Laporan Kerja Praktik Plant PDF
Laporan Kerja Praktik Plant PDF
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
Kampus UI Baru, Depok, Jawa Barat. 16424
Telp: (021) 7867222
Email: humas-ui@ui.ac.id
e
Disusun Oleh:
Aditya Wisnu Prakoso (1306402734)
Masnita Simbolon (1306368305)
Rachman Kurnia (1306368122)
Metallurgist Metallurgist
Disetujui Oleh :
Laporan Kerja Praktek ini disusun berdasarkan hasil kerja praktek yang
penulis laksanakan di PT. Sago Prima Pratama – PT. J Resources Nusantara pada
tanggal 31 Desember 2014 s/d 15 Februari 2016, dengan menerapkan ilmu
pengetahuan yang telah penulis dapatkan baik selama menuntut ilmu di bangku
kuliah, literatur, buku ajar maupun dari internet.
Penulisan Laporan Kerja Praktek ini tidak sedikit kendala yang penulis
hadapi. Namun berkat bantuan dan bimbingan dari banyak pihak, penulisan laporan
ini dapat terselesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini kami ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Penulis berharap laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pihak yang membaca. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan
dalam penulisan laporan kerja praktek ini, penulis menerima kritik dan saran dari
para pembaca yang dapat membangun demi kesempurnaan laporan kerja praktek
ini.
Penulis
Bijih emas refraktori (refractory gold) tidak dapat diproses hanya dengan
melalui tahapan kominusi saja namun bijih tersebut membutuhkan tahapan pra
olahan secara kimia untuk mengekstraksi bijih tersebut. Faktor yang menyebabkan
terbentuknya bijih emas refraktori adalah sebagai berikut:
Emas terperangkap di dalam quartz atau silika
Emas terperangkap di dalam sulfida
Bijih mengandung material carbonaceous aktif
Ore preparation:
Proses liberasi partikel emas
Proses penyesuaian ukuran partikel bijih untuk diproses pada
tahapan selanjutnya
Proses konsentrasi partikel bijih secara fisik
Proses praolahan melalui mekanisme oksidasi bijih
Gold ekstraction:
Proses ekstraksi emas dari bijihnya ke dalam bentuk larutan
konsentrat
Gold purification:
Pemurnian atau peningkatan kadar larutan emas dari
konsentratnya
Gold production:
Proses recovery emas dari larutan konsentratnya untuk
memproduksi batangan emas (bullion bar)
Diagram alir (flow sheet) proses recovery bijih emas/perak melalui proses sianidasi:
Agar proses leaching dapat berjalan optimal dengan laju reaksi yang
memadai maka dapat dilakukan mekanisme pengaturan sebagai berikut:
Perbandingan konsentrasi antara ion sianida dan gas oksigen dalam
larutan leaching adalah 6
Komposisi larutan Natrium Sianida (NaCN) adalah sebesar 0,5%
Tingkat keasaman (pH) dari larutan NaCN tersebut adalah 11-12.
Konsumsi reagen sebesar 0,45 kg sianida dan 0,91 kg batu kapur
(lime) per ton konsentrat bijih emas yang diolah.
Temperatur optimul untuk proses leaching emas adalah maksimal
88°C
Pada tahap kedua yakni pemisahan logam emas dari larutannya dilakukan
dengan pengendapan dengan menggunakan serbuk Zn (Zinc precipitation). Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:
2 Zn + 2 NaAu(CN)2 + 4 NaCN +2 H2O 2 Au + 2 NaOH + 2 Na2Zn(CN)4 + H2
2 Zn + 2 NaAg(CN)2 + 4 NaCN +2 H2O 2 Ag + 2 NaOH + 2 Na2Zn(CN)4 + H2
Penggunaan serbuk Zn merupakan salah satu cara yang efektif untuk larutan
yang mengandung konsentrasi emas kecil. Serbuk Zn yang ditambahkan kedalam
larutan akan mengendapkan logam emas dan perak. Prinsip pengendapan ini
mendasarkan deret Clenel, yang disusun berdasarkan perbedaan urutan aktivitas
elektro kimia dari logam-logam dalam larutan cyanide, yaitu Mg, Al, Zn, Cu, Au,
Ag, Hg, Pb, Fe, Pt. setiap logam yang berada disebelah kiri dari ikatan kompleks
sianidanya dapat mengendapkan logam yang digantikannya. Jadi sebenarnya tidak
hanya Zn yang dapat mendesak Au dan Ag, tetapi Cu maupun Al dapat juga dipakai,
tetapi karena harganya lebih mahal maka lebih baik menggunakan Zn. Proses
pengambilan emas-perak dari larutan kaya dengan menggunakan serbuk Zn ini
disebut “Proses Merill Crowe”.
Re-
Stacking, Digging,
Land Clearing Leaching, Loading,
Rinsing and
Hauling
Dumping
Top Soil and
Crushing
Stripping Compacti
ng
Digging,
Drilling
Loading,
and Revegetation
and
Blasting
Hauling
1. Land Clearing
Kegiatan pembersihan lahan ini dilakukan untuk membersihkan
lahan dari tanaman maupun pepohonan. Kayu yang bernilai ekonomis
akan ditumpuk untuk digunakan kemudian. Sebagian dari tanaman
tersebut dapat digunakan untuk menahan sedimen di bagian ujung
lokasi yang digali.
Gambar 4.3.1. Penampakan Heap Leach Pad PT. Sago Prima Pratama
Kapasitas Luas
Sel 2
(Tones) (m )
A 60481 7957
1
B 56159 7564
A 62515 8599
2
B 61504 6742
A 70184 9389
3
B 55793 7444
A 56981 6742
4
B 79271 9011
A 30893 4871
5 B 35858 4686
C 31781 4750
Dalam satu sel Heap Leach Pad tersusun atas beberapa lapisan sebelum di
atasnya diletakkan bijih. Lapisan paling bawah yaitu merupakan tanah yang dibuat
miring dengan kemiringan kurang lebih 10o yang bertujuan untuk membuat larutan
sianida dapat mengalir dan tidak berkumpul membentuk ponding. Kemudian
dilapisi clay setinggi 30-50 cm yang berfungsi untuk meredam getaran dan juga
mencegah kebocoran liner karena dapat membuat permukaan yang akan dipasangi
liner lebih rata dan tidak tajam. Di atas clay, dipasangi liner berbahan High Density
Polyethylene (HDPE) berwarna hitam. Liner ini bertujuan untuk mengalirkan
larutan sianida yang kaya akan emas hasil ekstraksi ke Sump Launder yaitu bagian
dari Heap Leach Pad yang berfungsi untuk menyaring lumpur dan kotoran yang
terbawa oleh larutan sianida sebelum berakhir di Pregnant Leach Solution (PLS)
Pond. Selain itu, liner bertujuan untuk menjaga agar laruan sianida yang digunakan
tidak berkontak langsung dengan lingkungan. Setelah liner dipasang, ditambahkan
pasir setebal 30-40 cm yang bertujuan untuk menjaga agar liner tidak berkontak
dengan gravel maupun ore yang tajam sehingga tidak bocor. Di samping itu, pasir
juga berfungsi untuk meredam getaran sehingga dapat menahan beban alat berat
Ore
Gravel
b. Main Ring Pipes merupakan pipa HDPE dengan ukuran 200 mm untuk
mengalirkan Barren Leach Solution (BLS) atau larutan sianida yang miskin
emas ke tumpukan ore.
c. Pipa Perforated
Pipa ini dipasang diatas lapisan pasir dan sebelum gravel. Bentuk dari pipa
ini spiral dan berlubang. Pipa ini memiliki fungsi untuk melancarkan aliran
dari solution untuk menuju ke sump launder. Pipa perforated memiliki
ukuran 100 mm yang melintang di tiap cell, dan ukuran 200 mm berada
pada tiap sisi. Dimana struktur dibentuk seperti tulang ikan, hal ini agar
larutanyangada dalam cell HLP bisa mengalir dengan lancar.
d. Sump Launder yang berfungsi untuk menyaring lumpur dan kotoran pada
Pregnant Leach Solution (PLS) atau larutan sianida kaya emas sebelum
menuju launder.
e. Launder merupakan tempat untuk mengatur keluaran atau off flow menuju
ke PLS Pond atau Storm Water Pond (SWP). Selain itu, launder juga
menjadi tempat sampling untuk memonitor off flow dari tiap sel.
f. Spill way merupakan saluran yang menuju ke SWP ketika terjadi overflow
pada sel ataupun launder.
Pipes
Rinsing Reploughing
Uninstallation
Destacking
1. Stacking merupakan aktivitas penumpukan ore di heap leach pad baik dari
pit, stockpile, maupun hasil crushing. Dalam tahapan ini, ada beberapa
proses yang dilakukan, di antaranya lime mixing dan ore blending. Pada
proses lime mixing, kapur atau lime ditambahkan ke ore dan diratakan.
Proses ini dilakukan untuk menaikkan pH ore hingga 10.5 dimana
merupakan pH optimal untuk melakukan proses sianidasi. Banyaknya kapur
yang digunakan adalah 3 kg/ton ore. Sedangkan proses ore blending
merupakan proses untuk membuat ore menjadi homogen berdasarkan
jenisnya. Ada tiga jenis yaitu rocky, sandy, dan clay. Perbandingan
komposisi yang optimal adalah 3 rocky : 1 clay/sandy. Hal ini dikarenakan
ore jenis sandy/clay dapat membuat ponding atau channeling ketika
bertumpuk di satu titik. Proses stacking biasanya berlangsung 3-10 hari
tergantung dari kapasitas sel dan berakhir dengan susunan heap leach
setinggi 5 m dengan kemiringan 30-35o.
4.4 Vessel
Vessel atau IX Vessel merupakan tempat dimana terjadinya proses
recovery emas. Recovery emas adalah pemulihan emas dari pregnant leach
solutions (PLS) atau disebut larutan kaya emas. Dimana sumber dari PLS
ini adalah keluaran dari HLP saat irigasi. Proses recovery yang dipakai
dengan menggunakan system adorpsi dimana terjadi penyerapan emas oleh
material tertentu hanya sampai permukaan material adsorbant itu saja.
Vessel yang terdapat di process plant sebanyak 13 Vessel dimana 10
Vessel produksi biasa, dan 3 Vessel digunakan sebagai Vessel produksi atau
Vessel Detoksifikasi. Dimana Vessel 1-5 berada di line 1, dan Vessel 6-10
berada di line 2. Dan Vessel 11-13 berada pada line 3 khusus untuk
Detoksifikasi atau produksi biasa. Proses yang terjadi dari larutan kaya emas
menuju Vessel, penangkapan emas oleh resin dapat terlihat di diagram
dibawah ini.
Dari Diagram Alir di atas terlihat tahapan tahapan proses recovery atau adsorpsi
pada Vessel, dimana komponen utama dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
A. Header Tank
Header Tank merupakan tempat penampungan sementara larutan
kaya emas hasil kelauran dari tiap cell di HLP. Fungsi dari Header Tank itu
sendiri untuk meminimalisir tekanan yang ada dari kolam PLS sebelum
masuk kedalam Vessel agar Vessel tidak kelebihan tekanan. Selain itu,
adanya dua jalur dari atas dan bawah Header Tank bertujuan untuk
menghomogenkan larutan dari berbagai kolam PLS. Sehingga kadar emas
dalam larutan yang masuk ke dalam Vessel homogen dan mudah di prediksi.
Dari Header Tank ini terdapat tempat pengambilan sampel larutan
untuk memprediksi kadar au yang masuk dan yang akan di adsorpsi oleh
resin.
B. Vessel
Dalam Vessel terjadi proses adosrpsi dimana proses Adsorpsi di PT.
SPP menggunakan resin penukar ion atau ion exchange resin. Resin yang
dipakai adalah Purolite dan Minix Dowex. Dimana system penyerapan emas
dapat dijelaskan dalam reaksi dibawah ini.
--+NR3Cl- + [Au(CN)2-] --+NR3[Au(CN)2-] + Cl-
Berdasarkan reaksi d atas terlihat bahwa (--+NR3Cl-) adalah gugus
karbon dari resin yang dipakai. ([Au(CN)2-]) adalah gugus ion emas sianid
yang terkandung dalam larutan (PLS). ion Cl- dalam gugus resin akan
bertukar, dan resin akan berikatan dengan ion emas sianid dalam larutan di
permukaan resin. Sehingga ion Cl- akan bebas dalam larutan. Proses ini
dinamakan penukran ion dimana ion dalam larutan bertukar dengan ion
dalam resin. Resin ini lalu di transfer ke tahap selanjutnya untuk pelepasan
emas dari resin untuk ditangkap secara elektrolisis.
Di Vessel juga terdapat tempat pengambilan sampel larutan yang
keluar dari Vessel setelah proses adsorpsi. Dimana sampel larutan ini
ditujukan untuk melihat seberapa jauh emas yang telah diadsorp oleh resin
Departemen Teknik Metalurgi dan Material
Fakultas Teknik Universitas Indonesia
| 33
dan untuk melihat efisiensi dari resin yang digunakan. Tujuan dari sampling
juga untuk memprediksi jumlah emas yang akan diproses di tahapan
berikutnya.
C. Hopper
Hopper merupakan tempat sementara dari resin sebelum di proses
ke tahapan selanjutnya. Dimana resin yang telah menangkap emas disebut
sebagai Loaded Resin dan akan di transfer ke hopper dan column unutk
proses stripping/ pelepasan emas. Sedangkan resin yang telah selesai
dilepas/ stripping disebut barren resin dan akan ditransfer ke Vessel kembali
untuk dilakukan proses adsorpsi kembali. Fungsi hopper juga unutk
Pada bagian Vessel, untuk menjaga setiap proses berjalan dengan baik
maka diperlukan beberapa penyesuaian/ maintance. Dimana kegiatan selain
transfer loaded dan barren resin. Adapula kegiatan Backwash yang dilakukan
2x sehari (1x per shift). Backwash adalah kegiatan mencuci/ merombak resin
dalam Vessel untuk membongkar atau menjadikan resin yang terkompaksi
menjadi terpisah satu sama lain. Hal ini ditujukan untuk menghindari adanya
resin yang terkompaksi atau menggumpal. Apabila resin menggumpal maka
proses adosrpsi tidak berjalan dengan efektif, karena luas permukaan resin
untuk mengadsopr emas semakin sedikit. Backwash memecah resin yang
menggumpal sehingga luas permukaan resin yang sebelumnya terkompaksi
menjadi terpisah semakin tinggi. Luas permukaan resin yang tinggi
meningkatkan efektifitas adosrpsi emas. Backwash menggunakan High
Pressure Water dimana keluaran air dari Backwash akan dibuang ke lantai dan
dialirkan menuju sump pit dan ke SWP (Storm Water Pond) 1.
2. Water Wash
Pada proses water wash dilakukan pencucian resin dengan High
Pressure Water. Waktu proses ±1 Jam
3. Water Drain
Pada proses ini dilakukan pengurasan air pasca water wash yang
akan di transfer ke Storm Water Pond (SWP) 1. Waktu melakukan
proses ini ± 15 Menit.
4. Acid Filling
Pada tahap ini dilakukan pengisian asam sulfat dari acid tank ke
eluate column hingga 25% dari volume eluate column. Konsentrasi
Acid yang kita digunakan ialah 0.25 – 1 M.
5. Acid Circulating
Pada proses ini dilakukan sirkulasi asam sulfat yang bertujuan
untuk melepaskan base metal dan membuka pori-pori resin sehingga
akan mempermudah proses pelepasan Au. Flow rate yang digunakan
14-20 m3/ h dan waktu operasi ± 1 Jam.
6. Acid Drain
Acid Drain adalah tahap pengurasan acid sisa acid wash di eluate
column ke SWP 1.
7. Backwash
Proses ini bertujuan untuk membilas resin dari sisa asam dan
mengurangi penggumpalan resin sehingga dapat meningkatkan kontak
8. Water Drain
Proses ini dilakukan pengurasan air pasca backwash yang akan di
alirkan ke SWP 1.
9. Eluate Filling
Proses pengisian eluate dari eluate tank ke eluate column.
EW Barren
Eluate
Gambar 4.5.3. Skematik Sirkulasi Eluate
101 201
102 202
c) Drying
Sludge yang ada di tray akan di timbang beratnya dan akan di oven
pada T= 400°C. Hal ini dilakukan untuk menguapkan merkuri yang ada di
sludge dan menguapkan oksida oksida logam yang tidak berharga sehingga
di dapatkan calcine yang sedikit oksida yang akan diproses di tahap
selanjutnya. Waktu oven dilakukan ± 6-10 Jam.
d) Smelting
Pada proses smelting feed yang masuk adalah calcine hasil
drying dan flux. Flux yang digunakan adalah Borax, Soda Ash, dan
Silica dengan komposisi masing-masing 35%,35%, dan 15% dari berat
total calcine yang didapat. Penambahan flux memiliki fungsi masing-
masing, Borax ditambahkan untuk menurunkan titik lebur dari logam
cair hingga 1200°C, Silica untuk melapisi crucible agar tidak rusak
Departemen Teknik Metalurgi dan Material
Fakultas Teknik Universitas Indonesia
| 43
sehingga tidak ada scrap saat proses pouring, Soda Ash berfungsi
sebagai pengontrol slag sehingga bullion diharapakan bebas dari slag.
e) Cleaning
Setelah logam cair sudah menjadi bullion dilakukan
pembersihan permukaan dengan menggunakan air.
Crucible
Lid
Pouring Spout
Hydraulics
Lifitng Arm
Moulds
B. Scrubber
Alat penghisap uap dari sel elektrowinning yang akan dibuang ke
udara.
DETOKS
SWP 1 SWP 2 DETOKS VESSEL
HEADER TANK
DETOKS DETOKS
SUMP PIT DETOKS POND 1
PREMIX 1 PREMIX 2
POLISHING
DETOKS POND 2 ENVIRONMENT
POND
C. DETOX VESSEL
Setelah larutan/ solutions dari SWP 2 masuk ke Header Tank, maka
larutan dialirkan menuju Detox Vessel. Hal ini bertujuan untuk melakukan
proses adsorpsi emas kembali, untuk memastikan bahwa kadar emas dalam
solutions sudah di batas aman dan tidak ada emas yang terbuang. Setelah
proses adsorpsi maka selanjutnya solutions dialirkan ke sump pit.
D. SUMP PIT
Sump pit merupakan tempat penampungan larutan Detoksifikasi
sebelum dialirkan ke Detox premix 1 dan Detox premix 2 untuk penambahan
reagen. Dalam sump pit ini kita melakukan pengecekan pH agar pH sudah
ebrada pada batas aman, apabila terlalu basa dapat kita tambahkan asam
dengan fasilitas pipa inject acid. Setelah dipastikan pH aman, maka larutan
dipompa menuju Detox premix 1.
E. DETOX PREMIX 1
Detox Premix 1 merupakan Tanki dimana terjadi proses
Detoksifikasi/ penetralan bahan kimia. Dimana pada tahap premix 1 ini
dilakukan penurunan kadar sianida dengna bantuan hydrogen peroxide.
Gambar 4.7.6. Detox Premix 1(kiri) dan Pipa Pengalir dari Premix 1 ke Premix 2 (kanan)
F. DETOX PREMIX 2
Setelah dilakukan penurunan kadar sianida, maka larutan dialirkan
ke premix 2 untuk dihilangkan atau pengendapan tembaga yang ada dalam
solutions. Dimana pengendapan direaksikan dengan Na2S atau sodium
sulfide.
Reaksi pengendapan tembaga dapat dilihat dibawah ini.
Cu2+ + Na2S CuS + 2 Na+ ……………… (1)
G. DETOX POND
Detox Pond atau kolam Detox adalah tempat penampungan air
setelah proses Detoksifikasi. Larutan yang telah melalui proses Detox akan
ditampung di Detox pond ini. Terdapat 2 Detox pond, yaitu Detox pond 1
dan Detox pond 2. Dimana aliran dari Detox pond 1 ke 2 dengan overflow
dan akan mengalir secara otomatis apabila melebih batas. Fngsi dari Detox
pond juga untuk memberikan waktu untuk tembaga mengendap lebih
banyak. Sehingga larutan yang terbuang akan aman dari logam berbahaya.
Apabila kedua kolam Detox penuh maka akan secara otomatis dialirkan
menuju polishing pond.
Sample Hasil
• Eksplorasi • Kandungan Au dalam ore
• Grade Control • Kandungan Au di Sample →
AuCN/AuFA→ QLT
• On-Flow • Au dan Ag
• Acid Drain • Au dan Cu
• Off-Flow • Au, Cu, Fe
• Pregnant dan Barren • Au saat Stripping
Eluate
• Loaded dan Barren • Au, Ag, Cu, Fe
Resin
• Bullion • Kandungan Au
Sampling
Onflow Offlow
40 mL + 5 mL DiBk 25 mL + 5 mL DiBk
(In Aliquat 336) + 5 (In Aliquat336) + 5
mL NaCl 20% mL NaCl 20%
Shaking AAS
Gambar 4.8.1 Diagram Proses Pengujian Sampel On Flow dan Off Flow
Ashing di Ashing
Larutan di cek
Timbang 2 gr Furnace suhu
AAS kandungan
dalam crucible pot 750oC selama 5
Au
jam
D. Bullion
Sampel Bullion emas diambil dengan cara di bor dan
serpihan hasil bor diambil. Tujuan pengecekan bullion ini untuk
mengetahui kadar emas yang dihasilkan.
Berikut tahap untuk pengecekan kandungan emas di dalam bullion
1. Campurkan 0.1 gram bullion dengan 0.25 gram perak dan 0.003
gram tembaga
Oven
t= 6-8 Jam
Milling Splitters
T : 6 jam → 125°C
8 Jam → 115°C
10 gr + Lime →
Balancing AuCN
Hasil Preparasi
(Penimbangan) 25 gr + Flux→
AuFA
Conc Au diatas
0.05 PPM → AAS
AuFA
Oven di Cupelattion
Oven di Fusion Furnace dengan
Furnace Crusible Pot AAS
T = 1100°C t= 1 Jam
t= 1 Jam T= 950°C
Diencerkan
+HCl 50 mL hingga 200 mL
dengan DW
Dipanaskan di
+HNO3 25 mL T=100°C di hot
plat
Pengenceran 100 10 ml + 90 mL
TU 5mL mL (+aquadest) DW
+Iodine 0.05 M
50 atau 75 mL
+H2SO4 1M 15 (Tergantung + NaOH 1M 20
mL perubahan mL
warna) hingga
kuning
Titrasi dengan
Indikator Starch Hitam ke Bening
Na2S2O3
Drying di
Timbang berat Timbang berat
hotplate
sampel basah setelah drying
@250oC
C. Lime Test
Lime Test/ Uji Kapur merupakan pengujian yang dilakukan pada
ore untuk mengetahui seberapa baik ore dapat menyerap kapur. Ore
yang diambil adalah ore dari pit, stacking, stock pile, maupun tiap cell.
Hal ini bertujuan sebagai proyeksi untuk penambahan kapur saat
stacking cell baru. Setiap cell yang baru stacking akan ditambahkan
kapur/ lime untuk membantu mempercepat peningkatan pH menjadi
10.50. MEtode yang digunakan untuk lime test adalah dengan metode
bottle roll.
Sample dari
Keringkan (Oven Ambil 1 kg,
Stacking Ore (2-3
6-8 jam @115oC) milling
kg)
Catat penambahan
kapur (Berat Awal Rolling/ Putar 4 Cek pH setelah 4
kapur – berat akhir jam/ jam roll
setelah dipakai)
Stop setelah
Catat penambahan +Kapur s/d pH
penambahan kapur
kapur kembali 10.50
0,00....
D. Coupon Test
Coupon Test merupakan pengujian dengan menggunakan
coupon/ lembaran plat. Tujuan dari Coupon Test adalah untuk
mengetahui efektifitas anti scalant yang digunakan. Anti scalant adalah
zat kimia untuk menghindari pembentukan scale pada larutan/ solutions
dalam system. Dimana scale/ kerak merupakan kalsium karbonat yang
dapat menempel pada setiap screener dan membuat aliran menjadi tidak
lancar. Penggunaan anti scalant untuk menghentikan reaksi
Screen berbentuk
Bersihkan scale Timbang berat
Plat & Lingkaran
dari plat bersih (Plat saja)
Panjang (Excel)
Di Header 2 &
Timbang berat
inlet Vessel 2
kotor (Plat+Scale)
(Excel)
Ambil setiap
tengah/ akhir Keringkan plat di
bulan (bersamaan hotplate (@200oC)
dengan fine resin)
E. Percolation Test
Pengujian ini adalah untuk mengetahui permeabilitas dari ore
yang diproses. Dimana permeabilitas berpengaruh pada sejauh mana
larutan akan bisa diserap dan diteruskan oleh ore selama proses
pelindian. Apabila ore hanya dapat menyerap larutan tanpa
meneruskannya maka ore yang berada dibawah tidak akan bisa terpapar
larutan pelindi sehingga pelindian tidak berjalan efektif.
Metode yang digunakan dijelaskan pada diagram sebagai berikut.
F. Column Test
Column Test adalah pengujian unutk mengetahui kemampuan bijih
untuk dapat terekstraksi. Column Test merupakan pencerminan dari
pelindian di HLP cell. Dengna pengujian ini kita bisa mengetahui
seberapa baik ore dapat terekstrak.
Sample
WOre: 60 – 70 BLS - Sianid
kg
#300 ppm (3-4 BLS – Kapur
Jumlah air (3 hr pertama)
klt/ton ore) Tambahkan Irigasi
• (Vair x Kapur sambil di
Vair: (WOre x 300)/1000000 cek pH
3000)/Jumlah BLS di irigasi ke
= Wcn (gr) column dengan
Hari (Berat Kapur
#100 ppm awal – Berat flow 3.7
+3 gr lime/ kg setelah 4 hari Kapur Akhir) = ml/menit
ore. Mix di • (Vair x Berat Kapur
molen/ manual 100)/1000000 yang dipakai
dengan sekop = Wcn (gr)
Masukkan
Masukkan sampel
kembali ke dalam
Keluarkan sampel dan catat volume
drum kedua dan
yang terukur. (V1)
catat Volume (V2)
Keringkan Ore
BD= Berat Kering
total di oven 8-12 Hitung berat
/ (Rata2 Volume
jam (@100- Kering
1&2)
120oC)
H. Moisture Test
Moisture Test bertujuan unutk mengetahui kelembapan dari ore yang
kita miliki. Dimana ini juga memiliki fungsi salah satunya mengetahui
persentase ekstraksi dalam proses pelindian.
I. ABCD Test
Pengujian ini adalah pengujian untuk mengetahui deviasi pembacaan
alat uji AAS yang dimiliki oleh perusahaan. Pada dasarnya ABCD ini
Departemen Teknik Metalurgi dan Material
Fakultas Teknik Universitas Indonesia
| 67
mengambil sampel dari kumppulan sampel solutions yang ada dan sama
namun diberi label yang berbeda. Apabila pembacaan berbeda dengan
yang seperti biasanya dan dicurigai adanya deviasi yang besar, maka
alat uji AAS perlu dikalibrasi ulang.