Revisi MKKL
Revisi MKKL
Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah swt. yang telah memberi kesempatan dan kelancaran
bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini.
Laporan ini penulis susun dengan mencari berbagai referensi
sertamelaksanakanlangsungdilapanganmengenai Teknik Radiografi Traktus Digestivus dan Traktus
Urinarius terkhusus pada materi Appendikografidenganklinis appendicitis padapasienanak.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan kepada penulis
dalam proses pembuatan laporan iniyaitudokterFajarselakuradiologsekaliguskepalainstalasiradiologi
RS PMI Bogor, sertakakak–kakakinstruktur yang berperanpentingatasinformasi yang penulisdapat.
Ibarat kata pepatah “Tak ada gading yang tak retak”, mungkin masih banyak hal yang harus penulis
perbaiki, penyampaian yang masih kurang baik dan lain sebagainya.
Harapan penulis, semoga laporanini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dansemua mahasiswa
umumnya dalam proses belajar tentang Teknik Radiografi Traktus Digestivus dan Traktus Urinarius.
Penulis
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang .........................................................................................................................3
2. Rumusan Masalah ....................................................................................................................3
3. Tujuan Penulisan..................................................................................................................... .3
4. Manfaat Penulisan……………………………………………………………………………4
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan...............................................................................................................................12
2. Saran......................................................................................................................................... 12
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan radiografi seperti sekarang ini cenderung mulai meninggalkan tradisi pemeriksaan
radiologi konvensional yang biasa dilakukan, hal ini dapat dilihat dari berbagai diagnosis yang
memerlukan keterampilan khusus di dalam melakukan pemeriksaannya, Seperti pemberian media
kontras. Bahkan pada era global seperti sekarang ini banyak alat diaknostik termuntakhir,untuk
keperluan diagnostik imejing seperti CT-Scan, MRI, dan lain sebagainya.
Maka dari itu seorang radiografer harus mampu mengetahui berbagai aspek di dalam
pemeriksaan dengan media kontras, salah satunya yakni pemeriksaan radiologi pada kasus
Apendiksitis (Usus Buntu) yang di sebut dengan Appendicografi.
Teknik radiografi kontras terkusus pada anak merupakan salah satu yang perlu di kaji oleh
radiografer karna dosis dan takaran pemberian kontras harus benar-benar di perhitungkan melihat
respon tubuh anak yang masih rentan.
Meskipun pada anak tidak ada teknik khusus yang dilakukan, namun tetap saja ada perbedaan
perlakuan terhadap teknik radiografi mengguanakan kontras terhadap anak, sehingga perlu keahlian
dalam memperkirakan apa saja yang harus dilakukan pada saat pemeriksaan hingga selesai
pemeriksaan.
sehingga penulis tertarik untuk membuat laporan akhir PKN sebagai acuan pemeriksaan
appendicografi pada anak di RS PMI Bogor tahun 2019.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah teknik pemeriksaan appendicografi pada pasien anak-anak di RS PMI Bogor?
b. Adakah perlakuan khusus terhadap pemeriksaan appendicografi pada anak dengan klinis
appendisitis di RS PMI Bogor?
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Tunjuan umum dari penelitian ini adalah mendapatkan informasi dan wawasan tentang teknik
penatalaksanaanpemeriksaan apendicografi pada anak di RS PMI Bogor.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a. Sebagai laporan akhir PKN di RS PMI Bogor
b. Sebagai acuan teknikpemeriksaan appendicografi pada anak di lapangan bagi penulis.
3
c. Untuk menambah wawasan penulis tentang teknik pemeriksaan appendicografi
4
BAB II
KAJIAN TEORI
5
Sehingga posisi dari appendiks bermacam-macam, yaitu retrocaecal, preileal, postileal, subcaecal,
dan paracaecal.
Bentuk-bentuk caecum yang bermacam-macam untu pertama kalinya dinyatakan oleh Treves.
Caecum memiliki 4 tipe dan ini sekaligus dapat menggambarkan hubungan antara caecum dengan
appendiks. Tipe-tipe caecum:
1. Tipe Fetal, caecum berbentuk kerucut dimana appendiks muncul dari bagian apex dan
membentuk sebuah sambungan dari sumbu colon. Bila caecum dalam keadaan kosong dan
berkontraksi maka bentuknya akan cenderung mendekati tipe ini.
2. Tipe II, bentuknya kebih quadrilateral dari tipe fetal. Appendiks muncul diantara dua kantong
pada puncak conus.
3. Tipe III, paling sering ditemukan pada caecum. Pada tipe ini bagian caecum yang terletak lateral
dari teniae coli lebih berkembang dari bagian medialnya. Dinding ventral menjadi lebih
berkembang daripada bagian dorsal sehingga apex diputar lebih banyak ke arah medial dan
dorsal sehingga hampir bertemu dengan persambungan ileocecal
4. Tipe IV, perkembangan bagian caecum yang terletak lateral dari teniae coli terlalu banyak
sedangkan bagian medialnya mengalami atropi. Pada tipe ini teniae coli berputar membentuk
sudut kearah caudal. Appendiks muncul dekat persambungan ileocecal.
B. Indikasi Pemeriksaan
Indikasi pemeriksaan untuk appendikografi adalah Appendiksitis. Appendicitis terdiri dari 2
jenis, yaitu:
1. Appendicitis Akut
Appendicitis akut adalah penyakit saluran pencernaan yang paling sering terjadi dan
memerlukan tindakan pembedahan serta paling sering menimbulkan kesukaran dalam
memastikan diagnosa. Gejala awalnya adalah rasa nyeri atau perasaan tidak enak pada daerah
sekitar umbilikus, kemudian diikuti oleh anoreksia, nausea dan muntah. Gejala tersebut
umumnya berlangsung lebih dari satu atau dua hari. Dalam beberapa jam nyeri akan bergeser ke
kuadran kanan bawah, nyeri tekan di sekitar titik Mc. Burney, dan kemudian timbul spasme otot
dan nyeri lepas. Biasanya juga ditemukan demam ringan dan lekositas moderat.
Appendicitis akut dibagi lagi menjadi:
a. Appendicitis akut focalitas atau segmentalis. Biasanya bagian distal meradang dan
sepertiga dari rongga appendiks berisi nanah.
b. Appendicitis akut purulenta (suppurativa)difusa. Disertai dengan pembentukan nanah yang
berlebih. Jika radangnya lebih mengeras dapat terjadi nekrosis dan pembusukan yang
6
disebut dengan appendicitis gangrenosa, dapat menimbulkan perforasi dengan akibat
peritonitis.
c. Appendicitis akut yang disebabkan oleh trauma, seperti kecelakaan atau post operasi.
2. Appendicitis Kronis
Gejalanya lebih samar-samar dan jarang terjadi. Appendicitis akut jika tidak keras dapat
sembuh atau menjadi appendicitis kronis. Appendicitis kronis terbagi menjadi:
a. Appendicitis kronis focalis. Secara makroskopik, tampak fibrosis setempat yang melingkar
sehingga dapat menyebabkan stenosis dimana gejala klinis menghilang.
b. Appendicitis kronis obliterativa. Terjadi fibrosis yang luas sepanjang appendiks pada
jaringan submukosa sehingga terjadi obliterasi (hilangnya lumen) terutama bagian distal.
C. Persiapan Pasien
Prosedur persiapan pasien:
1. Sehari sebelum pemeriksaan dilaksanakan, pasien makan makanan lunak, tidak merokok, dan
mengurangi bicara
2. Makan terakhir jam 19.00
3. Jam 20:00, minum obat pencahar (mis: garam inggris 30 gr atau dulcolax 4-6 tablet dan 1
dulcolax suppositoria pada jam 06:00)
4. Puasa sampai dilakukan pemeriksaan radiografi
5. Makan makanan yang mempunyai konsentrasi lunak, rendah serat dan rendah lemak
6. Minum lebih banyak
7
7. Teknik Pemeriksaan
a. Proyeksi AP (Foto Pendahuluan)
1) Film& Kaset : Ukuran 30 x 40 cm
2) Posisi Pasien : Supine diatas meja pemeriksaan
3) Posisi Objek : Mid Line tubuh sejajar dengan Mid Line meja pemeriksaan, batas
atas Prosessus Xypoideus, dan batas bawah Sympisis Pubis.
4) FFD : 100 cm
5) Central Ray : Vertikal Tegak lurus Film
6) Central Point : Setinggi Lumbal 3
7) Kriteria gambaran : Tampak gambaran abdomen dengan batas bawah film mencakup tepi
bawah sympisis pubis. Tampak kedua muskulus psoas line kanan dan
kiri. Kedua dinding lateral abdomen tidak terpotong. Foto simetris.
b. Proyeksi PA
a. Film &Kaset : Ukuran 30 x 40 cm
b. Posisi Pasien : Prone diatas meja pemeriksaan
c. Posisi Objek : Mid Line tubuh sejajar dengan Mid Line meja pemeriksaan, batas
atasProsessus Xypoideus, dan batas bawah Sympisis Pubis.
d. FFD : 100 cm
e. Central Ray : Vertikal Tegak lurus Film
f. Central Point : Setinggi Lumbal 3
g. Kriteria gambaran : Tampak barium sulfat mengisi Appendiks
c. Proyeksi RAO
a. Film & Kaset : Ukuran 24 x 30 cm
b. Posisi Pasien : Prone diatas meja pemeriksaan
c. Posisi Objek : Pasien dimiringkan ke kanan dengan kemiringan kurang lebih 45.
Kedua tangan pasien diatas kepala. Lutut di fleksikan untuk
kenyamanan pasien.
d. FFD : 100 cm
e. Kriteria evaluasi : Tampak gambaran appendiks
8
9
BAB III
PEMBAHASAN
A. Metode Penelitian
Dalam penyusunan laporan PKN ini, penulisan laporan yang dilakukan bersifat kualitatif yaitu
dengan melakukan penatalaksanaan pemeriksaan di lapangan, bertujuan untuk mendapatkan
informasi yang akurat. Penelitian ini dilaksanakan di RS PMI Bogor pada bulan Februari 2019.
10
C. Prosedur Pemeriksaan
1. Surat pengantar pemeriksaan radiologi
Pada surat pengantar pasien (terlampir) berisi nama, tanggal lahir, jenis pemeriksaan, dan klinis
pemeriksaan.
2. Persiapan pemeriksaan
………….
SOP , terlampir
3. Teknikpemeriksaan
a. Proyeksi AP (Foto Pendahuluan)
1) Film& Kaset : Ukuran 35 cm x 43 cm
2) Posisi Pasien : Supine diatas meja pemeriksaan
3) Posisi Objek : Mid Sagital Line tubuh sejajar dengan Mid Line meja
pemeriksaan, batas atas Prosessus Xypoideus, dan batas bawah
SympisisPubis.
4) FFD : 100 cm
5) Central Ray : Vertikal Tegak lurus Film
6) Central Point : Setinggi Lumbal 3
7) Factor Eksposi : 57 Kv - 6,3mAs
8) Kriteria gambaran : Tampak gambaran abdomen dengan batas bawah film
mencakup tepi bawah sympisis pubis. Tampak kedua muskulus
psoas line kanan dan kiri. Kedua dinding lateral abdomen tidak
terpotong. Foto simetris.
b. Proyeksi RAO
1) Film & Kaset : Ukuran 24 x 30 cm
2) Posisi Pasien : Prone diatas meja pemeriksaan
3) Posisi Objek : Pasien dimiringkan ke kanan dengan kemiringan kurang lebih
45. Kedua tangan pasien diatas kepala. Lutut di fleksikan
11
untuk kenyamanan pasien.
4) FFD : 100 cm
5) fe
6) Kriteria evaluasi : Tampak gambaran appendiks
D. Evaluasi Gambar
E. Ekspertise
(Terlampir)
12
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Appendikografi merupakan pemeriksaan radiografi pada Appendiks Vermiformis dengan
pemasukan bahan kontras positif melalui mulut (per oral). Bahan kontras yang biasa digunakan
adalah barium sulfat (bubuk) dengan viskositas 1 : 60. Appendikografi biasa digunakan untuk
pemeriksaan dengan indikasi Appendicitis.
Appendikografi biasanya dilakukan dengan dua proyeksi, yaitu AP dan Oblique. Sebelum
pemeriksaan, pasien biasanya harus melakukan tahap persiapan terlebih dahulu, di RS PMI Bogor
tanpafotopendahuluan (sebelumpemasukankontras)hanyapersiapanpemasukankontras yang
dilakukandenganwaktu yang akuratsertaedukasiterhadappasien yang
tepatsehinggamudahdimengertiolehpasien,
tujuannyaselaintujuanproteksiradiasiterhadappasienjugaakanlebihekonomis.
B. Saran
Diharap kan dapat menjadi bahan acuan teknik pemeriksaan appendicografi pada anak di
lapangan dan bermanfaat bagi proses belajar selanjutnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Pearce, Evelyn C. 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Clark, KC. 1973. Positioning in Radiography, Volume One 9 Edition. London: Ilford Limited
Suswaty, Susy. 2011. Serial Buku Ajar Teknik Radiodiagnostik & Radioterapi: Teknik Radiografi
Sistem Pencernaan. Jakarta: Poltekkes Kemenkes Jakarta II
14