Anda di halaman 1dari 2

Insulin memiliki efek penting pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.

Insulin dapat
menurunkan kadar glukosa, lemak dan asam amino dalam darah serta mendorong penyimpanan
nutrien-nutrien tersebut. Sewaktu molekul-molekul nutrien ini memasuki darah dalam keadaan
absorbtif, insulin meningkatkan penyerapannya oleh sel dan konversi masing-masing menjadi glikogen,
trigliserida, dan protein. Hormon ini menjalankan efeknya yang beragam dengan mengubah transportasi
nutrien spesifik dari darah ke dalam sel atau dengan mengubah aktivitas enzim-enzim yang terlibat
dalam jalur metabolik tertentu (Sherwood)

Hampir seluruh energi yang digunakan oleh sel otak disuplai oleh glukosa yang berasal dari
darah, karena otak tidak dapat mensintesis glukosa dan hanya mampu sekitar dua menit menyimpan
suplai glukosa dalam bentuk glikogen di neuron pada setiap saat. Untuk mengambil glukosa dari darah,
sel otak tidak membutuhkan insulin seperti kebanyakan sel lainnya. Sel otak memperoleh glukosa dari
darah secara difusi. Ketika konsentrasi glukosa darah turun dari kisaran fisiologis, transport glukosa dari
pembuluh darah ke otak menjadi inadekuat untuk metabolisme energi dan fungsi otak. Apabila terjadi
hiperinsulinemia, maka konsentrasi glukosa darah menjadi sangat rendah, karena kelebihan insulin
menyebabkan hampir seluruh glukosa dalam darah ditranspor secara cepat ke dalam sel-sel non-neural
sensitif insulin ke seluruh tubuh, khususnya sel-sel otot dan sel-sel hati. Apabila hal ini terjadi, maka
glukosa yang tertinggal dalam darah tidak cukup untuk mensuplai neuron-neuron dan fungsi mental
kemudian menjadi sangat terganggu, kadang-kadang sampai menebabkan koma, tetapi lebih sering
terjadi ketidakseimbangan mental dan gangguan psikotik.

Pada praktikum ini, dilakukan pengamatan syok insulin pada ikan guppy. Sebelumnya diamati
terlebih dahulu pergerakan ikan guppy sebelum diberikan perlakuan. Pergerakan ikan guppy awalnya
lincah dan aktif bergerak.

Setelah 5 menit, tubuh ikan mulai berkedut dan gerakannya menjadi semakin kejang-kejang.
Setelah 10 menit, ikan tidak dapat mempertahankan posisi tegak untuk menegakkan dirinya sendiri,
badannya sering terbalik saat berenang tetapi ia terus mencoba. Setelah 20 menit, ikan berhenti
berenang dan akhirnya memasuki keadaan koma Perubahan pola renang dan keadaan koma akhir adalah
akibat dari kekurangan glukosa otak yang dihasilkan oleh hiperinsulinisme

Hiperinsulinemia tersebut menyebabkan kadar glukosa darah menjadi turun karena efek dari
insulin seperti yang telah diketahui yaitu membantu transport glukosa ke dalam sel, maka pada keadaan
ini, glukosa darah ikan tersebut kebanyakan ditranspor ke sel-sel non neural sensitif insulin, sehingga
pasokan glukosa ke otak menjadi sangat berkurang. Hal ini menyebabkan Ikan mulai kehilangan
keseimbangannnya dan merupakan suatu tanda bahwa ikan telah mengalami hipoglikemia. Hilangnya
keseimbangan merupakan salah satu gejala hipoglikemia yang apabila dibiarkan terus menerus dapat
mengakibatkan berlanjutnya kondisi tersebut menjadi koma atau kematian.

Hiperinsulinemia dapat menyebabkan hipoglikemik pada otak. Simpanan karbohidrat dalam


jaringan saraf sangat terbatas, dan fungsi normal bergantung pada pasokan glukosa yang kontinu. Bila
kadar glukosa plasma turun gejala awal adalah berdebar-debar, berkeringat dan kegelisahan karena efek
saraf autonom. Pada kadar plasma yang lebih rendah , gejala neuroglikopenik mulai muncul. Gejala-
gejala ini mencakup rasa lapar, kebingungan dan kelainan kognitif lain. Pada kadar glukosa plasma yang
lebih rendah lagi, terjadi letargi, koma, kejang dan akhirnya kematian

Anda mungkin juga menyukai