Anda di halaman 1dari 19

MATA KULIAH STUDIO MEBEL 1

PENGANTAR KARYA PERANCANGAN MEBEL

Oleh :

Muhammad Yusril Efendi Mustafa


179042140038
DIPA’17

Dosen Pembimbing :

I. B. Indra K. A., S.Sn., M.Sn

STD BALI
Program Studi Desain Interior
Denpasar
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kekuatan
yang senantiasa dilimpahkan-Nya, sehingga penulis berhasil menyelesaikan penulisan
pengantar karya mata kuliah Studio Desain Mebel I ini dengan baik.
Dengan judul pengantar karya ini adalah “Perancangan Single Chair dengan analogi
Layangan Janggan”. Pengantar karya ini disusun untuk tugas akhir semester mata
kuliah Studio Desain Mebel I.
Penulis menyadari bahwa pengantar karya ini masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan kemampuan, waktu dan tenaga penulis. Untuk itu masukan berupa saran
dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk memperbaiki kekurangan yang
ada.
Akhir kata, melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
atas bantuan dan dukungan yang diberikan, kepada Bapak I. B. Indra K. A., S. Sn., M.
Sn. selaku dosen pembimbing mata kuliah Studio Desain Mebel I yang telah
membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelitian dalam proses perancangan dan
pembuatan pengantar karya perancangan ini, serta rekan dan pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penyusunan
pengantar karya ini.

Denpasar, 27 Mei 2019

Penulis

i
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR……………………………………………..………………..i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………...……1

1.1. Latar Belakang………………………………………………………………1


1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………………...1
1.3. Tujuan Perancangan …………………………………………………….......2
1.4. Manfaat Perancangan ……………………………………………………….2

BAB II TINJAUAN DESAIN DAN KONSEP …………………………………...3

2.1.Tinjauan Desain Mebel………………………………………………………3


2.1.1. Pengertian Furniture…….…………………………………………....3
2.1.2. Fungsi….…………………….……………………………………….3
2.1.3. Makna ……………….……………………………………………….4
2.1.4. Dimensi…….………………………………………….......................6
2.1.5. Warna….…………………….……………………………………….7
2.2.Tinjauan Konsep……………………………………………………………..7
2.2.1. Analisis Konsep Desain……...……………………………………....7
2.2.2. Kriteria Desain ..…………….……………………………………….9

BAB III ANALISIS DESAIN …………………………………………………….12

3.1. Desain Kursi dengan Konsep Unik………………………………………...12


3.1.1. Aplikasi pada desain………………………………………………12
3.1.2. Kelebihan dan Kekurangan Desain……………………………….12
3.2.Proses Pengerjaan Maket …………………………………………………..13

3.2.1. Pembuatan Kerangka Kursi..………..…………………………….13


3.2.2. Finishing Kursi……………………………………………………13

ii
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………..14

4.1.Kesimpulan………………………………………………………………14
4.2.Saran……………………………………………………………………..14

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Desain mebel termasuk dalam kategori desain yang bersifat fungsional, yaitu
desain yang memberikan pelayanan atau fasilitas pada aktivitas yang dilakukan
manusia. Dalam mendesain sebuah mebel terdapat prinsip yang harus diperhatikan
dengan orientasi pada seluruh anatomi dan ukuran manusia, keadaan jasmani, cara
bergerak, tuntutan selera manusia juga fungsinya dengan beragam kegiatan.
Keinginan tidur secara nyaman, keinginan duduk dengan santai, keinginan kerja
dengan baik dan tidak lesu, keinginan akan keindahan, keselamatan di dalam
pekerjaan dan juga keinginan praktis. Semua ini harus dipenuhi secara sistematik,
maka diperlukan pemikiran konseptual agar desain dapat memenuhi permintaan
penggunanya. Dalam perancangan mebel mata kuliah Studio Desain Mebel I ini,
penulis mengacu pada simbolik keindahan alam dengan mengambil konsep
‘Layangan Janggan’ yang penulis deformasi sedemikian rupa, sehingga dapat
diubah ke dalam suatu bentuk mebel yaitu Single Chair. Single Chair ini
merupakan suatu produk mebel yang digunakan sebagai produk yang ditempatkan
pada hunian maupun bangunan komersil yang sering dijadikan tempat untuk
membuat bersantai.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah dipaparkan dapat dirumuskan suatu permasalahan
yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana membuat desain yang baik, sebuah analogi Layangan Janggan ?
2. Bagaimana membuat sebuah karya desain mebel dengan unik yang masih
belum ada di pasaran ?
3. Bagaimana membuat sebuah single chair yang tidak hanya fungsional, tetapi
juga memiliki nilai estetika yang baik ?

1
1.3 Tujuan Perancangan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditemukan oleh penulis, maka tujuan
yang hendak dicapai yaitu sebagai berikut :
1. Menambah ragam desain produk mebel khususnya single chair.
2. Menciptakan suatu produk mebel yang mempunyai nilai orisinilitas yang baik.
3. Mampu menciptakan produk yang kreatif dan mempu diterima masyarakat
luas.

1.4 Manfaat Perancangan


Berdasarkan tujuan yang telah dijabarkan penulis, adapun manfaat yang didapat
dari perancangan ini yaitu :
1. Meningkatkan kepekaan mahasiswa akan masalah-masalah desain berikut
dengan memecahkan masalah yang terjadi di lingkungan sekitar maupun di
masyarakat luas.
2. Meningkatkan wawasan dalam merancang sofa dari segi bentuk, ergonomis,
estetis dan lain-lain yang menunjang sebuah desain.

2
BAB II
TINJAUAN DESAIN DAN KONSEP

2.1 Tinjauan Umum


2.1.1 Pengertian Furnitur
Furnitur adalah perlengkapan rumah yang mencakup semua barang
seperti kursi, meja, dan lemari. Mebel berasal dari kata movable, yang
artinya bisa bergerak. Pada zaman dahulu meja kursi dan lemari relatif
mudah digerakkan dari batu besar, tembok, dan atap. Furnitur berasal dari
bahasa perancis, fourniture yang artinya perabotan rumah tangga.
Fourniture mempunyai asal kata fournir yang artinya furnish atau perabot
rumah atau ruangan. Meskipun mebel dan furnitur punya arti yang berbeda,
tetapi yang ditunjuk sama yaitu meja, kursi, lemari dan seterusnya. Dalam
kata lain, mebel atau furnitur adalah semua benda yang ada di rumahdan
digunakan oleh penghuninya untuk duduk, berbaring, ataupun menyimpan
benda kecil seperti pakaian atau cangkir. (Haryanto, 2004)
Elemen-Elemen Dasar Furnitur Elemen ini mencakup furnitur – furnitur
yang mengisi ruang, seperti meja, kursi, lemari, sofa, rak buku, dan lain –
lain.
2.1.2 Fungsi
Mebel akan terasa fungsinya jika tidak ada di rumah. Kita akan terpaksa
duduk berselonjor, tidur di lantai dan kedinginan, membuka laptop di lantai.
pakaian tergeletak di lantai, kaki cepat kesemutan, tidur dan bekerja juga
tidak nyaman, barang-barang berantakan. Terasa manfaat mebel atau
furniture membuat rumah kita nyaman untuk beristirahat, bekerja, serta
membantu rumah kita menjadi lebih rapi. Itu sebabnya furniture atau mebel
berumur sangat tua dan masih bertahan hingga sekarang. Mebel tertua yang
ditemukan sampai saat ini adalah mebel pada situs di Oarkney, peninggalan
zaman neolithic sekitar tahun 3100–2500 SM (Sebelum Masehi).

3
2.1.3 Makna

Mebel bukan hanya bermanfaat untuk kenyamanan dan kerapian


rumah saja tetapi juga mengusung makna-makna sosial yang menegaskan
status sosial. Memang ada kursi yang berfungsi sebagai tempat duduk
semata, tetapi ada kursi yang menegaskan kekuasaan. Karena itu dikenal
kursi raja, kursi direktur, tahta.
Dalam Bahasa Indonesia juga dikenal istilah "berebut kursi" yang artinya
"berebut kekuasaan". Karena kursi juga mempunyai arti kekuasaan, maka
kursi kekuasaan berlainan dengan kursi yang hanya sebagai tempat
duduk. Kursi Raja penuh dengan ukir-ukiran yang rumit. Dan di istana,
kursi raja paling bagus dan paling besar. Kursi bawahan raja, harus lebih
sederhana dan kecil, walaupun secara finansial mampu menyediakan
kursi yang lebih bagus.
Bagaimana makna mebel pada zaman sekarang, dimana sudah jarang ada
status raja. Kursi bisa dijadikan sarana menyampaikan status ekonomi
seseorang. Seseorang tidak nampak kaya sampai dia menampakkannya
dalam bentuk mebel yang mewah. Biasanya mebel mewah itu adalah
mebel klasik. Mebel minimalis juga bisa mewah jika bahannya mahal,
misalnya dari kayu jati berdiameter besar dan berukuran besar. Tanpa
berbicara secara verbal, kursi sudah berbicara bahwa pemilik mebel ini
adalah orang kaya.
a. Sejarah Mebel di Barat
Sejarah mebel dideteksi dari artefak, atau peninggalan
prasejarah atau bisa terlihat dari gambar-gambar peninggalan kuno.
Jika diurutkan secara kronologis, sejarah mebel ini dimulai dari zaman
neolitikum, klasik, Eropa Modern Awal, Neoklasik abad 19, Amerika
Utara Awal, Modern, Zaman Hijau, Kontemporer.
b. Mebel zaman Neolitikum
Di desa Skara Brae, Orkney, Scotlandia Utara, terdapat situs
rumah kuno peninggalan zaman Neolitikum 3100–2500 sebelum

4
Masehi. Menariknya, di rumah batu terdapat perlengkapan yang cukup
lengkap. Ada lemari pakaian, tempat tidur, lemari tundan, tempat
duduk dari batu, dan wadah kerang. Lemari pakaian menjadi mebel
yang cukup penting pada waktu itu. Hal ini terlihat dari posisinya yang
terletak di dekat pintu masuk. Pada lemari pakaian ini diletakkan
pahatan bulat terbuat dari batu.

c. Mebel zaman klasik


Furnitur awal ditemukan pada abad ke-8 SM di Phrigian, Bukit
Midas, di Gordion, Turki. Potongan ditemukan di sini termasuk meja
dan tatahan yang berdiri. Ada juga peninggalan yang masih brtahan
dari Siriah abad 9-8 Sebelum Masehi dari istana Nimrud. Karpet paling
awal yang kini ditemukan adalah Karpet Pazyryk. Karpet ini
ditemukan di sebuah makam beku di Siberia dan kira-kira peninggalan
dari abad 6 SM, dan 3. Furnitur Mesir Kuno juga ditemukan kembali.
Kira-kira peninggalan dari milenium 3 SM berupa tempat tidur di
Tarkhan. Ditemukan pula tempat tidur dan kursi berlapis emas dari
makam Ratu Hetepheres, dan banyak contoh (kotak, tempat tidur,
kursi). Desain furnitur yang sudah maju ditemukan di Yunani Kuno di
milenium 2 Sebelum Masehi, termasuk tempat tidur dan kursi klismos.
Desain mebel juga juga terlihat pada gambar vas Yunani. Pada tahun
1738 dan 1748, terdapat program penggalian Herculaneum dan
Pompeii. Lantas ditemukan furnitur Romawi. Letusan Vesuvius 79 AD
ikut membantu pengawetan furniture ini.

d. Sejarah Mebel di Asia

Mebel di Asia agak berbeda dengan mebel Barat. Mebel Asia


mengembangkan gayanya tersendiri, walaupun kadang dipengaruhi
oleh Barat karena interaksi warga Asia dengan warga Barat melalui
kolonialisme, pendidikan dan informasi. Mebel Asia dengan gayanya
sendiri, lahir dari Indonesia (terutama Jepara, Bali), China, Jepang,

5
Pakistan, India, Burma, Korea, Monggolia.

Indonesia mempunyai gaya mebel yang unik dengan aneka ragam


hias ukir yang beragam. Ornamen yang beraneka. Pusat mebel ukir di
Indonesia adalah Jepara. Pada tahun 2004, Kabupaten Jepara memiliki
3.539 unit produksi usaha mebel yang terdaftar di Dinas Perindustrian,
Perdagangan, Koperasi, dan Penanaman Modal. Usaha skala kecil yang
belum terdaftar diperkirakan 15.000 unit usaha. Keseluruhannya
menyerap kira-kira 85.000 tenaga kerja.

2.1.4. Dimensi
Tujuan utama membuat disain ergonomi untuk kursi atau tempat
duduk adalah menciptakan sedemikian rupa bentuk kursi sehingga
dapat mempertahankan postur tulang punggung yang fisiologis, dengan
demikian diharapkan kerja otot tidak perlu berkontraksi. Ukuran adalah
hal yang sangat diperhatikan. Seat height (Dudukan) ukuran dudukan
antara 58 cm - 90 cm. diantara ukuran ini dapat mengambil ukuran di
tinggi seat hight 70 cm, 73 cm, 81 cm, 83 cm, dan 90 cm.

Gambar 2.1 Ergonomi


Sumber : www.pinterest.com.
1. Dudukan
Lebar: 40 - 50 cm (16"-20")
Dalam: 37,5 - 45 cm (15"-18")
Tinggi: 40 - 45 cm (16"-18")
Kemiringan dari depan ke belakang: 5° - 8°

6
2. Armrest (Sandaran tangan)
Tinggi dari Dudukan: 17,5 - 22,5 cm (7"-9")
Panjang dari pangkal hingga ujung: minimum 20 cm (8")
Lebar: rata-rata 5 cm (2")
Kemiringan dari depan: 5 - 7,5 cm (2"-3")
3. Sandaran
Tinggi: 30 - 40 cm (12"-16") dari atas DUDUKAN
Sudut Kemiringan : 0°-5° (formal); 10°-15° (casual)
2.1.5. Warna
Warna merupakan salah satu unsur di dalam mendesain suatu mabel
, warna juga mempengaruhi mood atau suasana hati, dan
merupakan ekpresi dan karakter. Warna dapat mendatangkan
kenyamana fisik, maupun mental. Warna dapat menimbulkan efek
ruang secara visual. Beberapa contoh warna pada umumnya
diterapkan, sebagai berikut;
1. Merah dapat membangkitkan energi, hangat dan bersemangat, dan
memberikan kesan mewah
2. Hitam dapat membangkitkan rasa percaya diri, maskulin,
memberikan kesan megah, elegan
3. Putih dapat melambangkan kepolosan, kenyamanan, ketentraman,
putih juga bisa disebut warna netral.
2.2. Tinjauan Konsep
2.2.1. Analisis Konsep Desain
Layangan janggan merupakan representasi makhluk berwujud
ular naga yang lahir dari beberapa cerita rakyat di Bali. Layangan ini
mempunyai bentuk badan yang mirip dengan layangan pecukan.
Bedanya hanya memiliki elemen tubuh yang lengkap seperti kepala,
leher, badan, pinggang dan ekor. Yang paling menonjol adalah bentuk
ekor, karena dari bagian badan yang diteruskan dengan lembaran ekor
yang panjang. Ekor panjang ini diasosiasikan dengan symbol

7
Ananthaboga (Naga Besar) di Bali. Ananthaboga merupakan simbol
Dewa Kemakmuran yang berkedudukan di dasar Bumi. Dengan
demikian, ia memiliki mitos religius yang amat mendalam.

Gambar 2.2 Layangan Janggan


Sumber : www.pinterest.com.

Ciri – ciri :
1. Ukuran 1 – 10 Meter.
2. Material bambu, rotan dan kain.
3. Warna dominan merah, putih dan hitam.
4. Bagian Tubuh :
- Kepala Janggan, sangat suci.
- Leher, berbentuk kerucut.
- Guangan, memiliki bunyi jika ketiup angin.
- Rangka badan dan pinggang, kuat atau kokoh, dan melengkung.
- Ekor, mempunyai panjang yang melebihi badan layangan.
5. Melambangkan kesucian (Sakral) dan kemakmuran.
6. Memiliki bentuk yang stabil.
7. Sekarang layangan ini menggunakan system knockdown karena
terbatasnya akses jalan yang sangat ramai.

8
2.2.2. Kriteria desain
1. Bentuk

Gambar 2.3. Kursi Santai Gili


Sumber : https://www.dekoruma.com/artikel/41166/jenis-kursi-santai-rumah

Dengan bentuknya yang cukup unik, kursi santai yang ini akan
tampak manis jika ditempatkan di ruang keluarga. Konsepnya
sederhana namun mampu menciptakan kesan elegan. Dijamin kamu
akan betah berlama-lama di atasnya, terutama karena kakinya ditopang
oleh besi yang kokoh serta dipadukan dengan rotan cantik sebagai alas
kursi. Nuansa modern dan tradisional tercipta sempurna melalui kursi
ini.

Gambar 2.4. Kursi Peacock


Sumber : https://www.dekoruma.com/artikel/41166/jenis-kursi-santai-rumah

Sebuah kursi santai bukan berarti tidak bisa menjadi karya dengan
unsur seni yang tinggi. Hal ini dibuktikan oleh hadirnya kursi
santai Peacock. Desainnya yang cukup rumit dan bahan dasarnya yang
berasal dari rotan murni membuat kursi ini terlihat berkelas, cantik,
sekaligus elegan. Tidak perlu khawatir mengenai kenyamanan kursi ini,
sandaran lengan serta bantal dudukan menjamin kamu dan keluarga
dapat bersantai dengan sempurna.

9
2. Warna

Gambar 2.5. Kursi Busa Syahrini


Sumber : https://furniturepesonajepara.com/kursi-busa-modern-jenis-syahrini-warna-
hitam/
Warna yang diaplikasikan pada sofa ini adalah warna hitam dan
putih. Warna hitam akan memberikan kesan elegan, mewah serta
ditambah warna putih akan mempertegas elegan, kesan mewah.
3. Estetika
Pada perancangan desain Kursi santai ini tidak hanya
memperhatikan fungsi dan ergonomisnya tetapi memperhatikan
keindahan. Tidak hanya memperhatikan fungsi dan ergonomis, tetapi
juga memperhatikan unsur keindaha. Seperti berikut:

Gambar 2.6. Estetis dalam Desain


Sumber : www.pinterest.com.

10
4. Unity
Adanya kesatuan dari bentuk, bahan dan warna dengan konsep
yang digunakan. Seperti berikut:

Gambar 2.7. Unity dalam Desain


Sumber : www.pinterest.com.

11
BAB III
ANALISIS DESAIN

3.1 Desain Kursi dengan Konsep Unik


3.1.1. Aplikasi pada Desain
Seperti yang Sudah dipaparkan pada Bab II tinjauan desain dan konsep
mengenai Layangan Janggan, maka didapatkan bentuk-bentuk yang dapat
diaplikasikan pada perancangan kursi ini, seperti:
a. Bentuk Kursi : Berbentuk oval yang melengkung di sisi sampingnya, dengan
kaki yang berbentuk setengah lingkaran dan diambil dari Guangan Layangan
tersebut.
b. Sandaran punggung : Sandaran tersebut diambil dari kaki Layangan Janggan,
yang memiliki sisi lengkung.
c. Dudukan : Dudukan yang berbentuk oval yang melengkung di sisi
sampingnya.

Dalam perancangan kursi ini, faktor ergonomis juga harus diperhatikan,


seperti:
a. Dudukan dibuat miring kedalam, agar posisi duduk di kursi dapat lebih
nyaman.
b. Ketinggian dudukan untuk sofa dibuat cukup tinggi, antara 35-45 cm.
c. Kemiringan antara dudukan dan sandaran punggung dibuat 105˚.
d. Lebar dudukan dibuat sekitar 65-70 cm dan kedalaman dudukan dibuat
sektar 40-45cm.
3.1.2. Kelebihan dan Kekurangan Desain
a. Bentuk
Kelebihan : Perpaduan antara bentuk oval dan garis lengkung menjadikan
desain kursi ini cukup berbeda dari kursi-kursi kebanyakan.
Pengaplikasian konsep kedalam bentuk sudah dapat diterapkan dengan

12
baik dengan membagi bentuk layangan dan dimasukan di bagian
sandaran, dudukan maupun kakinya.
Kekurangan : Untuk bantalan pada dudukan juga dibentuk mengikuti alur
lengkungan dudukannya.
b. Bahan
1. Bambu Laminasi
Kelebihan : Material yang digunakan untuk kursi ini adalah
bambu press atau bambu laminasi yang bertujuan untuk
menekan konsep dari Layangan Janggan
Kekurangan : Kursi ini tidak bisa diterapkan pada bagian
outdoor yang sangat lama, karena bambu laminasi tidak bisa
bertahan terhadap cuaca.
1. Furnishing
Kelebihan : Penggunaan warna pada kursi dan bantalan terlihat
sangat menarik. Pada sofa menggunakan Bambu Laminasi dan
dengan finishing warna Salak Brown, sedangkan untuk bantalan
menggunakan Sponge Royal Yellow dan Polyster Dacron Foam
yang dibungkus menggunakan kain Polyester berwarna Merah.
Kekurangan : Dibutuhkan biaya yang lebih, karena penggunaan
bahan-bahan yang menunjang desain perancangan kursi ini.
2. Konstruksi
Merupakan bagian yang sangat penting agar kursi kokoh dan
kuat, mengingat penggunaan total memakai Bambu Laminasi.
3.2 Proses Pengerjaan Maket
3.2.1. Pembuatan Kerangka Kursi
(Terlampir)
3.2.2. Penyatuan Kerangka Kursi
(Terlampir)
3.2.3 Finishing Kursi
(Terlampir)

13
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pada akhirnya sebuah desain adalah Hasil perwujudan dari
proses analisa konsep yang digunakan. Sama halnya seperti desain kursi
dengan konsep Layangan Janggan. Setiap bagian dari masing-masing yag
diaplikasikan dan dipadukan menjadi satu kesatuan yang utuh dan menarik.
Mulai dari perpaduan bentuk oval, dan Lengkungan adalah wujud
pengaplikasian dari Layangan Janggan.
Namun disamping hal yang berkaitan dengan pengaplikasian
konsep, nilai ergonomis juga tetap diperhatikan dan menjadi hal yang
sangat diperhitungkan. Sehingga desain yang Sudah diciptakan dapat
memenuhi kriteria yang menjadi acuan yaitu memiliki bentuk yang dapat
memadukan warna dengan baik, memiliki unity dan memiliki nilai estetis
yang tinggi.

4.2 Saran
Dalam setiap perancangan manusia selalu menjadi titik tolak
ukur, karena itu kriteria desain dan ketentuan-ketentuan yang ada pada
literatur harus menjadi acuan dalam mendesain agar nilai ergonomis dapat
tercapai dengan maksimal. Tidak hanya untuk mengejar keamanan dan
kenyamanan, tetapi juga unruk meningkatkan taraf hidup manusia.

14
LAMPIRAN

3.2.1 Pembuatan Kerangka Kursi

3.2.2. Finishing Kursi

15

Anda mungkin juga menyukai