DISUSUN OLEH :
RYAN ARISMAN
F22118144
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan makalah Eksplorasi Desain Struktur dan Utilitas Arsitektur
Romawi. Makalah ini disusun berdasarkan arahan dan bimbingan dosen pembimbing untuk
memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Eksplorasi Desain Struktur dan Utilitas.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang ikut terlibat
secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini bisa terselesaikan sebagaimana
mestinya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dalam penyusunan.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari dosen, rekan-rekan mahasiswa dan
semua pihak sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga dengan adanya
naskah makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi penulis maupun para
pembaca, terima kasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Sampul...................................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG .........................................................................................4
1.2. RUMUSAN MASALAH .....................................................................................5
1.3. TUJUAN PENULISAN MAKALAH ................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LATAR BELAKANG KEBUDAYAAN ...........................................................5
2.2 KARAKTERISTIK ARSITEKTUR ROMAWI..............................................6
2.3 LANGGAM ARSITEKTUR..............................................................................7
2.4 KONSEP RUANG ..............................................................................................7
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 STRUKTUR DAN UTILITAS BANGUNAN ARSITEKTUR ROMAWI .....8
3.2 GAYA ARSITEKTURAL ROMAWI...............................................................9
3.3 MATERIAL.........................................................................................................10
3.4 CIRI KHAS STRUKTUR ROMAWI ...............................................................10
3.5 PENERAPAN STRUKTUR ..............................................................................12
3.6 CONTOH KASUS COLOSSEUM ROMA.......................................................13
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN ....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
Zaman Romawi awal dimulai dari bangsa Etruscan yang menguasai wilayah
semenanjung Itali bagian barat-tengah, pada sekitar tahun 700-an SM. Berdasarkan legenda,
kota Roma sekarang berada di bukit-bukit bagian selatan dari wilayah Etruria. Dahulu wilayah
ini di bawah kekuasaan raja Etruscan. Setelah abad ke VI SM, supremasi bangsa Etruscan
mulai turun, hingga runtuh pada 500-an SM. Kekuatan Etruscan direbut dengan peperangan di
laut oleh Syracusans beraliansi dengan Cumae, koloni Yunani tertua di Itali bagian selatan.
4
Menurunnya kekuasaan Etruscan memberi kesempatan pada orang-orang Roma untuk
mendominasi kota-kota yang tadinya dikuasai orang-orang Etruscan. Kekuasaan Romawi
meluas terutama setelah wilayah Itali Selatan jatuh ketangannya pada 273 SM. Penaklukan atas
Macedonia dan Yunani (146 SM) selain menambah Provinsi Romawi juga mendorong
didatangkannya seni dan para seniman Yunani ke wilayah Romawi pada 133 SM. Wilayah
kekuasaan Yunani di Mediterania Timur dan Asia Minor menjadi bagian utama dari Provinsi
Romawi di Asia. Spanyol dikuasai pada 64 SM sehingga kekuasaan Roma mencakup wilayah
Euphrates hingga Atlantik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
terhadap kekayaan dan penguasaan terhadap bangsa lain. Beberapa hal yang dapat dibedakan
atau lebih diunggulkan dengan bangsa lain yailu:
1. Organisasi dalam masyarakat dan negara telah terbentuk mulai dari rakyat biasa atau
prajurit hingga pimpinan yang tertinggi (kaisar).
2. Asimilasi budaya berasal dari gabungan kebudayaan Yunani, Etruscan dan Syria.
Namun dengan perpaduan kebudayaan tersebut muncul satu karakter atau sifat
kebudayaan baru, yaitu kebudayaan Romawi.
3. Hubungan dengan masyarakat pendatang sangat toleran dan bersifat terbuka, terutama
pedagang yang berasal dari sekitar kekuasaan Romawi. Selama penduduk pendatang
mau mengikuti peraturan yang berlaku dan menguntungkan bagi kepentingan kerajaan
Romawi hubungan pendatang dan pribumi sangat baik.
4. Bangsa Romawi memiliki satu prinsip yang sangat ambisius dalam hidup. Pandangan
mereka adalah hanya melalui prinsip kerja yang keras maka akan menghasilkan apapun
yang diinginkan. Ambisi menguasai alam dan lingkungan akhirnya melahirkan satu
keterampilan yang dominan dalam konsep teknik dan ruang.
6
2.3 LANGGAM ARSITEKTUR
1. Memanfaatkan kosa klasik Yunani sebagai motif dekorasi, bukan elemen dasar yang
mengungkap karakter ideal secara utuh.
2. Superimposisi (menggahungkan order kiasik yang diatur dalam posisi saling tumpang
tindih untuk satu tingkatan yang berbeda) berbagai langgam, untuk mencapai suatu
totalitas sistem yang dinamis dan bentuk simbolik yang baru.
3. Dinding sebagai bidang penerus, diperkuat dengan pembagian bidang, tekstur, elemen
vertikal dan horizontal.
4. Kontruksi busur dan lengkung untuk gugus ruang yang kompleks.
7
BAB III
Romawi adalah daerah yang sekarang dikenal dengan nama Italia dengan ibukota
Roma, ibukota dari Kekaisaran Romawi. Kaisar Romawi pertama, Augustus (dinobatkan 27
SM), mengatakan “Aku mendirikan Roma, kota dari batu; dan meninggalkannya, kota dari
marmer” . Roma mempunyai bermacam-macam jenis bangunan dengan kekhasan dan
keindahannya. Roma, adalah kota berpenduduk mungkin sampai dengan 1 juta jiwa. Hal ini
menyebabkan sarana dan prasarana yang lebih baik mutlak diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan penduduk kota. Kebutuhan seperti makanan dan minuman, permukiman, pasar dan
hiburan merupakan beberapa hal yang harus dipikirkan oleh para arsitek dan perencana kota.
Karena di tiap daerah kekuasaannya (Eropa, Asia Kecil, Afrika Utara) ditempatkan gubernur
dan pasukan yang akan tinggal dalam waktu yang tidak sebentar, kota-kota yang dibangun
Romawi di daerah kekuasaannya tersebut juga dibangun dengan perencanaan yang baik
mengikuti perencanaan di Roma. Ciri khas kota Romawi, seperti forum, pemandian umum,
teater dan kuil, selalu ada di kota-kota tersebut.
8
3.2 GAYA ARSITEKTURAL ROMAWI
• Kombinasi kolom dan busur lengkung
• Dua gaya lain yang ditambahkan oleh bangsa Romawi adalah Tuscan (bentuk
yang lebih sederhana dari gaya Doric), dan Composite (gaya Corinthian yang
lebih kaya ornamen)
• Pada bangunan lebih dari satu lantai, gaya arsitektural diletakkan berurutan dari
atas ke bawah. Paling bawah gaya Doric, di atasnya Ionic, dan paling atas
Corinthian.
• Pintu dan jendela biasanya berbentuk segi empat. Pada sisi-sisi pintu dibuat
bentuk kolom.
• Bahan bangunan yang digunakan: batu bata, keramik, semen, beton dan besi.
Struktur dasar dari busur dan atap lengkung. Konstruksi dari busur memerlukan
struktur kayu sementara (bekisting) untuk menahan voussoirs (batu atau bata bentuk
lengkung) sampai batu kunci, atau voussoir tengah, dapat diletakkan di tempatnya. Antara
busur dihubungkan dengan bantuan impost busur-busur dapat dihubungkan untuk
9
membentuk lorong, atau semacam terowongan dengan atap lengkung. Beberapa lorong
beratap lengkung digunakan untuk membentuk langit-langit lengkung. Bentuk atap lengkung
ini juga dapat divariasikan dengan menyilangkannya sehingga membentuk lorong yang
menyilang.
3.3 MATERIAL
Bahan bangunan yang dipakai di Romawi adalah bata, keramik, semen, beton dan
besi. Beton, yang dikembangkan bangsa Romawi, adalah bahan yang sangat kuat, tahan lama,
sekaligus ekonomis.Beton memungkinkan Romawi membangun bangunan bentuk kubah.
Struktur Arch atau lengkungan merupakan dasar bagi semua sistem struktur kubah yang
ada saat ini. Struktur ini rupanya sudah diterapkan sejak zaman kejayaan Arsitektur Romawi
terdahulu. Lengkungan adalah struktur melengkung vertikal yang menjangkau ruang yang
ditinggikan dan mungkin tidak menopang beban di atasnya atau dalam kasus lengkungan
horizontal seperti bendungan lengkung yang terdapat tekanan hidrostatik terhadapnya.
Lengkungan mungkin identik dengan kubah, tetapi kubah dapat dikatakan sebagai
lengkungan kontinu yang membentuk atap. Lengkungan muncul sejak milenium ke-2 SM
dalam arsitektur batu bata milik Mesopotamia. Penggunaan sistematisnya dimulai dengan
orang Romawi kuno yang merupakan bangsa pertama yang menerapkan teknik ini pada
beragam struktur. Konstruksi lengkungan pada dasarnya tergantung pada bagian irisannya. Jika
serangkaian blok berbentuk baji, yang di mana tepi atas lebih lebar dari tepi bawah digunakan
sebagai sayap untuk mengapit dengan cara seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini,
hasilnya adalah lengkungan yang berdiri kokoh. Blok-blok ini disebut voussoirs.
10
Struktur Lengkungan Arch Romawi dan Sejarahnya
Setiap voussoir harus dipotong dengan tepat sehingga dapat menempel dengan kuat pada
permukaan balok lainnya dan menopang beban secara seragam. Voussoir pusat disebut
keystone. Titik di mana lengkungan naik dari penyangga vertikal dikenal sebagai pegas, atau
garis pegas.
Lengkungan juga dapat monopang beban yang jauh lebih besar daripada yang bisa didukung
oleh balok horizontal. Daya dukung ini berasal dari fakta bahwa tekanan ke bawah pada
11
lengkungan memiliki efek memaksa voussoir bersama-sama meneruskan beban ke arah
vertikal, bukannya terpisah seperti pada balok datar.
Tekanan-tekanan ini juga cenderung mendorong blok ke arah luar secara radial. Beban
mengalihkan gaya-gaya luar ini ke bawah untuk mengerahkan gaya diagonal, yang disebut
gaya dorong, yang akan menyebabkan lengkungan runtuh jika tidak ditopang dengan benar.
Oleh karena itu, penyangga vertikal, atau tiang, di mana lengkungan diletakkan harus cukup
besar untuk menopang dorong dan membawanya ke pondasi (seperti pada lengkungan pada
banyak struktur Romawi).
Namun, lengkungan dapat bertumpu pada penyangga yang ringan, ketika terjadi secara
berurutan, karena daya dorong salah satu lengkung melawan daya dorong lengkungan di
sampingnya. Sistem tetap stabil selama lengkungan di kedua ujung barisan tertekan. Sistem
ini digunakan dalam struktur seperti jembatan batu melengkung dan saluran air Romawi kuno
Lengkungan dikenal di Mesir kuno dan Yunani tetapi dianggap tidak cocok untuk
arsitektur monumental dan jarang digunakan. Orang Romawi, sebaliknya, menggunakan
lengkungan setengah lingkaran di jembatan, saluran air, dan arsitektur skala besar. Dalam
kebanyakan kasus mereka tidak menggunakan mortar, hanya mengandalkan ketepatan
balutan batu pada struktur yang mereka buat. Orang-orang Arab mempopulerkan lengkungan
runcing. Di masjid-masjid mereka bentuk ini pertama kali memperoleh konotasi
keagamaannya. Eropa Abad Pertengahan memanfaatkan lengkungan runcing, yang
merupakan elemen dasar dalam arsitektur Gotik.
Pada akhir Abad Pertengahan lengkungan segmental diperkenalkan. Bentuk ini dan
lengkungan elips memiliki nilai besar dalam rekayasa jembatan karena memungkinkan untuk
saling mendukung oleh deretan lengkungan, membawa gaya dorong lateral ke penyangga di
kedua ujung jembatan.
Selain itu berkembang pula beberapa jenis struktur lengkungan atau struktur arch yang
menjadikannya semakin bervariasi.
12
Struktur Lengkungan Arch Romawi dan Sejarahnya
13
pertandingan gladiator, dan upacara-upacara penting kekaisaran. Dalam sejarah tercatat bahwa
Colosseum Roma pernah digunakan untuk penyiksaan dan pembantaian orang-orang Kristen.
Sistem pencahayaan yang ada pada Colosseum ini merupakan sistem pencahayaan alami
dengan bukaan yang sangat luas melalui pelengkung-pelengkung yang menjadi ciri khas pada
bangunan Romawi pada saat itu
14
BAB IV
4.1 KESIMPULAN
1. Arsitektur Romawi merupakan arsitektur yang berkembang pada zaman Romawi awal
dimulai dari bangsa Etruscan yang menguasai wilayah semenanjung Itali bagian barat-
tengah, pada sekitar tahun 700-an SM. Dalam bidang seni dan arsitektur Roma
merupakan peminjaman yang secara keseluruhan mengoper pilar-pilar Yunani yang
bergaya Doria, Ionia dan Korintia. Arsitektur Romawi mengalami pemisah bentuk dan
struktur, bentuk tidak selalu mencerminkan strukturnya, struktur hanyalah merupakan
hiasan atau ornament. Arsitektur Romawi cenderung lebih mengutamakan fungsi dan
konstruksi bangunan.
DAFTAR PUSTAKA
Internet
https://www.arsitur.com/2019/01/struktur-lengkungan-arch-romawi-dan.html
https://atpic.wordpress.com/2010/07/24/romawi/
https://academia.edu/perkembangan.arsitektur.romawi
15