Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ILMU DASAR KEPERAWATAN

“Perbedaan Proses Infeksi Berbagai Agen Infeksius dan Kondisi


yang Melemahkan Pertahanan Pejamu Melawan Mikroorganisme”

Disusun Oleh:
1. BELLA RIZKA (1810020)
2. CEU CEU BELA SALSA D (1810022)
3. ENDRA BAGAS B (1810038)
4. HANINA SALSABILA (1810046)
5. MUHAMMAD CAHYO U (1810062)
6. YUANNITA PUTRI W.S (1810112)

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, karena berkat dan
rahmat, serta penyertaan-Nya sehingga makalah “Perbedaan Proses Infeksi Berbagai
Agen Infeksius dan Kondisi yang Melemahkan Pejamu Melawan Mikroorganisme”
dapat kami selesaikan.
Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang
sederhana, singkat, serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna serta masih
terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini, maka kami berharap
adanya masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan di masa yang akan mendatang dan
berguna bagi Mahasiswa STIKES Hang Tuah Surabaya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
dipergunakan dengan layak sebagaimana mestinya.

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

BAB I 1

PENDAHULUAN ...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1

1.2 Permasalahan.................................................................................................2

A. Rumusan Masalah .........................................................................................2

B. Tujuan ...........................................................................................................2

a. Tujuan Umum ...............................................................................................2

b. Tujuan Khusus ..............................................................................................2

BAB II ......................................................................................................................3

TINJAUAN TEORITIS ...........................................................................................3

1. Pengertian Peran............................................................................................3

2. Konsep Keperawatan ....................................................................................3

3. Tanggung Jawab Profesi keperawatan ..........................................................5

4. Hak dan Kewajiban Perawat .........................................................................6

5. Peran Advokasi Perawat ...............................................................................7

Contoh Kasus .........................................................................................................15

BAB III ..................................................................................................................22

PENUTUP ..............................................................................................................22

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................22

3.2 Saran .................................................................................................................22

DAFTAR PUSAKA ...............................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penelitian tentang penyakit infeksi merupakan bidang kedokteran klinis
khusus yang menangani diagnosis dan penatalaksanaan penyakit yang secara
langsung disebabkan oleh agen infeksi, baik agen yang didapatkan dari
lingkungan maupun agen yang ditularkan melalui organisme perantara (vektor).
Macam-macam agen infeksi tersebut sangat banyak, meliputi bakteri (gram positif
maupun gram negatif), virus, jamur, protozoa, cacing, dan bahkan algae. Sel dan
jaringan yang terpajan infeksi disebut hospes.

Hospes yang terpapar dan dihinggapi oleh agen infeksi dapat berkembang
menjadi penyakit klinis. Proses infeksi hingga dapat menimbulkan manifestasi
klinis tidak dapat dipisahkan dengan mekanisme sistem imunitas hospes. Dengan
demikian, penyakit infeksi biasanya merupakan akibat dari interaksi antara agen
infeksi yang relatif sangat virulen (faktor promotif infeksi) dengan hospes normal
yang utuh, atau antara agen infeksi yang kurang virulen dengan hospes pada
beberapa tingkat gangguan, baik sementara ataupun permanen sehingga
melemahkan faktor-faktor inhibitor infeksi. Hal tersebut tentu sangat berkaitan
dengan mekanisme pertahanan hospes.

Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang


mengandung mikroba patogen di sekelilingnya. Mikroba tersebut dapat
menimbulkan penyakit infeksi pada manusia. Mikroba patogen yang ada bersifat
poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respons imun tubuh manusia terhadap
berbagai macam mikroba patogen juga berbeda. Umumnya gambaran biologik
spesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang berperan untuk
proteksi. Begitu juga respon imun terhadap bakteri khususnya bakteri
ekstraselular atau bakteri intraselular mempunyai karakteristik tertentu pula
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi
matahari, dan polusi.

1
Pertahanan oleh diperantarai sel T (Celluar Mediated Immunity, CMI)
sangat penting dalam mengatasi organisme intraseluler. Sel T CD4 akan berikatan
dengan partikel antigen yang dipresentasikan melalui MHC II pada permukaan
makrofag yang terinfeksi bakteri intraseluler. Sel T helper (Th1) ini akan
mengeluarkan sitokin IFN γ yang akan mengaktivasi makrofag dan membunuh
organisme intraseluler, terutama melalui pembentukan oksigen reaktif intermediat
(ROI) dan nitrit oxide (NO). Selanjutnya makrofag tersebut akan mengeluarkan
lebih banyak substansi yang berperan dalam reaksi inflamasi kronik. Selain itu
juga terjadi lisis sel yang diperantarai oleh sel T CD8.

1.2 Permasalahan
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana membedakan proses infeksi berbagai agen infeksius?
2. Bagaimana kondisi yang melemahkan pertahanan pejamu melawan
mikroorganisme?
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui proses infeksi berbagai agen infeksius
2. Untuk mengetahui bagaimana cara pejamu melawan
mikroorganisme
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui agen Infeksius lebih dalam dan bisa
membedakan antara virus satu dengan yang lainnya
2. Untuk mengetahui hubungan mikroorganisme dengan infeksi

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. Pengertian Peran
1.1 Peran Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang
lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan
bersifat stabil (Fadli dalam Kozier Barbara, 2008).

2. Konsep Keperawatan
2.1 Falsafah Keperawatan
Falsafah keperawatan merupakan pandangan dasar tentang hakekat
manusia dan esensi yang menjadikan kerangka dasar dalam praktek
keperawatan. Hakekat manusia yang dimaksud disini adalah manusia
sebagai makhluk biologis, psikologis, social dan spiritual, sedangkan
esensinya adalah falsafah keperawatan yang meliputi :
 Memandang bahwa pasien sebagai manusia yang utuh (holistik)
yang harus dipenuhi segala kebutuhannya baik kebutuhan biologis,
psikologis, social dan spiritual yang diberikan secara
kompeherensif dan tidak bias dilakukan secara sepihak atau
sebagian dari kebutuhannya.
 Bentuk pelayanan yang diberikan harus secara langsung dengan
memperhatikan aspek kemanusiaan.
 Setiap orang berhak mendapatkan perawatan tanpa memandang
perbedaan suku, kepercayaan, status sosial, agama, dan ekonomi.
 Pelayanan keperawatan tersebut merupakan bagian integral dari
system pelayanan kesehatan mengingat perawat bekerja dalam
lingkup tim kesehatan bukan sendiri-sendiri.
 Pasien adalah mitra yang selalu aktif dalam pelayanan kesehatan,
bukan seorang penerima jasa pasif (Hidayat, 2008).

3
2.2 Pengertian Keperawatan Perawat adalah mereka yang memiliki
kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan
berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh melalui pendidikan
keperawatan (Undang-Undang Kesehatan No.23,1992). Dalam
Permenkes RI No. 1239 tahun 2001, dijelaskan bahwa perawat adalah
seseorang yang telah lulus pendidikan keperawatan, baik di dalam
maupun di luar negeri (Putri & Fanani).
2.3 Tujuan Keperawatan
 Teori Peplau(1952). Tujuan keperawatan untuk mengembangkan
interaksi antara perawat dan klien.
 Teori Orem (1971) Tujuan keperawatan adalah untuk merawat dan
membantu klien mencapai perawatan diri secara total.
 Nightingale (1860) Tujuan keperawatan untuk pasilitasi proses
penyebuhan tubuh dengan memanipulasilingkungan klien.
 King (1971) Tujuan keperawatan untuk memanfaatkan komunikasi
dalam membantu klien mencapai kembali adaptasi secara positif
terhadap lingkungan.
 Rogers (1970) Untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan,mencegah kesakitan, dn merawat serta merehabilitasi
klien yang sakit dan tidak mampu dengan pendekatan humanistic
keperawatan. 2.4 Peran Perawat Kesehatan
 Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan Dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan
melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan
yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia,
kemudian dievaluasi tingkat perkembangannya.
 Peran sebagai advokasi klien Peran ini dilakukan perawat dalam
membantu pasien dan keluarga dalam menginterpretasikan
berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan

4
keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien.
 Peran edukator Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit
bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan
perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan. • Peran
Koordinator Peran in dilaksanakan dengan mengarahkan,
merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim
kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah
serta sesuai dengan kebutuhan pasien.
 Peran kolaborator Peran perawat disini dilakukan karena perawat
bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis,
ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat
dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
 Peran konsultan Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi
terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tempat untuk
diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan pasien terhadap
informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
 Peran pembaharu Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan
dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perbaruan yang
sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan (Azis, 2008)

3. Tanggung Jawab Profesi keperawatan


1. Perawat harus menempatkan kebutuhan pasien diatas kepentingan
sendiri.
2. Perawat harus melindungi hak pasien untuk memperoleh keamanan dan
pelayanan yang berkualitas
3. Perawat harus selalu meningkatkan pengetahuan, keahlian, serta menjaga
perilaku dalam melaksanakan tugasnya.

5
4. Hak dan Kewajiban Perawat
4.1 Hak Perawat adalah sebagai berikut:
a) Perawat berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
b) Perawat berhak untuk mengembangkan diri melalui kemampuan
spesialisasi sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
c) Perawat berhak menolak keinginan pasien yang bertentangan
dengan perundang-undangan serta standar dan kode etik
keperawatan.
d) Perawat berhak untuk mendapatkan informasi lengkap dari klien
atau keluarganya tentang keluhan kesehatan dan ketidakpuasan
terhadap pelayanan yang diberikan.
e) Perawat berhak untuk mendapatkan ilmu pengetahuannya
berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
bidang keperawatan/ kesehatan secara terus menerus.
f) Perawat berhak untuk diperlakukan secara adil dan jujur baik oleh
institusi pelayanan maupun oleh pasien.
g) Perawat berhak mendapat jaminan perlindungan terhadap resiko
kerja yang dapat menimbulkan bahaya baik secara fisik maupun
stres emosional.
h) Perawat berhak diikutsertakan dalam penyusunan dan penetapan
kebijaksanaan pelayanan kesehatan.
i) Perawat berhak atas privasi dan berhak menuntut apabila nama
baiknya dicemarkan oleh pasien/keluarganya serta tenaga
kesehatan lainnya.
4.2 Kewajiban Perawat
a) Perawat wajib mematuhi semua peraturan institusi yang
bersangkutan.
b) Perawat wajib memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan
sesuai dengan standar profesi dan batas kegunaannya.

6
c) Perawat wajib menghormati hak pasien.
d) Perawat wajib merujuk pasien kepada perawat atau tenaga
kesehatan lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang
lebih baik bila yang bersangkutan tidak dapat mengatasinya.
e) Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk
berhubungan dengan keluarganya, selama tidak bertentangan
dengan peraturan atau standar profesi yang ada. Perawat wajib
memberikan kesempatan pada pasien untuk menjalankan
ibadahnya sesuai dengan agama atau kepercayaannya masing-
masing selama tidak mengganggu pasien lainnya.
f) Perawat wajib berkolaborasi dengan tenaga medis atau tenaga
kesehatan lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan dan
keperawatan kepada pasien.
g) Perawat wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan
keperawatan yang diberikan kepada klien atau keluarganya sesuai
dengan kemampuannya.
h) Perawat wajib membuat dokumentasi asuhan keperawatn secara
akurat dan berkesinambungan.
i) Perawat wajib mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi keperawatan atau kesehatan secara terus-menerus.
j) Perawat wajib melakukan pelayanan darurat sebagai tugas
kemanusiaan sesuai dengan batas kewenangannya.
k) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang pasien, kecuali jika dimintai keterangan oleh pihak yang
berwenang. m)Perawat wajib memenuhi hal-hal yang telah
disepakati atau perjanjian yang telah dibuat sebelumnya terhadap
institusi tempat bekerja (Suhaemi, 2002).

5. Peran Advokasi Perawat


5.1 Pengertian Advokasi Advokasi adalah proses pembelaan yang
dilakukan untuk mendukung atau memberikan argumentasi bagi

7
kebutuhan orang lain/ bertindak sebagai pembela pasien dalam praktik
keperawatan(Brooker, 2002).
Advokat adalah seseorang yang membela perkara orang lain
(Kozier Erb, 2004). Advokat pasien adalah seorang advokat yang
membela hak-hak pasien. Defenisi lain menekankan advokat sebagai
pendukung dan pelindung dari hal-hal yang merugikan pasien, sumber
informasi tentang status kesehatan pasien, penolong dalam
mengidentifikasi kebutuhan, pilihan-pilihan, keinginan dan penolong
pasien dalam membuat keputusan yang dibutuhkan dalam pengobatan
pasien. Oleh karena itu advokasi merupakan konsep yang penting
dalam praktik keperawatan, peran perawat sebagai advokat disini harus
bertanggung jawab untuk melindungi hak pasien mereka dari adanya
penipuan atau penyimpangan (Purba & Pujiastuti, 2009).
Tanggung jawab diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan
kinerja yang ditampilkan untuk memperoleh hasil pelayanan yang
berkualitas tinggi dengan memahami uraian tugas dan spesifikasinya
serta berdasarkan standar yang berlaku. Perawat yang bertanggung
jawab berarti menunjukkan kewajibannya sebagai seorang profesional
dengan komitmen menempatkan kebutuhan pasien di atas kepentingan
sendiri (Putri & Fanani, 2010). Creasia dan Parker (2000) menjelaskan
bahwa konsep advokasi memiliki tiga pengertian, yaitu:
1) Model perlindungan terhadap hak Model ini menekankan pada
perawat untuk melindungi hak klien agar tidak ada tindakan
tenaga kesehatan yang akan merugikan pasien selama dirawat.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara menginformasikan kepada
pasien tentang semua hak yang dimilikinya, memastikan pasien
memahami hak yang dimilikinya, melaporkan pelanggaran
terhadap hak pasien dan mencegah pelanggaran hak pasien.
2) Model pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai yang
dianut pasien Model ini menekankan pada perawat untuk
menyerahkan segala keputusan tentang perawatan yang akan
dijalankan oleh pasien kepada pasien itu sendiri, sesuai dengan

8
nilai-nilai yang dianut pasien. Perawat tidak diperbolehkan
memaksakan nilai-nilai pribadinya untuk membuat keputusan
pada pasien, melainkan hanya membantu pasien mengeksplorasi
keuntungan dan kerugian dari semua alternatif pilihan atau
keputusan.
3) Model penghargaan terhadap orang lain Model ini menekankan
pada perawat untuk menghargai pasien sebagai manusia yang
unik. Perawat harus menyadari bahwa sebagai manusia yang
unik, pasien memiliki kebutuhan yang berbeda-beda satu sama
lain. Perawat harus mempunyai semua yang terbaik bagi pasien
sesuai dengan kebutuhannya saat itu. Dewasa ini, banyak
definisi umum advokat yang menekankan pentingnya hak-hak
pasien dalam mengambil keputusan. Dalam hal ini, perawat
advokat menolong pasien sebagai makhluk yang memiliki
otonomi untuk mengambil Universitas Sumatera Utara
keputusan sendiri, yang sesuai dengan keinginan pasien dan
bukan karena pengaruh dari perawat atau tenaga kesehatan
lainnya. Pendidikan dan dukungan kepada pasien diberikan
sesuai kebutuhan dan pilihannya. Perawat diharapkan mampu
mengidentifikasi dan mengerti keinginan pasien dan
memastikan bahwa keinginan tersebut merupakan keputusan
yang terbaik dari pasien. Jadi, dapat disimpulkan bahwa peran
advokat pasien adalah dasar dari semua peran perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan dan dukungan terhadap pasien,
dengan melindungi hak pasien dan bertindak atas nama pasien.
5.2 Tanggung jawab perawat dalam menjalankan peran advokat pasien
Nelson (1988) dalam Creasia & Parker (2001) menjelaskan bahwa
tanggung jawab perawat dalam menjalankan peran advokat pasien adalah
:
1) Sebagai pendukung pasien dalam proses pembuatan keputusan,
dengan cara : memastikan informasi yang diberikan pada pasien
dipahami dan berguna bagi pasien dalam pengambilan

9
keputusan, memberikan berbagai alternatif pilihan disertai
penjelasan keuntungan dan kerugian dari setiap keputusan, dan
menerima semua keputusan pasien.
2) Sebagai mediator (penghubung) antara pasien dan orang-orang
disekeliling pasien, dengan cara : mengatur pelayanan
keperawatan yang dibutuhkan pasien dengan tenaga kesehatan
lain, mengklarifikasi komunikasi antara pasien, keluarga, dan
tenaga kesehatan lain agar setiap individu memiliki pemahaman
yang sama, dan menjelaskan kepada pasien peran tenaga
kesehatan yang merawatnya.
3) Sebagai orang yang bertindak atas nama pasien dengan cara :
memberikan lingkungan yang sesuai dengan kondisi pasien,
melindungi pasien dari tindakan yang dapat merugikan pasien,
dan memenuhi semua kebutuhan pasien selama dalam
perawatan.
5.3 Nilai-nilai dasar yang harus dimiliki oleh perawat advokat Menurut
Kozier & Erb (2004) untuk menjalankan perannya sebagai advokasi
pasien, perawat harus memiliki nilai-nilai dasar, yaitu :
1) Pasien adalah makhluk holistik dan otonom yang mempunyai
hak untuk menentukan pilihan dan mengambil keputusan.
2) Pasien berhak untuk mempunyai hubungan perawat-pasien yang
didasarkan atas dasar saling menghargai, percaya, bekerja sama
dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan
masalah kesehatan dan kebutuhan perawatan kesehatan, dan
saling bebas dalam berpikir dan berperasaan.
3) Perawat bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pasien
telah mengetahui cara memelihara kesehatannya. Selain harus
memiliki nilai-nilai dasar di atas, perawat harus memiliki sikap
yang baik agar perannya sebagai advokat pasien lebih efektif.
Beberapa sikap yang harus dimiliki perawat, adalah:
1) Bersikap asertif Bersikap asertif berarti mampu
memandang masalah pasien dari sudut pandang yang

10
positif. Asertif meliputi komunikasi yang jelas dan
langsung berhadapan dengan pasien.
2) Mengakui bahwa hak-hak dan kepentingan pasien dan
keluarga lebih utama walaupun ada konflik dengan tenaga
kesehatan yang lain.
3) Sadar bahwa konflik dapat terjadi sehingga membutuhkan
konsultasi, konfrontasi atau negosiasi antara perawat dan
bagian administrasi atau antara perawat dan dokter.
4) Dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain Perawat
tidak dapat bekerja sendiri dalam memberikan perawatan
yang berkualitas bagi pasien. Perawat harus mampu
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain yang ikut serta
dalam perawatan pasien.
5) Tahu bahwa peran advokat membutuhkan tindakan yang
politis, seperti melaporkan kebutuhan perawatan kesehatan
pasien kepada pemerintah atau pejabat terkait yang
memiliki wewenang/otoritas.
5.4 Tujuan dan hasil yang diharapkan dari peran advokat pasien Tujuan dari
peran advokat berhubungan dengan pemberdayaan kemampuan pasien
dan keluarga dalam mengambil keputusan. Saat berperan sebagai advokat
bagi pasien, perawat perlu meninjau kembali tujuan peran tersebut untuk
menentukan hasil yang diharapkan bagi pasien. Menurut Ellis & Hartley
(2000), tujuan peran advokat adalah :
1. Menjamin bahwa pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lain
adalah partner dalam perawatan pasien. Pasien bukanlah objek
tetapi partner perawat dalam meningkatkan derajat
kesehatannya. Sebagai partner, pasien diharapkan akan bekerja
sama dengan perawat dalam perawatannya.
2. Melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan. Universitas
Sumatera Utara Pasien adalah makhluk yang memiliki otonomi
dan berhak untuk menentukan pilihan dalam pengobatannya.

11
Namun, perawat berkewajiban untuk menjelaskan semua
kerugian dan keuntungan dari pilihan-pilihan pasien.
3. Memiliki saran untuk alternatif pilihan. Saat pasien tidak
memiliki pilihan, perawat perlu untuk memberikan alternatif
pilihan pada pasien dan tetap memberi kesempatan pada pasien
untuk memilih sesuai keinginannya.
4. Menerima keputusan pasien walaupun keputusan tersebut
bertentangan dengan pengobatannya. Perawat berkewajiban
menghargai semua nilai-nilai dan kepercayaan pasien.
5. Membantu pasien melakukan yang mereka ingin lakukan. Saat
berada di rumah sakit, pasien memiliki banyak keterbatasan
dalam melakukan berbagai hal. Perawat berperan sebagai
advokat untuk membantu dan memenuhi kebutuhan pasien
selama dirawat di rumah sakit.
6. Melindungi nilai-nilai dan kepentingan pasien. Setiap individu
memiliki nilai-nilai dan kepercayaan yang berbedabeda. Sebagai
advokat bagi pasien, perawat diharapkan melindungi nilai-nilai
yang dianut pasien dengan cara memberikan perawatan dan
pengobatan yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai tersebut.
7. Membantu pasien beradaptasi dengan sistem pelayanan
kesehatan. Universitas Sumatera Utara Saat pasien memasuki
lingkungan rumah sakit, pasien akan merasa asing dengan
lingkungan sekitarnya. Perawat bertanggung jawab untuk
mengorientasikan pasien dengan lingkungan rumah sakit dan
menjelaskan semua peraturan-peraturan dan hak-haknya selama
di rumah sakit, sehingga pasien dapat beradaptasi dengan baik.
8. Memberikan perawatan yang berkualitas kepada pasien. Dalam
memberikan asuhan keperawatan harus sesuai dengan protap
sehingga pelayanan lebih maksimal hasilnya.
9. Mendukung pasien dalam perawatan. Sebagai advokat bagi
pasien, perawat menjadi pendamping pasien selama dalam

12
perawatan dan mengidentifikasi setiap kebutuhan-kebutuhan
serta mendukung setiap keputusan pasien.
10. Meningkatkan rasa nyaman pada pasien dengan sakit terminal.
Perawat akan membantu pasien melewati rasa tidak nyaman
dengan mendampinginya dan bila perlu bertindak atas nama
pasien menganjurkan dokter untuk memberikan obat penghilang
nyeri.
11. Menghargai pasien. Saat perawat berperan sebagai advokat bagi
pasien, perawat akan lebih mengerti dan menghargai pasien dan
hak-haknya sebagai pasien.
12. Mencegah pelanggaran terhadap hak-hak pasien. Perawat
sebagai advokat bagi pasien berperan melindungi hak-hak
pasien sehingga pasien terhindar dari tindakan-tindakan yang
merugikan dan membahayakan pasien.
13. Memberi kekuatan pada pasien. Perawat yang berperan sebagai
advokat merupakan sumber kekuatan bagi pasien yang
mendukung dan membantunya dalam mengekspresikan
ketakutan, kecemasan dan harapan-harapannya. Hasil yang
diharapkan dari pasien saat melakukan peran advokat (Ellis &
Hartley, 2000), adalah pasien akan :
1) Mengerti hak-haknya sebagai pasien.
2) 2) Mendapatkan informasi tentang diagnosa, pengobatan,
prognosis, dan pilihan-pilihannya.
3) Bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya.
4) Memiliki otonomi, kekuatan, dan kemampuan
memutuskan sendiri.
5) Perasaan cemas, frustrasi, dan marah akan berkurang.
6) Mendapatkan pengobatan yang optimal.
7) Memiliki kesempatan yang sama dengan pasien lain.
8) Mendapatkan perawatan yang berkesinambungan.
9) Mendapatkan perawatan yang efektif dan efisien.

13
5.5 Hak-hak dan Kewajiban Pasien Hak-hak pasien telah dijamin dalam pasal
4 Undang-Undang No 23 Tahun !992, yang isinya “ Setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang
optimal.”
5.5.1 Hak pasien
 Hak mendapat pelayanan yang manusiawi sesuai dengan
standar profesi kedokteran.
 Hak atas informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya
serta tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya.
 Hak memilih dokter yang merawat dirinya.
 Hak memilih sarana kesehatan.
 Hak atas rahasia yang berkaitan dengan penyakit yang
diderita.
 Hak menolak tindakan medis tertentu atas dirinya.Hak untuk
menghentikan pengobatan.
 Hak untuk mencari second opinion (pendapat lain).
 Hak atas rekam medis.
 Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/
kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak
mengganggu pasien lainnya.
 Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama
dalam perawatan di rumah sakit.
 Hak untuk didampingi anggota keluarga dalam keadaan
kritis.
 Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril
ataupun spiritual.
 Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas
terjadinya kasus malpraktik.
 Pasien berhak memeriksa dan menerima penjelasan
pembayaran.
5.5.2 Kewajiban Pasien

14
 Memberi keterangan yang jujur tentang penyakitnya kepada
petugas kesehatan.
 Mematuhi nasehat dokter.
 Menjaga kesehatan dirinya.
 Memenuhi jasa pelayanan (Putri & Fanani, 2010).

Contoh Kasus

An. S berusia 15 bulan beralamat Wringinpitu,Mojowarno diantar kedua orang


tuannya ke RSUD Jombang pada tanggal 14 Januari 2018 dengan keluhan batuk,
panas ± 3 hari dengan tingkat kesadaran alert (composmentis) Saat dilakukan
pemeriksaan fisik didapatkan TD : 100/70, RR: 32 , N : 142xmenit, S: 40oC, BB :
5,4 kg

4.1 PENGKAJIAN
1. Biodata Pasien
Nama : An.S
Umur : 15 bulan
Jenis Kelamin : perempuan
Alamat : Wringinpitu ,Mojowarno Jombang
Tgl. MRS : 14 Januari 2018
Tgl. Pengkajian : 15 Januari 2018
Diagnosa Medis : GEA , dehidrasi, nyeri + sepsis
4.1.1 Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama :
Batuk
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengatakan batuk dimulai pada hari Sabtu (21.00) tanggal
31 Januari 2018, dengan batuk grok- grok , dan dahak (+) dengan warna
putih,hijau disertai pilek dengan ingus putih. Demam secara terus menerus
pada hari sabtu (23.00). Demam turun setelah minum obat parasetamol,
kemudian naik lagi. H(1)

15
Diare mulai hari minggu (09.00) tanggal 14 Januari 2018 dengan
konsistensi cair dan sedikit berampas, lendir dan darah (-), dengan warna
kuning. Nafsu makan , minum menurun.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu pasien mengatakan pada usia 4 bulan An. S mengalami sesak, sesak
terjadi pada saat panas. Mempunyai penyakit jantung bawaan (down
syndrome)
4.1.2 Pengukuran TTV
 TD :100/70 mmHg
 N : 120 x/menit
 RR : 28 x/menit
 Suhu : 38 oC
 BB : 5,4 kg
 PB : 69 cm
4.1.3 Pemeriksaan Persistem
a. Sistem Pernapasan
Anamnesa : Tidak mengalami sesak nafas
 Hidung:
Inspeksi : Tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada
secret,terpasang NGT
 Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir tidak sianosis,lembab tidak ada
alat bantu nafas.
 Leher
Inspeksi : Jvd flat ( Jugularis Vein Distention Flat )
 Faring :
Inspeksi : Tidak ada oedem, tidak ada tanda-tanda
inflamasi
 Area dada:
Inspeksi : Simetris, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor + +

16
Auskultasi :ronkhi - -

b. Cardiovaskuler Dan Limfe


Anamnesa: tidak ada keluahan
 Wajah
Inspeksi : konjungtiva merah muda (tidak anemis)
 Leher
Inspeksi : Jvd flat ( Jugularis Vein Distention Flat )
 Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris
Palpasi :letak ictus kordis ( ICS 5, 1 cm medial dari garis
midklavikula sinistra)
Perkusi : tidak ada tanda - tanda bunyi redup
Auskultasi : Bj1 Bj2 tunggal , murmur (-)
 Ekstrimitas Atas
Inspeksi : Tidak sianosis dan tidak ada clubbing finger
Palpasi : CRT<2 detik, suhu akral hangat
 Ekstrimitas Bawah
Inspeksi : Tidak clubbing finger, tidak sianosis
Palpasi : Suhu akral hangat, pitting odem (-)
c. Persyarafan
Anamnesis : tidak ada keluhan
Pemeriksaan nervus (diperiksa jika ada indikasi dengan kelainan
persyarafan):

d. Pemeriksaan rangsangan selaput otak


a. Kaku kuduk : normal
b. Tanda kernig : tungkai bawah membentuk sudut 135° terhadap
tungkai atas
c. Tes laseque : normal
Tingkat kesadaran (kualitas):
Pasien dalam keadaan sadar (composmentis)
17
Tingkat kesadaran (Kuantitas) :
GCS
Eye : 4 (dapat membuka mata spontan)
Motorik : 6 (dapat bergerak sesuai perintah)
Verbal : 5 (orientasi baik, orang tempat dan waktu)
Pemeriksaan fungsi luhur :
Pemeriksaan fungsi luhur normal
e. Perkemihan-Eliminasi Uri
BAK
Frekuensi : ± 5-8 x/hari
Warna : Kuning
Lain-lain : Jernih
BAB
Frekuensi : ±3x/hari
Warna : Kuning
Lain –lain : Lembek / cair
Perempuan :
Genetalia eksterna
Inspeksi : tidak odema, tidak ada tanda–tanda infeksi
Palpasi : tidak benjolan, tidak nyeri tekan.
Kandung kemih:
Palpasi : tidak ada tahanan lunak diatas sympisis pubis

f. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi


Pola makan pasien 3x sehari dengan nasi lauk dan sayur dengan
rekuensi ±8x per hari dengan minum susu dan air putih
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir lembab
Lidah
Inspeksi : lidah merah muda
Abdomen (dibagi menjadi 4 kuadran)
Inspeksi : tidak ada benjolan

18
Auskultasi : bising usus meningkat
Perkusi : hipertympani
Palpasi : tidak nyeri
Kuadran I:
Hepar :tidak nyeri tekan (normal), tidak teraba hepar
Kuadran II:
Gaster :tidak nyeri tekan (normal)
Lien : tidak nyeri tekan (normal)
Kuadran III:
Tidak nyeri tekan (normal)
Kuadran IV:
Tidak nyeri tekan (normal)
g. Sistem Muskuloskeletal & Integumen
Keadaan kulit : kemerahan
Kekuatan otot : 2 2
2 2
2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi
h. Sistem Endokrin dan Eksokrin
Kepala
Inspeksi : distribusi rambut jarang , rambut merah jagung
Palpasi : ubun ubun sedikit cekung
Leher
Inspeksi : Jvd flat ( Jugularis Vein Distention Flat )
Genetalia
Inspeksi : tidak ada gejala infeksi
Palpasi : tidak ada benjolan/ nyeri tekan
Ekstremitas bawah
Inspeksi : tidak ada luka
Palpasi : pitting odem (-)
i. Sistem Reproduksi
Anamnesa : tidak ada keluhan
Axilla

19
Inspeksi : tidak adanya benjolan
Palpasi : tidak adanya benjolan
Genetalia :
Inspeksi : tidak ada gejala infeksi
j. Persepsi sensori :
Anamnesa :
Mata
Inspeksi : konjungtiva merah muda
Kornea : normal berkilau/simetris
Iris dan pupil : normal
Lensa : bening
Penciuman (Hidung)
Inspeksi : tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada secret,
terpasang NGT
DATA PENUNJANG
Hb : 113 Eritrosit :4.250 Na
Leukosit : 33.200 Trombosit : 463.000
HCl : 34,1 Ce : Gas

4.1.4 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa yang Mungkin Muncul
1. Defisit Nutrisi Kurang Berhubungan Dengan Tidak Adekuatnya Intake
Dan Output Yang Berlebihan.
2. Gangguan Tumbuh Kembang berhubungan dengan kelainan jantung
bawaan.
3. Defisit pengetahuan orang tua berhubungan dengan penyakit kronis.
4.1.5 Diagnosa Prioritas
Defisit Nutrisi Kurang Berhubungan Dengan Tidak kuatnya Intake Dan
Output Yang Berlebihan.
Dari hasil penerapan proses keperawatan yang kelompok lakukan dengan
masalah Diare dapat ditemukan 3 diagnosa keperawatan yang muncul
yaitu:

20
1. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Tidak Adekuatnya Intake Dan
Output Yang Berlebihan.
2. Gangguan Tumbuh Kembang berhubungan dengan kelainan jantung
bawaan.
3. Defisit pengetahuan orang tua berhubungan dengan penyakit kronis.
Setelah Perencanaan keperawatan disusun, dalam pelaksanaan
keperawatan, kelompok dapat melaksanakan semua rencana keperawatan
yang telah disusun Dalam melaksanakan tindakan keperawatan kelompok
bekerjasama dengan klien, keluarga, dan perawat ruangan. Selain itu,
implementasi keperawatan tersebut disesuaikan dengan kondisi dan fasilitas
ruangan perawatan klien.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Falsafah keperawatan merupakan pandangan dasar tentang hakekat
manusia dan esensi yang menjadikan kerangka dasar dalam praktek keperawatan.
Hakekat manusia yang dimaksud disini adalah manusia sebagai makhluk biologis,
psikologis, social, dan spiritual. Tujuan keperawatan untuk merawat dan
membantu klien untuk mencapai perawatan diri. Perawat harus melindungi hak
pasien untuk memperoleh keamanan dan pelayanan yang berkualitas. Hak perawat
yaitu berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya, sedangkan kewajiban perawat yaitu wajib memberikan
pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi. Advokasi
perawat merupakan proses pembelaan yang dilakukan untuk mendukung atau
memberikan argumentasi dalam praktik keperawatan.

3.2 Saran
Dengan mengetahui arti dari advokasi, peran, dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, di harapkan kepada seluruh perawat agar mampu menjadi
advokator yang baik dan handal, yang berkerja secara profesional, yang tidak
hanya menjadi advokator pasien/klien, tapi juga menjadi pembela kelayakan
untuk keluarga pasien, baik itu dari segi kenyamanan, kelayakan dan juga
pelayanan-pelayanan keperawatan lainnya.

22
DAFTAR PUSAKA

Barbara, Kozier. 2008. Fundamental of Nursing. Seventh Edition, Vol.2. Jakarta:


EGC.
Ellis, J. R., & Celia L. H. (2000). Managing and Coordinating Nursing Care. (3th
ed ) Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan Buku 2, Jakarta: Salemba Medika.
Kozier, B., Erb,G and Blais, k. 2004. Fundamental of nursing, concepts, Process
and Practice, Addison wesley publishing, Company, Inc, California.
Putri. H. T. Fanani. A. (2010). Etika Profesi Keperawatan. Yogyakarta:
Citra pustaka.
Suhaemi, M.E. (2002). Etika Keperawatan. Jakarta: EGC

23

Anda mungkin juga menyukai