Anda di halaman 1dari 46

PROPOSAL PENELITIAN

OPTIMALISASI KOMUNIKASI PEMERINTAHAN ASN


DINA S K EBUDA Y A A N DA N PA R IWISA TA
TERHADAP PENGELOLAAN DESA WISATA
RAMMANG – RAMMANG DI KAB. MAROS

DISUSUN OLEH:
ANDI REZKI PRATAMA PUTRA
06520180044

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
DAFTAR PUSTAKA

Majid, Abd. Rayudaswati Budi. 2013. Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi

Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muslim Indonesia.

Yogyakarta : Lentika Book.

PT. Gama Multi Usaha Mandiri. 2012. Penyusunan Dokumen Rencana Induk

Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Maros.

Yogyakarta

Cangara, Hafield. 2016. Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Kedua. Jakarta :

Rajawali Pers

Dr. Suharni A. Fachrin.,S.Pd, Dkk. 2021. Panduan Penulisan Proposal dan

Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Muslim Indonesia.

Morisan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta : PRENADA

MEDIA GROUP.

Andre Hardjana. 2018. Komunikasi Organisasi Strategi Interaksi dan

Kepemimpinan Edisi 2. Yogyakarta : Rajawali Pers

Sandiaga Salahuddin Uno, Dkk. 2020 Tren Pariwisata 2021. Jakarta : Celsius

Creative Lab.
Sumber Lain :

Ihsannudin, 2020. Fakta Lengkap Kasus Pertama Virus Corona di Indonesia.

https://nasional.kompas.com/read/2020/03/03/06314981/fakta-lengkap-

kasus-pertama-virus-coronadi-indonesia?page=all (diakses pada 29

Desember 2021, pukul 19.00 WITA).

Wahyu Chandra. 2021. Wisata Alam Rammang-rammang:

Dibangun Aktivis, Diresmikan Menteri

https://www.google.com/amp/s/www.mongabay.co.id/2021/06/27/wisata-

alam-rammang-rammang-dibangun-aktivis-diresmikan-menteri/amp/

(diakses pada 29 Desember 2021, pukul 19.15 WITA).

 Eko Rusdianto. 2020. Cerita Rammang-rammang di Masa Pandemi

https://www.mongabay.co.id/2020/05/17/cerita-rammang-rammang-di-

masa-pandemi/ (diakses pada 29 Desember 2021, pukul 20.00 WITA).

Kemenparekraf/Baparekraf RI. 2021. Tren Pariwisata Indonesia di Tengah

Pandemi https://kemenparekraf.go.id/ragam-pariwisata/Tren-Pariwisata-

Indonesia-di-Tengah-Pandemi (diakses pada 30 Desember 2021, pukul

17.00 WITA).

https://jdih.baliprov.go.id/uploads/produk-hukum/peraturan/1990/UU/uu-9-

1990.pdf (diakses 30 Desember 2021, pukul 18.00 WITA)

https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/38685/uu-no-23-tahun-2014 (diakses 1

Januari 2022, pukul 10.00 WITA)


https://www.academia.edu/40374745/OPTIMALISASI_SINERG_ITAS_PEMER

INTAH_DAERAH_DAN_MASYARAKAT_DESA_DALAM_PENGEL

OLAAN_PARIWISATA_DI_KABUPATEN_LABUHANBATU_UTAR

A (diakses 1 Januari 2022, pukul 13.00 WITA)


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih yang tak pernah pilih
kasih, Tuhan Maha Penyayang yang sayangnya tiada terbilang dan senantiasa
mengiringi tiap gerak langkah bahkan nafas penulis, sehingga dapat menyusun
laporan kegiatan lapangan (internship) yang dilaksanakan di Dinas Kebudayan &
Pariwisata Kabupaten Maros.
Shalawat dan salam senantiasa pula tercurah kepada pemilik pribadi nan
mulia, sang revolusioner sejati yang tiada banding dari hamba yang lain
Rasulullah Muhammad SAW. Mudah-mudahan ajaran yang ditinggalkannya
senantiasa menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan praktek lapangan
(internship) ini masih terdapat banyak kekurangan. Penulis tentunya mendapat
bantuan dari berbagai pihak yang telah memberi masukan, membimbing,
mengarahkan, serta memberi dukungan moril selama proses penyelesaian laporan
ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya.
2. Kedua Orang tua serta keluarga tercinta yang selalu memberikan
dukungan moral serta material.
3. A.Muttaqin Mustari.S.Sos.M.Si selaku ketua jurusan Ilmu Komunikasi
yang telah memberikan bimbingan serta arahan mulai dari awal hingga
akhir kegiatan praktek lapangan dapat terselesaikan;
4. M. Ferdiansyah, S.IP selaku kepala dinas kebudayan dan pariwisata
kabupaten maros.
5. Yusriadi Arief, SS selaku kepala bidang pariwisata kabupaten maros.
6. Kepada seluruh Staf Dinas Kebudayan dan Pariwisata Kabupaten Maros
selalu memberikan support dan memberikan pengalaman di dunia
pekerjaan
7. Kak Teguh yang memberikan inovasi dan saran di lapangan selama
program magang (Internship) di Disbudpar maros
8. Kepada Seluruh Teman-Teman Komunikasi Angkatan 2018, yang telah
memberikan dukungan.
9. Kepada Teman-Teman Duta Wisata, Forum Komunikasi DARA DAENG
(FKDDM) yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada saya.

Akhir kata, apa yang disusun menjadi tanggung jawab penulis, semoga
laporan ini bermanfaat bagi semua orang terutama bagi penulis sendiri. Aamiin.
Saran dan kritik yang membangun sangat diharapakan demi penyempurnaan
laporan ini.

Maros,

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah

Negara Republik Indonesia merupakan Negara yang memiliki sangat

banyak potensi sumber daya alam yang melimpah, keanekaragaman hayati dan

peninggalan sejarah atau budaya. Berlimpahnya sumber daya alam yang ada dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi, ketika sumber daya tersebut dapat di kelola

dengan baik sesuai dengan apa yang paling diminati masyrakat. Sehingga

pemanfaatan sumber daya alam tersebut tidak akan habis waktu, ataupun materi

akibat ketidakberhasilan dalam mengelola sumber daya.

Pembangunan pariwisata pada hakikatnya merupakan upaya untuk

mengembangkan dan memanfaatkan obyek dan daya tarik wisata yang terwujud

dalam bentuk kekayaan alam yang indah, keanekaragaman flora dan fauna,

kemajemukan tradisi dan seni budaya atau peninggalan sejarah. Hal ini sejalan

dengan UU No. 9 Tahun 1990 (mengenai kepariwisataan dan peraturan

pelaksanaanya) disebutkan bahwa keadaan alam, flora, fauna, peninggalan

purbakala, peninggalan sejarah serta seni budaya yang dimiliki bangsa Indonesia

merupakan sumber daya dan modal yang besar bagi usaha pengembangan dan

peningkatan kepariwisataan.

Namun, semenjak adanya wabah corona virus disease 2019 (covid-19)

menjadi tantangan baru di sektor pariwisata. Pandemi covid-19 merupakan

penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang pertama kali

ditemukan di Wuhan, Tiongkok, pada bulan Desember 2019. Pada

1
perkembangannya, pandemi covid-19 telah menyebar ke berbagai negara di

seluruh dunia tidak terkecuali di Indonesia. Ihsannudin, 2020. Fakta Lengkap

Kasus Pertama Virus Corona di Indonesia.

https://nasional.kompas.com/read/2020/03/03/06314981/fakta-lengkap-kasus-

pertama-virus-coronadi-indonesia?page=all (diakses pada 29 Desember 2021,

pukul 19.00 WITA).

Pandemi COVID-19 telah menghantam industri pariwisata dan ekonomi

kreatif di Indonesia.sejak Februari 2020 jumlah wisatawan mancanegara yang

masuk ke Indonesia mengalami penurunan yang sangat drastis, dan puncaknya

terjadi April 2020 dengan jumlah wisatawan hanya sebanyak 158 ribu. Jika

ditotal, sepanjang tahun 2020 jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke

Indonesia hanya sekitar 4,052 juta orang. Bisa dibilang, angka tersebut sangat

memprihatinkan, karena dari total tersebut hanya sekitar 25% dari jumlah

wisatawan yang masuk ke Indonesia pada 2019.

Hal ini pun berdampak pada pendapatan negara di sektor pariwisata.

Adanya pembatasan sosial berskala besar dan ditutupnya akses keluar-masuk

Indonesia, menyebabkan penurunan pendapatan negara di sektor pariwisata

sebesar Rp20,7 miliar. Kemenparekraf RI. 2021. Tren Pariwisata Indonesia di

Tengah Pandemi https://kemenparekraf.go.id/ragam-pariwisata/Tren-Pariwisata-

Indonesia-di-Tengah-Pandemi (diakses pada 30 Desember 2021, pukul 17.00

WITA).

2
Mengingat sektor pariwisata di Indonesia menduduki peranan yang sangat

penting dalam menunjang pembangunan nasional sekaligus merupakan salah satu

faktor yang sangat strategis dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan

devisa negara.

Pembangunan pada umumnya dan pembangunan pariwisata pada

khususnya perlu memperhatikan kondisi daerah serta faktor fisik dan non fisik.

Hal ini untuk menghindari kerusakan lingkungan yang berlebihan, oleh karena itu

pembangunan di sektor pariwisata hendaknya memperhatikan prinsip

pembangunan yang berwawasan lingkungan dan pengembangan masyarakat lokal.

Pengembangan pariwisata yang berwawasan lingkungan adalah pengembangan

pariwisata yang memiliki kontribusi tinggi terhadap ekonomi masyarakat

setempat, dengan kata lain pengembangan tersebut hendaknya dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat dengan tetap mempertahankan kelestarian

lingkungan dan nilai budaya.

Pariwisata merupakan salah satu bidang potensi dan sumber pendapatan

yang dikembangkan daerah sebagaimana dikutip dari Undang – Undang Nomor

23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, maka pembangunan daerah

diarahkan kepada beberapa kebijakan pembangunan yang menggambarkan

perubahan pembangunan dan pengembangan daerah serta pengelolaan

pembiayaan melalui penataan kembali kelembagaan pemerintahan dan aparat

daerah dalam mengemban tugas dan fungsinya agar terwujud penyelenggaraan

pembangunan yang demokratis dan desentralistis. Oleh karena itu daerah dituntut

3
untuk mampu berkreasi dan berinovasi dalam menggali potensi dan sumber

pendapatan daerah.

Di Sulawesi Selatan terdapat banyak sekali potensi daya tarik yang

dikembangkan oleh Pemerintah daerah. Terkhusus Kabupaten Maros menjadi

daerah yang mampu dikenal oleh masyarakat lokal hingga mancanegara

dikarenakan daya tarik wisata menarik yang dimiliki seperti Taman Nasional

Alam Bantimurung, dan Rammang – Rammang yang masuk dalam wilayah

Maros Pangkep Geopark.

Rammang – Rammang menjadi warisan wisata alam yang sudah diakui

oleh UNESCO, sebagai Karst terbesar ke-2 Di Dunia setelah Cina. Pesona

Keindahan gugus karstnya yang luar biasa indah dan megah membuatnya menjadi

salahsatu kandidat untuk maju merebut predikat Nasional Geopark Unesco.

Rammang-Rammang juga mempunyai sejumlah objek pariwisata alam

lain yaitu Telaga Bidadari, Gua Bulu Barakka, Gua Telapak dan Gua Pasaung.

Menyusuri sungai Rammang-Rammang mata akan disuguhi dengan pemandangan

indah, yang mana sepanjang pinggiran sungai tumbuh hutan pohon nipa yang

dihiasi oleh gugusan pegunungan kapur yang berdiri tegak di pinggir sungai serta

hamparan sawah.

Wisata alam Rammang-Rammang terletak di Kampung Berua, Desa

Salenrang, Kecamatan Bontoa yang berjarak ± 10 km ke arah utara ibukota

Kabupaten Maros. Untuk menuju ke lokasi wisata tersebut dapat ditempuh dengan

dua jalur yaitu jalur darat dengan jarak tempuh 30 menit sampai 1 jam dan jalur

sungai dengan jarak tempuh yang lebih cepat.

4
Nama Rammang-Rammang sendiri berasal dari bahasa daerah setempat

yaitu Bahasa Makassar, di mana kata rammang yang bisa diartikan sebagai awan

atau kabut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa arti kata rammang-rammang

adalah sekumpulan awan atau kabut. Menurut cerita penduduk setempat, tempat

ini diberi nama Rammang-Rammang dikarenakan awan atau kabut yang selalu

turun terutama di pagi hari atau ketika hujan.

Rammang-Rammang dibuka pada tahun 2012 sebagai bentuk perlawanan

dan ketidaksetujuan masyarakat setempat, dikarenakan hadirnya produksi

tambang batu marmer. Seiring berjalannya waktu dengan keinginan untuk

melindungi kawasan ini, terus mendorong banyak pihak untuk memperjuangkan

regulasi perlindungan, yang kemudian melahirkan PERDA No.3 Tahun 2019

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Kawasan Ekosistem Esensial Karst Maros

Pangkep. Hingga sampai pada hadirnya Bapak Menteri Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif, Sandiaga Uno dalam kunjungannya sekaligus meresmikan Rammang-

Rammang yang berada di desa Salenrang sebagai kebangkitan desa wisata

di tahun 2021. Wahyu Chandra. 2021. Wisata Alam

Rammang-rammang: Dibangun Aktivis, Diresmikan Menteri

https://www.google.com/amp/s/www.mongabay.co.id/2021/06/27/wisata-alam-

rammang-rammang-dibangun-aktivis-diresmikan-menteri/amp/ (diakses pada 29

Desember 2021, pukul 19.15 WITA).

Adanya penetapan UU Pariwisata oleh pemerintah, semua daerah yang ada

di Indonesia melalui dinas pariwisata setempat mengembangkan dan melakukan

5
pembangunan terhadap potensialam yang dimilikinya untuk dijadikan sebagai

obyek wisata. Pemerintah daerah dalam menarik perhatian dan minat kunjungan

masyarakat, baik melalui swasta maupun pemerintah membangun semua fasilitas.

seperti pembangunan fasilitas pantai, pembangunan hotel atau penginapan,

pembangunan jalan, pengadaan transportasi laut dan fasilitas-fasilitas lain yang

mendukung. serta melakukan berbagai macam promosi. agar obyek wisata

ditempat tersebut mendapat pengunjung dan layak dijadikan sebagai obyek wisata

unggulan.

Terdapat penelitian terdahulu mengenai pariwisata yang di kelola oleh

pemerintah maupun masyarakat. Penelitian terdahulu mengenai pengelolaan

pariwisata yang berbasis masyarakat yang menjelaskan bahwa bagaimana

pengelolaan desa wisata rammang dalam sudut pandang dimana peran masyarakat

sebagai pengelolanya.

“Menurut Mauizatul Hasanah (2017; 56-57) dalam penelitian

Pariwisata Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism)

terdapat beberapa elemen-elemen yang membuat pariwisata

berbasis masyarakat berhasil yakni : Sumber daya alam terjaga

dengan baik,Ekonomi lokal dan modal produksi tergantung

keberlanjutan penggunaan sumber daya. Kebudayaan yang unik

sebagai tujuan. Masyarakat berbagi kesadaran, norma dan

ideology. Masyarakat memiliki tokoh yang dituakan yang mengerti

akan tradisi lokal dan pengetahuan serta kebijakan setempat.

Masyarakat memiliki rasa saling memiliki dan ikut berpartisipasi

6
dalam pembangunan yang dilakukan oleh mereka sendiri.

Masyarakat memiliki aturan dan peraturan untuk lingkungan,

budaya dan manajemen pariwisata. Organisasi lokal atau

mekanisme yang ada untuk mengelola pariwisata dengan

kemampuan untuk menghubungkan pariwisata dan pengembangan

masyarakat. Keuntungan didistribusi secara adil bagi masyarakat.

Keuntungan dari pariwisata memberikan konstribusi terhadap

dana masyarakat untuk pembangunan ekonomi dan sosial

masyarakat. Membina proses belajar bersama antara tuan rumah

dan tamu. Mendidik dan membangun pemahaman tentang budaya

dan cara hidup yang beragam. yang beragam Meningkatkan

kesadaran konservasi alam dan budaya dikalangan wisatawan

dan masyarakat setempat.”

Komunikasi Pemerintahan pada dasarnya adalah segala sesuatu tentang

praktik komunikasi yang berlangsung di ruang lingkup pemerintahan. Hampir

seluruh aparatur pemerintahan tahu tentang Komunikasi Pemerintahan namun

belum tentu mereka semua memahami cara berkomunikasi yang baik/efektif,

khususnya para penyelenggara pemerintah dalam melaksanakan tugas dan fungsi

utama pemerintahan yang mencakup pemberian layanan, pemberdayaan, dan cara

mencapai kesejahteraan tanpa merugikan pihak lain. Sebagian orang menganggap

hal ini mudah, namun pada kenyataan di lapangan tidak jarang memunculkan

konflik antara individu, kelompok, dan antar lembaga.

7
Dari kewenangan dan posisi dalam struktur pemerintahan, Pemerintah

berkedudukan sebagai leader/pemimpin  sehingga memiliki fungsi memberitahu

(komunikator) bukan semata-mata mendengar (komunikan).

Sebaliknya, masyarakat sebagai pengguna atau penerima pesan/komunikan

mengatakan kepada Pemerintah (pemimpin) bahwa apa yang mereka harapkan

diperoleh dan didengar langsung dari pemimpinnya. Pemerintah berperan sebagai

regulator, fasilitator, dan motivator dalam pengembangan atau pengelolaan

potensi wisata alam Rammang – Rammang.

Sebagai mana pemerintah daerah Kabupaten Maros mengambil kebijakan

untuk melakukan pembangunan di sektor wisata sesuai dengan isi Peraturan

Daerah Kabupaten Maros Nomor 4 Tahun 2012 pasal 7 tentang pengembangan

potensi pariwisata yang diharapkan mampu memberikan kontribusi yang cukup

berarti bagi pengembangan daerah, sehingga tolak ukur keberhasilan dari usaha

tersebut tidak hanya terbatas pada kesuksesan rencana dan pelaksanaan program

pengembangan pariwisata, akan tetapi seberapa besar sektor pariwisata mampu

memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah.

Oleh karena itu, pentingnya peran pemerintah sebagai regulator dalam

penerapan semua peraturan pemerintah dan undang-undang yang berlaku mutlak

dilaksanakan oleh pemerintah. Di dalam pengembangan pariwisata harus

merupakan pengembangan yang berencana secara menyeluruh, sehingga dapat

diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat, baik dari segi ekonomi, Sosial

dan kultural. Perencanaan tersebut harus mengintegrasikan pengembangan

pariwisata kedalam suatu program pembangunan ekonomi, fisik, dan sosial dari

8
suatu negara. Disamping itu, rencana tersebut harus mampu memberikan kerangka

kerja kebijakan pemerintah, untuk mendorong dan mengendalikan pengembangan

pariwisata.

Peran pemerintah sebagai fasilitator yaitu peranan pemerintah dalam

mengembangkan pariwisata dalam garis besarnya adalah menyediakan

infrastruktur (Tidak hanya bentuk fisik), memperluas berbagai fasilitas. Sementara

itu peran pemerintah sebagai motivator yaitu kegiatan koordinasi antara aparatur

pemerintah dengan pihak wisata, pengaturan dan promosi umum keluar negeri.

Tidak dapat dipungkiri bahwa hampir diseluruh daerah Indonesia terdapat potensi

pariwisata, maka yang diperhatikan adalah sarana transportasi, keadaan

infrastruktur dan sarana-sarana pariwisata. Potensi pariwisata perlu dikembangkan

dan dibina secara terarah, terpadu, dan berkelanjutan agar dapat meningkatkan

kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan

usaha dan meratakan pendapatan yang pada akhirnya mampu menunjang

pembangunan daerah kabupaten Maros.

Berdasarkan paparan di atas menjadi pertimbangan atau alasan penulis

tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih lanjut mengenai “Optimalisasi

Komunikasi Pemerintahan ASN Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata

Terhadap Pengelolaan Desa Wisata Rammang – Rammang Di Kab. Maros”

dalam penulisan skripsi ini penulis akan mengkaji optimalisasi peran Pemerintah

terhadap pengelolaan Desa wisata Rammang – Rammang Maros di masa Pandemi

Covid-19.

9
b. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis akan

mengangkat permasalahan penelitian yaitu:

1. Bagaimana optimalisasi peran Pemerintah terhadap pengelolaan Desa wisata

Rammang – Rammang Maros di masa Pandemi Covid-19 ?

2. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam pengelolaan

Desa wisata Rammang – Rammang di masa Pandemi Covid-19 ?

c. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang di kemukakan tersebut, maka tujuan

dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui optimalisasi peran Pemerintah terhadap pengelolaan Desa

wisata Rammang – Rammang Maros.

2. Untuk mengetahui Faktor – faktor yang mempengaruhi optimalisasi peran

Pemerintah terhadap pengelolaan Desa wisata Rammang – Rammang Maros.

d. Manfaat Penelitian
Adapun manfaaat penelitian berdasarkan rumusan masalah yang di atas

yaitu penelitian ini di harapkan dapat menjadi bermanfaat untuk di persembahkan

kepada pembaca umumnya kepada penulis khususnya, di antaranya:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini akan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan berupa

informasi mengenai peran pemerintah dalam pengembangan potensi wisata alam

Rammang – Rammang di Dinas Pariwisata Kabupaten Maros dan sebagai bahan

referensi bagi peneliti yang selanjutnya.

10
2. Manfaat Praktis

a. Untuk objek penelitian ini di jadikan acuan untuk merubah pandangan bagi

generasi muda untuk sadar wisata.

b. Untuk peneliti sendiri, dapat mengembangkan pengetahuan tentang

optimalisasi peran Pemerintah terhadap pengelolaan Desa wisata.

c. Untuk referensi, yakni dapat menjadi bahan rujukan bagi para peneliti

selanjutnya

3. Manfaat Akademis diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengemban

studi komunikasi khususnya mata kuliah public relations. Serta dapat

dijadikan sebagai referensi dan masukan bagi peneliti yang akan

mengembangkan tentang “optimalisasi peran Pemerintah terhadap

pengelolaan Desa wisata Rammang – Rammang di Kab. Maros” serta

memberikan wawasan tambahan terkhusus pada kajian Ilmu Komunikasi.

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Optimalisasi

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, W.J.S. poerdwadarminta (1997:753)


dikemukakan bahwa: “Optimalisasi adalah hasil yang dicapai sesuai dengan
keinginan, jadi optimalisasi merupakan pencapaian hasil sesuai harapan secara
efektif dan efisien”. Optimalisai banyak juga diartikan sebagai ukuran dimana
semua kebutuhan dapat dipenuhi dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.
Menurut Winardi (1999:363) Optimaslisai adalah ukuran yang menyebabkan
tercapainya tujuan sedangkan jika dipandang dari sudut usaha, Optimalisasi
adalah usaha memaksimalkan kegiatan sehingga mewujudkan keuntungan yang
diinginkan atau dikehendaki. Dari paparan diatas dapat kita ketahui bersama
bahwa optimalisasi dapat terwujud ketika suatu harapan dari tujuan yang ingin
dicapai dapat terwujud, alhasil dari usaha maksimal yang direncanakan lalu
dilaksanakan untuk mencapai hasil secara efektif dan efisien agar optimal.

2.2 Komunikasi Pemerintahan


Suatu pemerintahan tidak lepas dari proses komunikasi yang terjadi baik

mencakup internal maupun eksternal organisasi pemerintahan. Dikarenakan

komunikasi merupakan aspek terpenting namun juga kompleks dalam kehidupan

manusia. “Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki

orang mengendalikan lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar

sesama manusia. (2) melalui pertukaran informasi. (3) untuk menguatkan sikap

dan tingkah laku orang lain. (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku”.

(Book, 1980). Menurut Rogers dan D.Lawrence Kincaid (1981) bersama

melahirkan suatu definisi baru yang menyatakan bahwa : “Komunikasi adalah

suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran

12
informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling

pengertian yang mendalam”.

Setiap orang tentunya akan berusaha untuk dapat memahami dan

merasakan apa yang dialaminya. Melalui apa yang dirasakan oleh diri sendiri dan

lingkungan sekitar menghasilkan proses pemaknaan. Dalam beberapa hal makna

yang disampaikan dapat dipahami dengan jelas oleh orang lain, namun terkadang

makna itu tidak sangat kabur, sehingga menjadi sulit untuk dipahami dan bahkan

akan bertentangan dengan makna sebelumnya.

Bahkan seringkali terdapat orang yang tidak mengenal etika dalam

berkomunikasi, yang dapat dikatakan sangat penting dalam menjalin hubungan

yang baik untuk menciptakan (mutual understanding). Dengan wawasan dan

pengetahuan yang dimiliki tentang konsep, teori, dasar-dasar praktik komunikasi

yang baik, seseorang dapat menjadi pekerja komunikasi yang terampil,

professional, dan akan lebih memudahkan pandangan dalam menafsirkan

peristiwa secara lebih fleksibel dan bermanfaat.

Organisasi dibentuk melalui komunikasi ketika sekumpulan individu

punya tujuan bersama. Proses komunikasi organisasi dalam pemerintahan

menghasilkan berbagai hal seperti hubungan kewenangan, terciptanya peran,

adanya jaringan komunikasi, dan iklim organisasi.

Di dalam suatu organisasi pemerintahan, komunikasi yang dilakukan oleh

individu dan kelompok merupakan bagian penting dari proses organisasi yang

berlangsung terus-menerus (ongoing organizing process). Dari proses organisasi

mencakup sekumpulan orang-orang yang mengelola kewenangan-kewenangan,

13
melaksanakan kepemimpinan dan koordinasi pemerintahaan serta pembangunan

masyarakat dari lembaga-lembaga dimana mereka ditempatkan. Pemerintah

merupakan organisasi atau wadah yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan

menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu.

Dinas ariwisata

Littlejohn dan Foss (2008) membagi pembahasan mengenai teori

organisasi ini ke dalam tiga dimensi yaitu : 1. Struktur, bentuk, dan fungsi

organisasi. 2. Manajemen, kontrol dan kekuasaan organisasi; dan budaya

organisasi.

2.3 Pariwisata
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 menjelaskan bahwa

pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas

serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan

pemerintah daerah. Pengembangan pariwisata tentunya memerlukan langkah-

langkah yang strategis dan terpadu terutama mengenai pendidikan tenaga-tenaga

kerja. khususnya yang bergerak di bidang pariwisata dan perencanaan

pengembangan fisik. Kedua hal tersebut saling terkait sehingga pengem-bangan

tersebut menjadi realistis dan proporsional dalam mendukung majunya sektor ini.

14
Agar suatu obyek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata yang

menarik, maka faktor yang sangat menunjang adalah sarana dan prasarana obyek

wisata tersebut. Karena sarana dan prasarana sangat diperlukan untuk mendukung

dari pengembangan obyek wisata. Penelitian Syahrizal Efendi Lubis, S.H, M.Kn

(2018).

Menurut J.Spillane (1998:15) mengemukakan bahwa pariwisata adalah

keseluruhan dari gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman tempat

tinggal sementara, asalkan pendiaman itu tidak tinggal menetap dan tidak

memperoleh penghasilan dari aktivitas yang bersifat sementara.

Diperkuat oleh Murphy dalam Pitana dan Putu (2005:45), pariwisata

adalah keseluruhan dari elemen-elemen terkait (wisatawan, daerah tujuan wisata,

perjalanan, industri, dan lain-lain) yang merupakan akibat dari perjalanan wisata

ke daerah tujuan wisata, sepanjang perjalanan tersebut tidak permanen.

Berdasarkan 2 pendapat para ahli sebelumnya dapat disimpulkan bahwa

pariwisata adalah feedback yang timbul dari perjalanan yang dilakukan sementara

dan mencakup berbagai elemen seperti wisatawan, daerah tujuan wisata,

perjalanan, industri, dan sebagainya.

2.4 Pengelolaan desa wisata


Desa wisata menurut Muliawan (2008) adalah desa yang memiliki potensi
keunikan dan daya tarik wisata yang khas, baik berupa karakter fisik lingkungan
alam pedesaan maupun kehidupan sosial budaya kemasyarakatan yang dikelola
dan dikemas secara menarik dan alami dengan pengembangan fasilitas pendukung
wisatanya, dalam suatu tata lingkungan yang harmonis dan pengelolaan yang baik
dan terencana sehingga siap untuk menerima dan menggerakkan kunjungan
wisatawan ke desa tersebut, serta mampu menggerakkan aktifitas ekonomi

15
pariwisata yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat
setempat.
Menurut Henny Ferniza (2017:61) dalam pengembangan dan pengelolaan
pariwisata, tentu tidak luput dari permasalahan-permasalahan ataupun kendala.
Permasalahan atau kendala yang dihadapi oleh pemerintah dalam pengembangan
kawasan wisata di Indonesia antara lain :
a. Keterbatasan dukungan sarana dan prasarana penunjang

b. Terbatasnya biaya atau anggaran pembangunan sektor wisata

c. Belum tersedianya SDM yang betul-betul mampu melihat peluang maupun

tantangan dari sektor kepariwisataan

d. Belum terbinanya koordinasi antara lembaga-lembaga pemerintah daerah

setempat.

e. Belum ada program pemasaran dan promosi pariwisata yang

efektif yang menggunakan pendekatan proffesional, kemitraan antara swasta,

pemerintah dan masyarakat bertujuan memperkuat jaringan kelembagaan, untuk

meningkatkan kunjungan wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun

nusantara. Pemberdayaan masyarakat merupakan pembangunan atau pengelolaan

dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat, dimana masyarakat

setempat harus dilibatkan secara aktif dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi

untuk pembangunan desa wisata demi untuk meningkatkan kesejahteraan dan

kualitas hidup masyarakat. Tyas Kusumah Admaja1 , Oktiva Anggraini2 ,

Suwarjo3

16
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian yang dibutuhkan oleh peneliti yaitu 2 (dua) bulan yang

dilaksanakan pada Bulan Februari 2022 sampai dengan Bulan April 2022. Adapun

lokasi penelitian yaitu pada Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Maros. Penentuan lokasi ini antara lain didasarkan atas pertimbangan bahwa

Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga merupakan tempat Instansi yang

mengelola seluruh asset dan potensi wisata sebagai wisata lokal.

3.2 Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah kualitatif, yaitu suatu penelitian

yang mendeskripsikan atau yang menggambarkan tentang hal-hal yang mau

diteliti yaitu mengenai peran pemerintah dalam pengembangan potensi wisata

alam Bantimurung Kabupaten Maros dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

2. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif yang

dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai Peran

Pemerintah Dalam Pengembangan Potensi Wisata Alam Bantimurung di

Dinas Pariwisata Kabupaten Maros.

17
3.3 Sumber data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini sesuai dengan permasalahan dan

tujuan penelitian, dibagi kedalam dua jenis data yaitu:

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung melalui observasi dan

Wawancara dengan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Maros, Staf, serta

masyarakat dan pengunjung yang dapat memberikan keterangan yang terkait

dalam penelitian.

2. Data sekunder adalah data-data yang di peroleh dari buku-buku, dokumen dan

literatur serta bahan-bahan tertulis baik dari dalam maupun dari luar yang terkait

dengan pokok bahasan dalam penelitian ini.

3.4 Informan Penelitian

Informan adalah objek penting dalam sebuah penelitian. Informan

penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang

situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Informan merupakan orang yang

benar-benar mengetahui permasalahan yang akan diteliti. Informan yang

dilibatkan dalam penelitian ini merupakan orang yang dianggap dapat

memberikan informasi dan keterangan sesuai dengan situasi dan kondisi objek

penelitian. Informan juga harus berbentuk adjective, karena akan mempengaruhi

valid atau tidaknya data yang kita teliti, dan hal itupun akan mempengaruhi

keabsahan data yang kita teliti. Adapun Informan di dalam penelitian ini dapat

dilihat pada tabel dibawah ini:

18
No. Inisial Jabatan KET
Kepala Dinas Pariwisata

Kabupaten Maros

3.5 Teknik Pengumpulan data

Suatu karya ilmiah membutuhkan sarana untuk menemukan dan

mengetahui lebih mendalam mengenai gejala-gejala tertentu yang terjadi di

masyarakat. Dengan demikian kebenaran karya ilmiah tersebut dapat di

pertanggung jawabkan secara ilmiah. Sebagai tindak lanjut dalam memperoleh

data-data sebagaimana yang diharapkan, maka penulis melakukan telmik

pengumpulan data yang berupa:

1. Observasi

Insntumen penelitian ini digunakan didalam pengumpulan data dengan cara

peneliti melakukan kunjungan langsung ke lokasi penelitian dan melakukan

19
pengamatan secara langsung tentang masalah yang diteliti yaitu mengenai

Peran Pemerintah Dalam Pengembangan Potensi Wisata Alam Bantimurung

Di Dinas Pariwisata Kabupaten Maros.

2. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu

dilalmkan oleh dua pihak yaitu pewawancara (Interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (Interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu.

3. Dokumentasi

Teknik Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekunder, yakni

dengan cara menelaah dokumen dan kepustakaan yang dikumpulkan dari

berbagai dokumen seperti; peraturan perundang-undangan, arsip, laporan dan

dokumen pendukung lainnya yang memuat pendapat para ahli kebijakan

sehubungan dengan penelitian,

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik Analisis Data Teknik analisis data dilakukan pada waktu

bersamaan dengan proses pengumpulan data berlangsung. Menurut Miles &

Huberman dalam Sugiyono (.2012 : 334) Analisis data dilakukan melalui tiga

alur, yakni :

20
1. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian, data yang telah di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas.

2. Penyajian Data (Data Display)

Pada penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Dalam hal ini peneliti

berusaha untuk menguraikan secara singkat tentang hal-hal yang akan diteliti.

3. Penarikan Kesimpulan

(Conclusion Drawing and Verification) Langkah ke tiga dalam analisis data

menurut Miles and Hubberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran

suatu objek.

3.7 Keabsahan Data

Salah satu cara paling penting dan mudah dalam uji keabsahan hasil

penelitian adalah dengan melakukan triangulasi. Teknik pengumpulan data

triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat

21
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang

telah ada. Menurut Sugiyono (2012: 368) ada tiga macam triangulasi yaitu :

1. Triangulasi Sumber Trianguasi sumber berarti membandingkan dengan cara

mengecek ulang derajat kepercavaan suatu informasi yang diperoleh melalui

sumber yang berbeda. Misalnya, membandingkan hasil pengamatan dengan

wawancara,

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Misalnya data diperoleh dengan ivawancara, lalu dicek dengan observasi,

dokumentasi. Bila dengan teknik pengujian kredibilitas data tersebut,

menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih

lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk

memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin semuanya benar

karena sudut pandangannya berbeda-beda.

3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpul

dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih segar,

belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga

kredibel. Untuk itu, dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan

dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik

lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data

yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga ditemukan

22
kepastian datanya. Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek

hasil penelitian, dari tim penelitian lain yang diberi tugas melakukan

pengumpulan data.

3.8

A. Penelitian yang Relevan

Beberapa peneliti terdahulu yang terkait di antaranya adalah pertama,

Samsidar (2019) mahasiswa fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar dengan judul penelitian ‘’Nilai Pesta Adat Wotu Dalam

Interaksi Masyarakat Maritim di Kec Wotu Kab. Luwu Timur jenis penelitian yang

di gunakan adalah penelitian kualitatif metode pendekatan sosial dan sosiologi.

Hasil penelitian ini mengambarkan pola interaksi masyarakat Maritem dengan nilai

sosial pesta adat Wotu

Persamaan antara peneliti yang dilakukan Samsidar dengan penelitian

yang akan dilakukan peneliti saat ini yaitu sama- sam objeknya masyarakat Wotu

dengan metode penelitian kualitatif. Letak perbedaan penelitian yang dilakukan

Samsidar dan peneliti yang akan dilakukan oleh peneliti yakni pada bagian focus

penelitian penelitian yang dilakukan Samsidar berfokus pada proses interaksi

sosial, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti saat ini berfokus pada

komunikasi budaya digital dalam mempertahankan nilai leleuhuradat kemacoaan

Wotu KabupatenLuwu Timur.

23
Kedua Firda (2020) mahasiswa Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas

Hasanuddin dengan judul penelitian Makna Simbolik Ritual ‘’Metari’’ Di Suku

Wotu, Kabupaten Luwu Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola

perilaku masyarakat di Kacamatan Wotu Kabupaten Luwu Timur di pengaruhi

oleh adat istiadat mereka yang masih di pertahankan hingga saat ini.

Peramaan antara penelitian yang dilakukan antara Firda dengan penelitian

yang akan di lakukan peneliti terletak pada objeknya yakni masyarakat Wotiu

dengan metode penelitian kualitatif. Sedangkan letak perbedaannya berada pada

subjek penelitian

Ketiga, Junita Amir (2019) mahasiswa Ekonomi Syariah Fakultas Ekonimi

Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo dengan judul penelitian

“Hubungan Kepercayaan Adat Maccera Tasi Terhadap Pendapatan Masyarakat

Nelayan Di Desa Lampinai Kecematan Wotu Kabupaten Luwu Timur.hasil

penelitian ini adalah tingkat kepercayaan adat maccera Tasi terhadap pendapatan

masyarakat nelayan sehingga hipotesis tersebut harus di uji dengan satu arah,

sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti saat ini berfokus dari beberapa

objek dan pada subjek penelitian dengan menggunakan metode penelitian

kualitatif.

D. Kerangka Pikir

Kerangka pemikiran merupakan sistesa tentang hubungan antara variabel

yang disusun dari teori yang telah dideskripsikan, kemudian dianalisis secara

kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan tentang hubugan variable tersebut

yang selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.

24
Komunikasi budaya adalah dua hal yang tak dapat di pisahkan. Budaya

pada dasarnya merupakan nilai- nilai yang muncul dari proses interaksi antar

induvidu. Nilai – Nilai ini diakui, baik secara langsung maupun tidak langsung,

seiring waktu yang dilalui dalam interaksi tersebut. Bahkan terkadang sebuan nilai

tersebut berlangsung di dalam alam bawah sadar induvidu dan diwariskan pada

generasi berikutnya. Oleh karena itu peneliti mengangkat penelitian dengan judul

‘’Komunikasi Budaya Digital dalam Mempertahankan Nilai Leluhur Kemacoaan

Wotu Kabupaten Luwu Timur’’

Wotu, salah satu daerah dan sebagai pemukiman secara adminstratif

berada di kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur atau berjarak sekitar 513 km

dari kota Makassar ibukota Provensi Sulawesi Selatan. Suku wotu berada dalam

orang bugis, mereka berdiri sendiri sebagai etnis atau suku yang telah hadir di

wilayah ini sejak lama. Suku Wotu adalah suku tertuayang ada di Tanah Luwu.

Keberadaan suku Wotu ini memiliki sejarah panjang, bahkan mereka pernah

memiliki kerajaan yang lebih tua dri kerajaan Luwu namun kenyataannya tradisi-

tradisi oral sedemikian kuat pada elompok-kelompok masyarakat yang berkaitan

dengan konsep kepemimpinan tradisional seperti Macoa di Wotu dan Makole di

Baebunta.

Ware (Pusat Kerajaan) Luwu yang pertama yaitu pada abad ke IX sampai

abad ke XIII, Pusat kerajaan pada saat itu masih di sekitar wotu, wilayah

Bilassalamoa (Kebun Dewata). Kajangki Luwu, yang yang merupakan asli taruian

Luwu sebagaimana yang telah tercantun dalam sure La Galigo. Wotu terdiri dari

dua Tarian yaitu Tarian Kajangki dan Tarian Sumajo. Salah satu upacara budaya

25
di Kec. Wotu Kab. Luwu Timur yaitu Upacara Adat Maccera Tasi. Upacara Adat

Maccera Tasi adalah sebuah upacara tradisional dalam masyarakat nelayan yang

ada wilayah tersebut. Upacara ini sudah berlangsung lama dan tetap dilakukan

sehingga sekarang secara turun temurun dalam kurun waktu tiga tahun sekali.

Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian mengenai ‘’Komunikasi Budaya

Digital dalam Mempertahankan Nilai Leluhur Kemacoaan Wotu Kabupaten Luwu

Timur Dengan tujuan yang akan di capai dalam penelitian ini perubahan budaya

pada masyarakat Wotu dalam mempertahankan nilai-nilai leluhur yang

mempengaruhi budaya ma syarakat Wotu.

Adapun metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yatu

metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan perspektif partisipan

dengan strategi- strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel untuk memahami

fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan.

Agar penelitian ini dapat terarah, maka di perlukan kerangka pikirsebagai

berikut:

Masyarakat Adat
Kemacoaan Wotu
Kabupaten Luwu Timur

Komunikasi
Budaya Digital
Teori Tindakan
Sosial (Harbert
Metode Blumer)
Kualitatif Memaknai Ketahanan
Teori Kontruksi
Deskriptif komunikasi Nilai Tradisi Sosial (Berger &
Digital Leluhur Lukman)
Teori Sinkronisasi
Budaya (Hamelink
dalam Liliweri 1983:
26 23)
 Makna Komunikasi Digital pada
Adat kemacoaan Wotu
 Ketahanan Nilai TradisiLeluhur
Adat Kemacoaan

E.Definisi Konseptual

Untuk membantu dalam dalam memahami istilah serta menentukan fakta

agar terhindar dari kesalahan multitafsir maka peneliti memberikan definisi

konseptual dalam penekitian tersebut:

1. Suku Wotu adalah suku tertua yang ada di tanah Luwu. Keberadaan suku Wotu

ini memiliki sejarah panjang bahkan mereka perna memiliki kerajaan yang lebih

tua dari kerajaan Luwu

2. Komunikasi Budaya Digital Budaya digital sejatinya merupakan hasil olah

pikir, kreasi, dan cipta karya manusia berbasis teknologi internet. Keberadaannya

memberi dampak perubahan yang signifikan pada dalam dunia bisnis dan

organisasi. . Hampir semua dimensi kehidupan sosial masyarakat modern pun

terimbas evolusi digital.

3. Nilai Tradisi Leluhur merupakan paduan dari frase nilai-nilai luhur dan warisan

leluhur memiliki pesan sangat kuat bahwa di da;lam warisan leluhur terkandung

nilai-nilai leluhur yang tidak boleh di abaikan oleh para pewarisnya.

4. Pola komunikasi dalam berinteraksi dari berbagai kegiatan manusia yang

berhubungan dengan kegiatan manusia yang lain, interaksi simbolik.

5. Teori Tindakan Sosial

27
(dalam tindakan tradisional) masyarakat yang masih memiliki kebudayaan yang

masih kental dan sehingga melakukan tindakan tersebut tanpa mengkritisi

keberannya.

 Harbert Blumer (makna sebagai kontruksi sosial)

Interaksi simbolik menurut blumer memiliki tiga premis utama yaitu (1) manusia

bertindak berdasarkan makna yang ada pada sesuatu tersebut. (2) makna yang

didapatkan berdasarkan hasil interaksi dengan orang lain.(3) makna-makna

tersebut kemudian direvisi, diubah atau disempurnakan melalui prosesinteraksi

 Teori Sinkronisasi Budaya (Hamelink dalam Liliweri, 1983: 23)

lalu lintas produk budaya masih berjalan satu arah dan pada dasarnya mempunyai

mode yang sinkronik

6. Kemacoaan adalah pemangku adat tertinggi yang dipercayai oleh masyarakat-

masyarakat sekitar

28
29
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan interpretif berangkat dari upaya untuk mencari penjelasan

tentang peristiwa-peristiwa sosial atau budaya yang didasarkan pada perspektif dan

pengalaman orang yang diteliti. Pendekatan interpretatif diadopsi dari orientasi

praktis. Secara umum pendekatan interpretatif merupakan sebuah sistem sosial

yang memaknai perilaku secara detail langsung mengobservasi. (Newman, 1997:

68). Interpretif melihat fakta sebagai sesuatu yang unik dan memiliki konteks dan

makna yang khusus sebagai esensi dalam me- mahami makna sosial. Interpretif

melihat fak- ta sebagai hal yang cair (tidak kaku) yang me- lekat pada sistem

makna dalam pendekatan interpretatif. Fakta-fakta tidaklah imparsial,objektif dan

netral.

Fakta merupakan tindakan yang spesifik dan kontekstual yang beragan-

tung pada pemaknaan sebagian orang dalam situasi sosial. Interpretif menyatakan

situasi sosial mengandung ambiguisitas yang besar. Perilaku dan pernyataan dapat

memiliki mak- na yang banyak dan dapat dinterpretasikan dengan berbagai cara.

(Newman, 2000: 72). Paradigma ini menekankan pada ilmu bukanlah didasarkan

pada hukum dan prose- dur yang baku;, setiap gejala atau peristiwa bisa jadi

memiliki makna yang berbeda; ilmu bersifat induktif, berjalan dari yang sepesi- fik

menuju ke yang umum dan abstrak. Ilmu bersifat idiografis, artinya ilmu

mengungkap realitas melalui simbol-simbol dalam bentuk deskriptif. Pendekatan

interpretif pada ak- hirnya melahirkan pendekatan kualitatif.

30
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif

deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah penelitian yang datanya dianalisi

berdasarkan kata-kata ataupun gambar. Penelitian ini bertujuan untuk memahami

keadaan dan situasi yang ada di lapangan atau lokasi penelitian terkait

denganmempertahankan nilai-nilai leleuhur di Kecamatan Wotu Kabupaten Luwu

Timur.

Menurut Creswell (2017:4) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif

(qualitative research) merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan

memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap

berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini

melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan

prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan,

menganalisis data dan menafsirkan makna data.

Penelitian yang digunakan adalah menggunakan pendekatan

fenomenologi. Dimana den gan studi fenomenologi mencoba mencari arti dari

pengalaman dalam kehidupan. Peneliti menghimpun data berkenaan dengan

konsep, pendapat,pendirian sikap, penilaian dan pemberian makna terhadap situasi

atau pengalaman dalam kehidupan. Tujuan dari penelitian fenomenologi adalah

mencari atau menemukan makna dari hal-hal yang esensial atau mendasar dari

pengalaman hidup tersebut, penelitian dilakukan melalaui wawancara mendalam.

Sehingga peneliti dapat mengkaji, memperdalam peristiwa tentang kominikasi

budaya digital pada masyarakat wotu dalam mempertahankan nilai-nilai leluhur.

31
B. Jenis & Sumber Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam peneltian ini adalah :

1. Jenis Data Primer

Data yang dikumpulkan melalui pengamatan langsung pada obyek. Untuk

melengkapi data, maka melakukan wawancara secara langsung dan mendalam

dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebagai alat

pengumpulan data.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian yang relevan dan data yang

tidak secara langsung diperoleh dari responden, tetapi diperoleh dengan

menggunakan dokumen yang erat hubungannya dengan pembahasan.Yaitu data

yang didapatkan dari hasil telaah buku referensi atau dokumentasi, dan sumber

penunjang selain dari sumber primer, sebagai bahan pendukung dalam

pembahasan proposal yang seringkali juga diperlukan oleh peneliti. Sumber ini

biasanya berbentuk dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia. Sebagai

data sekunder penulis mengambil dari buku-buku, jurnal, Skripsi, Web, Blog,

artikel atau dokumentasi yang berhubungan dengan penelitian ini. Data penelitian

sekunder ini yaitu dokumen yang berkaitan dengan pesta adat Wotu pada di

Kecamatan Wotu Kabupaten Luwu Timur.

3. Analisis Data

Seluruh rangkaian informasi dan fakta lapangan yang berhasil dikumpulkan

dilapangan akan dianalisis secara kualitatif dengan menggambarkan secara utuh

32
dan jelas serta mendalam yang kemudian akan dinarasikan dan 35

diinterpretasikan oleh penulis berdasarkan penelitian yang dilakukan

C. Waktu & Lokasi Penelitian

 Waktu penelirian

Peelitian ini akan dilaksanakan atau ditentukan sesuai dengan waktu yang di

perlukan dalam penelitian ini dan pada saat surat izin penelitian terbit.

 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Suku Wotu, Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu

Timur, Sulawesi Selatan.

D. Informan penelitian

Dalam pengambilan data digunakan teknik purposive sampling adalah

teknik pengambilan informan sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Pertimbangan tertentu ini, misalnya adalah orang tersebut dianggap yang paling

tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin orang tersebut menjadi

penguasa sehingga akan memudahkan mencari informasi yang diteliti. Dalam

menentukan Informan dapat dilakukan dengan cara melalui keterangan orang

yang berwenang baik secara formal (pemerintah) maupun informal. Adapun

informan adalah orang-orang yang berinteraksi langsung seperti tokoh

masyarakat, pemangku adat dan masyarakat sekitar

Tujuan informan adalah agar peneliti dapat memperoleh informasi yang

akurat dan benar-benar memenuhi persyaratan karena informan tersebut

mengetahui secara lengkap tentang lapangan atau daerah penelitian tersebut.

33
E. Pengumpulan data

Pengumpulan Data Sugiyono (2015: 62) teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama

dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan

data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data

yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,

yaitu observasi langsung, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti dapat

berinteraksi langsung dengan subjek penelitiannya, yaitu masyarakat yang terlibat

langsung dalam pesta adat. Teknik tersebut, memudahkan peneliti dalam

pengambilan data yang diperlukan.

1. Observasi

Creswell (2017:254) menagatakan bahwa observasi adalah ketika peneliti

langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-

individu di lokasi penelitian. Dalam pengamatan ini, peneliti merekam/mencatat

baik dengan cara terstruktur maupun semistruktur aktivitas- aktivitas di lokasi

penelitian.

2. Wawancara

Wawancara yang digunakan adalah face to face interview (wawancara

berhadap-hadapan) dengan partisipan, terlibat dalam focus group interview

(wawancara dalam kelompok tertentu) atau suatu bentuk komunikasi verbal. 36

Jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi dengan topik

penulisan. Proses wawancara dapat dilakukan oleh kedua belah pihak yakni

pewawancara dan diwawancara dalam proses wawancara ada beberapa bentuk-

34
bentuk pertanyaan yang akan diajukan oleh pewawancara yakni : wawancara

terstruktur dan wawancara tidak terstruktur atau terbuka. Wawancara terstruktur

yaitu wawancara dengan mengajukan pertanyaan yang menuntut jawaban-

jawaban tertentu.

Misalnya setuju, ragu-ragu, tidak setuju. Sedangkan wawancara tidak

terstruktur yaitu wawancara yang dilakukan penulis dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang tidak dibatasi jawabannya, artinya pertanyaan yang

mengandung jawaban yang terbuka. Pada tahap ini peneliti banyak mendapat

kendala dimana peneliti harus menemui masyarakat yang memiliki kesibukan

namun mampu memberikan waktu luang untuk peneliti mewawancarai mereka.

Tidak hanya itu peneliti mendatangi informan langsung baik dirumah maupun

mendatangi mereka ditempat kerja.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah sekumpulan berkas yakni mencari data mengenai

hal- hal berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, jurnal, majalah, agenda dan

sebagainya. Dapat dipahami lagi bahwa metode dokumentasi dapat diartikan

sebagai suatu cara pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen atau

catatan yang ada dan tersimpan, baik itu berupa catatan transkip, surat kabar,

buku, dan sebagainya. Studi dokumentasi merupakan teknik 37 pengumpulan data

yang tidak ditujukan langsung kepada subjek penulisan. Tujuan digunakan metode

ini untuk memperoleh data secara jelas dan konkret tentang gambaran lokasi yang

berkaitan dengan topik penulisan.

35
F. Teknik Analisis data

Analisis data Analisis data kualitatif menurut Miles dan Hiberman dalam

Sugiyono, (2012), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,

sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data

reduction, data display, dan consclusion drawing/verification

Model Analisis Data

Pengumpulan Penyajian

Data Data

Reduksi
Data

Kesimpulan-
kesimpulan

Proses analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan empat tahap yaitu:

1. Pengumpulan data

Data yang didapat dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dicatat pada

catatan lapangan yang terdiri atas 2 bagian yaitu bagian deskriptif dan bagian

reflektif. Pengertian catatan deskriptif yaitu catatan alami, (merupakan catatan

36
mengenai apa yang disaksikan, didengar, dilihat dan dialammmi sendiri oleh

peneliti tanpa adanya penafsiran dan pendapat dari peneliti terhadap fenomena

yang dialaminya). Catatan reflektif adalah catatan yang isinya kesan, pendapat,

komentar serta tafsiran peneliti mengenai apa penemuan yang dijumpai. Selain itu

merupakan bahan rencana pengumpulan data untuk tahap selanjutnya.

2. Reduksi Data

Selanjutnya sesudah data terkumpul dibuat reduksi data, untuk menentukan data

yang relevan dan mempunyai maka, memfokuskan data yang mengarah pada

pemecahan masalah, penemuan, pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan

penelitian. Selanjutnya melakukan penyederhanaan serta menyususn secara

sistematis dan menjabarkan hal-hal penting mengenai hasil penemuan dan

maknanya. Dalam proses reduksi data, hanya temuan data atau temuan yang

berkaitan dengan permasalahan penelitian yang direduksi. Sedangkan untuk data

yang tidak ada kaitannya dengan masalah penelitian dibuang. Atau dengan kata

lain reduksi data dipakai untuk analisis yang mengarahkan, menggolongkan,

menajamkan dan membuang yang tidak penting danmengorganisasikan data.

Dengan begitu maka akan mempermudahkan peneliti untuk menarik sebuah

kesimpulan

3. Penyajian Data

Penyajian data bisa berbentuk tulisan, gambar, tabel dan grafik. Tujuan

penyajian data untuk menggabungkan informasi sehingga bisa memberikan

gambaran terhadap keadaan yang terjadi. Dalam hal ini, supaya peneliti tidak

mengalami kesulitan dalam penguasaan informasi secara baik dan menyeluruh

37
dan juga bagian-bagian tertentu dari hasil peneltian. Maka dari itulah peneliti

harus membuat naratif, grafik atau matrik untuk mempermudah penguasaan data

atau informasi tersebut. Dengan cara seperti itu maka peneliti bisa tetap

menguasai data dan tidak tenggelam dalam kesimpulan informasi yang bisa

membosankan. Hal seperti ini dilakukan karena data yang tersususun kurang baik

dapat mempengaruhi peneliti dalam mengambil kesimpulan yang memihak dan

dalam bertindak secara ceroboh, dan tidak mendasar. Mengenai display data harus

dissadari sebagai bagian di dalam analisis data.

4. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan selama berlangsungnya penelitian,

seperti halnya proses reduksi data, sesudah data telah terkummpul memadai maka

akan dapat diperoleh kesimpulan sementara, dan sesudah data benar-benar

lengkap maka dapat diperoleh kesimpulan akhir.

38
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial:Format-Format Kuantitatif
dan kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press.
Creswell W, John. 2017. Research Design (Pendekatan Metode Kualitatif,
Kuantitatif dan Campuran). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ihromi, T. O. 1999. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia Peursen, Van. 1987. Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius
Kebudayaan Dalam Analisa Kebudayaan, Jakarta: Depdikbud.
Koentjaraningrat. 1980. Sejarah Teori Antropologi1.Jakarta: Universitas
Indonesia Notosudirjo.

A.Safril Mubah’ 2011. Strategi Meningkatkan Daya Tahan Budaya Local Dalam
Menghadapi Arus Globalisasi. Surabaya: Airlangga University.
Frederico Yoseph, L. (2019). PENGARUH LINGKUNGAN KERJA TERHADAP
KINERJA PEGAWAI (Study Penelitian Di Dinas Sumber Daya Air, Bina
Marga, Bina Konstruksi Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku).
Ramadanty, S. (2014). Penggunaan komunikasi fatis dalam pengelolaan hubungan
di tempat kerja. Jurnal Ilmu Komunikasi, 5(1), 1-18.
Yunita, A. P., Gono, J. N., Rahmiaji, L. R., & Suprihatini, T. (2015). Persepsi
Khalayak tentang Aksi Demonstrasi FPI di Surat Kabar Suara
Merdeka. Interaksi Online, 3(4).
TIMUR, K. L. NILAI SOSIAL PESTA ADAT WOTU DALAM INTERAKSI
MASYARAKAT MARITIM DI KECAMATAN WOTU.
DARA, S. (2021). TRADISI NGUMBAI ATAKH DALAM MEMPERERAT TALI
SILATURAHMI MASYARAKAT ISLAM (Studi di Pekon Turgak Kecamatan
Belalau Kabupaten Lampung Barat) (Doctoral dissertation, UIN Raden
Intan Lampung).
ISLAM, K. D. P. RESUME DAKWAH KONTEMPORER.
Meilani, M. (2014). Berbudaya Melalui Media Digital. Humaniora, 5(2), 1009-
1014.
Adiansyah, R. (2017). Persimpangan antara agama dan budaya (Proses akulturasi
Islam dengan slametan dalam budaya Jawa). Jurnal Intelektualita:
Keislaman, Sosial Dan Sains, 6(2), 295-310.

39
Adi, D. S. INTERCULTURAL RECEPTION PADA PERILAKU
KOMUNIKASI ANTARETNIK PEDAGANG DI LINGKUNGAN
PASAR TRADISIONAL.

40

Anda mungkin juga menyukai