Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI


“Pengolahan limbah padat tandan kosong pabrik kelapa sawit”

Oleh :
1. ISABELLA AMALIA DENISA PUTRI (1607123544)
2. JIHAD REFOLA DAVIDA (1607116161)

DOSEN :
Elvi Yenie, ST, M.Eng

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala
yang telah memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “pengolahan limbah padat kelapa sawit dan
kertas ” dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.
Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih
kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam
penyelesaian makalah ini.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa,
susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , kami
selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.
Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk
masyarakat luas.

Pekanbaru, 15 April 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan
yang menduduki posisi penting dalam sektor pertanian dan sektor perkebunan.
Kelapa sawit merupakan komoditi andalan Indonesia yang perkembangannya
demikian pesat. Lahan yang optimal untuk kelapa sawit harus mengacu pada
tiga faktor yaitu lingkungan, sifat fisik lahan dan sifat kimia tanah atau
kesuburan tanah. Tanaman kelapa sawit di perkebunan komersial dapat
tumbuh dengan baik pada isaran suhu 24 derajat celcius Sejalan dengan semakin
meningkatnya produksi kelapa sawit dari tahun ke tahun, akan terjadi pula
peningkatan volume limbahnya. Umumnya limbah padat industri kelapa sawit
mengandung bahan organik yang tinggi sehingga berdampak pada pencemaran
lingkungan. Penanganan limbah secara tidak tepat akan mencemari
lingkungan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengolah dan meningkatkan
nilai ekonomi limbah padat kelapa sawit. Limbah kelapa sawit adalah sisa-
sisa hasil tanaman kelapa sawit yang tidak termasuk dalam produk utama
atau merupakan hasil ikutan dari proses pengolahan kelapa sawit baik berupa
limbah padat maupun limbah cair. Limbah padat kelapa sawit dapat berupa
tandan kosong, cangkang dan fiber (sabut).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu limbah padat kelapa sawit ?
2. Bagaimana teknologi dalam penangan limbah padat kelapa sawit ?
3. Apa efek limbah tandan kosong terhadap lingkungan ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Limbah kelapa sawit


Secara umum limbah kelapa sawit terbagi atas dua jenis yaitu limbah
padat dan limbah cair. Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah
limbah padat yang terdiri dari tandan kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain.
Sedangkan limbah cair terjadi pada in house keeping. Limbah padat dan limbah
cair pada generasi berikutnya terdapat pada Gambar 1. berikut;

Gambar 1. Pohon Industri Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit


2.2 Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit
2.2.1 Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan oleh PKS pada umumnya berupa janjang
kosong (tandan kosong), cangkang dan lain-lain yang masih dapat bermanfaat.
Sebagai sumber energi ketel pabrik dapat digunakan serat, janjang kosong dan
cangkangnya. Sedangkan untuk pupuk dapat digunakan janjang kosong, abu
janjang, limbah padat dan cair. Selain itu, limbah padat yang dihasilkan oleh PKS
ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan ternak yang karena berserat
tinggi, nitrogen dan fosfor yang cukup tinggi yang baik bagi ternak. Diketahui
pula bahwa serat janjang kosong ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar
pembuatan pulp karena TBS mengandung 20% lebih crude fiber (serat kasar)
yang dapat diperoleh melalui proses kimia. Batang kelapa sawir sendiri juga
dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan perabot rumah, kayu rumah
yang berkualitas cukup baik. Industri kelapa sawit menghasilkan limbah yang
berpotensi sebagai pakan, seperti bungkil inti sawit, serat perasan buah, tandan
buah kosong, dan solid (Aritonang, 1986; Pasaribu, et al., 1998 ; Utomo, et al.,
1999) . Bungkil inti sawit mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi dibanding
Iimbah lainnya dengan kandungan protein kasar 15% dan energi kasar 4.230
Kkal/kg (Ketaren, 1986) sehingga dapat berperan sebagai pakan penguat
(konsentrat).
 Pelepah Kelapa Sawit Pelepah kelapa sawit juga mempunyai kandungan
nutrisi walaupun dalam jumlah kecil. Setiap pelepah kelapa sawit yang terpotong
mempunyai kandungan 125 Kg N, 23 kg P2O5, 176 kg K2O dan 25 Kg MgO
dalam tiap hektarnya selama setahun. Kandungan nutrisinya dalam persen adalah
0,5% N, 0,1% P2O5, 0,8% K2O 10 dan 0,1% MgO. Susunan pelepah yang rapi
dan berbentuk L pada lahan datar akan merangsang pertumbuhan akar serabut
pada tumpukan pelepah tersebut.
 Serat (Fiber) Pemanfaatan lain dari ampas serabut yakni sebagai mulsa di
pembibitan kelapa sawit terutama di Main Nursery (MN). Ampas serabut
diaplikasikan secara tipis di permukaan atas untuk mengurangi evaporasi tanah
sehingga kelembaban tanah terjaga dan mengurangi pertumbuhan gulma di
permukaan tanah polibag.
 Janjangan Kosong Janjangan kosong atau yang biasa disebut EFB (empty
fresh bunch) merupakan bekas TBS (tandan buah segar) yang berondolannya
sudah lepas pada saat pengolahan di pabrik kelapa sawit.

2.2.1.1 Proses pengolahan Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit


Limbah tandan kosong kelapa sawit adalah salah satu bagian limbah
terbesar yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan kelapa sawit. Namun siapa
sangka jika limbah yang satu ini justru dapat menghasilkan kontribusi yang besar.
Ya, selain limbah cair, dan gas yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan minyak
kelapa sawit tersebut, limbah padat inilah yang umumnya dapat dimanfaatkan
kembali menjadi barang yang lebih berguna. Mengapa dikatakan berguna? Untuk
mengetahui informasinya, simaklah bentuk penjelasan di bagian bawah ini :
Limbah tandan kosong merupakan bentuk limbah padat yang dihasilkan dari
proses pengolahan minyak kelapa sawit. Limbah ini diperoleh dari tandan buah
segar yang sebelumnya telah mengalami proses sterilisasi pada bagian tresher,
sehingga brondolan yang dimilikinya pun mulai terlepas dari bagian tandannya.
Setelah itu brondolan tersebut pun mulai diproses kembali menuju tahap
selanjutnya yang kemudian akan diubah menjadi minyak sawit serta inti sawit.
Sedangkan untuk bagian dari tandan kosong, itu akan dibuang dan menjadi bagian
dari limbah padat hasil pengolahan minyak sawit.
Tandan kosong ini termasuk dalam bentuk limbah yang sangat melimpah, hal ini
dikarenakan pabrik kelapa sawit yang terapat di Indonesia juga berada dalam
jumlah yang cukup banyak. Bahkan menurut survey limbah tandan kosong ini
dapat mencapai angka 20 juta ton. Itulah sebabnya banyak sekali penumpukan
limbah yang satu ini, dan untuk saat ini nilai ekonomis dari limbah tersebut pun
belum dapat ditemukan dengan lebih pasti.
Dengan ilmu pengetahuan serta perkembangan pada teknologi kelapa sawit saat
ini, limbah tandan itu tadi sebenarnya dapat diolah menjadi produk sampingan
lainnya, yang tentu saja dapat pula disesuaikan dengan fungsi yang dimilikinya.
Namun pengolahan pada limbah sawit itu sendiri masih sangat jarang dilakukan.
Sementara untuk saat ini kebanyakan dari limbah tersebut hanya disebar pada
beberapa bentuk perkebunan saja, yang kemudian dapat digunakan sebagai bahan
pembuatan pupuk. Hal ini cukup menjadi solusi yang tepat apabila dibandingkan
dengan proses pengolahan limbah dengan cara dibakar yang tentunya dapat
mengakibatkan pencemaran pada bagian udara di lingkungan sekitarnya.
Pada dasarnya ada beberapa cara yang bisa anda lakukan untuk mengolah limbah
tandan kosong tersebut menjadi pupuk kompos. Hal ini umumnya juga dilakukan
oleh pabrik kelapa yang mengolah perkebunannya dengan mengelola
perkebunannya menggunakan pupuk dari limbah tandan yang dibuat dengan cara
sederhana.
A. Pengolahan dengan Pengomposan
Adapun cara pengomposan tandan kosong kelapa sawit adalah sebagai
berikut :
Pengompoasan dilakukan dalam beberapa tahap, pertama pencacahan,
inokulasi dengan activator pengomposan, inkubasi, pemanenan kompos.
1. Pencacahan
Pencacahan adalah salah satu tahapan penting dalam pengomposan TKKS.
Pencacahan ini bertujuan untuk memperkecil ukuran TKKS dan memperluas luas
permukaan area TKKS. TKKS yang baru keluar dari pabrik pengolahan langsung
dimasukkan ke mesin pencacah. Kapasitas mesin pencacah disesuaikan dengan
volume TKKS yang dihasilkan pabrik. Mesin cacah ini sebaiknya dapat
memperkecil ukuran TKKS menjadi kurang lebih 5 cm. Mesin dirancang secara
khusus yang disesuaikan dengan karakteristik TKKS yang berserat-serat. Selain
memperkecil ukuran, pencacahan juga akan mengurangi kadar air TKKS.
Sebagian air akan menguap karena luas permukaan TKKS yang meningkat.
2. Inokulasi dengan Aktivator Pengomposan
Secara alami jika TKKS dibiarkan saja akan mengalami dekomposisi.
Namun, dekomposisi ini memerlukan waktu yang sangat lama, berbulan-bulan
hingga satu tahun. Agar proses pengomposan dapat berlangsung lebih cepat dapat
ditambahkan activator pengomposan. Aktivator ini berbahan aktif mikroba
decomposer. Mikroba-mikroba ini akan berperan aktif dalam pempercepat proses
pengomposan. Mikroba yang umum digunakan sebagai decomposer adalah Fungi
Pelapuk Putih (FPP) dan Trichoderma sp. Mikroba-mikroba ini menghasilkan
enzim yang dapat mendegradasi senyawa lignoselulosa secara cepat.
Di pasaran saat ini telah beredar beberapa activator pengomposan, seperti
ActiComp, OrgaDec, EM4, Biopos, dll. Setiap activator menghendaki perlakuan
khusus dan spesifik yang bisa berbeda antara satu dengan yang lain. Aktivator
yang dikembangkan untuk mengkomposkan TKKS dan lebih sederhana
penangananya adalah ActiComp. Aktivator ini berbahan aktif FPP dan
Trichoderma harzianum yang berkemampuan besar dalam mendegradasi TKKS.
Dengan menggunakan ActiComp pengomposan TKKS tidak memerlukan
pembalikan lagi. Aktivator ini dicampurkan secara merata mungkin ke dalam
TKKS. Aktivator yang merata akan menjamin bahwa activator akan bekerja
secara optimal.
Kadar air yang optimal untuk pengomposan berkisar 60%. Kadar air
TKKS sebelum proses pengomposan dimulai harus diupayakan dalam kisaran
tersebut. Apabila kadar air kurang, proses pengomposan tidak berjalan sempurna.
Salah satu penyebabkan adalah karena mikroba kekurangan air dan kelembaban
tidak optimum untuk bekerjanya mikroba. Apabila kadar air terlalu tinggi, oksigen
yang ada di dalam TKKS hanya sedikit, sehingga proses pengomposan akan
berlangsung dalam kondisi anaerob.
Inkubasi
TKKS yang telah diinokulasi selanjutnya ditutup dengan terpal plastic.
Penutupan ini bertujuan untuk menjaga kelembaban dan suhu kompos. Terpal
plastik dipilih terpal yang cukup tebal, tahan panas, dan tahan matahari.
Selama proses pengomposan suhu kompos akan meningkat dengan cepat. Suhu
kompos dapat mencapai 70oC. Suhu tinggi ini akan berlangsung dalam waktu
cukup lama, kurang lebih 2 – 3 minggu. Suhu yang tinggi juga menunjukkan
bahwa proses dekomposisi sedang berlangsung intensif. Suhu akan menurun pada
akhir proses pengomposan. Salah satu ciri kompos yang sudah matang adalah
apabila suhu kompos sudah kembali seperti suhu di awal proses pengomposan.
Proses pengomposan akan berlangsung dalam waktu 1,5 – 3 bulan.
Pengomposan TKKS dengan ActiComp berlangsung dalam waktu 1,5 bulan.
Kompos yang sudah matang dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut:
 Terjadi perubahan warna menjadi coklat kehitaman
 Suhu sudah turun dan mendekati suhu pada awal proses pengomposan
 Jika diremas, TKKS mudah dihancurkan atau mudah putus serat-seratnya
Pengamatan secara kimia ditunjukkan dengan rasio C/N yang sudah turun. Rasio
C/N awal TKKS berkisar antara 50 -60. Setelah proses pengomposan rasio C/N
akan turun dibawah 25. Apabila rasio C/N lebih tinggi dari 25 proses
pengomposan belum sempurna. Pengomposan perlu dilanjutkan kembali sehingga
rasio C/N di bawah 25.
3. Panen Kompos
Kompos yang sudah matang segera di panen. Kompos tersebut diangkut ke
lokasi pengemasan atau tempat penampungan sementara kompos, sebelum
diaplikasikan ke lapang. Rendemen kompos TKKS kurang lebih sebesar 60-65%.
Dari satu ton TKKS dapat dihasilkan kompos sebanyak 600 – 650 kg kompos.
Kadar air kompos juga masih cukup tinggi kurang lebih 50-60%. Apabila kompos
terkena air hujan, kadar air ini bisa lebih tinggi lagi.
4. Peningkatan Kualitas Kompos
Kompos yang sudah dipanen dapat langsung diaplikasikan ke lapang,
misalnya di perkebunan sawit. Namun demikian, kompos TKKS ini masih dapat
ditingkatkan kualitasnya. Kualitas kompos yang dapat ditingkatkan antara lain
dengan menurunkan kadar air kompos menjadi 20 – 30%, meningkatkan
kandungan hara kompos dengan menambahkan bahan-bahan organic kaya hara
lain, dan menambahkan mikroba-mikroba yang bermanfaat bagi tanaman.
Kadar air merupakan permasalahan tersendiri bagi kompos. Kadar air yang tinggi
menyebabkan biaya angkut yang tinggi. Misalkan kompos TKKS dengan kadar
air 60%, maka dalam 1 ton kompos terkandung 0,6 m3 air (setara dengan 600 kg,
bj air = 1) dan 400 kg padatan kompos. Biaya angkut kompos akan lebih besar
digunakan untuk mengangkut air yang terkandung di dalam kompos tersebut.
Apabila kadar air dapat diturunkan hingga 20 – 30 %, maka kadar kompos akan
meningkat dua kali lipatnya.
Menurunkan kadar air kompos dilakukan dengan proses pengeringan. Cara
sederhana untuk mengeringkan kompos adalah dengan menjemurnya di bawah
sinar matahari. Namun cara ini banyak kelemahannya, antara lain: memerlukan
tempat yang luas, waktu yang lama, kadar air yang sulit dikontrol, dan cuaca yang
sulit diduga. Cara lain adalah dengan menggunakan mesin pengering kompos.
Cara ini lebih mudah dan cepat, namun memerlukan tambahan energi dari luar.
Kandungan hara kompos kurang lebih sebagai berikut: 1 %N, …% P, ……%K,
dan beberapa hara mikro. Kandungan ini dapat ditingkatkan antara lain dengan
menambahkan bahan lain, seperti abu janjang, rock phosphate, dolomite, dll.
Penambahan ini akan meningkatkan kandungan hara kompos.

B. Tandan kosong kelapa sawit untuk bahan serat


Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) juga menghasilkan serat kuat yang
dapat digunakan untuk berbagai hal diantaranya serat berkaret sebagai bahan
pengisi jok mobil dan matras, pot kecil, papan ukuran kecil dan bahan industri.
Serat tandan kosong dapat diperoleh dengan cara mengepresnya sehingga keluar
air, minyak, dan kotoran yang terkandung didalamnya. Selanjutnya tandan kosong
tersebut diurai memakai mesin pengurai sehingga seratnya terpisah komponen
bukan serat seperti gabus, pati, dan kotoran. Setelai terurai, serat diayak untuk
memisahkan serat panjang, pendek, dan debu yang menempel. Serat kelapa sawit
memiliki diameter yang lebih besar, lebih kaku, dan lebih lentur dibandingkan
dengan serat kelapa. Pabrik dengan kapasitas 30 ton tandan buah segar per jam
mampu mengahsilkan serat sebanyak 30 ton per hari.

C. Tandan kosong kelapa sawit sebagai sumber karotenoid


Pemanfaatan TKKS sebagai sumber karotenoid merupakan suatu inovasi yang
bermanfaat bagi dunia industri makanan. Hasil penelitian menunjukkan TKKS
yang mengalami satu sterilisasi rata-rata mengandung karotenoid total sebesar
37,8 ppm; sedangkan TKKS yang mengalami 2 kali sterilisasi kandungnnya rata-
rata sebesar 25,9 ppm. Komposisi karotenoid di dalam TKKS didominsi oleh
alpha-karoten (12,9) ppm, beta-karoten (6,4 ppm), lutein (4,1 ppm), dan
zeakaroten (3,9 ppm), sedangkan karotenoid lainnya sebesar 5,2 ppm. Senyawa
beta-karoten bersifat lebih stabil dari pada senyawa karotenoid lainnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Limbah Tandan kosong kelapa sawit diolah dengan Pengompoasan
dilakukan dalam beberapa tahap, pertama pencacahan, inokulasi dengan activator
pengomposan, inkubasi, pemanenan kompos. Serta terdapat pengolahan tandan
kosong lainnya yaitu sebagai bahan serat dan pengolahan sebagai sumber
karotenoid

3.2 Saran
Sebaiknya dengan adanya pengolahan limbah padat kelapa sawit dan dapat
mengurangi pembuangan limbah ke lingkungan sehingga menyebabkan
lingkungan tercemar

Anda mungkin juga menyukai