Agar diperoleh dimensi akhir sesuai dengan yang
diinginkan, maka perlu menghitung panjang awal bagian lembaran yang akan
mengalami peregangan (panjang pada sumbu netral sebelum dibengkokkan).
Panjang bagian lembaran tersebut disebut bend allowance. Bend allowance dapat
commit
diperkirakan dengan rumus sebagai to :user
berikut

3
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

…………..……………………………………….…. 2.1

BA = bend allowance,(mm);

A = Sudut Tekuk (bend angle), derajat

R = Jari-jari tekuk (bend radius),(mm)

t = ketebalan benda kerja, (mm)

Kba = faktor untuk memperkirakan regangan (bila R/t < 2, Kba = 0,33; dan bila R/t > 2,

Kba= 0,50).

Gambar 2.2 Bend Allowance

Sumber : Diegel ( 2002 )

2.1.2 Springback

Bila tekanan tekuk dihentikan pada akhir operasi pembengkokkan, maka


energi elastik masih tersisa pada tekukan sehingga sebagian tekukan akan kembali
ke bentuknya semula. Peristiwa tersebut disebut melenting kembali (springback),
yang didefinisikan sebagai pertambahan sudut pada logam lembaran yang ditekuk
(pertambahan sudut A’ ) relatif terhadap sudut perkakas pembentuk setelah
perkakas tersebut dilepaskan. Energi elastik disamping menyebabkan
pertambahan sudut A’ juga menyebabkan pertambahan jari-jari tekuk R, seperti
ditunjukkan pada gambar 2.3. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.3 Springback

Sumber : Teori pembentukan bahan

SB = ……………………...……………...………………………… 2.2

Dimana : SB = Springback

A = Sudut Plat ( derajat)

Ab = Sudut Pada Indicator (derajat)

Dalam proses bending sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.1 akan terjadi
perubahan pada material yang dipengaruhi beberapa hal antara lain :
1. Terjadi tegangan tarik pada sisi luar dari benda kerja dan tegangan tekan pada
sisi dalamnya yang dipisahkan oleh sumbu netral yang diasumsikan berada
ditengah-tengah ketebalan plat. Jika tegangan tarik tersebut terlalu besar dapat
menyebabkan retak, dan sebaliknya jika terlalu kecil akan menyebabkan
kerutan pada bagian dalam benda kerja.
2. Jari-jari bending juga berpengaruh dalam proses bending dimana jika jari-jari
terlalu kecil akan dapat menimbulkan regangan tarik yang cukup besar pada
sisi luar yang akhirnya retak sedangkan pada bagian dalam akan terjadi
kerutan akibat regangan kompresi.
Secara mekanika proses penekukan ini terdiri dari dua komponen gaya yakni:
tarik dan tekan (lihat gambar 2.1). Pada gambar memperlihatkan plat yang
mengalami proses pembengkokan ini terjadi peregangan, netral, dan pengkerutan.
Daerah peregangan terlihat padacommit
sisi luar pembengkokan, dimana daerah ini
to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

terjadi deformasi plastis atau perubahan bentuk. Peregangan ini menyebabkan plat
mengalami pertambahan panjang. Daerah netral merupakan daerah yang tidak
mengalami perubahan panjang. Daerah sisi bagian dalam pembengkokan
merupakan daerah yang mengalami penekanan, dimana daerah ini mengalami
pengkerutan dan penambahan ketebalan. Hal ini disebabkan karena daerah ini
mengalami perubahan panjang yakni perpendekan atau menjadi pendek akibat
gaya tekan yang dialami oleh plat. Proses ini dilakukan dengan menjepit plat
diantara landasan dan sepatu penjepit selanjutnya bila penekuk diputar ke arah
atas menekan bagian plat yang akan mengalami penekukan.

Gambar 2.4 Proses Bending


Pada Gambar 2.4 posisi tuas penekuk diangkat ke atas sampai membentuk
sudut melebihi sudut pembentukan yang dinginkan. Besarnya kelebihan sudut
pembengkokan ini dapat dihitung berdasarkan tebal plat, kekerasan bahan plat dan
panjang bidang membengkokkan / penekukan.
2 .2 Jenis – jenis Proses Bending
Adapun variasi operasi bending jika ditinjau dari macam-macam cara dalam
membuat produk-produk tersebut antara lain :
2.2.1 Flanging
Merupakan proses bending yang dilakukan pada ujung plat menjadi bentuk
lengkungan atau berupa tekukan. Dalam proses ini, kondisi permukaan memegang
peranan penting dimana dengan adanya tarikan (stretching) dapat menimbulkan
tegangan tarik yang besar dan bisa menyebabkan retak pada bentukan flanging.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.5 Proses Flanging


Sumber : Schmid, 2008
2.2.2 Hemming (Flattening)
Dalam proses ini ujung plat ditekuk dengan sudut 180o hingga menyentuh
permukaannya sendiri. Cara ini biasanya dipakai untuk menghilangkan ujung plat
yang tajam akibat pemotongan sebelumnya.

Gambar 2.6 Hemming


Sumber : Schmid, 2008
2.2.3 Bending
Pada proses ini ujung dari plat dibending secara paksa dengan memasukan
material kedalam lekukan die oleh gaya luar. Beading dapat menambah kekakuan
dan kekuatan serta dapat menghilangkan ketajaman ujung plat yang mengalami
proses pemotongan.

Gambar 2.7 Proses Beading


commit to user
Sumber : Schmid (2008)
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

2.2.4 V-bending dan Wiping Bending


Merupakan proses pembendingan yang dilakukan antara dua permukaan
berbentuk V baik pada punch maupun die-nya pada metode V-bending sedangkan
pada wiping bending, benda kerja dijepit kemudian dilakukan pembendingan pada
ujungnya.

Gambar 2.8 Proses V-Bending dan Wiping Bending


Sumber : Schmid (2008)

2.3 Pengertian Hidrolik


Sistem hidrolik adalah sistem penerusan daya dengan menggunakan fluida
cair. Prinsip dasar dari sistem hidrolik adalah memanfaatkan sifat bahwa zat cair
tidak mempunyai bentuk yang tetap atau menyesuaikan bentuk yang
ditempatinya. Zat cair bersifat tidak dapat dimampatkan (incompresibel).

Sistem hidrolik diaplikasikan untuk memperoleh gaya yang lebih besar dari
gaya awal yang dikeluarkan. Oli hidrolik dinaikkan tekanannya oleh pompa yang
kemudian diteruskan ke silinder kerja melalui pipa-pipa saluran dan katup-katup.
Gerakan translasi batang piston dari silinder kerja yang diakibatkan oleh tekanan
fluida pada ruang silinder dimanfaatkan untuk gerak maju dan mundur maupun
naik dan turun sesuai dengan pemasangan silinder yaitu arah horizontal maupun
vertikal.
Hukum Pascal menyatakan : “Tekanan yang bekerja pada suatu zat cair pada
ruangan tertutup, akan diteruskan ke segala arah dan menekan dengan gaya yang
commit
sama pada luas area yang sama” to user
(hukum pascal,1650). Artinya, gaya yang
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

bekerja di setiap bagian dari sistem hidrolik akan meneruskan tekanan yang sama
ke segala arah di dalam sistem. Jika sebuah gaya F bekerja pada fluida tertutup
melalui suatu permukaan A, maka akan terjadi tekanan pada fluida. Tekanan akan
sebanding dengan gaya yang bekerja tegak lurus atas permukaan dan luas.

P= …………………………………………………………........... 2.3

Dimana : P = Tekanan (N/mm2 atua Pa)


F = Gaya ( Newton)
A = Luas penampang ( mm2)

Gambar 2.9 Prinsip dasar sistem hidrolik

Sumber : Teknik alat berat jilid 1


=

F2 = …………………………………………………………………. 2.4

Keuntunga dan Kerugian Sistem Hidrolik

Sistem hidrolik memiliki beberapa keuntungan, antara lain :

1. Fleksibilitas
Sistem hidrolik berbeda dengan metode pemindahan tenaga mekanis dimana
daya ditransmisikan dari engine dengan shafts, gears, belts, chains, atau cable
(elektrik). Pada sistem hidrolik, daya dapat ditransfer ke segala tempat dengan
mudah melalui pipa/selang minyak.
2. Melipat gandakan gaya
Pada sistem hidrolik gaya yang kecil dapat digunakan untuk menggerakkan
commit to user
beban yang besar dengan cara memperbesar ukuran diameter silinder.
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

3. Sederhana
Sistem hidrolik memperkecil bagian-bagian yang bergerak dan keausan dengan
pelumasan sendiri.
4. Hemat
Karena penyederhanaan dan penghematan tempat yang diperlukan sistem
hidrolik, dapat mengurangi biaya pembuatan sistem.
5. Relatif aman
Dibanding sistem yang lain, kelebihan beban (over load) mudah dikontrol
dengan menggunakan relief valve.
Sistem hidrolik memiliki beberapa kekurangan:
1. Gerakan relatif lambat.
2. Peka terhadap kebocoran.
3. Komponen mahal.

2.4 Oli Hidrolik


1. Transmitting power (Meneruskan Tenaga)
Karena hydraulic fluid tidak dapat dikompresi, saat hidrolik sistem terisi
dengan fluida, saat itu juga meneruskan power dari satu area ke area yang lain.
Akan tetapi bukan berarti semua fluida mempunyai efisiensi yang sama dalam
meneruskan power, sebab masing-masing fluida mempunyai sifat khusus
sendiri-sendiri. Pemilihan hydraulic fluid yang benar tergantung dari
pemakaian dan kondisi operasi.
2. Lubricating (Melumasi)
Oli hidrolik harus bisa melumasi komponen-komponen yang bergerak dalam
sebuah hidrolik sistem. Komponen-komponen yang berputar atau meluncur
harus bisa berfungsi dengan baik tanpa harus bersentuhan dengan komponen
yang lain. Oli hidrolik harus bisa mempertahankan oil film di antara dua
permukaan untuk mencegah gesekan, panas dan keausan.
3. Sealing (Menutupi)
Banyak komponen-komponen hidrolik didesain dengan menggunakan oli
hidrolik dari pada mekanikal seal dalam komponen. Viskositas (kekentalan)
dari oil akan membantu menentukan kemampuannya untuk melapisi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

4. Cooling
Hidrolik sistem menghasilkan panas bila sedang mengubah mekanikal energi
ke hidrolik energi atau sebaliknya.

2.5 Komponen Sistem Hidrolik


2.5.1 Unit Tenaga (Power Pack)
Unit tenaga atau power pack berfungsi sebagai pembangkit aliran yaitu
mengalirkan cairan fluida ke seluruh komponen sistem hidrolik untuk meneruskan
tenaga yang diberikan oleh penggerak mula. Penggerak mula (Primemover) yang
berupa motor listrik atau motor bakar. Penggerak mula menghasilkan tenaga
mekanik berupa putaran poros, yaitu dari hasil pengubahan tenaga listrik atau
tenaga panas menjadi tenaga mekanik. Kerja dari motor itu dengan cara memutar
poros pompa yang dihubungkan dengan Poros input motor.
2.5.2 Pompa Hidrolik
Pompa hidrolik berfungsi mengalirkan cairan hidrolik ke seluruh sistem.
Poros pompa hidrolik disambung (dikopel) dengan poros penggerak mula,
sehingga begitu penggerak mula berputar maka pompa hidrolik ikut berputar.
Putaran pompa ini akan menyebabkan vakum sehingga menhasilkan flow dari
tangki hidrolik ke sistem.
Jenis jenis pompa hidrolik :
a. Pompa Roda Gigi Luar ( exsternal gear pump)
Pompa ini mempunyai konstruksi yang sederhana, dan pengoperasiannya juga
mudah. Karena kelebihan-kelebihan itu serta daya tahan yang tinggi terhadap
debu, pompa ini dipakai dibanyak peralatan kontruksi dan mesin perkakas.

Gambar 2.10 External Gear Pump


commit to user
Sumber : Dasar hydraulic
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

b. Pompa Roda Gigi Internal (internal gear pump)


Pompa ini mempunyai keunggulan internal leakage kecil dan tidak
mengeluarkan suara yang berisik. Internal gear pump dipakai di mesin
injection moulding dan mesin perkakas.

Gambar 2.11 Internal Gear Pump


Sumber : Dasar hydraulic

c. Vane Pump
Pompa ini terdiri dari beberapa sirip yang dapat fleksibel bergerak didalam
rumah pompa. Bila volume dalam ruang pompa membesar maka akan
mengalami penurunan tekanan, oli hidrolik akan tehiasap masuk kemudian
diteruskan keruang kompresi. Oli yang bertekanan akan dialirkan kedalam
sistem hidrolik.

Gambar 2.12 Vane Pump


Sumber : Dasar hydraulic
d. Tipe Plat Pengatur (Swash Plate Type)
Dalam tipe ini letak piston dan silinder blok sejajar dengan poros, dan plat
pengatur yang bisa miring memegang leher piston untuk mengubah stroke atas
commit to user
dan bawah atau kanan dan kiri didalam rotasi silinder blok. Pengeluaran
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

minyak dapat disetel dengan bebas dengan mengubah sudut, dan saluran hisap
dan keluar dapat dibalik dengan memiringkan plat pengatur ke arah
berlawanan.

Gambar 2.13 Swash Plate Pump


Sumber : Dasar hydraulic
Simbol ISO untuk pompa hidrolik :

Gambar 2.14 Simbol Pompa Hidrolik


Untuk mengetahui debit oli pada pompa dapat menggunakan persamaan sebagia
berikut :

Q = ……………………..………………………………...……………………2.5

Dimana : Q = Debit Pompa (liter/menit)


V = Volume (m3)
t = Waktu (sekon)
2.5.3 Tangki Hidrolik
Tangki hidrolik (hydraulic oil tank) adalah untuk menyimpan oli. Akan
tetapi tangki oli juga mempunyai beberapa fungsi lain. Tangki oli harus bisa
menyerap panas dan memisahkan udara dari oli. Tangki oli harus cukup kuat,
punya kapasitas yang cukup dan bisa memisahkan kotoran-kotoran.
Jenis jenis tangki hidrolik:
Ada dua macam tangki hidrolik yaitu Pressurized dan Vented (Non-Pressurized)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

a. Pressurized Tank
Pressurized Tank adalah tangkai yang tertutup sama sekali. Tekanan udara
luar tidak akan mempengaruhi tekanan yang ada di dalam tangki.
Sebagaimana oli mengalir melalui sebuah sistem, oli akan menyerap panas
dan mengembang. Oli yang mengembang ini akan menekan udara yang ada di
dalam tangki. Udara yang tertekan ini akan mendorong oli keluar dari tangki
dan menuju ke sistem. Vaccum relief valve mempunyai dua fungsi. Mencegah
kevakuman dan juga untuk membatasi maksimum pressure di dalam tangki.
Vaccum relief valve akan mencegah kevakuman dengan cara membuka dan
membiarkan udara masuk ke dalam tangki bilamana tank pressure drop. Pada
saat tekanan di dalam tangki mencapai vaccum relief valve pressure setting,
maka valve akan membuka dan mengeluarkan udara yang terjebak ke luar.

Gambar 2.15 Pressurized Tank


Sumber : Dasar hydraulic
b. Vented Tank.

Gambar 2.16 Vened Tank


commit
Sumber to user
: Dasar hydraulic
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.16 menunjukkan Vented tank atau Non-Pressurized tank. Tangki ini
berbeda dengan pressurized tank, dimana pada vented tank mempunyai breather
(lubang pernapasan). Breather memungkinkan udara keluar masuk dengan bebas
Simbol ISO untuk tangki hidrolik :

Gambar 2.17 Simbol Tangki Hidrolik


2.5.4 Katup (Valve)
Dalam sistem hidrolik, katup berfungsi sebagai pengatur tekanan dan aliran
fluida yang sampai ke silinder kerja. Menurut pemakainnya, katup hidrolik dibagi
menjadi tiga macam, antara lain :
a. Katup Pengatur Tekanan (Relief Valve)
Katup pengatur tekanan digunakan untuk melindungi pompa-pompa dan
katup-katup pengontrol dari kelebihan tekanan dan untuk mempertahankan
tekanan tetap dalam sirkuit hidrolik. Cara kerja katup ini adalah berdasarkan
kesetimbangan antara gaya pegas dengan gaya tekan fluida. Dalam kerjanya
katup ini akan membuka apabila tekanan fluida dalam suatu ruang lebih besar
dari tekanan katupnya, dan katup akan menutup kembali setelah tekanan
fluida turun sampai lebih kecil dari tekanan pegas katup.

Gambar 2.18 Penampang Katup Pengatur Tekanan


Sumber : Dasar hydraulic
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

Simbol ISO untuk relief valve:

Gambar 2.19 Simbol Katup Pengatur Tekanan ( Relief Valve)


b. Katup Pengatur Jumlah Aliran (Flow Control Valve)
Katup pengontrol jumlah aliran adalah sebuah katup yang berfungsi untuk
mengatur kapasitas aliran fluida dari pompa ke silinder, jumlah untuk
mengatur kecepatan aliran fluida dan kecepatan gerak piston dari silinder.

Gambar 2.20 Katup Pengatur Jumlah Aliran (Flow Control Valve)


Sumber : Festo fluidsim H

Simbol ISO katup pengatur jumlah aliran

Gambar 2.21 Simbol Flow Control Valve


c. Katup Pengatur Arah Aliran (Directional control valve)
Katup pengontrol arah adalah sebuah saklar yang diracang untuk
menghidupkan, mengontrol arah, mempercepat dan memperlambat suatu
gerakan dari silinder kerja hidrolik. Fungsi dari katup ini adalah untuk
mengarahkan dan menyuplai fluida tersebut ke tangki reservoir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.22 Directional Control Valve Solenoid Type dan Manual Type

Sumber : Continental Hydraulics

Cara kerja Directional Control Valve :

 Open Center Directional Control Valve in hold Position


Pada posisi hold oli hidrolik mengalir menuju valve body, di sekitar valve
spool dan kemudian kembali ke tangki. Oli hidrolik juga mengalir menuju
load check valve. Saluran di belakang load check diisi dengan blocked oil.
Blocked oil dan load check valve spring menjaga load check valve tetap
tertutup. Valve spool juga mem-blocked oil yang berada di saluran untuk
mengalir menuju ke rod end dan head end dari silinder

Gambar 2.23 Directional Control Valve HOLD Position (posisi netral)


Sumber : Dasar hydraulic

 Open Center Directional Control Valve sesaat sebelum raise Position


Gambar 2.24 memperlihatkan valve spool pada posisi sesaat sebelum ke posisi
RAISE. valve spool mem-blocked oli ke tangki dan pump oil flow mengalir ke
commit
load check valve. Valve spool to user
menghubungkan antara oli yang berada di
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

silinder head end di belakang load check valve dan silinder rod bersama-sama
menuju ke tangki. Load check valve mencegah oli yang berada di silinder
head end mengalir ke pump oil passage. Pump oil flow yang di blocked
menyebabkan pump oil pressure naik.

Gambar 2.24 Directional Control Valve sesaat sebelum raise Position


Sumber : Dasar hydraulic
 Directional Control Valve sesaat sebelum raise Position
Gambar 2.25 kenaikan tekanan pada pompa oli melebihi tekanan di belakang
load check valve (load check valve membuka). Oli mengalir melewati load
check valve dan valve spool menuju ke silinder head end. Oli di dalam silinder
rod end mengalir melewati valve spool menuju ke tangki.

To Cylinder From From Cylinder


Head End Pump Rod End

Gambar 2.25 Directional Control Valve, raise Position

commit
Sumber to user
: Dasar hydraulic
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

Simbol ISO Directional Control Valve

Close center

Tandem Center

Open Center

Gambar 2.26 Simbol Directional Control Valve

2.5.5 Aktuator
Unit penggerak hidrolik berfungsi untuk mengubah tenaga fluida (tenaga
yang ditransfer oleh fluida) menjadi tenaga mekanik berupa gerakan lurus
(translasi) atau gerakan putar (rotasi).

Gambar 2.27 Aktuator Silinder Hidrolik


Sumber : Taiwan – supplier.org
Symbol ISO silinder hidrolik double acting

Gambar 2.28 Simbol Silinder Hidrolik Double Acting


Untuk mengetahui luas penampang piston pada silinder hidrolik dapat
diketahui dengan cara sebagai berikut :

A= D2, tanpa piston rod…………………..……..……………………….…. 2.6


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

A= (D2- d2), dengan piston rod……………………………………….…….. 2.7

Dimana : A = Luas penampang(mm2)


D = Diameter piston (mm)
d = Diameter piston rod (mm)
Untuk mengetahui kecepatan piston dapat diketahui dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :

v= …………………………..……………..………………………...…….... 2.8

waktu yang diperlukan piston didalam silinder kerja hidrolik untuk satu
langkah kerja :

t= …………………………………………………………….………... 2.9

Dimana : s = Panjang Langkah (stroke)

t = Waktu

Q = Debit

v = Kecepatan Piston

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

PERENCANAAN DAN GAMBAR

3.1 Perencanaan Mesin Bending Hidrolik


Proses pembuatan mesin bending hidrolik ini dilakukan mulai dari proses
perancangan. Mesin bending hidrolik ini dirancang untuk menekuk plat yang
lebih tebal dengan menggunakan sistem hidrolik. Penyesuaian bentuk dari desain
mekanismenya merupakan pengembangan dari desain yang telah dibuat
sebelumnya.

Gambar 3.1 Mesin Bending Hidrolik


commit to user

21
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

3.2 Flow Chart

Mulai

Pengamatan dan pengumpulan data

Desain mesin bending hidrolik

Tidak

Safety

Ya

Pembuatan rangka alat

Perakitan komponen - komponen alat

Uji coba alat

Tidak
Berhasil Perbaikan

Ya

Selesai

Gambar 3.2 Diagram Alir Perencanaan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

3.3 Perencanaan Sistem Hidrolik


3.3.1 Sistem Aliran Hidrolik
Perencanaan sirkuit hidrolik untuk menggerakkan bending plate dan penjepit plat
sesuai dengan desain yang telah dibuat sehingga dapat membentuk/menekuk plat
sesuai sudut yang ditentukan operator alat/mesin. Sirkuit hidrolik adalah untuk
mengatur aliran fluida sesuai sinyal yang perintahkan dan tenaga hidrolik akan
diubah menjadi tenaga mekanik melalui aktuator. Setelah oli hidrolik dipompa
pada tekanan tertentu, kemudian disalurkan ke katup kontrol arah yang bertugas
mengatur kemana cairan hidrolik itu dialirkan. Urutan aliran dimulai dari
pembangkit berupa motor listrik yang menggerakkan pompa oli, pompa oli
meningkatkan tekanan oli yang ditampung pada reservoir. Melalui katup kontrol
hidrolik, oli bertekanan dialirkan ke aktuator berupa elemen kerja. silinder yang
akan mengubah energi hidrolik itu menjadi energi gerak/mekanis.

commit to user
Gambar 3.3 Sirkuit Hidrolik
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

3.3.2 Sistem Kontrol Elektrik


Sistem kontrol elektrik untuk memberikan sinyal pada solenoid directional
control valve untuk mengatur aliran fluida kemasing – masing aktuator. Operator
menekan tombol pushbutton untuk mengatur gerak aktuartor instroke atau
outstroke pada aktuator bending maupun clamping.

Gambar 3.4 Sirkuit Elektrik

Keterangan gambar :

K = Relai

Y = Solenoid

B = Pushbutton Switch Bending

C = Pushbutton Switcth Clamping

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

3.4 Analisis Kerja Sistem Hidrolik

Gambar 3.5 Sirkuit Stand By


Pada gambar 3.5 diagram sistem hidrolik dan sirkuit elektrik yang stand by yaitu
commit to user
power pack telah dihubungkan dihubungkan ke sumber daya yang diikuti dengan
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

lampu indicator menyala pada tiap – tiap tombol kontrol (pushbutton) pada panel
power pack. kemudia Dittent Switch On, motor listrik menggerakan pompa
hidrolik. Pompa hidrolik mensirkulasikan oli hidrolik ke sistem hidrolik. Oli
disirkulasikan melalui flow control valve kemudian oli tekanannya diatur oleh
pressure relief valve sesuai tekanan kerja. Oli disirkulasikan ke directional
control valve kemudian oli kembali ke tangki hidrolik. Dikarenakan solenoid pada
directional control valve tidak mendapat sinyal sehingga spool tidak tergeser.

Gambar 3.6 Pushbutton C1 ON (Clamping)


Pushbutton C1 on akan mengaktifkan relay K3 kemudian solenoid akan
mendorong spool pada directional control valve sehingga oli akan disirkulasikan
ke aktuator. Aktuator/silinder hidrolik yank terisi oli akan bergerak maju
(outstroke) mendorong pressure plate maka plat akan terjepit.

Gambar 3.7 Pushbuttton B1 ON (Bending)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

Pushbutton B1 on akan mengaktifkan relay K1 kemudian solenoid (Y1) aktif dan


armatur akan mendorong spool pada directional control valve sehingga oli akan
disirkulasikan ke aktuator. Aktuator/silinder hidrolik yang terisi oli akan bergerak
maju (outstroke) menggerakan bending plate. Bending plate akan membending
plat/benda kerja sesuai derajat penekuan yang diinginkan operator.

Gambar 3.8 Pushbuttton B2 ON (Bending)


Pushbutton B2 untuk membebaskan plat spesimen dari proses bending jika sudut
bending telah tercapi (maksimal 900). Pushbutton B2 mengaktifkan relay K2
maka solenoid (Y2) pada directional control valve akan mendapat sinyal sehingga
armature akan mendorong spool. Maka oli akan mengalir ke aktuator dan akan
mendorong poston mundur (instroke)

Gambar 3.9 Pushbutton C2 ON (Clamping Release)


Pushbutton C2 ON mengaktifkan relay K4 dan Y4 akan aktif,armature akan
mendorong spool. Maka oli hidrolik akan mendorong piston (instroke) untuk
mengangkat pressure plate sehingga plat/benda kerja dapat diambil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

3.5 Perhitungan Komponen Hidrolik


1. Perhitungan debit pompa (Q)
Volume (V) = l liter = 0,001 m3
Waktu (t) = 4,68 sekon
Diameter piston (D) = 5,94 cm
Diameter piston rod (d) = 2,545 cm
Langkah sroke piston (s) = 6 cm
Panjang lengan = 5 cm
- Perhitungan debit pompa (Q)

Q =

= 0,000214 m3/s
= 12,84 l / menit
= 0,231,334 l/detik
Dari perhitungan pompa dapat memindahkan fluida/oli hidrolik 12,8
liter/menit dengan putaran motor 1400 rpm.
2. Perhitungan luas penampang piston tanpa rod:

A1 = D2

= 5,942

= 27,71 cm2
3. Perhitungan luas penampang piston dengan piston rod :
A2 = (D2 – d2)

= (5,942 – 2,542)
= 22,62 cm2
4. Kecepatan piston (v)
Pada langkah maju (Outstroke) :

v1 =
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

= 0,0772 m/s

Pada langkah mundur (Instroke) :

v2 =

= 0,095 m/s
5. Waktu yang diperlukan piston untuk silinder hidrolik bending (t). Dimana
panjang langkah piston 60 mm = 6 cm. Maka,
Pada langkah maju (Outstroke) :

t=

= = 4,66 detik

Pada langkah mundur (Instroke) :

t=

= = 3,81 detik

6. Waktu yang diperlukan piston untuk silinder hidrolik clamping (t). Dimana
panjang langkah piston (stroke) 25 mm = 2,5 cm. Maka,
Pada langkah maju (Outstroke) :

t=

= = 1,94 detik

Pada langkah mundur (Instroke) :

t=
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

= = 1,6 detik

7. Perhitungan gaya (F) pada silinder hidrolik.


Gaya silinder hidrolik bending pada plat 0,5 mm
Tekanan pressure gauge (outstroke) = 20 kg/cm2 = 1,962 N/mm2
- Gaya pada langkah bending (outstroke) :

F = P x A1
= 1,962 N/mm2 x 2771 mm2
= 5436,702 N
Gaya silinder hidrolik bending pada plat 1 mm
Tekanan pressure gauge (outstroke) = 25 kg/cm2 = 2,4525 N/mm2
- Gaya pada langkah bending (outstroke) :

F = P x A1
= 2,4525 N/mm2 x 2771 mm2
= 6795,877 N
Gaya silinder hidrolik bending pada plat 1,5 mm
Tekanan pressure gauge (outstroke) = 30 kg/cm2 = 2,943 N/mm2
- Gaya pada langkah bending (outstroke) :

F = P x A1
= 2,943 N/mm2 x 2771 mm2
= 8155,053 N
Gaya silinder hidrolik bending pada plat 2 mm
Tekanan pressure gauge (outstroke) = 35 kg/cm2 = 3,4335 N/mm2
- Gaya pada langkah bending (outstroke) :

F = P x A1
= 3,4335 N/mm2 x 2771 mm2
= 9514,228 N
Tekanan maksimal pada relief valve dipilih/disetting 70 kg/cm2 untuk
memberi toleransi tekanan saat material plat diganti. Sehingga mesin bending
tidak perlu melakukan setting kembali tekanan relief valve pada saat proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

bending dengan material plat yang berbeda dan dapat menghemat waktu proses
produksi.

Tekanan untuk material plat stainless steel dengan tegangan luluh (σy) 290
N/mm2, maka :

σy =
h

290 = x

M = 183666,67 N.mm

Gaya pembengkokan (F)

M = F.x , = F =

= 122244,44 N

= 1248,16 kg

Tekanan yang dihasilkan (P) :

P=

= 45,04 kg/cm2

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

4.1 Pembuatan Mesin


Proses pembuatan mesin bending hidrolik ini dimulai pada tanggal 7 april
2014 sampai dengan 14 juni 2014. Tempat pembuatan mesin bending hidrolik
dilakukan di Laboratorium Proses Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
4.1.1 Pembuatan Rangka Mesin
Rangka utama dibuat dari besi profil U ukuran 140 x 60 x 6 mm untuk rangka
vertical (tiang), besi profil U ukuran 120 x 55 x 5 mm untuk rangka horizontal,
besi profil U ukuran 100 x 50 x 5 mm untuk rangka penekan, besi plat ukuran 150
x 110 x 10 mm untuk dudukan hidrolik. Langkah pembuatannya adalah sebagai
berikut :
a. Memotong material rangka (Profil U dan plat) sesuai dengan ukuran
1. Profil U (140 x 60 x 6) mm panjang 1060 mm = 106 cm x 2 part
2. Profil U (120 x 55 x 5) mm panjang 1120 mm = 112 cm x 2 part
3. Profil U (100 x 50 x 5) mm panjang 1000 mm = 100 cm x 8 part
4. Profil U (100 x 50 x 5) mm panjang 250 mm = 25 cm x 4 part
5. Profil U (100 x 50 x 5) mm panjang 200 mm = 20 cm x 4 part
6. Plat P x l x t = 140 x 108 x 15 mm jumlah 4 untuk dudukan silinder
hidrolik clamping
7. Plat P x l x t = 150 x 110 x 10 mm jumlah 2 untuk dudukan silinder
hidrolik bending.
8. Plat P x l x t = 960 x 200 x 20 mm jumlah 1 untuk bed.
9. Plat P x l x t = 960 x 60 x 20 mm jumlah 1 untuk bending plate.
b. Mengebor material rangka sesuai ukuran yang telah ditentukan (lampiran).
c. Merakit/ assemble material rangka dengan metode sambungan las dan baut
(gambar 4.1).

commit to user

32
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

4.1.2 Pembuatan Poros Penghubung


a. Langkah pengerjaan
- Memotong besi poros pejal dengan diameter 32 mm, sepanjang 110 mm,
sebanyak 2 buah.
- Memasang benda kerja pada chuck mesin bubut. Benda kerja yang
dicekam sepanjang 50 mm.
- Memasang pahat HSS pada tool post, harus sejajar dengan sumbu poros
(center).
- Mengatur kecepatan putar spindel pada mesin sebesar 460 rpm untuk
roughing dan 755 untuk finishing. Dari table wasterman pemakanan 0,4
cutting speed (v) 45 mm/putaran dan pemakanan 0,2 nilai (v) 60
mm/putaran.

- n= = = 447,85 rpm 460 rpm (untuk roughing)

- n= = = 628,56 rpm 755 rpm (untuk finishing)

- Menghidupkan mesin.
- Membubut rata muka pada benda kerja sepanjang 2 mm.

Gambar 4.1 Pembubutan muka (facing)


- Membubut rata memanjang pada benda kerja sepanjang 57 mm, dengan
kedalaman pemakanan 0,4 mm sebanyak 2 kali pemakanan untuk
roughing,dan 0,2 mm sebanyak 1 kali untuk finishing.
- Membalik benda kerja, kemudian mencekam kembali benda kerja yang
commit
sudah dibubut tadi sepanjang to user
53 mm.
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

- Melepas benda kerja dari cekam mesin bubut, kemudian memasang benda
kerja pada cekam dividing head (kepala pembagi) yang sudah terpasang
pada mesin frais sepanjang 50 mm.
4.1.3 Pembuatan Sock Hidrolik
a. Langkah pengerjaan
- Memotong besi persegi pejal dengan lebar 38 mm, sepanjang 80 mm,
sebanyak 2 buah.
- Memasang benda kerja pada chuck mesin bubut. Benda kerja yang
dicekam sepanjang 50 mm.
- Memasang pahat HSS pada tool post dan sejajar dengan sumbu poros
(center).
- Mengatur kecepatan putar spindel pada mesin sebesar 460 rpm untuk
roughing dan 460 rpm untuk finishing. Nilai feed (s) dengan pahat HSS
sesuai pada tabel westerman untuk kedalaman pemakanan 0,1 mm adalah
60 mm/ putaran.

- n= = = 502,85 rpm 460 rpm (finishing)

- Menghidupkan mesin.
- Membubut rata muka pada benda kerja sepanjang 2 mm.
- Membubut rata memanjang benda kerja sepanjang 20 mm.

Gambar 4.2 Pembubutan pada sock hidrolik


- Melepas center dan menggantinya dengan center drill pada kepala lepas.
- Mengebor dengan center drill hingga kedalaman 5 mm.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

- Mengganti center drill dengan mata bor diameter 8 mm, kemudian


mengebor benda kerja hingga kedalaman 25 mm.
- Mengganti mata bor diameter 8 mm dengan 12 mm, kemudian melakukan
pengeboran hingga kedalaman yang sama.
- Mengganti mata bor 12 dengan 16 mm, kemudian melakukan pengeboran
hingga kedalaman yang sama.
- Mengganti mata bor 16 mm dengan mata bor diameter 20 mm, kemudian
melakukan pengeboran hingga kedalaman yang sama.

Gambar 4.3 Sock Hidrolik (satuan dalam mm)


4.1.4 Pembuatan Dudukan Hidrolik
Dudukan hidrolik dibuat dari besi plat berukuran 150 x 110 x 10 mm untuk
bagian yang diikat dengan hidrolik, dan 60 x 50 x 20 mm untuk bagian atasnya.
Langkah pembuatannya adalah sebagai berikut :
a. Menggerinda benda kerja untuk menghaluskan sisi-sisi benda kerja dari kerak
hasil pembrenderan.
b. Memberi tanda dengan penitik sesuai dimensi pada besi plat berukuran 150 x
110 x 10 mm untuk selanjutnya dilakukan proses pengeboran.
c. Memasang benda kerja pada ragum mesin bor.
d. Menyalakan mesin bor.
e. Mengebor besi plat sampai dengan diameter 10 mm, pada 4 titik sesuai tanda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.4 Proses pengeboran


f. Memberi tanda dengan penitik pada besi berukuran 60 x 50 x 20 mm
sesuai dimensi.
g. Memasang benda kerja pada ragum mesin bor.
h. Menyalakan mesin bor.
i. Mengebor benda kerja dengan diameter 14 mm.
j. Mengelas kedua benda kerja tadi sesuai dengan rancangan,

Gambar 4.5 Proses pengelasan pada dudukan hidrolik


4.2 Pengecata
4.2.1 Persiapan Pengecatan
Sebelum dilakukan proses pengecatan pada rangka, perlu dilakukan sebagai
berikut:
1. Melakukan proses penggerindaan untuk merapikan sambungan - sambungan
las.
2. Pendempulan berfungsi untuk menutupi bagian-bagian yang tidak rata atau
berlubang
commit
3. Membersihkan rangka dari debu, to minyak,
karat, user dan kotoran lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

4.2.2 Proses Pengecatan


1. Cat Dasar
Rangka dan komponen – komponen mesin lainnya yang sudah bersih dan
kering, dilakukan pengecatan poxy untuk melapisi rangka dan untuk
mencegah korosi
2. Cat warna
Proses pengecatan dengan menggunakan poxy selesai dan benda sudah benar-
benar kering, selanjutnya adalah melakukan proses pengecatan warna. Warna
hijau muda dipilih untuk menjadi warna pada rangka, warna hitam untuk plat
penekuk (punch), bed, dan plat penjepit (sepatu jepit), dan warna biru dan
silver masing-masing untuk pipa oli dan silinder hidrolik. Pengecatan ini
berfungsi untuk melapisi komponen dari korosi udara lingkunggan sehingga
tidak mudah berkarat. Pengecatan ini juga berguna untuk menambah estetika
dari mesin.

4.3 Assembly
a. Menyiapkan rangka mesin yang sesuai desain, dan ditempatkan di tempat
yang telah ditentukan.
b. Memasang dudukan silinder hidrolik bending (penekuk) pada sisi kanan dan
kiri rangka utama dan dihubungkan dengan baut L M14 x 1.5.

Gambar 4.6 Dudukan Silinder Hidrolik


c. Memasang silinder hidrolik pada dudukannya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.7 Silinder Hidrolik


d. Memasang sock hidrolik pada ulir piston rod silinder hidrolik.

Gambar 4.8 Pemasangan Sock Hidrolik


e. Merakit poros penghubung pada lubang UCP bearing kemudian ujung pada
poros yang berpenampang persegi dimasukkan pada lubang engkol. Sisi poros
bagian satunya dihubungkan dengan sambungan penekuk.

Gambar 4.9 Pemasangan Poros dan UCP


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

f. Plat sambungan penekuk tersebut selanjutnya dihubungkan dengan plat


penekuk (punch) dan diikat menggunakan baut L M10.

Gambar 4.10 Plat Penekuk


g. Melakukan langkah a-f pada bagian kiri dan kanan dilakukan secara
bersamaan.
h. Memasang plat landasan (dies) pada meja rangka, kemudian diikat dengan 2
baut L M10.

Gambar 4.11 Landasan/Bed


i. Memasang 2 buah silinder hidrolik penekan pada rangka bagian atas dan
diikat masing-masing dengan 4 buah baut L M10.

Gambar 4.12 Pemasangan Silinder Hidrolik


j. Memasang dudukan rangka penekan pada ulir piston rod silinder hidrolik.

commit to user
Gambar 4.13 Dudukan Rangka Penekan
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

k. Memasang rangka penekan dengan menggunakan baut L M10 masing-masing


4 buah untuk setiap dudukan.

Gambar 4.14 Rangka Penekan


l. Memasang plat penekan (clamping) dan diikat dengan 5 buah baut M14.

Gambar 4.15 Plat Penekan


m. Memasang selang-selang hidrolik sesuai rancangan.
n. Memastikan kembali semua selang dan pipa hidrolik telah tehubung dengan
benar dan tidak terjadi kebocoran.
4.4 Pengujian
4.4.1 Langkah Pengujian
Pengujian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana unjuk kerja dari mesin
bending hidrolik yang telah dibuat, berikut adalah langkah-langkah pengujiannya:
a. Menghubungkan kabel motor ke sumber arus listrik yang telah disediakan.
b. Membuka kotak panel, kemudian menarik tuas ke arah on.
c. Motor sudah hidup, kemudian menutup kotak panel kembali, setelah itu putar
tombol emergency.
d. Menekan tombol push button sebelah kiri ke arah atas, untuk menaikkan plat
penekan (clamping).
e. Memasukkan/ meletakkan material plat 0.5mm yang akan ditekuk, yang
sebelumnya telah diberi tanda terlebih dahulu.
f. Menekan tombol push button commit
clamping toke
user
arah bawah untuk menjepit plat.
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

g. Menekan tombol push button bending ke arah bawah, untuk menekuk plat
(maksimal 90 derajat).
h. Plat telah tertekuk, kemudian menekan tombol push button bending (sebelah
kanan ke arah atas), untuk mengembalikan lagi plat penekuk ke posisi sudut 0
derajat.
i. Menekan tombol push button clamping (kiri atas), untuk menaikkan kembali
plat penekan.
j. Mengambil material plat yang telah ditekuk.
k. Mengulangi langkah e – j untuk variasi ketebalan plat 1.0 mm, 1.5 mm, dan
2.0 mm.
l. Menekan tombol emergency kembali, setelah itu membuka kotal panel untuk
mematikan saklar dengan menarik tuas ke arah off, kemudian menutup kotak
panel.
m. Melepas kabel dari sumber arus listrik.
n. Melakukan perhitungan perpanjangan pada masing – masing plat yang telah
terbending.
4.4.2 Hasil Pengujian Mesin
Uji coba terhadap mesin bending hidrolik dilakukan sebanyak 3 kali yang
rentang waktunya berbeda-beda atau tidak dalam satu waktu sekaligus. Hasil dari
pengujian tersebut yaitu :
a. Uji Coba Pertama
Pada uji coba pertama mesin bending hidrolik dilakukan hanya menguji
mekanisme penekuk tanpa menggunakan tenaga hidrolik atau manual. Pengujian
dilakukan terhadap plat penekuk apakah sudah dapat menekuk sampai 90 derajat
dan bisa kembali ke sudut 0 derajat atau tidak. Hasil dari uji coba ini didapatkan
hasil plat penekuk (punch) belum mencapai sudut 90 derajat, yang dikarenakan
plat dudukan hidrolik untuk penekuk kurang turun, sehingga hanya mencapai
sudut 80 - 85 derajat, akan tetapi bisa kembali ke sudut 0 derajat.
b. Uji Coba Kedua
Pada uji coba kedua terhadap mesin bending hidrolik ini dilakukan dengan
menggunakan tenaga hidrolik dan menggunakan material plat yang siap untuk
commit
ditekuk. Hasil dari uji coba kedua to user hasil plat penekuk tidak presisi
didapatkan
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

(melengkung), yang mengakibatkan tidak presisi dalam penekukan plat. Hasil


analisa didapatkan melengkungnya plat penekuk (punch) dikarenakan distorsi las
dan akibat pemasangan komponen penghubung dengan metode las . Distorsi las
adalah perubahan atau penyimpangan bentuk atau kontur akibat panas yang
dihasilkan dari proses pengelasan.

Gambar 4.16 Sambungan Las

c. Uji Coba Ketiga


Pada uji coba ketiga terhadap mesin bending ini didapatkan hasil yang sesuai,
yaitu dapat menekuk hingga sudut 90 derajat. Plat penekuk yang sebelumnya
melengkung diganti dengan plat penekuk yang baru dan tidak menggunakan las
untuk mengikat plat penekuk dengan penghubung penekuk tetapi metode
sanbungan baut.

Gambar 4.17 Sambungan Baut

4.4.3 Hasil Pengujian Plat


Table 1 Data percobaan
No Tebal Plat Sudut Bending Sudut Plat Radius
1 0,5 mm 60 derajat 120,5 derajat 3 mm
2 1,0 mm 60 derajat 121,5 derajat 4,5 mm
3 1,5 mm 60 derajat
commit to user 122,5 derajat 4,5 mm
4 2,0 mm 60 derajat 124 derajat 5 mm
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

1. Pengujian Plat Ketebalan 0.5 mm


- Pertambahan panjang plat :

Gambar 4.18 Uji coba plat (satuan dalam mm)


Tebal plat (T)= 0.5 mm
Sudut bending (Ab) = 600
Sudut plat (A) = 120,5 0
Jari – jari tekuk (R) = 3 mm
K = faktor untuk memperkirakan regangan (bila R/t < 2, K= 0,33; dan
bila R/t > 2, K= 0,50)

K=

= 6, maka K = 0,5
- Pertanbahan panjang plat :

= 60

= 3,4 mm
- Spring back pada plat :

SB =

=
commit to user
=1
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

2. Pengujian plat dengan ketebalan 1.0 mm

Gambar 4.19 Uji coba plat (satuan dalam mm)


Tebal plat (T)= 1.0 mm
Sudut bending (Ab) = 600
Sudut plat (A) = 120,5 0
Sudut plat (A) = 121,5 0
Jari – jari tekuk (R) = 4,5 mm
K = faktor untuk memperkirakan regangan (bila R/t < 2, K= 0,33; dan
bila R/t > 2, K= 0,50)

K=

= 4,5, maka K = 0,5


- Pertambahan Panjang plat

= 60

= 5,23 mm
- Spring back pada plat :

SB =

= 1,025 commit to user


perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

3. Pengujian plat dengan ketebalan 1.5 mm

Gambar 4.20 Uji coba plat (satuan dalam mm)


Tebal plat (T)= 1.5 mm
Sudut bending (Ab) = 600
Sudut plat (A) = 122,5 0
Jari – jari tekuk (R) = 4,5 mm
K = faktor untuk memperkirakan regangan (bila R/t < 2, K= 0,33; dan
bila R/t > 2, K= 0,50)

K=

= 3, maka K = 0,5
- Pertambahan panjang plat

= 60

= 5,49 mm
- Spring back pada plat :

SB =

= 1,04

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

4. Pengujian plat dengan ketebalan 2.0 mm

Gambar 4.21 Uji coba plat (satuan dalam mm)


Tebal plat (T)= 2 mm
Sudut bending (Ab) = 600
Sudut plat (A) = 124 0
Jari – jari tekuk (R) = 5 mm
K = faktor untuk memperkirakan regangan (bila R/t < 2, K= 0,33; dan
bila R/t > 2, K= 0,50)

K=

= 2,5 maka K = 0,5


- Pertambahan panjang plat :

= 60

= 6,28 mm
- Spring back pada plat :

SB =

= 1,06

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

Table 2 Data hasil perhitungan


Pertambahan
No Tebal Plat K faktor Springback
Panjang Plat
1 0,5 mm 0,5 3,4 mm 1,00
2 1,0 mm 0,5 5,23 mm 1,02
3 1,5 mm 0,5 5,49 mm 1,04
4 2,0 mm 0,5 6,28 mm 1,06

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Mesin bending dengan sistem hidrolik ini menggunakan motor dengan daya
5,5 hp pada putaran 1400 rpm sebagai penggerak mula pompa hidrolik,
menghasilkan kapasitas pompa 12,8 liter/menit. Kecepatan piston yang
dihasilkan 0,0772 m/s saat outstroke dan kecepatan instroke 0,095 m/s.
2. Proses bending pada ketebalan plat 2 mm dan panjang bentangan 950 mm
tekanan pada pressure gauge 35 kg/cm2 dan menghasilkan gaya sebesar
9514,228 N.
5.2 Saran
1. Proses penekukan plat diharapkan tidak melebihi dari kemampuan maksimal
yang telah ditentukan.
2. Mesin bending hidrolik pada komponen plat penekuk (punch) dan plat
penjepit (sepatu jepit) supaya lebih kuat, sebaiknya dilakukan proses
hardening.
3. Perlu dilakukan perawatan berkala dengan penggantian isolative terhadap
sambungan-sambungan pipa atau selang hidrolik karena rentan kebocoran.
4. Stroke untuk silinder hidrolik penjepit plat sebaiknya diperpanjang, agar
memudahkan dalam pengambilan plat.

commit to user

48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

RANCANG BANGUN MESIN BENDING HIDROLIK


(SISTEM HIDROLIK)

PROYEK AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar

Ahli Madya

Oleh :
WAHYU PRASETYA

NIM. I8611034

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


commit to user
2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“ Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan . Maka apabila engkau telah

selesai dari suatu urusan, tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain. Dan

hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”

(Q.S. Al Insyirah 6-8 )

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta

orang-orang yang sabar”.

(Q.S Albaqarah 153)

Kupersembahkan karyaku ini untuk ibunda,

ayahanda, dan seluruh keluarga atas semua

kasih sayang dan do’a tulus demi keberhasilan

dan juga teruntuk seseorang yang selalu

memberikan motovasi dan do’a dalam

menyelasaikan studi.

commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil ‘alamin penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat, hidayah, inayah dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Proyek Akhir dengan baik. Serta shalawat dan salam
untuk junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan ini.
Proyek Akhir ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan Diploma III Teknik Mesin Univesitas Sebelas Maret Surakarta. Adapun
Proyek Akhir ini berjudul Mesin Bending Hidrolik. Dalam menyelesaikan Proyek
Akhir ini, penulis banyak menemui kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan
dari berbagai pihak, maka Proyek Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu
dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Heru Sukanto, ST.,MT. selaku ketua Program Diploma III dan sebagai
Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
dalam penyusunan Proyek Akhir.
2. Bapak Wahyu Purwo Raharjo, ST., MT. selaku Dosen Pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan Proyek
Akhir.
3. Bapak Jaka Sulistya Budi, S.T., selaku koordinator Proyek Akhir.
4. Semua Dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
5. Bapak dan Ibu serta keluarga yang senantiasa memberikan dukungan dan doa
yang tidak pernah putus.
6. Saudara Endri Dan Saudara Arifin selaku laboran Lab. Proses Produksi terima
kasih atas bimbingan dan bantuannya.
7. Rekan - rekan dari DIII Teknik Mesin yang selalu mendukung dan membantu
dalam pembuatan Proyek Akhir.
8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah membantu
dalam penyusunan laporan Proyek Akhir.

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penulis menyusun laporan ini dengan sebenar benarnya, apabila dalam penulisan
ini ada kesalahan penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan Proyek Akhir ini. Semogan laporan Proyek Akhir ini bermanfaat
bagi pembaca.

Surakarta,……………… 2014

Penulis

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

RANCANG BANGUN MESIN BENDING HIDROLIK

(SISTEM HIDROLIK)

Oleh : Wahyu Prasetya

ABSTRAK
Mesin bending hidrolik adalah alat yang digunakan untuk proses pembentuka
plat dengan menekuk benda kerja hingga mengalami perubahan bentuk
(deformasi) yang menimbulkan peregangan logam pada sekitar daerah garis
netral. Dengan menggunakan sistem hidrolik dapat menekuk plat yang lebih tebal
dan presisi.
Metode pembuatan mesin bending hidrolik meliputi perencanaan, kemudian
proses produksi dan pengujian alat. Sistem hidrolik dengan penggerak mula
power pack daya motor listrik 5,5 HP pada putaran 1400 rpm menghasilkan debit
pompa 12,5 liter/menit. Sistem kontrol elektrik digunakan untuk mengatur
solenoid directional control valve melalui tombol pushbutton. Fungsi directional
control valve untuk mengatur arah aliran fluida ke aktuator. Proses penekukan plat
dengan ketebalan maksimal 2 mm,panjang bentangan 950 mm gaya yang terjadi
pada aktuator bending dengan luas penampang piston 2771 mm2 sebesar 9514,228
N. Sudut bending plat maksimal 90 derajat.

Kata kunci : mesin bending,sistem hidrolik, sistem kontrol elektrik.

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................iv
ABSTRAK ..............................................................................................................vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................................xi
DAFTAR RUMUS ............................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah ...................................................................................... 2
1.4 Tujuan Proyek Akhir................................................................................ 2
1.5 Manfaat Proyek Akhir..............................................................................2
BAB II DASAR TEORI .......................................................................................... 3
2.1 Teori Penekukan (Bending) .....................................................................3
2.1.1 Bend allowance ................................................................................... 3
2.1.2 Springback .................................................................................... 4
2.2 Jenis – Jenis Proses Bending...................................................................6
2.2.1 Flanging .......................................................................................... 6
2.2.2 Hemming (Flattening) .....................................................................7
2.2.3 Bending ........................................................................................... 7
2.2.4 V-Bending Dan Wippeng Bending ................................................. 8
2.3 Pengertian Sistem Hidrolik ......................................................................8
2.4 Oli Hidrolik ............................................................................................ 10
2.5 Komponen Sistem Hidrolik ...................................................................11
2.5.1 Unit Tenaga (Power Pack) ............................................................ 11
2.5.2 Pompa Hidrolik ............................................................................11
2.5.3 Tangki Hidrolik .............................................................................14
2.5.4 Katup (Valve) ................................................................................ 15
2.5.5 Aktuator ........................................................................................ 19
BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR ....................................................... 21
3.1 Perencanaan Mesin Bending ...................................................................21
3.2 Flow Chart .............................................................................................. 22
3.3 Perencanaan Sistem Hidrolik ..................................................................24
3.3.1 Sistem Aliran Hidrolik ...................................................................24
3.3.2 Sistem Kontrol Elektrik .................................................................24
3.4 Analisis Kerja Sistem Hidrolik ............................................................... 26
3.5 Perhitungan Komponen Hidrolik ............................................................ 28
BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ........................................................ 33
4.1 Pembuatan Mesin .................................................................................... 33
4.1.1 Pembuatan Rangka Mesin .............................................................. 33
4.1.2 Pembuatan Poros Penghubung ....................................................... 33
4.1.3 Pembuatan Sock Hidrolik .............................................................. 35
4.1.4 Pembuatan Dudukan commit
Hidrolik to user
........................................................ 36

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4.2 Pengecatan .............................................................................................. 37


4.2.1 Persiapan Penecatan ........................................................................37
4.2.2 Proses Pengecatan ...........................................................................38
4.3 Assembly.................................................................................................38
4.4 Pengujian .................................................................................................41
4.4.1 Langkah Pengujian ..........................................................................41
4.4.2 Hasil Pengujian mesin.....................................................................42
4.4.3 Hasil Pengujian Plat ........................................................................43
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 49
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 49
5.2 Saran .....................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 50
LAMPIRAN ...........................................................................................................51

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses Bending. .................................................................................... 3
Gambar 2.2 Bend Allowance ................................................................................... 4
Gambar 2.3 Springback .......................................................................................... 5
Gambar 2.4 Proses bending ..................................................................................... 6
Gambar 2.5 Proses Flanging ................................................................................... 7
Gambar 2.6 Hemming ............................................................................................. 7
Gambar 2.7 Proses Beading .................................................................................... 8
Gambar 2.8 Proses V-Bending dan Wiping Bending .............................................8
Gambar 2.9 Skema hidrolik sederhana ...................................................................9
Gambar 2.10 External Gear Pump ........................................................................12
Gambar 2.11 Internal Gear Pump ........................................................................12
Gambar 2.12 Vane Pump ...................................................................................... 13
Gambar 2.13 Swash Plate Pump ...........................................................................13
Gambar 2.14 Simbol Pompa Hidrolik ..................................................................14
Gambar 2.15 Pressurized Tank .............................................................................15
Gambar 2.16 Vened Tank ..................................................................................... 15
Gambar 2.17 Simbol Tangki Hidrolik ..................................................................15
Gambar 2.18 Penampang Katup Pengatur Tekanan .............................................16
Gambar 2.19 Simbol Katup Pengatur Tekanan ( Relief Valve) ............................. 16
Gambar 2.20 Katup Pengatur Jumlah Aliran (Flow Control Valve) ..................... 17
Gambar 2.21 Simbol Flow Control Valve ............................................................ 17
Gambar 2.22 Directional Control Valve Solenoid Type dan Manual Type ..........17
Gambar 2.23 Directional Control Valve in HOLD Position .................................18
Gambar 2.24 Directional Control Valve in RAISE Position .................................19
Gambar 2.25 Directional Control Valve in RAISE Position ..................................19
Gambar 2.26 Simbol Directional Control Valve ................................................... 20
Gambar 2.27 Silinder Hidrolik .............................................................................. 20
Gambar 2.28 Simbol Silinder Hidrolik Double Acting .........................................20
Gambar 3.1 Mesin Bending Hidrolik ....................................................................22
Gambar 3.2 Diagram Alir Perencanaan ................................................................ 23
Gambar 3.3 Sirkuit Hidrolik ................................................................................. 24
Gambar 3.4 Sirkuit Elektrik .................................................................................. 25
Gambar 3.5 Sirkuit Stand By.................................................................................. 26
Gambar 3.6 Pushbutton C1 ON (Clamping) .......................................................... 27
Gambar 3.7 Pushbuttton B1 ON (Bending) ........................................................... 27
Gambar 3.8 Pushbuttton B2 ON (Bending) ........................................................... 28
Gambar 3.9 Pushbutton C2 ON (Clamping Release) ............................................28
Gambar 4.1 Pembubutan muka (facing) ................................................................ 34
Gambar 4.2 Pembubutan pada sock hidrolik ......................................................... 35
Gambar 4.3 Sock Hidrolik .................................................................................... 36
Gambar 4.4 Proses pengeboran .............................................................................37
Gambar 4.5 Proses pengelasan pada dudukan hidrolik ........................................37
Gambar 4.6 Dudukan Silinder Hidrolik ................................................................ 38
Gambar 4.7 Silinder Hidrolik ............................................................................... 39
Gambar 4.8 Pemasangan Sock Hidrolik ............................................................... 39
Gambar 4.9 Pemasangan Poros dan UCP to
commit .............................................................
user 39
Gambar 4.10 Plat Penekuk ( bending plate) .......................................................... 40

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.11 Landasan/Bed ................................................................................... 40


Gambar 4.12 Pemasangan Silinder Hidrolik ........................................................ 40
Gambar 4.13 Dudukan Rangka Penekan .............................................................. 40
Gambar 4.14 Rangka Penekan .............................................................................. 41
Gambar 4.15 Plat Penekan .................................................................................... 41
Gambar 4.16 Sambungan Las ............................................................................... 43
Gambar 4.17 Sambungan Baut .............................................................................. 43
Gambar 4.18 Uji coba plat .................................................................................... 44
Gambar 4.19 Uji coba plat .................................................................................... 45
Gambar 4.20 Uji coba plat .................................................................................... 46
Gambar 4.21 Uji coba plat ..................................................................................... 47

commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data percobaan ......................................................................................... 43
Tabel 2 Data hasil perhitungan .............................................................................. 48

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR RUMUS
Rumus 2.1 Bend Allowance .................................................................................... 4
Rumus 2.2 Springback ............................................................................................ 5
Rumus 2.3 Tekanan ................................................................................................ 9
Rumus 2.4 Gaya .....................................................................................................10
Rumus 2.5 Debit pompa ....................................................................................... 14
Rumus 2.6 Luas penampang tanpa piston rod ....................................................... 21
Rumus 2.7 Luas penampang dengan piston rod .................................................... 21
Rumus 2.8 Kecepatan piston ................................................................................. 21
Rumus 2.9 Waktu langkah piston ..........................................................................21

commit to user

xii

Anda mungkin juga menyukai