Anda di halaman 1dari 7

Menentukan Kadar Protein Dengan Metode Titrasi Formol

I. Tujuan Percobaan
menentukan kadar protein yang terdapat dalam sampel dengan metode titrasi formol.

II. Tinjauan Pustaka


Protein berasal dari bahasa Yunani yaitu protos yang berarti “yang paling utama”, maka
protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari
monomer-monomer asam amino. Antara asam amino yang satu dengan yang lain dihubungkan
oleh ikatan peptida. Molekul protein yang mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan
kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel
makhluk hidup dan virus. Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis
protein lain berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, misalnya protein yang membentuk
batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi,
sistem kendali dalam bentuk hormon,seperti kompenen peyimpanan (dalam biji) dan juga dalam
transportasi hewan. Sebagai salah sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi
organisme yang tidak mampu membentuk asam amino tersebut (wirahadikusumah, 1985).

Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida, lipid, dan
polinukleotida yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan
salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam biokimia. Protein ditemukan oleh Jons
Jakob Berzelius pada tahun 1838. Biosintetis protein alami sama dengan eksprei genetik. Kode
genetik yang dibawa DNA ditranskripsi menjadi RNA, yang berperan sebagai cetakan bagi
transkripsi yang dilakukan ribosom. Sampai tahap ini, protein masih ‘mentah’, hanya tersusun
dari asam amino proteinogenik. Melalui mekanisme pasca translasi, terbentuklah protein yang
memiliki fungsi penuh secara biologi (Riawan, 1990).
Ditinjau dari strukturnya, protein dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu golongan
protein sederhana dan protein gabungan. Protein sederhana adalah protein yang hanya terdiriatas
molekul-molekul asam amino, sedangkan protein gabungan adalah protein yang terdiri atas
porotein dan gugus bukan protein. Gugus ini disebut gugus prosketik dan terdiri atas karbohidrat,
lip[id atau asam nukleat. Protein sederhana dapat dibagi dalam dua bagian menurut bentuk
molekulnya, yaitu proitein fiber dan protein globular. Protein fiber mempunyai bentuk molekul
panjang seperti serat atau serabut, sedangkan protein globular berbentuk bulat (wikipedia, 2009).
Studi dari biokimiawan USA Thomas Osborne Lafayete Mendel. Preofesor untuk biokimia
di Yale, 1914, mengujicobakan protein konsumsi dari daging dan tumbuhan kepada kelinci. Satu
grup kelinci-kelinci tersebut diberikan makanan hewani, sedangkan group yang lain diberikan
protein nabati. Dari eksperimennya didapati bahwa kelinci yang memperoleh protein hewani
lebih cepat bertambah beratnya dari kelinci yang memperoleh protein nabati. Kemudian studi
selanjutnya oleh Mc Lay dari universitas Berkeley menunjukan bahwa kelinci yangmemperoleh
protein nabati, lebih sehat dan hidup dua kali lebih lama (Campbell, 2007).
Protein merupakan suatu senyawa polimer yang dibentuk dari monomer-monomer asam
amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida antar asam amino satu dengan yang lainnya. Sifat
dari berbagai macam protein tergantung pada jumlah asam amino yang menyusunnya, disamping
itu juga dipengaruhi oleh rantai samping dan masing-masing asam amino. Protein tidak dapat
larut pada pelaarut organik tetapi akan mengendap apabila ke dalam larutannya ditambahkan
dengan Na2SO4, NaCl, alkohol dan juga aseton. Senyawa ini cenderung mengalami perubahan
bentuk yang disebut dengan denaturasi protein. Perubahan tersebut terjadi karena molekul
protein peka terhadap senyawa-senyawa tertentu maupun panas, sehingga konformasi molekul
jadi berubah (Bahri, 2010).

III. Metodologi
1.1. Alat

1. Erlenmeyer 100 mL
2. Pipet tetes
3. Gelas ukur 10 mL
4. Gelas kimia 100 mL
5. Buret 25 mL
6. Corong
7. Klem dan statif
1.2. Bahan

1. Putih telur
2. Susu cair
3. Air tahu
4. Aquadest
5. NaOH 0,1 N
6. Formaldehid 40%
7. K-oksalat jenuh
8. Indikator PP

1.3. Prosedur Kerja


1. Mengambil 10 mL larutan sampel ke dalam erlenmeyer 100 mL, kemudian menambahkan 20
mL aquadest dan 0,4 mL K-oksalat jenuh serta 1 mL indikator PP, dan mendiamkannya selama 2
menit.
2. Mentitrasi sampe dengan larutan NaOH 0,1 N sampai larutan berwarna pink.
3. Kemudian menambahakan 2 mL larutan formaldehid 40 %, lalu melanjutkan menitrasi sampai
larutan berwarna pink.
4. Mencatat volume NaOH yang terpakai.
5. Melakukan pekerjaan yang sama dengan menggunakan larutan blanko.
6. Menghitung %N dalam sampel dengan menggunakan rumus:
mL NaOH x N x 14,008 gr/mL
%N = 100%
Berat sampel x 10 mL/L
IV. Hasil Pengamatan

Volume Titrasi
No.
Sampel Volume Titrasi I Volume Titrasi II VII - Blanko
1 Susu 13,8 mL 17,2 mL 16,8 mL
2 Air Tahu 2,8 mL 71,2 mL 70,8 mL
3 Putih Telur 11,7 mL 19,5 mL 19,1 mL

V. Analisis Data
Rumus:

%N= x 100 %
5.1. Susu cair
Massa jenis susu cair = 1,028 gr/mL
Volume susu cair = 10 mL
Massa susu cair = 1,028 gr/mL x 10 mL
= 10,3 gr
Jadi,

%N = x 100 %
= 22,8 %
5.2. Air tahu
Massa jenis air tahu = 1,48 gr/mL
Volume air tahu = 10 mL
Massa air tahu = 1,48 gr/mL x 10 mL
= 14,8 gr
Jadi,

%N = x 100 %
= 67 %
5.3. Putih telur
Massa jenis putih telur = 1,027 gr/mL
Volume putih telur = 10 mL
Massa putih telur = 1,027 gr/mL x 10 mL
= 10,27 gr
Jadi,

%N = x 100 %
= 26,05 %
VI. Pembahasan
Percobaan kali ini yaitu tentang protein. Protein merupakan suatu senyawa polimer yang
terbentuk dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida antara
asam amino satu dengan asam amino lainnya. Protein berfungsi sebagai sumber energi bagi
tubuh makhluk hidup, membentuk jaringan/ bagian tubuh lain, untuk pertumbuhan, sebagai
enzim (merupakan katalisator), transport molekul di dalam darah dan sel, sebagai hormone
contohnya hormone insulin, sebagai pembentuk antibody, molekul yang membantu kontraksi
otot, keseimbangan cairan, transmisi saraf.
Dalam percobaan ini, ada perlakuan yang diberikan pada sampel putih telur, susu kental
manis, dan air tahu. Seperti penambahan air pada ketiga sampel ini bertujuan untuk
menghidrolisis protein yang terdapat pada susu beerbrand, susu Frisian Flag, dan air tahu
menjadi asam-asam amino. Penambahan K-oksalat jenuh bertujuan untuk memblokade gugus
amina (-NH2) pada asam amino sehingga hanya terdapat gugus karboksil (-COOH) pada
ujung rantai yang akan bereaksi dengan NaOH sampai lautan tersebut berubah menjadi berwarna
merah muda. Penambahan Indikator PP bertujuan untuk sebagai batas penanda berakhirnya
titrasi, pada rangkaian perlakuan ini warna larutan tetap berwarna putih yang merupakan
pengaruh dari warna sampel tersebut. Perlakuan selanjutnya semua larutan dititrasi dengan
larutan NaOH 0,1 N yang bertujuan untuk menetralkan gugus karboksil yang terdapat pada asam
amino. Saat mentitrasi ketiga sampel larutan dari putih telur, susu Frisian Flag, dan air tahu,
warna larutan berubah menjadi pink dan larutan menggumpal. Pada perlakuan selanjutnya
penambahan dengan formaldehid yang bertujuan untuk menguatkan sifat asam dari asam amino
hal ini ditandai dengan hilangnya warna pink pada larutan, selanjutnya larutan dititrasi kembali
sampai larutan berubah menjadi pink kembali. Perubahan warna larutan menjadi pink disebabkan
karena sifat dari indikator pp yang akan berwarna pink pada larutan basa (seperti NaOH).
Pada bercobaan menggunakan larutan blanko dimana dalam hal ini yang digunakan
adalah aquades yang ditambahkan dengan K-oksalat jenuh dan indikator pp warna larutan
langsung berubah pink, ini menandakan bahwa larutan blanko ini tidak mengandung protein.
Adapun tujuan dari larutan blanko ini yaitu untuk mengetahui jumlah ml NaOH yang bereaksi
dengan zat-zat kimia yang digunakan dalam analisis yaitu K-oksalat jenuh, formaldehid, dan air.
Dari hasil titrasi diperoleh volume NaOH, yang dikurangi dengan volume blanko adalah
susu cair 16,8 mL, air tahu 70,8 mL dan putih telur 19,1 mL. Perbedaan volume tersebut
disebabkan karena kadar protein dari tiap-tip sampel berbeda. Berdasarkan perhitungan, maka
dapat diketahui kadar protein dari sampel yang digunakan, yaitu untuk susu cair 22,8%, air tahu
69,3% dan putih telur adalah 26,04%. Dan jika dibandingkan dengan literatur, dimana diketahui
pada air tahu memiliki nilai 10,8 %, putih telur 16,3 %, dan susu 7,14 %. Nilai ini tidak sesuai
dengan literatur yang mungkin dikarenakan kesalahan dalam pengukuran, kurangnya alat yang
digunakan sehingga perlakuan ini lambat dilakukan, serta tidak layaknya bahan yang digunakan.
Bahan yang digunakan sangat berpengaruh besar terhadap hasil yang diperoleh.

VII. Penutup
1.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ambil dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Prinsip titrasi formol adalah metode analisis cara penentuan protein dengan cara titrasi formol
untuk menghidrolisis protein dalam sampel.
2. Semakin banyak larutan NaOH yang digunakan maka semakin tinggi kadar proteinnya,
begitupun sebaliknya.
3. % N yang didapatkan pada masing-masing sampel adalah air tahu 67%, susu 22,9 % dan putih
telur 25,97 %.

Anda mungkin juga menyukai