Anda di halaman 1dari 4

Strategi peminjaman

Contoh bangunan yang menggunakan strategi Borrowing atau


peminjaman dan strategi tradisional, bangunan dari Le
Corbusier, Villa Savoye di Prancis tahun 1928.

Karya ini mendapatkan pengaruh dari seni lukis Cubism. Dalam arsitektur terdapat tiga
elemen utama yakni material atau bahan, ruang, dan pencahayaan. Pada masa sebelumnya
arsitektur klasik tradisional Eropa, material adalah aspek utama yang memberikan kekuatan
dalam konstruksi. Ruang pada arsitektur masa itu selalu terletak dalam dinding yang tebal,
dimana cahaya hanya masuk sedikit. Sejak cubism hadir, para arsitek mencatat bahwa
arsitektur bukan lagi seperti selubung, tetapi ruang menjadi aspek dominan dan merupakan
unsure utama, aspek kedua pencahayaan, sedangkan aspek ketiga material, dibuatnya kesan
menyatu antara ruang dalam maupun ruang luar menjadi salah satu karakteristiknya.

1
Pemanfaatan pencahayaan alami merupakan salah satu bagian dari strategi tradisional
dimana menyesuaikan dengan lingkungan eksternal yang ada,
Bukaan dalam lantai, dinding dan atap pun menjadi bagian yang penting. Ruang-ruang
dalamnya menyatu secara bersinambung melalui kolom-kolom, dan dengan adanya bukaan
bahkan bentuk atap yang datar yang dimanfaatkan sebagai ruang terbuka memberikan kesan
terbentuknya akan dimensi ruang dan akhirnyapun dimensi waktu bisa tercipta sekaligus oleh
gerakan cahaya. Bentuk dasar bangunan yang kubus memberikan penekanan yang lebih jelas
lagi akan pengaruh dari cubism.
Dari studi kasus yang ada dapat disimpulkan bahwa pemakaian strategi transformasi baik,
tradisional, borrowing, maupun dekonstruksi atau dekomposisi tidak hanya saja berpatok
pada pengertianpengertian umumnya saja, meminjam, membongkar kembali tapi dengan
memperhatikan pula akan faktor-faktor yang ada di sekitar yang mempengaruhi akan proses
transformasi tersebut, baik dia perubahan skala bangunan, lingkungan eksternal, keterkaitan
antar bagian bahkan ma salah dari semantic.

2
Strategi Tradisional

Regol

Berfungsi sebagai gerbang masuk ke dalam komplek rumah, menggunakan sektor guru yang
berdiri sendiri tanpa hadirnya sektor pananggap. Hadirnya dinding hanyalah sebagai elemen
pembatas tidak mendukung struktur atapnya, tetapi didukung oleh soko (kolom). Kemiringan
atap tidak securam ”kode awal”, demikian juga dengan tinggi soko.

B R

Gambar 6: Regol rumah Ki Ageng Besari dan proses transformasi bentuknya

Dari proses transformasi bentuk di atas sebagai kode-awal joglo (B), yang dilakukan adalah
”penekanan” dari atas dan bawah. yang perlu dicermati adalah seberapa jauh penekanan
dilakukan? Disinilah alat pengendali digunakan yaitu rasa estetika (tradisi), yang dalam hal
ini tidak dapat disebutkan secara rasional. Disinilah peran arsitek diharapkan, khususnya
dalam pengolahan rasa estetika dalam konteks tradisional. Demikian juga dengan
pembelokkan wuwungan (jurai), sehingga tampak lebih ”lues”.

3
Dekonstruksi atau Dekomposisi

SEBUAH TEMPAT UNTUK MENJAGA KEMANAN TENTU MEMBUTUHKAN SUASANA YANG


NYAMAN DAN SUASANA TENANG SEPERTI SUARA NADA YANG DIKELUARKAN OLEH
PIANO , BENTUKAN BANGUNAN POS JAGA YANG SEDERHANA DENGAN LUASAN 12M2 ,
DENGAN ATAP TERINSPIRASI DARI LID PIANO YANG TERBUKA. YANG BERBENTUK SALAH
SATU SISI YANG MENGERUCUT DAN ADA PENYANGGA PADA SISI SATUNYA. KONSEP
DESAIN BANGUNAN YANG DIBUAT DISESUAIKAN DENGAN KAWASAN DIMANA
BANGUNAN ITU AKAN DIBANGUN DAN FUNGSI DARI BANGUNAN ITU SENDIRI.

Anda mungkin juga menyukai