Anda di halaman 1dari 20

Bab 1

Kalkulus Variasi

Persoalan mencari nilai maksimum atau minimum dari suatu fungsi telah
dipelajari menggunakan konsep turunan. Pada bagian ini akan dibahas lebih
dalam mengenai persoalan me-minimum-kan suatu kuantitas menggunakan
konsep kalkulus variasi.

1.1 Persamaan Euler


Misalkan terdapat dua buah titik (titik pertama dan titik kedua) yang ko-
rdinatnya dinyatakan dengan (x1 , y1 ) dan (x2 , y2 ). Suatu kurva y(x) melalui
kedua titik tersebut. Jika I menyatakan panjang kurva yang menghubungkan
kedua titik tersebut dapat diperoleh sebagai berikut

� kedua
titik

I= ds (1.1)
titik pertama

dengan ds menyatakan� elemen panjang dalam sistem koordinat kartesis yang


dinyatakan sebagai dx2 + dy 2 . Bentuk integral I selanjutnya dapat ditu-
liskan sebagai berikut

� kedua
titik

I= dx2 + dy 2
titik pertama
� � (1.2)
� kedua
titik �
� � �2 � �x2 �
= �dx2 1 + dy = 1 + y �2 dx
dx
titik pertama x1

1
2 Kalkulus Variasi

dy
dengan y � = menyatakan turunan dari fungsi y(x). Dalam hal ini biasanya
dx
fungsi y(x) tersebut dikenal sebagai extremal. Perlu diingat bahwa turun-
an suatu kurva menyatakan gradien garis singgung kurva tersebut. Integral
I tersebut di atas secara umum menyatakan panjang kurva yang menghu-
bungkan dua titik dalam koordinat kartesian.
Jika terdapat dua buah titik sembarang pada bidang kartesian, maka
akan ada tak hingga banyaknya kurva yang dapat menghubungkan kedua
titik tersebut. Kurva-kurva yang banyaknya tak hingga tersebut disebut
sebagai varied curves atau kurva-kurva variasi. Misalkan kurva-kurva yang
banyak tersebut dinyatakan dengan Y (x). Bila dihubungkan dengan extremal
y(x), maka dapat dinyatakan bahwa

Y (x) = y(x) + �η(x)

dengan η(x) menyatakan fungsi yang nilainya nol di titik x1 dan x2 sedangk-
an � menyatakan suatu parameter. Jika parameter � sama dengan nol, maka
fungsi Y (x) akan diperoleh sama dengan extremal. Dengan demikian, se-
cara umum bila terdapat dua buah titik, maka panjang kurva antara yang
menghubungkan kedua titik tersebut adalah
�x2 √
I= 1 + Y �2 dx (1.3)
x1

yang berarti I adalah fungsi dari parameter �. Jika integral I ingin dimini-
malkan, berarti syaratnya yang harus dipenuhi adalah

dI
= 0 untuk � = 0 (1.4)
d�
Bila integral I didiferensialkan terhadap �, maka dapat dituliskan
x 
�2
dI d  √
= 1 + Y �2 dx
d� d�
x1
(1.5)
�x2 � �

1 1 dY
= √ 2Y � dx
2 1 + Y �2 d�
x1

sedangkan

Y (x) = y(x) + �η(x) =⇒ Y � (x) = y � (x) + �η � (x)

�khbasar2014
c
1.1 Persamaan Euler 3

dY �
= η � (x)
d�
dI
maka dengan menggunakan syarat = 0 untuk � = 0 akan diperoleh
d�
� � �x2
dI y � (x)η � (x)
= � dx = 0 (1.6)
d� �=0 1 + y �2
x1

� �
� maka Y (x) �= y (x).
Perhatikan bahwa karena dihitung untuk nilai � = 0,
Dengan menggunakan metode integral parsial (yaitu u dv = uv − v du),
y�
integral tersebut dapat diselesaikan dengan memisalkan u = � dan
1 + y �2
dv = η � (x)dx maka didapat
� �
y� d y�
u= � =⇒ du = � dx
1 + y �2 dx 1 + y �2
dv = η � (x)dx =⇒ v = η(x)

Dengan demikian
� � �x2
dI y � (x)η � (x)
= � dx = 0
d� �=0 1 + y �2
x1
�x2 �x2 � � (1.7)
y� � d y�

=� η(x)� − η(x) � dx = 0
1 + y �2 � dx 1 + y �2
x1 x1

Karena η(x) adalah fungsi yang nilainya nol di titik x1 dan x2 maka suku
pertama persamaan 1.7 di atas akan bernilai nol. Hal ini berarti integral su-
�x2 � �
d y�
ku kedua pada persamaan 1.7 (yaitu η(x) � dx) juga harus
dx 1 + y �2
x1
sama dengan nol. Kemudian karena η(x) adalah suatu � fungsi sembarang,

d y�
maka yang harus sama dengan nol adalah bagian � . Dengan
dx 1 + y �2
demikian, maka akan diperoleh
� �
d y�
� = 0 =⇒ y � (x) = konstan (1.8)
dx 1+y �2

�khbasar2014
c
4 Kalkulus Variasi

Karena diperoleh y � (x) = konstan berarti bahwa y(x) adalah berupa garis
lurus. Hal ini sesuai dengan yang telah diketahui bahwa lintasan terpendek
antara dua buah titik adalah berupa garis lurus yang menghubungkan kedua
buah titik tersebut.
Konsep yang telah diuraikan di atas dapat dikembangkan untuk persoalan
kalkulus variasi yang lebih umum. Misalkan terdapat suatu fungsi F (x, y, y � )
sedemikian sehingga integral I mempunyai bentuk
�x2
I= F (x, y, y � ) dx (1.9)
x1

yang ingin dicari adalah bentuk fungsi y(x) yang akan membuat fungsi in-
tegral I tersebut bersifat stasioner. Fungsi y(x) yang membuat integral I
bersifat stasioner (maksimum atau minimum) dinamakan extremal (sebagai-
mana yang telah diuraikan sebelumnya). Sebagaimana cara yang telah di-
gunakan sebelumnya, maka dimisalkan variasi kurva-kurva yang dinyatakan
dengan Y (x) = y(x) + �η(x) yang akan memberikan bentuk lain dari integral
�x2
dI
I = F (x, Y, Y � ) dx dan dengan mengatur agar syarat = 0 untuk � = 0,
d�
x1
maka akan dapat dinyatakan
x 
�2 �x2
dI d  d
= F (x, Y, Y ) dx =

(F (x, Y, Y � )) dx
d� d� d�
x1 x1
(1.10)
�x2 � �
� �x2 � �
∂F dY ∂F dY ∂F ∂F �
= + dx = η(x) + η (x) dx
∂Y d� ∂Y � d� ∂Y ∂Y �
x1 x1

dI
Selanjutnya syarat = 0 untuk � = 0 memberikan
d�
� � �x2 � �
dI ∂F ∂F �
= η(x) + η (x) dx = 0
d� �=0 ∂Y ∂Y �
x1
(1.11)
�x2 �x2
∂F ∂F �
= η(x) dx + η (x) dx = 0
∂Y ∂Y �
x1 x1

∂F
Selanjutnya, misalkan u = dan dv = η � (x)dx dan kemudian dengan
∂Y �
menggunakan metode integral parsial, maka suku kedua dapat dinyatakan

�khbasar2014
c
1.1 Persamaan Euler 5

sebagai berikut
�x2 �x2 �x2 � �
∂F � ∂F � d ∂F

η (x) dx = � η(x)� − η(x) dx (1.12)
∂y � ∂y � dx ∂y �
x1 x1 x1

Sebagaimana penjelasan sebelumnya, suku pertama pastilah sama dengan


nol, sehingga
� � �x2 � �
dI ∂F d ∂F
= − η(x) dx = 0 (1.13)
d� �=0 ∂y dx ∂y �
x1

Dengan demikian didapat persamaan Euler (dikenal juga sebagai persamaan


Euler-Lagrange):
d ∂F ∂F
− =0 (1.14)
dx ∂y � ∂y
Persamaan Euler-Lagrange memberikan informasi bahwa untuk membuat
�x2
suatu integral I = F (x, y, y � )dx bersifat stasioner, maka sama artinya de-
x1
ngan menyelesaikan persamaan Euler-Lagrange sebagaimana dinyatakan da-
lam persamaan 1.14. Variabel x dalam ungkapan I disebut sebagai variabel
bebas (independent variable), sedangkan variabel y disebut sebagai variabel
terikat/ tak bebas (dependent variable). Identifikasi jenis variabel ini menjadi
hal yang cukup penting dalam penyelesaian persamaan Euler-Lagrange.
Untuk fungsi yang melibatkan variabel lainnya, maka persamaan Euler-
Lagrange juga dapat diperoleh dalam bentuk yang serupa. Misalkan untuk
persoalan dalam sistem
� koordinat polar (dengan variabel r dan θ), bentuk

integral I adalah F (r, θ, θ� ) dr dengan θ � = akan dapat dinyatakan
dr
� �
d ∂F ∂F

− =0 (1.15)
dr ∂θ ∂θ

Sedangkan
� untuk meminimalkan bentuk integral I yang lain, misalnya I =
dx
F (t, x, ẋ) dt dengan ẋ = , persamaan Euler-Lagrange yang harus dise-
dt
lesaikan berbentuk
d ∂F ∂F
− =0 (1.16)
dt ∂ ẋ ∂x
Sering dijumpai juga bentuk fungsi F yang tidak mempunyai variabel
terikat, y sehingga integran F berbentuk F (x, y � ) sebagaimana yang telah

�khbasar2014
c
6 Kalkulus Variasi

diberikan pada uraian terdahulu (persoalan lintasan terpendek antara dua


∂F
buah titik pada bidang kartesian). Untuk kondisi ini, berarti = 0, aki-
∂y
batnya persamaan 1.14 menjadi
d ∂F
=0
dx ∂y �
yang memberikan hasil
∂F
= konstan
∂y �
keadaan ini dikenal sebagai integral pertama (first integral ) dari persama-
an Euler. Jadi terlihat bahwa bentuk integral pertama akan memberikan
penyederhanaan dalam penyelesaiaan persamaan Euler-Lagrange.
Bentuk lain yang mungkin juga dijumpai adalah jika fungsi F tidak secara
eksplisit mengandung variabel bebas x, yaitu F (y, y � ). Persamaan Euler-
Lagrange sebagaimana
� � persamaan 1.14, dapat dituliskan juga dalam bentuk
∂F d ∂F
= . Jika bentuk ini dikalikan dengan y � maka akan diperoleh
∂y dx ∂y �
� �
� ∂F � d ∂F
y =y (1.17)
∂y dx ∂y �
sedangkan dengan menggunakan
� � konsep turunan berantai, turunan terhadap
∂F
variabel x dari fungsi y � � dapat diperoleh sebagai berikut
∂y
� � � �
d � ∂F �� ∂F � d ∂F
y � =y +y (1.18)
dx ∂y ∂y � dx ∂y �
∂F
selanjutnya jika kedua ruas pada persamaan 1.17 ditambahkan dengan y ��
∂y �
maka akan diperoleh bentuk yang sama dengan ruas kanan pada persamaan
1.18, sehingga dapat diperoleh hubungan
� �
d � ∂F ∂F ∂F
y � = y� + y �� � (1.19)
dx ∂y ∂y ∂y
Karena fungsi F hanya merupakan fungsi eksplisit dari y dan y � namun ti-
dak merupakan fungsi eksplisit dari x, maka dengan menggunakan konsep
turunan total dapat dinyatakan
dF ∂F dy ∂F dy �
= +
dx ∂y dx ∂y � dx
∂F ∂F
= y� + y �� �
∂y ∂y

�khbasar2014
c
1.1 Persamaan Euler 7

Dengan demikian terlihat bahwa ruas kanan persamaan 1.19 dapat dituliskan
dF
sebagai , sehingga
dx
� �
d � ∂F dF
y � =
dx ∂y dx
� � (1.20)
d � ∂F � ∂F
F − y � = 0 =⇒ F − y � = konstan
dx ∂y ∂y

Contoh 1
�x2
√ �
Minimalkan fungsi I yang berbentuk x 1 + y �2 dx.
x1
√ �
Dalam hal ini fungsi F berbentuk F (x, y, y � ) = x 1 + y �2 dengan y � =
dy/dx. Dengan demikian
∂F
=0
∂y
yang berarti akan memberikan bentuk integral pertama. Selanjutnya dipe-
roleh
∂F 1 x1/2 � x1/2 y �
= 2y =
∂y � 2 (1 + y �2 )1/2 (1 + y �2 )1/2
Dengan demikian persamaan Euler-Lagrange memberikan
� �
d x1/2 y �
=0
dx (1 + y �2 )1/2

yang berarti
x1/2 y � K
�2 1/2
= K =⇒ y � = √
(1 + y ) x − K2
Penyelesaian persamaan differensial tersebut akan memberikan
� √
1
y=K √ dx = 2K x − K 2 + C
x − K2
yang merupakan bentuk persamaan parabola.

Contoh 2
� �
1 + y �2
Minimumkan integral berikut I = √ dx dengan mencari integral
y
pertama (first integral )-nya.

�khbasar2014
c
8 Kalkulus Variasi


� 1 + y �2
Dalam hal ini fungsi F mempunyai bentuk F (x, y, y ) = √ .
y
Untuk membuatnya menjadi bentuk integral pertama, maka bentuk fungsi
F dibuat agar tidak mempunyai variabel terikat. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan
� �−1 melakukan pengubahan variabel. Dengan menggu-
dx dy 1 dx
nakan x� = = , sehingga y � = � dan dx = dy = x� dy, maka
dy dx x dy
berarti � � √
1 + y �2 dx = 1 + y �2 x� dy = x�2 + 1 dy
sehingga integral I dapat dituliskan kembali dalam bentuk
� √ �2
x +1
I= √ dy
y

� x�2 + 1
Dalam bentuk yang baru fungsi F dinyatakan sebagai F (y, x, x ) = √
y
dx
dengan x� = . Terlihat bahwa fungsi F tidak mengandung variabel terikat
dy
x, sehingga dengan demikian dapat diperoleh bentuk integral pertama.
Persamaan Euler untuk persoalan ini dapat dituliskan sebagai berikut
� �
d ∂F ∂F

− =0
dy ∂x ∂x

∂F ∂F x�
Selanjutnya diperoleh = 0 sedangkan = √ √ . Dengan de-
∂x ∂x� y x�2 + 1
mikian persamaan Euler memberikan
� �
d x�
√ √ �2 =0
dy y x +1

yang berarti
x�
√ √ �2 = konstan
y x +1

Contoh 3
Tentukanlah geodesic pada permukaan kerucut yang dinyatakan dengan z 2 =
8(x2 + y 2 ).

�khbasar2014
c
1.1 Persamaan Euler 9

Istilah geodesic mengacu pada kurva terpendek yang menghubungkan dua ti-
tik pada suatu permukaan. Dalam hal ini permukaan yang dimaksud adalah
berbentuk suatu kerucut yang dinyatakan dengan persamaan z 2 = 8(x2 +y 2 ).
Bila menggunakan variabel dalam sistem koordinat silinder, maka persamaan
permukaan tersebut dapat dinyatakan sebagai
√ √
z 2 = 8r2 =⇒ z = r 8 ; dz = dr 8

Panjang lengkungan dalam sistem koordinat silinder dinyatakan sebagai

ds2 = dr2 + (rdθ)2 + dz 2

sehingga panjang lengkungan pada permukaan kerucut tersebut adalah

ds2 = dr2 + r2 dθ2 + 8dr2 = 9dr2 + r2 dθ2

Geodesic pada permukaan


� kerucut tersebut berarti mencari nilai minimum
dari integral I = ds. Dalam hal ini fungsi F adalah berbentuk

√ dθ
F (r, θ, θ� ) = 9 + r2 θ�2 dengan θ� =
dr

∂F
Karena fungsi F tidak mengandung variabel θ, maka berarti = 0, se-
∂θ
hingga dapat diperoleh integral pertama dari persamaan Euler:

d ∂F
=0
dr ∂θ�
atau
∂F r2 θ�
= √ = konstan = K
∂θ� 9 + r2 θ�2
Persamaan differensial tersebut dapat diselesaikan untuk mendapat fungsi
θ(r).
� �
r4 θ�2 = K 2 9 + r2 θ�2
� �
θ�2 r4 − K 2 r2 = 9K 2
� �
3K dr
dθ = √
r r2 − K 2

�khbasar2014
c
10 Kalkulus Variasi

1.2 Persamaan Lagrange


Dalam pembahasan terdahulu, fungsi F mempunyai satu variabel terikat
(misalnya variabel y pada persamaan 1.9). Jika fungsi yang ingin dicari nilai
stasionernya mempunyai dua atau lebih variabel terikat (misalnya y(x) dan
z(x)) maka persamaan Euler-Lagrange yang digunakan untuk menyelesaikan
persoalan tersebut berlaku untuk masing-masing variabel, artinya jika terda-
pat dua variabel terikat, y dan z maka ada dua persamaan Euler-Lagrange
yang harus diselesaikan yaitu
� �
d ∂F ∂F

− =0
dx ∂y ∂y
� � (1.21)
d ∂F ∂F
− = 0
dx ∂z � ∂z
Dalam persoalan dinamika partikel sering dijumpai bentuk fungsi F dengan
satu variabel terikat (dalam hal ini biasanya variabel waktu, t) dan sejumlah
variabel terikat (biasanya variabel dalam koordinat ruang, misalnya x,y,z).
Fungsi F dikenal sebagai Lagrangian, L. Untuk persoalan ini berarti persa-
maan Euler-Lagrange (dan lebih dikenal sebagai persamaan Lagrange) yang
harus diselesaikan ada 3, yaitu
� �
d ∂L ∂F
− =0
dt ∂ ẋ ∂x
� �
d ∂F ∂F
− =0 (1.22)
dt ∂ ẏ ∂y
� �
d ∂F ∂F
− =0
dt ∂ ż ∂z
Dinamika suatu benda dibahas menggunakan prinsip Hamilton. Dalam prin-
sip Hamilton ini, dinyatakan bahwa gerak suatu sistem selalu dalam kondisi
�t2
tertentu yang ditandai dengan stasionernya nilai integral I = L dt, dengan
t1
Lagrangian L = T − V dengan T adalah energi kinetik dan V menyatakan
energi potensial sistem.

Contoh
Tentukan persamaan gerak suatu partikel bermassa m yang bergerak di se-
panjang sumbu x jika energi potensialnya dinyatakan dengan V = 12 kx2
dengan k adalah suatu tetapan.

�khbasar2014
c
1.3 Metode Pengali Lagrange: persoalan isoperimetrik 11

Energi kinetik partikel tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut


1 1 dx
T = mv 2 = mẋ2 dengan ẋ = =v
2 2 dt
Lagrangian untuk sistem ini dapat dinyatakan dalam bentuk
1 1
L = T − V = mẋ2 − kx2
2 2
Terlihat bahwa dalam kasus ini fungsi L mempunyai satu variabel terikat
(yaitu variabel x) dengan variabel bebas t, sehingga persamaan Lagrange
yang harus diselesaikan adalah
d dL dL
− =0
dt dẋ dx
karena
dL
= −kx
dx
dan
d dL d
= (mẋ) = mẍ
dt dẋ dt
maka persamaan Lagrange memberikan
k
mẍ + kx = 0 =⇒ ẍ = − x
m
Persamaan differensial tersebut bila diselesaikan akan memberikan bentuk
fungsi osilasi harmonik sederhana.

1.3 Metode Pengali Lagrange: persoalan iso-


perimetrik
Sering pula dijumpai persoalan meminimalkan (atau memaksimalkan) suatu
besaran dengan kondisi (batasan) tertentu yang disebut kendala (constra-
int). Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan
yang menyangkut kendala adalah dengan menggunakan metode pengali La-
grange (Lagrange multipliers). Dalam kaitannya dengan persoalan kalkulus
variasi, hal ini juga dapat terjadi. Hal ini dikenal sebagai persoalan isope-
rimetrik. Persoalan isoperimetrik berusaha menyelesaikan luas terbesar dari
suatu kurva tertutup dengan parameter tertentu. Dalam perumusan inte-
gralnya, ingin dimaksimumkan nilai suatu integral dengan kondisi (kendala)

�khbasar2014
c
12 Kalkulus Variasi

nilai integral lain yang konstan. Dengan menggunakan notasi integral se-
bagaimana pada saat membahas persamaan Euler pada bagian terdahulu,
misalnya integral yang ingin dimaksimumkan adalah yang berbentuk
�x2
I= F (x, y, y � ) dx (1.23)
x1

sementara ada kendala integral lain yang nilainya konstan, yaitu


�x2
J= G(x, y, y � ) dx (1.24)
x1

Dengan memanfaatkan metode pengali Lagrange, persoalan yang harus dise-


lesaikan dapat dinyatakan dalam bentuk mencari nilai stasioner dari integral
berikut
�x2
(F + λG) dx (1.25)
x1

dengan λ adalah konstanta yang disebut konstanta pengali Lagrange.

Contoh 1
Jika diberikan dua titik yang terletak pada sumbu x, yaitu x1 dan x2 yang ke-
duanya dihubungkan dengan suatu kurva yang panjang lengkungannya ada-
lah l > (x2 − x1 ), tentukanlah bentuk kurva tersebut agara luas daerah yang
dibentuk kurva dengan sumbu x bernilai maksimal.

Misalnya kurva yang ingin dicari persamaannya adalah y(x), maka nilai yang
ingin dicari maksimumnya adalah bentuk integral luas di bawah kurva y(x)
yang dapat dinyatakan dalam bentuk
�x2
I= y dx
x1

sedangkan kondisi (kendala) yang harus dipenuhi adalah panjang lengkungan


yang tertentu. Panjang lengkungan dinyatakan dengan integral yang berben-
tuk
�x2
J = ds = l
x1

�khbasar2014
c
1.3 Metode Pengali Lagrange: persoalan isoperimetrik 13

Dalam persoalan ini isoperimetrik ini, integral yang dicari nilai stasionernya
�x2 �
berbentuk (F + λG) dx dengan F = y dan G = 1 + y �2 . Persamaan
x1
Euler untuk kasus ini adalah
� �
d ∂(F + λG) ∂(F + λG)

− =0
dx ∂y ∂y

Karena �
∂(y + λ 1 + y �2 ) λy �
= �
∂y � 1 + y �2
dan �
∂(y + λ 1 + y �2 )
=1
∂y
maka persamaan Euler dapat dituliskan kembali dalam bentuk
� �
d λy �
� −1=0
dx 1 + y �2
� �
d λy � λy �
� = 1 =⇒ � =x+C
dx 1 + y �2 1 + y �2
Selanjutnya
λ2 y �2 = (x + C)2 (1 + y �2 )
� �
y �2 λ2 − (x + C)2 = (x + C)2
(x + C) dx
dy = �
λ2 − (x + C)2

y + C � = − λ2 − (x + C)2
(y + C � )2 = λ2 − (x + C)2 =⇒ (x + C)2 + (y + C � )2 = λ2
yang merupakan suatu persamaan lingkaran. Jika nilai-nilai x1 , x2 dan l
diberikan maka persamaan lingkaran tersebut dapat diperoleh secara spesifik.

Contoh 2
Tentukan persamaan kurva yang panjangnya l sedemikian sehingga jika ku-
rva tersebut diputar terhadap sumbu x akan memberikan permukaan dengan
luas minimum.

�khbasar2014
c
14 Kalkulus Variasi

Untuk suatu kurva yang dinyatakan dengan persamaan y(x) maka luas per-
mukaan yang dihasilkan bila kurva tersebut diputar terhadap sumbu x adalah
�x2 �x2 �
A= 2πy ds = 2πy 1 + y �2 dx
x1 x1

sedangkan panjang lengkungan dinyatakan dengan


�x2 �
L= 1 + y �2 dx
x1

Bentuk integral yang akan dicari nilai stasionernya adalah


�x2 �x2 � � �x2 �
(A + λL) dx = [2π y 1 + y �2 +λ 1 + y �2 ]dx = 1 + y �2 (2π y+λ)dx
x1 x1 x1

Persamaan Euler yang harus diselesaikan adalah


� � � �
d ∂( 1 + y �2 (2π y + λ)) ∂( 1 + y �2 (2π y + λ))
− =0
dx ∂y � ∂y

Karena bentuk integral yang akan dicari kondisi stasionernya tersebut tidak
secara eksplisit mengandung variabel bebas, maka dapat digunakan persa-
maan 1.20. Karena

∂( 1 + y �2 (2π y + λ)) (2π y + λ)y �
= �
∂y � 1 + y �2

Maka dari persamaan 1.20 akan diperoleh


� (2π y + λ)y �2
1 + y �2 (2π y + λ) − � =K
1 + y �2
atau �
(2π y + λ)(1 + y �2 ) − (2π y + λ)y �2 = K 1 + y �2
� � �2
�2 �2 (2π y + λ)
(2πy + λ) = K 1 + y =⇒ (1 + y ) =
K
� � 1/2
dy (2π y + λ)2 − K 2
= y� =
dx K2

�khbasar2014
c
1.3 Metode Pengali Lagrange: persoalan isoperimetrik 15

� �
K2
dy = x + C
(2π y + λ)2 − K 2
Selanjutnya bila dimisalkan variabel baru ξ = 2πy+λ, maka integral tersebut
menjadi
� � � � �
K2 � 2 − K 2� = x + C
dξ = x + C =⇒ K ln � ξ + ξ �
ξ2 − K 2

Jadi dalam variabel y bentuknya adalah


� � �
� �
K ln�(2π y + λ) + (2π y + λ)2 − K 2 � = x + C

Contoh 3
Tentukan bentuk lengkungan yang dibentuk oleh sebuah tali bermassa yang
kedua ujungnya digantung pada posisi vertikal yang sama.

Misalkan ujung tali berada pada titik x = ±a dan panjang tali adalah 2L,
dengan rapat massa persatuan panjang homogen yang dinyatakan dengan ρ.
Untuk persoalan ini bentuk tali akan sedemikian sehingga energi potensial
gravitasinya minimum, dengan kendala panjang tali yang tertentu (tetap).
Dengan memandang tali sebagai terdiri dari elemen massa panjang yang
membentuk lengkungan kurva y(x), maka energi potensial elemen massa ta-
li, dm dapat dinyatakan dengan −gy(x)dm = −gy(x)ρdl (dengan mengambil
acuan potensial gravitasi pada level horizontal posisi ujung tali). Energi po-
tensial seluruh bagian tali dapat dinyatakan sebagai berikut
� �a �
F = −ρg y ds = −ρg y 1 + y �2 dx
−a

kendala yang membatasi adalah panjang total tali yang tertentu, yaitu
�a �
G= 1 + y �2 dx = 2L
−a

Dengan demikian, bentuk integral yang harus dicari nilai stasionernya adalah
�x2 �a � � � �
I= (F + λG) dx = −ρg y 1 + y �2 + λ 1 + y �2 dx
x1 −a

�khbasar2014
c
16 Kalkulus Variasi

�a �� �
I = −ρg (y + λ) 1 + y �2 dx
−a

Terlihat bahwa integral yang akan dicari nilai stasionernya tersebut tidak
secara eksplisit mengandung variabel bebas x. Oleh karenanya dapat digu-
nakan persamaan 1.20. Dapat diperoleh persamaan yang berbentuk
� y �2 (y + λ)
(y + λ) 1 + y �2 − � =K
1 + y �2

dengan K adalah konstanta. Selanjutnya dapat diperoleh



(y + λ)(1 + y �2 ) − y �2 (y + λ) = K 1 + y �2
� (y + λ)2 (y + λ)2 − K 2
(y + λ) = K 1 + y �2 =⇒ y �2 = − 1 =
K2 K2

dy (y + λ)2 − K 2 dy dx
= y� = =⇒ � =
dx K 2
(y + λ) − K 2 K
Kemudian dengan substitusi variabel baru y + λ = K cosh z yang berarti
dy = K sinh z dz, maka

(y + λ)2 − K 2 = K sinh z

sehingga persamaan differensial di atas menjadi


dy dx dx
� = =⇒ dz =
(y + λ)2 − K 2 K K

Bila persamaan tersebut diselesaikan dengan cara integral langsung akan


diperoleh
x y+λ
z= +C =⇒ yang berarti K arccosh =x+C
K K
� �
y+λ x+C
atau = cosh
K K
dengan C adalah konstanta integrasi.
Selanjutnya dengan menggunakan syarat batas yang diberikan yaitu bahwa
y(±a) = 0 akan diperoleh

−a + C λ
x = −a =⇒ cosh =
K K
�khbasar2014
c
1.3 Metode Pengali Lagrange: persoalan isoperimetrik 17

a+C λ
x = a =⇒ cosh =
K K
Dengan demikian diperoleh persamaan
� � � �
a+C −a + C
cosh = cosh
K K

selanjutnya dengan mengingat bahwa fungsi cosinus hiperbolik merupakan


fungsi genap, maka persamaan tersebut di atas terpenuhi untuk nilai C = 0,
λ a
dan selanjutnya berarti = cosh .
K K
Kemudian karena
� �x�
� (y + λ)2 − K 2 K sinh z
y = = = sinh z = sinh
K K K
maka
�a � �a � �x�
2L = �2
1 + y dx = 1 + sinh2 dx
K
−a −a
�a � �x� �a �x�
2
= cosh dx = cosh dx
K K
−a −a

� x � �a �a�

= K sinh � = 2K sinh
K � K
−a

Akhirnya akan diperoleh persamaan yang menggambarkan kurva bentuk


lengkungan tali yang digantung pada kedua ujungnya, yaitu
�x�
y + λ = K cosh
�K
x�
y = K cosh −λ
�K
x � �a�
=⇒ y = K cosh − K cosh
K K
yang menggambarkan suatu persamaan yang disebut persamaan catenary.
Konstanta K dapat dinyatakan dalam panjang tali, sebagaimana yang telah
diuraikan sebelumnya.

�khbasar2014
c
18 Kalkulus Variasi

�khbasar2014
c
Paket Soal Bab 1

1. Selesaikan persamaan Euler agar integral berikut stasioner:


�x2 � �x2 �x2

(a) �2
x 1 − y dx (b) x ds (c) (y �2 + y) dx
x1 x1 x1

�φ2 �
(d) θ�2 + sin2 θ dφ dengan θ � = dθ/dφ.
φ1

�t2 √
(e) s−1 s2 + s�2 dt dengan s� = ds/dt.
t1

2. Ubah variabel terikat pada integral berikut ini untuk menyederhanakan


persamaan Euler, kemudian hitunglah integral pertamanya:
�x2 �y2
x�2
(a) y 3/2 ds (b) √ dy
x�2 + x2
x1 y1

3. Tentukanlah geodesic pada permukaan silinder parabolik y = x2 .

4. Berdasarkan prinsip Fermat, berkas cahaya akan menempuh lintasan


terpendek saat melintasi suatu medium. Tentukanlah bentuk lintasan
cahaya dalam medium yang indeks biasnya dinyatakan dengan:

(a) y (b) r−1

5. Tentukanlah persamaan gerak benda bermassa m yang dipengaruhi


potensial V = 12 kr dengan k adalam konstanta dan r menyatakan jarak
dari pusat koordinat.
Petunjuk: gunakan sistem koordinat polar.

6. Suatu benda titik bergerak pada permukaan bola yang berjejari a di-
pengaruhi potensial gravitasi bumi. Dengan menggunakan sistem koo-

19
20 Paket Soal Bab 1

rdinat bola, susunlah persamaan Lagrange untuk gerak benda tersebut


dan tentukanlah persamaan gerak benda untuk variabel θ dan φ.

7. Tentukanlah persamaan kurva yang melalui titik (0, 0) dan (2, 0) agar
luas daerah yang dibentuk kurva tersebut dengan sumbu x maksimum
dan dengan panjang lengkungan π.

8. Tentukanlah bentuk kurva agar bila kurva tersebut diputar terhadap


sumbu x mempunyai volume tertentu V dan dengan momen inersia
terhadap sumbu x minimum.

�khbasar2014
c

Anda mungkin juga menyukai