Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS PENULISAN BERITA MEDIA DARING

“GOOD NEWS FROM INDONESIA”

MAKALAH

disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Media Massa
Dosen Pengampu Dr. H. Pitoyo, M. I.Kom

oleh:
Asep Aang Hidayat (1164050024)

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah swt. yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya,
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Selawat serta salam dilimpahkan
kepada Nabi Muhammad saw. beserta keluarganya.
Tak lupa terima kasih kepada Rektor UIN Sunan Gunung Djati, Dekan Fakultas
Dakwah & Komunikasi, Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, Ketua Prodi Jurnalistik, Dosen
Pengampu Managemen Media Massa, orangtua, dan rekan-rekan seperjuangan yang telah
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini menganalis tentang bagaimana sebuah media massa khususnya media
daring menarasikan tulisan sebuah berita kepada para pembacanya. Dalam makalah ini akan
dibahas penulisan berita media daring “Good News From Indonesia” yang selanjutnya
disebut GNFI.
Demikian, terima kasih.

Bandung, 19 September 2018

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Tentang Good News From Indonesia


Di Indonesia sendiri praktik yang mirip penulisan berita positif sudah ada sejak 2008.
Good News from Indonesia (GNFI) menjadi media pertama yang mengkhususkan diri
menulis berita-berita positif tentang Indonesia di berbagai bidang mulai dari budaya,
pariwisata, pendidikan, olahraga, militer, sains, ekonomi. Meski demikian, dilansir dari
tirto.id Akhyari Hananto, pendiri sekaligus pemimpin redaksi GNFI, menuturkan
pendirian GNFI tidak secara langsung dipengaruhi oleh Shauna Crockett-Burrow dan The
Positive News.
“Waktu itu dasar dibentuknya GNFI sebenarnya ada dua. Pertama, kurang baiknya
reputasi Indonesia di luar negeri. Kedua pudarnya [sedikit demi sedikit] kebanggaan dan
kecintaan anak muda Indonesia pada bangsanya,” katanya ketika dihubungi Tirto.
Namun, Hananto menambahkan, dalam beberapa hal ia memang mencontoh apa yang
dilakukan Shauna Crockett-Burrow. Menurutnya GNFI dibentuk untuk memberi
informasi alternatif, “untuk mengimbangi banyaknya berita negatif dari televisi dan
media mainstream”.
“Sebisa mungkin, setiap artikel, produk visual, dan informasi lain [yang kami buat]
akan membawa harapan dan inspirasi pada audience,” tutur lelaki yang juga pendiri situs
Seasia; Good News from Southasia ini.
Selanjutnya, melansir kembali dari laman berita tirto.id tentang GNFI “Dalam UU
No. 40 tahun 1999 tentang Pers, pers memiliki fungsi sebagai media pendidikan, hiburan
dan alat kontrol sosial. Berita baik ada pada ranah 'media pendidikan' itu.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini difokuskan untuk menganalisis penulisan berita
yang dilakukan oleh media daring Good News From Indonesia. Dan rumusan masalah nya
adalah :
1. Bagaimana teknik penulisan berita Good News From Indonesia
2. Judul menarik pembaca yang dibuat oleh Good News From Indonesia
3. Analisis Penulisan berita secara rinci dari Good News From Indonesia
4. Analisis Sosial media twitter dari Good News From Indonesia
1.3 Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dari analisis penulisan adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui seluk beluk penulisan berita yang dibuat oleh Good News From
Indonesia
2. Memahami agenda setting Good News From Indonesia untuk para pembacanya
3. Mengedukasi pembaca tentang kesan berita dari Good News From Indonesia
BAB 2
ANALISIS DAN PENGARUH

1.1 Penulisan Berita Good News From Indonesia


(Berita diambil secara acak di laman daring goodnewsfromindonesia.id pada
17-18 September 2018)

A. Berita I

Apa yang Berbeda Dari Festival Krakatau 2018?

Festival Krakatau merupakan ajang bergengsi tahunan yang digelar untuk


memperkenalkan indahnya Krakatau sebagai destinasi wisata andalan. Seperti
sudah keharusan, setiap puncak rangkaian festival, Pemerintah Lampung selalu
mengajak wisatawan lokal dan mancanegara mengunjungi Gunung Anak
Krakatau yang berada di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung.

Menariknya, dalam perhelatan di 2018 ini, Pemerintah Provinsi Lampung


menggelar seminar Internasional pada 23-24 Agustus lalu. Hadir sebagai
pembicara Prof. Tukirin Partomihardjo, DR. Eng. Mirza Abdurrachman, Igan S
Sutawijaya, serta Aline Scott Maxwell dan Mitchell Molisson (ahli budaya
Australia), guna mengupas tuntas vulanologi dan pemanfaatan Gunung Anak
Krakatau sebagai daya tarik wisata.

“Kita memiliki destinasi wisata paling bersejarah di dunia, ini ikon Lampung yang
patut dibanggakan. Kita berharap, Krakatau bisa diturunkan statusnya demi
kemajuan dunia pariwisata,” kata Asisten I Setda Provinsi Lampung Heri Sulsityo
dalam sambutannya sebelum seminar.

Terkait Krakatau, Tukirin menjelaskan Krakatau merupakan laboratorium alam


tiada tanding perihal suksesi primer tumbuhannya. Hingga kini secara umum,
vegetasi Krakatau masih dalam tingkat perkembangan dan pengayaan jenis.
Perkembangan vegetasi di Krakatau secara keseluruhan, akan sangat dipengaruhi
vegetasi daerah sektiar, termasuk Jawa dan Sumatera sebagai sumber benih.
Penyebaran tumbuhan di di sini bisa melalui manusia yang berkunjung, satwa,
angin, dan juga air.

“Krakatau tidak perlu ada perubahan status, biarkan saja sebagai cagar alam. Guna
menjamin keberlangsungan proses hunian dan keberlangsungan vegetasi alam
sangat dibutuhkan pengelolaan kawasan yang tepat sehingga dapat mewadahi
semua aspek kepentingan,” tutur ahli Kratau dari LIPI ini.

Perubahan status cagar alam, di satu sisi memang diharapkan dapat meningkatkan
jumlah wisatawan. Namun, letusan Anak Krakatau yang dapat terjadi sewaktu-
waktu, merupakan potensi bencana yang harus diperhatikan. “Anak Krakatau
dapat meletus kapan saja tanpa aba-aba. Bila terjadi erupsi saat wisatawan di
lokasi, siapa pihak yang bertanggung jawab,” jelas Tukirin.

Kepala BKSDA Kanwil Bengkulu-Lampung Teguh Ismail, menyiratkan


kekhawatiran yang sama. Menurut dia, pihaknya tidak menutup kegiatan
pariwisata di Lampung, namun adanya aktivitas manusia di sekitar Anak Krakatau
harus diwaspadai.

Permasalahan mendasar, status Krakatau adalah cagar alam laut. ”Minimnya


sarana penunjang pariwisata di sana, bila terjadi sesuatu, bagaimana
mengevakuasi pengunjung dari tengah laut?” tanya Teguh. Permasalahan lain
adalah belum ada formula tepat untuk mengelola potensi alamnya. “Bagaimana
memanfaatkan Krakatau tanpa mengorbankan lingkungan? Sekalipun pada
kenyataannya sudah banyak wisatawan yang berkunjung secara ilegal,” lanjutnya.

Sebelumnya, Dinas Parawisata Provinsi Lampung menyatakan kesulitan mendapat


izin membawa wisatawan dalam rangkaian festival tersebut ke Krakatau. Surat
Izin Memasuki Kawasan Konservasi (Simaksi) tak kunjung diterbitkan Balai
Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kanwil Bengkulu-Lampung, hingga
sehari sebagaimana jadwal yang direncanakan.

“Krakatau di depan mata, mengapa potensi ini tidak bisa dimanfaatkan?” tutur
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Lampung Budiharto dalam seminar
internasional itu. Padahal, menurutnya, wisatawan mancanegara lebih
mendominasi kunjungan ke gunung berapi aktif tersebut. Meski tanpa surat izin,
perjalanan ke Krakatau tetap dilaksanakan. Alasan kuat yang dipertahankan
adalah landasan rencana tindak lanjut seminar yakni menurunkan status cagar
alam Krakatau menjadi taman wisata alam. Rombongan wisatawan sebanyak lima
perahu penumpang dikerahkan, satu perahu memuat 20 orang.

Siti Andriani warga Bandar Lampung yang turut dalam rombongan menceritakan
keberangkatannya, Minggu (25/8/2018) pagi. Mereka menyeberang lautan dari
Dermaga Bom Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan. “Ombak cukup besar
waktu itu. Sekitar tiga jam rombongan menempuh perjalanan menuju bibir pantai
Gunung Anak Krakatau,” jelasnya.

Begitu tiba, penumpang turun dan melanjutkan dengan swafoto, mengabadikan


momen bersejarah tak terlupakan. Wisatawan dapat mengeksplorasi Anak
Krakatau satu jam. “Sebenarnya saya agak takut, saya melihat asap putih
mengepul dari kawah gunung,” ujarnya.

Wisatawan lokal maupun macanegara biasanya mengunjungi Anak Krakatau di


akhir pekan. Gunung berapi penuh sejarah ini akan sangat sayang jika tidak diteliti
lebih mendalam sebagai laboratorium terbaik di dunia. Wisatawan lokal maupun
macanegara biasanya mengunjungi Anak Krakatau di akhir pekan. Gunung berapi
penuh sejarah ini akan sangat sayang jika tidak diteliti lebih mendalam sebagai
laboratorium terbaik di dunia. Berikutnya, perjalanan dilanjutkan ke Pulau Sebesi.
“Perahu sempat mogok. Tidak bisa saya bayangkan bagaimana jika saat itu
aktivitas vulkanik sedang hebat-hebatnya,” kata Andriani lagi.

Forcaster Lampung melalui situs Magma Indonesia melaporkan per tanggal


11/9/2018, telah terjadi kegempaan tremor terus menerus dengan ampitudo 5-60
mm (dominan 45 mm) pada Gunung Api Anak Krakatau. Tingkat aktivitasnya
level II atau waspada. Pengelola Foscaster Lampung menjelaskan, status waspada
ini sebenarnya sudah disandang Gunung Anak Krakatau sejak tahun 2012. Hingga
saat ini belum pernah ada penurunan status.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Pos Pengamatan


Gunung Api Anak Krakatau merekomendasikan masyarakat tidak mendekati
kawah dalam radius dua kilometer.

Sejarah

Krakatau merupakan gugusan pulau bernama Rakata, Sertung, Panjang, dan Anak
Krakatau, yang membentang di Selat Sunda. Statusnya, cagar alam seluas 13.605
hektar. Awalnya, Krakatau merupakan gunung api purba setinggi 3 ribu meter,
bergaris tengah 11 kilometer. Krakatau Purba lenyap saat erupsi di zaman
prasejarah. Letusannya memunculkan tiga kepundan aktif: Danan, Perbuatan, dan
Rakata yang selanjutnya menjelma sebagai pulau memanjang.

Pagi yang indah di Anak Krakatau. Cagar Alam Krakatau bukan sekadar untuk
dikunjungi tetapi juga harus diteliti. Foto: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia
Pagi yang indah di Anak Krakatau. Cagar Alam Krakatau bukan sekadar untuk
dikunjungi tetapi juga harus diteliti | Foto: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia
26-27 Agustus 1883, letusan luar biasa kembali mengguncang yang kali ini
menghancurkan puncak Danan dan Perbuatan, juga dua per tiga Rakata. Bencana
alam yang diikuti gelombang tsunami dan awan panas ini menewaskan 36 ribu
penduduk yang bermukim di pesisir Selat Sunda.

Perkembangan selanjutnya, muncullah daratan yang diberi nama Anak Krakatau,


tahun 1930. Daratan ini, sejak awal kelahirannya bertambah luas dan meninggi
seiring ledakan vulkanis yang terjadi. Anak Krakatau ini yang sering kita namakan
Gunung Krakatau yang terus tumbuh dan diperkirakan telah mencapai ketinggian
450 meter dengan garis tengah sekitar 3 kilometer.

Sumber: Diposting ulang dari Mongabay Indonesia atas kerjasama dengan GNFI
B. Berita II

Produk dari Indonesia diminati di Pameran New York Now 2018

Indonesia berhasil mendatangkan 17 pelaku ekonomi dan memamerkan


produk khas budaya Indonesia dengan sentuhan kontemporer di Amerika Serikat.
Bekerja sama dengan Konsulat Jenderal RI di New York, Badan Ekonomi Kreatif
( Bekraf), Bank Indonesia (BI), serta BRI, para pelaku ekonomi berkesempatan
untuk mewakili Indonesia di pameran Pameran handmade, craft, and gift New
York Now.

Berlansung dari 12 sampai 15 Agustus 2018 di Jacob Javits Convention Center,


Manhattan, New York. Pameran ini dihadiri oleh ratusan calon pembeli dengan
latar belakang yang beragam seperti, desainer interior, toko ritel, perhotelan,
hingga butik.

Mendapat tawaran kerja sama dari perusahaan global seperti ABC Home and
Carpet, Citizenry, Bloomingdales, Target, hingga Walmart, para perajin dari
Indonesia akan menghadirkan produk kerajinannya semua jaringan perusahaan
mereka.

Pameran ini menjadi kesempatan bagi pelaku ekonomi kreatif Indonesia untuk
bisa menemui ratusan calon pembeli dan berpotensi untuk mencapai kesepakatan
berupa pembelian dalam jumlah besar.

Untuk pameran tahun ini, seluruh perajin bisa mendapatkan pemesanan dengan
nilai total lebih dari Rp 500 Juta.

Pada pameran ini pula produk dari Indonesia berhasil mendapatkan penghargaan
sebagai Best New Product untuk produk batik indigo. Selain itu, dua kerajinan
asal Kalimantan Timur masuk sebagai finalis penghargaan produk ramah
lingkungan, satu produk dari Yogyakarta sebagai display produk fair trade, dan
satu produk dari Jakarta yang terpilih untuk feature eksklusif di HandEye
Magazine.

Dilansir dari Kompas, KJRI New York menyatakan dengan adanya penghargaan
tersebut merupakan bukti bahwa produk kriya atau kerajinan Indonesia dapat
bersaing pada pasar kerajinan di AS pada khususnya dan bahkan untuk pasar
global.

Berikut adalah 17 pelaku ekonomi kreatif dari Indonesia yang berhasil


memamerkan produknya di dalam pameran New York Now 2018 : Karya Indah
Bordir (Banda Aceh), IR&IR (Sumatera Utara), Pokant Takaq (Kalimantan
Timur), Batik Tenun Vi (Kalimantan Timur), Borneo Craft Collection
(Kalimantan Timur), dan Desaya (Jakarta). Ada pula Noesa (Jakarta),
MeLookMel (Jakarta), Sackai Bags (Jakarta), Kana Goods (Banten), Kayou
(Banten), Pala Nusantara (Jawa Barat), Indo Risakti (Yogyakarta), Siji
(Yogyakarta), Galeri Batik Jawa (Yogyakarta), Jenggala (Bali), dan Dewi's Silver
and Gold (Bali).

Sumber: Kompas

C. Berita III

Glamor & Megahnya Film 'Crazy Rich Asians' Juga dibantu Oleh Anak
Bangsa, Siapakah Dia?

Crazy Rich Asians' adalah sebuah film yang tengah diperbincangkan. Drama
romantis ini menjadi gebrakan baru di industri film Hollywood, dimana semua
pemerannya adalah bintang Asia. Jalan ceritanya pun dibuat sangat khas Asia
yang berbasis novel laris karya Kevin Kwan.
Bicara soal Asia, film tersebut ternyata juga melibatkan sosok Art Director asal
Indonesia dalam penggarapan filmnya. Ia adalah Teddy Setiawan Kho, yang
terlibat dalam produksi film tersebut.

Sekitar tahun 2016, Teddy mendapat rekomendasi sebuah novel berjudul sama
dengan filmnya dari seorang teman dan langsung jatuh cinta dengan ceritanya. Ia
langsung membayangkan betapa cantiknya jika cerita dalam novel karya penulis
asal Singapura itu bisa dijadikan sebuah film. Setelah satu tahun kemudian Teddy
dipercaya untuk mengangkat kemegahan dan keglamoran set yang diceritakan
dalam novel tersebut ke layar lebar.

“Karena ketika saya baca bukunya, saya sudah membayangkan setnya ‘oh ini akan
sangat cantik sekali apabila dijadikan sebuah film.’ Tapi dari situ pula mungkin
ekspektasi pribadi ya, mungkin karena ekspektasi pribadi dan gambaran yang
sudah saya punya saat membaca bukunya, di situ ada beban tersendiri saat saya
dipanggil untuk mendesain set untuk filmnya,” papar pria kelahiran tahun 1980 ini
yang dikutip dari VOA Indonesia.

Sekitar tiga bulan, Teddy dan Kyle White, seorang desainer ruang lain yang
berasal dari Kanada, bekerja langsung dengan production designer Nelson Coates
dan tim untuk membangun setiap sudut ruangan yang sangat identik dengan
kebudayaan Asia. Hampir seluruh proses syuting harus dilakukan di negara
tetangga, Malaysia.

“Betul, untuk semua rumahnya dari mulai Tyersall Park (Red: rumah kediaman
keluarga Young) itu kita shoot di Malaysia juga kita ubah. Jadi itu adalah guest
house, semacam wisma kenegaraan Malaysia yang telah lama kosong dan tidak
terawat, lalu kita renovasi dan kita perbaiki sampai jadi seperti di film. Itu di
handle oleh kami berdua, saya dan Kyle, set designer dari kanada. Lalu Kyle
menangani set bachelor party, kebetulan saya kebagian untuk pesta pernikahannya
yang di Singapura, di gereja maupun yang di Gardens by the Bay,” kata pria
lulusan fakultas seni rupa dan desain dari ITB dikutip dari VOA Indonesia.
Untuk kediaman Keluarga Young, detail di setiap sudut juga perlu diperhatikan
keasliannya, contohnya saja dinding yang dihiasi kaligrafi dan puisi yang diangkat
dari kebudayaan China, kemudian juga ada benda dan artefak yang harus dipesan
dari berbagai negara, seperti harimau imitasi yang adalah karya seorang seniman
asal Thailand. Selain harimau tersebut, ada juga barang-barang yang dipesan dari
Indonesia seperti beberapa ukiran dan kandang ayam kate. “Jadi kita yang
mendekor ruangannya, dengan mulai dari korden, mulai dari furnitur, lampu dan
aksesori lainnya,”

“Jadi Rachel Chu ngajar di universitas di New York, lalu kafe di New York,
bahkan JFK (John F. Kennedy International Airport), itu kita shoot semua di
Malaysia. Kita juga mendesain dan membangun keseluruhan set pesawat yang
ditumpangi oleh Nick dan Rachel dari New York ke Singapura,” ceritanya
Tak berhenti disitu saja, selesai di Malaysia, Teddy dan tim pergi ke Singapura
untuk membangun set lokasi syuting untuk adegan pernikahan kawan Nick.

Menjadi kebanggaan bagi dirinya mengetahui 'Crazy Rich Asians' juga menjadi
sorotan kini dan diklaim sebagai film terlaris yang berhasil menembus box office
dengan pendapatan mencapai $165 juta. Tak hanya bintang-bintangnya dan jalan
cerita, film ini juga menuai kritik positif pada pertunjukan dan desain produksinya
yang diacungi jempol.

Sumber : VOA Indonesia, DetikHOT, Bustle, Real Living,

D. Berita IV
Seberapa Kuat Nama Indonesia di Tingkat Global?

Apa yang terlintas di benak kita kita nama New Zealand disebut? Mungkin
jawabannya bisa beragam, akan tetapi mungkin tidak jauh-jauh dari alam yang
indah, pegunungan menjulang yang bersalju, padang rumput yang penuh sapi dan
biri-biri gemuk, air terjun, olahraga extreme, dan mungkin Lord of The Rings atau
Hobbits. Maka ketika slogan New Zealand adalah "100% New Zealand", semua
orang akan kemudian yakin,...ah...ini adalah produk New Zealand, dijamin
menyehatkan. Hal semacam itu lah.
Lalu bagaimana dengan Jerman? Saya pribadi langsung terlintas mesin mesin
yang hebat dan canggih, mobil-mobil yang mewah dan kencang, serta teknologi
mutakhir yang dijamin kualitasnya. Kita tidak perlu pikir panjang jika suatu
produk adalah Made in Germany.

Tetangga-tetangga kita juga mati-matian membangun branding. Australia


termasuk yang paling sukses. Ketika nama Australia disebut, orang biasanya akan
terlintas sebuah petualangan dan penjelajahan, rumah-rumah besar dengan
halaman yang luas, great barrier reefs, mobil-mobil 'outback', celana pendek
petualang, dan semacam itu. Singapura, tentu saja sudah sangat berhasil.

India, Bangladesh, Pakistan, Srilanka, Filipina, mungkin termasuk yang gagal


(atau bahkan mereka tidak pernah mencoba) membangun nation branding. Hampir
semua orang mengasosiasikan India, Bangladesh, dengan kereta api tua yang
penuh sesak, tidak teratur, dengan orang-orang yang berpakaian lusuh..jalan-jalan
yang semrawut, kabel-kabel listrik yang terjuntai tak teratur, orang-orang yang
tidak tersenyum, dll. Mungkin Srilanka hampir sama.

Sementara Filipina, negeri yang sebenarnya "pernah" maju pada 1960-an, akan
diasosiasikan dengan sampah yang menggunung di Manila, perkampungan-
perkampungan kumuh, atau pemberontakan berlarut-larut di selatan.

Bagaimana dengan Indonesia? Seberapa kuat dan bagus nama kita di dunia?

Marilah kita berpikir bersama, dengan beberapa petunjuk dibawah ini (ditulis oleh
Liyanti Raharjo -BINUS):

Apakah negara kita diasosiasikan dengan makanan yang tidak enak, terkenal, dan
standar hidup yang tinggi?
Apakah orang lain sering bisa dengan cepat menunjukkan letak negara kita di
dalam peta?
Apakah negara kita tidak terkait dengan negative stereotype dan prasangka buruk?
Apakah orang-orang dari negara kita disukai?
Apakah orang lain tidak mengenali bendera negara kita?
Apakah produk-produk dari negara kita dipersepsikan sebagai top class dan
berkualitas baik?
Nah, yang bisa menjawab kita sendiri.

Ketika saya mintai pendapat, seorang teman saya dari Thailand juga bingung
memberikan branding buat Indonesia. Karena begitu besar dan beragamnya
Indonesia, maka menjadi tak mudah mencari satu branding yang paling pas. Saya
rasa yang paling pas adalah bahwa ketika orang menyebut Indonesia, yang
terlintas adalah pulau-pulau dengan pantai pasir putih, produk perkebunan dan
pertanian yang berkualitas tinggi, dan disukai, orang-orang yang selalu tersenyum,
pohon-pohon kelapa, makanan-makanan tradisional yang selain menggoda juga
'ngangenin", kebun-kebun rindang, pedesaan dan pematang sawah yang hijau.

Mungkin.

Tentu, kita perlu sepakat bahwa nge-branding seperti apapun takkan berguna bila
politik dan keamanan tak terjaga, pemerintah yang tidak sigap, media sering
mengolok-olok negeri sendiri, dan kita tak mahir menjaga dan mengangkat
reputasi negeri.

1.2 Analisis Penulisan Berita goodnewsfromindonesia.id


Berdasarkan dari empat sampel berita di atas, beberapa poin bisa dianalisis sesuai
dengan rumusan masalah makalah ini.
1. Bagaimana teknik penulisan berita Good News From Indonesia?
- Penulisan berita dari GNFI umumnya hanya menulis berita positif tentang
Indonesia dari semua aspek 5W + 1H
- Jenis berita yang ditulis umumnya adalah Straight news, feature, dan opini
yang memberitakan informasi baik tentang Indonesia yang bertujuan
menumbuhkan semangat masyarakat Indonesia.
- Produksi berita pada GNFI dibuat oleh jurnalis GNFI, kontributor, dan
mengutip berita dari media lain yang sesuai dengan kriteria GNFI atas seizin
media itu dan menyantumkan sumbernya
- Dari pengamatan ini, hampir 40% berita GNFI disadur dari media lain dengan
isi berita yang dikehendaki oleh redaksi GNFI
.
2. Judul menarik pembaca yang dibuat oleh Good News From Indonesia
- Dalam penulisan judulnya, GNFI cenderung normatif dan mengikuti tren media
arus utama saat ini yakni membuat pembacanya penasaran tetapi tidak
mengarah kepada clickbyte
- Karena fokus GNFI pada berita baik tentang Indonesia, maka para pembaca
dengan sendirinya akan tertarik dengan judul berita dari GNFI.

3. Analisis Penulisan berita secara rinci dari Good News From Indonesia
- Pada penulisan berita GNFI, umumnya masih sesuai dengah kaidah Jurnalistik
secara umum yakni :
1 ) Penulisan Judul Berita dengan maksimal delapan kata
2 ) Dalam setiap beritanya minimal 7-8 Paragraf
3) Atas tuntutan tren, ada juga beberapa judul berita dari GNFI yang mengarah ke
clickbyte yang bertujuan memikat pembaca.
- Peribasaha “Bad news is good news” tidak berlaku bagi GNFI. Karena GNFI
hanya menulis hal-hal yang positif dalam beritanya.

4. Analisis Sosial media twitter dari Good News From Indonesia


Pada analisis ini, penulis akan menggunakan twitter sebagai rujukan dari analisis
media sosial .
- Laman Good News From Indonesia di twitter adalah https://twitter.com/GNFI
- Jumlah Pengikut GNFI adalah 1,6 Juta (Per 19 September 2018)
- Dalam unggahannya GNFI tidak mengunggah berita secara langsung tetapi
hanya berbagi tautan
- Agar menarik minat pembaca, GNFI meringkas tulisan beritanya untuk sebagai
bahan pra-tinjau pembaca di twitter
- Dalam sehari, GNFI bisa menggunggah berita sekitar kurang lebih 48 berita
(Dihitung dari konsistensi pengunggahan berita 30 menit sekali)
- Dalam setiap unggahan nya, rata-rata pengikut GNFI me-retweet 15 kali
(aktivitas ini terhitung kecil dibanding dengan jumlah pengikutnya yang 1,6
Juta)
BAB 3
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan analis dari penulisan berita media daring Good News From Indonesia, kita
ketahui bahwa istilah Bad news is good news dalam dunia jurnalistik tidak selalu menjadi
rujukan lagi. Pasalnya, para pembaca sudah bosan disuguhi konten berita dari media arus
utama yang menyajikan narasi-narasi konflik. Pemberitaan soal prestasi juga perlu di
instensifkan lagi agar para pembaca menjadi teredukasi literasinya.

3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah:
1. Usahakan tidak selalu menyadur berita dari media lain.
2. Adakan laporan mendalam dalam penulisan berita.
DAFTAR PUSTAKA

https://tirto.id/good-news-is-good-news-membaca-tren-jurnalisme-positif-cEEg
https://www.goodnewsfromindonesia.id/about
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/09/17/seberapa-kuat-nama-indonesia-di-
tingkat-global
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/09/13/produk-dari-indonesia-diminati-di-
pameran-new-york-now-2018
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/09/18/apa-yang-berbeda-dari-festival-
krakatau-2018
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/09/20/glamor-megahnya-film-crazy-rich-
asians-juga-dibantu-oleh-anak-bangsa-siapakah-dia

Anda mungkin juga menyukai