Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH BANTUAN HIDUP DASAR

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kegawatdaruratan Wisata Darat


Dosen Pembimbing : Ns.Amrih Widiati, M.Kep

Disusun Oleh:
1. Ahmad Munawar Sazali (1707158)
2. Wahyu Wiedy Aditantri (1707176)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Resusitasi atau reanimasi adalah menghidupkan kembali atau memberi
hidup baru. Resusitasi dalam arti luas merupakan segala bentuk usaha medis,
yang dilakukan terhadap mereka yang berada dalam keadaan gawat atau kritis,
untuk mencegah kematian. Kematian di dalam klinik diartikan sebagai
hilangnya kesadaran dan semua refleks, disertai berhentinya pernafasan dan
peredaran darah yang ireversibel. Oleh karena itu resusitasi merupakan segala
usaha untuk mengembalikan fungsi sistem pernafasan, peredaran darah dan
saraf, yang terhenti atau terganggu sedemikain rupa sehingga fungsinya dapat
berhenti sewaktu-waktu, agar kembali menjadi normal seperti semula.
Karenanya timbullah istilah “Cardio – Pumonary – Resuscitation” (CPR) yang
dalam bahasa Indonesia menjadi Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Berhasil tidaknya resusitasi jantung paru tergantung pada cepat tindakan dan
tepatnya teknik pelaksanaannya. Pada beberapa keadaan, tindakan resusitasi
tidak dianjurkan (tidak efektif) antara lain bila henti jantung (arrest) telah
berlangung lebih dari 5 menit karena biasanya kerusakan otak permanen telah
terjadi, pada keganasan stadium lanjut, gagal jantung refrakter, edema paru
refrakter, renjatan yang mendahului “arrest”, kelainan neurologik berat,
penyakit ginjal, hati dan paru yang lanjut.
Permasalahan yang sering kita hadapi, bagaimana cara menangani
kegawatan kardiovaskuler lewat resusitasi jantung paru dengan tindakan dan
teknik pelaksanaan yang tepat.
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum :
Mempelajari asuhan keperawatan kegawatdaruratan bantuan hidup dasar
di tempat wisata.

b. Tujuan Khusus :
1. Mengetahui konsep dasar kegawatdaruratan wisata mengenai bantuan
hidup dasar meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinik, penatalaksanaan kegawatan, pengkajian fokus kegawatan,
pathway keperawatan, focus intervensi dan rasional serta standar
operasional prosedur tindakan.
2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan kegawatdaruratan kasus bantuan
hidup dasar di tempat wisata
C. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah bersifat studi pustaka. Informasi didapatkan dari
berbagai literature dan disusun berdasarkan hasil studi dari informasi yang
diperoleh. Penulisan diupayakan saling terkait antar satu sama lain dan sesuai
dengan topik yang dibahas.
D. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam penulisan makalah, penulis membuat sistematika
yaitu:
1. BAB I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
2. BAB II Konsep dasar
Bab ini berisi teori-teori pendukung kegawatdaruratan wisata mengenai
bantuan hidup dasar meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinik, penatalaksanaan kegawatan, pengkajian fokus kegawatan, pathways
keperawatan, fokus intervensi dan rasional serta standar operasional
prosedur tindakan.
3. BAB III Asuhan keperawatan kegawatdaruratan kasus bantuan hidup dasar
di tempat wisata
BAB ini berisi tentang asuhan bantuan hidup dasar pada
kegawatdaruratan wisata.

4. BAB IV Pembahasan
BAB ini berisi tentang pembahasan mengenai pemberian bantuan hidup
dasar bersarkan standar AHA.
5. BAB IV Penutup
BAB ini berisi tentang kesimpulan hasil analisa dalam rangka menjawab
tujuan penelitian yang diajukan.
6. Daftar Pustaka
Daftar pusataka ini berisi tentang judul-judul buku, artikel-artikel yang
terkait dalam laporan ini.
BAB II
KONSEP DASAR

A. Pengertian
Resusitasi mengandung arti harfiah “Menghidupkan kembali” tentunya
dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode
henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis.
Resusitasi jantung paru merupakan usaha yang dilakukan untuk
mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas
(respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest) pada orang dimana
fungsi tersebut gagal total oleh suatu sebab yang memungkinkan untuk hidup
normal selanjutnya bila kedua fungsi tersebut bekerja kembali.
B. Etiologi
Bantuan hidup dasar dilakukan apabila terjadi :
1. Henti napas
Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara
pernapasan dari korban / pasien. Henti napas merupakan kasus yang harus
dilakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar. Henti napas dapat terjadi pada
keadaan :
a. Tenggelam
b. Stroke
c. Obstruksi jalan napas
d. Epiglotitis
e. Overdosis obat-obatan
f. Tersengat listrik
g. Infark miokard
h. Tersambar petir
i. Koma akibat berbagai macam kasus

Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk ke dalam darah untuk
beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan
organ vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan
sangat bermanfaat agar korban dapat tetap hidup dan mencegah henti
jantung.
2. Henti jantung
Pada saat terjadi henti jantung secara langsung akan terjadi henti
sirkulasi. Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ
vital kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal)
merupakan tanda awal akan terjadinya henti jantung.
C. Patofisiologi
Patofisiologi cardiac arrest tergantung dari etiologi yang mendasarinya.
Namun, umumnya mekanisme terjadinya kematian adalah sama. Sebagai
akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya
peredaran darah mencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-
organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen,
termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan
korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal. Kerusakan otak
mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan
selanjutnya akan terjadi kematian dalam 10 menit (Sudden cardiac death).
D. Manifestasi Klinik
1. Kesadaran hilang (dalam 15 detik setelah henti jantung)
2. Tak teraba denyut arteri besar(femoralis dan karotis pada orang dewasa atau
brachialis pada bayi)
3. Henti napas atau megap-megap (gasping)
4. Terlihat seperti mati
5. Warna kulit pucat sampai kelabu
6. Pupil dilatasi setelah 45 detik
Diagnosis henti jantung sudah dapat ditegakkan bila dijumpai ketidaksadaran
dan tak teraba denyut arteri besar.

E. Penatalaksanaan Kegawatan
Urutan pelaksanaan bantuan hidup dasar yang benar akan memperbaiki
tingkat keberhasilan. Berdasarkan panduan bantuan hidup dasar yang
dikeluarkan oleh American Heart and European Society ofresuscitation,
pelaksanaan bantuan hidup dasar dimulai dari penilaian kesadaran penderita,
aktivitasa layanan gawat darurat dan dilanjutkan dengan tindakan pertolongan
yang diawali dengan CABD (circulation-Airway-Breathing-Defibrilator).
Prinsip utama dalam resusitasi adalah memperkuat rantai
kelangsungan hidup (chain of survival).Keberhasilan resusitasi
memerlukan interaksi koordinasi rantai kelangsungan hidup.U r u t a n r a n t a i
k e l a n g s u n g a n h i d u p p a d a p a s i e n d e n g a n h e n t i j a n t u n g / cardiac
arrest tergantung lokasi kejadian, apakah cardiac arrest terjadi di dalam
lingkungan rumah (HCA) atau di luar lingkungan rumah sakit
(OHCA). “chain of survival”

Rantai keselamatan (chain of survival):


Rantai ini berlaku terhadap penderita baik karena gangguan irama jantung VF
atau jantung bergetar maupun gangguan suplai oksigen.
Rantai tersebut adalah:
1. Akses dini : kenali keadaan darurat lalu panggil bantuan medis atau aktifkan
emergensi yang berlaku.
2. Bantuan Hidup Dasar (BHD)/ survey primer : RJP segera
3. Kejut jantung dini : RJP disertai kejut jantung dalam 3-5 menit
menghasilkan kemungkinan selamat sebesar 49-75%
4. Bantuan Hidup Lanjut dini / primer secondary dan penanganan paska
resusitasi yang dilakukan petugas medis akan mempengaruhi hasil akhir
F. Pengkajian Fokus Kegawatan
Survei Primer (Primary Surgery), yang dapat dilakukan oleh setiap orang.
Dalam survei primer difokuskan pada bantuan napas dan bantuan sirkulasi
serta defibrilasi.
Untuk dapat mengingatkan dengan mudah tindakan survei primer
dirumuskan dengan abjad A, B, C, dan D, yaitu :
1. Airway (jalan napas)
2. Breathing (bantuan napas)
3. Circulation (bantuan sirkulasi)
4. Defibrilation (terapi listrik)
G. Pathway Keperawatan

Tenggelam Stroke Overdosis obat Tersengat listrik


AMI dll

Henti jantung

Peredaran darah berhenti

Suplay Oksigen menurun

Hipoksia Penurunan
curah jantung
Perfusi
jaringan tidak Nafas berhenti
efektif
Cardiac Arest Gangguan
pertukaran gas

Death BHD
H. Fokus Intervensi dan Rasional

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


1 Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen asam basa
jantung (00029) keperawatan selama 1x24jam (1910)
Definisi: diharapkan penurunan curah a. Pertahankan kepatenan
Ketidakadekuatan jantung bisa diatasi, jalan nafas
darah yang dipompa ditandai dengan: b. Posisiskan pasien
oleh jantung untuk  Keefektivan pompa jantung untuk mendapatkan
memenuhi kebutuhan (0400), dengan indikator: ventilasi yang adekuat
metabolik tubuh. a. Tekanan darah sistol dari c. Monitor gas darah
Batasan skor 2 ke skor 4 arteri
Karakteristik: b. Tekanan darah diastol dari d. Monitor pola nafas
Perubahan frekuensi / skor 2 ke skor 4 e. Monitor status
irama jantung c. Denyut nadi perifer dari skor hemodinamik.
 Bradikardia 1 ke skor 4 2. Manajemen jalan nafas
 Perubahan EKG d. Sianosis dari skor 2 ke skor 3 (3140)
 Tachicardia e. Disritmia dari skor 2 ke skor a. Buka jalan nafas
Perubahan Preload 4 dengan teknik chin life
 Peningkatan / Skor 1: deviasi berat / jaw thrust
penurunan CVP Skor 2: deviasi yang cukup besar b. Masukkan OPA / NPA
 Edama Skor 3: deviasi sedang c. Buang sekret dengan
 Penurunan PAWP Skor 4: deviasi ringan memotivasi klien
(pulmonary artery Skor 5: tidak ada deviasi untukmelakukan
wedge pressure)  Perfusi jaringan: Cardiac (0405) batuk / menyedot
Perubahan afterload a. Temuan elektrokardiogram dari lendir
 Dispnea skor 1 ke skor 3 d. Monitor status
b. Angina dari skor 2 ke skor 4 pernafasan dan
 Penurunan nadi
c. Tachicardia dar skor 5 ke skor 2 oksigenasi.
perifer
d. Bradicardia dari skor 2 ke skor 3. Resusitasi (6320)
 Perubahan tekanan
5 a. Evaluasi ketiadaan
darah
Skor 1: deviasi berat respon (pasien) untuk
Skor 2: deviasi yang cukup besar menentukan tindakan
Skor 3: deviasi sedang yang tepat
Skor 4: deviasi ringan b. Panggil bantuan bila
Skor 5: tidak ada deviasi tidak ada nafas / tidak
 Manajemen diri: gagal jantung ada respon
(3106) c. Lakukan resusitasi
a. Mencari informasi tentang jantung paru
manajemen gagal jantung dari d. Pastikan jalan nafas
skor 1 ke skor 4 pasien terbuka
b. Memantau denyut dan irama 4. Monitor tanda-tanda
jantung dari skor 2 ke skor 4 vital (6680)
c. Memantau tekanan darah dari a. Monitor nadi, tekanan
skor 2 ke skor 5 darah, suhu, respirasi
Skor 1: tidak pernah menunjukkan dengan tepat
Skor 2: jarang menunjukkan b. Monitor irama dan
Skor 3: kadang menunjukkan tekanan jantung
Skor 4: sering menunjukkan c. Monitor nadi jantung
Skor 5: secara konsisten d. Monitor suara paru
menunjukkan.
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

2 Gangguan pertukaran Setelah dilakuka dindakan 1. Manajemen jalan nafas


gas keperaatan selama 1x24 jam (3140)
Definisi: kelebihan diharapkan gangguan pertukaran a. Buka jalan nafas
atau defisit oksigen dan gas bisa diatasi, dengan teknik chin
atau eliminasi karbon Ditandai dengan: life / jaw thrust
dioksida pada membran  Respon ventilasi mekanik (0411) b. Masukkan OPA / NPA
alveolar- kapiler. 1. Tingkat pernafasan dari skor 2 ke c. Buang sekret dengan
Batasan skor 5 memotivasi klien
Karakteristik: 2. Irama pernafasan dari skor 2 ke untukmelakukan
 Dispnea skor 4 batuk / menyedot
 Gas darah arteri 3. Kedalaman inspirasi dari skor 1 lendir
abnormal ke skor 4 d. Monitor status
 Gelisah 4. Saturasi oksigen dari skor 1 ke pernafasan dan
 Hipoksemia skor 4 oksigenasi.
 Nafas cuping hidung Skor 1: deviasi berat 2. Terapi oksigen (3320)
 Penurunan kadar Skor 2: deviasi yang cukup besar a. Pertahankan kepatenan
oksida Skor 3: deviasi sedang jalan nafas
 PH arteri abnormal Skor 4: deviasi ringan b. Siapkan peralatan
Skor 5: tidak ada deviasi. oksigen dan berikan
 Takicardia
 Status pernafasan : pertukaran melalui sistem
gas (0402) humidiier
1. Tekanan parsial oksigen di darah c. Beri oksigen tambahan
arteri (PaO2) dari skor 2 ke skor 4 d. Monitor aliran oksigen
2. Tekanan parsial carbon dioksida 3. Monitor pernafasan
didarah arteri (PaCO2) dari skor 2 (3350)
ke skor 3 a. Monitor kecepatan,
3. PH arteri dari skor 2 ke skor 4 irama, kedalaman dan
4. Saturasi oksgen dari skor 1 ke kesulitan bernafas
skor 3 b. Monitor suara nafas
Skor 1: deviasi berat tambahan
Skor 2: deviasi yang cukup besar c. Monitor pola nafas
Skor 3: deviasi sedang d. Monitor kelelahan otot-
Skor 4: deviasi ringan otot diafragma.
Skor 5: tidak ada deviasi 4. Monitor tanda- tanda
vital (6680)
a. Monitor nadi, tekanan
darah, suhu, respirasi
dengan tepat
b. Monitor irama dan
tekanan jantung
c. Monitor nadi jantung
d. Monitor suara paru
3 Perfusi jaringan tidak NOC NIC
efektif  Circulation status Periperal sensation
Definisi : penurunan  Tissue perfusion : cerebral management (managemen
sirkulasi darah ke Kriteria Hasil : sensasi perifer)
perifer yang dapat Mendemontrasikan status  Monitor adanya daerah
mengganggu kesehatan siskulasi yang di tandai dengan : tertentu yang hanya
Batasan  Tekanan sistole dan diastole peka terhadap
karasteristik : dalam rentang yang diharakan panas/dingin/tajam/tum
 Tidak ada nadi  Tidak ada ortostatik hipertensi pul.
 Perubahan  Tidak ada tanda-tanda  Montor adanya paretese
fungsi motorik peningkatan tekanan intra  Instruksikan keluarga
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
 Perubahan kranial ( tidak lebih dari 15 untuk mengebserfasi
karasteristik mmHg) kulit jika ada isi atau
kulit ( warna, Mendemonstrasikan kemampuan laserasi
elastisitas, kognitif yang ditandai dengan :  Gunakan sarung tangan
rambut,  Berkomunikasi dengan jelas untuk proteksi
kelembapan, dan sesuai dengan kemampuan  Batasi gerakan pada
kuku, sensasi,  Menunjukan perhatian, kepala, leher, dan
suhu). konsentrasi dan orientasi punggung.
 Indeks angkle  Memproses informasi  Monitor kemampuan
brakhial <  Membuat keputusan yang BAB
0,90 benar  Kolaborasi pemberian
 Perubahan Menunjukan fungsi sensorik analgetik
tekanan darah motorik kranial itu : tingkat  Monitor adanya
diekstremitas kesadaran yang baik, tidak ada tromboplebitis
pengisian gerakan-gerakan infolunter  Diskusikan mengenai
kapiler > 3 penyebab perubahan
detik. sensasi
 Warna tidak
kembali ke
tungkai saat
tungkai
diturunkan.
 Kelambatan
penyembuhan
luka perifer
I. SOP Tindakan

Tata Cara Bantuan Hidup Dasar Dewasa


(RESUSITASI DASAR)
Pengertian Tindakan yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi
pernafasan dan sirkulasi darah pada henti nafas dan jantung.
Tujuan 1. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya pernafasan
2. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan
ventilasi dari pasien yang mengalami henti jantung atau
henti nafas melalui resusitasi jantung paru (RJP).
Kebijakan Tata Cara Pelaksanaan
1. Lakukan 3A (aman diri, aman lingkungan, aman pasien)
2. Setelah aman,
Hati-hati kemungkinan trauma leher
Jangan pindahkan / mobilisasi pasien bila tidak perlu
3. Memeriksa kesadaran dengan cara memanggil pasien
4. Memanggil bantuan yang ada disekitar penolong
5. Mengatur posisi terlentang
6. Periksan nadi karotis pada leher pasien
7. Periksa pernafasan pasien dengan teknik lihat, rasakan,
dengarkan suara nafas
8. Bila pasien tidak bernafas, bersihkan jalan nafas dari lendir /
sumbatan dan beri ventilasi
9. Bila tidak ada denyut nadimaka lakukan teknik kombinasi
antara nafas bantuan dengan pijat jantung
 Satu/ dua penolong: 30 pijat jantung : 2 ventilasi
bantuan
 Kecepatan 100xmenit
 Kedalaman 5cm
 Minimal interupsi
 Recoil dinding dada sempurna
 RJP dilakukan selama 5 siklus
10. Lakukan nafas bantuan (dari mulut kemulut, dari mulut ke
alat ambu bag
11. Bila pasien sadar posisikan pasien atur pasien pada posisi
mantap, pemulihan, tidur miring ke kanan, tangan kiri
sebagai alas kepala, kaki kanan di tekuk, kaki kiri lurus,
tangan lurus di belakang tubuh penderita.
12. Bantuan nafas dan pijat jantung dihentikan bila:
 Ada respon pernafasan
 Penolong kelelahan
 Bantuan datang
 Terdapat tanda-tanda kematian secara biologis.
Kebijakan Kapan bantuan hidup dasar dilakukan:
Bila pasien ditemukan tidak sadar (henti nafas dan henti jantung)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

1. Penurunan curah jantung (00029) berhubungan dengan perubahan volumee


sekuncup
2. Gangguan pertukaran gas (00030) berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi.
3. Perfusi jaringan tidak efektif (00204) berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang proses penyakit.
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam melakukan resusitasi jantung paru menurut AHA/ American Heart


Association 2015 merumuskan panduan/ algoritma dalam tindakan resusitasi
jantun paru pada pasien dewasa.

Pedoman dari AHA 2015 pada penderita henti jantung dewasa yang terjadi di
luar lingkungan rumah sakit (OHCA).
A. Pada saat tiba di lokasi kejadian
1. Apakah keadaan aman?
a. Perhatikan segala yang berpotensi menimbulkan bahaya, seperti lalu
lintas kendaraan, jalur listrik, asap, cuaca ekstrim, atau emosi berlebihan
dari orang awam di sekitar.
b. Gunakan alat perlindungan diri (APD) yang sesuai.
2. Apakah terdapat ancaman bahaya?
a. Jangan memindahkan korban bila tidak ada ancaman bahaya, misalnya
api atau gas beracun; Anda harus mencapai korban dengan cedera yang
lebih berat; atau Anda harus memindahkan korban yang cedera untuk
memberikan penanganan yang tepat tanpa berada di area yang
berpotensi bahaya.
b. Jika Anda harus memindahkan korban, lakukan secepat mungkin dan
seaman mungkin dengan sumber daya yang tersedia.
3. Apa yang terjadi? Apa penyebab cedera atau mekanisme cedera?
a. Perhatikan petunjuk yang mungkin menjadi pertanda penyebab terjadinya
kegawatan dan bagaimana korban mendapatkan cederanya, misalnya
terjatuh dari tangga, tabrakan antar kendaraan, atau adanya tumpahan
obat dari botolnya.
b. Tanya kepada saksi mata apa yang terjadi dan gunakan informasi tersebut
untuk menilai apa yang terjadi.
c. Tanamkan dalam pikiran Anda bahwa mungkin saja korban telah
dipindahkan dari tempat kejadian, baik oleh orang di sekitar lokasi atau
oleh si korban sendiri.
4. Berapa banyak korban?
a. Jangan pernah berasumsi bahwa korban hanya ada satu.
b. Tanya saksi mata apakah ada orang lain yang menjadi korban.
c. Amati keadaan sekitar.

5. Apakah ada orang lain lagi yang bisa membantu memberikan pertolongan?
a. Apakah ada tenaga tambahan yang bisa membantu?
b. Apakah Anda membutuhkan peralatan tambahan untuk dibawakan ke
tempat kejadian?
6. Apakah kesan awal Anda
Perhatikan gejala dan tanda yang mengindikasikan kedaruratan yang
mengancam nyawa korban.
B. Penilaian awal pada korban tidak sadarkan diri
Setelah memastikan bahwa keadaan aman untuk memberikan pertolongan,
lakukan penilaian awal terhadap korban.
1. Tingkat kesadaran
Jika korban ditemukan dalam keadaan tidak bergerak, mungkin korban
jatuh pada keadaan tidak respon.Gunakan pedoman berikut secara bertahap
untuk menilai tingkat kesadaran si korban.
a. A - Alert/Awas: korban bangun, meskipun mungkin masih dalam keadaan
bingung terhadap apa yang terjadi.
b. V - Verbal/Suara: korban merespon terhadap rangsang suara yang
diberikan oleh penolong. Oleh karena itu, si penolong harus memberikan
rangsang suara yang nyaring ketika melakukan penilaian pada tahap ini.
c. P - Pain/Nyeri: korban merespon terhadap rangsang nyeri yang diberikan
oleh penolong. Rangsang nyeri dapat diberikan melalui penekanan
dengan keras di pangkal kuku atau penekanan dengan menggunakan
sendi jari tangan yang dikepalkan pada tulang sternum/tulang
dada.Namun, pastikan bahwa tidak ada tanda cidera di daerah tersebut
sebelum melakukannya.
d. U - Unresponsive/tidak respon: korban tidak merespon semua tahapan
yang ada di atas.
2. Jalan napas
Ketika mendapati bahwa korban dalam keadaan tidak respon, segera
evaluasi keadaan jalan napas korban.Pastikan bahwa korban dalam posisi
telentang.Jika korban tertelungkup, Anda harus menelentangkannya, hati-
hati dalam melakukannya, jangan sampai membuat atau memperparah
cidera korban.
Pada korban yang tidak sadarkan diri dengan mulut yang menutup, Anda
harus membukanya. Ada 2 metode untuk membuka jalan napas yaitu
sebagai berikut.
a. Head-tilt/chin-lift technique (Teknik tekan dahi/angkat dagu): tekan dahi
sambil menarik dagu hingga melewati posisi netral tetapi jangan sampai
menyebabkan hiperekstensi leher.
b. Jaw-thrust maneuver (manuver dorongan rahang): dilakukan bila
dicurigai terjadi cedera pada kepala, leher atau tulang belakang pada
korban. Cara melakukannya dengan berlutut di atas kepala pasien,
tumpukan siku pada lantai, letakkan tangan pada tiap sisi kepala,
letakkan jari-jari di sekitar sudut tulang rahang dengan ibu jari berada di
sekitar mulut, angkat rahang ke atas dengan jari-jari Anda, dan ibu jari
bertugas untuk membuka mulut dengan mendorong dagu ke arah depan
sembari mengangkat rahang. Pastikan Anda tidak menggerakkan kepala
atau leher korban ketika melaukannya.

3. Pemeriksaan napas dan nadi secara simultan


Periksa napas dan nadi karotis (nadi leher) korban secara bersamaan
setidaknya selama 5 detik, tetapi tidak boleh lebih dari 10 detik.Lakukan
pengecekan napas dengan melihat naik-turunnya dada korban, dengarkan
dan rasakan dengan pipi udara yang dihembuskan oleh korban. Lakukan
pengecekan nadi dengan meraba arteri karotis yang ada di leher dengan
meletakkan 2 jari di bawah sudut rahang yang ada di sisi penolong.

4. Hasil
pemeriksaan awal
Dari penilaian
awal ini, Anda dapat memperoleh informasi tentang korban apakah si
korban hanya mengalami pingsan, henti napas atau bahkan henti jantung.
a. Henti napas
Jika korban tidak bernapas tetapi didapati nadi yang adekuat, maka
pasien dapat dikatakan mengalami henti napas.Aktifkan sistem
tanggapan darurat, kemudian penolong dapat memberikan bantuan napas.
Pastikan jalan napas bersih dari sumbatan, berikan 1 kali bantuan napas
setiap 5-6 detik, dengan durasi sekitar 1 detik untuk tiap pemberian
napas. Pastikan dada korban mengembang pada setiap pemberian
napas.Periksa nadi setiap 2 menit.

Pemberian napas harus dilanjutkan hingga:


1) Korban mulai bernapas dengan spontan.
2) Penolong terlatih tiba.
3) Nadi korban menghilang. Pada kasus ini Anda harus memulai CPR
dan pasangkan AED bila tersedia.
4) Keadaan lingkungan menjadi tidak aman.

b. Henti Jantung
Jika korban tidak bernapas, nadi tidak ada dan pasien tidak respon,
maka pasien dapat dikatakan mengalami henti jantung. Pada keadaan ini,
lakukan langkah sebagai berikut.
1) Aktifkan sistem tanggapan darurat, hubungi pusat layanan kesehatan
darurat terdekat.
2) Segera lakukan cardiopulmonary resuscitation (CPR). CPR yang
benar dilakukan dengan cara berikut.
a) Letakkan korban pada permukaan datar dan keras untuk
memastikan bahwa korban mendapat penekanan yang adekuat.
b) Pastikan bagian dada korban terbuka untuk meyakinkan
penempatan tangan yang benar dan untuk melihat rekoil dada.
c) Letakkan tangan di tengah dada korban, tupukan salah satu pangkal
tangan pada daerah separuh bawah tulang dada dan tangan yang
lain di atas tangan yang bertumpu tersebut.
d) Lengan harus lurus 90 derajat terhadap dada korban, dengan bahu
penolong sebagai tumpuan atas.
e) Tekan dada dengan kecepatan 100-120 kali per menit, dengan
kedalaman minimal 5 cm tetapi tidak boleh lebih dari 6 cm.
f) Selama melakukan penekanan, pastikan bahwa dinding dada
diberikan kesempatan untuk mengembang kembali ke bentuknya
semula (rekoil penuh).
g) Berikan 2 kali bantuan napas setiap selesai melakukan 30 kali
penekanan dada, dengan durasi selama 1 detik untuk tiap
pemberian napas. Pastikan dada mengembang untuk tiap pemberian
bantuan napas.
h) Untuk penolong yang tidak terlatih dalam melakukan CPR,
disarankan untuk melakukan penekanan dada saja secara terus-
menerus.

c. Hentikan CPR bila:


1) Terdapat tanda
kembalinya sirkulasi spontan seperti adanya gerakan pasien atau
adanya napas spontan. Posisikan pasien dengan recovery position.
2) AED siap untuk menganalisis ritme jantung korban.
3) Penolong terlatih tiba.
4) Anda sendirian dan kelelahan untuk melanjutkan CPR.
5) Lingkungan menjadi tidak aman.
6) Pasien dinyatakan meninggal.
5. Recovery Position
Salah satu cara untuk membersihkan Jalan Napas adalah denga recovery
position atau posisi pemulihan. Cara ini kita gunakan Bila penderita dapat
bernafas dengan baik dan tidak ada kecurigaan adanya cedera leher, tulang
punggung atau cedera lain yang dapat bertambah parah akibat tindakan ini.
Posisi pemulihan atau juga dikenal dengan istilah posisi miring mantap
diharapkan akan mencegah terjadinya sumbatan dan jika ada cairan maka
cairan tersebut akan mengalir melalui mulut dan tidak masuk ke dalam
saluran nafas.
Salah satu cara untuk melakukan posisi pemulihan ( sesuaikan dengan
keadaan di lapangan ) :
a. Letakkan lengan kiri penderita di atas kepalanya, lalu silangkan tungkai
kanan penderita di atas tungkai kiri.
b. Jaga bagian wajah penderita dan raihlah bahu kanannya.
c. Balikkan penderita ke arah penolong lalu letakan tangan kanannya di
bawah bagian muka. Bila mungkin balikan tubuh secara bersama-sama
jangan sampai penderita menjadi terpuntir.
d. Tekuk bagian lutut tungkai yang berada disebelah atas
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Serangan jantung mendadak menjadi penyebab utama kematiandiluar rumah
sakit dan di rumah sakit. Penelitian di Eropa menyebutkan bahwa resusitasi
jantung paru (RJP) dapat meningkatkan kelangsungan hidup di rumah sakit.
Resusitasi merupakan usaha untuk mengembalikan fungsi sistem pernafasan,
peredaran darah dan syaraf ke fungsi yang optimal sehingga kemudian muncul
istilah Resusitasi Jantung Paru (RJP). RJP dibagi menjadi 3 tahap, yaitu
1. Bantuan hidup dasar (BHD)
2. Bantuan hidup lanjut
3. Bantuan hidup jangka panjang
BHD adalah untuk melakukan oksigenasi darurat dan terdiri dari langkah-
langkah, yaitu:
1. Airway (penguasaan jalan nafas)
2. Breathing (Bantuan pernafasan yaitu Ventilasi buatan dan oksigenasi pada

paru secara darurat).


3. Circulation ( batuan sirkulasi yaitu menentukan tidak adanya denyut nadi

dan mengadakan sirkulasi buatan dengan kompresi jantung, mengatasi


perdarahan)
Memahami fisiologi perfusi kardio cerebral selama RJP sanagt penting untuk
mengurangi morbilitas dan mortalitas setelah serangan jantung.
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association. (2015). AHA Guideline Update for CPR and ECC.
America: Circulation Vol 132.

American Red Cross. (2015). Basic Life Support for Healthcare Providers
Handbook. America.

Okti, I. A., & Putu, I. G. (2017). Bantuan Hidup Dasar. Denpasar.


ALAT PENILAIAN MAKALAH KELOMPOK

Judul Makalah :________________________________________


Tanggal presentasi :________________________________________
Anggota kelompok :1. ______________________________________
2._______________________________________

NO KRITERIA EVALUASI BOBO NILAI NILAIX


T 1 2 3 4 BOBOT
A PERSIAPAN
1 Konsultasi dengan pembimbing 5
2 Kesesuaian hasil konsultasi dengan makalah yang 10
dipaparkan
B MAKALAH
1 Kesinambungan antara alenia dan bab 10
2 Penggunaan bahasa baik dan benar (bahasa baku) 10
3 Penyerahan tugas tepat waktu 5
4 Kejelasan rumusan latar belakang 15
5 Masalah mencakup tinjauan teori berisi pengkajian, 20
diagnosa keperawatan, intevensi dan evaluasi
kegawatan
6 Ketepatan dalam asuhan keperawatan 20
Pengkajian, merumuskan diagnose, intervensi dan
implementasi, evaluasi.
7 Kesimpulan relevan dengan hal-hal yang dibahas 5
8 Referensi up to date dan penulisan kepustakaan benar 5
Jumlah 100

Nilai : Nilai x Bobot

Nilai :______________

Semarang,...........................................

Penilai

(…………………….…………….)
ALAT PENILAIAN PRESENTASI KELOMPOK

NILAI NILAI X
NO KRITERIA EVALUASI BOBOT 1 2 3 4 KET
BOBOT
1 Penyaji menyiapkan presentasi secara 15
lengkap
2 Penyaji menjelaskan tujuan presentasi 5
secara jelas
3 Pengaturan alokasi waktu dengan tepat 5
4 Pemakaian audiovisual dan materi 10
presentasi yang digunakan jelas
5 Penyaji menguasai materi penyajian 10
6 Penyaji mencakup esensi dari makalah 20
7 Penyaji mampu menjawab pertanyaan 15
dengan benar
8 Distribusi pertanyaan merata pada 10
semua anggota kelompok
9 Waktu bertanya dan diskusi cukup 5
10 Kesimpulan hasil diskusi menyangkut 5
hal-hal yang dibahas
Jumlah 100

Nilai : Nilai x Bobot

Nilai :______________

Nilai makalah x Nilai presentasi


Nilai Total :
2

Nilai : ________
Semarang,................................
Penilai

(.......................................................)

Anda mungkin juga menyukai