Anda di halaman 1dari 17

Tick size adalah pergerakan harga minimum instrumen perdagangan.

Pergerakan harga instrumen


perdagangan yang berbeda bervariasi dengan ukuran kutu yang mewakili pergerakan harga inkremental
minimum yang dapat dialami pada bursa. Kenaikan ukuran kutu disajikan dalam bentuk dolar di pasar
A.S.

DEFINISI 'Zero Minus Tick'

Perdagangan sekuritas dieksekusi pada bursa dengan harga yang sama dengan perdagangan
sebelumnya, namun dengan harga yang lebih rendah daripada perdagangan terakhir dengan harga yang
berbeda. Misalnya, jika suksesi perdagangan terjadi dalam urutan berikut - $ 10,25, $ 10.00, dan $ 10.00
- perdagangan terakhir akan dianggap sebagai nol minus tick atau zero downtick trade.

BREAKING DOWN 'Zero Minus Tick'

Sampai dengan tahun 2007, peraturan Securities And Exchange Commission (SEC) melarang menjual
saham dengan harga yang rendah atau tanda minus nol. Akibatnya, penjualan pendek potensial harus
melewati tes kutu untuk memastikan stok diperdagangkan atau flat sebelum penjualan singkat bisa
lewat. Pembatasan tersebut telah dieliminasi setelah SEC menyimpulkan bahwa pasar A.S. berfungsi
cukup teratur sehingga penjualan pendek yang berlebihan tidak akan menurunkan harga secara
artifisial. Munculnya decimalization juga membantu peraturan tersebut diangkat karena mengurangi
ukuran rata-rata pergerakan tikar dari pecahan menjadi sen.

Berdasarkan ketentuan C.2.c Peraturan Nomor II. Tentang Perdagangan Efek yang menyatakan
bahwa Bursa dapat mengubah satuan perubahan harga dengan memperhatikan kondisi
perdagangan di Bursa Efek Indonesia, maka Bursa Efek Indonesia telah melakukan perubahan tick
size (fraksi harga saham) sebanyak dua kali. Berdasarkan Keputusan Direksi PT. BEJ Nomor
314/BEJ/06-2000, tanggal 27 Juni 2000 menyatakan bahwa mulai tanggal 3 Juli 2000, satuan
perubahan harga (fraksi) dalam melakukan tawar menawar saham di Bursa Efek Indonesia
ditetapkan Rp5,00 (lima rupiah). Ini berarti tick size (fraksi harga) saham di Bursa Efek Indonesia
berubah dari Rp25,00 (dua puluh lima rupiah) menjadi Rp5,00 (lima rupiah). Adapun maksud dari
perubahan ini dalam rangka menciptakan perdagangan yang teratur, wajar dan efisien serta untuk
lebih meningkatkan likuiditas perdagangan efek. Penelitian di Bursa lain menunjukkan bahwa
penurunan fraksi harga sahammenyebabkan peningkatan volume perdagangan saham dan
penurunan rentang tawar menawar (bid-ask spread).

Selanjutnya pada tanggal 16 Oktober 2000, Direksi Bursa Efek Indonesia mengeluarkan Keputusan
Direksi Nomor: Kep-331/BEJ/092000, yang menyatakan bahwa Bursa Efek Indonesia mulai tanggal
20 Oktober 2000 akan memberlakukan perubahan satuan perubahan harga saham (fraksi saham)
dari fraksi tunggal sebesar Rp5,00 (lima rupiah) menjadi multi fraksi. Satuan perubahan
harga saham atau fraksi dalam melakukan tawar-menawar saham di BEJ ditetapkan dalam tiga
kategori, yaitu:
1. Untuk harga saham kurang dari Rp500,00 (lima ratus rupiah), ditetapkan fraksi sebesar
Rp5,00 (lima rupiah) dengan setiap kali maksimum perubahan sebesar Rp50,00 (lima puluh
rupiah).
2. Untuk harga saham dengan rentang dari Rp500,00 (lima ratus rupiah) sampai dengan
kurang dari Rp5.000,00 (lima ribu rupiah), ditetapkan fraksi sebesar Rp25,00 (dua puluh lima
rupiah) dengan setiap kali maksimum perubahan sebesar Rp250,00 (dua ratus lima puluh
rupiah).
3. Untuk harga saham Rp5.000,00 (lima ribu rupiah) atau lebih, ditetapkan fraksi sebesar
Rp50,00 (lima puluh rupiah) dengan setiap kali maksimum perubahan sebesar Rp500,00
(lima ratus rupiah).

Perubahan fraksi harga saham ini didasarkan atas pertimbangan bahwa Bursa Efek Indonesia harus
melakukan adaptasi terhadap faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi industri pasar modal
nasional dan regional. Pertimbangan penyesuaian tersebut adalah untuk meredam volatilitas pasar
dan meningkatkan likuiditas perdagangan yang diakibatkan oleh sentimen bearish yang tengah
mewarnai Bursa-bursa regional.

Dari kedua keputusan Bursa Efek Indonesia tersebut di atas, maka terlihat bahwa Bursa Efek
Indonesia memakai perubahan tick size atau fraksi harga saham sebagai instrumen untuk
meningkatkan likuiditas (penurunan bid-ask spread dan peningkatan volume perdagangan) dan
meredam volatilitas harga.

Dalam beberapa tahun terakhir banyak peneliti telah melakukan studi empiris terhadap pasar modal
yang melakukan perubahan tick size. Goldstein dan Kavajecz (2000) melakukan analisis di New
York Stock Exchange (NYSE) Amerika Serikat, yang melakukan penurunan tick size pada tanggal
24 Juni 1997 dari $1/8 menjadi $1/16. Penelitian di Toronto Stock Exchange tentang penurunan tick
size setelah Toronto Stock Exchange (TSE) Kanada, menurunkan tick size pada tanggal 15 April
1996.

Studi juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh dan hubungan tick size terhadap Bid-ask spread
(market width), market depth dan volume perdagangan di Stockholm Stock Exchange (SSE). Studi
yang lain dilakukan untuk mengetahui pengaruh tick size terhadap volume perdagangan di
Stock Exchange of Singapore (SES). Studi di New York Stock Exchange (NYSE) terhadap
hubungan antara tick size, harga saham dan stock split sebagai tindakan yang dilakukan oleh
perusahaan agar saham berada pada range harga dengan tick size yang tepat. Berbagai studi
tersebut sepakat bahwa spread dalam berbagai ukuran menurun secara signifikan setelah bursa
melakukan penurunan tick size, dan penurunan spread lebih banyak pada saham-saham yang
harganya rendah dan aktif diperdagangkan.

Keputusan yang dilakukan oleh Bursa Efek Indonesia mengacu pada studi empiris yang dilakukan di
berbagai pasar modal. Namun demikian hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa sistim
perdagangan di New York Stock Exchange dan Toronto Stock Exchange didesign dengan adanya
market maker yaitu specialist, yang berfungsi sebagai penyedia likuiditas. Sistim perdagangan di
Stockholm Stock Exchange (SSE) dan Stock Exchange of Singapore (SES) mempunyai kesamaan
dengan sistim perdagangan di Bursa Efek Indonesia dengan tidak di design adanya market maker.

Sebagai penyedia likuiditas, specialist dapat melakukan stopping order, yaitu menghentikan sebuah
market order dengan menjamin order dapat dieksekusi pada harga terbaik saat ini, dan kemudian
specialist mengusahakan agar order dapat dieksekusi pada harga yang lebih baik dan tindakan
yang dilakukan oleh specialist ini tidak dapat dilakukan oleh investor/pedagang publik. Dengan
melihat mekanisme perdagangan yang dapat dilakukan oleh specialist tersebut di atas, maka
peranan specialist sangat besar dalam perdagangan saham. Di BEJ, aturan pengurutan order
investor ke dalam limit order book disediakan oleh Jakarta Automated Trade System (JATS) dengan
sistem prioritas harga/waktu (price/time priority), artinya seorang investor dapat menampilkan limit
ordernya pada urutan pertama/terbaik jika harganya terbaik dibandingkan harga seluruh investor
yang lain, sedangkan apabila ada dua investor atau lebih mempunyai harga order terbaik, maka
prioritas diberikan kepada investor yang paling dahulu memasukkan order. Melihat perbedaan
mekanisme perdagangan yang ada antara New York Stock Exchange dan Toronto
Stock Exchange dengan Jakarta Stock Exchange.

Berbagai pendapat telah diajukan berkaitan dengan penurunan tick size, bahwa tick size yang
semakin kecil merupakan keuntungan bagi peminta likuiditas, karena sebagai kompetisi antar
penyedia likuiditas yang lebih menyukai untuk menekan penurunan bid-ask spread. Argumentasi
yag lain bahwa perubahan tersebut mungkin merupakan keuntungan bagi peminta likuiditas, tetapi
tidak bagi penyedia likuiditas, sebab hal tersebut akan dapat menyebabkan kenaikan biaya mereka
sehingga akan mengurangi keinginan untuk menyediakan likuiditas.

Beberapa model teoritis telah diajukan berkaitan dengan tick size yang optimal bahwa ketika price
grid kecil, depth kumulatif dari limit order book menurun seperti halnya penurunan minimal tick size.
Selanjutnya walaupun investor kecil lebih menyukai price grid yang lebih kecil sedangkan investor
besar lebih menyukai price grid yang lebih besar, namun kedua kelompok tersebut juga tidak
menginginkan price grid yang terlalu kecil maupun terlalu besar. Penurunan tick size akan
mengakibatkan penurunan likuiditas. Penurunan tick size akan menurunkan spread
pada saham tertentu, tetapi juga akan menurunkan depth, sebab penurunan margin profitabilitas
bagi penyedia likuiditas.

Tanggapan dari penyedia likuiditas terhadap penurunan tick size minimal dan dampaknya terhadap
spread dan depth adalah tidak pasti. Satu tanggapan yang mungkin adalah selama penyedia
likuiditas mensuplai pada depth baru yang lebih kecil, spread penawaran yang sempit, mungkin
mereka melanjutkan untuk mensuplai likuiditas yang sama pada harga sebelumnya.
Selama depth dan spread penawaran akan berkurang, depth kumulatif pada harga tertentu,
didefinisikan sebagai sejumlah depth untuk semua limit order sampai dengan dan termasuk pada
harga tersebut, akan tidak terpengaruh. Depth kumulatif diilustrasikan sebagai perhitungan dengan
menambahkan semua saham pada harga tersebut atau harga yang lebih baik. (Sebagai contoh jika
ada 200 lembar saham pada harga 20, 300 lembar saham pada harga 20 1/16, dan 600
lembar saham pada harga 20 1/8, maka depth kumulatif pada harga 20 1/16 adalah 500
lembar saham dan depth kumulatif pada 20 1/8 adalah 1100 lembar saham).

Kemungkinan lain adalah penyedia likuiditas dapat mengganti limit order mereka pada beberapa
harga dari beberapa penawaran atau jika biaya bagi penyedia likuiditas cukup meningkat, mereka
memilih untuk meninggalkan pasar sama sekali. Sebagai hasilnya, sejumlah penyedia likuiditas
dapat turun seluruhnya. Akibatnya tidak hanya depth pada penawaran bid dan ask turun, tetapi
depth kumulatif turun juga. Pertanyaannya adalah apakah perubahan tick size akan mengakibatkan
perubahan berarti pada depth kumulatif untuk menaikkan biaya bagi order besar sedangkan
menurunkan biaya untuk order kecil.

Penelitian di New York Stock Exchange menyimpulkan bahwa setelah penurunan tick size di NYSE
bidask spread turun, depth kumulatif turun pada semua saham dalam sampel dan harga turun
sebesar 50 sen dari harga tengah. Biaya eksekusi untuk order kecil menurun, biaya eksekusi untuk
order besar tidak terlihat adanya keuntungan atau meningkat. Selanjutnya likuiditas menurun, baik
dari specialist maupun dari publik yang menawarkan likuiditas sesuai dengan limit order book,
sehingga semakin sedikit yang disediakan bagi peminta likuiditas.

Studi penurunan tick size di Toronto Stock Exchange (TSE) dan biasa disebut dengan
decimalization menyimpulkan bahwa decimalization yang dilakukan oleh TSE menghasilkan
keuntungan bagi investor. Spread efektif sebagai biaya tetap perlembar saham yang ditransaksikan
turun secara signifikan, namun berbeda dengan prediksi para pengamat sebelumnya, dampak
terhadap harga yang diperdagangkan pada saham perusahaan yang mengalami decimalization
ternyata tidak secara signifikan berubah. Namun secara keseluruhan memperlihatkan hasil bahwa
penurunan tick size memberikan keuntungan bagi investor dan membantu bursa untuk menahan
aliran order dalam era persaingan antar bursa saham.

Rata-rata jumlah embar saham ang diperdagangkan semakin meningkat setelah dilakukan
ecimalization, dan ini menunjukkan bahwa investor menjadi semakin sering elakukan transaksi
setelah pemberlakuan decimalization yang disebabkan oleh emakin rendahnya biaya transaksi.

Penelitiannya tentang penurunan tick ize di Stock Exchange of Singapore (SES), menyatakan
bahwa tick size yang emakin kecil akan meningkatkan jumlah harga penawaran dan permintaan
yang ungkin. Hal ini akan menghasilkan penawaran dan permintaan yang lebih kecil ang diserahkan
pada setiap harga, jika setiap investor memanfaatkan keseluruhan arga yang mungkin dan
selanjutnya probabilitas pada setiap penawaran yang ertemu dengan permintaan pada harga yang
tepat sama menjadi lebih rendah, sehingga rata-rata waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
sejumlah perdagangan akan bertambah.

Biaya perdagangan lebih rendah ketika tick size berkurang, mungkin menaikan volume
perdagangan. Namun demikian biaya negosiasi mungkin mengurangi kenaikan volume
perdagangan, sampai biaya perdagangan menjadi lebih rendah. Oleh karena itu penurunan tick size
mungkin tidak selalu menghasilkan kenaikan volume perdagangan. Sebagai contoh dalam kasus
saham yang jarang diperdagangkan, kenaikan biaya negosiasi berkaitan dengan lebih tinggi atau
rendahnya kemungkinan untuk lebih banyak bertemunya antara permintaan dan penawaran.

Rata-rata perbedaan antara harga tinggi dan rendah memberi kesan bahwa saham yang aktif
diperdagangkan volatilitasnya menurun, hal ini kontras dengan saham yang tipis tingkat
perdagangannya, ternyata tidak menunjukkan pengurangan volatilitas yang cukup signifikan.

Secara keseluruhan studi dalam kasus ini, menyatakan bahwa penurunan tick size di Stock
Exchange of Singapore meningkatkan rata-rata perdagangan, menurunkan volatilitas harga dan
menurunkan biaya perdagangan hanya untuk sekuritas yang sangat aktif diperdagangkan.

Penelitian yang mengkaitkan antara tick size, harga saham dan stock split di New York Stock
Exchange menyatakan bahwa tick size sebagai fraksi harga saham lebih besar pengaruhnya dalam
membuat trend kenaikan harga saham jangka panjang dengan cara menurunkannya pada tingkat
yang diinginkan. Jika tick size relatif terlalu kecil, perusahaan dapat memecahkan saham. Dengan
tick size absolut yang konstan, seperti banyak kasus untuk sebagian besar saham di Amerika
Serikat, pemecahan saham mempunyai dampak pada peningkatan tick size relatif terhadap harga
saham. Tick size yang optimal adalah tidak nol dengan berbagai alasan.

Tick size yang tidak nol membuat investor mempunyai sekumpulan informasi yang mudah,
mengurangi waktu untuk mencapai posisi tawar. Kedua merupakan hal yang penting dengan
adanya tick size dalam menyelenggarakan prioritas waktu dan harga saham dalam limit order book,
memberikan insentif pada investor agar menyediakan likuiditas dengan limit order. Selanjutnya tick
yang tidak nol memberikan landasan pada bid-ask spread, yang menyediakan insentif bagi dealer
untuk menciptakan pasar dan meningkatkan likuiditas. Namun demikian kenaikan bid-ask spread
minimum juga menaikkan biaya transaksi bagi investor, mengurangi insentif bagi dealer.

Tick size optimal mewakili trade-off antara keuntungan dari tick size tidak nol dan biaya yang
dihasilkan oleh tidak adanya tick. Argumentasi tersebut membantu menjelaskan kenapa perusahaan
lebih menyukai suatu rentang harga tertentu untuk sahamnya. Sejak tick size absolut ditetapkan
oleh peraturan atau tradisi di pasar modal, tick size relatif terhadap harga saham akan menjadi
dekat dengan optimal hanya dalam satu rentang harga yang pasti dan perusahaan dapat
memeliharanya melalui keputusan stock split.

Sejak pasar dari berbagai negara memakai ketentuan yang berbeda tentang tick size, maka harga
saham akan berbeda antar negara, namun demikian tick size relatif antar negara hampir sama.
Diskusi tentang dampak dari tick size, menyatakan perlu diakui bahwa ketika agen secara bebas
memilih harga, skema harga yang berbeda akan muncul. Untuk perdagangan dengan banyak aset,
perbedaan yang terjadi bukan karena diatur, tetapi memang merupakan hasil dari perbedaan biaya.

Pada kebanyakan pasar modal, tick size berhubungan langsung dengan tingkat harga saham.
Tingkat harga saham mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap prestasi saham.
Sesungguhnya ada beberapa pengaruh tick size. Salah satunya adalah jika tick size terlalu besar,
mungkin akan membentuk suatu ikatan dengan bid/ask spread. Pengaruh kedua adalah peraturan
untuk tick size yang besar mungkin menghindari perdagangan tertentu yang akan mengambil
tempat jika rekan perdagangan dapat secara bebas memilih harga.

Tick size mempunyai beberapa dampak. Yang pertama dapat mempengaruhi secara langsung
terhadap spread. Kedua dapat mempengaruhi depth pasar dan ketiga mungkin volume transaksi.
Pertama, ada kenyataan yang kuat bahwa tick size mempunyai pengaruh ekonomis yang sangat
penting dengan bid/ask spread. Tick size yang tinggi mempunyai ikatan yang kuat dengan spread
yang besar dan selanjutnya berkaitan dengan likuiditas pasar. Kedua, sebaliknya kenyataan
menunjukkan bahwa depth pasar meningkat dengan tick size yang relatif tinggi. Pengaruh terhadap
likuiditas keseluruhan dari tick size yang diamati adalah tidak pasti. Akhirnya ada kenyataan bahwa
tick size yang tinggi menyatu dengan volume perdagangan yang rendah.

Penurunan tick size akan menguntungkan investor kecil, dari mengecilnya bid/ask spread.
Penurunan tick size mungkin menguntungkan bagi perusahaan yaitu penurunan cost of capital
(sebagai konsekuensi dari penurunan biaya transaksi) dan bagi bursa saham semenjak volume
perdagangan meningkat. Efek bagi dealer tidak pasti, keuntungan yang mereka dapatkan sejak tick
size yang lebih kecil menjadi turun dari besarnya bid/ask spread. Sebaliknya, keuntungan mereka
meningkat sejak volume perdagangan meningkat dengan tick size yang lebih kecil.

Penelitian di London Stock Exchange dan New York Stock Exchange, perbedaan mendasar di
antara kedua pasar tersebut adalah di New York Stock Exchange ada peraturan tick size minimal
yang diperbolehkan dalam perdagangan saham, dan di London Stock Exchange tidak ada peraturan
tentang tick size. Dalam penelitian tersebut Huang dan Stoll menyimpulkan bahwa spread di London
lebih tinggi daripada di New York pada saham yang sama. Tanpa tick minimum (atau ukuran
perdagangan minimal), sebuah limit order dapat secara mudah dikalahkan oleh limit order yang lain
atau penawaran dari dealer. Jika tidak ada tick minimal, terlalu mudah untuk mengabaikan prioritas
waktu. Pasar dealers tidak memperhatikan prioritas waktu terhadap sesama dealer dan mereka
hanya memerlukan tick minimal yang lebih kecil. Namun demikian setiap penawaran dealer dalam
hal depth, walaupun tanpa peraturan tick size, tetap berharap dapat memelihara reputasi
likuiditasnya atau pasar dealer melakukan standarisasi depth. Tingginya spread di London Stock
Exchange diikuti dengan tingginya depth.

Penelitiannya di Jakarta Stock Exchange menyatakan bahwa rata-rata spread rupiah turun dari
Rp.72,54 menjadi Rp59,90 setelah penurunan tick size, atau turun sebesar Rp12,64 atau 17,42%.
Spread persentase juga turun sebesar –5,30% (dari 10,123% menjadi 4,691%) atau sebesar
52,66%. Setelah tick size diturunkan, depth untuk penawaran jual terbaik turun sebesar 59,32% dari
periode sebelum penurunan tick size, dan penawaran beli terbaik juga turun sebesar 52,51%.
Penurunan ask depth dan bid depth yang hampir sama besar, menunjukkan adanya penurunan
yang simetris. Penurunan spread dan depth tersebut signifikan jika diuji dengan parametric paired t
test maupun nonparametric sign test.

Dalam hal aktivitas perdagangan, rara-rata frekuensi perdagangan meningkat 3,85 kali perhari atau
meningkat sebesar 4,93% dari 78,13 pada periode sebelum penurunan tick size, menjadi 81,99
pada periode sesudah penurunan tick size. Dalam uji statistik dengan parametric paired t test
maupun nonparametric sign test ternyata tidak ada perubahan yang cukup signifikan antara
sebelum dan setelah penurunan tick size. Rata-rata volume perdagangan juga meningkat sebanyak
33,04% dari 1.721.743 lembar pada periode sebelum penurunan tick size menjadi 2.290.617 lembar
setelah penurunan tick size. Dalam uji statistik peningkatan tersebut tidak signifikan pada uji paired t
test. Sedangkan persentase saham dalam sampel yang mengalami peningkatan signifikan lebih
kecil daripada yang menurun pada uji sign test. Rata-rata nilai rupiah perdagangan
per hari mengalami penurunan sebesar 36,53% sesudah penurunan tick size dan penurunan ini
signifikan pada parametric paired t test maupun nonparametric sign test.

Dalam hal volatilitas dengan empat ukuran volatilitas harian yang menggunakan selisih harga
tertinggi dan terendah dibagi dengan midpoint, deviasi standar return harga penutupan, deviasi
standar return harga pembukaan dan deviasi return harga midpoint, ternyata menunjukkan
penurunan volatilitas dan signifikan secara statistik dengan uji parametric paired t test maupun
nonparametric sign test antara sebelum dan sesudah penurunan tick size. Penurunan tick size di
BEJ meningkatkan likuiditas saham-saham harga rendah, akan tetapi menurunkan likuiditas saham-
saham harga tinggi.

Dalam pasar modal tanpa designated market maker seperti Stock Exchange of Singapore, Stock
Exchange of Hongkong, Stockholm Stock Exchange dan Bursa Efek Indonesia, seluruh likuiditas
dari para investor/pedagang publik. Investor menyediakan likuiditas ketika mereka ingin membeli
sejumlah saham pada suatu harga tertentu sesuai dengan limit order dan investor juga
menginginkan likuiditas pada saat mereka menginginkan untuk menjual sejumlah saham pada harga
tertentu dengan menggunakan market order. Dengan demikian investor berfungsi sebagai liquidity
supplier sekaligus liquidity demander.

Aturan pengurutan order investor ke dalam limit order book disediakan oleh Jakarta Automated
Trade System (JATS) dengan sistem prioritas harga/waktu (price/time priority), artinya jika seorang
investor ingin menampilkan limit ordernya pada urutan pertama/terbaik, maka investor tersebut
harus memberikan penawaran dengan harga terbaik dibandingkan harga seluruh investor yang lain.
Tetapi jika ternyata harga investor tersebut sama dengan harga order terbaik, maka prioritas
diberikan kepada investor yang paling dahulu memasukkan order. Jika ternyata investor tersebut
ingin mendapat prioritas yang lebih baik dari investor yang lain untuk menjual sahamnya, maka
investor tersebut harus menurunkan harga order minimal sebesar satu tick.

Demikian juga jika investor tersebut ingin membeli saham, maka jika dia menempati harga paling
tinggi saat menyerahkan order pembeliannya, maka dia akan menempati urutan terbaik, namun jika
ternyata ada investor lain mempunyai harga yang sama, maka waktu yang terdahulu menempati
urutan terbaik. Jika investor tersebut ingin mendapat urutan yang terbaik, maka dia harus
memberikan penawaran pembelian saham dengan harga yang lebih baik minimal satu tick. Melihat
pada aturan perdagangan di Jakarta Stock Exchange, maka terlihat besarnya peranan tick size
dalam proses perdagangan dan transaksi perdagangan.

Pengaruh Perubahan Tick Size terhadap Spread

Tick size membatasi harga yang dapat diquote oleh investor, oleh sebab itu membatasi persaingan
harga. Investor tidak dapat meningkatkan harga tawaran beli terbaik atau tawaran jual terbaik ketika
spread tercapai sebesar satu tick. Dengan adanya penurunan tick size, maka akan terbuka
kesempatan dan persaingan baru, karena investor dapat menurunkan harga tawaran jual atau
menaikkan harga tawaran beli, sehingga hal ini mengarahkan pada penurunan spread. Sebagai
contoh untuk saham yang berharga Rp250,00 dan menurut peraturan lama, tick size adalah
Rp25,00, sehingga spread tidak mungkin kurang dari Rp25,00 dan investor hanya dapat membuat
perubahan tawar menawar dengan perubahan minimal sebesar Rp25,00.

Kemudian tick size berubah menjadi Rp5,00, maka investor dapat membuat perubahan harga
mendahului harga investor lain dengan sebesar Rp5,00 lebih baik atau kelipatannya. Studi
penurunan tick size di Toronto Stock Exchange (TSE) dan biasa disebut dengan decimalization
menyimpulkan bahwa decimalization yang dilakukan oleh TSE menghasilkan keuntungan bagi
investor. Spread efektif sebagai biaya tetap perlembar saham yang ditransaksikan turun secara
signifikan.

Pengaruh Perubahan Tick Size terhadap Depth


Penting tick size di pasar modal yang menerapkan prioritas harga dan waktu. Jika tick terlalu kecil,
maka prioritas waktu menjadi tidak penting lagi, karena pembeli dapat memperoleh harga terbaik
dengan menawar pada harga yang sedikit lebih baik lebih tinggi dan penjual dapat menempati
prioritas lebih baik dengan memberikan harga yang sedikit lebih rendah dari investor terbaik
sebelumnya. Praktek ini disebut dengan stepping ahead of the book. Dengan kondisi yang demikian,
investor besar dengan order besar akan mengekspos diri dimanfaatkan oleh investor kecil, sehingga
mereka perlu melindungi diri antara lain dengan memecah ordernya menjadi beberapa order kecil.
Hal ini mengakibatkan penurunan depth. Tick size yang kecil akan meningkatkan jumlah harga
penawaran dan permintaan yang mungkin, sehingga hal ini akan menghasilkan penawaran dan
permintaan yang lebih kecil yang diserahkan untuk setiap harga.

Pengaruh Perubahan Tick Size terhadap Aktifitas Perdagangan

Rata-rata jumlah lembar saham yang diperdagangkan semakin meningkat setelah dilakukan
decimalization, dan ini menunjukkan bahwa investor menjadi semakin sering melakukan transaksi
setelah pemberlakuan decimalization yang disebabkan oleh semakin rendahnya biaya transaksi.
Biaya perdagangan lebih rendah ketika tick size berkurang, mungkin menaikan volume
perdagangan.

Namun demikian biaya negosiasi mungkin mengurangi kenaikan volume perdagangan, sampai
biaya perdagangan menjadi lebih rendah. Oleh karena itu penurunan tick size mungkin tidak selalu
menghasilkan kenaikan volume perdagangan. Sebagai contoh dalam kasus saham yang jarang
diperdagangkan, kenaikan biaya negosiasi berkaitan dengan lebih tinggi atau rendahnya
kemungkinan untuk lebih banyak bertemunya antara permintaan dan penawaran.

Pengaruh Perubahan Tick size terhadap Volatilitas Harga

Varians perubahan harga terdiri dari tiga komponen, yaitu value innovations, bid ask bounce dan
rounding errors. Jika investor akan melakukan pembulatan (rounding) pada tick selanjutnya, maka
dengan tick size yang lebih kecil pembulatan yang terjadi juga lebih kecil. Dengan demikian maka
tick size seharusnya menurunkan volatilitas harga. Penurunan tick size di Stock Exchange of
Singapore meningkatkan rata-rata perdagangan, menurunkan volatilitas harga dan menurunkan
biaya perdagangan hanya untuk sekuritas yang sangat aktif diperdagangkan.

Pada Mei 2016, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengubah peraturan penetapan fraksi
harga ( tick size). Saham yang berharga di bawah Rp200 memiliki fraksi saham Rp1
dengan maksimal perubahan Rp10. Sementara, saham dengan rentang harga
Rp200 sampai kurang dari Rp500 memiliki fraksi saham Rp2 dengan maksimal
perubahan Rp20. Saham harga Rp500 sampai kurang dari Rp2000 memiliki fraksi
saham Rp5 dengan maksimal perubahan Rp50. Adapun saham dengan harga
Rp2000 sampai kurang dari Rp5000 memiliki fraksi saham Rp10 dengan maksimal
perubahan Rp100, serta saham berharga Rp5000 ke atas memiliki fraksi saham
Rp25 dengan maksimal perubahan Rp250.
Fraksi harga saham adalah batasan rentang perubahan harga saham pada suatu
saat. Sebagai ilustrasi, saham PT X memiliki harga pembukaan ( opening price )
Rp175 atau memiliki fraksi harga Rp1. Artinya, harga saham PT X tersebut hanya
akan dapat berubah Rp1 per kali penawaran dan maksimal perubahannya Rp10,
atau harga penutupan maksimal bagi saham terkait adalah Rp185 pada sesi
perdagangan di hari tersebut.
Tujuan dari penetapan fraksi harga adalah untuk mengurangi volatilitas perubahan
harga saham di pasar modal serta menambah partisipasi masyarakat sebagai
investor ritel sebab biaya investasi menjadi lebih terjangkau, atau meningkatkan
likuiditas dan aktivitas perdagangan saham.
Penelitian Gerrace et al. (2012) menyatakan adanya pengaruh positif antara
penurunan fraksi harga saham terhadap likuiditas perdagangan saham di Hongkong
Stock Exchange. Indikator-indikator yang dapat digunakan pada pengukuran
likuiditas pasar modal diantaranya market spread ( relative bid-ask spread, quoted
spread, effective spread ), kedalaman pasar ( volume bid dan ask ) serta aktivitas
perdagangan (frekuensi, volume dan nilai perdagangan).
Apabila ditinjau kembali, perubahan penetapan fraksi harga saham di Indonesia
sudah cukup banyak terjadi. Mulai dari 2000-an ketika hanya ditetapkan 1 fraksi
senilai Rp25 dengan maksimal perubahan harga senilai Rp200 untuk semua
kelompok harga saham di pasar modal.
Hal-hal yang melatarbelakangi perubahan ini di antaranya adalah selisih kuotasi
harga jual-beli (bid-ask spread ) yang terlalu lebar di BEI sehingga menghambat
terjadinya transaksi serta rendahnya likuiditas saham, terutama saham yang
memiliki fundamental bagus, namun harganya tinggi. Selain itu, nilai transaksi
selama tiga tahun (2013-2015) pun mengalami tren penurunan yang mencapai
sekitar 4% per tahun.
Penyesuaian fraksi harga, selain didasarkan oleh tuntutan para investor; perlu
mempertimbangkan pula perbandingan nilai transaksi menurut kelompok harga
saham yang ada. Hal inilah yang menyebabkan kelompok saham untuk setiap
peraturan penetapan harga saham berbeda-beda. Contohnya, dari semula ada tiga
kelompok harga saham pada regulasi 2014 berubah menjadi empat kelompok harga
saham pada peraturan terbaru.
BEI senantiasa mengadakan tinjauan rutin terhadap parameter mikro perdagangan
saham terkait peningkatan likuiditas pasar modal, termasuk adalah fraksi harga
( tick size ). Informasi mengenai perubahan penetapan fraksi harga tentunya
menjadi informasi penting bagi investor untuk mengambil keputusan pembelian atau
penjualan saham.
Akan tetapi, perubahan fraksi harga saham tidak selalu dapat berdampak positif
bagi likuiditas pasar modal. Salah satu penelitian yang membahas mengenai hal ini
adalah penelitian Chung et al. (2005) di Kuala Lumpur Stock Exchage yang
menunjukkan bahwa ukuran fraksi harga yang terlalu besar untuk saham dengan
harga lebih tinggi malah merugikan likuiditas pasar. Selain itu, penelitian dari
Broughelle dan Declerk (2002) menyatakan, penurunan fraksi harga dapat
menyebabkan penurunan kedalaman pada kuotasi pasar modal di French Stock
Market. Hal-hal inilah yang menyebabkan hingga saat ini sudah cukup banyak
diadakan studi empiris mengenai penetapan fraksi harga optimal pada pasar modal
di seluruh dunia.
Lalu, bagaimanakah efek penetapan fraksi harga saham terbaru terhadap likuiditas
perdagangan saham di Indonesia? Mari simak, tinjau dan evaluasi bersama.
Semoga saja saat ini telah diterapkan fraksi harga saham yang optimal di pasar
modal Indonesia

Besar kecilnya fraksi harga saham tergantung dari harga saham yang diperdagangkan. Semakin
tinggi harga suatu saham, semakin besar pula fraksi harga saham yang digunakan. Pihak yang
menentukan besar kecilnya fraksi harga saham ini adalah Bursa Efek Indonesia (BEI).

Jika Anda memaksakan diri untuk memasukan order permintaan dan penawaran yang menyalahi
aturan fraksi harga saham, order yang Anda lakukan tersebut akan dibatalkan secara otomatis.

Kelompok Harga Fraksi Harga Saham (Tick Maksimum Fraksi (Max. Price
Saham Price) Movement)
< Rp. 200 Rp. 1 Rp. 10
Rp. 200 s.d. < Rp. 500 Rp. 2 Rp. 20
Rp. 500 s.d. < Rp. 2.000 Rp. 5 Rp. 50
Rp. 2.000 s.d. < Rp.
Rp. 10 Rp. 100
5.000
≥ Rp. 5.000 Rp. 25 Rp. 250
Perubahan Fraksi Saham Terbaru
Bursa Efek Indonesia (BEI) telah membuat aturan terbaru mengenai fraksi
saham. Peraturan tersebut akan mulai efektif pada tanggal 2 Mei 2016.
Melalui Surat Keputusan Direksi BEI nomor Kep-00023/BEI/04-2016, BEI
akan memberlakukan lima satuan fraksi saham. Surat keputusan tersebut
akan menggantikan keputusan sebelumnya, Surat Keputusan Direksi BEI
No Kep-00071/BEI/11-2013 tanggal 8 November 2013, perihal Perubahan
Satuan Perdagangan dan Fraksi Harga.

[Baca Juga: Apa yang Dimaksud dengan Saham?]

Tito Sulitio selaku Direktur Utam BEI mengatakan penyesuaian harga ini
ditujuknan untuk meningkatkan likuiditas dan kapitalisasi pasar serta
meningkatakan daya saing bursa. Menurutnya fraksi harga saham adalah
komponen struktur mikro yang beperan penting dalam meningkatkan
likuditas pasar.

Aturan Fraksi Harga Saham Lama


Berikut ini aturan fraksi harga saham lama:

Kelompok Harga Fraksi Harga Maksimal Perubahan

< Rp 500 Rp 1 Rp 20

Rp 500 – Rp 5.000 Rp 5 Rp 100

> Rp 5.000 Rp 25 Rp 500

Aturan Fraksi Harga Saham Baru

Berikut ini aturan fraksi harga saham baru:

Kelompok Harga Fraksi Harga Maksimal Perubahan

< Rp 200 Rp 1 Rp 10

Rp 200 – Rp 500 Rp 2 Rp 20

Rp 500 – Rp 2.000 Rp 5 Rp 50

Rp 2.000 – < Rp 5.000 Rp 10 Rp 100

> Rp 5.000 Rp 25 Rp 250

Dampak Perubahan Fraksi Saham


Perubahan fraksi saham ini memiliki konsekuensi tersendiri. Misal sebuah
saham harga Rp 250, jika fraksi lama pergerakannya kurang lebih Rp 1
dengan profitabiliatas (=1/250) 0,4% menjadi (=2/250) = 0,8%. Tentunya
hal ini akan menarik untuk para pedagang saham (trader saham).
Perdagangan di Pasar Reguler dan Pasar Tunai harus dalam satuan perdagangan
(round lot) Efek atau kelipatannya, yaitu 100 (seratus) Efek. Perdagangan di Pasar
Negosiasi tidak menggunakan satuan perdagangan (tidak round lot).
Satuan Perubahan Harga (Fraksi) sesuai Peraturan II-A Kep-00023/BEI/04-2016:

Kelompok Harga Fraksi Harga Maksimum Perubahan*

< Rp200,- Rp1,- Rp10,-

Rp200,- < Rp500,- Rp2,-


Rp20,-

Rp500,- < Rp2.000,- Rp5


Rp50,-

Rp2.000,- < Rp5.000,- Rp10,- Rp100,-

>= Rp5.000,- Rp25,- Rp250,-

Fraksi dan jenjang maksimum perubahan harga di atas berlaku untuk satu Hari Bursa
penuh dan disesuaikan pada Hari Bursa berikutnya jika Harga Penutupan berada pada
rentang harga yang berbeda. Jenjang maksimum perubahan harga dapat dilakukan
sepanjang tidak melampaui batasan persentase auto rejection.

Auto Rejection

Harga penawaran jual dan atau permintaan beli yang dimasukkan ke dalam JATS
adalah harga penawaran yang masih berada di dalam rentang harga tertentu. Bila
Anggota Bursa memasukkan harga diluar rentang harga tersebut maka secara otomatis
akan ditolak oleh JATS (auto rejection).
Batasan auto rejection yang berlaku saat ini sesuai SK Direksi Nomor Kep-
00113/BEI/12-2016 :

1. Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih kecil dari Rp 50,- (lima puluh rupiah);
2. Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih dari 35% (tiga puluh lima perseratus) di
atas atau di bawah Acuan Harga untuk Saham dengan rentang harga Rp 50,- (lima puluh
rupiah) sampai dengan dari Rp 200,- (dua ratus rupiah);
3. Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih dari 25% (dua puluh lima perseratus) di
atas atau di bawah Acuan Harga untuk Saham dengan rentang harga Rp 200,- (dua ratus
rupiah) sampai dengan dari Rp 5.000,- (lima ribu rupiah);
4. Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih dari 20% (dua puluh perseratus) di atas
atau di bawah Acuan Harga untuk Saham dengan rentang harga di atas Rp 5.000,- (lima ribu
rupiah).

Penerapan Auto Rejection terhadap harga di atas untuk perdagangan saham hasil
penawaran umum yang pertama kalinya diperdagangkan di bursa (perdagangan
perdana), ditetapkan sebesar 2 (dua) kali dari persentase batasan auto rejection harga
sebagaimana dimaksud dalam butir di atas.
Acuan Harga yang digunakan untuk pembatasan harga penawaran tertinggi atau
terendah atas saham yang dimasukkan ke JATS dalam perdagangan saham di Pasar
Reguler dan Pasar Tunai ditentukan sebagai berikut:
 Menggunakan harga pembukaan (Opening Price) yang terbentuk pada sesi Pra-Pembukaan; atau
 Menggunakan harga penutupan (Closing Price) di Pasar Reguler pada Hari Bursa sebelumnya (Previous Price)
apabila Opening Price tidak terbentuk.
 Dalam hal Perusahaan Tercatat melakukan tindakan korporasi maka selama 3 (tiga) Hari Bursa berturut-turut setelah
berakhirnya perdagangan saham yang memuat hak (periode cum) di Pasar Reguler, Acuan Harga di atas
menggunakan Previous Price dari masing-masing Pasar (Reguler atau Tunai).
http://idx.co.id/id-id/beranda/tentangbei/mekanismeperdagangan/saham.aspx

Aturan Lama

Kelompok Harga Fraksi Harga Pergerakan Harga Maksimum


< Rp 200 Rp 1 Rp 10
Rp 200 - < Rp 500 Rp 5 Rp 50
Rp 500 - < 2 Rp 2.000 Rp 10 Rp 100
Rp 2.000 - < Rp 5.000 Rp 25 Rp 250
> Rp 5.000 Rp 50 Rp 500

Aturan Baru

Kelompok Harga Fraksi Harga Pergerakan Harga Maksimum


< Rp 500 Rp 1 Rp 20
Rp 500 - < Rp 5.000 Rp 5 Rp 100
Rp 5.000 ke atas Rp 25 Rp 500

Aturan ini akan berlaku efektif pada 6 Januari 2014 mendatang.

Reporter: Amailia Putri Hasniawati


Editor: Asnil Bambani Amri

0
SHARED

Anda mungkin juga menyukai