Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

HIPOGLIKEMIA

Oleh :

NI MADE LINDA ADIMAHARANI


NIM. P07120215005

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV
DENPASAR
2019

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

HIPOGLIKEMIA

A. Pengertian Hipoglikemia

Hipoglikemia merupakan suatu kegagalan dalam mencapai batas normal kadar


glukosa darah (Kedia, 2011). Dan menurut McNaughton (2011), hipoglikemia merupakan
suatu keadaan dimana kadar glukosa darah <60 mg/dl. Jadi, dapat disimpulkan bahwa,
hipoglikemia merupakan kadar glukosa darah dibawah normal yaitu <60 mg/dl.
Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut yang dialami oleh penderita diabetes
mellitus. Hipoglikemia disebut juga sebagai penurunan kadar gula darah yang merupakan
keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena
ketidak seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang
digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita
merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin,
detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia)
(Nabyl, 2009).

B. Klasifikasi Hipoglikemia
Menurut Setyohadi(2012) dan Thompson(2011), Hipoglikemia dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)
Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang.
Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi,
palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
2. Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh
bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem
saraf pusat mencakup keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo,
konfusi, penurunan daya ingat, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan
ganda dan perasaan ingin pingsan.
3. Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan
pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup
disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.

C. Etiologi Hipoglikemia

Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:


a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pancreas

b. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita

diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya

c. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal

d. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.

Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :

1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.

Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda suntik

sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak dapat memantau

kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan

kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila menggunakan insulin suntik, pasien harus

memiliki monitor atau alat pemeriksa gula darah sendiri.

2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.

Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali

sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah harus

seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi kurang

maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.

3. Aktifitas terlalu berat.

Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat anda

berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar glukosa

darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik untuk menurunkan

kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.

4. Minum alkohol tanpa disertai makan.

Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan

menurun.
5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.

Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat

diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah

mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari maka

saat bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.

6. Penebalan di lokasi suntikan.

Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi

suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang sama

akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan insulin

menjadi lambat.

7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.

Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda harus

mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum

sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.

8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.

Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh

usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan

glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun

sebelum glukosa yang baru menggantikannya.

9. Gangguan hormonal.

Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon ini

berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar

gula darah menjadi terganggu.

10. Pemakaian aspirin dosis tinggi.

Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.
11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.

Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam

beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin tidak

akan mengalami hipoglikemia lagi.

D. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) antara lain:

1. Adrenergik seperti: pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar, lapar, cemas, gelisah, sakit

kepala, mengantuk.

2. Neuroglikopenia seperti bingung, bicara tidak jelas, perubahan sikap perilaku, lemah,

disorientasi, penurunan kesadaran, kejang, penurunan terhadap stimulus bahaya.

E. Patofisiologi

Dalam diabetes, hipoglikemia terjadi akibat kelebihan insulin relative ataupun absolute

dan juga gangguan pertahanan fisiologis yaitu penurunan plasma glukosa. Mekanisme

pertahanan fisiologis dapat menjaga keseimbangan kadar glukosa darah, baik pada penderita

diabetes tipe I ataupun pada penderita diabetes tipe II. Glukosa sendiri merupakan bahan

bakar metabolisme yang harus ada untuk otak. Efek hipoglikemia terutama berkaitan dengan

sistem saraf pusat, sistem pencernaan dan sistem peredaran darah (Kedia, 2011).

Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak. Selain itu otak tidak

dapat mensintesis glukosa dan hanya menyimpan cadangan glukosa (dalam bentuk glikogen)

dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu, fungsi otak yang normal sangat

tergantung pada konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi. Gangguan pasokan glukosa dapat

menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat sehingga terjadi penurunan suplay glukosa ke otak.

Karena terjadi penurunan suplay glukosa ke otak dapat menyebabkan terjadinya penurunan

suplay oksigen ke otak sehingga akan menyebabkan pusing, bingung, lemah (Kedia, 2011).
Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70-110 mg/dL. Penurunan kosentrasi glukosa

darah akan memicu respon tubuh, yaitu penurunan kosentrasi insulin secara fisiologis seiring

dengan turunnya kosentrasi glukosa darah, peningkatan kosentrasi glucagon dan epineprin

sebagai respon neuroendokrin pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal, dan

timbulnya gejala gejala neurologic (autonom) dan penurunan kesadaran pada kosentrasi

glukosa darah di bawah batas normal (Setyohadi, 2012). Penurunan kesadaran akan

mengakibatkan depresan pusat pernapasan sehingga akan mengakibatkan pola nafas tidak

efektif (Carpenito, 2007).

Batas kosentrasi glukosa darah berkaitan erat dengan system hormonal, persyarafan dan

pengaturan produksi glukosa endogen serta penggunaan glukosa oleh organ perifer. Insulin

memegang peranan utama dalam pengaturan kosentrasi glukosa darah. Apabila konsentrasi

glukosa darah menurun melewati batas bawah konsentrasi normal, hormon-hormon

konstraregulasi akan melepaskan. Dalam hal ini, glucagon yang diproduksi oleh sel α

pankreas berperan penting sebagai pertahanan utama terhadap hipoglikemia. Selanjutnya

epinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan juga berperan meningkatkan produksi dan

mengurangi penggunaan glukosa. Glukagon dan epinefrin merupakan dua hormon yang

disekresi pada kejadian hipoglikemia akut. Glukagon hanya bekerja dalam hati. Glukagon

mulamula meningkatkan glikogenolisis dan kemudian glukoneogenesis, sehingga terjadi

penurunan energi akan menyebabkan ketidakstabilan kadar glukosa darah (Herdman, 2010).

Penurunan kadar glukosa darah juga menyebabkan terjadi penurunan perfusi jaringan perifer,

sehingga epineprin juga merangsang lipolisis di jaringan lemak serta proteolisis di otot yang

biasanya ditandai dengan berkeringat, gemetaran, akral dingin, klien pingsan dan lemah

(Setyohadi, 2012). Pelepasan epinefrin, yang cenderung menyebabkan rasa lapar karena

rendahnya kadar glukosa darah akan menyebabkan suplai glukosa ke jaringan menurun
sehingga masalah keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat muncul (Carpenito,

2007).

F.

Pathway
G. Manifestasi Klinik

Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga menyebabkan

rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat menimbulkan gejala-gejala

hipoglikemi, bervariasi antara satu dengan yang lain. Pada awalnya tubuh memberikan

respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari

kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin merangsang pelepasan gula dari

cadangan tubuh tetapi juga menyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan

(berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa


lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan

menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak

mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia yang

berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Gejala yang

menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara perlahan maupun

secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat

hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi

pada pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena

melakukan olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan

hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.

Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:

1. Fase pertama yaitu gejala- gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di

hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya berupa palpitasi,

keluar banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa turun 50 mg

%.)

2. Fase kedua yaitu gejala- gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya gangguan fungsi

otak, gejalanya berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental menurun,

hilangnya ketrampilan motorik yang halus, penurunan kesadaran, kejang- kejang dan

koma (glukosa darah 20 mg%).

3. Adapun gejala- gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) antara lain


Adrenergik Neuroglikopenia
Pucat Bingung

Keringat dingin Bicara tidak jelas


Takikardi Perubahan sikap perilaku
Gemetar Lemah
Lapar Disorientasi

Cemas Penurunan kesadaran

Gelisah Kejang

Sakit kepala

Mengantuk

H. Penatalaksanaan
Menurut Kedia (2011), pengobatan hipoglikemia tergantung pada keparahan dari
hipoglikemia. Hipoglikemia ringan mudah diobati dengan asupan karbohidrat seperti
minuman yang mengandung glukosa, tablet glukosa, atau mengkonsumsi makanan ringan.
Dalam Setyohadi (2011), pada minuman yang mengandung glukosa, dapat diberikan larutan
glukosa murni 20- 30 gram (1 ½ - 2 sendok makan). Pada hipoglikemia berat membutuhkan
bantuan eksternal, antara lain (Kedia, 2011) :
1. Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena pingsan, kejang, atau
perubahan status mental, pada keadaan darurat dapat pemberian dekstrosa dalam air pada
konsentrasi 50% adalah dosis biasanya diberikan kepada orang dewasa, sedangkan
konsentrasi 25% biasanya diberikan kepada anak-anak.
2. Glukagon
Sebagai hormon kontra-regulasi utama terhadap insulin, glukagon adalah pengobatan
pertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemia berat. Tidak seperti dekstrosa, yang harus
diberikan secara intravena dengan perawatan kesehatan yang berkualitas profesional,
glukagon dapat diberikan oleh subkutan (SC) atau intramuskular (IM) injeksi oleh orang tua
atau pengasuh terlatih. Hal ini dapat mencegah keterlambatan dalam memulai pengobatan
yang dapat dilakukan secara darurat.

I. Pemeriksaan Penunjang
a. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram
oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
b. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
c. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah
yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3
bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal
antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut
menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
d. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
e. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi

J. Komplikasi
Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah selalu
dapat menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu hipoglikemia juga dapat mengakibatkan
kerusakan otak akut. Hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan
gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan neuropsikologis berat karena
efek hipoglikemia berkaitan dengan system saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku
dan pola bicara yang abnormal (Jevon, 2010) dan menurut Kedia (2011) hipoglikemia yang
berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga
dapat menyebabkan koma sampai kematian.
K. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Primer
a. Airway (jalan napas)
Kaji adanya sumbatan jalan napas. Terjadi karena adanya penurunan kesadaran/koma
sebagai akibat dari gangguan transport oksigen ke otak.
b. Breathing (pernapasan)
Merasa kekurangan oksigen dan napas tersengal – sengal , sianosis.
c. Circulation (sirkulasi)
Kesemutan dibagian ekstremitas, keringat dingin, hipotermi, nadi lemah, tekanan
darah menurun.
d. Disability (kesadaran)
Terjadi penurunan kesadaran, karena kekurangan suplai nutrisi ke otak.
e. Exposure.
Pada exposure kita melakukan pengkajian secara menyeluruh. Karena hipoglikemi
adalah komplikasi dari penyakit DM kemungkinan kita menemukan adanya
luka/infeksi pada bagian tubuh klien / pasien.
2. Pengkajian Sekunder
a. Keluhan Utama

b. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan dahulu

2) Riwayat kesehatan sekarang

3) Riwayat kesehatan keluarga

4) Kaji SAMPLE

S : Tanda dan gejala yang dirasakan klien

A : Alergi yang dipunyai klien

M : Tanyakan obat yang dikonsumsi untuk mengatasi masalah

P : Riwayat penyakit yang diderita klien


L : Makan minum terakhir, jenis yang dikonsumsi, penurunan dan peningkatan
napsu makan

E : Pencetus atau kejadian penyebab keluhan

c. Tanda tanda vital

Tekanan darah, irama dan kekuatan nadi, irama kedalaman pernapasan, dan
penggunaan otot bantu pernapasan, suhu tubuh

d. Pemeriksaan fisik

1) Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.

2) Sistem integument

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada
kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

3) Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.

4) Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,


takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

5) Sistem gastrointestinal

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,


perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
6) Sistem urinary

Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.

7) Sistem musculoskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.

8) Sistem neurologis

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek


lambat, kacau mental, disorientasi

e. Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.

L. Diagnosa Keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif b.d adanya depresan pusat pernapasan.


2. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan kadar glukosa darah.
3. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d penggunaan insulin atau obat
glikemik oral.
4. Risiko perfusi cerebral tidak efektif b.d penurunan kadar glukosa darah
DAFTAR PUSTAKA

AmArma, R.A. 2011. Diagnosis dan manajemen koma hipoglikemik pada pasien dengan
hipertensi dan anemia. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2018. http://www.fkumyecase.net
Baradero, M. 2009. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan endokrin. Jakarta: EGC
Briscoe, V.J., & Stephen N.D. 2006. Hypoglycemia in type 1 and type 2 diabetes: physiology,
pathophysiology, and management. American Diabetes Association Journal: Clinical
Diabetes.
Ernawati. 2012. Asuhan keperawatan Ny S dengan diabetes mellitus di Instalasi gawat darurat
Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Mansjoer, A. 2001. Kapita selekta kedokteran jilid 2. Jakarta: Media Aesculspius.
Naughton, C.D., Wesley H.S, & Corey S. 2011. Diabetes in the emergency department: acute
care of diabetes patients. American Diabetes Association Journal: Clinical Diabetes.
NANDA International. 2009-2011. Diagnosa keperawatan: definisi & klasifikasi 2009-2011.
(Alih bahasa: Monica Ester). Jakarta: Prima Medika
Narsih. 2007. Terapi oksigen. Yogyakarta: Instalasi Rawat Intensif RSUP Dr.Sarjito.
Nitil, K. 2011. Treatment of severe diabetic hypoglycemia with glucagon: an underutilized
therapeutic approach. Dove Press Journal
Rahmadiliyani, N., & Abi M. 2008. Hubungan antara pengetahuan tentang penyakit dan
komplikasi pada penderita diabetes melitus dengan tindakan mengontrol kadar gula darah
di wilayah kerja puskesmas 1 GatakSukoharjo. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Shafiee, G., Mohamadreza M.T., Mohammad P., & Bagher L. 2012. The importance of
hypoglycemia in diabetic patients. Journal of Diabetes & Metabolic Disorders.
Smeltzer, S.C. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah edisi 8 volume 2. Jakarta: EGC.
Soegondo, Sidartawan. 2005. Penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu. Jakarta: FKUI
Suyono. 2003. Metabolic endokrin: diabetes mellitus di Indonesia. Jakarta: PAPDI FKUI
Price, A.S. 2006. Patofisiologi konsep klinis edisi 6 volume 1: proses penyakit. Jakarta: EGC
Wilkinson, J.M. 2006. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria
hasil NOC edisi 7. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai