Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“EKSPLORASI STRUKTUR DAN UTILITAS BANGUNAN”


ARSITEKTUR KLASIK ROMAWI

DISUSUN OLEH :

RYAN ARISMAN

F22118144

PRODI S1 TEKNIK ARSITEKTUR

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TADULAKO

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan makalah Eksplorasi Desain Struktur dan Utilitas Arsitektur
Romawi. Makalah ini disusun berdasarkan arahan dan bimbingan dosen pembimbing untuk
memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Eksplorasi Desain Struktur dan Utilitas.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang ikut terlibat
secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini bisa terselesaikan sebagaimana
mestinya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dalam penyusunan.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari dosen, rekan-rekan mahasiswa dan
semua pihak sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga dengan adanya
naskah makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi penulis maupun para
pembaca, terima kasih.

Palu, 3 Maret 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Sampul...................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR .........................................................................................................2

DAFTAR ISI ........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG .........................................................................................4
1.2. RUMUSAN MASALAH .....................................................................................5
1.3. TUJUAN PENULISAN MAKALAH ................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LATAR BELAKANG KEBUDAYAAN ...........................................................5
2.2 KARAKTERISTIK ARSITEKTUR ROMAWI..............................................6
2.3 LANGGAM ARSITEKTUR..............................................................................7
2.4 KONSEP RUANG ..............................................................................................7
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 STRUKTUR DAN UTILITAS BANGUNAN ARSITEKTUR ROMAWI .....8
3.2 GAYA ARSITEKTURAL ROMAWI...............................................................9
3.3 MATERIAL.........................................................................................................10
3.4 CIRI KHAS STRUKTUR ROMAWI ...............................................................10
3.5 PENERAPAN STRUKTUR ..............................................................................12
3.6 CONTOH KASUS COLOSSEUM ROMA.......................................................13

BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN ....................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bangsa Romawi berasal dari masyarakat Agrikultur-militer yaitu bangsa/kaum petani


yang suka berperang dan berekspansi ke sekitar Laut Tengah, Eropa Utara dan Barat serta
sebagian Asia dan Afrika. Bangsa ini berasal dan berbagai macam suku bangsa yang mendiami
suatu wilayah. Kebudayaan Romawi berawal dan seni Eropa Barat yang diambil secara
komprehensif. Mula-mula dianggap tahap dekadensi periode setelah Yunani pada bidang seni,
namun secara total menyerap nilai seni yang sudah ada dari kebudayaan tersebut dan nilai-nilai
yang terkandung ternyata sudah tidak asli dan bermutu rendah, sehingga Bangsa Romawi bisa
dianggap sebagai penyebar dan pelestari peninggalan kebudayaan klasik, jadi dapat dikatakan
sebagai Asimilator (menyatukan hasil karya orang lain) dan bukan Kreator. Kekaisaran
Romawi mempunyai wilayah kekuasaan yang menyebar dan berkembang (ekspansif) di sekitar
daratan Spanyol, Armenia, Inggris hingga Mesir. Dengan demikian masing-masing daerah
tersebut diperlukan suatu koordinator wilayah kekuasaannya (Teritorial). Akibat luasnya
daerah kekuasaan, bangsa Romawi mencetuskan kebudayaannya menjadi Internasionalisme
Budaya (Cultur lnternationalism). Perbedaan-perbedaan gaya kekuasaan teritorialnya
disatukan dalam satu gaya kepemimpinan yang dinamakan Gaya ImperiaL Kerajaan Romawi
merupakan suatu ne.gara yang digolongkan sebagai “statesmanship” yaitu bangsa yang
memiliki kemampuan sebagai negarawan (dengan kekuasaan yang bertumpu pada kekaisaran),
atau Imperium Romanium. Sedangkan Yunani dapat digolongkan sebagai negara “negara kota
atau negara federasi. Romawi dikenal sebagai bangsa yang ”love of power” sedang Yunani
dikenal sebagai bangsa ”love of beauty”.

Zaman Romawi awal dimulai dari bangsa Etruscan yang menguasai wilayah
semenanjung Itali bagian barat-tengah, pada sekitar tahun 700-an SM. Berdasarkan legenda,
kota Roma sekarang berada di bukit-bukit bagian selatan dari wilayah Etruria. Dahulu wilayah
ini di bawah kekuasaan raja Etruscan. Setelah abad ke VI SM, supremasi bangsa Etruscan
mulai turun, hingga runtuh pada 500-an SM. Kekuatan Etruscan direbut dengan peperangan di
laut oleh Syracusans beraliansi dengan Cumae, koloni Yunani tertua di Itali bagian selatan.

4
Menurunnya kekuasaan Etruscan memberi kesempatan pada orang-orang Roma untuk
mendominasi kota-kota yang tadinya dikuasai orang-orang Etruscan. Kekuasaan Romawi
meluas terutama setelah wilayah Itali Selatan jatuh ketangannya pada 273 SM. Penaklukan atas
Macedonia dan Yunani (146 SM) selain menambah Provinsi Romawi juga mendorong
didatangkannya seni dan para seniman Yunani ke wilayah Romawi pada 133 SM. Wilayah
kekuasaan Yunani di Mediterania Timur dan Asia Minor menjadi bagian utama dari Provinsi
Romawi di Asia. Spanyol dikuasai pada 64 SM sehingga kekuasaan Roma mencakup wilayah
Euphrates hingga Atlantik.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana sistem Struktur dan Konstruksi pada masa Arsitektur Romawi ?
2. Bagaimana sistem utilias bangunan yang berkembang pada masa Arsitektur Romawi ?

1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH


“Untuk mengetahui sistem struktur dan utilitas yang digunakan pada masa Arsitektur
Romawi”.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LATAR BELAKANG KEBUDAYAAN

Kebudayaan Romawi terbentuk berdasarkan elernen-elernen yang diambil dari


kebudayaan Yunani, kebudayaan Etruscan (engineering ability dan utiliter architecture) dan
kebudayaan Syria. Penduduk asli Romawi adalah bangsa prajurit sejati yang suka berperang
sehingga memiliki karakter yang kuat dan lebih mencurahkan perhatiannya pada pekerjaan,
negara, dewa dan juga keluarga. Bangsa Romawi mempunyai disiplin dan ambisi yang tinggi

5
terhadap kekayaan dan penguasaan terhadap bangsa lain. Beberapa hal yang dapat dibedakan
atau lebih diunggulkan dengan bangsa lain yailu:

1. Organisasi dalam masyarakat dan negara telah terbentuk mulai dari rakyat biasa atau
prajurit hingga pimpinan yang tertinggi (kaisar).
2. Asimilasi budaya berasal dari gabungan kebudayaan Yunani, Etruscan dan Syria.
Namun dengan perpaduan kebudayaan tersebut muncul satu karakter atau sifat
kebudayaan baru, yaitu kebudayaan Romawi.
3. Hubungan dengan masyarakat pendatang sangat toleran dan bersifat terbuka, terutama
pedagang yang berasal dari sekitar kekuasaan Romawi. Selama penduduk pendatang
mau mengikuti peraturan yang berlaku dan menguntungkan bagi kepentingan kerajaan
Romawi hubungan pendatang dan pribumi sangat baik.
4. Bangsa Romawi memiliki satu prinsip yang sangat ambisius dalam hidup. Pandangan
mereka adalah hanya melalui prinsip kerja yang keras maka akan menghasilkan apapun
yang diinginkan. Ambisi menguasai alam dan lingkungan akhirnya melahirkan satu
keterampilan yang dominan dalam konsep teknik dan ruang.

2.2 KARAKTERISTIK ARSITEKTUR ROMAWI


1. Kemampuan dalam teknologi bangunan lebih maju dari pada bangsa Yunani, seperti
dalam pembuatan saluran air dan pembuatan konstruksi busur/lengkung.
2. Penafsiran terhadap makna kehidupan dari segi fungsi dan sistem struktur sosial sangat
kompleks. Kondisi ini sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku, tata cara hidup dan
termasuk dalam tata bangunan. Setiap aktifitas kehidupan dalam struktur social
kemasyarakatan seringkali diperingati dengan upacara-upacara atau pesta-pesta besar.
3. Konsep penataan bangunan dan landscape perkotaan dirancang secara integratif.
Perancangan bangunan selalu berorientasi kedalan skala yang lebih luas atau dalam
skala kota demikian juga sebaliknya.
4. Konsep perancangan menekankan pada pengertian bahwa ruang merupakan media
ekspresi arsitektural. pada skala kota dan interior.
5. Skala bangunan bersifat monumental atau mengutamakan kesan agung. Ekspresi
arsitekturnya terungkapkan melalui peralihan artikulasi detail.
6. Bentuk arsitektur mengesankan keanggunan formal yang berorientasi birokratik,
tersusun secara sistematik, praktis dan variatif dalam langgam.

6
2.3 LANGGAM ARSITEKTUR
1. Memanfaatkan kosa klasik Yunani sebagai motif dekorasi, bukan elemen dasar yang
mengungkap karakter ideal secara utuh.
2. Superimposisi (menggahungkan order kiasik yang diatur dalam posisi saling tumpang
tindih untuk satu tingkatan yang berbeda) berbagai langgam, untuk mencapai suatu
totalitas sistem yang dinamis dan bentuk simbolik yang baru.
3. Dinding sebagai bidang penerus, diperkuat dengan pembagian bidang, tekstur, elemen
vertikal dan horizontal.
4. Kontruksi busur dan lengkung untuk gugus ruang yang kompleks.

2.4 KONSEP RUANG


1. Ruang merupakan konkretisasi dimensi waktu dan tindakan, bukan keabadian atau
keteraturan statis.
2. Ruang bersifat self-contained bukan merupakan batasan fisik belaka, karena itu harus
dibentuk, diartikulasikan dan diaktifkan.
3. Karakter lingkungan spatial terpadu, tidak ditentukan oleh ikatan situasi geografis
tertentu.
4. Artikulasi ruang merupakan kontinuitas, irama, variasi, keteraturan, dinamis, sekuens
dan aksialitas.

7
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 STRUKTUR DAN UTILITAS BANGUNAN ARSITEKTUR ROMAWI

Romawi adalah daerah yang sekarang dikenal dengan nama Italia dengan ibukota
Roma, ibukota dari Kekaisaran Romawi. Kaisar Romawi pertama, Augustus (dinobatkan 27
SM), mengatakan “Aku mendirikan Roma, kota dari batu; dan meninggalkannya, kota dari
marmer” . Roma mempunyai bermacam-macam jenis bangunan dengan kekhasan dan
keindahannya. Roma, adalah kota berpenduduk mungkin sampai dengan 1 juta jiwa. Hal ini
menyebabkan sarana dan prasarana yang lebih baik mutlak diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan penduduk kota. Kebutuhan seperti makanan dan minuman, permukiman, pasar dan
hiburan merupakan beberapa hal yang harus dipikirkan oleh para arsitek dan perencana kota.
Karena di tiap daerah kekuasaannya (Eropa, Asia Kecil, Afrika Utara) ditempatkan gubernur
dan pasukan yang akan tinggal dalam waktu yang tidak sebentar, kota-kota yang dibangun
Romawi di daerah kekuasaannya tersebut juga dibangun dengan perencanaan yang baik
mengikuti perencanaan di Roma. Ciri khas kota Romawi, seperti forum, pemandian umum,
teater dan kuil, selalu ada di kota-kota tersebut.

Mengenali Bangunan Kekaisaran Romawi


Yang menonjol adalah penggunaan bentuk lengkung/busur dan gaya/order klasik
Jenis bangunan yang dibangun: kuil, basilica, gerbang kemenangan, teater, pemandian
umum, jembatan, aqueduct dan vila.

8
3.2 GAYA ARSITEKTURAL ROMAWI
• Kombinasi kolom dan busur lengkung

• Romawi mempunyai lima buah gaya arsitektur (order)

• Tiga di antaranya merupakan ‘pinjaman’ langsung dari gaya Yunani: Doric,


Ionic dan Corinthian. Corinthian merupakan gaya yang paling populer di
Romawi.

• Dua gaya lain yang ditambahkan oleh bangsa Romawi adalah Tuscan (bentuk
yang lebih sederhana dari gaya Doric), dan Composite (gaya Corinthian yang
lebih kaya ornamen)

• Pada bangunan lebih dari satu lantai, gaya arsitektural diletakkan berurutan dari
atas ke bawah. Paling bawah gaya Doric, di atasnya Ionic, dan paling atas
Corinthian.

• Pintu dan jendela biasanya berbentuk segi empat. Pada sisi-sisi pintu dibuat
bentuk kolom.

• Bahan bangunan yang digunakan: batu bata, keramik, semen, beton dan besi.

• Bangsa Romawi telah mengembangkan beton yang memungkinkan mereka


membuat bentukan atap lengkung (vault) dan kubah Romawi. Bentang kubah
ini – sebagian bergaris tengah di atas 50 m – tidak tertandingi sampai
ditemukannya konstruksi baja pada abad ke-19.

Struktur dasar dari busur dan atap lengkung. Konstruksi dari busur memerlukan
struktur kayu sementara (bekisting) untuk menahan voussoirs (batu atau bata bentuk
lengkung) sampai batu kunci, atau voussoir tengah, dapat diletakkan di tempatnya. Antara
busur dihubungkan dengan bantuan impost busur-busur dapat dihubungkan untuk

9
membentuk lorong, atau semacam terowongan dengan atap lengkung. Beberapa lorong
beratap lengkung digunakan untuk membentuk langit-langit lengkung. Bentuk atap lengkung
ini juga dapat divariasikan dengan menyilangkannya sehingga membentuk lorong yang
menyilang.

3.3 MATERIAL

Bahan bangunan yang dipakai di Romawi adalah bata, keramik, semen, beton dan
besi. Beton, yang dikembangkan bangsa Romawi, adalah bahan yang sangat kuat, tahan lama,
sekaligus ekonomis.Beton memungkinkan Romawi membangun bangunan bentuk kubah.

3.4 CIRI KHAS STRUKTUR ROMAWI

Struktur Arch atau lengkungan merupakan dasar bagi semua sistem struktur kubah yang
ada saat ini. Struktur ini rupanya sudah diterapkan sejak zaman kejayaan Arsitektur Romawi
terdahulu. Lengkungan adalah struktur melengkung vertikal yang menjangkau ruang yang
ditinggikan dan mungkin tidak menopang beban di atasnya atau dalam kasus lengkungan
horizontal seperti bendungan lengkung yang terdapat tekanan hidrostatik terhadapnya.

Lengkungan mungkin identik dengan kubah, tetapi kubah dapat dikatakan sebagai
lengkungan kontinu yang membentuk atap. Lengkungan muncul sejak milenium ke-2 SM
dalam arsitektur batu bata milik Mesopotamia. Penggunaan sistematisnya dimulai dengan
orang Romawi kuno yang merupakan bangsa pertama yang menerapkan teknik ini pada
beragam struktur. Konstruksi lengkungan pada dasarnya tergantung pada bagian irisannya. Jika
serangkaian blok berbentuk baji, yang di mana tepi atas lebih lebar dari tepi bawah digunakan
sebagai sayap untuk mengapit dengan cara seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini,
hasilnya adalah lengkungan yang berdiri kokoh. Blok-blok ini disebut voussoirs.

10
Struktur Lengkungan Arch Romawi dan Sejarahnya

Setiap voussoir harus dipotong dengan tepat sehingga dapat menempel dengan kuat pada
permukaan balok lainnya dan menopang beban secara seragam. Voussoir pusat disebut
keystone. Titik di mana lengkungan naik dari penyangga vertikal dikenal sebagai pegas, atau
garis pegas.

Untuk konstruksi lengkungan, voussoir membutuhkan penyangga dari bawah sebelum


keystone dipasang. Dukungan ini biasanya berupa pemusatan kayu sementara. Kurva dalam
lengkungan dapat berbentuk setengah lingkaran, segmental (terdiri dari kurang dari setengah
lingkaran), atau runcing (dua busur lingkaran yang berpotongan); kurva noncircular juga
dapat digunakan dengan sukses.

Dalam konstruksi pasangan bata, lengkungan memiliki beberapa keunggulan besar


dibandingkan balok horizontal, atau ambang pintu. Lengkungan dapat merentangkan bukaan
yang jauh lebih luas karena terbuat dari batu bata atau batu kecil yang mudah dibawa, tidak
seperti lintel batu monolitik yang besar.

Lengkungan juga dapat monopang beban yang jauh lebih besar daripada yang bisa didukung
oleh balok horizontal. Daya dukung ini berasal dari fakta bahwa tekanan ke bawah pada

11
lengkungan memiliki efek memaksa voussoir bersama-sama meneruskan beban ke arah
vertikal, bukannya terpisah seperti pada balok datar.

Tekanan-tekanan ini juga cenderung mendorong blok ke arah luar secara radial. Beban
mengalihkan gaya-gaya luar ini ke bawah untuk mengerahkan gaya diagonal, yang disebut
gaya dorong, yang akan menyebabkan lengkungan runtuh jika tidak ditopang dengan benar.
Oleh karena itu, penyangga vertikal, atau tiang, di mana lengkungan diletakkan harus cukup
besar untuk menopang dorong dan membawanya ke pondasi (seperti pada lengkungan pada
banyak struktur Romawi).

Namun, lengkungan dapat bertumpu pada penyangga yang ringan, ketika terjadi secara
berurutan, karena daya dorong salah satu lengkung melawan daya dorong lengkungan di
sampingnya. Sistem tetap stabil selama lengkungan di kedua ujung barisan tertekan. Sistem
ini digunakan dalam struktur seperti jembatan batu melengkung dan saluran air Romawi kuno

3.5 PENERAPAN STRUKTUR

Lengkungan dikenal di Mesir kuno dan Yunani tetapi dianggap tidak cocok untuk
arsitektur monumental dan jarang digunakan. Orang Romawi, sebaliknya, menggunakan
lengkungan setengah lingkaran di jembatan, saluran air, dan arsitektur skala besar. Dalam
kebanyakan kasus mereka tidak menggunakan mortar, hanya mengandalkan ketepatan
balutan batu pada struktur yang mereka buat. Orang-orang Arab mempopulerkan lengkungan
runcing. Di masjid-masjid mereka bentuk ini pertama kali memperoleh konotasi
keagamaannya. Eropa Abad Pertengahan memanfaatkan lengkungan runcing, yang
merupakan elemen dasar dalam arsitektur Gotik.

Pada akhir Abad Pertengahan lengkungan segmental diperkenalkan. Bentuk ini dan
lengkungan elips memiliki nilai besar dalam rekayasa jembatan karena memungkinkan untuk
saling mendukung oleh deretan lengkungan, membawa gaya dorong lateral ke penyangga di
kedua ujung jembatan.

Selain itu berkembang pula beberapa jenis struktur lengkungan atau struktur arch yang
menjadikannya semakin bervariasi.

12
Struktur Lengkungan Arch Romawi dan Sejarahnya

Struktur Lengkungan Arch Romawi dan Sejarahnya

3.6 CONTOH KASUS COLOSSEUM ROMA


Colosseum Roma adalah amphiteater terbesar dan termegah yang didirikan pada zaman
Romawi. Dibangun diatas perintah Vespasian pada tahun 70 M, diselesaikan oleh Demitian pada
82 M. Colosseum Roma terletak di tengah kota Roma, setelah timur-selatan Kuil Venus pada
lembah antara dua bukit, Esquiline di utara dan Caelian di selatan. Colosseum adalah sejenis teater
terbuka dalam ukuran besar dan luas. Pada zamannya digunakan untuk olahraga termasuk

13
pertandingan gladiator, dan upacara-upacara penting kekaisaran. Dalam sejarah tercatat bahwa
Colosseum Roma pernah digunakan untuk penyiksaan dan pembantaian orang-orang Kristen.

Colosseum Roma sangat luas, denah


berbentuk elip, garis tengahnya 189 x 156,4 m2 .
Pada dindng keliling yang bentuknya juga elips
atau oval, berderet melingkar 80 pelengkung
yamg bertingkat 3. Arena dikelilingi auditorium
bertingkat 3 bentuknya juga oval, berdiameter
27.47 m x 54.86 m, dan dikelilingi dinding
setinggi 4.57 m. Dibalik atas dinding atau podium
terdapat singgasana kaisar dan tempat duduk para
pejabat dan kerabat kekaisaran. Di belakangnya
lagi terdapat tempat duduk penonton
(meninanum) yang dapat menampung 5000 orang
pada gang pada masing-masing tingkat. Pilaster
dan kolom menggunakan hiasan berpola Order
Yunani, ionic pada lantai 3 dan korientien pada
lantai 4.

Sistem pencahayaan yang ada pada Colosseum ini merupakan sistem pencahayaan alami
dengan bukaan yang sangat luas melalui pelengkung-pelengkung yang menjadi ciri khas pada
bangunan Romawi pada saat itu

14
BAB IV

4.1 KESIMPULAN

1. Arsitektur Romawi merupakan arsitektur yang berkembang pada zaman Romawi awal
dimulai dari bangsa Etruscan yang menguasai wilayah semenanjung Itali bagian barat-
tengah, pada sekitar tahun 700-an SM. Dalam bidang seni dan arsitektur Roma
merupakan peminjaman yang secara keseluruhan mengoper pilar-pilar Yunani yang
bergaya Doria, Ionia dan Korintia. Arsitektur Romawi mengalami pemisah bentuk dan
struktur, bentuk tidak selalu mencerminkan strukturnya, struktur hanyalah merupakan
hiasan atau ornament. Arsitektur Romawi cenderung lebih mengutamakan fungsi dan
konstruksi bangunan.

DAFTAR PUSTAKA

Internet

https://www.arsitur.com/2019/01/struktur-lengkungan-arch-romawi-dan.html

https://atpic.wordpress.com/2010/07/24/romawi/

https://academia.edu/perkembangan.arsitektur.romawi

15

Anda mungkin juga menyukai