Radiologi Diagnostik Dan Intervensi Pada Buerger Disease
Radiologi Diagnostik Dan Intervensi Pada Buerger Disease
Pembimbing
dr. Andi Darwis, Sp
Rad (K)
Disusun oleh:
Haniyyah
1710221004
SMF RADIOLOGI
RSUP PERSAHABATAN
PERIODE 16 OKTOBER – 18 NOVEMBER
2017
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSI PADA PENYAKIT
BUERGER
Disusun oleh :
Haniyyah 1710221004
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan referat
dengan judul “Radiologi Diagnostik dan Intervensi Pada Penyakit Buerger”.
Referat ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti ujian kepaniteraan klinik
Pendidikan Profesi Dokter di SMF Radiologi RSUP Persahabatan
Dalam menyelesaikan tugas ini penulis mengucapkan rasa terima kasih
kepada dr. Andi Darwis, Sp Rad (K) selaku pembimbing dalam pembuatan
pembuatan referat ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan referat ini banyak terdapat
kekurangan dan juga masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharap
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Semoga referat ini dapat
bermanfaat bagi teman-teman dan semua pihak yang berkepentingan bagi
pengembangan ilmu kedokteran. Amin.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2
II.1 Anatomi Pembuluh Darah.........................................................................2
II.2 Penyakit Buerger.......................................................................................4
BAB III KESIMPULAN........................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................20
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
elastis dan kumpulan sel otot polos. Serat jaringan ikat dari tunika adventisia
biasanya menyatu dengan jaringan di sekitarnya, menstabilkan dan
menancapkan pembuluh darah(6).
3
Gambar 3. Arteri dan Vena Ekstremitas Bawah
4
darah. Selain itu pada penyakit ini terjadi aktivasi jalur endotelin-1 yang bersifat
vasokonstriktor poten, peningkatan kadar molekul adhesi, dan sitokin yang
berperan terhadap proses inflamasi(7).
Faktor genetik merupakan faktor yang berpengaruh terhadap munculnya
penyakit ini. Beberapa peneliti telah mendokumentasikan peningkatan antigen
HLAA9 dan HLA-Bw5 atau HLA-B8, B35, dan B40 pada penderita Eropa dan
Asia Timur(7).
5
Gambar 4. Ujung Jari Pada Pasien dengan Penyakit Buerger
b. Kriteria Ollin
Yang termasuk kriteria ini sebagai berikut:
Berumur antara 20-40 tahun
6
Merokok atau memiliki riwayat merokok
Ditemukan iskemi ekstremitas distal yang ditandai oleh klaudikasio,
nyeri saat istirahat, ulkus iskemik atau gangren dan
didokumentasikan oleh tes pembuluh darah non-invasif
Telah menyingkirkan penyakit autoimun lain, kondisi hiperkoagulasi,
dan diabetes mellitus dengan pemeriksaan laboratorium
Telah menyingkirkan emboli berasal dari bagian proksimal yang
diketahui dari echokardiografi atau arteriografi
Penemuan arteriografi yang konsisten dengan kondisi klinik pada
ekstremitas yang terlibat dan yang tidak terlibat
Kriteria mayor:
Onset gejala iskemi ekstremitas distal sebelum usia 45 tahun
Pecandu rokok
Tidak ada penyakit arteri proksimal pada poplitea atau tingkat distal
brakial
Dokumentasi objektif penyakit oklusi distal seperti: Doppler arteri
segmental dan pletismografi 4 tungkai, arteriografi , histopatologi.
Kriteria minor:
Phlebitis superfisial migran
Episode berulang trombosis lokal vena superfisial pada ekstremitas
dan badan
Sindrom Raynaud atau Fenomena Raynaud
7
d. Kriteria skoring Papa dkk. mengembangkan sistem scoring untuk
memudahkan diagnosis(7).
8
1. Fase akut merupakan keadaan oklusi trombi yang dideposit di dalam
lumen pembuluh darah. Pada fase akut ditemukan neutrofil
polimorfonuklear (PMN), mikroabses, dan multinucleated giant
cells. Meskipun inflamasi terjadi pada semua lapisan pembuluh
darah akan tetapi arsitektur normal pembuluh darah tetap
dipertahankan. Penemuan ini yang membedakan antara penyakit
Buerger dengan aterosklerosis dan penyakit vaskulitis sistemik lain(1).
9
Gambar 6. Histopatologi Fase Subakut Penyakit Buerger
b. Pemeriksaan Laboratorium
10
Saat ini belum ada pemeriksaan laboratorium khusus untuk mendiagnosis
penyakit Buerger. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membantu
diagnosis adalah sebagai berikut(1):
1. Darah lengkap
2. Tes fungsi hati
3. Tes fungsi ginjal dan urinalisis
4. Gula darah puasa untuk menyingkirkan diabetes melitus
5. Profil lipid
6. Tes Venereal Disease Research Laboratory (VDRL)
7. Penapisan autoimun:
Laju sedimentasi eritrosit (ESR Westergren). Pada penyakit
Buerger biasanya normal.
Faktor reumatoid (RF). Pada penyakit Buerger biasanya normal.
Antibodi antinuklear (ANA). Pada penyakit Buerger normal.
Antibodi antisentromer merupakan petanda serologis untuk
sindrom CREST dan Scl 70 (penanda serologis untuk
skleroderma).
8. Penapisan keadaan hiperkoagulasi:
Kadar protein C, protein S, dan antitrombin III
Antibodi antifosfolipid
Faktor V Leiden
Prothrombin
Homosisteinemia
11
Buerger dan 40 subjek yang sehat menunjukkan bahwa terdapat penurunan
amplitudo reversed diastolic flow, tanpa adanya penurunan amplitudo
peak systolic yang signifikan pada subjek dengan penyakit Buerger. Para
penulis menyimpulkan bahwa penurunan resistensi vaskular dapat terjadi
karena akibat dari meningkatnya aliran darah kolateral dan rendahnya
resistensi arteri kutan. Maka dari itu, indeks resistensi dapat menjadi
parameter yang berguna dalam diagnosis dini penyakit Buerger dan
memantau progresivitas penyakit(9).
b. Angiografi
Digital Substraction Angiography (DSA) memainkan peran penting
dalam mendukung diagnosis penyakit Buerger dan untuk menyingkirkan
penyebab iskemia lain. Temuan arteriografi pada penyakit Buerger
12
mungkin sugestif tapi tidak patognomonik, oleh karena itu metode ini
tidak dapat dikatakan menjadi gold standard untuk mendiagnosis penyakit
Buerger(9). Pada pemeriksaan angiografi dapat ditemukan:
1. Gambaran lesi oklusi segmental pembuluh darah kecil dan sedang
(medium) diselingi gambaran segmen normal
2. Martorell sign atau gambaran kolateral pembuluh darah seperti
“corkscrew,” “spider legs” or “tree roots” meskipun gambaran ini
dapat juga dijumpai pada skleroderma, sindrom CREST
(Calcinosis, Raynaud’s phenomenon, esophageal dysmotility,
sclerodactyly and telangiectasia)
3. Di arteri proksimal tidak dijumpai aterosklerosis, aneurisma dan
sumber emboli lain.
13
Gambar 10. CT Angiografi Pada Penyakit Buerger
II.2.8 Terapi
Tujuan utama penanganan adalah memperbaiki kualitas hidup. Cara yang
dapat dilakukan adalah menghindari dan menghentikan faktor yang memperburuk
penyakit, memperbaiki aliran darah menuju tungkai atau ekstremitas, mengurangi
rasa sakit akibat iskemi, mengobati tromboflebitis, memperbaiki penyembuhan
luka atau ulkus(1).
a. Terapi non bedah
Berhenti merokok
Intervensi terapeutik yang paling penting pada penyakit Buerger
adalah berhenti merokok. Pasien penyakit Buerger tidak hanya
14
harus berhenti merokok aktif, tetapi juga merokok pasif,
mengunyah dan menghisap tembakau karena tembakau telah
diidentifikasi sebagai penyebab penyakit Buerger dan kejadian
ulangan(5).
Analog prostasiklin seperti iloprost; merupakan vasodilator dan
mampu menghambat agregasi platelet.
Calcium channel blocker untuk mengurangi efek vasokonstriksi
penyakit ini.
Bosentan. Obat ini merupakan antagonis kompetitif dari endotelin-
1 sehingga memiliki kemampuan vasodilatasi. Suatu penelitian
menunjukkan bahwa bosentan menghasilkan perbaikan kondisi
klinis penyembuhan ulkus dan gambaran angiografi. Bosentan
selama 28 hari lebih efektif dibandingkan aspirin untuk mengatasi
nyeri saat istirahat dan penyembuhan ulkus.
Obat analgesik seperti analgetik narkotik atau obat anti inflamasi
non steroid mungkin membantu mengatasi nyeri pada beberapa
pasien.
Terapi gen dengan vascular endothelial growth factor (VEGF).
Isner dkk. (1998) menyuntikkan total 4000 μg VEGF165 plasmid
DNA dengan dua kali penyuntikan intramuskular (2000 μg
VEGF165 plasmid DNA pada awal dan 2000 μg VEGF165
plasmid DNA pada akhir minggu keempat) memberikan hasil
menjanjikan dalam penyembuhan ulkus akibat iskemi dan
menghilangkan nyeri saat istirahat.
Terapi stem cell yaitu terapi autolog whole bone marrow stem cell
(WBMSC) menunjukkan perbaikan seperti penyembuhan ulkus,
menghilangkan nyeri iskemik, rekanalisasi arteri dan menurunkan
risiko amputasi tungkai.
Spinal Cord Stimulation hasilnya baik untuk menghilangkan nyeri
dan penyembuhan ulkus. Stimulasi ini dapat menghambat transmisi
sinyal penghantar nyeri pada serabut saraf simpatis. Selain itu juga
15
pada saat bersamaan terjadi peningkatan perfusi mikrosirkulasi
akibat inhibisi serabut saraf simpatis.
b. Terapi Bedah
Simpatektomi; bertujuan untuk mengurangi efek vasokonstriksi
akibat saraf simpatis.
Penyisipan kawat Kirschner intramedulla. Pada beberapa pasien,
dapat merangsang angiogenesis, penyembuhan ulkus tungkai dan
meredakan nyeri saat istirahat.
Operasi bypass arteri.
c. Radiologi Intervensi
Angioplasti
Percutaneous Transluminal Angioplasty (PTA) adalah prosedur
yang dapat membuka pembuluh darah yang tersumbat
menggunakan kateter, dengan "balon" di ujungnya. Saat kateter
sudah berada di tempat oklusi, balon dikembangkan untuk
membuka pembuluh darah sehingga aliran darah normal
kembali(10).
16
Trombektomi Mekanik
Trombektomi mekanik dengan sistem Rotarex
menggabungkan dua efek penting, yaitu fragmentasi gumpalan
secara mekanis dan pemindahan material yang terfragmentasi
tersebut dari pembuluh darah di bawah tekanan negatif untuk
mencegah embolisasi perifer.
Kateter trombektomi mekanik Rotarex terdiri dari dua
silinder dengan sisi celah. Silinder bagian dalam dipasang pada
batang kateter dan silinder luar ke spiral berputar yang digerakkan
oleh motor listrik pada kecepatan 40-60.000 putaran per menit.
Rotasi pada kecepatan ini menyebabkan tekanan negatif sehingga
material oklusi tersedot ke celah aspirasi dimana ia dimaserasi dan
kemudian disedot. Bahan aspirasi diangkut melalui kateter oleh
spiral berputar ke dalam kantong aspirasi.
Stanek dkk. melaporkan bahwa sistem Rotarex
memungkinkan penanganan yang cepat dan efisien terhadap oklusi
tromboembolik arterial perifer. Hal ini dilaporkan menjadi alat
yang aman untuk pengobatan tromboembolik arteri pada fase akut,
subakut, maupun kronis. Hal ini dapat digunakan untuk oklusi
pendek atau panjang dengan keberhasilan yang sama, asalkan
penyumbatan tidak terlalu banyak kalsifikasi dan guidewire telah
melewati sumbatan(11).
17
II.2.9 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada penyakit Buerger adalah sebagai berikut(7):
a. Ulkus
b. Gangren
c. Infeksi
d. Amputasi
e. Oklusi arteri koroner, renal, splenik, atau arteri mesenterika.
II.2.10 Prognosis
Kematian karena penyakit Buerger sangat jarang. CDC melaporkan bahwa
dari tahun 1999 sampai 2007 penyakit Buerger merupakan penyebab dari 117
kematian di Amerika Serikat(7).
Di antara pasien yang berhenti merokok, 94 % tidak diamputasi. Di antara
pasien yang berhenti merokok sebelum mengalami critical limb ischemia, tingkat
amputasi medekati 0 %. Sebaliknya, pasien yang terus mengkonsumsi tembakau,
tingkat amputasi dalam 8 tahun sebesar 43 %(7).
18
BAB III
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20