Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL

PRAKTIKUM FORMULASI SEDIAAN STERIL


Injeksi Vial Teofilin

Disusun oleh:

Diana Nurin Sanita 1548201015


Nopi Sri Wahyuni 1548201010
Rendra Nurahmanda 1548201023
Shifa Safira N 1548201025
Ubaedillah 1548201031

PROGRAM STUDI FARMASI


INSTITUT KESEHATAN INDONESIA
JAKARTA
2019
I. Tugas
Membuat sediaan injeksi vial dengan zat aktif Teofilin

II. Pendahuluan
Teofilin adalah bronkodilator yang digunakan untuk asma dan untuk mengatasi
penyakit paru obstruksi kronik yang stabil, secara umum tidak efektif untuk eksaserbasi
penyakit paru obstruksi kronik. Bronkodilator adalah sebuah substansi yang dapat
memperlebar luas permukaan bronkus dan bronkiolus pada paru-paru, dan membuat
kapasitas serapan oksigen paru-paru meningkat.Teofilin mungkin menimbulkan efek aditif
bila digunakan bersama dengan agonis beta-2 dosis kecil, kombinasi kedua obat tersebut
dapat meningkatkan resiko terjadinya efek samping termasuk hypokalemia (IONI 2008,
halaman 188.)
Teofilin isomerik dengan theobromin, dan membentuk garam dengan asam dan
turunan metal alkali dan amin yang larut dalam air (Martindale ed.28 hal. 349). Teofilin
merupakan zat yang sukar larut dalam air, beberapa turunan dari teofilin (aminofilin,
oxtrifilin, dan teofilin sodium glisinat) dibuat untuk meningkatkan kelarutannya dalam air
(DI 88 hal.2080).
Teofilin di metabolisme dihati, kadar teofilin dalam plasma bervariasi terutama pada
perokok, pasien dengan gangguan hati dan gagal jantung, atau jika diberikan bersama
dengan obat-obat tertentu. Kadar teofilin dalam plasma meningkat pada gagal jantung,
sirosis, infeksi virus, pada lanjut usia dan jika ada obat yang menghambat metabolisme
teofilin. Kadar teofilin dalam plasma menurun pada perokok, dan alkoholisme kronik dan
oleh obat yang menginduksi metabolismenya seperti fenitoin, karbamazepin, rifampisin,
dan barbiturate (IONI 2008, halaman 188.)
Perbedaan waktu paruh antar pasien sangat penting karena teofilin mempunyai
rentang terapi yang sempit, yaitu dosis toksiknya dekat dengan dosis terapinya. Pada
kebanyakan pasien, diperlukan kadar 10-20 meg/ml dalam plasma untuk efek
bronkodilatasi yang memuaskan walaupun pada kadar plasma 10 meg/ml (atau kurang)
mungkin sudah efektif. Efek samping dapat timbul pada kadar 10-20 meg/ml, dan efek
samping akan semakin sering dan semakin berat pada kadar diatas 20 meg/ml (IONI 2008,
halaman 188.)
Teofilin dapat diberikan secara injeksi sebagai aminofilin, suatu campuran teofilin
dengan etilendiamin, yang 20 kali lebih larut dibanding dengan teofilin sendiri. Injeksi
aminofilin jarang dibutuhkan untuk asma berat. Aminofilin harus diberikan sebagai injeksi
intravena sangat lambat paling cepat (20 menit). Tidak dapat diberikan intramuscular
karena sangat iritatif. Pemantauan kadar teofilin dalam plasma akan membantu dan perlu
sekali jika pasien telah mendapat teofilin peroral, karena efek samping serius seperti
konvulsi dan aritmia dapat terjadi sebelum munculnya gejala toksisitas yang lain (IONI
2008, halaman 188.)
Sediaan vial adalah sediaan parenteral dengan wadah untuk dosis ganda, sehingga jika
tidak dinyatakan lain dalam monograf, obat suntik dosis berganda diharusnkan
mengandung zat pengawet antimikroba. Karena tidak mungkin dalam prakteknya
memindahkan seluruh ke dalam alat suntik, maka diperbolehkan dilebihkan sesuai
ketentuan yang berlaku (Ansel, halaman 434).
III. Data Preformulasi
a. Preformulasi
Zat aktif
Nama Zat Sifat fisika dan kimia Khasiat Dosis Cara Cara
Aktif Sterilisasi Penggunaan

Teofilin Pemerian: Serbuk Bronkodilator 20 mg Metode Injeksi


hablur, putih; tidak Teofilin iradiasi secara
berbau; rasa pahit; stabil (25 mg tidak cocok intravena
di udara (FI V hal. untuk
Aminofilin)
1251). sterilisasi
per ml larutan
Kelarutan: 1 dalam 120 (DI 88 hal. Teofilin
bagian air dengan suhu 2084) (Martindale
25oC; 1 dalam 80 bagian ed.28 hal.
alkohol dengan suhu 349).
25oC (Martindale ed.28
hal. 349).

Stabilitas: Jika kontak


dengan udara, larutan
teofilin dan aminofilin
secara bertahap akan
melepaskan
etilendiamin,
karbondioksida, dan
melepaskan teofilin (DI
88 hal. 2080)

OTT: dengan tanin


(Martindale ed.28 hal.
349).

pH Teofilin: 3,5-6,5
(Injectable ed.14 hal.
1534).

pH injeksi Aminofilin
(Teofilin:Etilendiamin=
2:1):
8,8 – 10 (Martindale 28
hal.345)

Penyimpanan: Dalam
wadah tertutup baik (FI
V hal. 1251).
Zat tambahan
Nama Zat Fungsi Zat Sifat fisika dan kimia Konsentrasi Cara
sterilisasi

Etilendiamin Meningkatkan Pemerian: Autoklaf atau


kelarutan Larutan alkali yang filtrasi
teofilin (untuk jernih, tidak berwarna (Martindale
atau agak kekuningan 28 hal.43).
membentuk
dengan bau amonia
aminofilin) (Martindale 28 hal.43).

Kelarutan:
Bercampur dengan air
dan alkohol; larut 1
dalam 130 bagian
kloroform; agak larut
dalam eter (Martindale
28 hal.43).

Stabilitas:
Etilendiamin dapat
dipengaruhi oleh
cahaya (Martindale 28
hal.43).

Penyimpanan:
Disimpan dalam wadah
kedap udara dan
terlindung dari cahaya
(Martindale 28 hal.43).
Benzalkonium Sebagai Pemerian: 0,01% Autoklaf
Klorida pengawet Serbuk amorf berwarna (Martindale (Martindale
putih atau putih 28 hal.549) 28 hal 549).
(Handbook of kekuningan, gel kental
Pharmaceutical atau potongan
Excipients 6th gelatin,berbau aromatik
edition hal 56) lemah dan berasa
sangat pahit
(Martindale 28 hal.549)

Kelarutan:
Sangat mudah larut
dalam air, etanol, dan
aseton; praktis tidak
larut dalam eter
(Martindale 28 hal.549)
Stabilitas:
Benzalkonium klorida
bersifat higroskopis dan
dapat dipengaruhi oleh
cahaya. Larutan stabil
pada rentang pH dan
suhu yang luas dan
dapat disterilisasi
dengan autoklaf (HOPE
ed 6, hal 57).

pH:
5 – 8 (HOPE ed 6, hal
57)

OTT:
Alumunium, sitrat,
kapas, fluorescein,
hidrogen peroksida,
hypromellose, iodida,
kaolin, lanolin, nitrat
dan surfaktan non-ionik
dalam konsentrasi yang
tinggi (HOPE ed 6, hal
57).

Penyimpanan:
Disimpan dalam wadah
kedap udara, terlindung
dari cahaya, kontak
dengan logam, tempat
sejuk dan kering.
(HOPE ed. 6, hal. 57)

Aqua pro injeksi Pelarut Pemerian: - Didihkan


Cairan jernih tidak selama 30
berwarna, tidak berbau, menit
tidak berasa
Pustaka : (FI III hal.14)
(FI III hal.97; FI
IV hal 112

b. Teknologi Sediaan Farmasi


Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril.
Secara tradisional keaadan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat
penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan
bahwa steril adalah istilah yang mempunyai konotasi relative, dan kemungkinan
menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapat diduga atas dapat
proyeksi kinetis angka kematian mikroba.(Lachman hal.1254)
Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari
mikroorganisme hidup. Pada prinsip ini termasuk sediaan parenteral, mata, dan irigasi.
Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi-bagi,
karena sediaan ini disuntikan melalui kulit atau membran mukosa kebagian dalam
tubuh. karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling
efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari
kontaminasi mikroba dan dari komponen toksis,dan harus mempunyai tingkat
kemurnian tinggi atau luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam
penyediaan dalam produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua
jenis kontaminasi apakah fisik, kimia, mikrobiologis. (Lachman hal 1292)
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput
lendir. Injeksi biasanya diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau
mensuspensikan sejumlah obat ke dalam sejumlah pelarut atau dengan mengisikan
sejumlah obat ke dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda.( Farmakope
Indonesia ed.IV hal. 9)
Vial adalah salah satu wadah dari bentuk sediaan steril yang umumnya
digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5-100 ml. Vial dapat
berupa takaran tunggal atau ganda. Digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat,
larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5 mL atau lebih besar. Bila
diperdagangan, botol ini ditutup dengan sejenis logam yang dapat dirobek atau
ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap cairan injeksi. (R. Voight hal 464).

Karakteristik sediaan parenteral:(Sediaan Farmasi Steril Goeswin Agoes hal 15)


a. Aman secara toksikologi.
b. Steril, bebas dari kontaminasi mikroorganisme, baik bentuk vegetatif, patogen, spora
dan non patogen
c. Bebas dari kontaminasi pirogen.
d. Bebas dari partikel partikulat asing.
e. Stabil, tidak hanya secara fisika dan kimia, tapi juga secara mikrobiologi.

Volume pada etiket Volume tambahan yang dianjurkan


Cairan encer Cairan kental
0,5 ml 0,10 ml 0,12 ml
1,0 ml 0,10 ml 0,15 ml
2,0 ml 0,15 ml 0,25 ml
5,0 ml 0,30 ml 0,50 ml
10,0 ml 0,50 ml 0,70 ml
20,0 ml 0,60 ml 0,90 ml
30,0 ml 0,80 ml 1,20 ml
50,0 ml atau lebih 2% 3%
(FI IV hal.1044)
c. Latar Belakang Formula
1. Aqua pro injeksi digunakan sebagai pelarut dan pembawa, karena bahan-bahan
larut dalam air.
2. Etilendiamin digunakan untuk meningkatkan kelarutan teofilin, agar teofilin tidak
membentuk kristal kembali.
3. Benzalkonium klorida sebagai pengawet karena sediaan vial ini dibuat untuk dosis
ganda dan kelarutannya menunjukan sangat mudah larut dalam air. Dimana air
adalah media pertumbuhan mikroba yang sangat baik, sehingga perlu ditambahkan
suatu pengawet.
4. Dipilih Teofilin dosis 20mg/ml karena didalam rujukan dituliskan bahwa dalam
injeksi aminofilin mengandung 20mg teofilin (25mg aminofilin) per ml. Dosis ini
dipilih karena dimaksudkan untuk pengobatan pada pasien broncodilator akut.
5. Sediaan ini menggunakan vial dengan volume 10ml karena ditujukan untuk
penggunaan dosis ganda .

f. Farmakologi
Teofilin menghambat fosfodiesterase secara kompetitif, fosfodiesterase adalah enzim
yang mendegradasi cAMP, sehingga meningkatkan konsentrasi intraselular cAMP.
Teofilin merelaksasi otot polos di saluran pernafasan secara langsung, dan
meningkatkan laju aliran dan kapasitas udara yang masuk ke saluran pernafasan.
Teofilin juga mendilatasi arteriol pulmonari, menurunkan tekanan yang tinggi pada
pulmonari, dan meningkatkan aliran darah pada pulmonari (DI 88 Hlm.2081).

g. Farmakokinetik
Teofilin didistribusikan melalui cairan ekstraseluler, jaringan tubuh dan mencapai
keseimbangan 1 jam setelah pemberian secara intravena. Obat ini dapat mempenetrasi
eritrosit dan dapat menembus plasenta. Teofilin dimetabolisme di hati menjadi asam-
1,3-dimetilerik, asam-1-metilurik dan 3-metilxhantin. Teofilin dan metabolitnya
umumnya diekskresi di ginjal, jumlah yang sedikit diekskresi melalui feses (DI 88
Hlm.2081).

h. Indikasi
Obstruksi saluran napas reversibel, asma akut berat (IONI 2014 hal. 212).

i. Kontraindikasi
Hati-hati penggunaan pada pasien dengan penyakit jantung, hipertensi, hipertiroid,
ulkus lambung, epilepsi, lanjut usia, gangguan hati, kehamilan dan menyusui (IONI
2014 hal. 212).

j. Efek Samping
Takikardia, palpitasi, mual, dan gangguan saluran cerna yang lain, sakit kepala,
stimulasi SSP, insomnia, aritmia, dan konvulsi terutama jika diberikan melalui injeksi
intravena cepat (IONI 2014 hal. 212).

k. Peringatan
Penyakit jantung, hipertensi, hipertiroidisme, tukak lambung, gangguan fungsi hati,
epilepsi, kehamilan, ibu menyusui, lansia, demam, hindari pada porfiria (IONI 2014
hal. 212).
l. Interaksi Obat
Teofilin meningkatkan ekskresi lithium dan dapat mengurangi efektivitas
terapetik. Efek stimulasi langsung teofilin terhadap miokardium dapat meningkatkan
sensitivitas dan toksisitas dari glikosida jantung. Teofilin dapat meningkatkan toksisitas
dengan epinefrin dan simpatomimetik lain dan saat diberikan bersamaan dapat
menyebabkan pasien mengalami aritmia jantung (DI 88 hal. 2083).
Teofilin dapat meningkatkan efek antikoagulan oral dengan meningkatkan
protrombin plasma dan faktor V, tetapi dosis terapetik teofilin menyebabkan sedikit
atau tidak berefek pada respon antikoagulan. Simetidin, allopurinol dosis tinggi,
propanolol, eritromisin, dan troleandomisin dapat meningkatkan konsentrasi serum
teofilin dengan menurunkan klirens teofilin di hati (DI 88 hal. 2083).

IV. Formula
A. Formula Rujukan
1) Injectable ed.14 hal.99
25mg/ml Aminofilin dalam 10 ml larutan untuk injeksi vial intravena (25mg
aminofilin setara dengan 19,7mg teofilin)
2) DI 88 hal.2084
20 mg Teofilin ( 25 mg Aminofilin ) per ml (Aminophylline injection)

B. Formula Jadi
Dibuat 5 vial, volume masing-masing vial: 10 ml.
Tiap vial mengandung :
Teofilin 200 mg
Etilendiamin 100 mg
Benzalkonium klorida 0.01%
Aqua pi. ad 10 ml

V. Alat dan Bahan


Alat: Bahan :
1. Oven 1. Teofilin
2. Beaker glass 2. Etilendiamin
3. Erlenmeyer 3. Aqua p.i
4. Gelas ukur 4. Benzalkonium Klorida
5. Corong
6. Pinset
7. Autoklaf
8. Penjepit kayu
9. Vial
10. Spatula
11. Kaca arloji
12. Batang pengaduk
VI. Pembuatan dan Perhitungan
A. Pembuatan
Prinsip: Sterilisasi terminal dengan pemanasan menggunakan Autoklaf suhu
121°C selama 15 menit.
1. Dikalibrasi vial 10,5 ml dan beaker glass 70 ml.
2. Dicuci dan sterilkan alat-alat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
No Alat dan Bahan Cara Sterilisasi Literatur
1 Beaker glass, Erlenmeyer, Oven 150°C selama 1 FI V hal. 1663
vial, corong glass, dan pipet jam
tetes
2 Gelas ukur, kertas saring Autoklaf 121°C FI V hal. 1662
selama 15 menit
3 Batang pengaduk, spatula, Direndam alkohol FI III hal. 18
pinset, kaca arloji, penjepit selama 1 jam
besi
4 Aqua pro injection Dididihkan selama 30 FI V hal 1359
menit
5 Karet pipet, karet penutup Rebus dalam air FI III hal. 18
vial mendidih selama 30
menit
6 Sterilisasi sediaan injeksi vial Autoklaf 1210C Martindale 28
selama 15 menit hal. 1044
3. Dibuat aqua pro injeksi steril (didihkan aqua p.i selama 30 menit,didinginkan)
4. Ditimbang Teofilin, Etilendiamin dan Benzalkonium klorida
5. Dilarutkan Teofilin, Etilendiamin, dan Benzalkonium klorida dengan sebagian
aqua p.i steril
6. Dicampur bahan-bahan yang telah dilarutkan dan ditambahkan aqua pro
injeksi sampai mendekati batas tanda
7. Dicek pH. Apabila pH sudah berada pada rentang 8,8 – 10, dilanjutkan dengan
penyaringan. Jika pH belum berada pada rentang tersebut, dilakukan adjust pH;
apabila sudah memasuki rentang tersebut, di ad 70 ml aqua p.i steril
8. Disaring dengan kertas saring (2x penyaringan)
9. Dimasukkan kedalam vial yang telah dikalibrasi
10. Dilakukan sterilisasi akhir dengan Autoklaf suhu 121°C selama 15 menit
11. Dilakukan evaluasi
12. Dimasukkan dalam dus, beri etiket dan brosur.

B. Perhitungan
𝑟𝑢𝑚𝑢𝑠 ∶ 𝑉𝑖 = 𝑉 + [(10 − 30%) 𝑥 𝑉)]
𝑉𝑖 = volume total
𝑉 = volume tiap vial (10mL)
Dibuat 5 vial, dipilih kelebihan 30%
Volume tambahan untuk vial 10ml yang berisi larutan encer adalah 0.5ml (FI
IV hal.1044)
Dibuat 5 vial @ 10 ml
Volume total = (5 x 10,5 ml) + 30% (5 x 10,5 ml)
= 52,5 ml + 15,75 ml
= 68,25 ml ~ 70 ml

 Penimbangan
Teofilin = 200 mg/10mL x 70 ml = 1400 mg
Etilendiamin = 100 mg/10mL x 70 ml = 700 mg
Benzalkonium klorida = 0,01% x 70 mL = 7 x 10-3 g = 7 mg
Aqua p.i ad 70 mL
Sisa air = 70 ml – (1,4 + 0,7 + 0,007 ) = 67,8930 ml

VII. Evaluasi
1. Cara Evaluasi

A. IPC (In Process Control)


1. Uji Kejernihan ( Lachman Teori dan Praktek Farmasi Industri hal 1355 )
- Cara : Memeriksa wadah bersih dari dari luar di bawah penerangan
cahaya yang baik terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya dan
menggunakan latar belakang hitam putih dengan rangkaian isi dijalankan
dengan suatu aksi memutar.
- Syarat : Semua wadah diperiksa secara visual dan tiap partikel yang
terlihat dibuang dari wadah, batas 50 partikel 10ųm dan lebih besar 5 partikel
≥25 ųm/ml

2. Uji Keseragaman Volume ( FI IV hal 1044 )


- Cara : Pilih 1 atau lebih wadah bila volume 10 ml atau lebih. Isi alat
suntik dapat dipindahkan kedalam gelas piala kering yang telah ditara, volume
dalam ml diperoleh dari hasil perhitungan berat dalam g dibagi bobot jenis
cairan. Isi dari wadah 10 ml atau lebih dapat ditentukan dengan membuka
wadah, memindahkan isi secara langsung ke dalam gelas ukur atau gelas piala
yang telah ditara.
- Syarat : Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah bila
diuji satu persatu atau bila wadah volume 1 ml dan 2 ml, tidak kurang dari
jumlah volume wadah yang tertera pada etiket bila isi digabung.

3. Uji pH (FI IV hal 1039 - 1040)


- Cara :Penetapan pH sediaan menggunkan alat pH meter.Sebelum
digunakan pH meter dibakukan dahulu dengan larutan dapar air, kemudian
digunakan untuk mengukur pH larutan. Keasaman dapat diukur saksama
menggunkaan elektroda dan instrumen yang dibakukan menggunakan pH
universal.
- Syarat : 8,8 – 10

B. QC (Quality Control)
1. Uji Sterilitas (FI edisi IV, hal 861)
Metode uji sterilisasi :
a. Inokulasi langsung kepada media uji
Volume tertentu spesimen + volume tertentu media uji diinkubasi selama
tidak kurang dari 14 hari, kemudian amati pertumbuhan secara visual
sesering mungkin, sekurang-kurangnya pada hari ketiga, keempat, kelima,
ketujuh atau kedelapan atau pada hari terakhir pada masa uji.
(Tidak dilaksanakan)
b. Menggunakan teknik penyaringan membran :
Bersihkan permukaan luar botol, tutup botol dengan bahan dekontaminasi
yang sesuai, ambil isi secara aseptik. Pindahkan secara aseptik seluruh isi
tidak kurang dari 10 wadah melalui tiap penyaring dari 2 rakitan
penyaring. Lewatkan segera tiap spesimen melalui penyaring dengan
bantuan pompa vakum/tekanan. Secara aseptik, pindahkan membran dari
alat pemegang, potong menjadi setengah bagian (jika hanya menggunakan
satu). Celupkan membran atau setengah bagian membran ke dalam 100
ml media inkubasi selama tidak kurang dari 7 hari. Lakukan penafsiran
hasil uji sterilitas.
(Tidak dilaksanakan)
- Syarat : Steril.

2. Uji Kejernihan ( Lachman Teori dan Praktek Farmasi Industri hal 1355 )
- Cara : Memeriksa wadah bersih dari dari luar di bawah penerangan
cahaya yang baik terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya dan
menggunakan latar belakang hitam putih dengan rangkaian isi dijalankan
dengan suatu aksi memutar.
- Syarat : Semua wadah diperiksa secara visual dan tiap partikel yang
terlihat dibuang dari wadah, batas 50 partikel 10ųm dan lebih besar 5 partikel
≥25 ųm/ml

3. Uji keseragaman volume ( FI IV hal 1044 )

- Cara : Pilih 1 atau lebih wadah bila volume 10 ml atau lebih. Isi alat suntik
dapat dipindahkan kedalam gelas piala kering yang telah ditara, volume dalam
ml diperoleh dari hasil perhitungan berat dalam g dibagi bobot jenis cairan.
Isi dari wadah 10 ml atau lebih dapat ditentukan dengan membuka wadah,
memindahkan isi secara langsung ke dalam gelas ukur atau gelas piala yang
telah ditara.
- Syarat : Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah bila
diuji satu persatu atau bila wadah volume 1 ml dan 2 ml, tidak kurang dari
jumlah volume wadah yang tertera pada etiket bila isi digabung.

4. Uji pH (FI IV hal 1039 - 1040)


- Cara :Penetapan pH sediaan menggunkan alat pH meter.Sebelum
digunakan pH meter dibakukan dahulu dengan larutan dapar air, kemudian
digunakan untuk mengukur pH larutan. Keasaman dapat diukur saksama
menggunkaan elektroda dan instrumen yang dibakukan menggunakan pH
universal.
- Syarat : 8,8 – 10

5. Penetapan kadar Teofilin (FI edisi IV hal 784)


Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
yang tertera pada kromatografi<931>.
 Larutan dapar masukan 2,72 g natrium asetat P ke dalam labu tentukur
2000-ml, tambahkan lebih kurang 200 ml air, kocok sampai larut
sempurna. Tambahkan 10,0 ml asam asesat glasial P, encerkan dengan
air sampai tanda.
 Fase gerak masukan 70,0 ml asetonitril P ke dalam labu tentukur 1000-
ml, encerkan dengan Larutan dapar sampai tanda , campur, saring
awaudarakan, jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
sistem seperti yang tertera pada Kromatografi<931>.
 Larutan baku internal Timbang saksama lebih kurang 50 mg teobromin,
masukan kedalam labu tentukur100-ml amonium hidroksida 6 N,
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
 Larutan baku Timbang seksama sajumlah Teofilin BPFI, larutkan dalam
Fase gerak, jika perlu encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml. Campur 10,0 ml
larutan ini dengan 20,0 ml Larutan baku internal dalam labu tentukur
100-ml, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda himgga kadat 0,1 mg
per ml.
 Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100mg, masukan ke dalam
labu tentukur 100-ml, tambahkan kurang lebih 50 ml Fase gerak, kocok
secara mekanik hingga larut sempurna, encerkan dengan Fase gerak
sampai tanda. Pipet 10 ml larutan ini ke dalam labu tentukur 100-ml yang
lain, tambahkan 20 ml Larutan baku internal encerkan dengan Fase
gerak sampai tanda.

 Sistem kromatografi lakukan seperti yang tertera pada Kromatografi.


Kromatografi cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan
kolom 4 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju aluran lebih kurang
1,0 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
respons puncak seperti yang tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
puncak teofilin dan teobromin tidak kurang dari 2, faktor ikutan teofilin
tidak lebih dari 2 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
tidak lebih dari 1,5 %.
 Prosedur Suntikan secara terpisah sejumlah volume sama (antara 10µl
dan 25 µl) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, ukur
respons puncak utama. Waktu retensi relatif teofilin terhadap teobromin
lebih kurang 1,6. Hitung jumlah dalam mg, C7H8N4O2, dengan rumus:
1000 C (Ru)
Rs
C adalah kadar Teofilin BPFI dalam mg per ml Larutan baku: Ru dan Rs
berturut-turut adalah perbandingan respons teofilin terhadap baku
internal dalam Larutan uji dan Larutan baku.
(Tidak dilaksanakan)

VIII. Pengemasan (terlampir)

Wadah : Vial 10 mL
Brosur : Terlampir

IX. Daftar Pustaka


Anonim. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI). Jakarta: Depkes
Anonim. 2014. Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI). Jakarta: Depkes
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan..
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV.
Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V.
Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan
Evory MC, Gerald K. Drug Information 88. USA: American Society of Health-
System Pharmacist
Goeswin Agoes. 2009. Sediaan Farmasi Steril. Bandung: ITB Bandung
Wade A, Welle Pj. 1982. Handbook of Pharmaceutical Excipents, 6nd Edition.
London: The Pharmaceutical Press.
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan praktek farmasi industri.
Edisi III. Jilid III. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Martindale. The Extra Pharmacopeia 28th edition: The Complete Drug Reference.
London:The Pharmaceutical Press.
Voight Rudolf.1994.Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi 5. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai