PBL Endo Skenario Kegemukan
PBL Endo Skenario Kegemukan
“KEGEMUKAN”
KELOMPOK 5
2015
MODUL 2
KEGEMUKAN
Seorang wanita ,30 tahun, datang ke dokter dengan keluhan kelebihan berat badan yang
dialami sejak masa remaja dan terus bertambah hingga menggganggu penampilan. Nafsu
makan sulit dikendalikan dan sudah melakukan olahraga rutin sekali seminggu. Tidak
didapatkan adanya tanda tanda diabetes dalam keluarga. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TB 155cm dengan BB 70kg dan LP 90cm. TD 1120/80mmhg, pemeriksaan
fisik lain dalam batas normal. Hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan kadar GDP
98mg/dl , kol total 180mg/dl , LDL 100mg/dl,HDL 45mg/dl dan TG 102mg/dl
KATA SULIT :
Diabetes Melitus : penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi
yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau gangguan kerja insulin atau
keduanya.
Referensi: http://diabetesmelitus.org/penyakit-diabetes-melitus/DiabetesMelitus.org
KATA KUNCI :
Wanita 30 thn
kelebihan berat badan sejak remaja
tidak ada riwayat diabetes dalam keluarga
TB 155cm, BB 70kg, LP 90cm
TD 120/80 mmHg
GDP 98mg/dl , Kol Total 180mg/dl, HDL 45mg/dl , TG 102mg/dl
PERTANYAAN PENTING
JAWABAN PERTANYAAN
1.Apa yang di maksud Trigliserida?
Jawab:
A. Sifat dan Fungsi Trigliserida
Trigliserida disebut juga triasil gliserol yang merupakan senyawa lipid utama pada
deposit lemak tubuh dan makanan .Keberadaan kolesterol dan trigliserida dalam darah
memang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Jika konsumsi makanan yang mengandung lemak
jenuh berlebihan maka kadar kolesterol dan trigliserida juga berlebihan. Peningkatan
trigliserida dalam plasma darah akan menyebabkan hipertrigliseridemia . Trigliserida
banyak didapatkan dalam sel-sel lemak, merupakan 99% dari volume sel. Di samping
digunakan sebagai sumber energi, trigliserida dapat dikonversi menjadi kolesterol,
fosfolipid, dan bentuk lipid lain kalau dibutuhkan. Sebagai jaringan lemak, trigliserida
juga mempunyai fungsi fisik yaitu sebagai bantalan tulang dan organ vital, melindungi
organ-organ tadi dari guncangan atau kerusakan
B. Metabolisme dan Absorbsi Trigliserida
Lemak yang paling banyak dalam makanan adalah trigliserida, yang tersusun dari
sebuah inti gliserol dan tiga rantai panjang asam lemak (Guyton and Hall, 2007; Mayes,
2003a).Sejumlah kecil trigliserida dicerna dalam lambung oleh lipase lingual yang
disekresi oleh kelenjar lingual dan ditelan bersama dengan saliva.Jumlah pencernaan ini
kurang dari 10%.Sedangkan sejumlah besar lemak akan dicerna di dalam usus halus.
Tahap awal pencernaan lemak adalah emulsifikasi lemak, yaitu memecah gumpalan
lemak menjadi ukuran yang sangat kecil sehingga enzim pencernaan yang larut air dapat
bekerja pada permukaan gumpalan lemak. Emulsifikasi tersebut terjadi dalam duodenum
dengan pengaruh empedu yang mengandung garam empedu dan lesitin.Enzim yang
paling penting untuk pencernaant rigliserida adalah lipase pankreas.Enzim ini merupakan
senyawa yang larut air dan memecah gumpalan lemak hanya pada permukaannya,
sehingga emulsifikasi lemak sangat penting.Lipase pankrea smengkatalis hidrolisis ikatan
ester (pada C- 1 dan C-3) trigliserida sehingga terbentukasam lemakdan 2 monogliserol.
Hasil pencernaan trigliserida yang berupa asam lemak dan monogliserida akan
diserap sel mukosa intestinal dengan cara difusi pasif masuk kebagian dalam sel epitel.
Setelah memasuki sel epitel, asamlemak dan monogliserida diambil oleh retikulum
endoplasma halus, yang selanjutnya akan digunakan untuk membentuk trigliserida baru
kemudian dilepaskan dalam bentuk kilomikron melalui bagian basal selepitel, mengalir
keatas melalui duktus limfetorasikus dan menuju aliran darah. Kilomikron trigliserida
tidak langsung diambil oleh hati.Senyawa ini akan dimetabolisme oleh
jaringanekstrahepatik yang mempunyai enzim lipoprotein lipase, yang akan
menghidrolisis trigliserida, yang kemudian disatukan kedalam lipid jaringan atau
dioksidasi sebagai bahan bakar. Sesudah unsur lipid ini mengalami lipolisis, asam lemak
akan lepas dan masuk ke dalam darah sebagai asam lemak bebas (FFA) yang akan
diambil oleh jaringan tubuh (kecuali otak dan eritrosit) dan di dalam heparakan
mengalami esterifikasi menjadi trigliserida atau di oksidasi sebagai bahan bakar utama.
Triasilgliserol yang berlebihan baik dari hasil lipogenesis maupun dari FFA akan
disekresikan kedalam darah sebagai VLDL yang akan mengalami siklus yang serupa
dengan kilomikron.
1) Hipotalamus
Nukleus arkuatus memiliki dua subset neuron yang berfungsi saling berlawanan.
Satu subset mengeluarkan neuropeptida Y, dan yang lain mengeluarkan melanokortin.
Neuropeptida Y (NPY), salah satu perangsang nafsu makan paling kuat yang pernah
ditemukan, menyebabkan peningkatan asupan makanan sehingga mendorong
pertambahan berat. Melanokortin, sekelompok hormon yang secara tradisional dikenal
penting dalam menentukan warna kulit untuk tujuan kamuflase pada sebagian spesies,
dibuktikan memiliki peran yang mengejutkan dalam homeostasis energy. Melanokortin,
terutama α-melanocyte stimulating hormone, menekan nafsu makan sehingga terjadi
penurunan asupan makanan dan penurunan berat.
Dua daerah hipotalamus menerima banyak akson dari neuron penghasil NPY dan
melanokorti nucleus arkuatus. Daerah-daerah neuron ordo kedua yang terlibat dalam
keseimbangan energy dan asupan makanan ini adalah daerah hipotalamus lateral (lateral
hypothalamic area, LHA) dan nucleus hipotalamus paraventrikel (paraventricular
hypothalamic nucleus, PVN). LHA menghasilkan dua neuropeptida yang berhubungan
erat yang dikenal sebagai oreksin, yaitu stimulator kuat asupan makanan. NPY
merangsang dan melanokortin menghambat pelepasan oreksin, sehingga terjadi
peningkatan nafsu makan dan asupan makanan. Sebaliknya, PVN mengeluarkan
pembawa-pembawa pesan kimiawi, misalnya corticotrophin-releasing hormone, yang
mengurangi nafsu makan dan asupan makanan.
2) Faktor Hormonal
- Leptin. Leptin menekan nafsu makan sehingga enurunkan konsumsi makanan dan
mendorong penurunan berat badan, dengan menghambat sinyal NPY (perangsang nafsu
makan) dan merangsang pengeluaran sinyal melanokortin (penekan nafsu makan) dari
hipotalamus. Sebaliknya, penurunan simpanan lemak dan penurunan sekresi leptin yang
ditimbulkannya akan menyebabkan peningkatan nafsu makan dan penambahan berat
badan. Sinyal leptin umumnya dianggap sebagai faktor dominan yang bertanggung jawab
dalam penyesuaian jangka panjang asupan makanan dengan pengeluaran energy sehingga
kandungan energy total tubuh tetap seimbang dan berat tubuh konstan.
- Ghrelin. Ghrelin, yang disebut sebagai hormone lapar, adalah perangsang nafsu makan
poten yang dihasilkan oleh lambung dan diatur oleh status makan. Sekresi perangsang
nafsu makan ini memuncak sebelum makan dan menyebabkan orang ingin makan,
kemudian turun setelah hidangan dimakan. Ghrelin merangsang nafsu makan dengan
mengaktifkan neuron penghasil NPY di hipotalamus.
- Insulin. Penurunan sekresi insulin dari sel beta pancreas, yang akan mengurangi
simpanan energy. Jadi, leptin mungkin berperan penting dengan cara mengirimkan sinyal
dari jaringan lemak ke otak bahwa energy telah disimpan dalam jumlah yang cukup dan
asupan makanan tidak lagi diperlukan saat itu.
Penurunan kadar gula darah akan menimbulkan rasa lapar, yang menimbulkan
suatu hal yang disebut teori glukostatik pengaturan rasa lapar dan perilaku makan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa efek yang sama dihasilkan dari kadar asam
amino dan produk pemecahan lipid seperti asam keton dan beberapa asam lemak dalam
darah, yang kemudian menghasilkan teori pengaturan lipostatik dan aminostatik. Yaitu,
bila ketersediaan salah satu dari ketiga zat makanan tersebut berkurang, nafsu makan
akan meningkat, yang akhirnya akan mengembalikan kadar zat tersebut dalam darah
menjadi normal. Beberapa penelitian neurofisiologis di area spesifik otak juga
mendukung tori glukostatik, aminostatik dan lipostatik, berikut ini:
b. Peningkatan kadar gula tersebut juga secara bersamaan menurunkan bangkitan neuron
glukosensitif di pusat lapar hipotalamus lateral. Selain itu, beberapa asam amino dan lipid
mempengaruhi kecepatan bangkitan neuron-neuron tersebut atau neuron lain yang terkait
erat.
Sejauh ini kita telah membahas sinyal-sinyal involunter yang secara otomatis
mengontrol asupan makanan kita. Namun, seperti asupan air, kebiasaan makanan
seseorang dibentuk oleh faktor psikologis, sosial, dan lingkungan. Sering keputusan kita
untuk makan atau berhenti makan masing-masing tidak semata-mata ditentukan oleh
apakah kita lapar atau kenyang. Sering kita makan karena kebiasaan makan tiga kali
sehari atau karena kebiasaan sosial.
Selain itu, derajat kesenangan yang berasal dari makan dapat memperkuat
perilaku makan. Makan hidangan dengan rasa, aroma, dan tekstur yang nikmat dapat
menambah nafsu makan dan asupan makanan. Hal ini telah dibuktikan dalam suatu
eksperimen di mana tikus ditawarkan pilihan makanan manusia yang lezat. Tikus-tikus
tersebut makan berlebihan hingga 70% sampai 80% melebihi normal dan menjadi
kegemukan. Ketika tikus-tikus itu dikembalikan untuk menyantap makanan tikus biasa
monoton namun seimbang dari segi gizi, obesitasnya cepat pulih, karena asupan makanan
kembali dikontrol oleh dorongan fisiologik dan bukan keinginan hedonistic untuk
menikmati rasa.
Stres, rasa cemas, depresi, dan kebosanan juga terbukti mengubah perilaku
makan melalui cara-cara yang tidak berkaitan denga kebutuhan energy baik pada hewan
percobaan maupun manusia. Orang sering makan untuk memuaskan kebutuhan
psikologis bukan menghilangkan lapar. Karena itu, setiap penjelasan menyeluruh tentang
bagaimana asupan makanan dikontrol perlu memperhitungkan berbagai tindakan makan
volunteer ini yang dapat memperkuat atau mengalahkan sinyal-sinyal internal yang
mengatur perilaku makan.
5) Pengaruh Suhu
Berdasarkan penelitian, bila hewan terpapar oleh udara dingin, hewan tersebut
cenderung meningkatkan perilaku makannya. Bila terpapar oleh udara panas, cenderung
untuk mengurangi asupan kalorinya. Hal ini disebabkan oleh interaksi antara sistem
pengaturam suhu dan sistem pengaturan asupan makanan di dalam hipotalamus. Hal ini
penting karena peningkatan asupan makanan pada hewan yang kedinginan akan
meningkatkan:
b. Menyediakan banyak lemak yang berfungsi sebagai penahan panas sehingga kedua hal
tersebt akan mengurangi rasa dingin pada hewan tersebut.
Referensi : Sherwood,L. Fisiologi 2012. Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke Sistem. Jakarta.
EGC.
Metode GOD-PAP
Tujuan:
Untuk mengetahui dan memahami metode pelaksanaan pemeriksaan tes toleransi
glukosa (TTG) dan menginterpretasi hasilnya.
Dasar Reaksi :
Gkukosa Oksidase (GOD) mengkatalisa oksidasi dari glukosa menurut persamaan:
Glukosa + O2 + H20 asam glukonat + H2O2
Hidrogen peroksida yang tebentuk bereaksi dengan 4-aminoantipyrin, 4-
diklorofenol. Dengan adanya peroksedase (POD) dan menghasilkan antipyrilquionimin,
yakni suatu zat warna merah. Intensitas warna sebanding dengan kadar gukosa, diukur
secara fotometrik.
ALAT DAN BAHAN
Reagen :
1. Reagen warna (fosfat buffer 200 mml/I. GOD 250 kat, POD 20 kat, 4-
aminoantipyrin ,0,75 mmol/I, 2,4-diklorofenol 1,1 mmol/I)
2. Standar glukosa 100 mg/dl
Alat:
Spektrofotometer, pipet, tabung reaksi.
Cara Kerja:
Pipet ke dalam tabung reaksi
Larutan standar - 20 ul -
Reagensia warna 2 ml 2 ml 2 ml
Perhitungan:
Nilai Normal
METODE FOSFATUNGSTAT
1. Alat
Spektrofotometer Pipetmikro
Kuvet sentrifuga
2. Bahan
a. Serum, plasma-heparin atau EDTA
b. Alkohol 70%
c. Aquades
3. Reagens
a. Reagenspengendap :
Asamfosfatungstat 0,5 mmol/Liter
Magnesium Klorida 0,25 mmol/Liter
b. Reagens warna enzimatik kolesterol
c. Standar kolesterol 100 mg/dl
4. Cara Kerja
a. Siapkan sebuah tabung bersih dan kering
5. Perhitungan
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Kadar HDL-kolesterol = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 x 100 mg/dl
6. Nilai Normal
Laki-laki = 45 – 65 mg/dl
Perempuan = 35-45 mg/dl
Referensi: Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta:
EGC. 2011.
7. Apa Saja Komplikasi dari Obesitas?
1. Diabetes Melitus
Sudah sejak lama diketahui dan diterima umum bahwa obesitas merupakan
salah satu faktor resiko yang penting untuk timbulnya diabetes.Kegemukan secara
tersendiri tidak sampai menimbulkan diabetes, walaupun jelas dapat menaikkan kadar
gula darah. Pada derajat kegemukan dengan BMI >24, akibat pengaruh kegemukan dapat
menyebabkan kadar gula menjadi 200mg%. Disamping derajat obesitas,lamanya obesitas
juga berpengaruh pada terjadinya diabetes. Mengenai mekanisme hubungan antara
obesitas sebagai faktor resiko diabetes, sampai saat ini masih belum jelas benar.yang
sudah diketahui adalah bahwa diabetes mellitus mempunyai etiologi multifaktorial
dengan obesitas sebagai salah satu faktornya. Pada obesitas terjadi hipertrofi sel beta
pancreas dan hiperinsulinisme. Jika mekanisme kompensasi sudah tidak mencakupi lagi,
apakah karena ada faktor genetik maupun lingkungan yang tidak menguntungkan, dapat
terjadi diabetes melituspada orang obes.
1. Hipertensi
Dasar mekanisme kenaikan tekanan darah pada orang gemuk sampai saat ini
belum jelas.Tetapi ada beberapa hal yang dapat terjadi;
Alat pengukur (cuff) terlalu kecil, sehingga tidak dapat menutup (melingkar)
lengan dengan sempurna sehingga menghasilkan tekanan darah tinggi palsu,
dengan angka kenaikan 8-12 mmHg lebih tinggi daripada seharusnya.
hemodinamik orang obes yang normotensif ditemukan kenaikan konsumsi O2dan
juga denyut jantung yang sedikit lebih meningkat. Curah jantung yang sebanding
dengan konsumsi O2 dan derajat kegemukan.
Adanya kenaikan volume darah yang beredar akibat meningkatnya volume darah
dalam jaringan lemak berhubungan dengan curah jantung yang juga meningkat
sehingga terdapat peningkatan aktifitas dari ventrikel kiri.
2. Penyakit Kardiovaskular
Kematian yang lebih tinggi pada orang obes terutama disebabkan oleh
penyulit kardiovaskular, didapatkan bahwa kenaikan berat badan mempunyai
hubungan yang bermakna dengan frekuensi kematian mendadak, angina pektoris,
tetapi tidak berhubungan dengan infark miokard akut.
Pada orang obes terjadi peningkatan konsumsi O2, isi sekuncup juga
meningkat sesuai dengan derajat kegemukannya.Pada orang yang sangat obes
dapat terjadi tanda overload, dan fungsi ventrikel kiri yang berkurang sebanding
dengan kegemukannya, dan hal ini kemudian dapat menyebabkan terjadinya
payah jantung yang fatal. Kelainan kardiovaskular selain payah jantung adalah
kelainan koroner, seperti juga dengan penentuan faktor yang berpengaruh pada
fungsi ventrikel kiri, terdapat pengaruh yang kompleks antara jenis kelamin,
umur, tekanan darah, kadar serum lipid, merokok, diabetes dan berat badan.
3. Hipoventilasi alveolar
Pada orang obes dapat terjadi hipoventilasi alveolar, yang pada keadaan
berat dapat menyebabkan sindrom Pickwickian dengan gejala terdiri atas obesitas
berat, samnolensia, edema, kelainan pernapasan berat disertai adanya peritode
apnea dengan sianosis.
4. Batu empedu
Batu empedu lebih banyak terjadi pada obesitas daripada populasi umum,
juga resiko kematian pada orang obes dengan batu empedu lebih besar di banding
non obes dengan batu empedu. Dasar korelasi antara obesitas dengan batu
empedu masih belum jelas, tetapi beberapa peneliti menyatakan bahwa aktifitas
fisik merupakan salah satu faktor penting, sebaliknya jumlah dan komposisi
makan juga merupakan hal yang berpengaruh. Hal tersebut menyokong hipotesis
bahwa kenaikan kadar kolesterol dalam empedu adalah sebagai akibat perubahan
pola diet. Mungkin kadar kolesterol empedu mempunyai hubungan tidak
langsung dengan kadar serum kolesterol.
Perlemakan hati yang terjadi peningkatan kadar SGOT, SGPT, dan LDH darah
dapat terjadi dan akan kembali normal setelah berat badan menurun.
pada orang gemuk karena kelebihan berat badan, akan terjadi lipatan kulit yang
lebih banyak dengan kelembaban yang lebih tinggi, hingga mempermudah
terjadinya infeksi jamur di lipatan kulit terutama di daerah axilla, perineal serta di
bawah lipatan payudara.
Osteoarthritis lebih sering terjadi pada sendi yang menahan beban berat badan
pada anak yang obes dapat terjadi genu valgum
menstruasi yang tidak teratur serta oligomenore lebih sering terjadi pada orang
obes
fibrosis pada uterus serta timbulnya kanker endometrium yang sering terjadi.
Referensi : Soeparman,dkk. 1987. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Kedua. Jilid 1. Balai
penerbit FKUI:Jakarta.
9.Bagaimana Gambaran Histologi dari Atherosklerosis?
- Dalam tunika intima timbul endapan lemak dalam jumlah kecil yang
tampak bagaikan garis lemak.
- Timbul ateroma atau kompleks plak aterosklerotik yang terdiri dari lemak,
jaringan fibrosa, kolagen, kalsium, debris seluler dan kapiler.
Referensi: http://www.academia.edu/7687525/ATEROSKLEROSISi
Referensi:
1. Widyaningrum, A. P., Wangko, S., &Tanudjaja, G. N. (2013). Perbandingan
Kadar GulaDarah Post-Prandial PadaWanitaObesSentralDengan Dan
TanpaRiwayatKeluargaPenyakitKardiovaskular. JurnalBiomedik, 5(1).
2. Rohman, M. S. (2011).
PatogenesisdanTerapiSindromaMetabolik. JurnalKardiologi Indonesia,28(2),
86-94.
3. Merentek, E. (2006). Resistensi Insulin Pada Diabetes MelitusTipe
2. CerminDunia Kedokteran,150, 38-41.
11. Apa Yang Dimaksud Dengan Stress Metabolik?
12. Apa segmen DNA yang mengatur berat badan secara genetik?
Gen ob adalah gen yang menghasilkan hormon leptin. Pada manusia gen ini
terdapat pada kromosom ke 7. Hormon ini mengontrol nafsu makan dan mengatur proses
pembakaran lemak dalam tubuh. Gen yang terdiri dari 3 ekson dan 2 intron menyandi
protein leptin yang diproduksi oleh sel-sel lemak (adiposit). Leptin masuk ke dalam
peredaran darah. Saat leptin mengikat reseptor leptin yang berada di otak, terjadi proses
penghambatan pengeluaran neuropeptida Y (NPY), yang berpengaruh pada peningkatan
nafsu makan. Bila tidak ada leptin nafsu makan menjadi tidak terkontrol.Pada level leptin
rendah dan makanan yang masuk sedikit, hypothalamus mengeluarkan NPY yang
menyebabkan keinginan untuk makan dan memperlambat metabolism, suatu tindakan
mengembalikan keadaan homeostatis. Pada waktu perut kosong, akan disekresikan
hormon ghrelin yang merangsang nafsu makan. Sistem usus juga mengeluarkan beberapa
peptide termasuk hormon obestatin dan cholecystokinin yang merupakan sinyal untuk
rasa kenyang dan berhenti makan.
Gen db (diabetic) adalah gen penghasil reseptor leptin. Sejumlah orang yang
mempunyai masalah obesitas ternyata mengalami mutasi baik pada gen yang
memproduksi leptin maupun gen yang memproduksi reseptor leptin.
. Jenny Hidayat dan M. Kartono Ichwani. (2006). “Peranan Leptin dalam Obesitas.”
Majalah Kedokteran Damianus (Vol. 5 No. 1 Bulan Januari 2006). Hlm. 25-31.
th
. Solomon, E.D., L.R. Berg dan D. W. Martin. (2008). Biology. 8 Edition. Thompson
Brooks/Cole. Australia
13. Bagaimana Cara Pemeriksaan Kolesterol total dan interpretasinya?
Pada prinsip teskolesterol total dan tes trigliserida dilakukan metode kalorimetrik
enzimatik dimana intensitas warna yang terbentuk dapat ditentukan dengan mengukur
absorbansnya pada rentang panjang gelombang 480- 550 nm dan intensitas warna yang
terbentuk ditentukan dengan fotometri .
Untuk pemeriksaan ini pasien disuruh untuk puasa minimal 12 jam atau
maksimal 14 jam, sampel darah diperoleh melalui vena punksi pada vena mediana cubiti
denga nmenggunakan disposible syringe 10 cc. Di ambil darah sebanyak 5 mL tanpa
antikoagulan agar darah dapat membeku kemudian disentrifuge 3000 rpm selama 10
menit untuk mendapatkan serum. Setelah itu serum dipisahkan dari bekuan darah dan siap
untuk dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol total dan kadar trigliserida.
Referensi :http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31366/4/Chapter%20II.pdf
1.Kelebihan makanan
Kegemukan hanya mungkin terjadi jika terdapat kelebihan makanan dalam tubuh,
terutama bahan makanan sumber energi. Dengan kata lain, jumlah makanan yang
dimakan melebihi kebutuhan tubuh.
2.Kekurangan Aktifitas dan Kemudahan Hidup
Kegemukan dapat terjadi bukan hanya karena makanan berlebih, tetapi juga
karena aktifitas fisik berkurang, sehingga terjadi kelebihan energi. Berbagai kemudahan
hidup juga menyebabkan berkurangnya aktifitas fisik, serta kemajuan teknologi
diberbagai bidang kehidupan mendorong masyarakat untuk me nempuh kehidupan yang
tidak memerlukan kerja fisik yang berat.
3.Faktor Psikologik dan Genetik
Faktor psikologis sering juga disebut sebagai faktor yang mendorong terjadinya
obesitas. Gangguan emosional akibat adanya tekanan psikologis atau lingkungan ke
hidupan masyarakat yang dirasakan tidakmenguntungkan. Saat seseorang merasa cemas,
sedih, kecewa atau tertekan, biasanya cenderung mengkonsumsi makanan lebih banyak
untuk mengatasi perasaan – perasaan tidak menyenangkan tadi. Kegemukan dapat
diturunkan dari generasi sebelumnya pada generasi berikutnya dalam sebuah keluarga.
Itulah sebabnya kita sering menjumpai orang tua gemuk cenderung memiliki anak – anak
yang gemuk pula. Dalam hal ini faktor genetik telah ikut campur menentukan jumlah
unsur sel lemak dalam tubuh yang berjumlah besar melebihi ukuran normal, secara
otomatis akan diturunkan kepada yang bayi selama didalam kandungan. Maka tidak heran
bila bayi yang lahir pun memiliki unsur lemak tubuh yang relatif sama besar.
4.Pola Konsumsi Makanan
Pola makanan masyarakat perkotaan yang tinggi kalori dan lemak sertarendah
serat memicu peningkatan jumlah penderita obesitas. Masyarakat diperkotaan cenderung
sibuk, biasanya lebih menyukai mengkonsumsi makanan cepat saji, dengan alasan lebih
praktis. Meskipun, mereka mengetahui bahwa nilai kalori yang terkandung dalam
makanan cepat saji sangat tinggi, dan didalam tubuh kelebihan kalori akan diubah dan
disimpan menjadi lemak tubuh.
5.Kebudayaan
Bayi – bayi yang gemuk biasanya dianggap bayi yang sehat. Banyak orang tua
yang berusaha membuat bayinya sehat dengan cara memberikan terlalu banyak susu,
yang biasa diberikan adalah susu botol atau formula. Bayi yang terlalu gemuk pada usia
enam minggu pertama akan cenderung tumbuh menjadi remaja yang gemuk. Beberapa
studi menunjukan bahwa 80% dari anak – anak yang kegemukan akan tumbuh menjadi
anak dewasa yang kegemukan juga.
6.Faktor Hormonal
Menurut hipotesa para ahli,Depo Medroxy Progetseron acetat (DMPA)
merangsang pusat pengendalian nafsu makan dihipotalamus yangmenyebabkan akseptor
makan lebih banyak dari pada biasanya. Sistem pengontrol yang mengatur perilaku
makanan terletak pada suatu bagian otak yang disebut hipotalamus.Hipotalamus
mengandung lebih banyak pembuluh darah dari daerah lain diotak, sehingga lebih mudah
dipengaruhi oleh unsur kimiawi darah. Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi
penyerapan makanan yaitu hipotalamus lateral (HL) yang menggerakkan nafsu makan
(awal atau pusat makan), hipotalamus ventromedial (HVM) yang bertugas menggerakkan
nafsu makan (pemberian pusat kenyang). Dari hasil suatu penelitian diadapat bahwa jika
HL rusak atau hancur maka individu menolak untuk makan atau minum (diberi infus).
Sedangkan kerusakan pada bagian HVM maka seseorang akan menjadi rakus dan
kegemukan. Pada penggunaan progesteron yang lama (jangka panjang) menyebabkan
pertambahan berat badan akibat terjadinya perubahan anabolik dan stimulasi nafsu
makan.
7.Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorag menjadi gemuk. Jika
seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk adalah simbol
kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut cenderung untuk menjadi gemuk.
15. Berapa frekuensi dan durasi olahraga aerobik untuk menurunkan berat badan ?
1. Jalan kaki
Berjalan kaki adalah latihan yang ideal untuk menurunkan berat badan. Berjalan
kaki selama 15 menit dapat membakar hingga 250 kalori. Jalan kaki tidak
membutuhkan perlengkapan khusus, hanya sepatu untuk membuat kaki anada
nyaman. Untuk mereka yang memiliki masalah kesehatan serius, termasuk
obesitas dan penyakit jantung, jalan kaki adalah aktivitas olahraga penurun berat
badan yang memiliki intensitas rendah namun dapat meningkatkan kesehatan
fisik sekaligus mental.
2. Berenang
Olahraga renang, yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dapat membakar kira-
kira 400 hingga 700 kalori per jam. Segala jenis dan gaya renang efektif untuk
menurunkan berat badan. Selain itu, olahraga renang juga bagus untuk
mengencangkan otot. Berenang juga memperkuat dan memperbaiki kondisi tubuh
anda.
3. Bersepeda
Olahraga ini mampu membakar antara 372 hingga 1.100 kalori per jam
tergantung berat badan, kecepatan dan medan tempuh. Bersepeda sangatlah bagus
karena medan yang berbeda memberi latihan yang menyeluruh termasuk
penguatan bagian bawah tubuh dan kardiovaskuler
4. Berlari
Berlari bisa membakar hingga 600 kalori perjam, membantu membangun dan
menguatkan tulang serta jaringan (khususnya jaringan kolektif), meningkatkan
dengut jantung hingga ke level rata-rata guna mencegah resiko serangan jantung,
stroke, dan beberapa jenis kanker
Diet Rendah Energi adalah diet yang kandungan energinya dibawah kebutuhan normal,
cukup vitamin dan mineral.
𝐵𝐵 70 70
IMT = = = = 29, 13 kg/cm2 -> OBES 1
𝑇𝐵2 1552 24025
= 55 – 5,5
= 49,5 Kg
Obat anti obesitas umumnya anoreksan atau penekan nafsu makan golongan
simpatomimetik dan pemberiannya sementara. Obat ini dapat menimbulkan toleransi dan
lama-lama efek obat ini akan berkurang. Umumnya obat-obat ini merangsang SSP
sehingga akan menyebabkan adiksi. Obat ini sering bekerja dengan meningkatkan
neurotransmitter anoreksigenik seperti NE, serotonin, dan dopamin.
1) Golongan nonadrenergik
amfetamin (tidak diizinkan),fentermin (meningkatkan pelepasan NE saja),
dietilpropion, dan mazindol.
2) Golongan serotonergik
fenfluramin (meningkatkan pelepasan serotonin dan menginhibisi reuptake-nya)
dan fluoksetin.Campuran noradrenergik dan serotonergik: sibutramin
(menginhibisi reuptake serotonin dan NE).Gastrointestinal lipase inhibitor:
orlistat (menginhibisi lipase lambung dan pankreas).
Obat-obat antiobesitas yang dapat digunakan dan disetujui oleh FDA hanyalah yang
memenuhi DEA schedule III dan IV. DEA schedule ialah penggolongan obat berdasarkan
potensinya untuk menimbulkan ketergantungan. Semakin rendah nilainya maka semakin
bahaya untuk disalahgunakan.
Orlistat adalah yang paling aman digunakan karena tidak bekerja pada SSP,
sedangkan sibutramin, dietilpropion, dan fentermin termasuk golongan IV yang berarti
kemungkinan penyalahgunaannya lebih rendah. Sibutramin dapat digunakan untuk jangka
panjang (lebih dari 6 bulan) karena kecenderungan penyalahgunaannya lebih kecil dan
efek kerjanya akan hilang setelah 1 tahun. Obat antiobesitas yang diizinkan untuk
digunakan di Indonesia ialah campuran golongan noradrenergik dan golongan
serotonergik, yaitu sibutramin; dan golongan gastrointestinal lipase inhibitor, yaitu
orlistat.
1. Sibutramin.
Farmakokinetik
Obat ini diabsorpsi secara cepat dengan pemakaian secara oral.Waktu yang
diperlukan sibutramin untuk mencapai kadar puncaknya ialah 1 hingga 2 jam.
Metabolisme lintas pertama terjadi di hati, terutama oleh CYP3A4. Obat ini diekskresi
terutama melalui urin. Makanan dapat mengurangi kadar puncak M1 (27%) dan M2
(32%) dalam darah, dan waktu untuk mencapai kadar puncak memanjang
menjadi 3 jam.
Indikasi
Obat yang digunakan pasien obesitas untuk mengurangi berat badan ini dapat
mengurangi risiko gangguan kesehatan terkait obesitas, dengan catatan hipertensi harus
terkontrol. Sibutramin dianjurkan untuk penderita obesitas dengan IMT lebih dari sama
dengan 30 kg/m2, atau dengan IMT 27 dan disertai faktor risiko lain seperti diabetes,
hipertensi, arthritis, sleep apneu, dan dislipidemia. Puncak penurunan berat badan terjadi
setelah sekitar 6 bulan pemakaian dan berat badan dapat dipertahankan untuk
sekurangnya 1 tahun. Sibutramin dikenal efektif untuk mempertahankan penurunan berat
badan. Karena efek sibutramin berakhir minimal 1 tahun, maka sibutramin dianjurkan
untuk pengobatan obesitas jangka panjang.
Dosis
Dosis awal sebesar 10 mg diberikan 1 kali/ hari dengan atau tanpa makan. Bila
penurunan berat badan tidak signifikan, maka dosis dapat ditingkatkan setelah 4 minggu
pemakaian menjadi total 15 mg 1 kali/hari. Tekanan darah dan frekuensi jantung pasien
perlu dipertimbangkan saat titrasi dosis. Tidak dianjurkan pemakaian dengan dosis di atas
15 mg. Pada kebanyakan uji klinis, pemberian obat dilakukan pada pagi hari.
Efek samping
Efek samping dari sibutramin antara lain: mulut kering, anoreksia, sakit kepala,
konstipasi, insomnia, peningkatan tekanan darah dan detak jantung, dan aritmia
(memerlukan pengawasan lebih lanjut). Penderita dengan sejarah drug abuse perlu lebih
diperhatikan untuk tanda-tanda gangguan tertentu.
Kontraindikasi
Kontraindikasi dari sibutramin antara lain: hipertensi tidak terkontrol; penderita
dengan sejarah infark miokard, angina, gagal jantung, aritmia jantung, stroke atau
serangan iskemik selintas (Transient Ischaemic Attack), atau penyakit arteri perifer.
Interaksi Obat
Selective Serotonin Reuptake inhibitors (SSRI), misalnya fluoksetin atau sertalin, dapat
mengakibatkan serotonin syndrome yang mungkin fatal, sehingga hal tersebut juga
merupakan kontraindikasi.
2. Orlistat
Indikasi
Orlistat cocok jika diberikan pada pasien yang telah mengalami penurunan berat
badan setidak 2,5 kg akibat penggunaan obat, memerlukan terapi jangka panjang, yang
pada terapi dietnya memerlukan asupan lemak tinggi, memiliki kadar LDL yang tinggi,
memiliki gangguan toleransi glukosa, telah berulang kali kehilangan berat badan
belakangan ini dan dengan cepat mengembalikannya, atau memiliki kemampuan untuk
menjalani diet rendah lemak dalam waktu yang lama.
Dosis
Pemberian orlistat dengan dosis 120 mg yang diberikan segera sebelum, saat, dan
hingga 1 jam setelah setiap makan besar (maksimal 360 mg/hari). Pemberian dosis
tersebut memberikan hasil yaitu lemak dapat berkurang sampai 30%. Maksimal terapi
pengobatan 2 tahun. Tidak direkomendasikan bagi anak-anak.
Efek samping
Efek samping dari orlistat antara lain: feses lunak, nyeri abdomen, flatus, fecal
urgency atau incontinence yang paling sering terjadi selama 1-2 bulan pertama dengan
derajat ringan sampai sedang dan cenderung membaik seiring berlanjutnya penggunaan.
Kontraindikasi
Kontraindikasi dari pemberian orlistat antara lain: sindrom malabsoprsi kronik,
kolestasis, kehamilan dan menyusui.