MAKALAH
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Media Massa
Dosen Pengampu Dr. H. Pitoyo, M. I.Kom
oleh:
Asep Aang Hidayat (1164050024)
Puji dan syukur ke hadirat Allah swt. yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya,
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Selawat serta salam dilimpahkan
kepada Nabi Muhammad saw. beserta keluarganya.
Tak lupa terima kasih kepada Rektor UIN Sunan Gunung Djati, Dekan Fakultas
Dakwah & Komunikasi, Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, Ketua Prodi Jurnalistik, Dosen
Pengampu Managemen Media Massa, orangtua, dan rekan-rekan seperjuangan yang telah
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini menganalis tentang bagaimana sebuah media massa khususnya media
daring menarasikan tulisan sebuah berita kepada para pembacanya. Dalam makalah ini akan
dibahas penulisan berita media daring “Good News From Indonesia” yang selanjutnya
disebut GNFI.
Demikian, terima kasih.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Berita I
“Kita memiliki destinasi wisata paling bersejarah di dunia, ini ikon Lampung yang
patut dibanggakan. Kita berharap, Krakatau bisa diturunkan statusnya demi
kemajuan dunia pariwisata,” kata Asisten I Setda Provinsi Lampung Heri Sulsityo
dalam sambutannya sebelum seminar.
“Krakatau tidak perlu ada perubahan status, biarkan saja sebagai cagar alam. Guna
menjamin keberlangsungan proses hunian dan keberlangsungan vegetasi alam
sangat dibutuhkan pengelolaan kawasan yang tepat sehingga dapat mewadahi
semua aspek kepentingan,” tutur ahli Kratau dari LIPI ini.
Perubahan status cagar alam, di satu sisi memang diharapkan dapat meningkatkan
jumlah wisatawan. Namun, letusan Anak Krakatau yang dapat terjadi sewaktu-
waktu, merupakan potensi bencana yang harus diperhatikan. “Anak Krakatau
dapat meletus kapan saja tanpa aba-aba. Bila terjadi erupsi saat wisatawan di
lokasi, siapa pihak yang bertanggung jawab,” jelas Tukirin.
“Krakatau di depan mata, mengapa potensi ini tidak bisa dimanfaatkan?” tutur
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Lampung Budiharto dalam seminar
internasional itu. Padahal, menurutnya, wisatawan mancanegara lebih
mendominasi kunjungan ke gunung berapi aktif tersebut. Meski tanpa surat izin,
perjalanan ke Krakatau tetap dilaksanakan. Alasan kuat yang dipertahankan
adalah landasan rencana tindak lanjut seminar yakni menurunkan status cagar
alam Krakatau menjadi taman wisata alam. Rombongan wisatawan sebanyak lima
perahu penumpang dikerahkan, satu perahu memuat 20 orang.
Siti Andriani warga Bandar Lampung yang turut dalam rombongan menceritakan
keberangkatannya, Minggu (25/8/2018) pagi. Mereka menyeberang lautan dari
Dermaga Bom Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan. “Ombak cukup besar
waktu itu. Sekitar tiga jam rombongan menempuh perjalanan menuju bibir pantai
Gunung Anak Krakatau,” jelasnya.
Sejarah
Krakatau merupakan gugusan pulau bernama Rakata, Sertung, Panjang, dan Anak
Krakatau, yang membentang di Selat Sunda. Statusnya, cagar alam seluas 13.605
hektar. Awalnya, Krakatau merupakan gunung api purba setinggi 3 ribu meter,
bergaris tengah 11 kilometer. Krakatau Purba lenyap saat erupsi di zaman
prasejarah. Letusannya memunculkan tiga kepundan aktif: Danan, Perbuatan, dan
Rakata yang selanjutnya menjelma sebagai pulau memanjang.
Pagi yang indah di Anak Krakatau. Cagar Alam Krakatau bukan sekadar untuk
dikunjungi tetapi juga harus diteliti. Foto: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia
Pagi yang indah di Anak Krakatau. Cagar Alam Krakatau bukan sekadar untuk
dikunjungi tetapi juga harus diteliti | Foto: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia
26-27 Agustus 1883, letusan luar biasa kembali mengguncang yang kali ini
menghancurkan puncak Danan dan Perbuatan, juga dua per tiga Rakata. Bencana
alam yang diikuti gelombang tsunami dan awan panas ini menewaskan 36 ribu
penduduk yang bermukim di pesisir Selat Sunda.
Sumber: Diposting ulang dari Mongabay Indonesia atas kerjasama dengan GNFI
B. Berita II
Mendapat tawaran kerja sama dari perusahaan global seperti ABC Home and
Carpet, Citizenry, Bloomingdales, Target, hingga Walmart, para perajin dari
Indonesia akan menghadirkan produk kerajinannya semua jaringan perusahaan
mereka.
Pameran ini menjadi kesempatan bagi pelaku ekonomi kreatif Indonesia untuk
bisa menemui ratusan calon pembeli dan berpotensi untuk mencapai kesepakatan
berupa pembelian dalam jumlah besar.
Untuk pameran tahun ini, seluruh perajin bisa mendapatkan pemesanan dengan
nilai total lebih dari Rp 500 Juta.
Pada pameran ini pula produk dari Indonesia berhasil mendapatkan penghargaan
sebagai Best New Product untuk produk batik indigo. Selain itu, dua kerajinan
asal Kalimantan Timur masuk sebagai finalis penghargaan produk ramah
lingkungan, satu produk dari Yogyakarta sebagai display produk fair trade, dan
satu produk dari Jakarta yang terpilih untuk feature eksklusif di HandEye
Magazine.
Dilansir dari Kompas, KJRI New York menyatakan dengan adanya penghargaan
tersebut merupakan bukti bahwa produk kriya atau kerajinan Indonesia dapat
bersaing pada pasar kerajinan di AS pada khususnya dan bahkan untuk pasar
global.
Sumber: Kompas
C. Berita III
Glamor & Megahnya Film 'Crazy Rich Asians' Juga dibantu Oleh Anak
Bangsa, Siapakah Dia?
Crazy Rich Asians' adalah sebuah film yang tengah diperbincangkan. Drama
romantis ini menjadi gebrakan baru di industri film Hollywood, dimana semua
pemerannya adalah bintang Asia. Jalan ceritanya pun dibuat sangat khas Asia
yang berbasis novel laris karya Kevin Kwan.
Bicara soal Asia, film tersebut ternyata juga melibatkan sosok Art Director asal
Indonesia dalam penggarapan filmnya. Ia adalah Teddy Setiawan Kho, yang
terlibat dalam produksi film tersebut.
Sekitar tahun 2016, Teddy mendapat rekomendasi sebuah novel berjudul sama
dengan filmnya dari seorang teman dan langsung jatuh cinta dengan ceritanya. Ia
langsung membayangkan betapa cantiknya jika cerita dalam novel karya penulis
asal Singapura itu bisa dijadikan sebuah film. Setelah satu tahun kemudian Teddy
dipercaya untuk mengangkat kemegahan dan keglamoran set yang diceritakan
dalam novel tersebut ke layar lebar.
“Karena ketika saya baca bukunya, saya sudah membayangkan setnya ‘oh ini akan
sangat cantik sekali apabila dijadikan sebuah film.’ Tapi dari situ pula mungkin
ekspektasi pribadi ya, mungkin karena ekspektasi pribadi dan gambaran yang
sudah saya punya saat membaca bukunya, di situ ada beban tersendiri saat saya
dipanggil untuk mendesain set untuk filmnya,” papar pria kelahiran tahun 1980 ini
yang dikutip dari VOA Indonesia.
Sekitar tiga bulan, Teddy dan Kyle White, seorang desainer ruang lain yang
berasal dari Kanada, bekerja langsung dengan production designer Nelson Coates
dan tim untuk membangun setiap sudut ruangan yang sangat identik dengan
kebudayaan Asia. Hampir seluruh proses syuting harus dilakukan di negara
tetangga, Malaysia.
“Betul, untuk semua rumahnya dari mulai Tyersall Park (Red: rumah kediaman
keluarga Young) itu kita shoot di Malaysia juga kita ubah. Jadi itu adalah guest
house, semacam wisma kenegaraan Malaysia yang telah lama kosong dan tidak
terawat, lalu kita renovasi dan kita perbaiki sampai jadi seperti di film. Itu di
handle oleh kami berdua, saya dan Kyle, set designer dari kanada. Lalu Kyle
menangani set bachelor party, kebetulan saya kebagian untuk pesta pernikahannya
yang di Singapura, di gereja maupun yang di Gardens by the Bay,” kata pria
lulusan fakultas seni rupa dan desain dari ITB dikutip dari VOA Indonesia.
Untuk kediaman Keluarga Young, detail di setiap sudut juga perlu diperhatikan
keasliannya, contohnya saja dinding yang dihiasi kaligrafi dan puisi yang diangkat
dari kebudayaan China, kemudian juga ada benda dan artefak yang harus dipesan
dari berbagai negara, seperti harimau imitasi yang adalah karya seorang seniman
asal Thailand. Selain harimau tersebut, ada juga barang-barang yang dipesan dari
Indonesia seperti beberapa ukiran dan kandang ayam kate. “Jadi kita yang
mendekor ruangannya, dengan mulai dari korden, mulai dari furnitur, lampu dan
aksesori lainnya,”
“Jadi Rachel Chu ngajar di universitas di New York, lalu kafe di New York,
bahkan JFK (John F. Kennedy International Airport), itu kita shoot semua di
Malaysia. Kita juga mendesain dan membangun keseluruhan set pesawat yang
ditumpangi oleh Nick dan Rachel dari New York ke Singapura,” ceritanya
Tak berhenti disitu saja, selesai di Malaysia, Teddy dan tim pergi ke Singapura
untuk membangun set lokasi syuting untuk adegan pernikahan kawan Nick.
Menjadi kebanggaan bagi dirinya mengetahui 'Crazy Rich Asians' juga menjadi
sorotan kini dan diklaim sebagai film terlaris yang berhasil menembus box office
dengan pendapatan mencapai $165 juta. Tak hanya bintang-bintangnya dan jalan
cerita, film ini juga menuai kritik positif pada pertunjukan dan desain produksinya
yang diacungi jempol.
D. Berita IV
Seberapa Kuat Nama Indonesia di Tingkat Global?
Apa yang terlintas di benak kita kita nama New Zealand disebut? Mungkin
jawabannya bisa beragam, akan tetapi mungkin tidak jauh-jauh dari alam yang
indah, pegunungan menjulang yang bersalju, padang rumput yang penuh sapi dan
biri-biri gemuk, air terjun, olahraga extreme, dan mungkin Lord of The Rings atau
Hobbits. Maka ketika slogan New Zealand adalah "100% New Zealand", semua
orang akan kemudian yakin,...ah...ini adalah produk New Zealand, dijamin
menyehatkan. Hal semacam itu lah.
Lalu bagaimana dengan Jerman? Saya pribadi langsung terlintas mesin mesin
yang hebat dan canggih, mobil-mobil yang mewah dan kencang, serta teknologi
mutakhir yang dijamin kualitasnya. Kita tidak perlu pikir panjang jika suatu
produk adalah Made in Germany.
Sementara Filipina, negeri yang sebenarnya "pernah" maju pada 1960-an, akan
diasosiasikan dengan sampah yang menggunung di Manila, perkampungan-
perkampungan kumuh, atau pemberontakan berlarut-larut di selatan.
Bagaimana dengan Indonesia? Seberapa kuat dan bagus nama kita di dunia?
Marilah kita berpikir bersama, dengan beberapa petunjuk dibawah ini (ditulis oleh
Liyanti Raharjo -BINUS):
Apakah negara kita diasosiasikan dengan makanan yang tidak enak, terkenal, dan
standar hidup yang tinggi?
Apakah orang lain sering bisa dengan cepat menunjukkan letak negara kita di
dalam peta?
Apakah negara kita tidak terkait dengan negative stereotype dan prasangka buruk?
Apakah orang-orang dari negara kita disukai?
Apakah orang lain tidak mengenali bendera negara kita?
Apakah produk-produk dari negara kita dipersepsikan sebagai top class dan
berkualitas baik?
Nah, yang bisa menjawab kita sendiri.
Ketika saya mintai pendapat, seorang teman saya dari Thailand juga bingung
memberikan branding buat Indonesia. Karena begitu besar dan beragamnya
Indonesia, maka menjadi tak mudah mencari satu branding yang paling pas. Saya
rasa yang paling pas adalah bahwa ketika orang menyebut Indonesia, yang
terlintas adalah pulau-pulau dengan pantai pasir putih, produk perkebunan dan
pertanian yang berkualitas tinggi, dan disukai, orang-orang yang selalu tersenyum,
pohon-pohon kelapa, makanan-makanan tradisional yang selain menggoda juga
'ngangenin", kebun-kebun rindang, pedesaan dan pematang sawah yang hijau.
Mungkin.
Tentu, kita perlu sepakat bahwa nge-branding seperti apapun takkan berguna bila
politik dan keamanan tak terjaga, pemerintah yang tidak sigap, media sering
mengolok-olok negeri sendiri, dan kita tak mahir menjaga dan mengangkat
reputasi negeri.
3. Analisis Penulisan berita secara rinci dari Good News From Indonesia
- Pada penulisan berita GNFI, umumnya masih sesuai dengah kaidah Jurnalistik
secara umum yakni :
1 ) Penulisan Judul Berita dengan maksimal delapan kata
2 ) Dalam setiap beritanya minimal 7-8 Paragraf
3) Atas tuntutan tren, ada juga beberapa judul berita dari GNFI yang mengarah ke
clickbyte yang bertujuan memikat pembaca.
- Peribasaha “Bad news is good news” tidak berlaku bagi GNFI. Karena GNFI
hanya menulis hal-hal yang positif dalam beritanya.
3.1 Simpulan
Berdasarkan analis dari penulisan berita media daring Good News From Indonesia, kita
ketahui bahwa istilah Bad news is good news dalam dunia jurnalistik tidak selalu menjadi
rujukan lagi. Pasalnya, para pembaca sudah bosan disuguhi konten berita dari media arus
utama yang menyajikan narasi-narasi konflik. Pemberitaan soal prestasi juga perlu di
instensifkan lagi agar para pembaca menjadi teredukasi literasinya.
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah:
1. Usahakan tidak selalu menyadur berita dari media lain.
2. Adakan laporan mendalam dalam penulisan berita.
DAFTAR PUSTAKA
https://tirto.id/good-news-is-good-news-membaca-tren-jurnalisme-positif-cEEg
https://www.goodnewsfromindonesia.id/about
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/09/17/seberapa-kuat-nama-indonesia-di-
tingkat-global
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/09/13/produk-dari-indonesia-diminati-di-
pameran-new-york-now-2018
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/09/18/apa-yang-berbeda-dari-festival-
krakatau-2018
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/09/20/glamor-megahnya-film-crazy-rich-
asians-juga-dibantu-oleh-anak-bangsa-siapakah-dia