MAKALAH BANTUAN HIDUP DASAR Benar
MAKALAH BANTUAN HIDUP DASAR Benar
Disusun Oleh:
1. Ahmad Munawar Sazali (1707158)
2. Wahyu Wiedy Aditantri (1707176)
b. Tujuan Khusus :
1. Mengetahui konsep dasar kegawatdaruratan wisata mengenai bantuan
hidup dasar meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinik, penatalaksanaan kegawatan, pengkajian fokus kegawatan,
pathway keperawatan, focus intervensi dan rasional serta standar
operasional prosedur tindakan.
2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan kegawatdaruratan kasus bantuan
hidup dasar di tempat wisata
C. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah bersifat studi pustaka. Informasi didapatkan dari
berbagai literature dan disusun berdasarkan hasil studi dari informasi yang
diperoleh. Penulisan diupayakan saling terkait antar satu sama lain dan sesuai
dengan topik yang dibahas.
D. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam penulisan makalah, penulis membuat sistematika
yaitu:
1. BAB I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
2. BAB II Konsep dasar
Bab ini berisi teori-teori pendukung kegawatdaruratan wisata mengenai
bantuan hidup dasar meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinik, penatalaksanaan kegawatan, pengkajian fokus kegawatan, pathways
keperawatan, fokus intervensi dan rasional serta standar operasional
prosedur tindakan.
3. BAB III Asuhan keperawatan kegawatdaruratan kasus bantuan hidup dasar
di tempat wisata
BAB ini berisi tentang asuhan bantuan hidup dasar pada
kegawatdaruratan wisata.
4. BAB IV Pembahasan
BAB ini berisi tentang pembahasan mengenai pemberian bantuan hidup
dasar bersarkan standar AHA.
5. BAB IV Penutup
BAB ini berisi tentang kesimpulan hasil analisa dalam rangka menjawab
tujuan penelitian yang diajukan.
6. Daftar Pustaka
Daftar pusataka ini berisi tentang judul-judul buku, artikel-artikel yang
terkait dalam laporan ini.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Resusitasi mengandung arti harfiah “Menghidupkan kembali” tentunya
dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode
henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis.
Resusitasi jantung paru merupakan usaha yang dilakukan untuk
mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas
(respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest) pada orang dimana
fungsi tersebut gagal total oleh suatu sebab yang memungkinkan untuk hidup
normal selanjutnya bila kedua fungsi tersebut bekerja kembali.
B. Etiologi
Bantuan hidup dasar dilakukan apabila terjadi :
1. Henti napas
Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara
pernapasan dari korban / pasien. Henti napas merupakan kasus yang harus
dilakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar. Henti napas dapat terjadi pada
keadaan :
a. Tenggelam
b. Stroke
c. Obstruksi jalan napas
d. Epiglotitis
e. Overdosis obat-obatan
f. Tersengat listrik
g. Infark miokard
h. Tersambar petir
i. Koma akibat berbagai macam kasus
Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk ke dalam darah untuk
beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan
organ vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan
sangat bermanfaat agar korban dapat tetap hidup dan mencegah henti
jantung.
2. Henti jantung
Pada saat terjadi henti jantung secara langsung akan terjadi henti
sirkulasi. Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ
vital kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal)
merupakan tanda awal akan terjadinya henti jantung.
C. Patofisiologi
Patofisiologi cardiac arrest tergantung dari etiologi yang mendasarinya.
Namun, umumnya mekanisme terjadinya kematian adalah sama. Sebagai
akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya
peredaran darah mencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-
organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen,
termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan
korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal. Kerusakan otak
mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan
selanjutnya akan terjadi kematian dalam 10 menit (Sudden cardiac death).
D. Manifestasi Klinik
1. Kesadaran hilang (dalam 15 detik setelah henti jantung)
2. Tak teraba denyut arteri besar(femoralis dan karotis pada orang dewasa atau
brachialis pada bayi)
3. Henti napas atau megap-megap (gasping)
4. Terlihat seperti mati
5. Warna kulit pucat sampai kelabu
6. Pupil dilatasi setelah 45 detik
Diagnosis henti jantung sudah dapat ditegakkan bila dijumpai ketidaksadaran
dan tak teraba denyut arteri besar.
E. Penatalaksanaan Kegawatan
Urutan pelaksanaan bantuan hidup dasar yang benar akan memperbaiki
tingkat keberhasilan. Berdasarkan panduan bantuan hidup dasar yang
dikeluarkan oleh American Heart and European Society ofresuscitation,
pelaksanaan bantuan hidup dasar dimulai dari penilaian kesadaran penderita,
aktivitasa layanan gawat darurat dan dilanjutkan dengan tindakan pertolongan
yang diawali dengan CABD (circulation-Airway-Breathing-Defibrilator).
Prinsip utama dalam resusitasi adalah memperkuat rantai
kelangsungan hidup (chain of survival).Keberhasilan resusitasi
memerlukan interaksi koordinasi rantai kelangsungan hidup.U r u t a n r a n t a i
k e l a n g s u n g a n h i d u p p a d a p a s i e n d e n g a n h e n t i j a n t u n g / cardiac
arrest tergantung lokasi kejadian, apakah cardiac arrest terjadi di dalam
lingkungan rumah (HCA) atau di luar lingkungan rumah sakit
(OHCA). “chain of survival”
Henti jantung
Hipoksia Penurunan
curah jantung
Perfusi
jaringan tidak Nafas berhenti
efektif
Cardiac Arest Gangguan
pertukaran gas
Death BHD
H. Fokus Intervensi dan Rasional
Pedoman dari AHA 2015 pada penderita henti jantung dewasa yang terjadi di
luar lingkungan rumah sakit (OHCA).
A. Pada saat tiba di lokasi kejadian
1. Apakah keadaan aman?
a. Perhatikan segala yang berpotensi menimbulkan bahaya, seperti lalu
lintas kendaraan, jalur listrik, asap, cuaca ekstrim, atau emosi berlebihan
dari orang awam di sekitar.
b. Gunakan alat perlindungan diri (APD) yang sesuai.
2. Apakah terdapat ancaman bahaya?
a. Jangan memindahkan korban bila tidak ada ancaman bahaya, misalnya
api atau gas beracun; Anda harus mencapai korban dengan cedera yang
lebih berat; atau Anda harus memindahkan korban yang cedera untuk
memberikan penanganan yang tepat tanpa berada di area yang
berpotensi bahaya.
b. Jika Anda harus memindahkan korban, lakukan secepat mungkin dan
seaman mungkin dengan sumber daya yang tersedia.
3. Apa yang terjadi? Apa penyebab cedera atau mekanisme cedera?
a. Perhatikan petunjuk yang mungkin menjadi pertanda penyebab terjadinya
kegawatan dan bagaimana korban mendapatkan cederanya, misalnya
terjatuh dari tangga, tabrakan antar kendaraan, atau adanya tumpahan
obat dari botolnya.
b. Tanya kepada saksi mata apa yang terjadi dan gunakan informasi tersebut
untuk menilai apa yang terjadi.
c. Tanamkan dalam pikiran Anda bahwa mungkin saja korban telah
dipindahkan dari tempat kejadian, baik oleh orang di sekitar lokasi atau
oleh si korban sendiri.
4. Berapa banyak korban?
a. Jangan pernah berasumsi bahwa korban hanya ada satu.
b. Tanya saksi mata apakah ada orang lain yang menjadi korban.
c. Amati keadaan sekitar.
5. Apakah ada orang lain lagi yang bisa membantu memberikan pertolongan?
a. Apakah ada tenaga tambahan yang bisa membantu?
b. Apakah Anda membutuhkan peralatan tambahan untuk dibawakan ke
tempat kejadian?
6. Apakah kesan awal Anda
Perhatikan gejala dan tanda yang mengindikasikan kedaruratan yang
mengancam nyawa korban.
B. Penilaian awal pada korban tidak sadarkan diri
Setelah memastikan bahwa keadaan aman untuk memberikan pertolongan,
lakukan penilaian awal terhadap korban.
1. Tingkat kesadaran
Jika korban ditemukan dalam keadaan tidak bergerak, mungkin korban
jatuh pada keadaan tidak respon.Gunakan pedoman berikut secara bertahap
untuk menilai tingkat kesadaran si korban.
a. A - Alert/Awas: korban bangun, meskipun mungkin masih dalam keadaan
bingung terhadap apa yang terjadi.
b. V - Verbal/Suara: korban merespon terhadap rangsang suara yang
diberikan oleh penolong. Oleh karena itu, si penolong harus memberikan
rangsang suara yang nyaring ketika melakukan penilaian pada tahap ini.
c. P - Pain/Nyeri: korban merespon terhadap rangsang nyeri yang diberikan
oleh penolong. Rangsang nyeri dapat diberikan melalui penekanan
dengan keras di pangkal kuku atau penekanan dengan menggunakan
sendi jari tangan yang dikepalkan pada tulang sternum/tulang
dada.Namun, pastikan bahwa tidak ada tanda cidera di daerah tersebut
sebelum melakukannya.
d. U - Unresponsive/tidak respon: korban tidak merespon semua tahapan
yang ada di atas.
2. Jalan napas
Ketika mendapati bahwa korban dalam keadaan tidak respon, segera
evaluasi keadaan jalan napas korban.Pastikan bahwa korban dalam posisi
telentang.Jika korban tertelungkup, Anda harus menelentangkannya, hati-
hati dalam melakukannya, jangan sampai membuat atau memperparah
cidera korban.
Pada korban yang tidak sadarkan diri dengan mulut yang menutup, Anda
harus membukanya. Ada 2 metode untuk membuka jalan napas yaitu
sebagai berikut.
a. Head-tilt/chin-lift technique (Teknik tekan dahi/angkat dagu): tekan dahi
sambil menarik dagu hingga melewati posisi netral tetapi jangan sampai
menyebabkan hiperekstensi leher.
b. Jaw-thrust maneuver (manuver dorongan rahang): dilakukan bila
dicurigai terjadi cedera pada kepala, leher atau tulang belakang pada
korban. Cara melakukannya dengan berlutut di atas kepala pasien,
tumpukan siku pada lantai, letakkan tangan pada tiap sisi kepala,
letakkan jari-jari di sekitar sudut tulang rahang dengan ibu jari berada di
sekitar mulut, angkat rahang ke atas dengan jari-jari Anda, dan ibu jari
bertugas untuk membuka mulut dengan mendorong dagu ke arah depan
sembari mengangkat rahang. Pastikan Anda tidak menggerakkan kepala
atau leher korban ketika melaukannya.
4. Hasil
pemeriksaan awal
Dari penilaian
awal ini, Anda dapat memperoleh informasi tentang korban apakah si
korban hanya mengalami pingsan, henti napas atau bahkan henti jantung.
a. Henti napas
Jika korban tidak bernapas tetapi didapati nadi yang adekuat, maka
pasien dapat dikatakan mengalami henti napas.Aktifkan sistem
tanggapan darurat, kemudian penolong dapat memberikan bantuan napas.
Pastikan jalan napas bersih dari sumbatan, berikan 1 kali bantuan napas
setiap 5-6 detik, dengan durasi sekitar 1 detik untuk tiap pemberian
napas. Pastikan dada korban mengembang pada setiap pemberian
napas.Periksa nadi setiap 2 menit.
b. Henti Jantung
Jika korban tidak bernapas, nadi tidak ada dan pasien tidak respon,
maka pasien dapat dikatakan mengalami henti jantung. Pada keadaan ini,
lakukan langkah sebagai berikut.
1) Aktifkan sistem tanggapan darurat, hubungi pusat layanan kesehatan
darurat terdekat.
2) Segera lakukan cardiopulmonary resuscitation (CPR). CPR yang
benar dilakukan dengan cara berikut.
a) Letakkan korban pada permukaan datar dan keras untuk
memastikan bahwa korban mendapat penekanan yang adekuat.
b) Pastikan bagian dada korban terbuka untuk meyakinkan
penempatan tangan yang benar dan untuk melihat rekoil dada.
c) Letakkan tangan di tengah dada korban, tupukan salah satu pangkal
tangan pada daerah separuh bawah tulang dada dan tangan yang
lain di atas tangan yang bertumpu tersebut.
d) Lengan harus lurus 90 derajat terhadap dada korban, dengan bahu
penolong sebagai tumpuan atas.
e) Tekan dada dengan kecepatan 100-120 kali per menit, dengan
kedalaman minimal 5 cm tetapi tidak boleh lebih dari 6 cm.
f) Selama melakukan penekanan, pastikan bahwa dinding dada
diberikan kesempatan untuk mengembang kembali ke bentuknya
semula (rekoil penuh).
g) Berikan 2 kali bantuan napas setiap selesai melakukan 30 kali
penekanan dada, dengan durasi selama 1 detik untuk tiap
pemberian napas. Pastikan dada mengembang untuk tiap pemberian
bantuan napas.
h) Untuk penolong yang tidak terlatih dalam melakukan CPR,
disarankan untuk melakukan penekanan dada saja secara terus-
menerus.
A. Kesimpulan
Serangan jantung mendadak menjadi penyebab utama kematiandiluar rumah
sakit dan di rumah sakit. Penelitian di Eropa menyebutkan bahwa resusitasi
jantung paru (RJP) dapat meningkatkan kelangsungan hidup di rumah sakit.
Resusitasi merupakan usaha untuk mengembalikan fungsi sistem pernafasan,
peredaran darah dan syaraf ke fungsi yang optimal sehingga kemudian muncul
istilah Resusitasi Jantung Paru (RJP). RJP dibagi menjadi 3 tahap, yaitu
1. Bantuan hidup dasar (BHD)
2. Bantuan hidup lanjut
3. Bantuan hidup jangka panjang
BHD adalah untuk melakukan oksigenasi darurat dan terdiri dari langkah-
langkah, yaitu:
1. Airway (penguasaan jalan nafas)
2. Breathing (Bantuan pernafasan yaitu Ventilasi buatan dan oksigenasi pada
American Heart Association. (2015). AHA Guideline Update for CPR and ECC.
America: Circulation Vol 132.
American Red Cross. (2015). Basic Life Support for Healthcare Providers
Handbook. America.
Nilai :______________
Semarang,...........................................
Penilai
(…………………….…………….)
ALAT PENILAIAN PRESENTASI KELOMPOK
NILAI NILAI X
NO KRITERIA EVALUASI BOBOT 1 2 3 4 KET
BOBOT
1 Penyaji menyiapkan presentasi secara 15
lengkap
2 Penyaji menjelaskan tujuan presentasi 5
secara jelas
3 Pengaturan alokasi waktu dengan tepat 5
4 Pemakaian audiovisual dan materi 10
presentasi yang digunakan jelas
5 Penyaji menguasai materi penyajian 10
6 Penyaji mencakup esensi dari makalah 20
7 Penyaji mampu menjawab pertanyaan 15
dengan benar
8 Distribusi pertanyaan merata pada 10
semua anggota kelompok
9 Waktu bertanya dan diskusi cukup 5
10 Kesimpulan hasil diskusi menyangkut 5
hal-hal yang dibahas
Jumlah 100
Nilai :______________
Nilai : ________
Semarang,................................
Penilai
(.......................................................)