Anda di halaman 1dari 22

BAB III

ASPEK TEKNOLOGI DAN PENGEMBANGAN

3.1. Teknologi Pengolahan Mineral

Metalurgy adalah teknologi pengolahan mineral untuk memproduksi


logam logam yang meliputi pemisahan bijih (ore) kemudian
memisahkannya menjadi logam tertentu atau mencampurnya dengan
beberapa macam logam, terkadang dicampur dengan elemen lain .
Metallurgy dapat dibagi dalam dua kategori yaitu : Pyrometallurgy dan
Hydrometallurgy.
Pyrometallurgy berasal dari kata Pyro y ng berarti api atau panas
yaitu pemanasan dari bijih (ore) mineral atau konsentrat yang
ditransformasikan secara fisik dan kimia untuk memperoleh logam tertentu.
Secara umum panas diperoleh dari energi listrik atau pembahasan
dengan bahan bakar fosil (minyak/batubara), Teknologi metallurgy yang
ada saat ini adalah RKEF, Blast Furnace, RHEF dan DRRK.
Hydrometallurgy berasal dari kata Hydro yang berarti air atau
Cairan yaitu penggunaan bahan bahan kimia seperti ammonia, asam
belerang (sulphuric acid) atau asam nitrat (nitric acid). Untuk membantu
mengekstrak atau mendapatkan logam tertentu.
Teknologi hydrometallurgy yang saat ini tersedia adalah HPAL, EPAL,
HL, AL dan Caron.
Untuk memproses nikel laterite dibagi kedalam 2 kategori yaitu :
1. Proses Pyrometallurgy yaitu proses peleburan (smelting) yang
menghasilkan Ferro Nikel (Fe-Ni), Nickle Matte dan Nickel Pig
Iron (NPI).
2. Proses Hydrometallurgy yaitu proses pemisahan yang
menghasilkan Nickel (Ni) dan Cobalt (Co).

PT. SURYA SAGA UTAMA 20


Adapun teknologi untuk memproses bijih nikel lateri adalah :
A. Pyrometallurgy
1. RKEF (Rotary Kiln Electric Furnace) memproduksi Nickel Matte.
2. RKEF (Rotary Kiln Electric Furnace) memproduksi Ferro Nickel.
3. DRRK (Direct Reduction Rotary Kiln) memproduksi Ferro Nickel
Luppen.
4. Blast Furnace memproduksi NPI (Nickel Pig Iron).

B. Hydrometallurgy
1. HPAL (High Pressure Acid Leach) yang memproduksi Nickel dan
Cobalt.

Tabel 3.1 Perbandingan dari masing masing Teknologi Pengolahan.

A. Pyrometallurgy

Proses/ Kebutuhan Biaya


Pengolahan Tipe Ore listrik Investasi Operasional

Fe-Ni Sangat Sangat


Saprolite Besar
Smelting Tinggi Besar

Ni Matte Sangat Sangat Besar


Saprolite
Tinggi Besar

Blast
Limonite Sedang -
Furnace Sedang Sedang
Saprolite Besar
NPI

Fe-Ni
Limonite Rendah - Sedang Sedang
DRRK
Saprolite Sedang
Luppen

B. Hydrometallurgy

HPAL Limonite Rendah Tinggi Rendah

PT. SURYA SAGA UTAMA 21


3.2. Pengolahan Nikel dengan Metode Direct Reduction Rotary Kiln

(DRRK)

Teknologi pengolahan bijih Nikel menjadi Ferro Nickel dengan


metode Direct Reduction Rotary Kiln (DRRK) atau dikenal dengan
Teknologi Luppen.
Tahapan persiapan dengan metode DRRK ini adalah pengeringan
bijih (ore) Nikel Laterite dan pencampuran dengan material karbon, batu
kapur dan bola-bola baja. Selanjutnya diumpankan ke Rotary Kiln.
Di dalam Rotary Kiln, panas diperoleh dari hembusan material dan
batubara sedang aliran panas diperoleh dari batubara (coke), sebagai
bagian dari keseluruhan proses pencairan, Dari rangkaian tahapan
pengeringan, penguapan dan penyusutan menuju ke pengembangan
logam. Logam yang diproduksi dalam kiln adalah setengah cair.
Material (Frit) yang dibakar dalam rotary kiln akan dikeluarkan untuk
didinginkan dan digiling. Magnetic Separator akan mengembalikan
campuran nikel dan besi dari pelepasan frit yang terisolasi dalam bentuk
butiran nikel dan besi dengan diameter 2-3 mm dan slag 1-2 mm. adapun
komposisi kimia dari material frit adalah C = 0,1; Ni = 11 14, S = 0,45 dan
P= 0,05, produk ini tidak mempermasalahkan tingginya kandungan sulfur,
karena sangat bisa mengurangi sulfur (desulfhurisasi). Proses
pengumpanan butiran terus berlanjut ke grade separator untuk
mendapatkan butiran dalam bentuk pasir.
Recovery rate Nikel dan Besi dalam metode DRRK sangat tinggi di atas
90%.
Biji (ore) Nikel Laterite Pemecahan butiran pengeringan
penggilingan penambahan batu kapur (lime stone) Pulverized
batubara bola bola baja Rotary Kiln pendinginan dengan air
pemisahan dgn air penyaringan Nikel dan Besi .

PT. SURYA SAGA UTAMA 22


Diagram alir proses DRRK dapat di gambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1. Flow Chart DRRK Proses

PT. SURYA SAGA UTAMA 23


Gambar 3.2. Feeder

Gambar 3.3. Grinding

PT. SURYA SAGA UTAMA 24


Gambar 3.4. Crusher

Gambar 3.5. Grinding

PT. SURYA SAGA UTAMA 25


Gambar 3.6. Rotary Kiln

Gambar 3.7. Rotary Kiln

PT. SURYA SAGA UTAMA 26


3.3. Keunggulan Pengolahan Nikel dengan Metode DRRK

Dibandingkan dengan Blast Furnace, Rotary Kiln Direct Reduction


Smelting Furnace dan Rotary Kiln Smelting Process (RKEF), maka Direct
Reduction Rotary Kiln (DRRK) mempunyai keunggulan/kelebihan sebagai
berikut :
1. Peralatan DRRK sangat sederhana (simple) oleh karenanya mudah
dalam perawatan.
2. Biaya Investasi rendah, pengembalian investasi cepat
3. Pemakaian energi yang cukup rendah, mengakibatkan biaya
produksi rendah
4. Biaya produksi yang cukup rendah, payback period yang cukup
singkat
5. Energi utama batubara, dibanding listrik yang cukup mahal
6. Cocok/bisa untuk semua jenis kadar bijih (ore) Nikel Laterite
(Limonite /Saprolite)
7. Hasil Produksi Ferro Nickel kwalitas tinggi, untuk kadar bijih nikel
Ni: 2 % dan Besi (Fe) ; 15 % akan menghasilkan recovery rate 90%
untuk nikel dan besi, sedang Ni pada kadar 11,8 %. Ini dapat
digunakan langsung sebagai bahan baku pembuatan stainless
steel.
8. Metode DRRK masih sedikit negara yang menggunakan sehingga
berdaya saing tinggi.

PT. SURYA SAGA UTAMA 27


Berikut adalah tabel perbandingan yang menunjukkan keunggulan
DRRK dengan metode lainnya.

Tabel 3.2. Perbandingan metode DRRK dengan metode lainnya


DRRK DRRK di
Electrical
Deskripsi Batubara negara RKEF
Furnace
/coke besar
Listrik dari
Energi untuk
Batubara Batubara Batu bara Listrik
peleburan
(PLTU)
Penggunaan Sangat
Rendah Rendah Tinggi
Energi tinggi

Sangat
Invetasi Awal Rendah Rendah Tinggi
Tinggi
Peralatan
Kandungan
Nikel
10 10 11 4-7
Ni %
Sangat Sangat
Unit Cost Rendah Tinggi
Rendah Tinggi
Profit Sangat
Margin Tinggi Tinggi Rendah Rendah

Payback Dalam Dalam Lama/Jangka Lama/jangka


Period 2 tahun 2 tahun panjang Panjang

PT. SURYA SAGA UTAMA 28


3.4. Kelayakan Pemilihan Tapak dan Tata Letak Pabrik/Smelter

Pemilihan tapak dan tata letak kompleks pabrik/smelter nikel adalah


hal yang sangat penting dalam studi kelayakan pembangunan smelter dan
infrastrukturnya.
PT Surya Saga Utama (SSU) sebagai pemilik bersama dengan mitra
mitranya yaitu Vostok Coal Management Company (Investor) , Chaoyang
Heavy Building Material Machinery Manufacturing Enterprises (Produsen)
dan J.C. Global Mineral Limited (Kontraktor) merasa perlu untuk
menetapkan Tapak atau tata letak pabrik/smelter, untuk pengambilan
beberapa keputusan penting sehubungan dengan pembangunan proyek
ini, maka ditunjuklah Konsultan konsultan yang akan melakukan survey
dan evaluasi serta menetapkan tapak dan tata letak smelter, yaitu : Shanxi
Huanneng Survey and Design Ltd.co. dari China dan PT Anugrah Inti
Spektra dari Indonesia.

PT. SURYA SAGA UTAMA 29


3.4.1. Kondisi Umum

Tapak atau tata letak kompleks Pabrik/Smelter PT SSU


direncanakan berada di dalam atau diluar wilayah IUP atau konsesi
pertambangan PT SSU yang ada di Pulau Kabaena.

Gambar.3.8. Peta Wilayah IUP PT. SSU

Studi kelayakan pemilihan tapak/tata letak Pabrik dan


infrastruktur pendukungnya akan mengacu pada kondisi wilayah yang
ada (existing condition) terutama infrastruktur pertambangan yang
telah dibangun oleh PT SSU, antara lain jalan angkut dari Tambang
ke Pelabuhan, Dermaga/Pelabuhan, Base Camp, sumber air, listrik,
transportasi, dan sektor jasa, logistik dan kondisi penunjang lainnya,
termasuk sarana prasarana yang dimiliki Pemerintah.

PT. SURYA SAGA UTAMA 30


3.4.2. Kondisi Rencana Lokasi Pembangunan Smelter

1. Sumber Daya Mineral


Berdasarkan hasil evaluasi perkiraan cadangan mineral
wilayah IUP PT. SSU dan potensi nikel yang ada disekitarnya
cukup besar. Dengan jumlah potensi cadangan yang cukup besar,
maka dapat dirancang 2 jalur lini produksi DRRK, dengan
kebutuhan bijih (ore) nikel +/- 600,000 WMT pertahun. Lini
produksi ini dapat dikembangkan menjadi 10 jalur DRRK dengan
kebutuhan bijih (ore) +/- 3 juta WMT/tahun,
Kebutuhan bijih (ore) yang cukup besar selain ditambang
dari konsesi tambang PT SSU juga dapat dipasok dari tambang di
luar wilayah konsesi tambang PT. SSU atau dari luar Pulau
Kabaena.

2. Pasokan Listrik
Di wilayah IUP PT SSU dan sekitarnya tidak ada jaringan
listrik PLN, sehingga Pabrik/smelter harus memenuhi sistim
kelistrikannya sendiri. DRRK membutuhkan listrik yang cukup
kecil sehingga pada tahap awal hanya diperlukan Genset Diesel,
dan pada tahap berikutnya adalah pemanfaatan gas buang atau
panas dari pabrik yang diolah menjadi listrik, sehingga membuat
efisiensi energi dan mengurangi biaya operasional.

3. Sumber Daya Air


Di dalam area konsesi terdapat beberapa sungai yang pada
saat musim kemarau menjadi kering, namun dibagian hulu ada
beberapa mata air, yang diperkirakn mampu mencukupi
kebutuhan smelter.
Diperlukan waduk/reservoir untuk menunjang
kesinambungan pasokan untuk kebutuhan smelter.dan keperluan
domestik.

PT. SURYA SAGA UTAMA 31


4. Bahan Bakar dan Bahan Pendukung lainnya
Disekitar lokasi smelter dan Pulau Kabaena umumnya tidak
tersedia bahan bakar dan bahan pendukungn lainnya, seperti :
bahan bakar minyak (BBM), batubara, bahan bangunan dan lain
lain., sehingga kebutuhan selama konstruksi dan pasca konstruksi
pabrik seluruhnya harus didatangkan dari luar pulau.

5. Infrastruktur Jalan, Jembatan dan Pelabuhan


Infrastruktur jalan yang ada di Pulau Kabaena sangat buruk,
demikian halnya jalan angkut yang dibangun PT. SSU dari
tambang ke pelabuhan harus dibangun kembali.
Untuk Pelabuhan (jetty) yang ada sangat tidak memadai
untuk menampung bongkar muat peralatan pabrik dan
bersandarnya kapal cargo sehingga diperlukan peningkatan
pelabuhan dan menambah sarana dan prasarana pelabuhannya.

Gambar 3.9. Jetty PT. SSU

PT. SURYA SAGA UTAMA 32


6. Kondisi Iklim dan Seismik
Pulau Kabaena beriklim hujan tropis dengan suhu
tinggi/kering. Suhu rata rata tahunan adalah 26 o C, curah hujan
tahunan kurang dari 1000 mm dan kelembaban cukup tinggi,
angin cukup rendah, arah angin selama musim kemarau bertiup
ke Tenggara dan barat Laut selama musim hujan. Pulau Kabaena
termasuk dalam zona gempa bumi rendah. Kondisi ini sangat
cocok untuk membangun Smelter DRRK.

7. Sektor Jasa
Di Pulau Kabaena sektor Jasa masih sangat minim
khususnya jasa perbengkelan dan sektor konstruksi sangat tidak
memadai melayani proyek proyek besar seperti pembangunan
smelter. Demikian halnya dengan sektor tenaga kerja, tidak
tersedia pekerja semi skill dan skill untuk keterampilan mekanik,
elektrisian, pertukangan kayu, batu dan lain lain. Sehingga proyek
smelter harus menyediakan sendiri pusat perbengkelan, tenaga
terampilnya, bahan dan peralatan yang dibutuhkan.

8. Pelayanan Umum, Kesehatan, Perhotelan dan Transportasi


Untuk pelayanan kesehatan (Rumah Sakit dan Klinik) di
Pulau Kabaena secara umum masih sangat minim demikian
halnya dengan fasilitas penginapan dan rumah makan, sehingga
proyek smelter perlu membangun pusat pelayanan kesehatan
untuk keperluan karyawan dan keluargnya terutama bila terjadi
kecelakaan kerja dan keadaan darurat lainnya. Juga perlu
membangun fasilitas penginapan dan restoran untuk memenuhi
kebutuhan pekerja dan tamu tamu proyek.

PT. SURYA SAGA UTAMA 33


3.5. Pemilihan dan Analisis Tapak Pabrik/Smelter

Dari hasil peninjauan dan analisa kondisi tapak yang ada untuk
pembangunan pabrik dan prinsip-prinsip penghematan investasi serta
biaya operasional diperoleh dua opsi lokasi tapak pabrik sebagai berikut :
1. Opsi I, Tapak pabrik berada di luar wilayah IUP/konsesi yaitu di
sebelah Barat.
2. Opsi II, Tapak Pabrik berada di dalam wilayah IUP/konsesi yaitu
sudut Timur laut.

OPSI 2

OPSI 1

Gambar 3.10. Opsi lokasi tapak pabrik/smelter PT SSU di P. Kabaena

Adapun uraian dan analisa kelebihan dan kekurangan dari masing


masing Opsi sebagai berikut :

PT. SURYA SAGA UTAMA 34


3.5.1. Tapak Pabrik/Smelter Opsi I

Tapak pabrik berlokasi di luar sebelah Barat wilayah IUP Tapak


pada opsi I berada pada tanah yang relatif datar dan kemiringan yang
sangat kecil, tidak terkena dampak pasang surut.

Gambar 3.11. Lokasi Tapak Pabrik Opsi I

Kelebihan atau Keunggulan Opsi I :


1. Stock pile bijih lini produksi atau tapak pabrik berada dekat dengan
operasi pertambangan sehingga dapat mengurangi biaya
transportasi bijih dari tambang ke pabrik.
2. Sisa tailing berada dekat dengan disposal pembuangan tailing,
Tailing kering dapat disalurkan ke disposal tailing kering dengan
ban berjalan (belt conveyor), sedangkan lumpur tailing dibuang
dengan memompa ke disposal lumpur tailing, karena jaraknya

PT. SURYA SAGA UTAMA 35


cukup dekat sehingga akan mengurangi biaya operasi
pembuangan limbah.
3. Permukaan tanah relatif datar dengan kemiringan yang sangat
kecil sehingga mengurangi biaya pekerjaan pemindahan tanah
(earth work) untuk pekerjaan pondasi, demikian dengan pekerjaan
pondasi pabrik dan peralatan lainnya dapat dihemat, kondsi ini
juga membuat pemindahan dan pengangkatan bahan bahan
konstruksi dan kebutuhan pabrik , akan lebih mudah dan aman,
sehingga mengurangi kerusakan dan kecelekaan kerja yang
berdampak pada penghematan biaya investasi dan biaya
operasional.
4. Penempatan tapak pabrik berderet ke arah Utara mendekati
dermaga, akan memperpendek transportasi dari dermaga ke
pabrik dan sebaliknya. Sehingga pasokan bijih dari tambang
PT.SSU dan pasokan bijih dari luar pulau melalui pelabuhan akan
lebih dekat dan dapat mengurangi biaya operasional.

Kekurangan Opsi I :
1. Tapak pabrik berada diluar wilayah IUP PT SSU, sehingga
diperlukan biaya tambahan pengadaan atau pembelian tanah.
2. Karena lokasi tidak berada dalam wilayah IUP PT SSU maka
diperlukan legalitas atas lahan tempat berdirinya pabrik.

PT. SURYA SAGA UTAMA 36


3.5.2. Tapak Pabrik / Smelter Opsi II

Perletakan tapak pabrik berada dalam wilayah IUP PT. SSU


sudut timur laut wilayah IUP.

Gambar 3.12. Lokasi Tapak Pabrik Opsi II

Kelebihan/Keunggulan Opsi II :
1. Lahan tapak pabrik berada di dalam wilayah IUP PT SSU,
sehingga memiliki kekuatan legalitas dan tidak perlu membeli
lahan tambahan untuk pabrik.
2. Lini produksi lebih dekat ke dermaga, oleh karenanya seluruh
logistik cargo, bahan bakar, bijih nikeldan lain lain dapat dikirim
langsung ke tempat tempat penyaimpanan pabrik.
3. Sehingga mempermudah manajemen persediaan.

PT. SURYA SAGA UTAMA 37


Kekurangan Opsi II :
4. Jalan angkut bijih dari tambang ke pabrik lebih jauh, sehingga
memerlukan biaya pemeliharaan jalan dan biaya pengangkutan
cukup besar.
5. Dalam penataan tapak pabrik diperlukan pekerjaan pemindahan
tanah (cut and fill) yang lebih besar dan biaya yang cukup besar
pula.
6. Pembuangan tailing kering ke disposal menggunakan truk dan
tailing cair menggunakan pompa yang cukup jauh disposalnya.
Sehingga memerlukan biaya tinggi.

Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk tapak pabrik dapat


disimpulkan bahwa tapak Pabrik pada posisi G1 adalah opsi terpilih
untuk pemilihan tapak pabrik PT SSU di Pulau kabaena.

3.6. Pemilihan dan Analisis Tapak Pemukiman

Pemukiman merupakan bagian penting dari pembangunan pabrik


atau smelter, sehingga diperlukan kajian mendetail untuk penentuan lokasi
tapak pemukiman. Pertimbangan utama adalah posisi tambang dan pabrik
serta arah angin, karena area pemukiman harus melawan arah angin, arah
angin selama musim kemarau dan hujan berlawanan sehingga posisi
melawan angin untuk araea pemukiman menjadi tidak signifikan untuk
dijadikan pertimbangan, disisi lain daerah pelabuhan berada pada arah
melawan angin saat musim kemarau. Bongkar muat bahan bakar seperti
batu bara, batu kapur dan bijih nikel di pelabuhan dan pengangkutannya ke
pabrik akan menimbulkan dampak berupa debu dan kebisingan selama
operasional, oleh karenanya tidak cocok membangun pemukiman dekat
dengan pelabuhan.

PT. SURYA SAGA UTAMA 38


3.6.1. Pemilihan Tapak Pemukiman Berdasarkan Lokasi
Pabrik (G1)

Ada 2 opsi untuk tapak pemukiman yang diusulkan berdasarkan


lokasi Pabrik diluar wilayah IUP (G1) yaitu :

1. Opsi I (G1S2)
Posisi tapak pemukiman berada disebelah selatan
menghadap ke utara (G1,S1), dengan pertimbangan bahwa
daerah terhindar dari angin dari area pertambangan dan pabrik,
daerah cukup jauh dari kegiatan operasional sehingga terhindar
dari dampak kebisisngan dan polusi udara, lokasi ini cukup
strategis karena terletak di depan gunung dan dekat dengan
sumber air, cocok dengan Feng Shui Cina untuk bangunan,
kelemahannya adalah jauh dari pabrik, akibatnya kurang
nyaman bagi pekerja, juga perlu pengadaan lahan.

2. Opsi II (G1S2)
Posisi tapak pemukiman pada opsi ini, area pemukiman
berada dekat dermaga, daerah ini datar juga dekat dengan
pabrik, apabila memilih lokasi ini diusahakan agak jauh dari
dampak langsung debu dan kebisingan, apabila harus membeli
lahan diusahakan membeli yang sudah ada/ siap untuk area
pemukiman, sehingga investasinya akan lebih murah.

PT. SURYA SAGA UTAMA 39


G1S2

Gambar 3.13 . Opsi I (G1S1) dan Opsi II (G1S2) Tapak Pemukiman.

3.6.2. Pemilihan Tapak Pemukiman Berdasarkan Lokasi


Pabrik (G2)

Ada 2 opsi untuk tapak pemukiman yang diusulkan berdasarkan


lokasi pabrik didalam wilayah IUP (G2) yaitu :

1. Opsi I (G2S1)
Posisi tapak pemukiman menghindari arah angin dari
operasi pertambangan dan pabrik , didepan gunung dan dekat
dengan sumber air, posisi ini cocok dengan Feng Shui Cina
untuk bangunan dan tidak perlu membeli lahan tambahan,
kekurangannya agak jauh dari pelabuhan dan pabrik.

2. Opsi II (G2S2)
Posisi tapak sama dengan posisi G1S2.

PT. SURYA SAGA UTAMA 40


G2S2

Gambar 3.14. Opsi I (G2S1) dan Opsi II (G2S2) Tapak Pemukiman.

Berdasarkan analisis dan pertimbangan pemilihan lokasi tapak


pemukiman dapat disimpulkan bahwa tapak G1S1 adalah tapak yang
cocok untuk lokasi pemukiman berada disebelah selatan di luar wilayah
IUP/konsesi pertambangan PT SSU.

PT. SURYA SAGA UTAMA 41

Anda mungkin juga menyukai