Kalkulus Variasi
Persoalan mencari nilai maksimum atau minimum dari suatu fungsi telah
dipelajari menggunakan konsep turunan. Pada bagian ini akan dibahas lebih
dalam mengenai persoalan me-minimum-kan suatu kuantitas menggunakan
konsep kalkulus variasi.
� kedua
titik
I= ds (1.1)
titik pertama
� kedua
titik
�
I= dx2 + dy 2
titik pertama
� � (1.2)
� kedua
titik �
� � �2 � �x2 �
= �dx2 1 + dy = 1 + y �2 dx
dx
titik pertama x1
1
2 Kalkulus Variasi
dy
dengan y � = menyatakan turunan dari fungsi y(x). Dalam hal ini biasanya
dx
fungsi y(x) tersebut dikenal sebagai extremal. Perlu diingat bahwa turun-
an suatu kurva menyatakan gradien garis singgung kurva tersebut. Integral
I tersebut di atas secara umum menyatakan panjang kurva yang menghu-
bungkan dua titik dalam koordinat kartesian.
Jika terdapat dua buah titik sembarang pada bidang kartesian, maka
akan ada tak hingga banyaknya kurva yang dapat menghubungkan kedua
titik tersebut. Kurva-kurva yang banyaknya tak hingga tersebut disebut
sebagai varied curves atau kurva-kurva variasi. Misalkan kurva-kurva yang
banyak tersebut dinyatakan dengan Y (x). Bila dihubungkan dengan extremal
y(x), maka dapat dinyatakan bahwa
dengan η(x) menyatakan fungsi yang nilainya nol di titik x1 dan x2 sedangk-
an � menyatakan suatu parameter. Jika parameter � sama dengan nol, maka
fungsi Y (x) akan diperoleh sama dengan extremal. Dengan demikian, se-
cara umum bila terdapat dua buah titik, maka panjang kurva antara yang
menghubungkan kedua titik tersebut adalah
�x2 √
I= 1 + Y �2 dx (1.3)
x1
yang berarti I adalah fungsi dari parameter �. Jika integral I ingin dimini-
malkan, berarti syaratnya yang harus dipenuhi adalah
dI
= 0 untuk � = 0 (1.4)
d�
Bila integral I didiferensialkan terhadap �, maka dapat dituliskan
x
�2
dI d √
= 1 + Y �2 dx
d� d�
x1
(1.5)
�x2 � �
�
1 1 dY
= √ 2Y � dx
2 1 + Y �2 d�
x1
sedangkan
�khbasar2014
c
1.1 Persamaan Euler 3
dY �
= η � (x)
d�
dI
maka dengan menggunakan syarat = 0 untuk � = 0 akan diperoleh
d�
� � �x2
dI y � (x)η � (x)
= � dx = 0 (1.6)
d� �=0 1 + y �2
x1
� �
� maka Y (x) �= y (x).
Perhatikan bahwa karena dihitung untuk nilai � = 0,
Dengan menggunakan metode integral parsial (yaitu u dv = uv − v du),
y�
integral tersebut dapat diselesaikan dengan memisalkan u = � dan
1 + y �2
dv = η � (x)dx maka didapat
� �
y� d y�
u= � =⇒ du = � dx
1 + y �2 dx 1 + y �2
dv = η � (x)dx =⇒ v = η(x)
Dengan demikian
� � �x2
dI y � (x)η � (x)
= � dx = 0
d� �=0 1 + y �2
x1
�x2 �x2 � � (1.7)
y� � d y�
�
=� η(x)� − η(x) � dx = 0
1 + y �2 � dx 1 + y �2
x1 x1
Karena η(x) adalah fungsi yang nilainya nol di titik x1 dan x2 maka suku
pertama persamaan 1.7 di atas akan bernilai nol. Hal ini berarti integral su-
�x2 � �
d y�
ku kedua pada persamaan 1.7 (yaitu η(x) � dx) juga harus
dx 1 + y �2
x1
sama dengan nol. Kemudian karena η(x) adalah suatu � fungsi sembarang,
�
d y�
maka yang harus sama dengan nol adalah bagian � . Dengan
dx 1 + y �2
demikian, maka akan diperoleh
� �
d y�
� = 0 =⇒ y � (x) = konstan (1.8)
dx 1+y �2
�khbasar2014
c
4 Kalkulus Variasi
Karena diperoleh y � (x) = konstan berarti bahwa y(x) adalah berupa garis
lurus. Hal ini sesuai dengan yang telah diketahui bahwa lintasan terpendek
antara dua buah titik adalah berupa garis lurus yang menghubungkan kedua
buah titik tersebut.
Konsep yang telah diuraikan di atas dapat dikembangkan untuk persoalan
kalkulus variasi yang lebih umum. Misalkan terdapat suatu fungsi F (x, y, y � )
sedemikian sehingga integral I mempunyai bentuk
�x2
I= F (x, y, y � ) dx (1.9)
x1
yang ingin dicari adalah bentuk fungsi y(x) yang akan membuat fungsi in-
tegral I tersebut bersifat stasioner. Fungsi y(x) yang membuat integral I
bersifat stasioner (maksimum atau minimum) dinamakan extremal (sebagai-
mana yang telah diuraikan sebelumnya). Sebagaimana cara yang telah di-
gunakan sebelumnya, maka dimisalkan variasi kurva-kurva yang dinyatakan
dengan Y (x) = y(x) + �η(x) yang akan memberikan bentuk lain dari integral
�x2
dI
I = F (x, Y, Y � ) dx dan dengan mengatur agar syarat = 0 untuk � = 0,
d�
x1
maka akan dapat dinyatakan
x
�2 �x2
dI d d
= F (x, Y, Y ) dx =
�
(F (x, Y, Y � )) dx
d� d� d�
x1 x1
(1.10)
�x2 � �
� �x2 � �
∂F dY ∂F dY ∂F ∂F �
= + dx = η(x) + η (x) dx
∂Y d� ∂Y � d� ∂Y ∂Y �
x1 x1
dI
Selanjutnya syarat = 0 untuk � = 0 memberikan
d�
� � �x2 � �
dI ∂F ∂F �
= η(x) + η (x) dx = 0
d� �=0 ∂Y ∂Y �
x1
(1.11)
�x2 �x2
∂F ∂F �
= η(x) dx + η (x) dx = 0
∂Y ∂Y �
x1 x1
∂F
Selanjutnya, misalkan u = dan dv = η � (x)dx dan kemudian dengan
∂Y �
menggunakan metode integral parsial, maka suku kedua dapat dinyatakan
�khbasar2014
c
1.1 Persamaan Euler 5
sebagai berikut
�x2 �x2 �x2 � �
∂F � ∂F � d ∂F
�
η (x) dx = � η(x)� − η(x) dx (1.12)
∂y � ∂y � dx ∂y �
x1 x1 x1
Sedangkan
� untuk meminimalkan bentuk integral I yang lain, misalnya I =
dx
F (t, x, ẋ) dt dengan ẋ = , persamaan Euler-Lagrange yang harus dise-
dt
lesaikan berbentuk
d ∂F ∂F
− =0 (1.16)
dt ∂ ẋ ∂x
Sering dijumpai juga bentuk fungsi F yang tidak mempunyai variabel
terikat, y sehingga integran F berbentuk F (x, y � ) sebagaimana yang telah
�khbasar2014
c
6 Kalkulus Variasi
�khbasar2014
c
1.1 Persamaan Euler 7
Dengan demikian terlihat bahwa ruas kanan persamaan 1.19 dapat dituliskan
dF
sebagai , sehingga
dx
� �
d � ∂F dF
y � =
dx ∂y dx
� � (1.20)
d � ∂F � ∂F
F − y � = 0 =⇒ F − y � = konstan
dx ∂y ∂y
Contoh 1
�x2
√ �
Minimalkan fungsi I yang berbentuk x 1 + y �2 dx.
x1
√ �
Dalam hal ini fungsi F berbentuk F (x, y, y � ) = x 1 + y �2 dengan y � =
dy/dx. Dengan demikian
∂F
=0
∂y
yang berarti akan memberikan bentuk integral pertama. Selanjutnya dipe-
roleh
∂F 1 x1/2 � x1/2 y �
= 2y =
∂y � 2 (1 + y �2 )1/2 (1 + y �2 )1/2
Dengan demikian persamaan Euler-Lagrange memberikan
� �
d x1/2 y �
=0
dx (1 + y �2 )1/2
yang berarti
x1/2 y � K
�2 1/2
= K =⇒ y � = √
(1 + y ) x − K2
Penyelesaian persamaan differensial tersebut akan memberikan
� √
1
y=K √ dx = 2K x − K 2 + C
x − K2
yang merupakan bentuk persamaan parabola.
Contoh 2
� �
1 + y �2
Minimumkan integral berikut I = √ dx dengan mencari integral
y
pertama (first integral )-nya.
�khbasar2014
c
8 Kalkulus Variasi
�
� 1 + y �2
Dalam hal ini fungsi F mempunyai bentuk F (x, y, y ) = √ .
y
Untuk membuatnya menjadi bentuk integral pertama, maka bentuk fungsi
F dibuat agar tidak mempunyai variabel terikat. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan
� �−1 melakukan pengubahan variabel. Dengan menggu-
dx dy 1 dx
nakan x� = = , sehingga y � = � dan dx = dy = x� dy, maka
dy dx x dy
berarti � � √
1 + y �2 dx = 1 + y �2 x� dy = x�2 + 1 dy
sehingga integral I dapat dituliskan kembali dalam bentuk
� √ �2
x +1
I= √ dy
y
√
� x�2 + 1
Dalam bentuk yang baru fungsi F dinyatakan sebagai F (y, x, x ) = √
y
dx
dengan x� = . Terlihat bahwa fungsi F tidak mengandung variabel terikat
dy
x, sehingga dengan demikian dapat diperoleh bentuk integral pertama.
Persamaan Euler untuk persoalan ini dapat dituliskan sebagai berikut
� �
d ∂F ∂F
�
− =0
dy ∂x ∂x
∂F ∂F x�
Selanjutnya diperoleh = 0 sedangkan = √ √ . Dengan de-
∂x ∂x� y x�2 + 1
mikian persamaan Euler memberikan
� �
d x�
√ √ �2 =0
dy y x +1
yang berarti
x�
√ √ �2 = konstan
y x +1
Contoh 3
Tentukanlah geodesic pada permukaan kerucut yang dinyatakan dengan z 2 =
8(x2 + y 2 ).
�khbasar2014
c
1.1 Persamaan Euler 9
Istilah geodesic mengacu pada kurva terpendek yang menghubungkan dua ti-
tik pada suatu permukaan. Dalam hal ini permukaan yang dimaksud adalah
berbentuk suatu kerucut yang dinyatakan dengan persamaan z 2 = 8(x2 +y 2 ).
Bila menggunakan variabel dalam sistem koordinat silinder, maka persamaan
permukaan tersebut dapat dinyatakan sebagai
√ √
z 2 = 8r2 =⇒ z = r 8 ; dz = dr 8
√ dθ
F (r, θ, θ� ) = 9 + r2 θ�2 dengan θ� =
dr
∂F
Karena fungsi F tidak mengandung variabel θ, maka berarti = 0, se-
∂θ
hingga dapat diperoleh integral pertama dari persamaan Euler:
d ∂F
=0
dr ∂θ�
atau
∂F r2 θ�
= √ = konstan = K
∂θ� 9 + r2 θ�2
Persamaan differensial tersebut dapat diselesaikan untuk mendapat fungsi
θ(r).
� �
r4 θ�2 = K 2 9 + r2 θ�2
� �
θ�2 r4 − K 2 r2 = 9K 2
� �
3K dr
dθ = √
r r2 − K 2
�khbasar2014
c
10 Kalkulus Variasi
Contoh
Tentukan persamaan gerak suatu partikel bermassa m yang bergerak di se-
panjang sumbu x jika energi potensialnya dinyatakan dengan V = 12 kx2
dengan k adalah suatu tetapan.
�khbasar2014
c
1.3 Metode Pengali Lagrange: persoalan isoperimetrik 11
�khbasar2014
c
12 Kalkulus Variasi
nilai integral lain yang konstan. Dengan menggunakan notasi integral se-
bagaimana pada saat membahas persamaan Euler pada bagian terdahulu,
misalnya integral yang ingin dimaksimumkan adalah yang berbentuk
�x2
I= F (x, y, y � ) dx (1.23)
x1
Contoh 1
Jika diberikan dua titik yang terletak pada sumbu x, yaitu x1 dan x2 yang ke-
duanya dihubungkan dengan suatu kurva yang panjang lengkungannya ada-
lah l > (x2 − x1 ), tentukanlah bentuk kurva tersebut agara luas daerah yang
dibentuk kurva dengan sumbu x bernilai maksimal.
Misalnya kurva yang ingin dicari persamaannya adalah y(x), maka nilai yang
ingin dicari maksimumnya adalah bentuk integral luas di bawah kurva y(x)
yang dapat dinyatakan dalam bentuk
�x2
I= y dx
x1
�khbasar2014
c
1.3 Metode Pengali Lagrange: persoalan isoperimetrik 13
Dalam persoalan ini isoperimetrik ini, integral yang dicari nilai stasionernya
�x2 �
berbentuk (F + λG) dx dengan F = y dan G = 1 + y �2 . Persamaan
x1
Euler untuk kasus ini adalah
� �
d ∂(F + λG) ∂(F + λG)
�
− =0
dx ∂y ∂y
Karena �
∂(y + λ 1 + y �2 ) λy �
= �
∂y � 1 + y �2
dan �
∂(y + λ 1 + y �2 )
=1
∂y
maka persamaan Euler dapat dituliskan kembali dalam bentuk
� �
d λy �
� −1=0
dx 1 + y �2
� �
d λy � λy �
� = 1 =⇒ � =x+C
dx 1 + y �2 1 + y �2
Selanjutnya
λ2 y �2 = (x + C)2 (1 + y �2 )
� �
y �2 λ2 − (x + C)2 = (x + C)2
(x + C) dx
dy = �
λ2 − (x + C)2
�
y + C � = − λ2 − (x + C)2
(y + C � )2 = λ2 − (x + C)2 =⇒ (x + C)2 + (y + C � )2 = λ2
yang merupakan suatu persamaan lingkaran. Jika nilai-nilai x1 , x2 dan l
diberikan maka persamaan lingkaran tersebut dapat diperoleh secara spesifik.
Contoh 2
Tentukan persamaan kurva yang panjangnya l sedemikian sehingga jika ku-
rva tersebut diputar terhadap sumbu x akan memberikan permukaan dengan
luas minimum.
�khbasar2014
c
14 Kalkulus Variasi
Untuk suatu kurva yang dinyatakan dengan persamaan y(x) maka luas per-
mukaan yang dihasilkan bila kurva tersebut diputar terhadap sumbu x adalah
�x2 �x2 �
A= 2πy ds = 2πy 1 + y �2 dx
x1 x1
Karena bentuk integral yang akan dicari kondisi stasionernya tersebut tidak
secara eksplisit mengandung variabel bebas, maka dapat digunakan persa-
maan 1.20. Karena
�
∂( 1 + y �2 (2π y + λ)) (2π y + λ)y �
= �
∂y � 1 + y �2
�khbasar2014
c
1.3 Metode Pengali Lagrange: persoalan isoperimetrik 15
� �
K2
dy = x + C
(2π y + λ)2 − K 2
Selanjutnya bila dimisalkan variabel baru ξ = 2πy+λ, maka integral tersebut
menjadi
� � � � �
K2 � 2 − K 2� = x + C
dξ = x + C =⇒ K ln � ξ + ξ �
ξ2 − K 2
Contoh 3
Tentukan bentuk lengkungan yang dibentuk oleh sebuah tali bermassa yang
kedua ujungnya digantung pada posisi vertikal yang sama.
Misalkan ujung tali berada pada titik x = ±a dan panjang tali adalah 2L,
dengan rapat massa persatuan panjang homogen yang dinyatakan dengan ρ.
Untuk persoalan ini bentuk tali akan sedemikian sehingga energi potensial
gravitasinya minimum, dengan kendala panjang tali yang tertentu (tetap).
Dengan memandang tali sebagai terdiri dari elemen massa panjang yang
membentuk lengkungan kurva y(x), maka energi potensial elemen massa ta-
li, dm dapat dinyatakan dengan −gy(x)dm = −gy(x)ρdl (dengan mengambil
acuan potensial gravitasi pada level horizontal posisi ujung tali). Energi po-
tensial seluruh bagian tali dapat dinyatakan sebagai berikut
� �a �
F = −ρg y ds = −ρg y 1 + y �2 dx
−a
kendala yang membatasi adalah panjang total tali yang tertentu, yaitu
�a �
G= 1 + y �2 dx = 2L
−a
Dengan demikian, bentuk integral yang harus dicari nilai stasionernya adalah
�x2 �a � � � �
I= (F + λG) dx = −ρg y 1 + y �2 + λ 1 + y �2 dx
x1 −a
�khbasar2014
c
16 Kalkulus Variasi
�a �� �
I = −ρg (y + λ) 1 + y �2 dx
−a
Terlihat bahwa integral yang akan dicari nilai stasionernya tersebut tidak
secara eksplisit mengandung variabel bebas x. Oleh karenanya dapat digu-
nakan persamaan 1.20. Dapat diperoleh persamaan yang berbentuk
� y �2 (y + λ)
(y + λ) 1 + y �2 − � =K
1 + y �2
−a + C λ
x = −a =⇒ cosh =
K K
�khbasar2014
c
1.3 Metode Pengali Lagrange: persoalan isoperimetrik 17
a+C λ
x = a =⇒ cosh =
K K
Dengan demikian diperoleh persamaan
� � � �
a+C −a + C
cosh = cosh
K K
�khbasar2014
c
18 Kalkulus Variasi
�khbasar2014
c
Paket Soal Bab 1
�φ2 �
(d) θ�2 + sin2 θ dφ dengan θ � = dθ/dφ.
φ1
�t2 √
(e) s−1 s2 + s�2 dt dengan s� = ds/dt.
t1
6. Suatu benda titik bergerak pada permukaan bola yang berjejari a di-
pengaruhi potensial gravitasi bumi. Dengan menggunakan sistem koo-
19
20 Paket Soal Bab 1
7. Tentukanlah persamaan kurva yang melalui titik (0, 0) dan (2, 0) agar
luas daerah yang dibentuk kurva tersebut dengan sumbu x maksimum
dan dengan panjang lengkungan π.
�khbasar2014
c