Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TEKNIK MESIN IRIGASI DAN DRAINASE

IRIGASI CINCIN

RIKI PRANINTA BANGUN


J1B116076

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
2.2.6 Hasil dan Pembahasan
Melalui praktikum teknik mesin irigasi dan drainase yang telah dilaksanakan
menggunakan irigasi cincin dengan emitter, dengan perbedaan lama pengukuran yakni
5, 10, dan 15 menit. Didapatkan hasil seperti berikut.
2.2.6.1 Hasil
Hasil pengamatan pada laporan ini terbagi menjadi 3, yaitu pola
pembasahan vertical, pola pembasahan horizontal, dan debit. Pengamatan pola
pembasahan vertikal dapat dilihat pada Gambar 1.

Pola Pembasahan Vertikal


30
Jarak (cm)

20

10

0
Legacy Rib Diadora
Jenis Kain

5 menit 10 menit 15 menit

Gambar 1. Pola Pembasahan Vertikal


Pengamatan pola pembasahan horizontal dengan membandingkan 3 jenis
kain, yakni kain Legacy, Rib, dan Diadora, dapat dilihat pada Gambar 2.

Pola Pembasahan Horizontal


15
Jarak (cm)

10
5
0
p1
p3
p5
p7
p9
p1
p3
p5
p7
p9
p1
p3
p5
p7
p9

Legacy Rib Diadora


Jenis Kain

5 Menit 10 Menit 15 Menit

Gambar 2. Pola Pembasahan Horizontal


Pengamatan debit dengan membandingkan debit dari ketiga jenis kain
yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Debit aliran

2.2.6.2 Pembahasan
A. Pola Pembahasan
Pola pembasahan emitter merupakan salah satu kinerja dari irigasi cincin,
pola pembasahan emitter menunjukkan air dari emitter terdistribusi dengan baik
ke tanah dan daerah perakaran tanaman. Pengukuran pola pembasahan emitter
dilakukan dengan melihat media tanam yang basah di dalam pot dari arah vertical
dan horizontal dengan menggunakan mistar ukur (Reskiana, 2014).
Kinerja irigasi cincin ditentukan dari kemampuan emitter cincin
merembeskan air ke zona perakaran tanaman dalam hal ini laju rembesan
air liter/jam) dan pola pembasahan tanah pada arah horizontal dan vertical.
Komponen irigasi cincin terdiri dari reservoir (ember) yang berfungsi sebagai
wadah penampungan air. Air dari ember didistribusikan melalui jaringan
perpipaan (pipa dengan ukuran diameter ¾ inch) menuju emitter. Sedangkan
emitter cincin diletakkan dalam pot pada kedalaman 10 cm dari permukaan
tanah. Penurunan air dari ember diukur setiap 5, 10, dan 15 menit.
Pengamatan pola pembasahan irigasi cincin terbagi menjadi 2, yaitu pola
pembasahan vertical dan horizontal. Pada pola pembasahan vertikal yang dapat
dilihat pada Gambar 1 dapat disimpulkan bahwa pola pembasahan vertikal terbesar
ditunjukkan oleh jenis kain Rib dengan tinggi pembasahan 21 cm pada waktu
pengukuran 5 menit dan terendah pada jenis kain Diadora dengan nilai 15 cm. hal
ini juga diikuti dengan pengukuran dengan waktu 10 dan 15 menit. Hal ini
dipengaruhi oleh besar nya pori-pori yang dimiliki oleh kain yang digunakan serta
gaya gravitasi yang menarik air ke dasar permukaan pot. Pada pola pembasahan
horizontal yang disajikan pada Gambar 2, dapat diambil kesimpulan bahwa pada
masing masing perlakuan terdapat perbedaan yang nyata, pada kain jenis legacy
lebih luas pola pembasahan horizontal apabila dibandingkan dengan jenis kain
yang lainnya.
Kualitas sistem irigasi cincin tergantung dari bentuk bidang pembasahan.
Rancangan yang baik dari sistem ini menunjukkan bentuk bidang basah dan
permukaan yang basah pula. Daerah pembasahan tergantung debit pemberian air
irigasi, jenis tanah, lama pemberian air dan karakteristik infiltrasi (Jansen, 1983).
Pola penyebaran air dari dinding emitter dipengaruhi oleh beda potensial
tanah tidak jenuh dan kadar air tanah. penyebaran air ke arah horisontal lebih sedikit
karena air yang bergerak ke atas tersebut terjadi pada kecepatan yang relatif
rendah. Kecepatan pergerakan air ke atas dapat diperhitungkan dari konduktivitas
hidrolik tak jenuh. Tanah pada kondisi kering menyerap air lebih cepat
dibandingkan tanah pada kondisi lembab. Besarnya laju rembesan juga
mempengaruhi jarak pembasahan tanah. semakin besar laju rembesan dari dinding
emitter, semakin jauh jarak pembasahannya. semakin kecil seiring dengan lama
penyiraman, diamana diawal pemberian air kondisi tanah kering sehingga pori-pori
air masih berisi udara dan lambat laun air mengisi pori-pori tanah, disaat tanah
sudah lembab atau jenuh air bergerak dengan lambat sehingga kecepatan
pergerakan air pada kondisi jenuh diperhitungkan dari konduktivitas tanah jenuh.
Berdasarkan data pengamatan yang ada dapat disimpulkan juga bahwa semakin
lama pembasahan dilakukan maka semakin dalam dan luas pola pembasahan
didapatkan. Hal ini sesuai dengan Pairunan, et al. (1997) menyatakan karena
pembasahan berjalan terus, jarak aliran (tebal zone pembasahan) bertambah, begitu
juga pembasahan tanah. Kecepatan pembasahan menjadi hampir konstan setelah
beberapa jam pembasahan.
B. Debit aliran

Debit aliran menandakan berapa banyak air yang mengalir per satuan waktu
pada objek yang sedang diukur. Laju debit aliran pada irigasi cincin sangat
ditentukan oleh besarnya lubang pada emitter, jenis kain serta tekstur tanah yang
digunakan pada pengamatan. Berdasarkan Gambar 3 dapat diambil kesimpulan
bahwa kain jenis Rib memiliki laju aliran yang paling besar dibandingkan dengan
jenis kain Legacy dan Diadora. Semakin tinggi laju aliran pada irigasi cincin maka
kebutuhan akan sumber air menjadi lebih besar sebab keluaran air menjadi lebih
banyak. Untuk tanaman dengan kebutuhan air yang tidak terlalu besar maka kain
jenis Rib tidak terlalu cocok untuk digunakan. Laju aliran pada suatu irigasi
haruslah disesuaikan oleh kebutuhan dari suatu tanaman agar hasil yang
didapatkan menjadi lebih efisien serta lebih hemat. Doorenbos dan Kassam (1979)
menyatakan bahwa kebutuhan air bervariasi tergantung pada tipe tanah dan
praktek irigasi. Tanaman masih dapat menerima kondisi penurunan air tanah
tersedia hingga 40 % - 50%.
Pemberian air yang berlebih juga mempengaruhi pola pembasahan
yangterbentuk dan kadar air tanah menjadi tinggi melebihi kadar air pada kapasitas
lapangnya. Pemberian air irigasi sebaiknya diperhatikan agar kondisi tanah
selalupada kapasitas lapang dimana pada kondisi ini pertumbuhan tanaman
dapatoptimal dan kelebihan air dapat dikurangi. Untuk menekan kelebihan air pada
sistem irigasi oleh emitter cincin berbahan kain Rib, Legacy, dan Diadora dapat
dilakukan dengan menurunkan nilai konduktivitas hidrolika bahan melalui
penambahan lapisan bahan porus (menjadi 2 lapis).
2.2.7 Kesimpulan dan Saran
2.2.7.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diberikan pada laporan akhir mata kuliah teknik mesin
irigasi dan drainase, yaitu untuk pola pembasahan vertikal jenis kain Rib memiliki
pola pembasahan yang paling dalam dengan nilai 21, 22, dan 23 cm untuk masing-
masing waktu perlakuan, pola pembasahan horizontal jenis kain legacy memiliki
pola penyebaran yang paling, untuk debit aliran jenis kain Rib memiliki debit yang
paling tinggi dengan nilai 0.00044, 0.00015, dan 0.0001 untuk setiap perlakuan
waktu pengukuran.

2.2.7.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum mata kuliah teknik mesin irigasi
dan drainase dengan judul praktikum irigasi cincin, yaitu pada saat melakukan
praktikum ini pastikan pipa-pipa sambungan sudah dilem dengan baik agar
tekanan yang terjadi tidak hilang akibat kebocoran, lakukan pengukuran sesuai
dengan standar yang telah ditentukan agar hasil pengukuran menjadi lebih valid
serta terpercaya, dan gunakan alat serta bahan sesuai standar yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Doorenbos, J., & W.O, Pruitt. 1977. Guidlines for Predicting Crop Water
Requirements (Vol. 24). Rome: FAO Irrigation and Drainage Paper.

Jansen, M. 1983. Design and Operation of Farm Irrigation System. Michigan:ASAC


St. Josepth.

Pairunan A.K., Nanere J.L., Samosir S.S.R., Tangkaisari J.R., dan Ibrahim H.A., 1997.
Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri
Indonesia Timur. Makassar.

Reskiana.2014. Desain dan Uji Kinerja Emitter Irigasi Cincin. Jurnal Pasca Sarjana.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
LAMPIRAN
1. Tabel Pengamatan
 Pola pembasahan vertikal

Waktu (Menit) Jarak (cm)


Legacy Rib Diadora
5 menit 20.5 21 15
10 menit 18 22 16
15 menit 23 18

 Pola pembasahan horizontal

Legacy
Rib Diadora

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9

5 5.5 5 4 5.5 5.3 6 5.2 5.5 5.6 6.3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


Menit

10 6 9 8.3 5 9 10 8.5 9 5.5 10 6 7 0 0 5 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


Menit

8 9 0 0 7 7 4 4 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15
Menit
 Debit masing masing kain
Waktu
Legacy Rib Diadora
(Menit)
5 Menit 0.02326 0.0269 0.02673
10 Menit 0.00842 0.0118 0.0125
15 Menit 0.0070 0.00781
 Data masing masing kain
No. Data Kain Rib cm
1 Tinggi penyangga 53
2 Tinggi Ember 54
3 Diameter Atas Ember 47
4 Diameter Bawah Ember 38
5 Tinggi Air dalam ember 34
6 Jarak sumber air ke L join 25
7 Jarak dari L join ke T join 16
8 Jarak masing2 simpang T 14
9 Panjang pipa lateral 172
10. Kedalaman emitter 10

No Data Kain Legacy cm


1 Diameter ember 46.5
2 Tinggi muka air 37.7
3 Tinggi ember 54
4 Tinggi ember dari tanah 56
5 Peletakan emitter 5
1 cm = 0,001 cm3
1 cm3 = 0,001*10^-6 m3

No. Data Kain diadora cm


1 Tinggi penyangga 59
2 Tinggi Ember 54
3 Diameter Atas Ember 47
4 Diameter Bawah Ember 38
5 Tinggi Air dalam ember 34
6 Jarak sumber air ke L join 25
7 Jarak dari L join ke T join 16
8 Jarak masing2 simpang T 14
9 Panjang pipa lateral 172
10. Kedalaman emitter 10
 Debit aliran]

Waktu
Legacy Rib Diadora
(Menit)
5 Menit 0.02326 0.0269 0.02673
10 Menit 0.00842 0.0118 0.0125
15 Menit 0.0070 0.00781
DOKUMENTASI

Penbuatan komponen irigasi sumber air irigasi

Pengamatan pola pembasahan pengukuran dengan mistar

Perhitungan lama pembasahan emitter irigasi

Anda mungkin juga menyukai