◍ ANDRE YOZZA
◍ M DZAKY SAPUTRA
◍ FITRIA DAMAYANTI
◍ REYHAN RAMASITO
KELAS : 1 LG
KELOMPK 2
Pemimpin seharusnya memiliki daya tangkas yang tinggi laiknya singa. Maka
pemimpin tersebut akan dengan cepat merespon perubahan dunia, beradaptasi dengannya,
dan akan melakukan banyak perubahan positif ke depan.
- Salahudin Al Ayyubi
Tanpa Anda sadari, dunia telah dan akan selalu berubah dengan kecepatan yang
semakin meningkat. Untuk merespon kecepatan perubahan dunia dibutuhkan ketangkasan,
baik intelektual, mental, emosional maupun spiritual. Salah satu perubahan yang menjadi
titik awal fokus buku Rhenald Kasali adalah ASEAN Economic Community (AEC) dan
AOS (ASEAN Open Sky).
Paradigma baru dalam ekonomi sekarang adalah bukanlah siapa yang kuat, tapi
siapa yang cepat maka dialah yang unggul dan mampu bersaing. Hal ini tercermin dalam
perkembangan Aetropolis yaitu pengembangan bandara yang bukan hanya mengelola
maskapai penerbangan dan penumpang belaka, namun juga kawasan industri,
pergudangan, perkantoran dan lainnya.
- portfolio agility
- operational agility
- strategic agility
Terhadap karyawan PT AP II dalam menghadapi tsunami aceh
Pada saat tsunami terjadi di Aceh, Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) menjadi
tempat perlindungan masyarakat Aceh karena kondisi geografisnya yang lebih tinggi
daripada daratan lain di Banda Aceh. Ketika gempa mengguncang Banda Aceh, Airbus
330 milik Garuda Indonesia akan mendarat di Bandara SIM, bersamaan dengan akan lepas
landasnya Jatayu Airlines. Tentu saja pihak bandara bingung karena kondisi bandara yang
tidak mendukung adanya penerbangan maupun pelandasan. Raden Putra, Kepala Divisi
Pelayanan Operasi dan Teknik PT. Angkasa Pura II Bandara SIM, akhirnya mengambil
langkah mengalihkan seluruh penerbangan dan pelandasan ke Bandara Polonia di Medan.
Jatayu Airlines kemudian dipandu oleh Raden Putra tidak menggunakan Air Traffic
Controller (ATC), namun dengan radio VHF portable. Dengan dialihkannya penerbangan
Bandara SIM ke Bandara Polonia-dan juga kecelakaan Boeing 737-200 pada 2005-AP II
kemudian menyadari bahwa dibutuhkan bandara dengan skala internasional untuk
mengantisipasi bencana serupa dan juga untuk meningkatkan kapasitas ekonomi di Aceh.
Lalu dibangunlah Bandara Kualanamu sebagai bandara baru pengganti Bandara Polonia di
Medan.
- Fixed mindset
- A growth mindset
Strategic agility yang dijelaskan di bab ketiga adalah kemampuan responsif sebuah
organisasi untuk merumuskan program visioner yang dapat merespon kebutuhan dunia di
masa depan. Setelah dibangunnya bandara Kualanamu, AP II memulai langkah
perubahannya pada Bandara Soekarno-Hatta Terminal 3, tertuang dalam bab ke-3.
Terminal ini menggunakan konsep design and build, yang mana dengan konsep ini
pembangunan bandara akan lebih cepat karena hanya mengandalkan konsep grand design
dan basic design. Konsep ini juga yang diaplikasikan Wakil Presiden RI pada saat itu,
Jusuf Kalla, dalam membangun Bandara Kualanamu.
Terdapat juga pengenalan tokoh yang memiliki ketangkasan, Bram Tjiptadi!
General Mager AP II. Baginya pembenahan bandara Soekarno Hatta adalah peluang.
Bukan karena sekitar 80% pendapatan AP II dari bandara ini, tetapi bandara Soekarno
Hatta adalah wajah indonesia.
Pada tahun 2014, bandara Soekarno Hatta, menempati peringkat 4 dalam jajaran
bandara dengan peningkatan layanan terbaik di dunia atau The World’s Most Improved
Airport.
- INTELECTUAL AGILITY
- EMOTIONAL AGILITY
- PHYSICAL AGILITY
Pada bab 4 dijelaskan personal agility Jusuf Kalla yang sangat menentukan dalam
pembangunan Bandara Kualanamu. Personal agility adalah topik utama bab ke-4. Alkisah,
saat pembangunan Bandara Kualanamu berjalan, muncul masalah kultural. Pada satu sisi,
masyarakat Batak di Medan menginginkan bandara dengan desain khas Batak, namun di
sisi yang lain desain Batak tersebut akan memakan waktu yang lama dan membengkakkan
biaya pembangunan bandara. Jusuf Kalla lalu berinisiatif untuk menggunakan desain
universal. Sebuah desain yang bisa diterima tidak hanya oleh masyarakat Batak, namun
juga masyarakat internasional. Inisiatif Jusuf Kalla tidak hanya dilakukan di kalangan
pejabat, namun semangat tersebut kemudian ditularkan kepada banyak pekerja teknis
pembangunan. Contoh ini kemudian memantapkan satu hal, jika ingin melatih personal
agility, jadilah mandor. Inilah personal agility yang dikombinasikan dengan strategic
agility. Jika sebuah bandara internasional mampu di desain dengan modern, green,
functional, dan universal, maka skala ekonomi dari bandara tersebut akan semakin luas
dan naik.
Error and Insight. Begitulah judul bagian ke-5 buku AGILITY. Untuk mendapatkan
agility, maka rumusnya adalah menekan tingkat kesalahan (error) dan meningkatkan
insight. Ada lima tahap perkembangan transportasi dunia, yakni
5) abad-21 waktunya untuk transportasi udara. Kenapa transportasi udara? Globalisasi dan
tuntutan akan kecepatan adalah jawabannya. Jika Anda mengamati dengan benar, sekarang
pun lagi nge-trend usaha jasa kurir antar kirim barang, seperti JNE dan TIKI, selain
tentunya PT. Pos Indonesia. JNE dan TIKI adalah konsekuensi tidak langsung dari adanya
globalisasi, kecepatan dan meningkatnya industri penerbangan. Aerotropolis, adalah
konsep John Kasarda untuk bandara di masa depan. Rumusnya cukup sederhana jika Anda
mengerti maksudnya, yakni
3) Airport becomes the city.” Menyandingkan insight dengan bandara, itulah Aerotropolis.
• Pesawat
• Globalisasi
• Kecepatan
• Kelincahan
• konektivitas
• Perishability
• Pariwisata
Hanya saja, dalam bisnis dikenal adanya kurva Sigmoid yang dijelaskan pada bab 6.
Secara singkat, kurva sigmoid adalah kurva yang menunjukkan transformasi (perubahan)
selalu diikuti dengan tren naik dan turun. Dengan kata lain, transformasi bukan selalu dan
tidak selamanya akan berada pada jalur yang menguntungkan, tapi transformasi juga bisa
mengakibatkan kerugian. Inilah yang menjadi topik utama dalam bab ke-6. Oleh karena
itu, kita harus keluar dari mindset keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif,
karena sebenarnya tidak ada keunggulan sama sekali. Mindset ini yang kemudian disebut
dengan transient advantage oleh Rita Gunther McGrath. Tidak adanya keunggulan
tersebut yang coba untuk dirangkum Rhenald Kasali dalam bab ke-7 bukunya. Melalui
contoh permasalahan bandara di Indonesia yang pada akhirnya bermuara pada akses,
akses, dan selalu akses, mindset transient advantage harus ditanamkan pada perusahaan
jika sebuah perusahaan ingin menjadi perusahaan yang agile.
Pada bab 7 dijelaska tentang strategic agility. Strategic agility umumnya terbentuk
karena enterpreneurship atau strategic enterpreneurship. Selain berani mengambil langkah
berisiko, tindakannya harus didukung oleh sistem politik dan kepastian hukum yang kuat.
Itu sebabnya strategic agility umumnya tumbuh diperusahaan-perusahaan konglomerasi
dibawah kepemimpinan seorang enterpreneur besar.
3. Speed : kita hidup dalam abad kecepatan yang masing-masing bekerja mengejar
sasaran seperti seekor singa menerkam sasarannya. Era ini membutuhkan orang-
orang dengan kemampuan eksekusi yang tinggi, jauh lebih cepat dari gerakan
masing-masing elemennya.
4. Valiality : masing-masing pemimpin harus bekerja dengan data yang akurat dan
cepat.
Menurut teori ini ada 4 hal yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah yang
muncul dari lingkungan yang berubah-ubah.
4. A BORDERLINE REGIM : Inilah medan yang dihadapi yang berada antara area
yang disebut A Complete Anarchy dan A State of Punctuated Equilibrium.
PERANAN LEADERSHIP DAN PENGEMBANGAN PELUANG
L (Leverage) : peran leadership adalah sebagai insinyur atau membangun. Adapun hal
yang diperlukan adalah SDM/Talent/Resource
E (Environment) : peran leadership adalah sebagai mekanik atau memperbaiki. Adapun hal
yang diperlukan adalah Atmosfer, kultur, keterlibatan.
A (Alignment) : peran leadership adalah sebagai konduktor atau mengarahkan. Adapun hal
yang diperlukan adalah komunikasi dan produktivitas.
D (Drive) : peran leadership adalah sebagai buldozer atau merubuhkan untuk mencapai
ketangkasan dan kecepatan.
1. Perceiving change
2. Reborn
Reborn berarti terlahir kembali, kembali ketitik awal, meremajakan diri. Ini
rupanya penting bagi organisasi tua yang memerlukan peremajaan sel. Selain
berwajah tua, organisasi tua punya kecenderungan lamban bergerak, lamban
berpikir, tak merasa perlu bersolek lagi, lebih banyak melakukan kegiatan
spritual, lebih mengedepankan ketenangan, dan memorinya lebih banyak
didominasi romantisme masa lalu.
4. Innovate
5. Restructuring
Pendapatan yang hilang dari bidang aeronautika tentu membuat cemas AP II. Tapi
AP II sudah mempunyai jawaban untuk tantangan tersebut, yakni Aerotropolis. Oleh
karena itu, aerotropolis sebenarnya bukan kepada evolusi dari AP II, namun lebih kepada
respon AP II terhadap tuntutan internasional. Bab ke-9 dan ke-10 buku AGILITY
memberikan gambaran apa yang telah dan yang akan dilakukan oleh AP II untuk
menghadapi tantangan regulasi dari International Civil Aviation Organization (ICAO),
yakni menghilangkan porsi pendapatan aeronautika dari bandara dan mengalihkannya ke
maskapai.
“selama tahun 2013 menjadi peningkatan dari 2,8 triliun menjadi 5,4 triliun “ peningkatan
tersebut meningkat sampai dengan 93%
Bagi AP II, dampaknya sangat terasa dengan kehilangan 500-600 miliyar pertahunya.
Perbandingan Aero dan Non Aero di Inonesia adalah 70 : 30, sedangkan di kawasan Asia
Pasifik 43% : 57%, dikawasan Eropa juga kurang lebih serupa yakni 44% : 56%.
Pendapatan jasa aero lebih kecil ketimbang non-aero
Tren yang terjadi adalah pendapatan aero akan selalu mengecil, sementara pendapatan
non-aero kian besar. Dan fenomena itu sudah terjadi.
Dengan AERO
Non AERO :
Sebagai epilog, bab ke-11 dan ke-12 menutup buku AGILITY dengan kembali pada ide
dasar buku tersebut, yakni agility. Agility dapat dirawat, salah satunya melalui melatih
myelin (muscle memory/memori otot). Pada saat Bandara SIM dilanda gempa sedangkan
Aceh diterjang tsunami, para karyawan AP II kemudian menunjukkan myelin mereka.
Pada satu sisi, mereka mengkhawatirkan keluarga mereka yang ada di rumah masing-
masing, namun di sisi lain bandara harus tetap dijaga, pekerjaan harus tetap jalan. Pada
akhirnya, pekerjaan jalan beriringan dengan tangisan. Banyak korban dari tsunami dan
gempa Aceh tak lain adalah keluarga dari karyawan AP II sendiri. Anda bisa bayangkan,
bagaimana mereka bisa bekerja dengan kondisi seperti itu? Hampir mustahil, bukan?
Namun, itu adalah kisah nyata. Kisah tentang kerja keras, pengorbanan, dan keberanian
yang bermuara pada perubahan. Kisah tentang ketangkasan.
Tentu tidak mudah menjadikan kambing mengaum layaknya singa sang raja rimba.
Namun, bukankah semuanya bisa diusahakan dan layak untuk diberi kesempatan? Rhenald
Kasali menjabarkan beberapa konsep kunci tentang bagaimana caranya agar kita bisa
menjadi pribadi yang agile. Konsep pertama adalah “semangat harus bisa”, semua pribadi
yang tangkas harus memiliki mental baja dan tidak gampang menyerah. Kedua, “sikap
afiliatif”, pribadi yang agile harus memiliki sebuah kekhususan bidang yang bisa
diafiliasikan kepada pribadi tersebut. Ketiga, “kerja tim (teamwork) dan kepemimpinan
horizontal (horizontal leadership)”, seseorang harus bisa memandang rekan kerja dan
sesamanya, bahkan untuk memimpin sekalipun. Keempat, “Kepemimpinan 3.0”, konsep
ini menekankan pada peningkatan akselerasi, kepedulian, dan integritas. Jajaran
manajemen dan karyawan harus lebih bekerja lebih cepat, lebih peduli dan memiliki
integritas. Kelima dan terakhir, “kreatif dan inovatif”, ketangkasan tidak bisa dibentuk
tanpa adanya inovasi dan kreasi. Kreatifitas dan inovasi dibutuhkan untuk menajamkan
responsi kita akan hal yang terjadi di masa depan. Sekali lagi apakah kita akan menjadi
passanger atau menjadi driver di masa depan. Lalu, bisakah kambing mengaum? Tidak
ada yang tidak mungkin di Indonesia. Setidaknya, begitu dalih Rhenald Kasali.