Oleh
Dra. Bunga Dara Amin, M.Ed
i
KATA PENGANTAR
i
pengeditan buku kuliah ini. Adalah harapan kami pula untuk
mendapat lebih banyak petunjuk dari berbagai pihak, demi
kesempurnaan buku ini.
Februari 2015,
ii
DAFTAR ISI
iii
A. RADIASI BENDA HITAM
a. Pendahuluan
b. Radiasi Termal
1
elektromagnet yang dipancarkan
oleh berbagai benda semata-
mata karena suhunya.
Susunan percobaan khasnya
diperlihatkan pada Gambar 1.1
berikut. Sebuah objek
dipertahan-kan pada suhu T1.
Radiasi yang dipancarkan objek
kemudian diamati dengan suatu
peralatan yang peka terhadap
panjang gelombang radiasi.
Gambar 2. Radiasi termal yang dipancarkan suatu Sebagai contoh, zat perantara
benda dispersif (penyebar cahaya)
seperti prisma dapat digunakan
untuk pengamatan ini karena panjang gelombang berbeda yang menembusnya
akan teramati pada sudut yang berbeda pula. Dengan menggerakkan detektor
radiasi ke sudut yang berbeda-beda, kita dapat mengukur intensitas radiasi pada
suatu titik geometris (akan sangat tidak efektif !), tetapi mengapit suatu selang
sudut d yang sempit.
Jadi yang sebenarnya yang diukur adalah jumlah radiasi dalam selang d pada .
Besaran ini kita sebut intensitas radiant (radiant intensity), R, sehingga
hasil percobaannya adalah sederetan nilai berbeda yang dipilih untuk diukur.
Apabila setelah selesai, maka hasilnya akan tampak seperti pada Gambar 1.2.
Bila percobaannya kemudian diulangi tetapi dengan temperatur yang lebih tinggi,
maka akan diperoleh hasil seperti yang tampak pada Gambar 1.2.
2
2. Panjang gelombang di mana
masing-masing kurva mencapai
nilai maksimumnya, yang disebut
maks. (walau ia bukanlah suatu
panjang gelombang maksimum),
menurun jika suhu pemancar
ditingkatkan, ternyata sebanding
dengan kebalikan suhu, sehingga
maks. 1/T. Dari percobaan
diperoleh bahwa nilai tetapan
bandingnya adalah
Radiasi yang dipancarkan benda biasa tidak hanya bergantung pada suhu,
tetapi juga pada sifat – sifat lainnya, seperti rupa benda, permukaannya, dan bahan
pembuatnya. Radiasinya juga bergantung pada apakah benda memantulkan atau
tidak memantulkan radiasi dari lingkungan sekitar yang jatuh padanya. Untuk
menghilangkan beberapa hambatan ini, kita tidak akan meninjau benda biasa,
melainkan yang permukaannya sama sekali hitam (benda hitam). Jika sebuah
benda sama sekali hitam, maka cahaya yang jatuh padanya tidak ada yang
dipantulkan sehingga sifat – sifat permukaannya dengan demikian tidak dapat
teramati. Namun demikian, perluasan ini masih belum cukup menyederhanakan
persoalan untuk memungkinkan menghitung spektrum radiasi yang terpancarkan.
Karena itu, kita memperluasnya lebih lanjut ke suatu jenis benda hitam istimewa –
sebuah rongga, misalnya bagian dalam dari sebuah kotak logam, dengan sebuah
lubang kecil pada salah satu dindingnya. Lubang kecil itulah, bukan kotaknya,
yang berperan sebagai benda hitam. Radiasi dari luar kotak yang menembus
lubang ini akan lenyap pada bagian dalam kotak dan kecil kemungkinan untuk
keluar dari lubang tersebut ; jadi tidak ada pantulan yang terjadi pada benda hitam
(lubang) tersebut.
3
d. Teori Rayleigh – Jeans
Perhitungan klasik bagi energi radiant yang dipancarkan untuk tiap – tiap
panjang gelombang sekarang terbagi menjadi beberapa tahap perhitungan.
8 V
N d (3)
V adalah volume kotak. Persamaan (1.3) merupakan perluasan gelombang
elektromagnetik tiga dimensi.
8 c
R ,T kT (4)
4
4
Hasil ini dikenal sebagai rumus Rayleigh–Jeans. Penurunannya menggunakan
teori klasik elektromagnet dan termodinamika, yang merupakan usaha maksimal
kita dalam menerapkan fisika klasik untuk memahami persoalan radiasi benda
hitam..
4
perbandingan hasil perhitungan intensitas radiasi dengan menggunakan
hukum Rayleigh–Jeans terhadap data hasil percobaan yang telah kita bahas
sebelumnya
2. Osilator hanya bisa memancarkan atau menyerap energi dalam satuan energi
yang disebut kuanta sebesar h, dengan adalah frekuensi osilator sedangkan
h adalah konstanta baru yang diperkenalkan oleh Max Planck. Konstanta ini
benilai h = 6.625 x 10-34 J.s.
5
Uraian hipotesis Planck di atas dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai
berikut. Distribusi energi dari osilator tidak kontinu, melainkan terkuantisasi :
E n n h (5)
Dengan n bilangan bulat (1,2,3,….). Unsur utama dari kuantisasi Persamaan (5),
untuk frekuensi tertentu yang diberikan maka selisih energi antara tingkat energi
dua osilator berurutan adalah :
En 1 En n 1 h n h h (6)
Selanjutnya, kita hitung energi rata – rata setiap osilator. Fungsi distribusi untuk
osilator di dalam kotak bertemperatur T adalah diskrit.
f n C e En / k T , (7)
(8)
Untuk menghitung energi rata – rata di atas, lakukan pemisalan
(9a)
dan
z ex (9b)
n h
n0
e kT
n0
z
1 z z 2 ...... (10)
6
1
1 z
Sehingga
(11)
z h
E h h / k T (12)
z 1 e 1
8 2
g (13)
c3
Kerapatan foton sebagai kuanta dari osilator harmonik adalah
u , T g E (14)
Dengan demikian
7
8 3 c 8 h c 1
u , T 3
1
4 h c (15)
4 e k T 1
hc
c kT
e 1
8
Contoh soal 1:
Penyelesaian :
Pada temperatur 1500 K,
kT = 0,13 eV
Eo
kT
jumlah atom dalam keadaan dasar No sebanding dengan e dengan Eo
adalah energi keadaan dasar osilator. Menurut hipotesis Planck, Eo = 0
Maka
Dan seterusnya.
Energi rata – rata osilator,
9
Contoh soal 2:
Contoh Soal 2 :
Sebuah rongga pemancar pada 6000 K mempunyai lubang berdiameter 0,1
mm pada dindingnya. Hitunglah daya radiasi melalui lubang tersebut untuk
panjang gelombang 5500 Å sampai dengan 5510 Å.
Penyelesaian :
Diketahui :
= 5500 Å = 5,5 x 10-7 m
R = d / 2 = 0,1 mm / 2 = 0,05 mm = 0,05 x 10 -3 m
h = 6,63 x 10-34 J.s
k = 1,38 x 10-23 J/K
c 8 h c 1
U ( ) 4 h c
4
e k T 1
16
3,74 10
5,0 10 32 77,9
9,60 1013 W / m 3
10
Gambar 4: Hipermedia Radiasi Benda hitam
B. EFEK FOTOLISTRIK
a. Pendahuluan
Efek fotolistrik pertama kali diamati oleh Hertz pada tahun 1887 dan
diselidiki secara detail oleh Hallwachs dan Lenard pada tahun 1886-1900. Dalam
eksperimennya, Hertz mendapati bahwa percikan sinar pada rangkaian terjadi bila
cahaya ultra ungu diarahkan pada salah satu logam. Selanjutnya, ditemukan bahwa
penyebab percikan ini adalah elektron yang terpancar bila frekuensi cahaya cukup
tinggi. Gejala percikan elektron tersebut kemudian dikenal dengan efek fotolistrik.
Analisis yang paling tepat dikembangkan oleh Albert Einstein pada tahun 1905
berdasarkan asumsi Max Planck dengan mengajukan postulat bahwa cahaya terdiri
dari paket-paket energi yang disebut kuanta atau foton.
11
b. Percobaan Fotolistrik
Kmaks = e VS (16)
e adalah muatan elektron. Nilai khas VS adalah dalam orde beberapa volt saja.
12
Di bawah C, sebarang
sumber cahaya, selemah
apapun, akan menyebabkan
terjadinya pemancaran
fotoelektron; di atas C,
tidak satu-pun cahaya,
sekuat apapun, yang dapat
menyebabkan terjadinya
pemancaran fotoelektron.
4. Energi kinetik maksimum
elektron yang dipancarkan
tidak bergantung pada
intensitas cahaya, tetapi
hanya ber-gantung pada
frekuensi atau panjang
Gambar 5. Prinsip percobaan efek fotolistrik
gelombangnya; energi
kinetik ini didapati
bertambah secara linier terhadap frekuensi sumber cahaya.
5. Apabila sumber cahaya dinyalakan, arus akan segera mengalir (dalam selang
waktu 10-9 s).
13
beberapa millimeter persegi (10-5 m2). Diameter khas atom adalah dalam orde 10-10
m, jadi luasnya dalam orde 10-20 m2. Karena itu, fraksi intensitas sinar laser yang
jatuh pada atom adalah sekitar 10-20 m2/10-5 m2 10-15. Jadi, hanya 10-18 W=10-18
J/s 6 eV/s daya yang dapat diserap atom, dan untuk menyerap energi sebanyak
beberapa eV diperlukan waktu sekitar satu detik. Dengan demikian, menurut teori
gelombang cahaya, kita memperkirakan tidak akan melihat fotoelektron
terpancarkan hingga beberapa detik setelah sumber cahaya dinyalakan; dalam
eksperimen diperoleh bahwa berkas fotoelektron pertama dipancarkan dalam
selang waktu 10 -9 s.
Dengan demikian, teori gelombang cahaya gagal meramalkan keberadaan
panjang gelombang ambang dan waktu tunda (delay – time) yang teramati dalam
eksperimen.
Teori efek fotolistrik yang benar barulah dikemukakan Einstein pada
tahun 1905. Teorinya ini didasarkan pada gagasan Planck tentang kuantum energi,
tetapi ia mengembangkannya satu langkah lebih ke depan. Einstein menganggap
bahwa kuantum energi bukanlah sifat istimewa dari atom-atom rongga radiator,
tetapi merupakan sifat radiasi itu sendiri. Energi radiasi elektromagnetik bukannya
diserap dalam bentuk aliran kontinyu gelombang, melainkan dalam buntelan
diskrit kecil atau kuanta, yang kita sebut foton. Sebuah foton adalah satu kuantum.
Energi elektromagnet yang diserap atau dipancarkan, dan sejalan dengan usulan
Planck, tiap-tiap foton dari radiasi berfrekuensi memiliki energi.
E=h (17)
14
Teori Einstein segera terbukti dapat menjelaskan fakta efek fotolistrik
yang diamati. Andaikanlah kita menganggap bahwa sebuah elektron terikat dalam
logam dengan energi W, yang dikenal sebagai fungsi kerja (work–function).
Logam yang berbeda memiliki fungsi kerja yang berbeda pula. Untuk
mengeluarkan sebuah elektron dari permukaan suatu logam, kita harus memasok
energi sekurang-kurangnya sebesar W. Jika h < W, tidak terjadi efek fotolistrik ;
jika h < W, maka elektron akan terpental keluar dan kelebihan energi yang
dipasok berubah menjadi energi kinetik elektron. Energi kinetik maksimum KMaks
yang dimiliki elektron yang terpental keluar dari permukaan logam adalah :
K maks h W (20)
Untuk elektron yang berada jauh di bawah permukaan logam, dibutuhkan energi
yang lebih besar daripada W dan beberapa di antaranya keluar dengan energi
kinetik yang lebih rendah.
Sebuah foton yang memasok energi sebesar W, yang adalah tepat sama
dengan energi yang dibutuhkan untuk melepaskan sebuah elektron, berkaitan
dengan cahaya yang panjang gelombangnya sama dengan panjang gelombang
pancung C. Pada panjang gelombang ini, tidak ada kelebihan energi yang tersisa
bagi energi kinetik fotoelektron, sehingga Persamaan (1.20) dapat disederhanakan
menjadi :
hc
W h (21)
C
15
Contoh Soal 3 :
Fungsi kerja logam tungsten adalah 4,52 eV. (a) Berapakah panjang gelombang
ambang C bagi tungsten ? (b) Berapakah energi kinetik maksimum elektron-
elektron yang dipancarkan apabila digunakan radiasi dengan panjang gelombang
200,0 nm ? (c) Berapakah potensial henti untuk kasus ini ?
Penyelesaian :
(a) Dari Persamaan (1.22) diperoleh
h c 1240 eV nm
C 274 nm
W 4,53 eV
yang berada dalam daerah ultraviolet.
(b) Pada panjang gelombang yang lebih pendek, berlaku
hc
K maks h W W
1,68 eV
(c) Potensial hentinya tidak lain adalah tegangan yang berkaitan dengan Kmaks,
K maks 1,68 eV
VS 1,68 V
e e
16
C. EFEK COMPTON
a. Pendahuluan
b. Efek Compton
Cara lain radiasi berinteraksi dengan atom adalah melalui efek Compton,
di mana radiasi dihamburkan oleh elektron hampir bebas yang terikat lemah pada
atomnya. Sebagian energi radiasi diberikan kepada elektron, sehingga terlepas dari
atom; energi radiasi yang tersisa diradiasikan kembali sebagai radiasi
elektromagnet. Menurut gambaran gelombang, energi radiasi yang dipancarkan itu
lebih kecil daripada energi radiasi yang datang (selisihnya berubah menjadi energi
kinetik elektron), namun panjang gelombang keduanya tetap sama. Kelak akan
kita lihat bahwa konsep foton meramalkan hal yang berbeda bagi radiasi yang
dihamburkan.
Proses hamburan ini dianalisis sebagai suatu interaksi (“tumbukan”,
dalam pengertian partikel secara klasik) antara sebuah foton dengan sebuah
elektron, yang kita anggap diam. Gambar 1.5 menunjukkan peristiwa tumbukan
ini.
Foton hambur
E’ , p’
Foton datang
E, p
Ee , p e
Elektron hambur
hc
E h (23)
dan momentumnya adalah
E
p (24)
c
Elektron, pada keadaan diam, memiliki energi diam me c 2. Setelah
hamburan foton memiliki energi E’ dan momentum p’ dan bergerak pada arah
yang membuat sudut terhadap arah foton datang. Elektron memiliki energi total
Ee dan momentum pe dan bergerak pada arah yang membuat sudut terhadap
foton datang. (agar analisisnya mencakup pula foton datang berenergi–tinggi yang
memberikan energi sangat besar pada elektron yang dihamburkan maka kita
membuat kinematika relativistik bagi elektron). Dalam interaksi ini berlaku
persyaratan kekekalan energi dan momentum, yaitu :
Eawal Eakhir
E me c 2 E ' Ee
p x awal p x akhir
p pe cos p ' cos
p y awal p y akhir
0 pe sin p ' sin (25)
18
p e cos p p ' cos
p e sin p ' sin
Kuadratkan dan kemudian jumlahkan, memberikan :
E m c e
2
E'
2
c 2 p 2 2 pp ' cos p '2 me2 c 4 (27)
1 1
1
1 cos (28)
'
E E me c 2
'
h
1 cos (29)
me c
19
pada = 00 hingga dua kali panjang gelombang Compton pada = 1800. Tentu
saja deskripsi foton dalam energi dan panjang gelombang adalah setara, dan
pilihan mengenai mana yang digunakan hanyalah masalah kemudahan belaka.
Pada percobaan ini seberkas sinar–X dijatuhkan pada suatu sasaran
hamburan, yang oleh Compton dipilih unsur karbon. (Meskipun tidak ada sasaran
hamburan yang mengandung elektron yang benar-benar bebas, elektron terluar
atau elektron valensi dalam kebanyakan materi terikat sangat lemah pada atomnya
sehingga berperilaku seperti elektron hampir “bebas”. Energi kinetik elektron ini
dalam atom sangatlah kecil dibandingkan terhadap energi kinetik Ke yang
diperoleh elektron dalam proses hamburan ini). Energi dari sinar–X yang
terhambur diukur dengan sebuah detektor yang dapat berputar pada berbagai sudut
.
Contoh 4 :
Sinar–X dengan panjang gelombang 0,2400 nm dihamburkan secara Compton
dan berkas hamburnya diamati pada sudut 60,0 0 relatif terhadap arah berkas
datang. Carilah : (a) panjang gelombang sinar – X hambur, (b) energi foton
sinar – X hambur, (c) energi kinetik elektron hambur, dan (d) arah gerak
elektron hambur.
Penyelesaian :
'
h
1 cos
me c
0,2400 nm 0,00243 nm 1 cos 60 0
0,2412 nm
b. Energi E ‘ dapat diperoleh langsung dari ‘ :
h c 1240 eV nm
E' 5141 eV
' 0.2412 nm
20
c. Dari Persamaan (1.25a) bagi kekekalan energi, diperoleh
Ee E E ' me c 2 K e me c 2
Ke E E '
hc
Energi E dari foton awal adalah : 5167 eV , jadi
K 5167 eV 5141 eV 26 eV
d. Dengan memecahkan Persamaan (1.25b) dan (1.25c) untuk pe cos dan
pe sin seperti yang kita lakukan untuk menurunkan Persamaan (1.26),
maka dengan membagi keduanya (bukannya menjumlahkan dan
mengalikan), diperoleh
p ' sin
tan
p p ' cos
tan
E ' sin
5141 eV sin 60 0
E E ' cos 5167 eV 5141 eV cos 60 0
= 1,715
21
Gambar 10. : Hipermedia Compton
a. Pendahuluan
b. Persamaan Schrodinger
= A + iB
Dengan A dan B adalah fungsi real. Konjugate kompleks * dari adalah
* = A – iB
Dengan demikian
* = A2 – i2B2 = A2 + B2
Karena i2 = -1. Jadi * akan selalu berupa kuantitas real positif.
Bahkan, sebelum kita meninjau perhitungan awal dari , kita dapat
membangun persyaratan yang harus dipenuhinya. Karena ||2 berbanding lurus
23
dengan kerapatan peluang P untuk mendapatkan benda yang diperikan
(digambarkan) oleh , integral ||2 ke seluruh ruang harus berhingga – benda
harus didapatkan pada suatu tempat. Jika
dV 0
2
Partikel itu tidak ada, dan integralnya jelas tidak bisa dan tetap berarti sesuatu;
||2 tidak bisa negatif atau kompleks karena cara didefinisikannya, sehingga satu-
satunya kemungkinan yang tertinggal ialah suatu kuantitas yang berhingga supaya
memang memberikan benda real.
Biasanya untuk memudahkan, kita ambil ||2 sama dengan kerapatan
(densitas) peluang P untuk mendapatkan partikel yang digambarkan oleh ,
ketimbang hanya berbanding lurus dengan P. jika ||2 sama dengan P, maka benar
bahwa
dV 1
2
(31)
Karena
P dV 1
Ialah suati pernyataan matematis bahwa partikel itu ada di suatu tempat untuk
setiap saat. Jumlah semua peluang yang mungkin harus tertentu.
Fungsi gelombang yang memenuhi Persamaan (3.1) dinamakan
ternormalisasi. Setiap fungsi gelombang yang bisa dipakai dapat dinormalisasikan
dengan mengalikannya dengan tetapan yang sesuai; kita akan melihat hal ini
dengan segera bagaimana hal ini dilakukan.
Di samping bisa dinormalisasi, harus berharga tunggal, karena P hanya
berharga tunggal pada tempat dan waktu tertentu, dan kontinu. Peninjauan
momentum memberi syarat bahwa turunan parsial
, ,
x y z
Harus berhingga, kontinu dan berharga tunggal. Hanya fungsi gelombang dengan
sifat-sifat tersebut dapat memberikan hasil yang berarti fisis jika dipakai dalam
24
perhitungan, jadi hanya fungsi gelombang yang ”berperilaku baik” yang diizinkan
sebagai representasi matematis dari benda nyata.
Jika kita sudah mempunyai fungsi gelombang yang ternormalisasi dan
dapat diterima, peluang (kemungkinan) partikel dapat ditemukan pada suatu
daerah tertentu ialah integral kerapatan peluang ||2 dalam daerah itu terhadap
volume. Untuk partikel yang geraknya terbatas pada arah – x, maka peluang untuk
mendapatkan partikel antara x1 dan x2 ialah
x2
Peluang | | 2 dx (32)
x1
2 y 1 2 y
(33)
x2 v2 t 2
Contoh 3..
(x) = Ce - | x | sin x
a. Tentukan konstanta C jika fungsi gelombang ternormalisasi.
b. Jika = , hitung kemungkinan untuk mendapatkan partikel berada di
sebelah kanan x = 1.
25
Penyelesaian :
a. Secara eksplisit (x) diberikan oleh
Tampak bahwa fungsi terakhir adalah fungsi genap, karena itu
0
| | e sin x dx C e sin 2 x dx
2 x
2
dx 1 C 2 2 2 2x
0
2 C 2 e 2 x sin 2 x dx
0
Untuk menghitung integral terakhir ini, tuliskan fungsi sinus dalam
bentuk eksponensial dan diperoleh
4 e
1 ( 2i 2)
1 2C 2 e ( 2 i 2 ) 2 e 2 x dx
0
C 2 e ( 2i 2) x e ( 2i ) x
e 2x
2 2i 2 2i 2 0
C2 1 1
1
2 2i 2 2i 2
C 2 4
1
2 4 4
2
C
2 1 2 Sehingga ( x)
2 1 2 e | x|
sin x
2
2
1
2
e
2
sin 2 cos 2
2 2
Untuk = ,
P x t
1
0,068
2e 2
26
Persamaan SchrÖdinger : Bergantung – Waktu
Dalam mekanika kuantum, fungsi gelombang bersesuaian dengan
variabel gelombang y dalam gerak gelombang umumnya. Namun, tidak seperti
y, bukanlah suatu kuantitas yang dapat terukur, sehingga dapat berupa kuantitas
kompleks. Karena itulah kita akan menganggap dalam arah x dinyatakan oleh
A e i (t x / v ) (34)
Jika kita ganti dalam rumus di atas dengan 2 dan v dengan , diperoleh
Diperoleh
A e ( i / ) ( E t p x ) (36)
27
Kita mulai dengan mendiferensiasi Persamaan (3.6) dua kali terhadap x
yang menghasilkan
2 p2
(37)
x2 2
iE
(38)
t
Untuk kelajuan yang kecil terhadap kelajuan cahaya, energi total partikel E ialah
jumlah dari energi elektrono p2/2m dan energi potensial V, dengan V pada
umumnya merupakan fungsi kedudukan x dan waktu t :
p2
E V (39)
2m
Fungsi V menyatakan pengaruh dari sisa semesta pada partikel. Tentu saja, hanya
sebagian dari semesta yang berinteraksi dengan partikel ; misalnya dalam kasus
elektron dalam atom hidrogen, hanya medan listrik inti yang diperhitung-kan.
Dengan mengalikan kedua suku Persamaan (3.9) dengan fungsi
gelombang , akan menghasilkan :
p2
E V (40)
2m
E (41)
i t
Dan
2
p 2 2 (42)
x2
28
dengan mensubstitusikan pernyataan untuk E dan p 2 dalam Persamaan (3.10)
akan diperoleh
2 2
i V (43)
t 2m x2
2 2 2 2
i V (44)
t 2m x
2
y2 z 2
( x, t ) 2 2
i ( x, t ) V ( x, t ) (45)
t 2m
29
relativistik dan rumusan yang lebih memakan pikiran diperlukan jika kelajuan
partikel yang mendekati kecepatan cahaya tertkait. Karena Persamaan itu
bersesuaian dengan eksperimen dalam batas-batas berlakunya, kita harus
mengakui bahwa Persamaan SchrÖdinger menyatakan suatu postulat yang berhasil
mengenai aspek tertentu dari dunia fisis.
Ini berarti, merupakan hasil kali fungsi bergantung – waktu e–(iE/ħ)t dan fungsi
yang bergantung kedudukan . Kenyataannya, perubahan terhadap waktu dari
semua fungsi partikel yang mengalami aksi dari gaya tunak mempunyai bentuk
yang sama seperti partikel bebas. Dengan mensubstitusikan dari Persamaan
(3.16) ke Persamaan SchrÖdinger yang bergantung – waktu, diperoleh
2 (i E / ) t 2
E e (iE / ) t e V e ( i E / ) t
(47)
2m x2
2 2 m
2 ( E V ) 0 (48)
x2
2 2 2 2 m
2 ( E V ) 0 (49)
x2 y2 z 2
30
Pada umumnya, Persamaan keadaan – tunak SchrÖdinger dapat dipecahkan hanya
untuk harga E tertentu. Dalam pernyataan itu tidak ditimbulkan oleh kesukaran
matematis yang mungkin ada, tetapi oleh sesuatu yang lebih mendasar
(fundamental). ”Memecahkan” Persamaan SchrÖdinger untuk suatu sistem berarti
memperoleh suatu fungsi gelombang yang tidak saja memenuhi Persamaan dan
syarat batas yang ada, tetapi juga harus memenuhi syarat bisa diterimanya fungsi
gelombang – yaitu turunannya harus kontinu, berhingga, dan berharga tunggal.
Bila tidak terdapat fungsi gelombang seperti itu, system itu tidak mungkin berada
dalam keadaan tunak.
Jadi kuantisasi energi muncul dalam mekanika gelombang sebagai unsur
wajar dari teori tadi, dan kuantisasi energi dalam dunia fisis dinyatakan sebagai
gejala universal yang merupakan ciri dari semua sistem yang mantap.
Suatu analogi yang sangat dekat dan sudah dikenal bagaimana kuantisasi
energi timbul dalam memecahkan Persamaan SchrÖdinger ialah dalam tali
terpentang yang panjangnya L yang keduanya ujungnya terikat. Dalam hal ini,
sebagai ganti gelombang tunggal yang menjalar terus-menerus dalam satu arah,
gelombang akan menjalar dalam arah +x dan –x secara serentak dengan syarat
bahwa pergeseran y selalu nol pada kedua ujung tali. Suatu fungsi y (x, t) yang
dapat diterima untuk menyatakan pergeseran (simpangan) dengan turunannya,
harus seperti yang berperilaku baik dengan turunannya, dan lagi harus real
karena y menyatakan suatu kuantitas yang dapat diukur langsung. Satu-satunya
pemecahan Persamaan gelombang
2 y 1 2 y
x2 v2 t 2
Yang sesuai dengan berbagai pembatasan itu ialah pemecahan yang panjang
gelombangnya memenuhi
2L
n ; n = 0, 1, 2, 3, ….
n 1
31
= 2L
=L
= 2/3
L
= 1/2
L
L
Gambar 12. Gelombang berdiri dalam tali terpentang dengan kedua ujung terikat
Contoh
Sebuah partikel bergerak yang memenuhi Persamaan :
x, t 5,0 e i 30 x 50 t
Hitunglah energi dan momentum partikel tersebut.
Penyelesaian :
pop x, t i
x
5,0 e i 30 x 50 t
30 5,0 e i 30 x 50 t
32
Harga Ekspektasi, Operator, Fungsi dan Harga Eigen
n1 x1 n2 x 2 ......... ni x i
x
n1 n2 .......... ni
Pi = | i |2 dx
x| |
2
dx
x
(50)
| | dx
2
33
Jika merupakan fungsi gelombang yang ternormalisasi, penyebut dalam
Persamaan (3.20) sama dengan peluang bahwa partikel itu terdapat di suatu tempat
antara x = - dan x = , sehingga harganya = 1. Dalam kasus ini
x x| |
2
dx (51)
Persamaan (3.21) ini menyatakan harga bahwa x terletak pada pusat massa
( elektronon begitu) dari ||2 ; jika ||2 diplot terhadap x pada suatu grafik dan
bidang yang dibatasi kurva dan sumbu x digunting, titik setimbangnya ialah x.
Nilai rata-rata yang dihitung menurut Persamaan (3.21) dikenal sebagai harga
ekspektasi (expectation values).
Prosedur yang sama dengan yang telah dilakukan di atas dapat dipakai
untuk memperoleh harga ekspektasi G(x) dari suatu kuantitas [misalnya, energi
potensial V(x)] yang merupakan fungsi dari kedudukan partikel x yang
digambarkan oleh fungsi gelombang . Hasilnya adalah
G x G x | |
2
dx (52)
Harga ekspektasi momentum p tidak dapat dihitung dengan cara biasa
yang demikian sederhana, karena sesuai dengan prinsip ketidakpastian, tidak ada
fungsi seperti p(x) yang dapat berlaku. Jika kita menentukan x, sehingga dengan
demikian x = 0, kita tidak dapat menentukan p yang bersesuaian karena x p
h/2. Masalah yang sama terjadi untuk harga ekspektasi energi E.
Pada bagian sebelumnya kita lihat bagaimana harga ekspektasi dapat
diperoleh dari kuantitas yang merupakan fungsi posisi x dari partikel yang
dinyatakan oleh fungsi gelombang . Jadi kita dapat memperoleh harga ekspektasi
pada setiap saat t dari harga x, dan energi potensial partikel V(x), keduanya
merupakan bagian dari pemerian yang lengkap dari keadaan partikel. Kuantitas
dinamis yang lain, seperti momentum p dan energi E, tidak dapat diperlakukan
dengan cara yang sama. Harga Ekspektasi dari p dan E harus dihitung dari :
34
Persamaan ini sangat langsung, sampai kita menyadari bahwa karena
= (x, t), harus menyatakan p dan E sebagai fungsi dari x dan t supaya kita dapat
melakukan integrasi, tetapi prinsip ketidakpastian mengakibatkan tidak
terdapatnya fungsi seperti p(x, t) dan E(x, t) ; sekali x, dan t ditentukan, hubungan
berarti bahwa kita tidak dapat, pada prinsipnya, menentukan p dan E secara
eksak.
Dalam fisika klasik tidak terdapat pembatasan seperti itu, karena dalam
dunia makroskopik prinsip ketidakpastian dapat diabaikan. Jika kita terapkan
hukum gerak kedua pada gerak benda yang mengalami berbagai gaya, kita
mengharapkan untuk mendapatkan p(x, t) dan E(x, t) dari solusinya seperti juga
x(t) ; untuk memecahkan persoalan tersebut dalam mekanika klasik pada pokoknya
berarti menentukan tempuhan masa depan gerak benda tersebut. Dalam fisika
kuantum, di pihak lain, semua yang kita dapatkan secara langsung dari Persamaan
SchrÖdinger dari gerak partikel itu ialah fungsi gelombang , dan tempuhan masa
depan gerak partikel itu – seperti juga keadaan awalnya – hanya diketahui
peluangnya, alih-alih sesuatu yang sudah tertentu.
Saran untuk mendapatkan dan dengan cara yang benar ialah
dengan mendiferensiasi fungsi gelombang partikel – bebas = A e – (i/ħ)(Et – px)
terhadap x dan t. Diperoleh
p (53)
i x
E i (54)
t
35
Jelaslah kuantitas dinamis p dalam cara tertentu bersesuaian dengan operator
diferensial / i / x dan kuantitas dinamis E bersesuaian dengan operator
diferensial i / t (Operator memberikan informasi kepada kita operasi apa
yang harus dilakukan pada kuantitas yang ditulis setelahnya. i / t
menginstruksikan kepada kita untuk mengambil turunan yang terdapat setelahnya
terhadap t dan hasilnya dikalikan dengan i ).
Kita biasa melambangkan operator dengan huruf tebal tegak, sehingga p
merupakan operator yang bersesuaian dengan momentum p dan E ialah operator
yang bersesuaian dengan energi E. Dari Persamaan (3.23) dan Persamaan (3.24)
operator ini ialah
p (Operator momentum) (55)
i x
E i (Operator energi) (56)
t
E=T+V (57)
36
2 2
i V (59)
t 2 m x2
2 2
i V (60)
t 2 m x2
p
* p dx
* dx
i x i
*
x
dx (61)
E
* E dx
* i dx i *
t t
dx (62)
keduanya Persamaan (3.31) dan Persamaan (3.32) dapat dihitung untuk fungsi
gelombang yang dapat diterima (x, t).
Jelaslah bahwa kita perlu menyatakan harga ekspektasi yang
bersangkutan dengan operator dalam bentuk
p
* p dx
37
* p dx
i
*
x
dx
tidak mempunyai arti. Dalam kasus kuantitas aljabar seperti x dan V(x) urutan
faktor dalam integran tidak penting, tetapi jika operator diferensial terlibat, urutan
yang benar dari faktor itu harus diteliti.
Setiap kuantitas yang teramati G yang merupakan karakteristik suatu
elektron fisis dapat dinyatakan dengan operator mekanika – kuantum yang cocok
G. Untuk memperoleh operator ini, kita perlu menyatakan G dalam x dan p dan
mengganti p dengan / i / x . Fungsi gelombang dari sistem diketahui,
maka harga ekspektasi G(x, p) ialah
G x, p * G dx (63)
2 2
H V (65)
2m x2
38
dan disebut operator Hamiltonian; kuantitas itu merupakan energi total
elektron dinyatakan dalam koordinat dan momentum. Jelaslah Persamaan
SchrÖdinger keadaan – tunak dapat ditulis sebagai berikut.
m e4 1
En 2 2 2 2
n = 1, 2, 3, ……..
32 0 n
Merupakan contoh sekelompok harga – eigen. Kita akan lihat pada Bab berikutnya
mengapa harga tertentu E yang menghasilkan fungsi gelombang dapat diterima
untuk elektron dalam atom elektronon.
Contoh penting variabel dinamis selain energi total yang didapatkan
terkuantisasikan dalam keadaan mantap ialah momentum sudut. Dalam kasus
atom elektron, kita akan dapatkan bahwa harga–eigen besar momentum sudut di-
tentukan oleh
Li l (l 1) l = 0, 1, 2, ……(n – 1)
Tentu saja, suatu variabel dinamis G boleh tidak terkuantisasi. Dalam hal ini
pengukuran G pada sejumlah elektron identik tidak menghasilkan hasil yang
unik melainkan harga yang tersebar yang rata-ratanya merupakan harga ekspektasi
G G | |
2
dx
Dalam atom elektron, kedudukan elektronon tidak terkuantisasi,
sehingga kita lec membayangkan elektronon berada di sekitar inti dengan
peluang tertentu ||2 per satuan volume tetapi tanpa ada kedudukan tertentu yang
dapat diramalkan atau orbit tertentu menurut pengertian klasik. Pernyataan
peluang ini tidak bertentangan dengan kenyataan bahwa eksperimen yang
dilakukan pada atom elektronon selalu menunjukkan bahwa atom itu selalu
39
mengandung satu elektron, bukan 27 persen elektron dalam satu daerah dan 73
persen di daerah lainnya; peluang itu menunjukkan peluang untuk mendapatkan
elektron, dan walaupun peluang ini menyebar dalam ruang, elektronnya sendiri
tidak.
m
V
0 L x
Gambar 13.. Sumur potensial yang bersesuaian dengan sebuah kotak yang
dindingnya keras takberhingga.
Karena partikel tidak bisa memiliki energi tak – berhingga, maka partikel
itu tidak mungkin berada di luar kotak, sehingga fungsi gelombangnya ( ) ialah
nol untuk x 0 dan x L. Tugas kita sekarang ialah mencari di dalam kotak.
Di dalam kotak V (x) = 0, maka persamaan SchrÖdinger menjadi
40
d 2 2m
2 E 0 (69)
dx 2
Persamaan (4.9) mempunyai pemecahan
A sin kL = 0
2m E
L n , n = 1, 2, 3, ……. (71)
Hasil ini disebabkan oleh harga nol sinus pada sudut , 2, 3,..... ………
Dari Persamaan (4.11) jelas bahwa energi yang dapat dimiliki partikel
mempunyai harga tertentu, yaitu harga – eigen yang telah diterangkan dalam
bagian sebelumya. Harga – eigen ini yang membentuk tingkat energi sistem.
41
Dari hubungan antara E dan k , diperoleh ungkapan tingkat energi partikel
di dalam kotak, yaitu :
n 2 2 2
En 2
n 2 E1 (72)
2m L
dengan
2 2
E1 (73)
2 m L2
2 m En
n A sin x (74)
Substitusikan Persamaan (4.12) untuk En menghasilkan
n x
n A sin (75)
L
Yang menyatakan fungsi eigen yang bersesuaian dengan harga – eigen En.
Dengan mudah dapat dibuktikan bahwa fungsi – eigen itu memenuhi
semua persyaratan yang telah kita bahas pada bagian sebelumnya : untuk setiap
bilangan kuantum n, n merupakan fungsi berharga tunggal dari x, dan n serta
n
kontinu. Selanjutnya, integral |n |2 ke seluruh ruang berharga berhingga,
x
seperti kita lihat dengan jalan mengintegrasikan |n |2 dx dari x = 0 sampai x = L
(karena partikel itu menurut hipotesis berada dalam batas-batas itu) :
L L n x
| n | 2 dx
0
| n | 2 dx A 2 sin 2
0
L
dx (76)
L
A2
2
Usaha menormalisasi kita harus memilih harga A seharga |n |2 dx sama dengan
peluang P dx untuk mendapatkan partikel antara x dan x + dx, alih-alih hanya
berbanding lurus dengan P. Jika |n |2 dx sama dengan P dx, maka harus berlaku
42
| n | 2 dx 1 karna P dx 1
Merupakan cara matematis untuk menyatakan bahwa partikel itu berada pada
suatu tempat dalam kotak pada setiap saat. Dengan membandingkan Persamaan
(4.16) dan Persamaan (4.17), kita dapatkan bahwa fungsi gelombang sebuah
partikel dalam kotak ternormalisasi jika
2
A (78)
L
Jadi fungsi gelombang yang ternormalisasi untuk partikel ialah
2 n x
n sin , n = 1, 2, 3, …… (79)
L L
Fungsi gelombang yang ternormalisasi 1, 2 dan 3 bersama dengan kerapatan
peluang | 1 |2, | 2 |2 dan | 3 |2 diplot dalam Gambar 4.2.
Walaupun n dapat berharga positif atau negatif, |2|2 selalu positif, dan
karena n ternormalisasi, harganya untuk suatu harga x tertentu sama dengan
peluang P untuk mendapatkan partikel di tempat tersebut. Dalam setiap kasus
|2|2 = 0 di x = 0 dan x = L yang merupakan batas kotak.
3 |3|2
2 |2|2
1 |1|2
2 L 2 x 2 L 1 1 4 x
x 2
L
0
x sin 2
L
dx
L 0
x cos
2 2 L
dx
L
2
Dan momentum rata-ratanya
2 x
L d 2 x
p 2 0
sin
L
i sin
d x L
dx
4 i L 2 x 2 x
L 2 0
sin
L
cos
L
dx = 0
Kedua hasil di atas berlaku sama untuk semua n dan dapat diduga dari Gambar
L
4.2. Pertama, peluang partikel berada di sebelah kiri titik tengah dan di
2
sebelah kanannya sama. Karena itu secara rata-rata partikel berada di titik
L
tengah . Kedua, akibat keadaan pertama ini maka kemungkinan partikel
2
bergerak ke kanan – ke kiri adalah sama. Dengan demikian momentum saling
meniadakan atau momentum rata-ratanya sama dengan nol.
44
1. Cari peluang untuk mendapatkan partikel antara 0,45L dan 0,55L untuk
keadaan dasar dan eksitasi pertama bagi partikel, yang terperangkap
dalam kotak yang panjangnya L.
Penyelesaian :
Bagian kotak tersebut adalah 1/10 kali panjang kotak dan berpusat pada
bagian tengah kotak. Secara klasik kita mengharapkan untuk
mendapatkan partikel di daerah itu 10% dari waktunya. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, mekanika kuantum memberi ramalan
teoretis yang sangat berbeda dan hasilnya bergantung pada bilangan
kuantum keadaan partikel. Peluang untuk mendapatkan partikel antara
x1 dan x2 dalam keadaan n adalah
n x
x2 x2
2
Peluang P | n | dx
2 2
sin dx
x1
L x1
L
x2
x 1 2 n x
sin
L 2 n L x
1
45
2. Sebuah elektron terperangkap di dalam sebuah kotak satu dimensi
dengan panjang 1 Å. Hitung :
a. Energi tingkat dasar elektron tersebut.
b. Besar peluang untuk menemukan elektron di daerah ½ Å < x < ¾
Å.
Penyelesaian :
a. Energi partikel di dalam kotak L diberikan oleh
n2 h2
En
8 m L2
untuk tingkat dasar, n = 1, maka
12 (6,63 x 10 34 ) 2
E1 joule
8 (9,1 x 10 31 ) (10 10 ) 2
= 6,03 x 10-18 J
= 37,4 eV
b. Dari Gambar 5.2, daerah ½ Å < x < ¾ Å identik dengan daerah L/2
< x < 3L/4, karena itu,
3L / 4
P1 L2 x 34L 1 ( x)
2
dx
L/2
x
3L / 4
2 3L / 4
1 2
L sin 2
L
dx L
x sin x
L/2
L 2 L L/2
1 1
= 0,41
4 2
46
Gambar 15. : Partikel Dalam Kotak
a. Pendahuluan
47
b. Spektrum Atom Hidrogen
n2
n 364,6nm (80)
n2 2
Tahun 1890, Rydberg menemukan rumus serupa pada unsur-unsur alkali
Li dan Na, K dan Cs. Ia juga mengusulkan bahwa rumus deret dapat dituliskan
sebagai perbedaan antara variable (peubah). Deret balmer bukanlah satu-satunya
spectrum garis yang dihasilkan atom-atom hydrogen, deret-deret lainnya
dipdapatkan dalam daerah ultraungu, dengan batas panjang gelombang 121,6 dan
91,2 nm. Daerah ini disebut deret Lyman, sesuai dengan nama penemunya. Deret-
deret lainya ditemukan dalam daerah inframerah, dinamakan sesuai nama
penemunya, yakni Paschen, Bracket dan Pfund.
Secara umum, rumus derert dapat dinyatakan sebagai berikut:
48
1 1 1
R 2 2 (81)
n m
Dengan n<m
Untuk deret Lyman, n = 1; Balmer , n = 2; Paschen, n= 3; Bracket, n = 4
dan Pfund n = 5
Dari hitungan kita mengenai deret Balmer seblumnya kita dapatkan
bahwa panjang gelombang terpanjang deret Balmer terjadi jiak m= 3 dan panjang
gelombang terpendek terjadi jika m sama dengan tak terhingga. Secara umum
panjang gelombang terpanjang diperoleh jika m terkecil dan dan panjang
gelombang terpendek jika m terbesar
49
Aplikasi Konsep
50
No Panjang gelombang (nm)
01 40
02 50
03 60
04 30
51
21. Menurut teori Bohr, berapa kali sebuah elektron mengelilingi inti pada tingkat
energi eksitasi pertama dari hidrogen, jika waktu hidup dalam keadaan ini
adalah 10-8 s ?
22. Carilah panjang gelombang transisi dari n1 = 4 ke n2 = 3 dan dari n1 = 5 ke n2
= 3.
23. Hitunglah kedua panjang gelombang terpanjang deret Balmer ion berilium
terionisasi tiga kali (Z = 5).
52
DAFTAR PUSTAKA
S. Gasiorowicz. 1990. Quantum Physics. John Willey and Sons, Inc 605
THIRD AENUE, NEW YORK 108
S.K. Dogra and S. Dogra. 1990. Kimia Fisika dan Soal – Soal. Jakarta, UI
Press
53