OLEH :
PONIAH
NIM. 1813071018
KELAS : IIA
ELEKTROKIMIA
berdasarkan pada
mencakup
REAKSI REDOKS
Sel Volta Sel Elektrolisis
terdiri atas
terdiri atas
terdiri atas mempunyai
Elektroda
Reduksi Oksidasi terjadi pada Elektroda Potensial Sel mengikuti
berupa
Disetarakan berupa bergantung pada
Korosi Hukum Katoda
dengan
Faraday
metode
Potensial
Anoda Katoda Anoda
Elektroda
Setengah
Reaksi pada keadaan tempat terjadi
dapat dicegah standar
Perubahan Reaksi dapat berupa
Bilangan Perlindungan Potensial Sel Elektroda
Oksidasi Katodik Standar
Elektroda
pada keadaan
Perubahan bergantung pada Aktif
standar
Bilangan
Oksidasi Elektroda
Potensial Potensial
Elektroda Oksidasi/Reduksi Inert
berupa
Standar Standar
KONSEPSI
ELEKTROKIMIA
Elektrokimia mempelajari semua reaksi kimia yang disebabkan oleh energi listrik serta semua reaksi kimia yang menghasilkan listrik. Sel
elektrokimia adalah tempat terjadinya aliran elektron yang ditimbulkan oleh konversi energi kimia menjadi energi listrik atau sebaliknya. Hal ini
dimungkinkan dengan pemisahan reaksi oksidasi dan reaksi reduksi (reaksi redoks). Sel elektrokimia juga sering didefinisikan sebagai sel yang
menghasilkan energi listrik akibat reaksi kimia dalam sel tersebut.
Elektrokimia didasarkan pada reaksi redoks. Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi perubahan bilangan oksidasi. Reaksi redoks
mencakup reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi yang terjadi penurunan bilangan oksidasi melalui penangkapan elektron,
contohnya : Cu2+ (aq) + 2e → Cu(s)
Sedangkan reaksi oksidasi adalah reaksi yang terjadi peningkatan bilangan oksidasi melalui pelepasan elektron,
contohnya : Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e
Dalam reaksi redoks, reaksi reduksi dan oksidasi terjadi secara simultan, maka reaksi diatas menjadi :
Cu2+(aq) + Zn(s) → Cu(s) + Zn2+(aq)
Contoh-contoh reaksi redoks yang lain :
1. Zn(s) + HCl(aq) → ZnCl2(aq) + H2(g)
2. Br2(g) + KIO3(aq) + 2 KOH(aq) → KIO4(aq) + 2 KBr(aq) + 2 H2O(l)
Reaksi autoredoks, atau istilah lainnya reaksi disproporsionasi adalah reaksi dimana suatu zat dapat mengalami reaksi reduksi dan oksidasi.
Contoh : Cl2(g) + 2 KOH(aq) → KBr(aq) + KClO(aq) + 2 H2O(l)
Penyetaraan Reaksi Redoks
Penyetaraan reaksi redoks dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara setengah reaksi dan cara perubahan bilangan oksidasi (biloks).
1. Cara penyetaraan reaksi redoks dengan sistem setengah reaksi dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Menuliskan masing-masing persamaan setengah reaksi reduksi dan reaksi
oksidasi
2. Menyetarakan unsur-unsur yang mengalami reaksi redoks
3. Menambahkan 1 molekul H2O :
- pada yang kekurangan (1) atom O, jika reaksi berlangsung dalam suasana
asam
- pada yang kelebihan (1) atom O, jika reaksi berlangsung dalam suasana
basa
4. Menyetarakan atom hidrogen dengan ion H+ jika suasana asam atau dengan ion
OH jika suasana basa
5. Menyetarakan muatan dengan menambahkan elektron di sebelah kanan atau
kiri persamaan reaksi
6.Menjumlahkan kedua persamaan setengah reaksi dengan menyamakan elektron
nya.
Contoh 1:
Reaksi : Cr2O72- + Cu+ → Cr3+ + Cu2+
Langkah-langkah penyetaraan reaksi:
Tahap 1 : Cr2O72- → Cr3+ Cu+ → Cu2+
Tahap 2 : Cr2O72- → 2Cr3+
Cu+ → Cu2+
Tahap 3 : Cr2O72- → 2Cr3+ + 7H2O
Cu+ → Cu2+
Tahap 4 : 14H+ + Cr2O72- → 2 Cr3+ + 7H2O
Cu+ → Cu2+
Tahap 5 : 6e + 14H+ + Cr2O72- → 2 Cr3+ + 7 H2O(I)
Cu+ → Cu2+ + e (II)
Tahap 6 : 6e + 14 H+ + Cr2O72- → 2 Cr3+ + 7 H2O(I) x1
6 Cu+ → 6 Cu2+ + 6 e (II) x 6 +
Reaksi akhir: Cr2O72- + 6 Cu+ + 14H+ → 2Cr3+ + 6Cu2+ + 7H2O
2. Cara penyetaraan reaksi redoks dengan cara perubahan bilangan oksidasi (biloks) dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Menyetarakan (menyamakan) unsur-unsur yang mengalami perubahan bilangan
oksdasi
2. Menentukan biloks unsur-unsur tersebut dan menentukan perubahannya
3. Menyamakan kedua perubahan biloks
4. Menentukan jumlah muatan di ruas kiri dan di ruas kanan
5. Menyamakan muatan dengan cara :
a. jika muatan di ruas kiri lebih negatif maka menambahkan ion H+
sebanyak perbedaan muatan (ini berarti reaksi berlangsung dalam suasana asam.
b. jika muatan di ruas kanan lebih positif maka menambahkan ion OH
sebanyak perbedaan muatan (ini berarti reaksi berlangsung dalam
suasana basa).
6. Menyamakan atom hidrogen di ruas kiri dan kanan dengan cara menambahkan H2O.
Contoh :
Reaksi : MnO4- + Br- → Mn2+ + Br2
Tahap 1 : MnO4- + Br- → Mn2+ + Br2
Tahap 2 : MnO4- + Br- → Mn2+ + Br2
↑ ↑ ↑ ↑
+7 -2 +2 0
-5
+2
- -
Tahap 3 : MnO4 × 2 dan Br × 5, sehingga persamaan menjadi:
2 MnO4- + 10 Br- → 2 Mn2+ + 5 Br2
Tahap 4 : 2 MnO4- + 10 Br- → 2 Mn2+ + 5 Br2-
-12 +4
Tahap 5 : di sebelah kiri lebih bermuatan negatif (-1) maka ditambahkan ion H+
sebanyak 16 buah, supaya muatannya sama dengan disebelah kanan +4.
16 H+ + 2 MnO4- + 10 Br- → 2 Mn2+ + 5 Br2
Tahap 6 : 16 H+ + 2 MnO4- + 10 Br- → 2 Mn2+ + 5 Br2 + 8 H2O
Periksa jumlah atom di ruas kiri dan kanan, jika sudah setara berarti
reaksinya betul.
Karena jumlah atom di sebelah kiri dan kanan sudah sama, serta muatannya juga sama maka persamaan akhirnya adalah:
16 H+ + 2 MnO4- + 10 Br- → 2 Mn2+ + 5 Br2 + 8 H2O
Terdapat dua macam sel elektrokimia, yaitu sel Volta (sel Galvani ) dan sel elektrolisis:
SEL VOLTA
adalah sel elektrokimia yang melibatkan reaksi redoks spontan dan menghasilkan arus listrik. Contoh dari sel volta yaitu baterai. Prinsip kerja sel
volta dalam menghasilkan arus listrik adalah aliran aliran transfer elektron dari reaksi oksidasi di anode ke reaksi reduksi di katode melalui
rangkaian luar.
Gambar Sel Volta :
Katode adalah elektrode yang memiliki nilai E° lebih besar (positif), sedangkan anode adalah elektrode yang memiliki nilai E° lebih kecil
(negatif). Data nilai potensial electrode standar dapat dilihat pada tabel berikut.
Sel Volta dapat terjadi pada peristiwa korosi. Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam
dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut
perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi. Korosi dapat dicegah dengan cara perlindungan katodik.
Perlindungan katodik adalah perlindungan logam dengan menjadikan logam tersebut sebagai katode, dengan cara menghubungkan logam
tersebut dengan logam yang lebih mudah teroksidasi.
Contoh perlindungan katodik adalah sebagai berikut:
1. Untuk melindungi terjadinya korosi (perkaratan) pada menara-menara raksasa ,maka bagian kaki menara dihubungkan dengan lempeng
magnesium yang ditanam didalam tanah. Dengan demikian menara besi akan menjadi katode dan lempeng Mg sebagai anode nya.
Lempeng magnesium akan mengalami oksidasi dan lempeng Mg yang rusak dapat diganti dalam jangka waktu tertentu.
2. Untuk mencegah korosi pada pipa di dalam tanah, di dekatnya ditanam logam yang lebih aktif, misalnya Mg, yang dihubungkan dengan
kawat. Batang magnesium akan mengalami oksidasi dan Mg yang rusak dapat diganti dalam jangka waktu tertentu, sehingga pipa yang
terbuat dari besi terlindung dari korosi.
Teknik pengendalian korosi dengan sistem perlindungan katodik ini akan lebih baik dan optimal, jika digabung dengan sistem lapis lindung
(coating), selain menurunkan biaya juga kesempurnaan dalam penerapan system perlindungan katodik akan mudah tercapai. Oleh karena itu,
pada umum tingkat biaya yang dikeluarkan dalam penerapan system perlindungan katodik akan selalu dipengaruhi oleh jenis dan material lapis
lindung yang digunakan karena peran utama dari lapis lindung ini adalah sebagai isolator untuk terjadinya interaksi antara pipa dengan
lingkungan baik tanah maupun air. Namun, pemakaian lapis lindung mempunyai kelemahan yaitu sukar sekali mengisolasi material secara
sempurna (selalu ada cacat kecil atau lubang) sehingga dapat menyebabkan terjadinya korosi sumur atau lokal dan hal ini sangat berbahaya
dibandingkan dengan korosi merata. Oleh karena itu, biasanya perlindungan dengan menggunakan lapis lindung selalu digabung dengan sistem
perlindungan katodik.
SEL ELEKTROLISIS
adalah sel elektrokimia yang melibatkan reaksi redoks tidak spontan dan memerlukan arus lisrik luar. Sel elektrolisis juga dapat didefinisikan
sebagai reaksi peruraian zat dengan menggunakan arus listrik. Contohnya adalah pemurnian logam dan pelapisan logam.
Sel elektrolisis terdiri atas elektroda, dimana elektroda tersebut merupakan tempat terjadinya reaksi elektroda yang bergantung pada potensial
oksidasi / reduksi standar. Sel elektrolisis yang terdiri atas elektroda juga dapat berupa elektroda aktif dan elektroda inert.
Elektroda aktif adalah elektroda yang dapat terlibat dalam reaksi redoks elektrolisis. Contohnya tembaga (Cu), krom (Cr), dan nikel (Ni).
Elektroda inert adalah elektroda yang tidak terlibat dalam reaksi redoks elektrolisis. Contohnya Platina (Pt), emas (Au) dan grafit (C).
Skema reaksi-reaksi elektrolisis larutan :
1. Logam aktif (golongan IA, IIA, Al dan Mn) kationnya akan tereduksi menjadi logamnya, bila yang dielektrolisis adalah
lelehan/leburan/cairanya
2. Pada pelapisan/penyepuhan logam yang digunakan sebagai anode adalah logam pelapis
3. Susunan Sel Elektrolisis
Penggunaan Elektrolisis
1. Untuk memproduksi suatu zat
2. Untuk pemurnian logam, dengan prinsip;
. logam kotor sebagai anode
. logam murni sebagai katode.
3. Untuk penyepuhan (elektroplatting), dengan prinsip;
. Logam yang akan disepuh sebagai katode
. logam penyepuh sebagai anode
. elektrolit yaitu larutan yang mengandung ion logam penyepuh. massa logam penyepuh akan berkurang
Sel elektrolisis mengikuti hukum Faraday.
Hukum Faraday
Aspek kuantitatif dari elektrolisis dirumuskan oleh Michael Faraday, seorang ahli kimia dan fisika dari Inggris, dalam dua hukum elektrolisis
Faraday. Hukum-hukum elektrolisis Faraday menyatakan hubungan antara massa zat yang dihasilkan di electrode dengan muatan listrik yang
disuplai pada elektrolisis.
Hukum Faraday I
“Massa zat yang dihasilkan pada suatu electrode selama elektrolisis (G) berbanding lurus dengan jumlah muatan listrik yang digunakan (Q).”
Secara matematis, hukum Faraday I dapat ditulis dalam persamaan berikut.
G~Q
Sebagaimana jumlah muatan listrik (Q) sama dengan hasil kali dari kuat arus listrik (i) dengan selang waktu (t),
Q=i×t
Massa zat yang dihasilkan selama elektrolisis (G) juga berbanding lurus dengan kuat arus (i) dan selang waktu (t). Muatan listrik (Q) yang
digunakan dalam elektrolisis berbanding lurus dengan jumlah mol elektron yang terlibat dalam reaksi redoks (ne). Secara eksperimen diperoleh
bahwa 1 mol elektron memiliki muatan listrik sebesar 96.500 coulomb. Nilai muatan listrik electron ini ditetapkan sebagai konstanta Faraday
(F). Jadi, hubungan ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
Q = ne × F
Hukum Faraday II
“Massa zat yang dihasilkan pada suatu electrode selama elektrolisis (G) berbanding lurus dengan massa ekivalen zat tersebut (Mek).”
Berdasarkan konsep stoikiometri dasar mengenai hubungan massa (m), jumlah mol (n) dan massa molar (}) sebagai berikut:
m=nx}
G=nexMel
𝑄
G= 𝐹 xMek
𝑖𝑥𝑡
G= 𝐹 xMek
Akan didapat persamaan di atas yang merupakan gabungan dari kedua hukum Faraday, di mana:
G = massa zat yang dihasilkan (gram)
Q = muatan listrik (coulomb)
i = kuat arus listrik (ampere)
t = waktu (sekon)
Mek = massa ekivalen zat (gram/mol)
F = konstanta Faraday (96.500 coulomb/mol)
Oleh Karena itu, jika diberikan jumlah muatan listrik yang sama, maka perbandingan massa zat-zat yang dihasilkan akan sama dengan
perbandingan massa ekivalen nya masing-masing.
GA:GB=MekA:MekB
Secara sistematis, hubungan antara jumlah listrik yang dialirkan dengan massa zat yang dihasilkan dalam elektrolisis dapat dilihat pada skema
berikut.
Pertanyaan :
1. Jelaskan pengertian dari reaksi konproporsionasi ! Berikan contohnya !
2. Apakah reaksi
Ca2+(aq) + 2Ag+(aq) Ca(s) + 2Ag+(aq)