Anda di halaman 1dari 25

PRAKTIKUM JARINGAN KOMPUTER

Oleh:
KELOMPOK XXV

1. Ni Komang Ayu Krisnasari (1705551046)


2. I Wayan Darmika Esa Krissayoga (1705551046)
3. I Putu Kerta Yasa (1705551046)
4. I Made Gede Sunia Pradnyantara (1705551046)
5. Fariskha Annima Syaiful (1705552053)
6. I Gusti Ngurah Satya Ariestama S. (1705551046)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INFORMASI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN

Bab I berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat,


batasan masalah dan sistematika penulisan yang menunjang laporan praktikum
Jaringan Komputer.
1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah sebagai
berikut.

1.3 Tujuan
Tujuan berdasarkan rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut.
1. Memahami Format IP Addressing versi 4 beserta dengan pembagian
kelasnya
2. Memahami Subnetting
3. Memahami komponen-komponen jaringan komputer
4. Memahami jenis-jenis kabel dan tipe pengkabelan yang sering digunakan
5. Memahami konsep Routing dalam jaringan komputer
6. Memahami perbedaan Static Routing dan Dynamic Routing
7. Memahami protokol-protokol Routing
8. Memahami bagaimana melakukan instalasi linux CentOS
9. Memahami bagaimana melakukan instalasi DHCP Server dan DNS Server
di Linux
10. Memahami dasar-dasar konfigurasi DNS Server
11. Memahami manfaat/kegunaan DNS dan DHCP

1.4 Manfaat
1.5 Batasan Masalah
1.6 Sistematika Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bab II berisi pembahasan mengenai dasar-dasar jaringan komputer seperti


IP Addressing, Subnetting, konfigurasi IP, komponen-komponen dalam jaringan
komputer, Routting, dan Linux CentOS.
2.1 Defini dan Sejarah Jaringan Komputer
Jaringan komputer adalah sebuah kumpulan komputer, printer dan peralatan
lainnya yang terhubung dalam satu kesatuan. Informasi dan data bergerak melalui
kabel-kabel atau tanpa kabel sehingga memungkinkan pengguna jaringan komputer
dapat saling bertukar dokumen dan data, mencetak pada printer yang sama dan
bersama-sama menggunakan hardware/software yang terhubung dengan jaringan.
Setiap komputer, printer atau periferal yang terhubung dengan jaringan disebut
node. Sebuah jaringan komputer dapat memiliki dua, puluhan, ribuan atau bahkan
jutaan node.
Konsep jaringan komputer lahir pada tahun 1940-an di Amerika dari sebuah
proyek pengembangan komputer Model I di laboratorium Bell dan group riset
Harvard University yang dipimpin profesor H. Aiken. Pada mulanya proyek
tersebut hanyalah ingin memanfaatkan sebuah perangkat komputer yang harus
dipakai bersama. Untuk mengerjakan beberapa proses tanpa banyak membuang
waktu kosong dibuatlah proses beruntun (Batch Processing), sehingga beberapa
program bisa dijalankan dalam sebuah komputer dengan dengan kaidah antrian.
Di tahun 1950-an ketika jenis komputer mulai membesar sampai terciptanya
super komputer, maka sebuah komputer mesti melayani beberapa terminal. Untuk itu
ditemukan konsep distribusi proses berdasarkan waktu yang dikenal dengan nama TSS
(Time Sharing System), maka untuk pertama kali bentuk jaringan (network) komputer
diaplikasikan. Pada sistem TSS beberapa terminal terhubung secara seri ke sebuah host
komputer. Dalam proses TSS mulai nampak perpaduan teknologi komputer dan
teknologi telekomunikasi yang pada awalnya berkembang sendiri-sendiri.
Memasuki tahun 1970-an, setelah beban pekerjaan bertambah banyak dan
harga perangkat komputer besar mulai terasa sangat mahal, maka mulailah
digunakan konsep proses distribusi (Distributed Processing). Dalam proses ini
beberapa host komputer mengerjakan sebuah pekerjaan besar secara paralel untuk
melayani beberapa terminal yang tersambung secara seri disetiap host komputer.
Dalam proses distribusi sudah mutlak diperlukan perpaduan yang mendalam antara
teknologi komputer dan telekomunikasi, karena selain proses yang harus
didistribusikan, semua host komputer wajib melayani terminal-terminalnya dalam
satu perintah dari komputer pusat.
Selanjutnya ketika harga-harga komputer kecil sudah mulai menurun dan
konsep proses distribusi sudah matang, maka penggunaan komputer dan jaringannya
sudah mulai beragam dari mulai menangani proses bersama maupun komunikasi antar
komputer (Peer to Peer System) saja tanpa melalui komputer pusat. Untuk itu mulailah
berkembang teknologi jaringan lokal yang dikenal dengan sebutan LAN. Demikian
pula ketika Internet mulai diperkenalkan, maka sebagian besar LAN yang berdiri
sendiri mulai berhubungan dan terbentuklah jaringan raksasa WAN.
2.2 IP Address
IP address merupakan konsekuensi dari penerapan Internet Protokol untuk
mengintegrasikan jaringan komputer Internet di dunia. Seluruh host (komputer)
yang terhubung ke Internet dan ingin berkomunikasi memakai TCP/IP memiliki IP
address sebagai alat pengenal host pada network.
2.2.1 IP Public
IP public merupakan sebuah alamat yang ditugaskan untuk setiap komputer
yang terhubung pada internet dimana setiap IP adalah unik. Maka akan tidak bisa
ada dua komputer dengan alamat IP public yang sama dalam seluruh Internet.
Skema pengalamatan memungkinkan komputer untuk “menemukan satu sama yang
lain” dan melakukan pertukaran informasi. Pengguna tidak memiliki control atas
alamat IP (public) yang diberikan ke komputer. Alamat IP public ditugaskan untuk
komputer oleh Internet Service Provider secara langsung setelah komputer
terhubung ke gateway Internet.

2.2.2 IP Private
IP Private adalah IP yang bersifat pribadi dan lokal, lokal maksudnya IP ini
hanya digunkan sebagai indentifikasi komputer pada jaringan tertutup yang bersifat
pribadi. IP private ini tidak bisa digunakan untuk mengakses jaringan internet
karena pada umumnya IP di seragamkan nilai awalnya agar sesame komputer di
jaringan tersebut adapat saling berhubungan.
2.2.3 NAT (Network Address Translation)
NAT adalah suatu metode untuk menghubungkan lebih dari satu komputer
ke jaringan internet dengan menggunakan alamat IP. Banyak penggunaan metode
ini disebabkan karena ketersedian alamat IP yang terbatas, kebutuhan akan
keamanan (security), dan kemudahan serta fleksibilitas dalam administrasi
jaringan.

2.2.4 IP address Versi 4


IP Versi 4 (IPv4) merupakan sebuah jenis pengalamatan jaringan yang
digunakan di dalam protokol jaringan TCP/IP dengan protokol IP versi 4. Panjang
totalnya adalah 32-bit dan secara teori dapat mengalamati hingga 4 miliar host
komputer atau lebih tepatnya 4.294.967.296 host di seluruh dunia. Jumlah host
tersebut didapatkan dari 256 (8 bit) dipangkat 4 (karena terdapat 4 oktet) sehingga
nilai maksimal dari alamat versi 4 tersebut adalah 255.255.255.255, nilai dihitung
dari nol sehingga nilai host yang dapat ditampung adalah 256 x 256 x 256 x 256 =
4.294.967.296 host.
Pembagian kelas pada IP versi 4 (IPv4) di kelompokan dalam lima kelas,
yaitu A, B, C, D, dan E. Perbedaanya terletak pada ukuran dan jumlah. IP address
kelas A jaringan skala besar. IP address kelas B digunakan untuk jaringan
berukuran besar dan sedang. IP address kelas C untuk pembagian jaringan yang
banyak, namun masing – masing jaringan memiliki anggota yang sedikit. IP
address kelas D diperuntukan bagi jaringan multicast, dan kelas E untuk
eksperimental. Tabel di bawah ini memperlihatkan pembagian kelas IP address.

Tabel 2.1 Pembagian Kelas IP Address


Kelas Alamat Ip #Network #Hosts Decimal Subnet mask
Bits Bits Address
Range

Class A 8 bits 24 bits 1-126 255.0.0.0


Class B 16 bits 16 bits 128-191 255.255.0.0
Class C 24 bit 8 bit 192-239 255.255.255.0
Class D Reserved for Multicating 224-239 N/A
Class E Reserved for R & D 240-255 N/A

Tabel 2.1 merupakan tabel yang memperlihatkan pembagian kelas IP adress


dari masing kelas yang bersifat unik karena setiap komputer memiliki TCP/IP yang
berbeda. Berikut ini merupakan penjelasan dan pembagian kelas beserta contoh dan
perincian pada IP address versi 4 yang terdiri dari lima kelas.

2.2.4.1 Kelas A (1 bit pertama IP Address-nya ”0”)


Alamat-alamat kelas A diberikan untuk jaringan skala besar. Nomor urut bit
tertinggi di dalam alamat IP kelas A selalu diset dengan nilai 0 (nol). Tujuh bit
berikutnya untuk melengkapi oktet pertama akan membuat sebuah network
identifier. 24 bit sisanya (atau tiga oktet terakhir) merepresentasikan host identifer.
Kelas A memiliki hingga 126 jaringan, dan 16,777,214 host tiap jaringannya.
Alamat dengan oktet 127 tidak diizinkan, karena digunakan untuk mekanisme
Interprocess Conmunication (IPC) di dalam mesin yang bersangkutan. Contoh IP
Versi 4 dari kelas A yaitu 120.31.45.18

Tabel 2.2 Contoh IP Versi 4 Kelas A


IP address Network ID Host ID
120.31.45.18 120 31.45.18
Tabel 2.2 merupakan contoh IP versi 4 kelas A. Penjelasannya yaitu IP
address di atas mempunyai host dengan nomor 31.45.18 pada jaringan 120.

2.2.4.2 Kelas B (2 bit pertama IP address-nya ”10”)


IP address kelas B terdiri dari 16 bit unruk network ID dan sisanya 16 bit
digunkan untuk host ID, sehingga IP address kelas B digunakan untuk jaringan
dengan jumlah host dengan tidak terlalu besar. Pada 2 bit pertama berikan angka
19, sehingga bit awal IP tersebut mualai dari (128 -191). Contoh IP versi 4 dari
kelas B yaitu 150.70.60.56
Tabel 2.3 Contoh IP versi 4 dari Kelas B
IP adress Network ID Host ID
150.70.60.56 150.70 60.56
Tabel 2.3 merupakan contoh IP versi 4 dari kelas B. Penjelasannya yaitu IP
di atas mempunyai host dengan nomor 60.56 pada jaringan 150.70

2.2.4.3 Kelas C (3 bit pertama IP address-nya ”110”)


Alamat unicast untuk jaringan skala kecil. Tiga bit pertama di dalam oktet
pertama alamat kelas C selalu diset ke nilai biner 110.21 bit selanjutnya (untuk
melengkapi tiga oktet pertama) akan membentuk sebuah network identifier. 8 bit
sisinya (sebagai oktet terakhir) akan merepresentasikan host identifier. Ini
memungkinkan pembuatan total 2,097,152 buah network, dan 254 host untuk setiap
network-nya. Contoh versi 4 kelas C yaitu 192.168.0.1/21.

Tabel 2.4 Contoh versi 4 kelas C


IP address Network ID Host ID
192.168.0.1/21 1592.168.1 1
Tabel 2.4 merupakan contoh versi 4 pada kelas C dengan IP address
192.168.0.1/21. Penjelasannya IP diatas mempunyai host dengan 1 pada jaringan
192.168.0 dan submask 21.

2.2.4.4 Kelas D (4 bit pertama IP perta IP adress-nya ”1110”)


Alamat multicast (bukan alamat unicast). Empat bit pertama di dalam IP
kelas D selalu di set ke bilangan biner 1110. 28 bit sisanya digunakan sebagai
alamat yang dapat digunakan untuk mengambil host. Dalam Multicasting tidak
tidak dikenal istilah network ID dan host ID. Lihat pada bagian alamat Multicast
Ipv4 yang menjelaskan contoh IP adress yakni 224.0.0.0/4, yang berkisar dari
224.0.0.0 hingga 224.255.255.255.

2.2.4.5 Kelas E (4 bit pertama IP adress-nya ”1111”)


Umumnya digunakan sebagai alamat percobaan (eksperimen) dan
dicadangkan untuk digunkan pada masa depan. Empat bit pertama selalu di set
kepada bilangan biner 1111. 28 bit sisanya digunkan sebagai alamat yang dapat
digunakan untuk mengenali host. Bit pertamanya berkisar anatara 284-255, contoh
IP address yakni 255.0.0.0/4.

2.3 IP Subnetting
Subnetting adalah proses memecah suatu IP jaringan ke sub jaringan yang
lebih kecil yang disebut “subnet.” Subnetting digunakan untuk memudahkan
pengelola jaringan komputer (system administrator, network administrator,
maupun pengguna biasa) dalam mengelola jaringan, melakukan alokasi IP Address
untuk setiap ruangan dan gedung sesuai dengan kebutuhan. Proses subnetting
sendiri dilakukan dengan menggunakan nilai CIDR seperti yang disebutkan
sebelumnya.
2.3.1 IP Subnetting Classfull dan Classless
Subnetting adalah mengambil bit-bit dari bagian host sebuah alamat IP dan
me-reserve atau menyimpannya untuk mendefinisikan alamat subnet.
Konsekuensinya adalah semakin sedikit jumlah bit untuk host, jadi semakin banyak
jumlah subnet, semakin sedikit jumlah bit yang tersedia untuk mendefinisikan host
bit.
2.3.1.1 Classfull
Classfull merupakan pengalamatan IP yang dibagi berdasar pada kelas.
Perlu kalian ketahui bahwa ada 5 kelas yang tidak sama dan itu merupakan kelas
yang menentukan ukuran jaringan. Empat bit pertama dari alamat IP yang dipakai
untuk mengidentifikasi kelas. Dari lima kelas A, B, C, D serta E. kelas A, B serta
C dipakai untuk jaringan unicast, D untuk jaringan multicast serta E disiapkan
untuk pemakaian masa depan. Bit yang digunakan untuk mengidentifikasi kelas
adalah sebagai berikut:

a. Kelas A 1 bit pertama IP address-nya “0”.

b. Kelas B 2 bit pertama IP address-nya “10”.

c. Kelas C 3 bit pertama IP address-nya “110”.

d. Kelas D 4 bit pertama IP address-nya “1.110”.

e. Kelas E4 bit pertama IP address-nya “1.111”.


Namun persoalan nampak dengan adanya arsitektur ini, kalau ukuran
jaringan itu sangat besar. Hal ini sudah pasti dapat mengurangi tingkat
fleksibilitasnya ini mengakibatkan pemborosan sebagian alamat. Untuk menangani
masalah ini, CIDR atau Routing Inter-Domain Classless dikenalkan pada th. 1993.
Berikut alamat IP dibagi jadi dua sisi, yaitu:

a. Sisi paling utama yaitu alamat jaringan yang dipakai untuk


mengidentifikasi jaringan

b. Sisi yang paling penting yaitu host identifier.

2.3.1.2 Classless
Classless dengan sederhana bisa disimpulkan tanpa ada kelas atau tidak
memakai kelas. Bila dihubungkan dengan pengalamatan IP, pengalamatan IP
classless bisa disimpulkan jadi pengalamatan IP tanpa mengetahui kelas dengan
cara memakai Classless-Inter Domain Rouing (CIDR) atau dapat juga di kenal
dengan arti panjang prefiks. Format pengalamatannya yaitu dengan memberi
tanda slash (/) di belakang alamat IP lalu diikuti dengan variabel panjang prefix.
Pengalokasian host/IP yang bisa memakai subnet mask yang tidak sama,
yang di dukung oleh routing protocol (RIPv2, OSPF, serta EIGRP) yang bisa
memberi info subnet, hingga bisa menghemat beberapa alamat host/IP.
Cara classless addressing (pengalamatan tanpa ada kelas) sekarang ini
mulai banyak diaplikasikan, yaitu dengan pengalokasian IP Address dalam notasi
Classless Inter Domain Routing (CIDR). Arti lain yang dipakai untuk memanggil
sisi IP address yang menunjuk satu jaringan dengan lebih khusus, dimaksud juga
dengan Network Prefix.
Umumnya dalam menuliskan network prefix satu kelas IP Address dipakai
sinyal garis miring (slash) “/”, diikuti dengan angka yang memberikan panjang
network prefix ini dalam bit. Contoh dasarnya adalah 192. 168. 0. 0/24.

2.3.2 IP Subnetting Classfull dan Classless menggunakan CIDR & VLSM


Dalam sebuah jaringan komputer, sekelompok komputer dan peralatan
jaringan yang memiliki routing prefix IP address yang sama dinamakan sebuah
subnetworks atau subnet. Dengan menggunakan subnetting, sebuah jaringan yang
besar bisa dipecah dan dibentuk menjadi sebuah jaringan-jaringan yang lebih kecil.
Proses tersebut dinamakan dengan subnetting. Subnetting adalah suatu metode
untuk memperbanyak network ID dari suatu network ID yang telah dimiliki.
2.3.2.1 Classless Inter-Domain Routing (CIDR)
CIDR merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mengkategorikan
alamat IP dengan tujuan untuk mengalokasikan lamat IP kepada pengguna dan
untuk efisiensi dalam proses routing paket-paket IP di dalam jaringan komputer.
Metode ini biasanya digunakan oleh Internet Service Provider (ISP) untuk
mengalokasikan alamat kepada sebuah rumah, perusahaan atau ke seorang
pelanggan. Ketika kita menerima sebuah blok alamat dari ISP, umumnya kita akan
menerima dalam bentuk 192.168.1.10/28. Maksud dari angka-angka tersebut
adalah bahwa kita berada pada subnet 28. Hal ini berarti kita menggunakan
sebanyak 28 angka 1 pada netmask (11111111.11111111.11111111.11110000)
atau berarti subnet mask kita adalah menjadi 255.255.255.240. Alasan adanya
CIDR adalah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu hanya ada 3 kelas
penggolongan alamat IP. Dimana masing-masing kelas memiliki jumlah maksimal
alamat tertentu. Ambil sebuah contoh dimana sebuah organisasi dengan jumlah
komputer yang harus terhubung ke jaringan adalah sebanyak 1000 komputer. Jika
digunakan kelas C, yang maksimal adalah 256 host, maka jumlah tersebut tidak
cukup untuk mengalamati seluruh komputer tersebut. Jika kita gunakan kelas B,
yang maksimal jumlah host-nya adalah 65536, maka sisanya sangat banyak dan
akan terbuang percuma yang berakibat tidak efisiennya proses routing. CIDR
menggunakan VLSM (Variable-Length Subnet Masks) untuk mengalokasikan
alamat IP sesuai dengan kebutuhannya, daripada menggunakan mengikuti aturan-
aturan kelas-kelas A, B dan C dalam jaringan.
Perhitungan subneting pada CIDR merupakan perhitungan lanjutan
mengenai IP Addressing dengan menggunakan metode VLSM (Variabel Lengeth
Subnet Mask), namun sebelum membahas VSLM perlu di review terlebih dahulu
subnetting menggunakan CIDR. Metode ini menggunakan notasi prefix, panjang
notasi prefix ini menentukan jumlah bit sebelah kiri yang digunakan sebagai
network ID. Metode CIDR dengan notasi dapat diterapkan pada semua kelas IP
Address sehingga hal ini memudahkan dan lebih efektif. Menggunakan metode
CIDR dapat melakukan pembagian IP Address yang tidak berkelas tergantung dari
kebutuhan pemakai.
Notasi slash seringkali digunakan dalam classless addressing yang dikenal
sebagai notasi CIDR (classless inter-domain routing) yang dikenal sebagai notasi
CIDR (classless inter-domain routing). Diketahui bahwa mask tersusun atas
sejumlah bit 1 oleh sejumlah bit 0. Contohnya 225.255.255.224 atau 11111111.
11111111.11111111.11100000 di dalam mask tersebut terdapat sebanyak 27 bit 1.
Penulisan alamat dalam notasi CIDR untuk classless addressing ditunjukkan seperti
berikut A.B.C.D/n (n disebut juga sebagai prefix length). Berikut ini Table CIDR
dari masing-masing kelas.

Tabel 2.5 CIDR Kelas A


#bit Subnet mask CIDR Jumlah Host
0 255.0.0.0 /8 16777216
1 255.128.0.0 /9 8388604
2 255.192.0.0 /10 4194304
3 255.224.0.0 /11 2097152
4 255.240.0.0 /12 1048576
5 255.284.0.0 /13 524288
6 255.252.0.0 /14 262144
7 255.254.0.0 /15 131072
Tabel 2.5 merupakan tabel CIDR kelas A. Pada kelas A untuk penggunaan
notasi alamat CIDR pada classfull address adalah /8 sampai /15.

Tabel 2.6 CIDR Kelas B


#bit Subnet mask CIDR Jumlah Host
0 255.255.0.0 /16 65536
1 255.255.128.0.0 /17 32768
2 255.255.192.0.0 /18 16384
3 255.255.224.0.0 /19 8192
4 255.255.240.0.0 /20 4096
5 255.255.284.0.0 /21 2084
6 255.225.252.0.0 /22 1024
7 255.255.254.0.0 /23 512
Tabel 2.6 merupakan tabel CIDR kelas B. Pada kelas B untuk penggunaan
notasi alamat CIDR pada classfull address adalah /16 samapai /23.

Tabel 2.7 CIDR Kelas C


#bit Subnet mask CIDR Jumlah Host
0 255.255.255.0 /24 256
1 255.255.255.128 /25 128
2 255.255.255.192 /26 164
3 255.255.255.224 /27 32
4 255.255.255.240 /28 16
Tabel 2.7 merupakan tabel CIDR kelas C. Pada kelas B untuk penggunaan
notasi alamat CIDR pada classfull address adalah /24 sampai /28. Subnet mask
CIDR/31 dan /32 tidak pernah ada dalam jaringan yang nyata.

2.3.2.2 Variable Length Subnet Mask (VLSM)


Perhitungan IP Address menggunkan metode VLSM adalah metode yang
berbeda dengan memberikan sustu network address lebih dari satu subnet mask,
jika menggunkan CIDR dimana suatu network ID hanya memiliki satu subnet mask
saja, perbedaan yang mendasar terletak pada pembagian blok, pembagian blok
VLSM bebas dan hanya dilakukan melalui Network Address sebagai IP address
local dan IP address ini tidak dikenal dengan jaringan internet, namun dapat
melakukan koneksi ke dalam jaringan internet, hal ini terjadi dikarenakan jaringan
internet hanya mengenal IP address berkelas.
Metode VSLM ataupun CIDR pada prinsipnya sama yaitu untuk mengatasi
kekurangan IP address dan dilakukan pemecahan Network ID guna mengatasi
kekurangan IP address dan dilakukan-nya pemecahan Network Address yang telah
diberikan oleh lembaga IANA jumlahnya sangat terbatas.
Penerapan IP address menggunakna metode VLSM untuk berkomunikasi
kedalam jaringan internet sebaiknya pengelolaan network dapat memenuhi
persyaratan, routing protocol yang digunkan harus mampu membawa informasi
mengenai notasi prefix untuk setiap rute broadcast (routing protocol RIP, IGRP,
EIGRP, OSPF dan lainnya) semua perangkat router yang digunakan dalam jaringan
harus mendukung metode VSLM yang menggunakan algoritma penerus packet
informasi. Tahapan perhitungan menggunakan VLSM IP Address yang ada
dihitung menggunakan CIDR selanjutnya bary dipecah kembali menggunakan
VLSM.

2.3.2 Broadcast Domain dan Default Gateway


Broadcast Domain, Default Gatewy, Destination Unreachable & request
time out merupakan salah cara untuk melakukan proses ping untuk mengetes
jaringan. Ping (sering disebut sebagai singkatan dari Packet Internet Gopher)
adalah sebuah program utilitas yang dapat digunkan untuk memeriksa induktivitas
jaringan berbasis teknologi Transmission Control Protocol/Internet Protocol
(TCP/IP). Penjelasan mengenai broadcast domain, default gateway, destination
unreachable & request time out proses ping adalah sebagai berikut
2.3.2.1 Broadcast Domain
Broadcast Domain adalah suatu alamat yang mewakili seluruh anggota
jaringan. Pengiriman paket alamat ini akan menyebabkan paket ini didengarkan
oleh seluruh anggota network tersebut.

2.3.2.2 Default Gateway


Defaulty Gateway adalah salah satu setting jaringan yang dibutuhkan oleh
komputer untuk berhubungan dengan komputer yang ada di jaringan lain. Seluruh
trafik yang dikirimkan akan mekewati default gateway, kecuali memberikan rule
rute tertentu. Melihat default gateway yang sedang terpasang saat ini bisa
menggunakan perintah sebagai berikut.
a. # route –n untuk mengeset default gateway berfungsi perintah.
b. # route add default gw untuk menghapus default gateway yang
ada saat ini bias menggunakan .
c. # route del default gw sebagai contoh default gateway saat ini
adalah 192.168.1.1, kemudian di ubah 192.168.1.254, maka bias
menggunakan perintah.
d. # route del default gw 192.168.1.1
e. # route del default gw 192.168.1.254

2.3.2.3 Destination Unreachable


Destination unreachable terjadi jika host, jaringan, port atau protokol
tertentu tidak dapat dijangkau. Komunikasi di jaringan tergantung dari beberapa
kondisi yang ditemui. Kondisi tersebuat diantaranya.
a. Pertama, protokol TCP/IP harus dikonfigurasi untuk device yang
mengirim dan menerima data. Termasuk pemasangan protokol TCP/IP
dan konfigurasi alamat IP dan subnet mask. Default gateway juga harus
dikonfigurasi jika datagram keluar jaringan local.
b. Kedua, device harus ditempatkan untuk melewatkan datagram dari
device asal dan jaringannya ke device tujuan. Router juga harus
mempunyai protocol TCP/IP yang dikonfigurasi di interface-
interfacenya dan harus menggunkan protokol-routing tertentu. Kondisi
jika tidak ditemukan, komunikasi tidak dapat dilakukan. Device
pengiriman mengalamatkan datagram ke IP address yang tidak ada atau
ke device tujuan yang tidak terhubung ke jaringan. Router dapat juga
sebagai titik kesalahan jika koneksi interface putus atau jika router tidak
memiliki informasi yang berguna untuk menemukan jaringan tujuan.
Jaringan tujuan jika tidak dapat diakses, hal ini disebut dengan
unreachable destination.

2.3.2.4 Request Time Out


Request Time Out terjadi ketika komputer server tidak merespon permintaan
koneksi dari klien setelah beberapa lama (jangka waktu timeout bervariasi) antara
lain karena RTO (request time out). Penyebab permasalahan tersebut bermacam-
macam yaitu.
a. Utilisasi/pemakaian bandwidth suah penuh, solusinya harus updrade
kecepatan.
b. Kualitas akses jaringan (wirwless/wireline) kurang bagus.
c. Website yang dituju memiliki delay yang tinggi, sehingga ping timeout.
d. Koneksi ke IP tersebut putus atau port di komputer tersebut ditutup

2.4 Komponen-komponen pada Jaringan Komputer


BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III merupakan bab yang berisikan tempat dan waktu penelitian,
observasi, analisis data, dan sumber data praktikum Jaringan Komputer.
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Praktikum Jaringan Komputer dilaksanakan di lingkungan Universitas
Udayana, Fakultas Teknik, Program Studi Teknologi Informasi. Waktu penelitian
praktikum Jaringan Komputer dilaksanakan dengan bimbingan setiap minggunya,
didampingi oleh asisten dosen.

3.2 Observasi
Observasi praktikum Jaringan Komputer dilakukan untuk mengetahui
bagaimana manfaat yang diperoleh setelah dilakukannya pengalamatan jaringan,
mengetahui bagaimana cara pengkabelan dan melakukan pengaturan jaringan
computer skala kecil, memahami konsep Routing dalam jaringan komputer, serta
mengetahui fungsi DHCP Server dan DNS Server pada sistem operasi Linux.
3.3 Analisis Data
Proses analis data dilakukan dengan analisi cara kerja pengalamatan
jaringan, analisi cara kerja pengkabelan, analisis cara kerja routing, serta analisis
cara kerja DHCP server dan DNS server.

3.4 Sumber Data


Penelitian dilakukan dengan mengambil data dari berbagai macam sumber
diataranya jurnal elektronik, tesis elektronik, dan buku elektronik. Semua sumber
data tersebut digunakan sebagai referensi untuk membuat laporan praktikum
Jaringan Komputer berdasarkan studi kasus yang telah diberikan di dalam setiap
modulnya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV berisikan hasil pembahasan praktikum Jaringan Komputer yang


terdiri dari Pengalamatan Jaringan, Pengkabelan, Routing, serta Instalasi dan
Konfigurasi DHCP Server serta DNS Server berbasis Linux.
4.1 Pengalamatan Jaringan
Modul I merupakan modul yang berisikan pembahasan mengenai
pengalamatan jaringan yang terdiri dari IP-Addressing versi empat beserta pembagian
kelas, subnetting, dan konfigurasi IP pada jaringan Local Area Network. Percobaan
praktikum pada Modul I adalah penentuan pembagian IP-Address pada masing-masing
network beserta Network Address, First Usable Address, Last Usable Address dan
Broadcast Address dengan metode VLSM pada jaringan komputer suatu perusahaan
yang memiliki empat divisi, yaitu divisi Purchasing, Front Office, HRD, dan
Marketing. Diberikan IP-License yaitu 192.168.1.0/24. Rincian komputer pada
masing-masing divisi pada perusahaan adalah divisi Purchasing dengan 30 host, divisi
Front Office dengan 60 host, divisi HRD dengan 6 host, dan divisi Marketing yaitu 2
host.
4.1.1 Divisi Front Office
4.1.2 Divisi Purchasing
4.1.3 Divisi HRD
4.1.4 Divisi Marketing

4.2 Pengkabelan
4.3 Routing
4.4 Instalasi Konfigurasi DHCP Server serta DNS Server berbasis Linux

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai