Anda di halaman 1dari 71

MAKALAH

PERKEMBANGAN PERADABAN ROMAWI DAN IMPERIUM ROMAWI

DISUSUN OLEH

KELOMPOK IV :

1. RATU WASTY SEITERAYA ( 2019-31-033)


2. AMIR HAMZAH ULATH ( 2019-31-010 )
3. SITI RAGUANI LOJI ( 2019-31-031)

PROGRAM STUDI SEJARAH EROPA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“PERKEMBANGAN PERADABAN ROMAWI DAN IMPERIUM ROMAWI” ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak
Poltjes Pattipeilohy, S.pd, M.Pd pada bidang studi Sejarah Eropa. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambahkan wawasan tentang perkembangan peradaban Romawi dan
Imperium Romawi bagi para pembaca dan juga bagi penyusun.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusun dalam menyelesaikan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.

Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari pembaca yang membangun akan penyusun nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

AMBON, 2 MARET 2020

PENYUSUN

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………..

DAFTAR ISI…………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………..

1.2 Rumusan Masalah………………………….

1.3 Tujuan penulisan…………………………….

1.4 Manfaat Penulisan ……………………….

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Romawi Kuno…………………….

2.1.1 Mitos Asal Usul……………………….

2.2 Sejarah Kerajaan Romawi………………..

2.2.1 Lembaga Politik…………………….

2.2.2 Pemilihan Raja……………………….

2.2.3 Akhir Kerajaan………………………..

2.2.4 Romawi Pasca-Monarci………………..

2.2.5 Kembalinya Monarci…………………

2.3 Republik Romawi ………………………

2.3.1 Lembaga Politik………………………

2.4 Kekaisaran Romawi………………………..

3
2.4.1 Sejarah……………………………………..

2.4.2 Geografi dan Demografi…………………..

2.4.3 Bahasa……………………………………..

2.4.4 Masyarakat…………………………………

2.4.5 Status Hukum………………………………

2.4.6 Kelas Sosial………………………………..

2.4.7 Pemerintahan Dan Militer………………….

2.4.8 Ekonomi…………………………………….

2.4.9 Arsitektur dan Teknik……………………….

2.4.10 Kehidupan Sehari-hari………………………

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………….

3.2 Saran ……………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bangsa Romawi adalah penduduk kota Roma, adalah sebuah kota dan comune khusus
(bernama Roma Capitale) di Italia. Roma adalah ibu kota Italia dan regioni Lazio. Dengan 2,9
juta penduduk dalam wilayah seluas 1.285 km2, Roma juga merupakan comune terpadat dan
terbesar di negara tersebut serta kota terpadat keempat di Uni Eropa menurut jumlah populasi di
dalam batas kota. Kota Metropolitan Roma memiliki populasi 4,3 juta penduduk.

Di lembah sungai Tiber bertempat tinggal suku Latia yang wilayah tempat tinggalnya
disebut Latium. Kota Roma terletak di muara sungai Tiber. Sejak kapan kota roma berdiri belum
diketahui dengan pasti. Suatu legenda menyebutkaan bahwa kota itu didirikan oleh dua
bersaudara Romus dan Romulus keturunan Aeneas dari Yunani. Raja pertama Roma adalah
Romulus ( 753-716 SM). Sejak tahun 510 Roma menjadi republic dan kepala negaranya disebut
konsul yang dipilih setiap tahun sekali. Konsul selain menjadi penguasa Negara juga ketua senat
dan panglima besar.

Bangsa Romawi yang semula petani, setelah mengalahkan penguasa Etruskia kemudian
menjadi bangsa penguasa besar dengan menaklukan wilayah yang luas sampai ke Laut Tengah.
Bangsa yang semula petani ini kemuadian menjadi masyarakat Kapitalis dan Materialis. Selain
suka perang bangsa Romawi juga mengumpulkan kekayaan sebagai modal usaha mereka
membeli ladang-ladang dan kemudian penggarapannya dilakukan oleh para budak yang
didatangkan dari daerah-daerah jajahan.

Kerajaan Romawi dipimpin oleh tujuh raja. Raja ketujuhnya dikudeta dan rakyat Romawi
menggantikannya dengan sistem pemerintahan republik pada 510 SM, sehingga Kerajaan
Romawi berubah menjadi Republik Romawi. Pada masa kerajaan, tiga raja terakhir Romawi
berasal dari bangsa Etruria (Toscana modern). Pada waku itu, bangsa Etruria adalah orang-orang
yang paling kuat dan berpengaruh. Bangsa Etruria juga mengajari bangsa Romawi
mengembangkan tulisan, ilmu pasti, arsitektur, seni, dan agama.

5
Romawi memenangkan serangkaian perang melawan musuh maupun sekutunya sendiri
di daerah Latium. Pada abad ketiga SM, Romawi sukses menaklukan sebagian besar
semenanjung Italia. Taras (kelak Tartentum) meminta Pirrhos dari Epiros untuk membebaskan
kota-kota Yunani di Italia yang dikuasai oleh Romawi. Pirrhos memenangkan beberapa
pertempuran (281-275 SM), namun kehilangan banyak sekali pasukan. Karenanya, Pirrhos
pernah berkata, "jika sekali lagi kita menang, kita tetap akan dihancurkan oleh Romawi". Hingga
kini, ungkapan "Kejayaan Pirrhos" diucapkan untuk menyatakan suatu kemenangan dengan
pengorbanan yang besar.

Pada akhirnya, Romawi mengalahkan Yunani pada Pertempuran Beneventum (275 SM),
dan Pirrhos harus angkat kaki dari Italia. Pada saat kampanye militer Pirrhos di Italia dan Sisilia,
Kartaghe merupakan sekutu Romawi, karena Pirrhos juga menyerang kota Kartaghe di Sisilia.
Tetapi, di kemudian hari Romawi tertarik untuk menguasai Spanyol dan kepulauan Sardinia dan
Korsika, yang saat itu dikendalikan oleh Kartaghe. Maka Kartaghe pun berkonfrontasi melawan
Romawi dan terjadilan Perang Punik Pertama (264-241 SM). Pada akhirnya Kartaghe terpaksa
harus menyetujui perjanjian dari Romawi. Yang paling terkenal adalah Perang Punik Kedua
(218-201 SM) ketika Kartaghe dipimpin oleh jenderal Hannibal Barca.

Dengan membawa pasukan besar dari Kartaghe, Hannibal menginvasi Italia dan
mengalahkan banyak legion Romawi. Hannibal menggunakan strategi serangan kejutan dan
memenangkan pertempuran di Sungai Trebia (218 SM) dan di Danau Trasimene (217 SM). Pada
Pertempuran Cannae, Hannibal kembali menunjukkan kehebatannya. Sementara Hannibal
memimpin pasukan utamanya untuk menahan pasukan Romawi, sisa pasukannya mengelilingi
pasukan Romawi dan memotong jalan keluar mereka. Pasukan Romawi lalu dihantam baik dari
belakang maupun dari kedua sayap. Semua konsul dan dua mantan konsul Romawi terbunuh
dalam pertempuran itu. Romawi mengalami kerugian yang hebat namun mereka tidak menyerah
pada Hannibal. Romawi lalu menunjuk salah satu jenderalnya, Quintus Fabius Maximus
Kunktator, sebagai diktator. Strategi Fabius cukup sederhana: ikuti dan ganggu pasukan
Hannibal, namun jangan lakukan pertempuran terbuka.

Ini adalah jenis perang gerilya. Pada saat yang sama, Romawi mengirim pasukan yang
dipimpin oleh Scipio bersaudara untuk menyerang basis Kartaghe di Spanyol, namun mereka
terbunuh pada 211 SM. Scipio lain (anak dari salah satu Scipio yang terbunuh, kelak dikenal

6
sebagai Scipio Afrikanus) memimpin serangan susulan dan berhasil menguasai Karthage Nova
(Karthage baru) di Spanyol. Dia juga berhasil mengalahkan dan mengusir Hasdrubal Barca (adik
Hannibal) dari Spanyol. Hasdrubal berusaha bergabung dengan kakaknya di Italia, namun
usahanya digagalkan. Hasdrubal dikalahkan pada Pertempuran Metaurus (207 SM). Dengan
perginya Kartaghe dari Spanyol, Scipio mengalihkan perhatiannya ke pusat pemerintahan
Kartagahe, yaitu di Afrika. Hannibal tak punya pilihan selain meninggalkan Italia dan kembali
ke Kartaghe.

Sebuah pertempuran besar terjadi di Zama pada 202 SM. Hannibal dan Scipio belum
pernah bertempur sebelumnya, namun Scipio telah mempelajari taktik dan strategi Hannibal.
Kali ini, pasukan kavaleri Romawi jumlahnya lebih banyak, dan Scipio menggunakan metode
pengepungan milik Hannibal. Scipio mengirimkan pasukan kavalerinya untuk menyerang
pasukan Hannibal dari belakang. Pada akhirnya, Kartaghe lagi-lagi harus menyetujui perjanjian
damai hasil bikinan Romawi. Tetapi, perdamaian dengan Kartaghe tidak menghentikan Romawi
untuk mencari daerah jajahan baru di luar Italia. Pada saat kampanye militer Kartaghe di Italia,
Filipos V (Philip V) dari Makedonia ikut membantu Kartaghe. Akibatnya Romawi pun
menyerang Makedonia. Filipos V dikalahkan pada pertempuran di Kinosefalai (197 SM). Sekutu
Filipos, Antioklos dari Suriah dan Asia Minor, juga ikut diserang dan dikalahkan.

Di kemudian hari, Romawi kembali berperang melawan Makedonia, kali ini Makedonia
dipimpin oleh putra Filipos V, yaitu Perseus. Makedonia dikalahkan pada pertempuran di Pidna
(168 SM) dan Makedonia pun menjadi daerah jajahan Romawi. Sementara itu Kartaghe di
Afrika dan Korintus di Yunani bangkit melawan Romawi. Namun Romawi mampu mengalahkan
mereka. Pada 146 SM, Romawi membakar habis kota Kartaghe dan Korintus. Romawi juga
menjual semua penduduk Korinthos sebagai budak dan mengambil semua benda seni mereka.
Dengan demikian, Afrika dan Yunani pun menjadi daerah kekuasaan Romawi. Pada abad
pertama SM, terjadi pemberontakan sipil di kota Roma. Para jenderal Romawi (yang sekalgus
merupakan gubernur) saling memperebutkan kekuasaan.

Pada 49 SM, terjadi lagi perang sipil antara Julius Caesar dan Pompey Magus. Caesar
berhasil mengalahkan Pompey dan kembali ke Roma untuk membuat beberapa perubahan pada
sistem politik Romawi. Namun dia dibunuh pada 44 SM. Persekutuan sementara didirikan oleh
Oktavianus (keponakan Caesar), dan Markus Antonius (Mark Antony), salah satu anak buah

7
Caesar. Mereka berbagi kekuasaan, Oktavianus memerintah wilayah barat, sedangkan Antonius
mengurusi wilayah timur, seperti Yunani dan Suriah. Suatu hari, Antonius jatuh cinta pada
Cleopatra, ratu Mesir dan mantan kekasih Caesar. Antonius lalu menceraikan saudari
Oktavanianus dan menikahi Cleopatra, akibatnya terjadi perang antara keduanya. Oktavianus
berhasil mengalahkan Antonius pada pertempuran laut di Aktium pada 31 SM. Antonius dan
Cleopatra lalu bunuh diri.

Sebagai satu-satunya pemegang kekuasaan, Oktavianus pun menjadi kaisar pertama


Romawi pada 30 SM. Pada 27 SM, Oktavianus kembali ke Roma dan mulai melakukan
reformasi pemerintahan. Namanya diganti menjadi Augustus Caesar. Romawi akhirnya kembali
pulih setelah perang sipil yang panjang. Karya-karya Virgilus dan Ovidius bermunculan pada
periode ini. Selama perang sipil, Romawi memberikan kewarganegaraan Romawi pada para
sekutunya, setelah Perang Sosial (91-89 SM). Pada masa Julius Caesar, kewarganegaraan boleh
diberikan pada orang non-Italia, misalnya orang Galia, dan pada orang yang ingin tinggal di
Kekaisaran Romawi. Salah satu warga Romawi yang terkenal adalah Saulus yang Yahudi, yang
kelak dikenal sebagai Rasul Paulus.

Banyak di antara kaisar Romawi yang tak dilahirkan di kota Roma. Mungkin satu-
satunya syarat untuk menjadi kaisar Romawi adalah harus warga Romawi. Kadanag, Senat
memilih orang sebagai kaisar, namun di lain waktu, kandidat kaisar dicalonkan oleh pasukan
Romawi di berbagai provinsi. Augustus meninggalkan dinasti di Romawi setelah dia meninggal
pada 41 M. Dia diteruskan oleh pemerintahan Tiberius (14-37 M), Caligula (37-41 M), Klaudius
(41-54 M) dan Nero (54-68 M). Dinasti itu berakhir setelah kaisar Nero wafat pada 68 M. Dia
bunuh diri setelah rakyatnya memberontak padanya. Setelah Nero, Romawi dipimpin oleh tiga
kaisar dan masa pemerintahan mereka berlangsung pendek.

Pada 69 M, gubernur Romawi, Vespasianus (69-79 M), menjadi kaisar dan mendirikan
dinasti yang baru. Di digantikan oleh putranya Titus (79-81 M) dan Domitianus (81-96 M).
Kekaisaran Romawi mencapai level dan stabilitas yang baru ketika dipimpin oleh kaisar
Trajanus (98-117 M), Hadrianus (117-138 M) dan Antoninus Pius (138-161 M). Markus
Aurelius (161-180 M) harus menjalani serangkaian pertempuran melawan kaum barbar di
perbatasan Romawi. Dia digantikan oleh Kommodius, yang dibunuh pada 192 M. Pada abad

8
ketiga M, terjadi gejolak dan pemberontakan di Romawi yang menyebabkan keterpurukan
ekonomi.

Kaisar Diocletianus (284-305 M) dan koleganya Maximianus berusaha membangun


kembali kekaisaran. Pengganti Diocletianus adalah Konstantius, yang merupakan ayah
Constantinus Agung (312-337 M). Adalah Constantinus yang memindahkan ibukota ke
Bizantium, yang namanya diganti menjadi Konstantinopel. Constantinus juga menjadikan
Nasrani sebagai agama negara, walaupun dia sendiri baru dibaptis menjelang saat-saat
kematiannya.

Pada abad keempat Masehi, perbatasan Romawi mendapat tekanan hebat dari kaum
barbar, terutama oleh kaum Jerman. Kekaisaran Romawi lalu dibagi menjadi dua (394), dan
masing-masing dipimpin oleh putra-putra kaisar Theodosius: Honorius memerintah di Romawi
Barat, dan Arkadius berkuasa di Romawi Timur. Ada dua kelompok kaum Goth yang paling
merusak Romawi, yaitu Visigoth dan Ostrogoth. Kaum Visigoth, dipimpin oleh Alarik,
menyerang kota Roma pada 410 M. Karena hal ini, Honorius memanggil pulang legionnya yang
sedang bertugas di Britania dan menyuruh mereka untuk mengabaikan daerah tersebut. Romawi
Barat lalu diserang oleh Attila orang Hun, yang pasukannya berasal dari Asia Tengah. Attila
dikalahkan pada Pertempuran Chalons di Perancis pada 451 M. Attila meninggal pada 453 M,
namun setahun sebelumnya Atilla sempat menghancurkan daerah Aquileia di Italia Utara.

Adalah kaum Ostrogoth yang berhasil menaklukan Kekaisaran Romawi Barat. Pemimpin
Ostrogoth, Odoaker, mengangkat dirinya sebagai Raja Italia. Dia juga mengasingkan kaisar
terakhir Romawi, Romulus Augustus, ke Campagnia pada 76. Kaum Ostrogoth lainnya,
dipimpin oleh Theodorik Agung, menginvasi Italia pada 489 M dan mendirikan kerajaan di Italia
utara pada 493 M. Masa pemerintahan Theodorik berakhir pada 526 M, namun legendanya tetap
abadi. Theodorik menjadi pahlawan dalam mitologi Norwegia, dan dia dikenal sebagai Dietrich
dari Verona (atau Theodorik dari Bern).

9
1.2 Rumusan Masalah

1. Sejarah Romawi Kuno


2. Sejarah Kerajaan Romawi,
3. Sejarah Republik Romawi,
4. Sejarah Kekaisaran Romawi

1.3 Tujuan Penulisan

Mahasiswa mampu memahami Sejarah Romawi Kuno, Sejarah Kerajaan Romawi, Sejarah
Republik Romawi dan Sejarah Kekaisaran Romawi.

1.4 Manfaat Penulisan

Untuk mengetahui Sejarah Romawi Kuno, Sejarah Kerajaan Romawi, Sejarah Republik
Romawi dan Sejarah Kekaisaran Romawi

10
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Romawi Kuno

Di bidang penulisan sejarah, Romawi Kuno adalah sebutan bagi peradaban bangsa

Romawi mulai dari berdirinya kota Roma di Jazirah Italia pada abad ke-8 pra-Masehi sampai

dengan runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada abad ke-5 tarikh Masehi, yakni kurun waktu

yang mencakup zaman Kerajaan Romawi (753 – 509 SM), zaman Republik Romawi (509 – 27

SM), dan zaman Kekaisaran Romawi sampai dengan tumbangnya Romawi Barat (27 SM – 476

M). Cikal bakal peradaban ini adalah perkampungan suku bangsa Italik di Jazirah Italia, yang

didirikan pada tahun 753 SM, dan kelak tumbuh menjadi kota Roma.

Nama kota Roma adalah cikal bakal dari nama kekaisaran yang menjadikannya ibu kota,

sekaligus cikal bakal dari nama peradaban yang dikembangkan dan disebarluaskan oleh

kekaisaran itu. Kekaisaran Romawi tumbuh menjadi salah satu kekaisaran terbesar di dunia pada

Abad Kuno, dengan populasi seramai kira-kira 50 sampai 90 juta jiwa (sekitar 20% dari

keseluruhan populasi dunia pada zamannya), dan wilayah seluas 5 juta persegi pada tahun 117

M.

11
Dari abad ke abad, negara binaan bangsa Romawi ini sedikit demi sedikit berkembang

dari negara monarki elektif (diperintah oleh raja terpilih) menjadi negara republik kuno yang

demokratis, dan selanjutnya menjadi negara kekaisaran diktator militer semielektif yang kian

lama kian autokratis. Melalui perang penaklukan serta asimilasi budaya dan bahasa, Kekaisaran

Romawi mampu menguasai beragam suku bangsa dan wilayah yang sangat luas.

Pada masa jayanya, Kekaisaran Romawi berdaulat atas kawasan pesisir utara Afrika,

Mesir, kawasan selatan Eropa, sebagian besar kawasan barat Eropa, Jazirah Balkan, Jazirah

Krimea, dan sebagian besar kawasan Timur Tengah, termasuk Syam, berikut sejumlah daerah di

Mesopotamia dan Jazirah Arab. Romawi Kuno kerap disandingkan dengan Yunani Kuno dalam

kelompok peradaban Abad Kuno. Budaya serta masyarakat kedua peradaban ini sangat mirip

satu sama lain, sehingga disamaratakan dengan sebutan Dunia Yunani-Romawi.

Peradaban Romawi Kuno punya andil besar dalam perkembangan bahasa, agama, tata

kemasyarakatan, teknologi, hukum, politik, ketatanegaraan, tata cara berperang, kesenian,

kesusastraan, arsitektur, dan ilmu teknik Zaman Modern. Roma memprofesionalisasi serta

mengembangkan kekuatan militernya, dan menciptakan sistem pemerintahan res publica, yang

menginspirasi pembentukan negara-negara republik pada Zaman Modern semisal Amerika

Serikat dan Prancis. Peradaban Romawi Kuno sudah mampu melakukan rekayasa yang

mengagumkan di bidang teknologi dan arsitektur, misalnya membangun jaringan akuaduk,

jaringan jalan raya, monumen-monumen, istana-istana, dan fasilitas-fasilitas umum berukuran

raksasa.

Perang Punik melawan Kartago adalah serangkaian perang yang mengantarkan Roma

menjadi salah satu negara adidaya pada zamannya. Dalam perang beruntun ini, Roma berhasil

12
merebut pulau-pulau yang strategis, yakni Korsika, Sardinia, dan Sisilia, berhasil merebut

Hispania (Spanyol dan Portugal sekarang ini), serta berhasil meluluhlantakkan kota Kartago pada

tahun 146 SM. Segala keberhasilan ini membuat Roma menjadi negara terunggul di seantero

kawasan sekeliling Laut Tengah. Pada penghujung zaman republik (27 SM), Roma telah berhasil

menundukkan negeri-negeri di sekeliling Laut Tengah bahkan lebih jauh lagi.

Wilayah kekuasaannya membentang dari Samudra Atlantik sampai ke Jazirah Arab, dan

dari muara Sungai Rhein sampai ke Afrika Utara. Kekaisaran Romawi bermula seiring tamatnya

riwayat Republik Romawi dan berakhirnya masa kediktatoran militer Augustus. Perang selama

721 tahun antara Roma dan Persia bermula pada tahun 92 SM dengan meletusnya Perang

Romawi-Partia, dan merupakan konflik terlama sepanjang sejarah umat manusia, yang

berdampak besar terhadap masa depan kedua negara.

Pada masa pemerintahan Traianus, luas wilayah Kekaisaran Romawi mencapai

puncaknya, membentang dari kawasan sekeliling Laut Tengah sampai ke pantai Laut Utara di

sebelah utara, dan pantai Laut Tengah serta pantai Laut Kaspia di sebelah timur. Adab dan adat

warisan zaman republik mulai memudar pada zaman kekaisaran, manakala perang saudara

menjadi peristiwa lumrah yang mengawali kemunculan kaisar baru. Negara-negara pecahan

Kekaisaran Romawi, semisal Kekaisaran Tadmur, sempat menyekat wilayah kekaisaran semasa

Krisis Abad Ketiga.

Akibat digerogoti kekacauan di dalam negeri dan serangan suku-suku bangsa asing yang

hijrah ke wilayahnya, bagian barat Kekaisaran Romawi akhirnya terpecah belah menjadi

kerajaan-kerajaan merdeka bentukan suku-suku Barbar pada abad ke-5. Para sejarawan

menjadikan peristiwa keterpecahbelahan ini sebagai tonggak sejarah semesta yang memisahkan

13
kurun waktu kuno dari kurun waktu "kegelapan" pra-Abad Pertengahan di Eropa. Bagian timur

Kekaisaran Romawi bertahan menyintasi abad ke-5, dan tetap menonjol sebagai salah satu

negara adidaya di pentas dunia sepanjang "Abad Kegelapan" dan Abad Pertengahan, sampai

akhirnya tumbang pada tahun 1453.

Kendati rakyat Kekaisaran Romawi tidak membeda-bedakan bagian barat dari bagian

timur, para sejarawan Zaman Modern lazimnya menggunakan istilah "Kekaisaran Romawi

Timur" sebagai sebutan bagi Kekaisaran Romawi yang tersisa pada Abad Pertengahan, guna

membedakannya dari Kekaisaran Romawi yang seutuhnya pada Abad Kuno.

2.1.1 Mitos asal usul

Menurut mitos asal usulnya, kota Roma didirikan pada tanggal 21 April 753 SM, di tepi

Sungai Tiber, kawasan tengah Jazirah Italia, oleh si kembar Romulus dan Remus, cucu-cucu

Numitor, raja orang Latini Alba Longa, keturunan pahlawan besar Troya, Aeneas. Rhea Silvia,

anak perempuan Raja Numitor, adalah ibu kandung si kembar. Konon Rhea Silvia berbadan dua

setelah digagahi Mars, dewa perang bangsa Romawi, sehingga si kembar Romulus dan Remus

pun dianggap sebagai manusia-manusia setengah dewa.

Raja Numitor dimakzulkan saudara kandungnya, Amulius. Karena khawatir suatu ketika

nanti Romulus dan Remus akan merebut kembali singgasana, Amulius menyuruh orang

menenggelamkan kedua bayi kembar itu. Seekor serigala betina (atau seorang istri gembala

menurut sejumlah riwayat lain) menyelamatkan dan membesarkan mereka. Sesudah beranjak

dewasa, si kembar merebut dan menyerahkan kembali singgasana Alba Longa kepada Numitor.

Si kembar selanjutnya mendirikan kota mereka sendiri. Malangnya Remus tewas dibunuh

Romulus dalam pertengkaran mengenai letak kerajaan yang akan mereka dirikan. Menurut

14
beberapa sumber, keduanya mempertengkarkan soal siapa yang akan menjadi raja, atau siapa

yang namanya akan dijadikan nama kota. Nama Romuluslah yang akhirnya menjadi nama kota

binaan si kembar. Untuk memperbanyak jumlah warganya, Roma menawarkan suaka bagi kaum

papa, orang-orang buangan, dan orang-orang yang keberadaannya tidak diharapkan.

Kebijakan ini menimbulkan masalah, karena jumlah warga laki-laki terus meningkat,

sementara warga perempuan menjadi langka. Romulus sampai harus melawat kota demi kota dan

suku demi suku di sekitar Roma, dalam rangka mencarikan istri bagi sekian banyak warga Roma

yang masih membujang. Akan tetapi Roma sudah telanjur dipenuhi orang-orang yang tidak

disukai sehingga usaha Romulus menemui jalan buntu. Menurut legenda, orang Latini akhirnya

menggunakan tipu muslihat demi mendapatkan istri. Mereka mengundang orang Sabini

menghadiri suatu perayaan meriah, lalu melarikan anak-anak gadis mereka, sehingga orang

Latini dan orang.

Menurut legenda lain yang dicatat oleh sejarawan Yunani, Dionisios asal Halikarnasos,

konon sesudah kota Troya diluluhlantakkan orang-orang Yunani dalam Perang Troya, Aeneas

memimpin serombongan pengungsi Troya berlayar mencari tempat untuk mendirikan kota Troya

yang baru. Setelah mengarungi laut yang bergelora, mereka akhirnya mendarat di tepi Sungai

Tiber. Tak seberapa lama menjejaki daratan, para penumpang lelaki sudah ingin kembali

berlayar, bertolak belakang dengan keinginan para penumpang perempuan. Roma, salah seorang

penumpang perempuan, mengajak perempuan-perempuan lain bersama-sama membakar kapal

guna membatalkan pelayaran. Para penumpang lelaki mula-mula memarahi Roma, tetapi

akhirnya sadar bahwa tempat persinggahan mereka sesungguhnya layak dijadikan tempat

bermukim yang baru. Permukiman yang mereka dirikan di tepi Sungai Tiber diberi nama Roma,

sama seperti nama biang kerok pembakaran kapal mereka.

15
Pujangga Romawi, Vergilius, meriwayatkan kembali legenda ini dalam syair wiracarita

gubahannya, Aeneis. Dikisahkan bahwa Aeneas, si pangeran Troya, telah ditakdirkan dewata

menjadi pendiri Troya baru. Para penumpang perempuan juga dikisahkan menolak untuk

kembali berlayar, tetapi tidak berlanjut dengan pembangunan permukiman di tepi Sungai Tiber.

Sesudah berlabuh di Italia, Aeneas, yang hendak memperistri Lavinia, harus berperang melawan

Turnus, yang sudah lebih dahulu mengincar Lavinia. Menurut syair wiracarita ini, raja-raja Alba

Longa termasuk nasab Aeneas, dan dengan demikian Romulus, pendiri kota Roma, terhitung

sebagai keturunannya.

2.2 Sejarah Kerajaan Romawi

Kerajaan Romawi (Latin: Regnum Romanum) adalah sebuah pemerintahan monarki di kota

Roma dan wilayah kekuasaannya. Tidak banyak yang diketahui mengenai sejarah Kerajaan

Romawi karena tidak ada sumber tertulis yang berasal dari zaman tersebut. Kebanyakan sumber

ditulis selama masa Republik dan Kekaisaran berdasarkan pada legenda. Sejarah Kerajaan

Romawi bermula sejak pendirian kota tersebut, sekitar tahun 753 SM dan berakhir setelah

penggulingan kekuasaan para raja dan pendirian Republik pada tahun 509 SM.

Kerajaan Romawi bermula dari permukiman di sekitar Bukit Palatine di sepanjang sungai

Tiber di Italia Tengah. Wilayah itu subur dan bukit-bukitnya menyediakan perlindungan

sehingga tempat itu mudah dipertahankan. Hal ini ikut berperan dalam kejayaan Roma kelak.

Pada awalnya Romulus dan Remus berselisih mengenai tempat akan didirikannya kota.

Ketika Romulus sedang membangun tembok kota, Remus mengejek dan mengganggu

pekerjaannya. Puncaknya adalah ketika Remus melewati wilayah Romulus, Remus dibunuh oleh

Romulus. Menurut sumber dari Livius, Plutarkhos, Dionysius dari Halicarnassus dan yang

16
lainnya, kerajaan Romawi dipimpin oleh tujuh raja dalam masa 243 tahun. Ketika bangsa Galia

menyerang Roma setelah Pertempuran Allia pada 390 SM, (menurut Polybius pertempuran

tersebut terjadi pada 387/386 SM) mereka menghancurkan semua catatan sejarah, sehingga tidak

ada catatan sejarah dari masa kerajaan.

2.2.1 Lembaga politik


a. Raja

Romawi awal adalah sebuah monarki yang dipimpin oleh seorang raja (Latin: rex). Semua
raja Romawi dipilih oleh rakyat Roma kecuali Romulus yang menjadi raja karena dia yang
mendirikan Roma. Dengan asumsi bahwa raja berdaulat penuh dan memegang kekuasaan
tertinggi negara, maka raja juga adalah sekaligus:

i. Kepala pemerintahan - memiliki kekuasaan untuk menegakkan hukum, mengelola semua


harta milik negara, dan mengawasi semua pekerjaan umum
ii. Kepala Negara - mengatur hubungan dengan kerajaan lain dan menerima duta besar.
iii. Pemimpin Legislatif - merumuskan dan mengajukan undang-undang.
iv. Panglima tertinggi - komandan militer Romawi dengan kekuasaan mengatur legiun,
menunjuk pemimpin militer, dan menyatakan perang.
v. Pemimpin keagamaan - mewakili Romawi dan rakyatnya di hadapan para dewa, memiliki
kendali administratif atas agama Romawi.
vi. Hakim Agung - mengambil keputusan mengenai semua kasus pidana dan perdata.

b. Daftar raja yang pernah memerintah


I. Numa Pompilius

Setelah kematian Romulus, terjadi masa interregnum selama satu tahun di mana 10 orang
anggota senat terpilih memerintah sebagai interrex. Senat kemudian memilih Numa Pompilius,
seorang Sabin, untuk menjadi raja berikutnya. Dia dipilih karena reputasinya sebagai orang yang
adil dan beriman. Meskipun awalnya Numa tidak mau menerima jabatan kerajaan, ayahnya
meyakinkannya untuk menerima posisi itu sebagai cara untuk melayani para dewa.

17
Masa pemerintahan Numa ditandai dengan perdamaian dan reformasi keagamaan.Numa
membangun kuil Janus dan melakukan kesepakatan damai dengan kerajaan tetangga Roma.
Numa kemudian menutup pintu kuil tersebut untuk menunjukkan keadaan damai. Numa juga
banyak menetapkan dan mendirikan jabatan keagamaan di Roma, contohnya perawan vesta,
Pontifex Maximus, Salii, flamine. Numa mereformasi kalender Romawi dengan menambahkan
bulan Januari dan Februari sehingga totalnya menjadi 12 bulan. Numa mengatur wilayah Roma
menjadi distrik-distrik untuk menciptakan aministrasi yang lebih baik, membagi-bagi tanah
kepada para penduduk, dan membentuk serikat dagang. Tradisi mengatakan bahwa pada masa
pemerintahan Numa perisai Jupiter jatuh dari langit, dengan masa depan Roma tertulis di
atasnya. Numa memerintahkan untuk membuat sebelas salinannya, yang kemudian dipuja
sebagai benda suci oleh orang Romawi.Numa memerintah selama 43 tahun dan meninggal
secara alami

II. Tullus Hostilius

Tullus Hostilius adalah raja yang lebih suka berperang dibanding mengurusi masalah
keagamaan. Pada masa pemerintahannya, Roma memusnahkan kerajaan Alba Longa dan
mengambil seluruh penduduknya. Dia juga berperang dengan kerajaan Fidenae, Veii, dan Sabin.
Dia membangun tempat baru untuk senat, Curia Hostilia, yang bertahan sampai 500 tahun
setelah kematiannya. Dalam suatu cerita, Tullus mengabaikan para dewa hingga akhirnya ia
jatuh sakit. Tullus kemudian memanggil Jupiter dan memohon pertolongannya namun Jupiter
membakar sang raja dengan petirnya. Tullus memerintah Roma selama 31 tahun.

III. Ancus Marcius

Setelah kematian Tullus Hostilius yang misterius, senat Romawi memilih cucu Numa
Pompilius, Ancus Marcius, sebagai raja. Seperti kakeknya, Ancus Marcius lebih suka
perdamaian dan hanya berperang jika dia diserang. Dia melakukan kesepakatan damai dengan
kerajaan tetangga Roma dan membuat mereka bersekutu dengan Roma. Dia banyak membangun
infrastruktur, seperti penjara pertama Roma, pelabuhan, dan pabrik garam. Dia juga membangun
jembatan pertama yang melalui sungai Tiber. Setelah memimpin selama 25 tahun, Dia
meninggal secara alami seperti kakeknya, menandai berakhirnya pemerintahan raja Latin-Sabin
di Roma.

18
IV. Tarquinius Priscus

Tarquinius Priscus merupakan keturunan Etruska. Setelah pindah ke Roma, dia diadopsi oleh
Ancus Marcius. Dalam masa pemerintahannya, dia memenangkan banyak peperangan melawan
kerajaan lain dan membuat Roma memperoleh banyak harta rampasan perang.

Dia menambahkan 100 anggota dari suku Etruska ke dalam senat. Dia juga menambah
jumlah tentara menjadi 6.000 infantri dan 600 kavaleri. Dia membangun kuil Jupiter, Circus
Maximus (arena balap kereta kuda), mendirikan Forum Romawi, mengadakan kompetisi
olahraga Romawi, dan memperkenalkan lambang militer Romawi. Setelah menjadi raja selama
25 tahun, dia dibunuh oleh anak kandung Ancus Marcius.

V. Servius Tullius

Tarquinius Priscus digantikan oleh menantunya, Servius Tullius. Servius adalah raja Roma
kedua yang merupakan keturunan Etruska. Servius mengadakan sensus penduduk pertama dan
membagi-bagi penduduk Roma berdasarkan tingkat ekonominya dan wilayah geografisnya. Dia
mendirikan Dewan Centuria dan dewan Suku. Dia membangun kuil Diana dan tembok yang
mengelilingi tujuh bukit di Roma. Dia memerintah selama 44 tahun kemudian dibunuh oleh
putrinya (Tullia) dan menantunya (Tarquinius Superbus).

VI. Tarquinius Superbus

Tarquinius Superbus anak dari Tarquinius Priscus dan menantu Servius Tullius. Tarquinius
Superbus juga adalah orang Etruska. Tidak seperti raja-raja sebelumnya, masa pemerintahan
Tarquinius Superbus diisi dengan kekejaman dan teror sehingga rakyat memberontak padanya.
Kekuasaan Tarquinius Superbus berakhir pada 509 SM, sekaligus menandai berakhirnya
pengaruh Etruska di Romawi dan pembentukan Republik. Sementara Tarquinius Superbus
melarikan diri ke kota Tusculum dan kemudian ke Cumae, di mana ia meninggal dunia pada 496
SM.

VII. Senat

Romulus mendirikan Senat setelah dia mendirikan Roma. Dia memilih orang-orang dari
kaum bangsawan (orang-orang yang memiliki kekayaan dan istri serta anak yang sah) untuk

19
menjabat sebagai dewan kota. Dengan demikian, Senat adalah dewan penasihat raja. Senat terdiri
dari 300 orang Senator, di mana 100 orang Senator mewakili tiga suku kuno di Roma: Ramnes
(latin), Tities (Sabin), dan Lukeres (Etruska). Raja memiliki kekuasaan untuk mengangkat
Senator namun harus disesuaikan dengan adat kebiasaan.

Dalam pemerintahan monarki, Senat hanya memiliki sedikit kekuasaan dan kewenangan
karena sebagian besar kekuasaan dipegang oleh raja, selain itu raja dapat menjalankan semua
kewenangannya tanpa persetujuan Senat.

Fungsi utama Senat adalah melayani raja sebagai penasihat dan koordinator legislatif.
Setelah undang-undang yang diusulkan oleh raja melewati Comitia Curiata, Senat bisa
menolaknya atau menyetujuinya sebagai hukum. Raja bisa meminta pertimbangan pada Senat
mengenai masalah tertentu namun pada akhirnya rajalah yang memutuskan. Raja memiliki
kewenangan untuk mengadakan rapat Senat kecuali selama interregnum, di mana Senat bisa
mengadakan rapatnya sendiri.

2.2.2 Pemilihan raja

Ketika seorang raja mati, Romawi memasuki masa interregnum. Kekuasaan tertinggi negara
akan berpindah ke Senat, yang bertanggung jawab untuk mencari raja baru. Senat akan
berkumpul dan menunjuk salah satu anggotanya sendiri (interrex) untuk bertugas selama lima
hari dengan tujuan mengusulkan raja berikutnya. Setelah lima hari, seorang interrex akan
menunjuk (dengan persetujuan Senat) Senator lain sebagai interrex. Proses ini akan terus
berlanjut sampai raja yang baru terpilih. Setelah interrex menemukan calon yang cocok, ia akan
mengusulkannya pada Senat dan Senat akan meninjau calon tersebut. Jika Senat menyetujuinya,
interrex akan memanggil Majelis Curiate untuk mengadakan sidang.

Setelah diusulkan kepada Majelis Curiate, rakyat Romawi dapat menerima atau
menolaknya. Jika diterima, raja terpilih tidak segera menjalankan tugas. Dia harus melalui dua
proses lagi sebelum mendapatkan kekuasaan penuh. Pertama, raja harus menjalani upacara
keagamaan yang dipimpin oleh seorang augur. Kedua, pemberian kewenangan dari Majelis
Curiate kepada raja terpilih.

20
2.2.3 Akhir kerajaan

Raja ketujuh Romawi, Tarquinius Superbus, memerintah dengan kejam. Dia


menggunakan kekerasan, pembunuhan, dan teror untuk mempertahankan kekuasaannya. Sang
raja juga mencabut banyak konstitusi yang telah ditetapkan oleh pendahulunya. Puncaknya
adalah peristiwa pemerkosaan Lucretia yang kemudian menyebabkan rakyat memberontak dan
menggulingkan kekuasaan raja. Setelah itu, Romawi menjadi sebuah republik.

Lucius Tarquinius Superbus , raja terakhir Roma, yang terlibat dalam pengepungan
Ardea , mengirim putranya, Tarquin , dalam suatu tugas militer ke Collatia . Tarquin diterima
dengan penuh keramahtamahan di rumah gubernur, rumah Lucius Tarquinius Collatinus , putra
keponakan raja, Arruns Tarquinius , mantan gubernur Collatia dan pertama dari Tarquinii
Collatini . Istri Collatinus, Lucretia, putri Spurius Lucretius , prefek Roma, "seorang pria
terhormat," memastikan bahwa putra raja diperlakukan sebagai pangkatnya, meskipun suaminya
pergi dalam pengepungan.

Dalam varian cerita, Tarquin dan Collatinus, di sebuah pesta anggur tentang cuti, sedang
berdebat tentang kebaikan istri ketika Collatinus mengajukan diri untuk menyelesaikan
perdebatan dengan mereka semua yang naik ke rumahnya untuk melihat apa yang sedang
dilakukan Lucretia. Dia menenun dengan pelayannya. Pesta itu memberinya telapak kemenangan
dan Collatinus mengundang mereka untuk berkunjung, tetapi untuk saat ini mereka kembali ke
kemah.

Pada malam hari, Tarquin memasuki kamarnya dengan sembunyi-sembunyi, diam-diam


mengelilingi para budak yang tidur di pintu kamarnya. Dia terbangun. Dia mengidentifikasi
dirinya sendiri dan menawarkan dua pilihan: dia bisa tunduk pada kemajuan seksualnya dan
menjadi istri dan calon ratu, atau dia akan membunuhnya dan salah satu budaknya dan
menempatkan tubuh bersama-sama, kemudian mengklaim dia telah menangkapnya melakukan
hubungan seksual yang tidak senonoh. Dalam cerita alternatif, ia kembali dari kemah beberapa
hari kemudian dengan seorang rekannya untuk membawa Collatinus atas undangannya untuk
berkunjung dan dimasukkan ke kamar tidur tamu. Dia memasuki kamar Lucretia sementara dia
berbaring telanjang di tempat tidurnya dan mulai mencuci perutnya dengan air, yang
membangunkannya.

21
Collatinus, melihat istrinya meninggal, menjadi bingung. Dia memeluknya, menciumnya,
memanggil namanya dan berbicara padanya. Melihat tangan Takdir dalam peristiwa-peristiwa
ini, temannya, Brutus, memanggil pihak yang berduka untuk memesan, menjelaskan bahwa
kesederhanaannya adalah tipuan, dan mengusulkan agar mereka mengusir Tarquins dari Roma.
Memegang belati berdarah, ia bersumpah di Mars dan semua dewa lain bahwa ia akan
melakukan apa saja dengan kekuatannya untuk menggulingkan kekuasaan Tarquinii dan bahwa
ia tidak akan diperdamaikan dengan para tiran itu sendiri atau mentolerir siapa pun yang harus
didamaikan bagi mereka, tetapi akan memandang setiap orang yang berpikir sebaliknya sebagai
musuh dan sampai kematiannya akan berlanjut dengan kebencian yang tak henti-hentinya baik
kezaliman dan para penjahatnya; dan jika dia melanggar sumpahnya, dia berdoa agar dia dan
anak-anaknya dapat bertemu dengan ujung yang sama dengan Lucretia.

Dia melewati belati di sekitar dan setiap pelayat bersumpah dengan itu. Dua cerita ini
sepakat tentang hal ini: Versi Livy adalah:

Dengan darah ini — yang paling murni sebelum kemarahan yang dilakukan oleh putra
raja — saya bersumpah, dan Anda, ya para dewa, saya bersaksi untuk menyaksikan bahwa saya
akan menyetir karena itu Lucius Tarquinius Superbus, bersama dengan istrinya yang terkutuk
dan seluruh darahnya, dengan api dan pedang dan segala cara dalam kekuatanku, dan aku
tidak akan membiarkan mereka atau orang lain memerintah di Roma.

Komite revolusioner yang baru disumpah mengarak mayat berdarah ke Forum Romawi
dan tiba di sana mendengar keluhan terhadap Tarquins dan mulai meminta pasukan. Brutus
"mendesak mereka untuk bertindak sebagai pria dan Romawi dan mengangkat senjata melawan
musuh mereka yang kurang ajar." Gerbang Roma diblokir oleh tentara revolusioner baru dan
lebih banyak dikirim untuk menjaga Collatia. Sekarang kerumunan telah berkumpul di forum;
Kehadiran para hakim di kalangan kaum revolusioner membuat mereka tetap teratur.

Brutus kebetulan adalah Tribune of the Celeres, sebuah kantor kecil dari beberapa tugas
keagamaan, tetapi yang sebagai hakim memberinya kekuatan teoretis untuk memanggil kuriae ,
sebuah organisasi keluarga ningrat terutama digunakan untuk meratifikasi dekrit raja.
Memanggil mereka di tempat, dia mengubah kerumunan menjadi majelis legislatif yang otoritatif

22
dan mulai menyuarakan mereka dalam salah satu pidato Roma kuno yang lebih terkenal dan
efektif.

Dia mulai dengan mengungkapkan bahwa posisinya sebagai orang bodoh adalah tipuan
yang dirancang untuk melindunginya dari raja jahat. Dia melontarkan sejumlah dakwaan
terhadap raja dan keluarganya: kemarahan terhadap Lucretia, yang semua orang bisa lihat di
podium, tirani raja, kerja paksa para plebeian di parit dan selokan Roma. Dia menunjukkan
bahwa Superbus datang untuk memerintah dengan membunuh Servius Tullius , ayah istrinya, di
samping raja Roma terakhir. Dia "dengan sungguh-sungguh memanggil para dewa sebagai
pembalas orang tua yang terbunuh." Istri raja, Tullia , sebenarnya di Roma dan mungkin adalah
saksi dari persidangan di istananya dekat forum. Melihat dirinya sendiri target dari begitu banyak
permusuhan, dia melarikan diri dari istana karena takut akan hidupnya dan melanjutkan ke kamp
di Ardea.

Brutus membuka debat tentang bentuk pemerintahan yang harus dimiliki Roma, debat di
mana banyak ningrat berbicara. Singkatnya, ia mengusulkan pembuangan Tarquins dari semua
wilayah Roma dan penunjukan interrex untuk mencalonkan hakim baru dan melakukan
pemilihan ratifikasi. Mereka telah memutuskan bentuk pemerintahan republik dengan dua konsul
menggantikan raja yang melaksanakan kehendak senat ningrat. Ini adalah tindakan sementara
sampai mereka dapat mempertimbangkan detail lebih hati-hati. Brutus mundur dari takhta. Pada
tahun-tahun berikutnya, kekuasaan raja terbagi di antara berbagai magistrasi terpilih.

Pemungutan suara terakhir dari kuriae membawa konstitusi sementara. Spurius Lucretius
dipilih dengan cepat interrex; dia sudah menjadi prefek kota itu. Dia mengusulkan Brutus dan
Collatinus sebagai dua konsul pertama dan pilihan itu diratifikasi oleh kuria. Karena perlu
mendapatkan persetujuan dari populasi secara keseluruhan, mereka mengarak Lucretia melalui
jalan-jalan memanggil para plebeian ke pertemuan hukum di forum. Sesampai di sana mereka
mendengar pidato konstitusional oleh Brutus tidak seperti banyak pidato dan dokumen
peradaban barat selanjutnya. Itu dimulai:

”Sebanyak Tarquinius tidak memperoleh kedaulatan sesuai dengan kebiasaan dan


hukum leluhur kita, juga, sejak dia memperolehnya — dengan cara apa pun yang dia dapatkan
— apakah dia telah melaksanakannya dengan cara yang terhormat atau seperti raja, tetapi

23
telah melampaui dengan angkuh dan angkuh. pelanggaran hukum semua tiran yang pernah
dilihat dunia, kami para ningrat bertemu bersama dan memutuskan untuk merampas
kekuasaannya, hal yang seharusnya kami lakukan sejak lama, tetapi melakukannya sekarang
ketika kesempatan yang menguntungkan telah ditawarkan. Dan kami telah memanggil Anda
bersama, orang-orang plebeian, untuk menyatakan keputusan kami sendiri dan kemudian
meminta bantuan Anda dalam mencapai kebebasan bagi negara kami ....”

Pemilihan umum diadakan. Pemungutan suara adalah untuk republik. Monarki berakhir,
bahkan ketika Lucretia masih ditampilkan di forum.

Konsekuensi konstitusional dari acara ini adalah, setidaknya secara formal, bergema
selama lebih dari dua ribu tahun. Roma tidak akan pernah lagi memiliki "raja" turun-temurun,
bahkan jika kaisar - kaisar selanjutnya adalah penguasa mutlak kecuali nama. Tradisi
konstitusional ini mencegah Julius Caesar dan Octavian Augustus dari menerima mahkota; alih-
alih mereka harus menyusun pertemuan beberapa kantor republik dengan orang-orang mereka
untuk mendapatkan kekuasaan absolut. Pengganti mereka baik di Roma dan di Konstantinopel
menganut tradisi ini dalam bentuk jika tidak pada intinya, dan bahkan kantor Kaisar Romawi
Suci Jerman tetap biasanya memilih daripada turun-temurun - sampai penghapusannya dalam
Perang Napoleon , lebih dari 2300 tahun kemudian.

2.2.4 Romawi pasca-monarki

Mendengar hal-hal yang terjadi di Roma, raja, putra-putranya, dan sekelompok pengikut
naik setelah kota dengan tergesa-gesa, meninggalkan Titus Herminius dan Marcus Horatius
dalam komando pasukan di Ardea. Gerbang Roma dilarang dan orang-orang bersenjata di
dinding, mereka kembali ke kemah. Sementara itu, surat-surat telah tiba dari komite revolusioner
dan dibacakan kepada pasukan oleh Herminius dan Horatius. Orang-orang itu dikumpulkan oleh
unit untuk pemungutan suara, dimana revolusi dikonfirmasi. Dalam satu cerita, Tarquins
melarikan diri ke Gabii. Gencatan senjata selama 15 tahun dibuat dengan Ardea. Pasukan
kembali ke Roma.

24
Superbus tidak lama di Gabii. Dia harus pensiun bersama anak buahnya ke Tarquinii ,
tempat dia meningkatkan standar intervensi di antara kaum Etruria. Dalam sebuah cerita
alternatif, ia langsung pergi ke Tarquinii bersama dua putranya; yang ketiga, Tarquin, berusaha
untuk melanjutkan kontrol Gabii, tetapi dibunuh. Bangsa Romawi harus menghadapi satu
intervensi oleh Etruria ( Horatius Cocles ) dan lainnya oleh Liga Latin ( Pertempuran Danau
Regillus ). Sentimen membubung tinggi terhadap Tarquins. Collatinus diminta mengundurkan
diri karena masalah konstitusi. Dia mematuhi dan digantikan oleh Publius Valerius Publicola .

Untuk menggantikan kepemimpinan raja, dibuatlah lembaga baru bernama konsul.


Konsul terdiri dari dua orang, dipilih untuk masa jabatan selama satu tahun, dan konsul yang satu
dapat membatalkan kebijakan konsul yang lain. Awalnya, konsul memiliki kekuasaan seperti
raja, dalam perkembangan selanjutnya, kekuasaan konsul dikurangi dengan adanya hakim-hakim
yang memegang wewenang tertentu. Yang pertama muncul adalah praetor, yang membuat
konsul tak lagi memiliki otoritas yudisial. Kemudian ada censor yang mengambil alih dari konsul
hak untuk melakukan sensus.

Rakyat Romawi kemudian menciptakan jabatan yang disebut diktator. Seorang diktator
memiliki wewenang penuh atas masalah-masalah sipil dan militer. Kekuasaan diktator begitu
mutlak sehingga jabatan ini hanya berlaku pada masa-masa darurat. Walaupun tampaknya mirip
dengan raja, diktator Romawi memiliki masa jabatan yang terbatas yaitu enam bulan.
Berlawanan dengan konsep modern diktator sebagai perampas kekuasaan, diktator Romawi
dipilih secara bebas, biasanya berasal dari jajaran konsul.

Setelah menjadi republik, kekuasaan keagamaan raja diberikan kepada dua jabatan baru:
Rex Sacrorum dan Pontifex Maximus. Rex Sacrorum secara de jure adalah pejabat agama
tertinggi di Republik. Tugas utamanya adalah mengadakan pengorbanan tahunan untuk Jupiter,
sebelumnya tugas ini dilakukan oleh raja. Sedangkan pejabat agama tertinggi secara de facto
adalah Pontifex Maximus, yang memegang sebagian besar wewenang keagamaan. Dia memiliki
kekuasaan untuk menunjuk dan mengangkat pejabat-pejabat keagamaan seperti perawan Vesta,
pendeta, dan bahkan Rex Sacrorum. Pada awal abad ke-1 SM, jabatan Rex Sacrorum dilupakan
dan Pontifex Maximus memperoleh hampir seluruh kewenangan keagamaan Romawi.

25
2.2.5 Kembalinya monarki

Dengan naiknya Gaius Julius Caesar dan anak angkatnya Gaius Julius Caesar Octavianus
(Kaisar Augustus), Romawi hampir dipimpin kembali oleh raja. Gaius Julius Caesar terpilih
sebagai Pontifex Maximus dan diktator selama seumur hidup, yang memberinya kekuasaan lebih
banyak daripada raja-raja terdahulu. Namun sebelum berhasil mengubah Romawi, Caesar lebih
dulu terbunuh pada 15 Maret 44 SM. Selama periode antara 28 SM dan 12 SM, Augustus
memperoleh konsuler kekaisaran dan kekuasaan Tribun Rakyat, dikombinasikan dengan posisi
Pontifex Maximus dan Princeps Senatus.

Semua jabatan tersebut membuat Augustus menjadi sangat berkuasa. Augustus


kemudian mendirikan Kekaisaran Romawi, ini adalah awal dari masa Principatus. Meskipun
telah menjadi kekaisaran, lembaga-lembaga republik masih tetap ada sampai masa Dominatus.
Bahkan sampai era Bizantium, kaisar akan berbagi gelar konsul. Ada juga kepausan, yang
memerintah Romawi untuk jangka waktu tertentu, bersama dengan Negara Gereja.

2.3 Republik Romawi

Republik Romawi adalah fase dari Kebudayaan Romawi kuno yang ditandai dengan bentuk
pemerintahan republik. Periode Republik Romawi dimulai dari penggulingan Kerajaan Roma
(ca. 509 SM), dan diikuti oleh berbagai perang saudara. Pada masa Republik Romawi pula
terjadi perang terkenal yang bernama Perang Punic antara Republik Romawi dengan Kekaisaran
Kartago. Kapan tepatnya Republik Romawi berakhir masih belum disetujui oleh para sejarawan,
tergantung definisi yang digunakan. Sebagian sejarawan mengusulkan penunjukan Julius Caesar
sebagai diktator seumur hidup pada 44 SM), dan sebagian lainnya mengusulkan Pertempuran
Actium (2 September 31 SM), dan sebagian lainnya mengusulkan pemberian kekuasaan penuh
bagi Octavianus pada 16 Januari 27 SM sebagai tanggal berakhirnya Republik Romawi dan
berdirinya Kekaisaran Romawi.

26
2.3.1 Lembaga politik
a. Senat

Senat memiliki wewenang yang disebut Senatus consultum, yaitu pertimbangan senat untuk
hakim dan biasanya dipatuhi oleh para hakim. Meskipun secara teknis tidak punya peran resmi
dalam konflik militer, pada praktiknya Senat adalah pihak yang mengawasi urusan-urusan seperti
itu. Senat juga mengatur administrasi masyarakat sipil. Persyaratan untuk menjadi seorang
senator yaitu memiliki tanah senilai minimal 100.000 denarii, terlahir dari golongan bangsawan,
dan telah memegang jabatan publik minimal sekali.

b. Dewan Legislatif

Dewan Legislatif memiliki kewenangan untuk menentukan hakim, memvonis hukuman mati,
mengurusi menyatakan perang dan perjanjian damai, dan membentuk persekutuan. Ada dua
macam dewan legislatif. Yang pertama adalah comitia yang merupakan dewan dari semua
kelompok masyarakat. Yang kedua adalah concilia yang merupakan dewan dari kelompok
masyarakat tertentu.

c. Dewan Centuria

Masyarakat Roma dikelompokan berdasarkan centuria-centuria dan suku-suku. Centuria-


centuria dan suku-suku berkumpul membentuk kelompok mereka sendiri yang disebut Comitia
Centuriata (Dewan Centuria). Pemimpin Dewan Centuria biasanya adalah seorang konsul.
Dewan Centuria berwenang memilih hakim-hakim (konsul,praetor, dan censor), mengesahkan
hasil suatu sensus, menyatakan perang, dan mengurusi kasus yudisial tertentu.

d. Dewan Suku

Dewan suku (Comitia Tributa) dipimpin oleh seorang konsul dan terdiri dari tiga puluh
lima suku. Suku-suku tersebut tidak didasarkan pada pertalian etnik atau kekerabatan tetapi lebih
kepada pembagian wilayah geografis. Dewan suku berwenang memilih quaestor, curule, aedile,
dan tribunal militer.

27
e. Dewan Pleb

Dewan Pleb adalah perwakilan dari kelompok Pleb. Mereka memilih pejabat mereka sendiri,
tribunal pleb, dan tribunal aedile. Biasanya tribunal pleb yang memimpin Dewan Pleb. Kelompk
ini bisa bertindak sebagai pengadilan banding.

f. Hakim Eksekutif

Tiap hakim dapat membatalkan keputusan dari hakim yang setara atau di bawah
tingkatannya, tribunal pleb dan tribunal aedile. Hakim-hakim terdiri dari konsul, praetor, censor,
aedile, quaestor, tribunal, dan diktator. Pemerintahan Republik Romawi diatur oleh adat, tradisi
dan hukum. Secara garis besar, pemerintahan dijalankan bersama-sama oleh tiga pihak: dua
orang konsul, senat, dan golongan Pleb.

2.4 Kekaisaran Romawi

Kekaisaran Romawi (bahasa Latin: Imperium Romanum) adalah periode pasca-Republik


dari peradaban Romawi kuno, dicirikan dengan pemerintahan yang dipimpin oleh kaisar, dan
kepemilikan wilayah kekuasaan yang luas di sekitar Laut Tengah di Eropa, Afrika, dan Asia.
Republik berusia 500 tahun yang mendahuluinya telah melemah dan tidak stabil akibat
serangkaian perang saudara dan konflik politik, ketika Julius Caesar dinobatkan sebagai diktator
seumur hidup dan kemudian dibunuh pada tahun 44 SM. Perang saudara dan pengeksekusian
terus berlangsung, yang berpuncak pada kemenangan Oktavianus, putra angkat Caesar, atas
Mark Antony dan Kleopatra dalam Pertempuran Actium serta ditaklukkannya Mesir. Setelah
peristiwa-peristiwa di atas, kekuasaan Oktavianus menjadi tak tergoyahkan dan pada tahun 27
SM, Senat Romawi secara resmi memberinya kekuasaan penuh dan gelar baru Augustus, yang
secara efektif menandai berakhirnya Republik Romawi.

Pemerintahan Kekaisaran Romawi bertahan selama kira-kira 500 tahun. Dua abad pertama
kekaisaran ditandai dengan periode kemakmuran dan kestabilan politik yang belum pernah
terjadi sebelumnya, yang dikenal dengan Pax Romana atau "Perdamaian Romawi". Setelah
kemenangan Oktavianus, luas Kekaisaran meningkat secara drastis. Setelah pembunuhan

28
Caligula pada tahun 41, Senat dianggap berkeinginan untuk memulihkan kekuasaan Republik,
tetapi Garda Praetorian memproklamirkan Claudius sebagai kaisar.

Di bawah pemerintahan Claudius, Kekaisaran melakukan perluasan besar-besaran


pertamanya sejak Augustus. Setelah penerus Claudius, Nero, memutuskan bunuh diri pada tahun
68, Kekaisaran mengalami masa perang saudara singkat dan terjadinya pemberontakan besar di
Yudea, ketika empat jenderal legiun berbeda menyatakan diri sebagai Kaisar. Vespasianus
berhasil meraih kemenangan pada tahun 69 dan mendirikan Dinasti Flavianus, sebelum
digantikan oleh putranya Titus, yang membuka Colosseum tak lama setelah meletusnya Gunung
Vesuvius. Masa jabatannya yang singkat diteruskan oleh saudaranya Domitianus, yang
memerintah selama 15 tahun sebelum akhirnya dibunuh pada tahun 96. Senat kemudian
menunjuk kaisar pertama dari Lima Kaisar Baik. Kekaisaran Romawi mencapai masa
kejayaannya di bawah pemerintahan Trajanus, kaisar kedua dari dinasti Nerva-Antonine.

Periode peningkatan kekacauan dan kemerosotan dimulai pada masa pemerintahan


Commodus. Terbunuhnya Commodus tahun 192 memicu terjadinya Perang Lima Kaisar, yang
dimenangkan oleh Septimius Severus. Pembunuhan Alexander Severus pada tahun 235 memicu
Krisis Abad Ketiga, saat 26 pria dinyatakan sebagai Kaisar oleh Senat Romawi selama lima
puluh tahun. Kekaisaran berhasil distabilkan pada masa pemerintahan Diokletianus dengan
diperkenalkannya Tetrarki, yang ditandai dengan empat Kaisar memerintah Romawi secara
bersamaan. Kebijakan ini pada akhirnya gagal, menyebabkan pecahnya perang saudara yang
kemudian dimenangkan oleh Konstantinus I, yang mengalahkan saingannya dan menjadi
penguasa tunggal Kekaisaran.

Konstantinus kemudian memindahkan ibu kota Romawi timur ke Bizantium, yang kelak
berganti nama menjadi Konstantinopel untuk menghormati sang Kaisar. Konstantinopel tetap
menjadi ibu kota Kekaisaran Timur sampai tahun 1453. Konstantinus juga menetapkan Kristen
sebagai agama negara. Setelah kematian Theodosius I, Kaisar terakhir yang memerintah
Kekaisaran bersatu, kekuasaan Kekaisaran perlahan melemah akibat penyalahgunaan kekuasaan,
perang saudara, invasi dan migrasi bangsa Barbar, reformasi militer, dan depresi ekonomi.
Penjarahan Roma pada tahun 410 oleh suku Visigoth dan tahun 455 oleh bangsa Vandal semakin
mempercepat keruntuhan Kekaisaran Barat, dan pelengseran Kaisar Romulus Augustulus pada
tahun 476 oleh Odoaker dianggap menandai akhir dari Kekaisaran Barat. Kekaisaran Romawi

29
Timur tetap bertahan selama seribu tahun berikutnya, sebelum akhirnya jatuh ke tangan Turki
Utsmani pada tahun 1453.

Kekaisaran Romawi merupakan salah satu kekuatan ekonomi, budaya, politik, dan militer
paling berpengaruh di dunia pada masanya. Kekaisaran ini menjadi kekaisaran terbesar pada
masa antikuitas klasik dan salah satu kekaisaran terluas dalam sejarah dunia. Pada masa
pemerintahan Trajanus, luas wilayah Kekaisaran mencapai 5 juta kilometer persegi dan menjadi
penguasa bagi hampir 70 juta penduduk, atau 21% dari keseluruhan penduduk dunia pada saat
itu. Usianya yang panjang dan wilayahnya yang luas mengakibatkan pengaruh Kekaisaran
Romawi seperti bahasa Latin dan Yunani, budaya, agama, penemuan, arsitektur, filosofi, hukum,
dan bentuk pemerintahan bertahan abadi di negara-negara penerusnya.

Pada masa abad pertengahan Eropa, upaya bahkan dilakukan untuk mendirikan penerus
Kekaisaran Romawi, termasuk negara Tentara Salib, Kekaisaran Rumania, dan Kekaisaran
Romawi Suci. Melalui penjelajahan yang dilakukan oleh Imperium Spanyol, Prancis, Portugis,
Belanda, Italia, Jerman, Britania, dan Belgia, kebudayaan Romawi dan Yunani, atau yang saat
ini dikenal dengan kebudayaan Barat, ikut tersebar ke seluruh dunia dan berperan penting dalam
perkembangan dunia modern.

2.4.1 Sejarah

Roma telah mulai memperluas wilayahnya tak lama setelah berdirinya Republik pada
abad ke-6 SM, meskipun tidak meluas ke luar Italia sampai abad ke-3 SM. Dengan demikian,
Romawi sebenarnya telah menjadi sebuah "kekaisaran" jauh sebelum diperintah oleh seorang
Kaisar. Dalam konteks modern, Republik Romawi bukanlah sebuah negara-bangsa, melainkan
jaringan kota-kota yang diizinkan mengatur dirinya sendiri (meskipun tingkat kemerdekaan yang
diperoleh dari Senat Romawi bervariasi) dan provinsi-provinsi yang dikelola oleh seorang
komandan militer.

Wilayah-wilayah ini tidak diperintah oleh Kaisar, tetapi oleh magistrat yang dipilih setiap
tahun (biasanya oleh Konsul Romawi) sebagai penghubung dengan Senat. Karena berbagai
sebab, abad ke-1 SM merupakan masa pergolakan politik dan militer yang pada akhirnya
menyebabkan Republik diperintah oleh seorang Kaisar. Kekuatan militer konsul tercantum
dalam konsep hukum Romawi "imperium", yang secara harfiah bermakna "perintah" (meskipun

30
dalam arti militer). Kadang-kadang, seorang konsul yang dianggap berhasil diberi gelar
kehormatan Imperator (komandan), dan kata inilah yang kemudian menjadi asal usul kata
"Emperor" (dan "Empire"), karena gelar ini awalnya selalu diberikan kepada Kaisar saat mereka
naik takhta.

Romawi telah mengalami serangkaian panjang konflik internal, konspirasi dan perang
saudara sejak akhir abad ke-2 SM dan seterusnya, bersamaan dengan perluasan wilayah besar-
besaran ke luar Italia. Menjelang akhir periode ini, pada tahun 44 SM, Julius Caesar diangkat
sebagai diktator seumur hidup sebelum akhirnya dibunuh . Faksi pembunuh Caesar diusir dari
Roma dan dikalahkan dalam Pertempuran Phillipi pada tahun 42 SM oleh pasukan yang
dipimpin Mark Antony dan putra angkat Caesar, Oktavianus. Antony dan Oktavianus tidak
sepakat mengenai pembagian Romawi dan pasukan Oktavianus berhasil mengalahkan pasukan
Antony dan Kleopatra dalam Pertempuran Actium tahun 31 SM. Pada tahun 27 SM, Senat dan
Rakyat Roma mengangkat Oktavianus sebagai princeps ("warga negara pertama") dengan
prokonsul imperium, dan dengan demikian memulai Principatus (zaman pertama dalam sejarah
Kekaisaran Romawi, dimulai dari tahun 27 SM sampai 284 M), serta memberinya nama
Augustus ("yang dimuliakan"). Meskipun konstitusi lama tetap dilaksanakan, Augustus pada
kenyataannya mendominasi urusan konstitusional.

Pemerintahan Augustus mengakhiri perang saudara yang telah berlangsung selama satu
abad, dan dianggap memulai periode kemakmuran dan perdamaian yang belum pernah terjadi
sebelumnya. Oleh sebab itu, ia sangat dicintai dan dianggap layak memegang jabatan sebagai
raja de facto, kalau tidak de jure. Pada tahun-tahun pemerintahannya, tatanan konstitusional baru
dibentuk, sehingga setelah kematiannya, tatanan konstitusional baru ini tetap dilaksanakan
seperti sebelumnya ketika Tiberius dinobatkan sebagai Kaisar baru. 200 tahun masa
pemerintahan yang dimulai sejak Augustus secara tradisional dikenal dengan Pax Romana
("Perdamaian Romawi"). Selama periode ini, kejayaan Kekaisaran bertambah dengan
meningkatnya kestabilan sosial dan kemakmuran ekonomi yang belum pernah terjadi
sebelumnya. Pemberontakan di provinsi-provinsi jarang terjadi, tetapi ketika terjadi,
pemberontakan berlangsung dengan "sengit dan cepat", seperti yang terjadi di Britania dan
Galia. Perang Yahudi-Romawi yang berlangsung selama 60 tahun pada paruh kedua abad

31
pertama adalah perang hebat yang terjadi pada awal kekaisaran, baik dari segi lama peperangan
ataupun kekerasan yang dilakukan.

Keberhasilan Augustus dalam menciptakan prinsip-prinsip pergantian takhta dinasti


terhalang oleh sejumlah pewaris yang berbakat dan hidup lebih lama; dinasti Julio-Klaudianus
memiliki empat kaisar yang memerintah Romawi – Tiberius, Caligula, Klaudius, dan Nero.
Dinasti ini digulingkan pada tahun 69 M dalam Perang Empat Kaisar, yang dimenangkan oleh
Vespasianus. Vespasianus menjadi pendiri dinasti Flavianus yang berumur pendek, diikuti oleh
dinasti Nerva–Antonine yang melahirkan "Lima Kaisar Baik": Nerva, Trajanus, Hadrianus,
Antoninus Pius, dan filsuf Marcus Aurelius. Dalam pandangan sejarawan dan pengamat
kontemporer Yunani Dio Cassius, naik takhtanya kaisar Commodus pada tahun 180 M menandai
peralihan dari "kerajaan emas menjadi kerajaan besi" – komentar terkenal yang menyebabkan
beberapa sejarawan, terutama Edward Gibbon, berpendapat bahwa pemerintahan Commodus
menandai dimulainya kemerosotan Kekaisaran Romawi.

Pada tahun 212, pada masa pemerintahan Caracalla, kewarganegaraan Romawi diberikan
kepada semua penduduk merdeka di seluruh Kekaisaran. Namun, meskipun kebijakan ini
diberlakukan secara universal dan bisa dibilang sukses, dinasti Severan yang berkuasa
sesudahnya membawa Romawi ke masa-masa penuh gejolak – masa-masa pemerintahan
terkelam ketika kaisar berkuasa selalu mengakhiri jabatannya dengan dibunuh atau dieksekusi.
Menjelang keruntuhannya, Kekaisaran Romawi dihadapkan pada Krisis Abad Ketiga, suatu
periode yang ditandai oleh banyaknya invasi, konflik sipil, depresi ekonomi, dan serangan
wabah. Dalam mendefinisikan zaman sejarah, krisis ini dipandang sebagai peralihan dari periode
Antikuitas Klasik menuju Antikuitas Akhir.

Diokletianus (memerintah 284-305) membawa Kekaisaran kembali ke ambang


keruntuhan, tetapi ia menolak peran princeps dan menjadi kaisar pertama yang ditunjuk secara
teratur sebagai dominus, master, atau lord. Ini menandai akhir dari "Principatus" dan awal dari
"Dominatus". Pada masa pemerintahan Diokletianus juga berlangsung upaya Kekaisaran dalam
melawan ancaman dari agama Kristen dengan terjadinya Penganiayaan Besar. Kondisi monarki
absolut yang berawal pada masa pemerintahan Diokletianus tetap bertahan sampai jatuhnya
Kekaisaran Romawi Barat pada tahun 476.

32
Kaisar Diokletianus membagi Kekaisaran menjadi empat wilayah yang masing-
masingnya diperintah oleh seorang Kaisar berbeda (Tetrarki). Yakin bahwa ia telah mengatasi
semua permasalahan di Roma, Diokletianus turun takhta bersama rekan-rekan kaisarnya, dan
Tetrarki-pun runtuh. Takhta kemudian diambil alih oleh Konstantinus, yang menjadi kaisar
pertama yang memeluk agama Kristen dan menetapkan Konstantinopel sebagai ibu kota baru
Kekaisaran Timur. Pada dekade pemerintahan dinasti Konstantinianus dan Valentinianus,
Kekaisaran dibagi menjadi poros barat dan timur, dengan pusat kekuasaan berada di Roma dan
Konstantinopel. Masa pemerintahan Julianus, yang berupaya untuk mengembalikan agama
Hellenistik dan Romawi Klasik, hanya berlangsung sebentar dan digantikan oleh Kaisar Kristen.
Theodosius I, kaisar terakhir yang memerintah Timur dan Barat, wafat pada tahun 395 M setelah
menjadikan Kristen sebagai agama resmi Kekaisaran.

Kekaisaran Romawi mulai melemah pada awal abad ke-5 akibat membludaknya migrasi
dan invasi bangsa Jermanik yang membuat Kekaisaran kewalahan untuk menampung dan
melawan para pendatang ini. Kebanyakan kronologi menetapkan akhir Kekaisaran Romawi
Barat pada tahun 476, ketika Romulus Augustulus dipaksa untuk menyerahkan takhta kepada
panglima perang Jermanik Odoaker. Dengan menempatkan dirinya di bawah kekuasaan Kaisar
Timur, bukannya menobatkan dirinya sebagai Kaisar (seperti yang dilakukan oleh pemimpin
suku Jermanik lainnya setelah menggulingkan kaisar), Odoaker mengakhiri kekuasaan
Kekaisaran Barat dengan memutus garis takhta Kaisar Barat. Kontrol Kekaisaran Timur di Barat
mulai berkurang pada abad berikutnya. Kekaisaran Timur—yang saat ini dikenal dengan
Kekaisaran Bizantium, namun pada saat itu masih disebut dengan "Kekaisaran Romawi" atau
beragam nama lainnya—berakhir pada tahun 1453 setelah kematian Konstantinus XI dan
jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Utsmani.

a. Kekaisaran Romawi Barat

Kekaisaran Romawi Barat adalah nama yang diberikan kepada Kekaisaran Romawi sebelah
barat setelah pembagiannya oleh Diocletian. Bagian ini memiliki perbedaan sosial yang banyak
dengan Kerajaan Romawi Timur; di mana yang Timur bertuturkan bahasa Yunani dan kemudian
mengikuti Gereja Ortodoks Timur dan Monofisitisme; dan yang Barat bertuturkan bahasa Latin
dan kemudian mengikuti Katolik Roma.

33
Pada kedua garis tersebut kekaisaran ini benar-benar terpisah, yang timur Hellenistik berhasil
tetap bersatu, berpusat di sekitar budaya Yunani (dan tetap melihat dirinya sebagai "Roma" asli).
Yang Timur telah bersatu, paling tidak secara budaya, sejak saat penaklukan Alexander Agung
pada abad ke-4. Sementara ini, yang barat, meskipun berhubungan dengan Latin, tetapi terdiri
dari budaya yang banyak dan kurang bersatu yang telah terasimilasi oleh orang Roma.

b. Kekaisaran Romawi Timur

Kekaisaran Romawi Timur atau Kekaisaran Bizantium (ejaan lain: Bizantin, Byzantin,
Byzantine, Byzantium) adalah wilayah timur Kekaisaran Romawi yang terutama berbahasa
Yunani pada Abad Kuno dan Pertengahan. Penduduk dan tetangga-tetangga Kekaisaran
Romawi Timur menjuluki negeri ini Kekaisaran Romawi atau Romania (Yunani: Ῥωμανία,
Rōmanía). Kekaisaran ini berpusat di Konstantinopel, dan dikuasai oleh kaisar-kaisar yang
merupakan pengganti kaisar Romawi kuno setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat. Tidak
ada konsensus mengenai tanggal pasti dimulainya periode Romawi Timur. Beberapa orang
menyebut masa kekuasaan Diokletianus (284-305) dikarenakan reformasi-reformasi
pemerintahan yang ia perkenalkan, yang membagi kerajaan tersebut menjadi pars Orientis dan
pars Occidentis.

Pihak lainnya menyebut masa kekuasaan Theodosius I (379-395), atau setelah kematiannya
pada tahun 395, saat kekaisaran terpecah menjadi bagian Timur dan Barat. Ada juga yang
menyebut tahun 476, ketika Roma dijajah untuk ketiga kalinya dalam seabad yang menandakan
jatuhnya Barat (Latin), dan mengakibatkan kaisar di Timur (Yunani) mendapatkan kekuasaan
tunggal. Bagaimanapun juga, titik penting dalam sejarah Romawi Timur adalah ketika
Konstantinus yang Agung memindahkan ibukota dari Nikomedia (di Anatolia) ke Byzantium
(yang akan menjadi Konstantinopel) pada tahun 330.

Negeri ini berdiri selama lebih dari ribuan tahun. Selama keberadaannya, Romawi Timur
merupakan kekuatan ekonomi, budaya, dan militer yang kuat di Eropa, meskipun terus
mengalami kemunduran, terutama pada masa Peperangan Romawi-Persia dan Romawi Timur-
Arab. Kekaisaran ini direstorasi pada masa Dinasti Makedonia, bangkit sebagai kekuatan besar
di Mediterania Timur pada akhir abad ke-10, dan mampu menyaingi Kekhalifahan Fatimiyah.
Setelah tahun 1071, sebagian besar Asia Kecil direbut oleh Turki Seljuk. Restorasi Komnenos

34
berhasil memperkuat dominasi pada abad ke-12, tetapi setelah kematian Andronikos I Komnenos
dan berakhirnya Dinasti Komnenos pada akhir abad ke-12, kekaisaran kembali mengalami
kemunduran.

Romawi Timur semakin terguncang pada masa Perang Salib Keempat tahun 1204, ketika
kekaisaran ini dibubarkan secara paksa dan dipisah menjadi kerajaan-kerajaan Yunani dan Latin
yang saling berseteru. Kekaisaran berhasil didirikan kembali pada tahun 1261 di bawah
pimpinan kaisar-kaisar Palaiologos, tetapi perang saudara pada abad ke-14 terus melemahkan
kekuatan kekaisaran. Sisa wilayahnya dicaplok oleh Kesultanan Utsmaniyah dalam Peperangan
Romawi Timur-Utsmaniyah. Akhirnya, Konstantinopel berhasil direbut oleh Utsmaniyah pada
tanggal 29 Mei 1453, menandai berakhirnya Kekaisaran Romawi Timur.

2.4.2 Geografi dan demografi.

Kekaisaran Romawi adalah salah satu kekaisaran terbesar dalam sejarah, dengan wilayah
kekuasaan yang saling bersebelahan di seluruh Eropa, Afrika Utara, dan Timur Tengah. Frasa
bahasa Latin imperium sine fine ("kekaisaran tanpa ujung") menunjukkan ideologi tidak ada
waktu ataupun ruang yang membatasi Kekaisaran. Dalam puisi epik Vergil, Aeneid, disebutkan
bahwa kekaisaran yang tidak terbatas ini dianugerahkan kepada bangsa Romawi oleh dewa
agung Jupiter. Klaim kekuasaan universal ini diperkukuh dan diperbarui ketika Kekaisaran
berada di bawah pemerintahan Kristen pada abad ke-4.

Pada kenyataannya, sebagian besar ekspansi Romawi dilakukan pada masa Republik,
meskipun sebagian Eropa utara ditaklukkan pada abad ke-1 M, ketika kontrol Romawi di Eropa,
Afrika, dan Asia semakin kuat. Pada masa pemerintahan Augustus, sebuah peta dunia
ditampilkan untuk pertama kalinya di hadapan khalayak di Roma, sebanding dengan komposisi
karya geografi politik paling komprehensif yang selamat dari zaman kuno, Geographica karya
penulis Yunani Strabo. Saat Augustus wafat, karyanya ini (Res Gestae) tetap digunakan sebagai
pedoman untuk mengkaji masyarakat dan tempat-tempat di dalam Kekaisaran. Geografi, sensus,
dan pemeliharaan catatan-catatan tertulis merupakan perhatian utama administrasi Kekaisaran
Romawi.

Kekaisaran Romawi mencapai ekspansi terluasnya di bawah pemerintahan Trajanus (98–


117), meliputi wilayah seluas 5 juta kilometer persegi yang saat ini terbagi menjadi 40 negara

35
modern berbeda. Jumlah penduduknya secara tradisional diperkirakan 55–60 juta jiwa, atau
seperenam hingga seperempat dari keseluruhan penduduk dunia pada saat itu. Hal ini
menjadikan Kekaisaran Romawi sebagai entitas politik dengan jumlah penduduk terbanyak di
Barat hingga pertengahan abad ke-19. Kajian demografi terbaru berpendapat bahwa jumlah
penduduk Romawi pada puncaknya mencapai 70 juta hingga lebih dari 100 juta jiwa. Tiga kota
terbesar di Kekaisaran—Roma, Aleksandria, dan Antiokhia— berukuran hampir dua kali lipat
dari ukuran kota-kota Eropa pada awal abad ke-17.

Sebagaimana diungkapkan oleh sejarawan Christopher Kelly:

“Dahulu kekaisaran membentang dari Tembok Hadrian di wilayah berhujan Inggris


utara ke tepi sungai Efrat di Suriah; dari sungai besar Rhine–Danube, yang mengalir di
sepanjang wilayah subur, di wilayah datar Eropa dari Negara-Negara Rendah sampai
ke Laut Hitam; melintasi dataran kaya di pesisir Afrika Utara dan belahan Lembah Nil
di Mesir. Kekaisaran benar-benar mengelilingi Mediterania ... yang dijuluki oleh para
penakluknya dengan mare nostrum—'laut kita'.”

Penerus Trajanus, Hadrianus, menerapkan kebijakan mempertahankan ketimbang


memperluas wilayah kekaisaran. Pada masa pemerintahannya, perbatasan (fines) ditandai dan
garis perbatasan (limites) dijaga tentara Romawi. Perbatasan yang paling dijaga ketat adalah
wilayah yang paling tidak stabil. Tembok Hadrian, yang memisahkan wilayah Romawi dari
wilayah yang mereka anggap rentan terhadap ancaman barbar, adalah monumen perbatasan
utama yang masih selamat hingga saat ini.

2.4.3 Bahasa

Bahasa Kekaisaran Romawi adalah Latin. Menurut Virgil, bahasa Latin merupakan
sumber persatuan dan tradisi bangsa Romawi. Hingga pemerintahan Aleksander Severus (222–
235), akta kelahiran dan surat wasiat warga Romawi harus ditulis dalam bahasa Latin. Latin
adalah bahasa resmi pengadilan dan militer di seluruh Kekaisaran, tetapi penggunaannya tidak
dipaksakan secara resmi kepada masyarakat yang berada di bawah kekuasaan Romawi.
Kebijakan ini bertentangan dengan yang dilakukan oleh Aleksander Agung, yang bertujuan
menjadikan bahasa Yunani sebagai bahasa resmi di seluruh kekaisarannya. Sebagai konsekuensi
dari penaklukkan Aleksander, bahasa Yunani Koine telah menjadi bahasa pergaulan di

36
Mediterania timur dan Asia Minor. "Perbatasan linguistik" membagi Barat Latin dan Timur
Yunani melalui semenanjung Balkan.

Warga Romawi yang menempuh pendidikan elite mempelajari bahasa Yunani sebagai
bahasa sastra, dan sebagian besar pria kelas atas mampu menuturkan bahasa Yunani. Kaisar-
kaisar dari dinasti Julio-Klaudianus mendorong penggunaan bahasa Latin yang benar dan
berstandar tinggi (Latinitas), pergerakan linguistik yang di dunia modern dikenal dengan bahasa
Latin Klasik, dan lebih menyukai penggunaan bahasa Latin dalam urusan-urusan resmi.
Klaudius berupaya untuk membatasi penggunaan bahasa Yunani, dan bahkan mencabut
kewarganegaraan orang-orang yang tidak menguasai bahasa Latin. Meskipun demikian,
Klaudius, yang menguasai kedua bahasa tersebut, masih menuturkan bahasa Yunani ketika
berbicara dengan perwakilan Yunani di Senat. Suetonius menjuluki sang Kaisar dengan
"bilingualis kami".

Di Kekaisaran Timur, dokumen resmi dan pengadilan secara teratur diterjemahkan ke


dalam bahasa Yunani dari Latin. Penggunaan bahasa ini secara berdampingan bisa ditemui pada
prasasti-prasasti dwibahasa, yang terkadang ditulis bolak-balik antara bahasa Yunani dan Latin.
Setelah semua penduduk merdeka di Kekaisaran diberi hak untuk memilih bahasa yang hendak
mereka tuturkan pada tahun 212 M, sebagian besar warga Romawi tidak menguasai bahasa
Latin, meskipun mereka masih diwajibkan untuk mengetahui setidaknya tanda baca, dan bahasa
Latin tetap saja menjadi penanda "keromawian".

Reformasi lainnya dilakukan pada masa pemerintahan kaisar Diokletianus (284–305),


yang berupaya untuk kembali menjadikan bahasa Latin sebagai "bahasa kekuasaan." Pada awal
abad ke-6, kaisar Justinianus berupaya untuk menegaskan kembali status bahasa Latin sebagai
bahasa hukum, meskipun pada saat itu Latin tidak lagi memiliki pijakan sebagai bahasa
pergaulan di Timur.

Studi menunjukkan adanya penggunaan bahasa daerah secara berkelanjutan selain bahasa
Yunani dan Latin, terutama di Mesir, yang didominasi oleh Koptik, dan di wilayah-wilayah
militer di sepanjang sungai Rhine dan Danube. Para hakim Romawi juga menunjukkan
kepedulian terhadap bahasa-bahasa daerah seperti bahasa Punisia, Galia, dan Aram untuk
memastikan pemahaman hukum dan pengucapan sumpah yang benar. Di provinsi Afrika,

37
Punisia digunakan sebagai legenda koin pada masa pemerintahan Tiberius (abad ke-1 M), dan
prasasti berbahasa Punisia muncul di bangunan-bangunan umum pada abad ke-2 M, beberapa di
antaranya bilingual dengan bahasa Latin. Di Suriah, tentara Tadmur bahkan menggunakan dialek
Aram sebagai inskripsi, bertentangan dengan peraturan yang menetapkan Latin sebagai bahasa
militer.

Papirus Arsip Babatha adalah contoh sugestif penerapan multilingualisme di Kekaisaran


Romawi. Papirus ini, yang dinamakan menurut seorang wanita Yahudi di provinsi Arabia dan
berasal dari tahun 93-132 M, sebagian besarnya menggunakan bahasa Aram (bahasa daerah
setempat) dan ditulis dalam aksara Yunani dengan pengaruh bahasa Semit dan Latin.

Dominasi bahasa Latin di kalangan kaum elite terpelajar turut menghambat


keberlangsungan bahasa lisan, karena hampir semua kebudayaan di dalam Kekaisaran Romawi
bersifat lisan. Di Barat, bahasa Latin, atau bentuk lisannya disebut dengan Latin Vulgar, secara
bertahap menggantikan bahasa Keltik dan Italik yang dulunya berakar dari rumpun bahasa Indo-
Eropa. Adanya persamaan sintaks dan kosakata turut mempermudah pengadopsian bahasa Latin.
Bahasa Basque, yang bukan cabang bahasa Indo-Eropa, berhasil bertahan dari dominasi Latin di
wilayah Pyrenees.

Setelah desentralisasi kekuasaan politik pada akhir zaman kuno, Latin berkembang secara
kedaerahan menjadi sejumlah rumpun bahasa seperti rumpun bahasa Roman, yang meliputi
bahasa Spanyol, Portugis, Prancis, Italia, dan Rumania. Sebagai bahasa internasional pendidikan
dan sastra, Latin tetap menjadi media aktif untuk berekspresi dalam bidang diplomasi dan
pengembangan intelektual sejak Humanisme Renaisans hingga abad ke-17, dan dalam bidang
hukum dan di kalangan Gereja Katolik Roma sampai saat ini.

Meskipun bahasa Yunani tetap menjadi bahasa Kekaisaran Bizantium, persebaran


linguistik bahasa ini di Romawi Timur lebih kompleks. Mayoritas penduduk penutur bahasa
Yunani tinggal di kepulauan dan semenanjung Yunani, di Anatolia barat, kota-kota besar, dan di
sebagian kecil wilayah pesisir. Seperti Yunani dan Latin, bahasa Trakian berakar dari bahasa
Indo-Eropa, serta beberapa bahasa di Anatolia yang saat ini sudah punah, dibuktikan melalui
prasasti-prasasti yang berasal dari era Kekaisaran. Beragam bahasa Afro-Asia—terutama Koptik

38
di Mesir dan Aram di Suriah dan Mesopotamia—tak pernah tergantikan oleh bahasa Yunani. Di
samping itu, penggunaan internasional bahasa Yunani adalah salah satu faktor yang turut
berperan dalam penyebaran agama Kristen, misalnya penggunaan bahasa Yunani dalam Surat-
Surat Paulus.

39
2.4.4 Masyarakat

Kekaisaran Romawi adalah kekaisaran yang sangat multikultural, dengan "kapasitas


kohesif yang mengagumkan" untuk menciptakan rasa identitas bersama yang meliputi beragam
masyarakat di dalam sistem politiknya untuk jangka waktu yang lama. Upaya Romawi dalam
membangun monumen publik dan ruang komunal yang diperuntukkan bagi semua warga—
seperti forum, amfiteater, trek balapan dan pemandian umum—membantu menumbuhkan rasa
"keromawian" (Romanness).

Masyarakat Romawi memiliki hierarki sosial yang beragam dan saling tumpang tindih,
yang tidak bisa dijelaskan secara akurat oleh konsep "kelas" di zaman modern.Perang saudara
yang berlangsung selama dua dekade sebelum Augustus naik ke tampuk kekuasaan
mengakibatkan masyarakat Roma berada dalam situasi kebingungan dan pergolakan,tetapi tidak
berdampak secara langsung terhadap redistribusi kekayaan dan kekuasaan sosial. Dari perspektif
masyarakat kelas bawah, puncak tersebut semata-mata ditambahkan ke piramida
sosial.Hubungan personal—patronasi, persahabatan (amicitia), keluarga, pernikahan—tetap
memengaruhi cara kerja politik dan pemerintahan, sama seperti pada masa Republik. Meskipun
demikian, pada masa pemerintahan Nero, adalah hal yang tidak biasa jika menemukan seorang
bekas budak yang lebih kaya dari warga negara merdeka, atau seorang penunggang kuda yang
lebih berkuasa dari seorang senator.

Kekaburan atau difusi hierarki yang lebih kaku pada masa Republik menyebabkan
meningkatnya mobilitas sosial pada masa Kekaisaran,baik mobilitas ke atas maupun ke bawah,
hingga ke tingkat yang melampaui kehidupan sosial masyarakat kuno lainnya yang
terdokumentasikan dengan baik. Wanita, warga negara merdeka, dan budak memiliki
kesempatan untuk memanfaatkan dan menggunakan pengaruh melalui cara-cara yang
sebelumnya tidak tersedia bagi mereka.Kehidupan sosial di Kekaisaran Romawi, terutama bagi
mereka yang memiliki sumber daya pribadi terbatas, semakin terbantu dengan adanya proliferasi
perkumpulan sukarela dan persaudaraan (collegium dan Sodales), yang dibentuk untuk berbagai
tujuan: serikat profesional dan pedagang, grup veteran, persaudaraan religius, klub minum dan
makan,rombongan seni pertunjukan,dan penyelenggara pemakaman.

40
2.4.5 Status hukum

Menurut yuris Gaius, perbedaan utama dalam "hukum individu" Romawi adalah
penggolongan manusia menjadi dua status, yakni merdeka (liberi) dan budak (servi). Status
hukum warga merdeka dapat didefinisikan lebih lanjut melalui kewarganegaraan mereka. Pada
awal kekaisaran, hanya pria tertentu yang berhak menerima status kewarganegaraan Romawi,
yang memungkinkan mereka untuk memilih, mencalonkan diri untuk jabatan pemerintahan, dan
menjadi imamat. Sebagian besar warga negara memiliki hak yang terbatas (ius Latinum, "hak-
hak Latin"), tetapi masih berhak memperoleh perlindungan hukum dan hak-hak lainnya yang
tidak bisa dinikmati oleh orang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Orang-orang merdeka
yang tidak dianggap sebagai warga negara namun tinggal di wilayah Romawi menyandang status
peregrini, atau non-Romawi. Pada tahun 212 M, dengan diberlakukannya dekret Constitutio
Antoniniana, Kaisar Caracalla memberi status kewarganegaraan kepada seluruh penduduk
merdeka di wilayah Kekaisaran. Egalitarianisme hukum ini membutuhkan revisi dari hukum
yang telah ada untuk membedakan antara warga negara dan non-warga negara.

a. Wanita sebagai entitas hukum

Wanita Romawi yang terlahir merdeka dianggap sebagai warga negara, baik di Republik
maupun di Kekaisaran, tetapi tidak memiliki hak pilih, tidak diperbolehkan memegang jabatan
politik, atau bertugas di militer. Status kewarganegaraan seorang ibu menentukan status
kewarganegaraan anak-anaknya, seperti yang ditunjukkan dalam frasa ex duobus civibus
Romanis natos ("anak-anak lahir dari dua warga negara Romawi").Wanita Romawi tetap
menggunakan nama keluarganya (nomen) seumur hidup. Anak-anak paling sering memakai
nama ayahnya, namun terkadang juga mengambil sebagian nama ibunya, atau bahkan
sepenuhnya menggunakan nama ibu ketimbang nama ayah.

Bentuk arkais pernikahan manus ketika wanita tunduk pada perintah suaminya umumnya
telah ditinggalkan pada era Kekaisaran, dan wanita yang sudah menikah tetap memiliki seluruh
harta yang ia bawa ke rumah suaminya. Secara teknis, seorang wanita tetap berada di bawah
kewenangan hukum ayahnya, meskipun ia telah pindah ke rumah suaminya, dan ketika ayahnya
meninggal dunia, maka ia secara hukum menjadi wanita bebas.Kebijakan ini merupakan salah
satu faktor yang membuat wanita Romawi menikmati kebebasan yang jauh lebih baik jika

41
dibandingkan dengan kebudayaan kuno lainnya dan bahkan hingga zaman modern:meskipun ia
bertanggung jawab kepada ayahnya secara hukum, ia bebas dari pengawasan langsung dalam
kehidupan sehari-hari,dan suaminya tidak memiliki kekuatan hukum atas dirinya. Di Romawi,
menjadi suatu kebanggaan bagi seorang wanita yang menikah hanya satu kali dalam hidupnya
(univira); ada sedikit stigma sosial yang melekat terhadap perceraian, atau menikah kembali
setelah bercerai atau ditinggal mati suami.

Anak perempuan memiliki hak waris yang sama dengan anak laki-laki jika ayah mereka
meninggal dunia tanpa meninggalkan surat wasiat. Seorang ibu di Romawi juga berhak memiliki
kekayaan pribadi dan menjualnya jika menurutnya tidak sesuai, berhak menulis surat wasiatnya
sendiri, dan memberikan pengaruh besar kepada anak-anaknya bahkan ketika mereka dewasa.

Sebagai bagian dari program Augustan untuk mengembalikan nilai moral dan tatanan sosial,
undang-undang moral berupaya untuk mengatur perilaku perempuan dalam rangka
mempromosikan"nilai-nilai keluarga". Perzinaan, yang menjadi urusan pribadi keluarga pada
masa Republik, telah dikriminalisasikan pada masa Kekaisaran,dan secara luas diartikan sebagai
"kegiatan seks terlarang (stuprum) yang terjadi antara warga negara pria dengan seorang wanita
yang sudah menikah, atau antara seorang wanita yang sudah menikah dengan pria yang bukan
suaminya".Kemampuan melahirkan didorong oleh pemerintah: seorang wanita yang telah
melahirkan tiga anak dianugerahkan penghargaan simbolis dan diberikan kebebasan hukum yang
lebih besar (ius trium liberorum).

Karena status hukumnya sebagai warga negara dan besarnya tingkat emansipasi, wanita di
Kekaisaran Romawi bisa memiliki harta sendiri, melakukan kontrak kerja, dan terlibat dalam
bisnis,termasuk bisnis pengapalan, manufaktur, dan peminjaman uang. Prasasti yang ditemukan
di seluruh Kekaisaran menuliskan penghormatan terhadap wanita sebagai dermawan yang
mendanai pekerjaan umum, yang menunjukkan bahwa wanita Romawi bisa mengumpulkan dan
menghabiskan kekayaannya sendiri; sebagai contoh, pembangunan Arch of the Sergii didanai
oleh Salvia Postuma, seorang wanita anggota keluarga bangsawan, dan bangunan terbesar di
forum di Pompeii didanai oleh Eumachia, seorang imam wanita Venus.

42
b. Budak dan hukum

Pada saat Augustus berkuasa, sebanyak 35 persen warga Italia adalah budak,sehingga
menjadikan Roma sebagai salah satu dari lima "kota budak" bersejarah, yang mana budak
berjumlah sekurang-kurangnya seperlima dari total penduduk dan memainkan peran penting
dalam perekonomian. Perbudakan adalah lembaga kompleks yang turut mendukung struktur
sosial tradisional Romawi serta memberikan kontribusi terhadap utilitas ekonomi. Di wilayah
perkotaan, budak mungkin sama profesionalnya dengan seorang guru, dokter, koki, dan akuntan,
selain kebanyakan budak tidak terlatih dan terampil yang bekerja di rumah tangga atau pabrik.
Pertanian dan industri, seperti penggilingan dan pertambangan, sangat mengandalkan eksploitasi
budak.

Di luar Italia, jumlah budak diperkirakan 10 sampai 20 persen dari jumlah penduduk,
lebih jarang di Mesir Romawi tetapi lebih terkonsentrasi di beberapa wilayah Yunani. Perluasan
lahan pertanian dan industri oleh Kekaisaran turut memengaruhi praktik-praktik perbudakan
yang sudah ada di provinsi-provinsi Romawi.Meskipun lembaga-lembaga perbudakan dianggap
sudah memudar pada abad ke-3 dan ke-4, perbudakan tetap menjadi bagian integral dari
masyarakat Romawi hingga abad ke-5. Perbudakan berhenti secara bertahap pada abad ke-6 dan
ke-7 bersamaan dengan kemunduran pusat-pusat perkotaan di Barat dan disintegrasi
perekonomian Kekaisaran yang menyebabkan berkurangnya permintaan terhadap tenaga budak.

Hukum yang mengatur perbudakan di Kekaisaran Romawi "sangat rumit".Di bawah


hukum Romawi, budak dianggap properti dan tidak memiliki hukum perorangan. Mereka bisa
dikenakan hukuman fisik yang tidak biasa dikenakan pada warga negara, eksploitasi seksual,
penyiksaan, dan eksekusi kilat. Seorang budak secara hukum tidak bisa diperkosa, karena
pemerkosaan hanya bisa dilakukan terhadap orang-orang merdeka; pemerkosa budak dapat
dituntut oleh pemiliknya karena telah merusak "propertinya", sesuai dengan Hukum
Aquilia.Budak tidak memiliki hak untuk menikah secara sah (conubium), tetapi hubungan antara
sepasang budak terkadang diakui, dan jika kedua budak tersebut dibebaskan, maka mereka bisa
menikah secara sah.Setelah Perang Budak pada zaman Republik, undang-undang pada masa
pemerintahan Augustus dan penerusnya semakin menekan dan membatasi jumlah serikat budak,
dan perintah untuk memburu budak buronan.

43
Secara teknis, budak tidak diperkenankan untuk memiliki properti,tetapi seorang budak
yang bekerja menjalankan bisnis memiliki akses terhadap harta atau dana seseorang (peculium)
yang keuntungannya bisa ia gunakan seolah-olah hartanya sendiri. Istilah "harta" ini beragam,
tergantung pada tingkat kepercayaan dan kerja sama antara pemilik dan budak: seorang budak
yang memiliki kecakapan bisnis bisa dengan lebih mudah menghasilkan keuntungan, dan
mungkin diperbolehkan untuk memiliki peculium yang bisa ia gunakan untuk membayar budak
lainnya.Budak juga memiliki hierarki di rumah atau di tempat kerjanya, yakni ketika seorang
budak juga bertindak sebagai tuan bagi budak lainnya.

Seiring waktu, perlindungan hukum yang diperoleh budak semakin meningkat, termasuk
hak untuk mengajukan keluhan terhadap tuan mereka. Dalam nota pembelian, terdapat klausul
yang menjelaskan bahwa budak tidak boleh dipekerjakan sebagai pelacur, karena kebanyakan
pelacur di Romawi kuno adalah budak.Berkembangnya perdagangan budak kasim pada akhir
abad ke-1 menyebabkan dikeluarkannya undang-undang yang melarang pengebirian budak jika
bertentangan dengan keinginannya."

Perbudakan di Romawi tidak didasarkan pada "ras" dalam pengertian modern.Ketika


perbudakan sedang meluas pada masa Republik, tawanan perang merupakan sumber utama yang
dijadikan budak. Di antara para tawanan perang yang dijadikan budak, penaklukkan Yunani telah
membawa sejumlah budak yang sangat terampil dan berpendidikan ke Roma. Budak juga
diperjualbelikan di pasar-pasar, dan terkadang dijual oleh bajak laut Sisilia. Penelantaran bayi
dan menjual diri sendiri sebagai budak yang umum terjadi di kalangan warga miskin adalah
sumber perbudakan lainnya.Vernae, sebaliknya, adalah budak "asli Romawi" yang lahir dari
budak wanita di rumah tangga perkotaan, di perkebunan, atau wilayah pertanian. Meskipun
mereka tidak memiliki status hukum khusus, pemilik yang menganiaya atau gagal menjaga para
vernae ini akan mendapat cibiran sosial, karena para vernae sudah dianggap sebagai bagian dari
familia, rumah tangga keluarga, atau dalam beberapa kasus mungkin sebenarnya anak dari pria
merdeka dalam keluarga tersebut.

44
Budak yang berbakat dan memiliki kecakapan bisnis mungkin mampu mengumpulkan
peculium yang cukup besar untuk membebaskan diri mereka dari perbudakan (manumisi).
Manumisi ini cukup sering terjadi sehingga pada abad ke-2 SM, hukum (Lex Fufia Caninia)
disahkan untuk membatasi jumlah budak yang boleh dibebaskan oleh si pemilik atas
keinginannya sendiri.

c. Bekas budak

Roma berbeda dengan negara-kota Yunani dalam mengizinkan budak yang telah
dibebaskan untuk menjadi warga negara. Setelah dibebaskan, seorang budak yang dulunya
dimiliki oleh warga negara Romawi tidak hanya menikmati kebebasan pasif dari pemiliknya,
tetapi juga memperoleh kebebasan politik aktif (libertas), termasuk hak untuk memberi
suara.Budak yang telah memperoleh libertas disebut dengan libertus ("orang bebas," untuk
wanita: liberta), sedangkan mantan tuannya akan menjadi patron (patronus, pelindung): kedua
belah pihak masih tetap memiliki kewajiban adat dan hukum satu sama lainnya. Dalam kelas
sosial, budak yang telah bebas disebut dengan libertini, meskipun di kemudian hari para penulis
lebih suka menggunakan istilah libertus dan libertinus.

Seorang libertinus tidak berhak memegang jabatan publik atau imamat tertinggi negara,
tetapi ia bisa memainkan peran imam dalam kultus kaisar. Seorang libertinus juga tidak boleh
menikahi wanita dari keluarga berpangkat senator, ataupun meraih pangkat senator secara sah,
tetapi pada awal Kekaisaran, banyak bekas budak yang memegang jabatan kunci di birokrasi
pemerintahan, sehingga Kaisar Hadrianus membatasi partisipasi mereka secara hukum. Anak-
anak yang lahir dari bekas budak akan berstatus merdeka dengan hak kewarganegaraan penuh.

Kesuksesan para bekas budak—baik dari segi pengaruh politik ataupun dari segi
kekayaan—merupakan karakteristik masyarakat Kekaisaran awal. Kemakmuran kelompok
berprestasi tinggi yang berasal dari bekas budak disebutkan dalam prasasti-prasasti di seluruh
Kekaisaran, dan melalui kepemilikan sejumlah rumah mewah di Pompeii, misalnya House of the
Vettii. Keberadaan bekas budaknouveau riche dikisahkan lewat karakter Trimalchio dalam
Satyricon karya Petronius, yang ditulis pada masa pemerintahan Nero.

45
2.4.6 Kelas social

Kata Latin ordo (jamak: ordines) mengacu pada perbedaan sosial yang bisa
diterjemahkan dalam beragam kata seperti "kelas", "ordo", dan "peringkat", meskipun tak ada
yang benar-benar mendekati makna sebenarnya. Salah satu tujuan sensus Romawi adalah untuk
menentukan ke dalam ordo mana seseorang harus digolongkan. Dua ordines tertinggi di Roma
adalah ordo senator dan penunggang kuda. Di luar Roma, dekurion, juga dikenal dengan curiales
(bahasa Yunani: bouleutai), adalah ordo tertinggi di tiap-tiap kota.

"Senator" bukanlah merupakan jabatan terpilih di Romawi kuno; seseorang memperoleh


izin untuk masuk Senat setelah ia diangkat dan menjabat selama satu periode sebagai magistrat
eksekutif. Seorang senator juga harus memenuhi syarat kepemilikan properti senilai 1 juta
sestertii, yang ditentukan melalui sensus. Kaisar Nero memberi hadiah uang dalam jumlah besar
kepada beberapa calon senator dari keluarga-keluarga kuno yang terlalu miskin untuk memenuhi
syarat pengangkatan sebagai senator. Tidak semua pria yang memenuhi syarat ordo senatorius
bisa dipilih untuk mengisi kursi Senat, yang juga mensyaratkan hukum domisili di wilayah
Roma. Kaisar seringkali mengisi kekosongan jabatan 600 anggota Senat melalui kesepakatan
tertentu. Putra senator secara otomatis masuk ordo senatorius, tetapi ia juga mesti memiliki
kemampuan dan memenuhi persyaratan untuk dipilih sebagai Senat. Seorang senator bisa
diberhentikan karena melanggar standar moral; sebagai contoh, ia dilarang menikahi bekas
budak atau bertarung di arena.

Pada masa Nero, kebanyakan senator berasal dari Roma dan wilayah Italia lainnya,
dengan sebagian kecil dari semenanjung Iberia dan Prancis selatan; para pria dari provinsi
penutur bahasa Yunani di Timur mulai bergabung dengan Senat pada masa pemerintahan
Vespasianus. Senator pertama dari provinsi paling Timur, Kapadokia, diangkat oleh Kaisar
Marcus Aurelius.Pada masa dinasti Severanus (193–235), sekitar separuh anggota Senat adalah
orang Italia.Pada abad ke-3 M, persyaratan harus berdomisili di Roma tidak lagi dianggap
praktis, dan prasasti-prasasti yang ditemukan membuktikan bahwa para senator yang aktif
berpolitik mewakili tanah air mereka masing-masing (patria).

46
Senator memiliki aura prestise dan merupakan kelas pemerintahan tradisional yang
meraih kejayaan melalui cursus honorum, atau jenjang karier politik. Meskipun demikian,
penunggang kuda di Kekaisaran seringkali memiliki kekayaan dan kekuatan politik yang lebih
besar jika dibandingkan dengan senator. Keanggotaan dalam ordo ekuestrian berdasarkan pada
jumlah harta yang dimiliki; di Roma, pada awalnya equites atau kesatria digolongkan menurut
kemampuan mereka dalam melayani Kekaisaran sebagai prajurit berkuda, meskipun layanan
kavaleri merupakan fungsi yang terpisah dalam Kekaisaran. Jika hasil sensus menunjukkan
seseorang memiliki kekayaan lebih dari 400.000 sesterces dan tiga generasi yang lahir sebagai
warga merdeka, maka orang tersebut dianggap memenuhi syarat untuk menjadi penunggang
kuda.Sensus pada tahun 28 SM menemukan sejumlah besar pria yang memenuhi syarat, dan
dalam sensus tahun 14 M, sekitar seribu penunggang kuda terdaftar di wilayah Cadiz dan
Padua.Penunggang kuda meraih kejayaan melalui jenjang karier militer (tres militiae) hingga
menjadi prefek dan prokurator berkedudukan tinggi di dalam pemerintahan Kekaisaran.

Masuknya orang-orang dari provinsi ke dalam ordo ekuestrian dan senator merupakan
aspek mobilitas sosial pada tiga abad pertama pemerintahan Kekaisaran.Aristokrasi Romawi
berdasarkan pada persaingan. Tidak seperti kebangsawanan Eropa di kemudian hari, keluarga
Romawi tidak bisa mewariskan statusnya secara turun-temurun atau melalui gelar.Menjadi
anggota ordines yang lebih tinggi memang mendatangkan perbedaan dan keistimewaan, tetapi di
sisi lain juga mendatangkan tanggung jawab besar. Pada zaman kuno, perkembangan sebuah
kota tergantung pada warga terpandang yang mendanai pekerjaan-pekerjaan umum, acara, dan
jasa (munera), bukannya tergantung pada penerimaan pajak yang umumnya dimanfaatkan untuk
mendukung kemiliteran. Untuk mempertahankan statusnya, seseorang harus mengeluarkan harta
pribadi yang cukup besar. Decurion (dewan kota) berperan penting dalam menjalankan fungsi-
fungsi kota di Kekaisaran. Jika posisi dewan kota mengalami kekosongan, orang-orang yang
berkuasa di Senat akan diberhentikan oleh pemerintah pusat, menyerahkan kursi mereka dan
kembali ke kota masing-masing untuk menjadi dewan kota. Upaya ini bertujuan untuk
mempertahankan kehidupan sipil.

Kelak di Kekaisaran, gelar dignitas ("layak, terpandang") yang disematkan pada senator
dan penunggang kuda diperhalus lagi dengan gelar seperti vir illustris, "pria termasyhur".
Sebutan clarissimus (bahasa Yunani: lamprotatos) digunakan untuk mengacu pada dignitas

47
senator tertentu dan anggota keluarganya, termasuk para wanita. "Pangkat" untuk penunggang
kuda sangat banyak. Orang-orang yang melayani Kekaisaran diberi pangkat berdasarkan bayaran
(sexagenarius, 60.000 sesterces per tahun; centenarius, 100.000; ducenarius, 200.000). Gelar
eminentissimus, "paling unggul" (bahasa Yunani: exochôtatos) diberikan pada penunggang kuda
yang telah menjadi prefek Praetorian. Pangkat penunggang kuda tertinggi adalah perfectissimi,
"paling terkemuka" (bahasa Yunani: diasêmotatoi), sedangkan yang paling rendah adalah
egregii, "luar biasa" (bahasa Yunani: kratistos).

a. Ketidakadilan

Setelah prinsip-prinsip hukum kesetaraan warga negara pada masa Republik memudar,
hak-hak sosial dan simbolis masyarakat Romawi secara tidak resmi terbagi menjadi dua
golongan, yakni orang-orang yang mendapat penghormatan lebih besar (honestiores) dan rakyat
biasa (humiliores). Secara umum, honestiores adalah anggota dari tiga "ordo" tertinggi, termasuk
jabatan perwira militer tertentu. Pemberian hak kewarganegaraan universal pada tahun 212
diduga telah meningkatkan dorongan untuk berkompetisi di kalangan kelas atas, umumnya untuk
menunjukkan superioritas mereka atas warga negara lainnya, terutama dalam sistem peradilan.

Pemberian hukuman tergantung pada pengadilan dari pejabat resmi yang menilai
"kelayakan" (dignitas) terdakwa: seorang honestior bisa membayar denda jika divonis bersalah
melakukan kejahatan, sedangkan humilior akan menerima cambukan. Hukuman mati, yang
jarang dijatuhkan kepada pria merdeka pada masa Republik, bisa berlangsung dengan cepat dan
tanpa rasa sakit pada warga negara Kekaisaran yang dianggap "lebih terhormat", sedangkan
warga negara biasa yang dianggap lebih rendah mungkin terlebih dahulu dianiaya dan dikenakan
penyiksaan yang sebelumnya hanya diberlakukan kepada budak, misalnya penyaliban dan
diperlakukan seperti binatang di hadapan penonton di arena. Pada awal Kekaisaran, orang-orang
yang pindah ke agama Kristen bisa kehilangan posisi sebagai honestiores, terutama jika mereka
menolak memenuhi tanggung jawab sebagai warga negara karena aspek agama, dan juga
menjadi subjek hukuman yang menciptakan kondisi kemartiran.

48
2.4.7 Pemerintahan dan militer

Tiga elemen utama dalam Kekaisaran Romawi adalah pemerintahan pusat, militer, dan
pemerintahan provinsi. Militer mengontrol suatu wilayah semasa perang, tetapi setelah kota atau
rakyatnya menjadi bagian dari Romawi, tugas militer ini beralih kepada kepolisian, yang
fungsinya melindungi warga negara Romawi (setelah 212 M semua penduduk bebas di
Kekaisaran), melindungi lahan pertanian yang memberi mereka makan, dan tempat-tempat
ibadah. Tanpa instrumen modern seperti komunikasi dan pemusnahan massal, warga Romawi
tidak akan memiliki kekuatan atau sumber daya yang cukup untuk memaksakan kekuasaan
mereka dengan kekuatan sendiri. Kerja sama dengan elite penguasa lokal diperlukan untuk
menjaga ketertiban, mengumpulkan informasi, dan meraup pendapatan. Warga Romawi
seringkali memanfaatkan perpecahan politik dengan mendukung salah satu faksi ketimbang yang
lainnya: dalam pandangan Plutarch, "ini merupakan perselisihan antara faksi di kota-kota yang
menyebabkan dicabutnya pemerintahan-mandiri". Masyarakat yang menunjukkan loyalitas pada
Romawi bisa menegakkan hukum mereka sendiri, berhak mengumpulkan pajak secara
kedaerahan, dan bahkan dibebaskan dari pajak Romawi. Hak-hak hukum dan kemerdekaan
merupakan insentif yang diperoleh jika bisa mempertahankan hubungan yang baik dengan
Roma. Pemerintahan Romawi memang terbatas, tetapi efisien dalam mengelola sumber daya
yang tersedia.

a. Pemerintahan pusat

Dominasi kaisar berdasarkan pada konsolidasi kekuasaan tertentu dari sejumlah pejabat
Republik, termasuk tribune rakyat yang tidak dapat diganggu gugat dan wewenang censor untuk
memanipulasi hierarki masyarakat Romawi. Kaisar juga menobatkan dirinya sebagai otoritas
keagamaan sentral seperti Pontifex Maximus, dan memiliki hak terpusat untuk menyatakan
perang, mengesahkan perjanjian, dan berunding dengan pemimpin asing. Meskipun fungsi ini
terdefenisikan dengan sangat jelas pada masa Principatus, kekuasaan kaisar dari waktu ke waktu
menjadi makin kurang konstitusional dan lebih monarki, sehingga melahirkan era Dominatus.

Kaisar memiliki kewenangan tertinggi dalam menyusun kebijakan dan mengambil


keputusan, tetapi pada awal Principatus, ia masih bisa berhubungan dengan orang-orang dari
seluruh lapisan masyarakat, dan menangani secara pribadi urusan-urusan resmi dan petisi.

49
Birokrasi yang ada di sekeliling kaisar dibentuk secara bertahap. Kaisar-kaisar dari dinasti Julio-
Klaudian mengandalkan badan penasihat resmi yang tidak hanya beranggotakan para senator
dan penunggang, tetapi juga budak dan bekas budak tepercaya. Setelah pemerintahan Nero,
pengaruh tidak resmi para budak dan bekas budak dianggap mencurigakan, dan dewan kaisar
(consilium) dibentuk secara resmi demi pemerintahan yang lebih transparan. Meskipun senat
berperan sebagai pembuat kebijakan sampai akhir dinasti Antonine, para penunggang kuda atau
kesatria memainkan peran yang semakin penting dalam consilium. Para wanita dari keluarga
kaisar seringkali turun tangan langsung dalam pengambilan keputusan kaisar. Plotina memiliki
pengaruh dalam pengambilan keputusan kedua suaminya, Trajanus dan penerusnya, Hadrianus.
Pengaruhnya ini ditunjukkan lewat surat-suratnya yang dipublikasikan secara resmi, sebagai
tanda bahwa kewenangan sang kaisar dipengaruhi dan didengarkan oleh rakyatnya.

Rakyat bisa bertemu dengan kaisar dalam acara-acara harian seperti resepsi (salutatio), acara
penghormatan tradisional yang dilakukan oleh bekas budak kepada patronnya; perjamuan
umum yang digelar di istana; dan upacara keagamaan. Rakyat biasa yang tidak memiliki
kesempatan ini bisa menyalurkan penghormatan atau ketidakpuasan mereka terhadap kaisar
secara berkelompok dalam acara-acara pertandingan yang diselenggarakan di arena besar. Pada
abad ke-4, setelah pusat-pusat perkotaan mengalami kemerosotan, kaisar penganut Kristen
menjadi tokoh utama yang mengeluarkan peraturan umum, dan tidak lagi menanggapi petisi
perorangan.

Meskipun senat bisa melakukan pembunuhan dan pemberontakan terbuka untuk menentang
kehendak kaisar, hal ini tidak pernah terjadi pada masa restorasi Augustusan dan bahkan pada
masa-masa penuh gejolak yang dikenal dengan Tahun Empat Kaisar, dan dengan demikian tetap
mempertahankan sentralitas politik simbolis pada masa Principatus. Senat bertugas
mengesahkan peraturan kaisar, dan kaisar memerlukan senat yang berpengalaman sebagai legasi
(legatus) untuk mengisi posisi jenderal, diplomat, dan administrator. Keberhasilan karier
seseorang ditentukan oleh kompetensinya sebagai administrator, dan selebihnya ditentukan oleh
kaisar.

Sumber praktis kekuasaan kaisar adalah militer. Para legiun digaji oleh bendahara
Kekaisaran, dan bersumpah setiap tahunnya untuk setia kepada kaisar (sacramentum). Kematian
seorang kaisar seringkali menimbulkan ketidakpastian dan krisis. Kebanyakan kaisar menunjuk

50
sendiri pengganti mereka, biasanya anggota keluarga terdekat atau mengadopsi pewaris. Kaisar
baru harus mampu memperoleh pengakuan secara cepat terkait dengan status dan
kewenangannya untuk menstabilkan lanskap politik. Tidak ada kaisar yang berharap bisa hidup,
apalagi bisa memerintah, tanpa dukungan dan loyalitas dari Garda Praetoria dan legiun. Untuk
mendapatkan kesetiaan mereka, beberapa kaisar bahkan membayar donativum, yakni hadiah
berupa uang. Secara teori, Senat berhak untuk memilih kaisar baru, tetapi hak ini dibatasi oleh
aklamasi dari para tentara dan Garda Praetoria.

b. Militer

Prajurit angkatan darat Kekaisaran Romawi adalah orang-orang profesional yang aktif
bertugas secara sukarela selama 20 tahun dan lima tahun sebagai prajurit cadangan. Transisi
menjadi petugas militer profesional telah dimulai pada akhir masa Republik, dan merupakan
salah satu dari banyak hal yang mengalami pergeseran dalam republikanisme, yang mana prajurit
yang telah menempuh wajib militer harus melaksanakan tanggung jawab mereka sebagai warga
negara untuk membela tanah air dalam peperangan terhadap ancaman tertentu. Di Kekaisaran
Romawi, militer sendiri adalah karier penuh-waktu.

Misi utama militer Romawi pada awal kekaisaran adalah menjaga keberlangsunganPax
Romana. Tiga divisi utama militer Kekaisaran adalah:

a. Garnisun di Roma, yang mencakup Garda Praetoria dan vigiles yang berfungsi sebagai
polisi dan pemadam kebakaran;
b. Angkatan darat provinsi, terdiri dari legiun Romawi dan pasukan pembantu yang disediakan
oleh provinsi (auxilia);
c. Angkatan laut.

Tersebarnya garnisun militer di seluruh Kekaisaran adalah pengaruh utama dalam proses
perubahan dan asimilasi budaya yang dikenal dengan "Romanisasi," terutama dalam bidang
politik, ekonomi, dan agama. Pengetahuan mengenai militer Romawi diperoleh dari sumber-
sumber seperti teks sastra Yunani dan Romawi, koin dengan tema militer, papirus yang memuat
tulisan-tulisan militer, monumen seperti Kolom Trajanus dan gerbang lengkung kemenangan,
yang kesemuanya menampilkan gambaran artistik para pria sedang bertempur ataupun peralatan
militer, arkeologi pemakaman militer, medan pertempuran, perkemahan, serta prasasti,

51
termasuk diploma militer, epitaf, dan dedikasi. Melalui reformasi militernya, yang meliputi
melebur atau membubarkan satuan militer yang kesetiaannya dipertanyakan, Augustus
mengubah dan meregulalisasikan legiun, termasuk menetapkan pola paku sepatu pada telapak
sepatu prajurit. Satu legiun dibagi menjadi sepuluh kohort, masing-masingnya terdiri dari enam
centuria, dengan satu centuria terbagi menjadi sepuluh skuat (contubernia). Jumlah persisnya
legiun Kekaisaran yang diukur berdasarkan logistik diperkirakan berkisar antara 4.800 hingga
5.280 legiun.

Pada abad ke-9, suku-suku Jermanik berhasil menyapu bersih tiga legiun penuh dalam
Pertempuran Hutan Teutoburg. Peristiwa buruk ini mengurangi jumlah legiun menjadi 25.
Jumlah keseluruhan legiun kemudian bertambah lagi dan selama 300 tahun berikutnya,
jumlahnya selalu di atas atau di bawah 30. Angkatan darat memiliki sekitar 300.000 prajurit
pada abad ke-1, dan di bawah 400.000 pada abad ke-2, "secara signifikan lebih kecil" jika
dibandingkan dengan pasukan gabungan dari wilayah-wilayah yang mereka taklukkan. Pada
kenyataannya, tak lebih dari 2% pria dewasa di Kekaisaran yang bertugas di angkatan darat
Romawi. Augustus juga membentuk Garda Praetoria: sembilan kohor yang tugasnya menjaga
perdamaian umum dan ditempatkan di Italia. Dengan gaji yang lebih besar daripada anggota
legiun, Garda Praetoria hanya bertugas selama enam belas tahun.

Auxilia (pasukan pembantu) direkrut dari kalangan non-warga negara. Ditempatkan di


satuan yang lebih kecil dari satuan kohor, prajurit auxilia ini digaji lebih sedikit dari legiun, dan
setelah bertugas selama 25 tahun, para prajurit diberi status kewarganegaraan Romawi, yang bisa
diwariskan kepada putra mereka. Menurut Tacitus, jumlah auxilia kira-kira sama dengan jumlah
legiun. Jika dihitung secara keseluruhan, Auxilia ini berjumlah sekitar 125.000, yang dibagi
menjadi 250 resimen auxilia. Kavaleri Romawi pada awal Kekaisaran umumnya ditempatkan di
wilayah Keltik, Jermanik, atau Spanyol Romawi. Beberapa peralatan pelatihan dan persenjataan,
seperti pelana tanduk-empat, berasal dari Keltik, sebagaimana yang dicatat oleh Arrian dan
ditunjukkan melalui bukti arkeologi. Angkatan laut Romawi (Latin: classis, "armada") tidak
hanya membantu memasok dan mengangkut para legiun, tetapi juga membantu melindungi
perbatasan di sepanjang sungai Rhine dan Danube. Tugas lainnya adalah melindungi rute
perdagangan maritim penting dari ancaman bajak laut. Angkatan laut berpatroli di Laut Tengah,

52
sebagian pesisir Atlantik Utara, dan Laut Hitam. Meskipun demikian, angkatan darat tetap
dianggap cabang yang lebih senior dan bergengsi.

c. Pemerintahan provinsi

Wilayah yang ditaklukkan bisa menjadi sebuah provinsi melalui tiga tahap, yakni membuat
daftar kota-kota, melakukan sensus penduduk, dan menyurvei lahan. Pencatatan lebih lanjut
termasuk pencatatan kelahiran dan kematian, perumahan, transaksi, pajak, dan proses yuridis.
Pada abad ke-1 dan ke-2, pemerintah pusat mengutus sekitar 160 pejabat setiap tahunnya ke luar
Italia. Di antara para pejabat ini termasuk "gubernur Romawi", atau disebut juga dengan
magistrat terpilih di Roma yang memerintah provinsi senatorial atas nama rakyat Romawi; atau
gubernur, biasanya berasal dari kalangan penunggang kuda, yang memerintah imperium mereka
atas nama kaisar di provinsi yang berada di luar kontrol senator, terutama Mesir Romawi.
Seorang gubernur harus memiliki akses terhadap rakyat yang ia perintah, meskipun ia bisa
melimpahkan berbagai tugas. Di samping itu, staf gubernur memiliki tugas minimal: petugas
resmi (apparitor), termasuk liktor, bentara, utusan, scriba, pengawal, legatus, baik dari kalangan
sipil maupun militer (biasanya penunggang kuda), serta teman-teman gubernur, yang berasal
dari beragam usia dan pengalaman yang mendampingi gubernur secara tidak resmi.

Pejabat lainnya ditunjuk sebagai penyelia keuangan pemerintah. Memisahkan tanggung


jawab fiskal dari tanggung jawab hukum dan administrasi adalah reformasi yang dilakukan pada
masa Kekaisaran. Di bawah Republik, gubernur provinsi dan pemungut pajak bisa lebih leluasa
memanfaatkan penduduk setempat untuk mengeruk keuntungan pribadi. Prokurator, yang
kewenangannya pada awalnya berbentuk "ekstra konstitusional dan ekstra yudisial", juga ikut
mengelola harta milik negara dan milik pribadi kaisar (res privata). Karena jumlah pejabat
pemerintahan Romawi sedikit, provinsi yang membutuhkan bantuan atas permasalahan sengketa
hukum atau kasus pidana bisa meminta bantuan dari warga Romawi yang dianggap memiliki
kapasitas resmi, misalnya prokurator atau petugas kepolisian, serta pejabat senturion rendahan
dan polisi militer.

53
d. Hukum Romawi

Pengadilan Romawi memegang yurisdiksi asli atas kasus-kasus yang melibatkan warga
negara Romawi di seluruh kekaisaran, namun ada juga beberapa fungsionaris yudisial yang
memberlakukan hukum Romawi secara seragam di provinsi-provinsi. Sebagian besar wilayah
kekaisaran Timur telah memiliki kode hukum dan prosedur peradilan yang tersusun baik. Secara
umum, sudah menjadi kebijakan Romawi untuk menghormati mos regionis ("tradisi daerah" atau
"hukum adat") dan menganggap hukum lokal sebagai sumber preseden hukum dan kestabilan
sosial. Adanya kompabilitas antara hukum Romawi dengan hukum lokal dianggap
mencerminkan ius gentium, "hukum bangsa-bangsa" atau hukum internasional yang sebanding
dengan perpaduan antara hukum umum dan hukum adat di berbagai masyarakat dunia. Jika
keputusan hukum provinsi bertentangan dengan hukum Romawi atau kebiasaan, pengadilan
Romawi akan melakukan banding, dan kaisar memegang kewenangan untuk mengambil
keputusan akhir.

Di Kekaisaran Barat, hukum dikelola dengan dasar kedaerahan atau kesukuan, dan hak
kepemilikan pribadi mungkin merupakan hal yang baru pada era Romawi, terutama di kalangan
bangsa Keltik. Hukum Romawi memfasilitasi pengumpulan kekayaan pribadi oleh kalangan elite
pro-Romawi yang memiliki hak-hak istimewa sebagai warga negara. Pemberian status
kewarganegaraan universal pada semua penduduk merdeka di seluruh Kekaisaran pada tahun
212 menyebabkan diterapkannya hukum Romawi secara seragam, menggantikan kode hukum
adat yang sebelumnya diberlakukan kepada non-warga negara. Upaya Kaisar Diokletianus untuk
menstabilkan Kekaisaran setelah Krisis Abad Ketiga antara lain dengan cara mengeluarkan dua
kompilasi hukum utama dalam waktu empat tahun, yakni Kodeks Gregorianus dan Kodeks
Hermogenianus, yang bertujuan memandu para pejabat provinsi dalam menetapkan standar
hukum yang konsisten. Penerapan hukum Romawi di seluruh Eropa Barat menimbulkan
pengaruh yang sangat besar terhadap tradisi hukum Barat, yang tercermin dalam penggunaan
terminologi hukum Latin dalam hukum modern.

54
e. Perpajakan

Perpajakan pada masa Kekaisaran Romawi bernilai 5 persen dari produk bruto. Tarif pajak
yang dibayar oleh seseorang umumnya berkisar dari 2 sampai 5 persen. Kode pajak Romawi
"membingungkan dan rumit" jika dilihat dari sistem pajak langsung dan tidak langsung; sebagian
orang membayar pajak dengan uang dan sebagian dengan barang. Pajak untuk provinsi lebih
spesifik, atau untuk jenis usaha seperti perikanan dan kolam penguapan garam; pajak untuk
usaha ini mungkin diberlakukan untuk waktu yang terbatas. Pengumpulan pajak dibenarkan oleh
kebutuhan untuk memelihara angkatan perang, dan pembayar pajak terkadang mendapat
pengembalian dana jika tentara mendapatkan surplus dari barang rampasan perang. Pajak dalam
bentuk barang (natura) diberlakukan di wilayah-wilayah penghasil uang, terutama bagi orang-
orang yang memasok makanan atau barang ke perkemahan tentara. Sumber utama penerimaan
pajak langsung adalah individu, yang membayar pajak pungutan dan pajak atas kepemilikan
lahan. Orang-orang tertentu yang memenuhi syarat bisa memperoleh keringanan pajak, misalnya
petani Mesir dapat mendaftarkan lahan milik mereka sebagai lahan kosong, tergantung pada pola
banjir Sungai Nil. Wajib pajak ditentukan melalui sensus, yang menghitung jumlah anggota
keluarga dan jumlah harta yang dimiliki oleh suatu rumah tangga, termasuk kepemilikan lahan
pertanian dan tempat tinggal.

Sumber utama penerimaan pajak tidak langsung adalah portoria, pungutan dan bea yang
dikenakan pada kegiatan ekspor dan impor, termasuk di provinsi-provinsi. Pajak khusus
dikenakan pada kegiatan perdagangan budak. Menjelang akhir pemerintahannya, Augustus
menetapkan pajak perdagangan budak senilai 4 persen, yang kemudian oleh Nero dialihkan
pemungutannnya dari pembeli ke pemasok budak, yang menanggapinya dengan cara menaikkan
harga budak. Pemilik yang membebaskan budaknya juga diwajibkan membayar "pajak
pembebasan", yang nilainya 5 persen dari harga budak. Pajak warisan yang besarnya 5 persen
dari kekayaan bersih diberlakukan ketika seorang warga Romawi mewariskan hartanya kepada
orang lain yang bukan anggota keluarga dekatnya. Penerimaan dari pajak perumahan mewah dan
dari pajak penjualan yang besarnya satu persen digunakan untuk membayar uang pensiunan
veteran (aerarium militare). Pajak yang rendah membantu bangsawan Romawi meningkatkan
kekayaan mereka, yang jumlahnya menyamai atau bahkan melebihi jumlah pendapatan
pemerintah pusat. Seorang kaisar terkadang mengisi pundi-pundi harta pribadinya dengan cara

55
menyita rumah-rumah mewah milik warga "super-kaya". Pada periode selanjutnya, perlawanan
warga kaya yang menolak membayar pajak menjadi salah satu faktor yang bersumbangsih
terhadap keruntuhan Kekaisaran.

2.4.8 Ekonomi

Moses Finley adalah pendukung utama pandangan primitif yang menyatakan bahwa
perekonomian Romawi "tidak berkembang dan tidak maju", yang dicirikan dengan pertanian
subsisten; pusat-pusat perkotaan yang lebih banyak mengonsumsi ketimbang memproduksi dari
segi industri dan perdagangan; pengrajin berstatus rendah; perkembangan teknologi yang
lamban; dan "kurangnya rasionalitas ekonomi". Sedangkan pandangan saat ini mengenai kondisi
perekonomian Romawi lebih kompleks. Penaklukkan wilayah memicu dilakukannya
reorganisasi pemanfaatan lahan dalam skala besar, yang berakibat terjadinya surplus dan
spesialisasi pertanian, terutama di Afrika Utara. Beberapa kota dikenal atas kegiatan industri atau
perdagangan, dan skala bangunan di wilayah perkotaan menunjukkan adanya konstruksi industri
yang signifikan. Papirus dari masa Romawi memuat metode akuntansi kompleks yang
mencerminkan unsur rasionalisme ekonomi dan Kekaisaran yang sangat berorientasi pendapatan.
Meskipun sarana komunikasi dan transportasi terbatas pada zaman kuno, transportasi pada abad
ke-1 dan ke-2 berkembang dengan pesat, dan rute-rute perdagangan saling menghubungkan
perekonomian antar daerah. Kontrak penawaran bagi prajurit, yang menyebar di seluruh
Kekaisaran, dimanfaatkan oleh para pemasok lokal di sekitar pangkalan militer (castrum) di
seluruh provinsi dan di sepanjang perbatasan. Kekaisaran Romawi dianggap maju dari segi
jaringan perekonomian daerah, yang berdasarkan pada bentuk "kapitalisme politik", dengan
negara mengawasi dan mengatur kegiatan perdagangan untuk meraup pendapatan. Pertumbuhan
ekonomi, meskipun tidak sebanding dengan perekonomian modern, lebih maju dari sebagian
besar masyarakat lainnya sebelum industrialisasi.

Secara sosial, dinamisme ekonomi membuka jalan bagi mobilitas sosial di Kekaisaran
Romawi. Status sosial tidak tergantung pada kelahiran, patronasi, keberuntungan, atau bahkan
keterampilan luar biasa. Meskipun nilai aristokrasi melekat di kalangan masyarakat elite
tradisional, kecenderungan yang kuat terhadap plutokrasi dapat dilihat dalam bentuk persyaratan
kekayaan saat melakukan sensus. Prestise bisa diperoleh melalui investasi kekayaan dalam
bentuk perkebunan besar, perumahan, barang-barang mewah seperti perhiasan dan perak,

56
hiburan publik, monumen peringatan bagi anggota keluarga atau rekan kerja, dan tempat
pemujaan seperti altar. Serikat buruh (collegia) dan perusahaan (corpora) memberikan dukungan
bagi keberhasilan individu melalui jaringan, mengajarkan praktik usaha yang sehat, dan kemauan
untuk bekerja.

a. Mata uang dan perbankan

Kekaisaran pada masa awal sangat produktif menghasilkan uang hingga mendekati tingkat
universal, dalam artian penggunaan uang dari segi harga dan utang. Sestertius (jamak: sestertii,
dilambangkan dengan HS) adalah satuan dasar untuk menghitung harga pada abad ke-4,
sedangkan denarius perak, yang setara dengan empat sestertii, mulai digunakan dalam bidang
akuntansi pada masa pemerintahan dinasti Severanus. Koin terkecil yang beredar pada masa
Romawi adalah perunggu as (jamak: asses), atau setara dengan seperempat sestertius. Bullion
dan ingot tidak dihitung sebagai pecunia, "uang," dan hanya digunakan dalam batas transaksi
bisnis atau pembelian tanah. Warga Romawi pada abad ke-1 dan ke-2 menghitung jumlah koin,
bukannya menimbang—yang menunjukkan bahwa sebuah koin bernilai karena bentuknya, bukan
karena kandungan logamnya. Kecenderungan penggunaan uang fiat di kalangan warga Romawi
menyebabkan menurunnya nilai mata uang Romawi yang berdampak terhadap perekonomian
Kekaisaran di kemudian hari. Standardisasi uang di seluruh Kekaisaran turut mempromosikan
perdagangan dan integrasi pasar. Tingginya jumlah mata uang logam yang beredar
meningkatkan persediaan uang untuk dibelanjakan dan ditabung.

Roma tidak memiliki bank sentral, dan pengaturan sistem perbankan sangat minim. Bank
pada zaman klasik biasanya menyimpan lebih sedikit cadangan uang daripada jumlah total
simpanan nasabah. Bank biasanya memiliki modal yang terbatas, dan seringkali hanya memiliki
satu modal pokok, meskipun ada juga bank yang memiliki enam sampai lima belas modal pokok.
Seneca menyatakan bahwa siapapun yang terlibat dalam kegiatan perdagangan membutuhkan
bantuan kredit. Seorang bankir profesional (argentarius, coactor argentarius, atau nummularius)
menerima dan memegang deposito untuk jangka waktu tertentu atau tidak terbatas, dan
meminjamkan uang kepada pihak ketiga. Para elite senator juga terlibat dalam kegiatan
perbankan, baik sebagai kreditur ataupun debitur, yang meminjamkan harta kekayaan pribadi
mereka atas dasar hubungan sosial. Pemegang utang bisa menggunakan uang pinjaman sebagai
alat pembayaran dengan cara mentransfernya kepada pihak lain, tanpa adanya uang tunai yang

57
berpindah tangan. Meskipun di Romawi kuno jarang terjadi transaksi dokumenter atau "kertas",
sistem perbankan di seluruh Kekaisaran juga mengizinkan pertukaran uang dalam jumlah besar
tanpa adanya transfer fisik koin, umumnya untuk menghindari risiko perpindahan uang tunai
dalam jumlah besar, terutama melalui laut. Satu-satunya ketekoran kredit serius yang diketahui
pernah terjadi pada awal Kekaisaran adalah krisis kredit pada tahun 33 M, yang mengakibatkan
sejumlah senator berada dalam kondisi berisiko; pemerintah pusat menyelamatkan pasar dengan
cara meminjam uang sebanyak100 juta HS ke berbagai bank (mensae), yang dilakukan oleh
kaisar Tiberius. Secara umum, modal yang tersedia melebihi jumlah yang dibutuhkan oleh
peminjam. Pemerintah pusat sendiri tidak meminjam uang, dan tidak memiliki utang negara
untuk mendanai defisit dari cadangan kas.

Kaisar dari dinasti Antonine dan Severanus secara keseluruhan telah menurunkan nilai mata
uang, terutama denarius, karena adanya tekanan untuk melunasi gaji militer.Inflasi mendadak
yang terjadi pada masa pemerintahan Commodus membahayakan pasar kredit.Pada pertengahan
abad ke-2, persediaan uang koin meningkat tajam. Berbagai kondisi pada masa Krisis Abad
Ketiga—seperti menurunnya perdagangan jarak jauh, gangguan operasi pertambangan, dan
dipindahkannya koin emas ke luar kekaisaran oleh musuh yang menginvasi wilayah-wilayah
Romawi—mengurangi jumlah uang yang beredar dan melemahkan sektor perbankan pada tahun
300 M. Meskipun sejak dahulu mata uang Romawi berbentuk uang fiat atau mata uang fidusia,
kelesuan ekonomi mulai mengedepan pada masa pemerintahan Aurelianus, dan para bankir
kehilangan kepercayaan terhadap uang koin resmi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.
Diokletianus memperkenalkan solidus emas dan melakukan reformasi moneter, namun pasar
kredit Kekaisaran tidak pernah pulih sepenuhnya.

b. Pertambangan dan metalurgi

Wilayah pertambangan utama di Kekaisaran Romawi adalah Spanyol (emas, perak,


tembaga, timah, timbal); Galia (emas, perak, besi); Britania (besi, timbal, timah); Provinsi
Danubia (emas, besi); Makedonia dan Thrace (emas, perak); serta Asia Kecil (emas, perak, besi,
timah). Pertambangan dalam skala besar—dari endapan aluvial dan melalui pertambangan pit
terbuka dan pertambangan bawah tanah—dilakukan pada masa pemerintahan Augustus hingga
abad ke-3 M, sebelum ketidakstabilan Kekaisaran mengganggu produksi pertambangan.
Tambang emas Dacia misalnya, yang tidak bisa lagi dieksploitasi oleh Romawi setelah provinsi

58
tersebut memberontak pada tahun 271. Pertambangan kembali diintensifkan hingga batas
tertentu pada abad ke-4 M.

Pertambangan hidraulis, yang dijuluki oleh Pliny dengan ruina montium ("reruntuhan
gunung"), menyebabkan logam dasar dan logam mulia bisa diekstrak pada skala industri-
proto.Total produksi besi per tahun adalah 82.500 ton.Tembaga diproduksi sebanyak 15.000 ton
per tahun,dan timbal 80.000 ton,jumlah produksi terbesar yang tak tertandingi hingga Revolusi
Industri pada abad ke-19.Spanyol sendiri menyumbangkan sekitar 40 persen dari pangsa
produksi timah dunia.Produksi timbal yang tinggi adalah produk sampingan dari pertambangan
perak yang produksinya mencapai 200 ton per tahun.Pada puncaknya di pertengahan abad ke-2
M, persediaan perak Romawi diperkirakan mencapai 10.000 ton, atau lima sampai sembilan kali
lebih besar dari gabungan produksi perak di Eropa abad pertengahan dan masa Kekhalifahan
pada tahun 800 M.Sebagai tanda perkembangan industri logam Romawi, pencemaran timbal di
lapisan es Greenland pada masa Kekaisaran empat kali lipat lebih parah jika dibandingkan
dengan masa prasejarah, dan menurun lagi setelah runtuhnya Kekaisaran.

c. Transportasi dan komunikasi

Kekaisaran Romawi menguasai wilayah-wilayah di sekeliling Laut Tengah, yang mereka


sebut sebagai "laut kami" (mare nostrum).Kapal layar Romawi berlayar mengarungi Laut
Tengah dan sungai-sungai besar di seluruh Kekaisaran, termasuk Guadalquivir, Ebro, Thames,
Rhône, Rhine, Tiber dan Nil. Transportasi air lebih disukai karena mengangkut barang dagangan
melalui jalur darat lebih sulit.Keberadaan alat transportasi seperti kereta kuda, roda, dan kapal
layar menunjukkan adanya sejumlah besar tukang kayu terampil. Transportasi darat
memanfaatkan sistem jalan Romawi yang maju. Pajak yang dibayar oleh masyarakat antara lain
digunakan untuk penyediaan personel, hewan, atau kendaraan bagi cursus publicus, jasa
transportasi dan pos milik negara yang didirikan oleh Kaisar Augustus.

Stasiun relai didirikan di sepanjang jalan setiap tujuh sampai dua belas mil, dan kemudian
berkembang menjadi desa atau pos perdagangan.Mansio (jamak: mansiones) adalah waralaba
stasiun jasa milik swasta yang dibentuk oleh birokrasi kekaisaran untuk membantu tugas-tugas
cursus publicus. Staf pendukung yang dipekerjakan di mansio antara lain pemilik keledai,
sekretaris, pandai besi, pembuat gerobak, dokter hewan, dan sejumlah kecil polisi militer dan

59
kurir. Jarak antar mansiones ditentukan oleh seberapa jauh sebuah gerobak bisa bepergian dalam
sehari.Bagal adalah binatang yang paling sering digunakan untuk menarik gerobak, yang mampu
melakukan perjalanan hingga 4 mil per jam.Sebagai contoh cepatnya proses komunikasi, seorang
penyampai pesan membutuhkan waktu sekurang-kurangnya sembilan hari untuk bepergian ke
Roma dari Mainz di provinsi Germania Superior, bahkan untuk urusan mendesak.Selain
mansiones, beberapa kedai minum juga menawarkan jasa penginapan serta makanan dan
minuman; salah satu catatan di penginapan menunjukkan adanya biaya untuk pemesanan anggur,
roti, pakan bagal, dan jasa pelacuran.

d. Perdagangan dan komoditas

Selain antar provinsi, perdagangan di Kekaisaran Romawi juga meluas ke luar perbatasan
hingga ke wilayah-wilayah seperti Tiongkok dan India. Komoditas utama yang diperdagangkan
adalah gandum.Perdagangan dengan Tiongkok umumnya dilakukan lewat darat di sepanjang
Jalur Sutra; perdagangan dengan India juga dilakukan melalui laut dari pelabuhan Mesir di Laut
Merah. Barang lainnya yang diperdagangkan adalah minyak zaitun, berbagai bahan makanan,
garum (saus ikan), budak, bijih dan benda logam olahan, serat dan tekstil, kayu, tembikar, gelas,
keramik, papirus, rempah-rempah dan materia medica, gading, mutiara, dan batu permata.

Meskipun sebagian besar provinsi mampu memproduksi anggur, varietal daerah lebih
disukai dan anggur adalah barang utama yang diperdagangkan. Kekurangan persediaan vin
ordinaire jarang terjadi.Pemasok anggur utama untuk kota Roma adalah pantai barat Italia, Galia
selatan, wilayah Tarrakonensis di Spanyol, dan Kreta. Aleksandria, kota terbesar kedua,
mengimpor anggur dari Laodikea di Suriah dan Aegea.Pada tingkat ritel, rumah minum atau toko
khusus anggur (vinaria) menjual anggur di kendi-kendi yang bisa langsung diminum di tempat,
dengan harga sesuai kualitas.

e. Tenaga kerja dan pekerjaan

Prasasti-prasasti mencatat 268 pekerjaan berbeda di kota Roma, dan 85 di Pompeii. Asosiasi
profesional atau serikat buruh (collegia) dibentuk untuk beragam profesi dan pekerjaan, termasuk
nelayan (piscatores), pedagang garam (salinatores), pengecer minyak zaitun (olivarii), penghibur
(scaenici), penjual ternak (pecuarii), tukang emas (aurifices), buruh pengangkut (asinarii atau

60
muliones), dan pemotong batu (lapidarii).Beberapa collegium ada yang dibentuk khusus bagi
pekerjaan tertentu, misalnya satu collegium di Roma dibatasi hanya untuk pengrajin gading dan
kayu sitrun. Pekerjaan yang dilakukan budak dibagi menjadi lima kategori umum, yakni
pekerjaan rumah tangga, setidaknya terdapat 55 pekerjaan rumah tangga berbeda yang dicatat
oleh epitaf; pelayan publik atau kekaisaran; pelayan dan pengrajin di perkotaan; pertanian; dan
pertambangan. Narapidana dimanfaatkan sebagai buruh di pertambangan atau penggalian,
dengan kondisi pekerjaan yang terkenal brutal.Dalam praktiknya, ada sedikit pemisahan
pekerjaan antara budak dan bekas budak,dan sebagian besar pekerja buta huruf atau tidak
memiliki keahlian khusus.Sejumlah besar buruh bekerja di sektor pertanian; dalam sistem
industri pertanian Italia (latifundia), kebanyakan pekerjanya adalah budak, tetapi di wilayah
Kekaisaran lainnya, buruh tani yang berasal dari kalangan budak tidak begitu penting jika
dibandingkan dengan tenaga kerja terampil yang secara teknis tidak diperbudak.

Produksi tekstil dan pakaian adalah salah satu sumber pekerjaan utama. Tekstil dan
pakaian jadi diperdagangkan di kalangan rakyat di seantero Kekaisaran. Produk tekstil seringkali
dinamakan sesuai nama pengusaha atau kota tertentu, tidak seperti "label" busana.Busana siap
pakai dengan kualitas lebih baik diekspor oleh pengusaha (negotiatores atau mercatores) yang
umumnya merupakan warga kota di pusat-pusat produksi.Pakaian jadi disalurkan oleh agen
penjualan ke pelanggan-pelanggan potensial, atau oleh vestiarii, penyalur pakaian yang
kebanyakan adalah bekas budak; atau bisa juga dijajakan oleh pedagang keliling.Di Mesir,
produsen tekstil bisa membuka usaha kecil-kecilan dengan mempekerjakan pekerja magang,
pekerja bebas yang diberi upah, dan budak.Buruh yang mewarnai (coloratores) dan
membersihkan pakaian (fullones) memiliki serikat kerja tersendiri.Centonarii adalah serikat
pekerja yang diperuntukkan khusus bagi produksi tekstil dan daur ulang pakaian lama menjadi
potongan perca.

d. PDB dan distribusi pendapatan

Sejarawan ekonomi memberikan perhitungan yang beragam mengenai produk domestik


bruto (PDB) Romawi pada masa Principatus.Dengan menggunakan sampel tahun 14, 100, dan
150 M, perkiraan PDB per kapita Kekaisaran Romawi berkisar dari 166 sampai 380 HS. PDB
per kapita Italia diperkirakan 40sampai 66 persenlebih tinggi dari PDB wilayah lainnya di
Kekaisaran karena adanya transfer pajak dari provinsi-provinsi dan besarnya pendapatan warga

61
elite di ibu kota. Berdasarkan model ekonomi Scheidel–Friesen, total pendapatan tahunan yang
dikumpulkan oleh Kekaisaran mencapai 20 miliar HS, dengan sekitar 5 persen dihasilkan oleh
pemerintah pusat dan daerah. Rumah tangga elite, yang jumlahnya 1,5 persen dari keseluruhan
penduduk, menyumbangkan sekitar 20 persen pendapatan negara. 20 persen selebihnya
dihasilkan oleh 10 persen penduduk yang tergolong dalam kelompok non-elite kelas menengah.
Sisanya, "sebagian besar" penduduk menyumbangkan lebih dari setengah total pendapatan
negara, meskipun bersifat subsisten.

2.4.9 Arsitektur dan teknik

Kontribusi utama Romawi dalam bidang arsitektur adalah gerbang lengkung, lorong, dan
kubah. Bahkan setelah 2.000 tahun berlalu, beberapa struktur Romawi masih berdiri kukuh
karena metode pembuatan semen dan beton yang canggih. Jalan Romawi dianggap sebagai jenis
jalan yang paling maju hingga abad ke-19. Sistem jalan membantu memfasilitasi kepolisian
militer, komunikasi, dan perdagangan. Jalan-jalan tersebut tahan terhadap banjir dan gangguan
lingkungan lainnya. Bahkan setelah runtuhnya pemerintah pusat, beberapa jalan masih
digunakan selama lebih dari seribu tahun.

Jembatan Romawi adalah salah satu jembatan pertama yang dibangun dengan struktur
besar dan tahan lama, yang terbuat dari batu dengan gerbang lengkung sebagai struktur dasar.
Sebagian besar jembatan juga menggunakan beton. Jembatan Romawi terbesar adalah Jembatan
Trajanus di sungai Danube, yang dibangun oleh Apollodorus dari Damaskus dan menjadi
jembatan terpanjang yang pernah dibangun selama lebih dari satu milenium.

Bangsa Romawi membangun banyak bendungan dan waduk untuk menampung air,
misalnya Bendungan Subiako, yang menjadi sumber air bagi Anio Novus, salah satu akuaduk
terbesar di Roma. Romawi membangun 72 bendungan di Semenanjung Iberia, dan banyak lagi di
seluruh Kekaisaran, beberapa di antaranya masih digunakan sampai saat ini. Beberapa
bendungan tanggul terkenal dibangun di Britania Romawi, termasuk di Longovisium
(Lanchester). Bangsa Romawi membangun sejumlah akuaduk (saluran air). Dalam risalah yang
ditulis oleh Frontinus, seorang curator aquarum (komisaris air) pada masa pemerintahan Nerva,
disebutkan mengenai pentingnya administrasi dalam menjaga pasokan air. Pipa-pipa batu
mengalirkan air dari mata air dan waduk yang jauh hanya dengan memanfaatkan gravitasi.

62
Setelah melewati akuaduk, air ditampung di tangki-tangki dan dialirkan melalui pipa ke air
mancur umum, pemandian, toilet, atau tempat-tempat industri. Akuaduk utama di kota Roma
adalah Aqua Claudia dan Aqua Marcia.Sistem kompleks yang dibangun untuk memasok air ke
Konstantinpel memiliki saluran air sepanjang 336 km.Akuaduk Romawi dibangun dengan
toleransi yang sangat baik, dan dengan standar teknologi yang tak tertandingi hingga zaman
modern.Romawi juga menggunakan Akuaduk dalam kegiatan operasional pertambangan di
seluruh kekaisaran, misalnya di Las Medulas dan Dolaucothi di Wales Selatan.

Kaca insulator (atau "kaca ganda") digunakan dalam pembangunan pemandian umum.
Rumah-rumah warga elite pada waktu cuaca dingin dilengkapi dengan hipokaust, sejenis
pemanas sentral. Masyarakat Romawi adalah masyarakat pertama yang merakit semua
komponen penting mesin uap, yang telah dimulai sejak Hero membangun aeolipile.

2.4.10 Kehidupan sehari-hari


a. Kota dan Negara

Di dunia kuno, sebuah kota dipandang sebagai tempat peradaban "dirancang, disusun,
dan dihias dengan benar". Augustus menggalakkan program pembangunan besar-besaran di
Roma, membangun tempat-tempat pameran karya seni yang menampilkan ideologi kekaisaran,
dan menata ulang kota menjadi lingkungan (vici) yang dikelola pada tingkat lokal oleh petugas
kepolisian dan pemadam kebakaran. Fokus arsitektur monumental pada masa Augustus adalah
Campus Martius, sebuah ruang terbuka di luar pusat kota yang awalnya diperuntukkan bagi
olahraga berkuda dan latihan fisik bagi kaum muda. Altar Augustusan Peace (Ara Pacis
Augustae) terletak di sana, serta sebuah obelisk yang didatangkan dari Mesir yang berfungsi
sebagai penunjuk arah (gnomon) dari horologium. Dengan adanya taman terbuka, Campus
menjadi salah satu tempat yang paling menarik untuk dikunjungi di kota Roma.

Perencanaan kota dan gaya hidup perkotaan dipengaruhi oleh Yunani sejak periode awal,
dan di Kekaisaran Timur, kekuasaan Romawi meningkatkan dan membentuk pembangunan
daerah di kota-kota yang telah memiliki karakter Helenistik yang kuat. Kota-kota seperti Athena,
Aphrodisias, Ephesus dan Gerasa mengubah beberapa aspek arsitektur perencanaan kota agar
sesuai dengan ide-ide kekaisaran. Selain itu, kota-kota tersebut juga menunjukkan identitas dan
keunggulan daerah mereka masing-masing. Di daerah Kekaisaran Barat yang dihuni oleh

63
penduduk berbahasa Keltik, Romawi menggalakkan pembangunan pusat-pusat perkotaan dengan
membangun kuil batu, forum, air mancur monumental, dan amfiteater, umumnya dibangun di
dalam atau di dekat permukiman berdinding bernama oppida yang telah ada sebelumnya.
Urbanisasi di Afrika Romawi meluas ke kota-kota di sepanjang pantai Yunani dan
Punik.Jaringan kota-kota di seluruh Kekaisaran (coloniae, municipia, civitates, atau dalam
bahasa Yunani disebut dengan poleis) merupakan kekuatan kohesif utama pada masa Pax
Romana.Pada abad ke-1 dan ke-2 M, propaganda kekaisaran memaksa bangsa Romawi untuk
"menanamkan kebiasaan pada masa-masa damai".Pakar sejarah klasik Clifford Ando
menyatakan:

“Sebagian besar perlengkapan budaya terkenal berkaitan dengan budaya


kekaisaran—pemujaan publik dan permainan dan perjamuan sipil, kompetisi bagi
para seniman, pembicara, dan atlet, serta pendanaan sebagian besar bangunan
umum dan tempat pameran seni—dibiayai oleh individu pribadi, yang
pendanaannya bertujuan untuk membantu membenarkan kekuatan ekonomi dan
hukum mereka."

Apologetikus Kristen Tertulianus menyatakan bahwa dunia pada abad ke-2 lebih tertib
dan terpelihara dengan baik daripada zaman sebelumnya: "Dimana-mana ada rumah, dimana-
mana ada orang, dimana-mana ada res publica, persemakmuran, dimana-mana ada
kehidupan".Kemunduran kota-kota dan kehidupan masyarakat pada abad ke-4, yakni ketika
warga kelas atas tidak mampu atau menolak mendanai pekerjaan umum, adalah salah satu faktor
yang turut mendorong keruntuhan Kekaisaran.

Di kota Roma, kebanyakan penduduk tinggal di bangunan apartemen bertingkat (insulae)


yang umumnya kumuh dan mudah terbakar. Fasilitas umum—seperti pemandian (thermae),
toilet yang dilengkapi dengan air mengalir (latrinae), air mancur (nymphea) yang berasal dari air
tawar, dan tempat hiburan besar seperti arena balap kereta dan kombat gladiator—dibangun
terutama sekali untuk masyarakat umum yang tinggal di insulae.Fasilitas serupa juga dibangun di
kota-kota di seluruh Kekaisaran, dan beberapa struktur terbaik Romawi masih berdiri kukuh di
Spanyol, Prancis selatan, dan Afrika utara.

64
Pemandian umum memiliki fungsi higienis, sosial, dan budaya.Mandi adalah bentuk
sosialisasi utama dalam kehidupan sehari-hari warga Romawi yang dilakukan pada sore hari
sebelum makan malam. Pemandian Romawi dicirikan dengan serangkaian kamar yang memiliki
tiga suhu yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas, termasuk kamar latihan dan angkat beban,
sauna, spa eksfoliasi, lapangan bola, atau kolam renang luar ruangan.Pemandian memiliki
pemanas hipokaus: lantai digantungkan di atas saluran udara panas yang memberikan
kehangatan.Mandi telanjang dan bercampur antara pria dan wanita adalah hal yang lumrah pada
masa awal Kekaisaran, meskipun beberapa pemandian telah menyediakan fasilitas atau jam
mandi yang terpisah untuk pria dan wanita. Pemandian umum adalah bagian dari budaya
perkotaan di seluruh provinsi, namun pada akhir abad ke-4, kamar mandi pribadi mulai
menggantikan pemandian umum.Ajaran Kristiani menganjurkan untuk pergi ke pemandian demi
kesehatan dan kebersihan, bukan demi kesenangan semata,Kristen juga melarang beraneka
ragam pertandingan (ludi), yang merupakan bagian dari festival keagamaan yang mereka anggap
"pagan". Tertullianus berkata bahwa umat Kristen tidak hanya menarik diri dari kegiatan mandi
bersama, tetapi juga menarik diri dari kegiatan masyarakat dan perdagangan.

Keluarga kaya dari Roma biasanya memiliki dua atau lebih rumah, tempat peristirahatan
(domus, jamak: domūs) dan sekurang-kurangnya satu rumah mewah (vila) di luar kota. Domus
adalah rumah keluarga yang dimiliki secara pribadi, dan biasanya dilengkapi dengan kamar
mandi pribadi (balneum), tetapi bukanlah tempat untuk mengasingkan diri dari kehidupan
publik. Meskipun beberapa lingkungan di Roma memiliki banyak rumah-rumah mewah, warga
kaya tidak tinggal di kompleks terpisah. Rumah warga kaya dimaksudkan untuk bisa dilihat dan
mudah diakses. Atrium berfungsi sebagai ruang resepsi tempat paterfamilias (kepala rumah
tangga) berjumpa dengan tamu-tamunya setiap pagi, mulai dari kalangan keluarga kaya hingga
keluarga miskin yang menerima bantuan amal.

Rumah pribadi juga berfungsi sebagai tempat ibadah keluarga, memiliki kuil yang dihiasi
dengan lukisan leluhur keluarga.Rumah-rumah yang terletak di sepanjang jalan umum yang
sibuk dan menghadap ke jalan raya seringkali disewakan sebagai pertokoan (tabernae).
Sebaliknya, vila adalah tempat untuk melarikan diri dari hiruk pikuk kota, dan dalam literatur
digambarkan sebagai gaya hidup yang menyeimbangkan peradaban intelektual dan kepentingan
artistik (otium) dengan apresiasi terhadap alam dan siklus agrikultural.Idealnya, sebuah vila

65
terletak di lokasi-lokasi yang memiliki pemandangan bagus, yang dibingkai oleh desain
arsitektur mewah.Vila umumnya berlokasi di kompleks perumahan pekerja, atau di "kota-kota
resor" yang terletak di pinggir pantai seperti Pompeii dan Herculaneum. Program pembaruan
perkotaan pada masa pemerintahan Augustus, dan pertumbuhan penduduk Roma hingga
mencapai satu juta jiwa, telah diekspresikan dalam banyak karya seni. Banyak puisi-puisi yang
memuji kehidupan ideal para petani dan penggembala. Interior rumah seringkali dihiasi dengan
lukisan taman, air mancur, pemandangan, ornamen tumbuhan, dan hewan, terutama burung dan
hewan laut, yang dilukis dengan cukup akurat.Penyair Augustusan Horace menulis karya satir
mengenai dikotomi nilai-nilai perdesaan dan perkotaan melalui fabelnya The Town Mouse and
the Country Mouse, yang sering diceritakan kembali sebagai dongeng anak-anak.

Pada tingkat yang lebih praktis, pemerintah pusat berperan aktif dalam mendukung
pertanian.Memproduksi makanan adalah prioritas utama dalam pemanfaatan lahan.Pertanian
skala besar (latifundia) mencapai skala ekonomi yang mampu menopang kehidupan perkotaan
dan menyerap tenaga kerja.Petani kecil meraup keuntungan dari perkembangan pasar lokal dan
pusat-pusat perdagangan. Teknik pertanian seperti rotasi tanaman dan pembiakan selektif
disebarluaskan ke seluruh Kekaisaran, dan tanaman-tanaman baru diperkenalkan dari satu
provinsi ke provinsi lainnya, misalnya kacang polong dan kubis yang diperkenalkan ke Britania.

Menjaga suplai makanan untuk kota Roma telah menjadi masalah politik utama pada
masa akhir Republik, ketika negara mulai memberikan sedekah gandum (annona) kepada warga
negara yang terdaftar untuk menerimanya.Sekitar 200.000–250.000 pria dewasa di Roma
menerima sedekah gandum, atau sekitar 33 kg per bulan dan total 100.000 ton per tahun,
terutama di Sisilia, Afrika Utara, dan Mesir.Sedekah gandum ini menghabiskan biaya sekurang-
kurangnya 15 persen dari total penerimaan negara,tetapi mampu memperbaiki kondisi hidup
keluarga kelas bawah,dan mensubsidi warga kaya dengan cara memperbolehkan pekerja untuk
menghabiskan lebih banyak pendapatan mereka untuk membeli anggur dan minyak zaitun yang
diproduksi di perkebunan milik tuan tanah. Sedekah gandum juga memiliki nilai simbolis, yang
menegaskan mengenai posisi kaisar sebagai dermawan universal dan hak bagi semua warga
negara untuk memperoleh "buah-buahan hasil dari penaklukan". Annona, fasilitas umum, dan
hiburan spektakuler memperburuk kondisi kehidupan masyarakat kelas bawah Romawi dan
memicu kerusuhan sosial. Penulis satir Juvenal memandang istilah "roti dan sirkus" (panem et

66
circenses) sebagai simbol dari hilangnya kebebasan politik pada masa Republik: Masyarakat
sudah lama membuang rasa kepeduliannya: orang-orang yang pernah diberi perintah, konsul,
legiun dan semua yang lainnya, kini tak lagi ikut campur dan hanya mendambakan dua hal: roti
dan sirkus (makanan dan hiburan).

b. Makanan dan minuman

Kebanyakan apartemen di Roma tidak memiliki dapur, meskipun sebagian memiliki kompor
arang yang bisa digunakan untuk memasak. Makanan siap saji dijual di pub dan bar, losmen, dan
kios makanan (tabernae, cauponae, popinae, thermopolia). Makanan restoran tersedia untuk
kelas bawah; santapan bercita rasa tinggi hanya bisa ditemui di pesta makan malam yang
diadakan di rumah-rumah mewah yang memiliki juru masak (archimagirus) dan staf dapur
terlatih, atau pada perjamuan makan yang diselenggarakan oleh klub sosial (collegia).
Kebanyakan warga Roma mengonsumsi sekurang-kurangnya 70 persen dari kalori harian mereka
dalam bentuk sereal dan kacang-kacangan. Puls (pottage, makanan berkuah kental) dianggap
sebagai makanan asli Romawi. Pottage gandum bisa dicampur dengan sayuran cincang,
potongan daging, keju, atau tumbuh-tumbuhan sehingga menghasilkan hidangan yang mirip
dengan polenta atau risotto.

Penduduk perkotaan dan militer lebih suka mengonsumsi gandum dalam bentuk roti.
Penggilingan dan oven biasanya digabung dalam satu kompleks pembuatan roti. Pada masa
pemerintahan Aurelianus, negara mulai membagikan annona (sedekah makanan) sebagai jatah
harian dalam bentuk roti yang diproduksi di pabrik-pabrik negara, dan juga menambahkan
minyak zaitun, anggur, dan daging babi sebagai makanan sedekah. Pentingnya diet yang baik
untuk kesehatan diakui oleh penulis-penulis medis Romawi seperti Galen (abad ke-2 M), yang
dijabarkannya dalam risalah On Barley Soup. Pandangan terhadap gizi dipengaruhi oleh aliran
pemikiran seperti teori humoral. Kesusastraan Romawi umumnya menceritakan mengenai
kebiasaan makan malam di kalangan kelas atas, yang menganggap makan malam (cena)
memiliki fungsi sosial. Para tamu dalam acara makan malam dihibur di ruang makan indah
berhias (triclinium), seringkali dilengkapi dengan pemandangan taman peristal. Para tamu duduk
santai di sofa, bersandar pada siku kiri. Pada akhir masa Republik, para wanita makan, berbaring,
dan minum anggur bersama para pria.

67
Penggambaran yang paling terkenal mengenai makanan Romawi mungkin adalah pesta
makan malam Trimalchio dalam Satyricon, sebuah ekstravaganza fiksi yang memiliki sedikit
kemiripan dengan kehidupan warga kelas kaya. Penyair Martial menjelaskan mengenai hidangan
makan malam yang lebih rinci, dimulai dengan gustatio ("mencicipi" atau "pembangkit selera"),
yang terdiri dari salad daun mallow, selada, daun bawang cincang, mint, arugula, makerel yang
dicampur dengan rue, irisan telur, dan dada babi yang diasinkan. Hidangan utama terdiri dari
potongan daging kambing, kacang, sayuran, ayam, dan ham, diikuti oleh hidangan penutup
berupa buah-buahan segar dan anggur. Ungkapan bahasa latin untuk hidangan makan malam
lengkap adalah ab ovo usque mala, atau "dari telur sampai apel", serupa dengan ungkapan bahasa
Inggris "from soup to nuts" ("dari sup sampai kacang").

Sebuah buku tebal yang memuat beraneka resep Romawi dikenal dengan Apicius, ditulis
oleh beberapa tokoh dari zaman kuno. Pakar kuliner Romawi terlibat dalam perburuan liar
unggas seperti burung merak dan flamingo, ikan besar seperti mullet, dan kerang. Bumbu-bumbu
masakan mewah dibawa oleh armada ke kekaisaran dari negeri jauh, mulai dari perbatasan
Parthia hingga ke Selat Gibraltar. Penyaringan masakan yang dikonsumsi menjadi pertanda
kemajuan peradaban atau penurunan dekaden.Sejarawan kekaisaran Tacitus membandingkan
kemewahan meja makan warga Roma dengan kesederhanaan makanan bangsa Jermanik yang
hanya berupa daging liar segar, buah busuk, dan keju, berbeda jauh dengan hidangan Romawi
yang terbuat dari bumbu impor dan saus bercita rasa tinggi.Karena pentingnya peran pemilik
tanah dalam budaya Romawi, hasil tani seperti gandum, kacang-kacangan, sayur, dan buah
seringkali dianggap sebagai makanan yang lebih beradab daripada daging. Hidangan Mediterania
seperti roti, anggur, dan minyak disucikan oleh penganut Kristen Romawi, sedangkan
mengonsumsi daging Jermanik dianggap sebagai tindakan paganisme,karena merupakan hasil
dari pengurbanan hewan.

Beberapa filsuf dan pemuka Kristen menolak tuntutan jasmani dan kenikmatan makanan,
dan melaksanakan puasa sebagai cara yang ideal.Makanan menjadi lebih sederhana setelah
merosotnya kehidupan perkotaan di Barat, terganggunya rute perdagangan,dan warga kaya mulai
pindah ke perumahan di pinggiran kota.Karena gaya hidup perkotaan terkait erat dengan
dekadensi, Gereja secara resmi membatasi kerakusan,dan berburu serta pastoralisme dipandang
sebagai cara hidup yang luhur dan sederhana.

68
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bangsa Romawi adalah penduduk kota Roma, adalah sebuah kota dan comune khusus
(bernama Roma Capitale) di Italia. Roma adalah ibu kota Italia dan regioni Lazio. Dengan 2,9
juta penduduk dalam wilayah seluas 1.285 km2, Roma juga merupakan comune terpadat dan
terbesar di negara tersebut serta kota terpadat keempat di Uni Eropa menurut jumlah populasi di
dalam batas kota. Kota Metropolitan Roma memiliki populasi 4,3 juta penduduk.

Bangsa Romawi yang semula petani, setelah mengalahkan penguasa Etruskia kemudian
menjadi bangsa penguasa besar dengan menaklukan wilayah yang luas sampai ke Laut Tengah.
Bangsa yang semula petani ini kemuadian menjadi masyarakat Kapitalis dan Materialis. Selain
suka perang bangsa Romawi juga mengumpulkan kekayaan sebagai modal usaha mereka
membeli ladang-ladang dan kemudian penggarapannya dilakukan oleh para budak yang
didatangkan dari daerah-daerah jajahan.

Peradaban Romawi Kuno punya andil besar dalam perkembangan bahasa, agama, tata
kemasyarakatan, teknologi, hukum, politik, ketatanegaraan, tata cara berperang, kesenian,
kesusastraan, arsitektur, dan ilmu teknik Zaman Modern. Roma memprofesionalisasi serta
mengembangkan kekuatan militernya, dan menciptakan sistem pemerintahan res publica, yang
menginspirasi pembentukan negara-negara republik pada Zaman Modern semisal Amerika
Serikat dan Prancis. Peradaban Romawi Kuno sudah mampu melakukan rekayasa yang
mengagumkan di bidang teknologi dan arsitektur, misalnya membangun jaringan akuaduk,
jaringan jalan raya, monumen-monumen, istana-istana, dan fasilitas-fasilitas umum berukuran
raksasa.

Kekaisaran romawi mencapai batas territorial terbesarnya selama abad ke-2 M, dua abad
berikutnya menyaksikan lambatnya control romaawi atas wilayah-wilayah terpencilnya,
masalah-masalah ekonomi, termasuk inflasi, dan tekanan eksternal pada perbatasan digabungkan
untuk menciptakan krisis abad ke-3, dengan kaisar naik takhtah hanya untuk digantikan dengan
cepat oleh perampasan kekuasaan baru.

69
Kekaisaran Romawi mulai melemah pada awal abad ke-5 akibat membludaknya migrasi
dan invasi bangsa Jermanik yang membuat Kekaisaran kewalahan untuk menampung dan
melawan para pendatang ini. Kebanyakan kronologi menetapkan akhir Kekaisaran Romawi
Barat pada tahun 476, ketika Romulus Augustulus dipaksa untuk menyerahkan takhta kepada
panglima perang Jermanik Odoaker. Dengan menempatkan dirinya di bawah kekuasaan Kaisar
Timur, bukannya menobatkan dirinya sebagai Kaisar (seperti yang dilakukan oleh pemimpin
suku Jermanik lainnya setelah menggulingkan kaisar), Odoaker mengakhiri kekuasaan
Kekaisaran Barat dengan memutus garis takhta Kaisar Barat. Kontrol Kekaisaran Timur di Barat
mulai berkurang pada abad berikutnya. Kekaisaran Timur—yang saat ini dikenal dengan
Kekaisaran Bizantium, namun pada saat itu masih disebut dengan "Kekaisaran Romawi" atau
beragam nama lainnya—berakhir pada tahun 1453 setelah kematian Konstantinus XI dan
jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Utsmani.

3.2 Saran

Kita telah membahas sejarah romawi kuno sampai kekaisaran romawi, bagaimana peristiwa
pemerkosaan Lucretia yang kemudian menyebabkan rakyat memberontak dan menggulingkan
kekuasaan raja yang mengakibatkan berakhirnya kerajaan Romawi menjadi sebuah Republik
Romawi, bagaimana perkembangan budaya, bahasa, maupun system ekonominya. Dari sejarah
Romawi ini kita dapat menganalisis bagaimana suatu system pemerintahan dari suatu kekaisaran
yang punya andil besar dalam perkembangan bahasa, agama, tata kemasyarakatan, teknologi,
hukum, politik, ketatanegaraan, tata cara berperang, kesenian, kesusastraan, arsitektur, dan ilmu
teknik Zaman Modern. Kami menyarankan agar pembaca dapat mencari sumber atau informasi
yang lebih luas lagi sehingga dapat menambah penetahuannya, karena kami menyadari bahwa
pembahasan sejarah Romawi dalam makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.

70
DAFTAR PUSTAKA

Kekaisaran_Romawi_Timur, https://id.wikipedia.org/wiki/Kekaisaran_Romawi_Timur

Kerajaan_Romawi, https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Romawi

Pemerkosaan_Lucretia, https://id.wikipedia.org/wiki/Pemerkosaan_Lucretia

Republik_Romawi, https://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Romawi

Roma, https://id.wikipedia.org/wiki/Roma

Romawi_Kuno, https://id.wikipedia.org/wiki/Romawi_Kuno

Kekaisaran_Romawi, https://id.wikipedia.org/wiki/Kekaisaran_Romawi

Yunani Kuno Sejarah Romawi Kuno,


https://id.wikibooks.org/wiki/Yunani_Kuno/Sejarah/Romawi_Kuno

Machmoed Effendhie. 1999. Sejarah Budaya

Mikael Eskelner. Abad Pertengahan

71

Anda mungkin juga menyukai