HIPOTIROID KONGENITAL
Disusun Oleh :
Cindy Advenia Siar
(1108012028)
Pembimbing :
LAPORAN KASUS
RAWAT JALAN
HIPOTIROID KONGENITAL
Dr. Samuel W. Nalley, Sp.A dan Dr. Woro Indri Padmosiwi, SpA
PENDAHULUAN
Penyakit hipotiroid kongenital merupakan salah satu penyakit yang paling
sering terjadi pada anak, yaitu 1 dari 3000 kelahiran hidup. Hipotiroid kongenital
adalah kurangnya produksi hormon tiroid pada bayi baru lahir. Hal ini dapat
terjadi karena cacat anatomis kelenjar tiroid, kesalahan metabolisme tiroid, atau
kekurangan iodium.1
Hipotiroid kongenital dapat diakibatkan oleh kekurangan produksi hormon
tiroid atau defek pada reseptornyayang akan nampak sejak lahir. Apabila gejala
muncul setelah periode fungsi tiroid terlihat normal, maka kelainan tersebut
merupakan kelainan yang didapat.1
Hipotiroid kongenital merupakan salah satu penyebab retardasi mental.
Hipotiroid kongenital yang tidak diobati sejak dini dapat mengakibatkan retardasi
mental yang berat. Hormon tiroid sudh diproduksi dan diperluka oleh janin sejak
usia kehamilan 12 minggu, me pengaruhi metabolisme sel diseluruh tubuh
sehingga penting pada pertumbuhan dan perkembangan.2
Gejala hipotiroid pada bayi baru lahir biasanya tidak terlalu jelas, oleh
sebab itu sangat diperlukan skrining hipotiroid pada neonatus. Prgram skrining
memungkinkan bayi mendapatkan terapi dini dan memiliki prognosis yang lebih
baik, terutama dalam perkembangan sistem neurologis.2
Hipotiroid bisa terjadi pada bayi yang baru lahir dan sekitar 80 hingga
90% kasus hipotiroid terjadi pada bayi berusia di bawah 3 bulan. Sisanya terjadi
pada anak, remaja, dan orang dewasa. Hipotiroid cenderung menurun dalam
keluarga dan anak perempuan dua kali lebih berisiko dibanding anak laki-laki.2
Pengobatan secara dini dengan hormon tiroid dapat mencegah terjadinya
morbiditas fisik maun mental. Pemantauan tetap diperlukan untuk mendapatkan
hasil pengobatan dan tumbuh kembang anak yang optimal.2
Hipotiroid kongenital yang terlambat diketahui dan diobati dapat
menyebabkan retardasi mental dan akan berdampak pada kualitas sumber daya
manusia.2
Saat gestasi 18-20 minggu, kadar T4 (tiroksin) dalam sirkulasi fetus sudah
mencapai kadar normal, pada masa ini aksis pituitari-tiroid fetal secara fungsional
sudah bebas dari pengaruh aksis pituitari-tiroid maternal. Produksi T3
(triiodotironin) tergantung dari maturasi enzim deiodinase hepar, yaitu sekitar
umur 30 minggu gestasi. Kelenjar tiroid memerlukan tirosin dan iodium untuk
membuat T4 dan T3, iodium masuk ke dalam sel folikel kelenjar tiroid dengan
cara transport aktif. Di dalam sel, iodium akan dioksidasi oleh enzim tiroid
peroksidase menjadi iodida. Kemudian terjadi organifikasi, yaitu iodida akan
berikatan dengan molekul tirosin sehingga terbentuk monoiodotirosin (MIT) dan
diiodotirosin (DIT). Kemudian terjadi proses coupling. Dua molekul DIT akan
membentuk tetraiodotironin=tiroksin (T4) dan satu molekul MIT dengan satu
molekul DIT akan membentuk triiodotironin (T3).
Pengaruh kadar hormon tiroid ibu terhadap fetus sangat minimal, tapi
penyakit tiroid ibu dapat mempengaruhi fungsi kelenjar tiroid fetus atau neonatus.
Hormon T4 dapat melewati plasenta secara bebas, sedangkan hormon-hormon
tiroid lain tidak. Autoantibodi IgG pada ibu penderita tiroiditis autoimun dapat
melewati plasenta dan akan menghambat fungsi kelenjar tiroid fetus. Tiamin yang
dipakai untuk terapi hipotiroid dapat memblok sintesis hormon tiroid fetal, tapi
kebanyakan hal ini bersifat transien. Iodium radioaktif yang dipakai ibu hamil
akan merusak kelenjar tiroid fetus secara permanen.
Selain itu terdapat hubungan antara pengaruhnya hipertiroid pada ibu dan
penyebabnya pada janin. TSH tidak dapat melewati plasenta, sehingga baik TSH
ibu maupun TSH janin tidak saling mempengaruhi. Hormon tiroid baik T3
maupun T4 hanya dalam jumlah sedikit yang dapat melewati plasenta. TSI
(Thyroid Stimulating Imunoglobulin) dan TSAb (Thyroid Stimulating Antibodi)
dapat mudah melewati palsenta.
Identitas Pasien
Nama : An. R.M
Tanggal lahir : 2 Juli 2013
Umur : 3 tahun 1 bulan
No. RM : 0-41-06-35
Agama : Kristen Protestan
Alamat : kayu putih
Tanggal Periksa : 27 Agustus 2016
Anamnesis
1. Keluhan utama : Kontrol penyakit hipotiroid
2. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien terdiagnosa hipotiroid kongenital
pada bulan maret 2015. Saat itu pasien dia dengan keluhan lidah yang tampak
besar sehingga sulit untuk makan serta aktivitas anak berbeda dengan anak
seumuran lainnya dan susah BAB. Keluhan ini baru disadari pada saat anak
berusia 1 tahun 8 bulan. Lidah yang membesar sebenanya sudah terlihat sejak
masih bayi, namun ibu pasien tidak mengira bahwa hal tersebut merupakan
suatu kelainan. Lidah yang terlihat membesar tersebut membuat pasien sulit
untuk minum ASI, apapun yang dimakan dan diminum pasien selalu susah
untuk masuk dan selalu keluar. Selain itu pasien juga sulit untuk BAB. Pasien
BAB 1 minggu 1 kali. wajah pasien juga tampak seperti membengkak
(sembab) yang sudah terjadi sejak pasien masih bayi. Saat pasien basih bayi,
ibu pasien mengeluhkan mata pasien yang berwarna kuning sampai pasien
berusia 1-2minggu. Ibu pasien juga mengeluh adanya perbedaan aktivitas pada
anaknya dibandingkan dengan anak lain yang seumuran. Pada saat anak masih
berusia 1 tahun 8 bulan, pasien hanya bisa mengamati tangannya, tersenyum
sponta dan menatap wajah, mengikuti lewat garis tengah, kedua tangan
bersentuhan, tertawa dan bersuara, serta dapat mengangkat kepala namun
masih lemah. Pada saat pasien berusia 2 tahun pasien sudah dapat merangkak,
dan mengucapkan kata perkata mencapai 3 kata. Pada saat pasien berusia 2
tahun 5 bulan, pasien sudah dapat berdiri dengan bantuan. Dan pada bulan juli
2016 pasien sudah dapat berjalan sendiri dan sudah dapat menyebutkan kata
kakak, papa dan mama. Kondisi perkembangan pasien yang mengejar
keterlambatan usia pasien mulai membaik sejak pasien minum obat teeratur
dari dokter. Pasien juga sudah bisa makan dan minum dengan baik.
Saat ini pasien datang untuk kontrol penyakitnya yang secara rutin dilakukan
tiap bulan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien pernah masuk Rumah Sakit 1 kali pada
tahun 2015 karena pasien selalu muntah ketika pasien makan yang
dikarenakan lidah yang membesar, dan oleh dokter didiagnosa hipotiroid
kongenital.
4. Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada keluarga pasien yang mengalami
keluhan yang sama seperti pasien saat masih kecil.
5. Riwayat Pengobatan:
Levothyroxin 1 x 50 mcg
6. Riwayat Kehamilan
- Ibu pasien ANC teratur di Puskesmas
- Pada usia kehamilan bulan ke-3 pasien sempat perdarahan dan didiagnosa
abortus iminens.
- Riwayat demam, hipertensi, diabetes selama hamil disangkal
- Riwayat minum obat-obatan selama hamil yaitu obat penambah darah
namun pasien lupa nama obat tersebut
7. Riwayat Persalinan
Pasien merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara, lahir secara pervaginam di
RSU Yohanes dibantu oleh dokter Sp.OG, spontan menangis dan berat badan
lahir 3300 gram. Dan usia gestasi 43 minggu.
8. Riwayat Pemberian Makanan
- 0 – 5 bulan : ASI
- 5 – 7 bulan : ASI + susu formula
- 7 bulan – 2 tahun : ASI + susu formula + nasi lunak
- 2 tahun – sekarang : makanan keluarga
9. Riwayat Imunisasi : Ibu pasien mengaku kalau pasien telah mendapatkan
imunisasi dasar lengkap sampai bulan ke-9 saja karena kondisi pasien yang
masih belum stabil.
Status Gizi
BB : 11 kg
TB : 81 cm
BB/TB : median s/d 1 sd
Intrepretasi : gizi baik
Pemeriksaan Penunjang
(20-05-2016)
Hasil Satuan Nilai rujukan Ket
Hemoglobin 11,9 g.dL 12-16 L
Eritrosit 5,01 10^6/uL
Hematrokrit 37,2 % 35-45
MCV 74,3 Fl 75-91 L
MCH 23,8 Pg 25-33 L
Leukosit 12,58 10^3/uL 5-11 H
Eosinofil 5,9 % 0-4 H
Basofil 0,4 % 0-1
Neutrofil 24,8 % 32-52 L
Limfosit 62,2 % 30-60 H
Monosit 6,7 % 2-8
Trombosit 619 10^3/ul 150-400 H
Laju endap 100 Mm/jam 0-10 H
darah
T3 1,690 Nmol/L 0,92-2,33
T4 93,07 Nmol/L 60-120
TSH 49,40 uUI/mL Euthyroid : 0,92-2,33
Hyperthyroid : <0,15
Hypothyroid : >7
Diagnosa
Hipotiroid Kongenital
Tatalaksana
- Levothyroxin 1 x 50 mcg
- B Comp 1 x 1
Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad Bonam
Quo ad Sanactionam : Dubia ad Bonam
KIE
DISKUSI
Berdasarkan catatan medik dan hasil followup pasien didiagnosa dengan
hipotiroid kongenital. Pada anamnesis didapatkan pasien berusia 3 tahun 1 bulan
datang dengan keluhan kontrol penyakit hipotiroid. Pasien memiliki keluhan lidah
yang tampak membesar sejak lahir, sehingga apapun yang dimakan pasien selalu
dimuntahkan. Selain itu pasien juga dikeluhkan terdapat mata yang tampak kuning
sejak pasien lahir dan bertahan sampai 1-2 minggu. Pasien juga mengalami susah
dalam BAB dengan frekuensi BAB 1 minggu 1 kali
Hipotiroid kongenital adalah suatu keadaan hormon tiroid yang tidak adekuat
pada bayi baru lahir sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh yang
dapat disebabkan oleh kelaian anatomi kelenjar tiroid, kelaian genetik, kesalahan
biosintesis tiroksin serta pengaruh lingkungan2.
Tabel 1. Gejala Hipotiroid Kongenital 6
Kulit dan jaringan ikat Kulit dingin, kering dan pucat, rambut kasar,
kering dan rapuh, kuku tebal, lambat
tumbuh.
Miksedema, carotenemia, Puffy face,
makroglosi, erupsi gigi lambat, hipoplasia
enamel.
Gambaran klinis klasik (lidah besar, suara tangisan serak, wajah sembab,
herniaumbilikalis, hipotonia, klit belang belang, akral dingin,letargi) tidak jelas.
Dicurigai adanya hipotiroid bila skor Apgar hipotiroid kongenital > 5; tetapi
tidak adanya gejala atau tanda yang tampak, tidak menyingkirkan kemungkinan
hipotiroid kongenital.
Telah dilaporkan sebuah kasus rawat jalan pasien laki-laki atas nama An. R.M
usia 3 tahun. Pasien dirawat dengan diagnosa hipotiroid kongenital. Diagnosa
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pasien mulai pengobatan sejak pasien berusia 1 tahun 8 bulan.
Perkembangan pasien mulai membaik sejak pasien mengikuti pengobatan rutin di
dokter. Saat ini pasien sudah bisa berjalan sendiri dan sudah dapat memanggil
kata tunggal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Batubara, Jose RL, dkk. Ganggguan Kelenjar Tiroid. Dalam : Buku Ajar
Endokrinologi Anak Edisi 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 2010. hal.205-
212.
2. La Franchi, Stephen. Hypothyroidism. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM,
Jenson HB, editor. Nelson textbook of pediatrics 18th ed. Philadelphia:
Saunders, 2007.hal. 2319-25.
3. Sherwood, Lauralee. Organ Endokrin Perifer. Fisiologi Manusia Dari Sel ke
Sistem (Human Physiology: From Cells to Systems). Edisi 2. Jakarta: EGC,
2001. hal 644-651.
4. Schteingart, David E. Gangguan Kelenjar Tiroid. Dalam Price AS, Wilson
LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi ke-6, Volume
2. Jakarta: EGC, 2006. hal 1225-1234.
5. Larson, Cecilia A. Congenital Hypothyroidism. Dalam: Radovick, S, MD,
MacGilivray, MH, MD, editor. Pediatric Endocrinology : A Practical Clinical
Guide. New Jersey : Humana Press Inc. 2003.hal. 275-284.
6. Van vliet, G, Polak, M. Pediatric Endocrinology Fifth Edition volume 2.
Thyroid Disorders In Infancy. New York : Informa Healthcare USA Inc.
2007.hal. 392-8.
7. Jian, Vandana, dkk. Congenital Hypothyroidism. Di akses dari
www.newbornwhocc.org pada tanggal 14 September 2016 pukul 20.05 WIB.
8. Postellon DC, Bourgeouis MJ. Anatomy of Thyroid Gland.. Di akses dari
www.emedicine.medscape.com pada tanggal 15 September 2016 pukul
22.00 WIB.
9. Cheron RG. Neonatal thyroid Function after PTU Therapy for Maternal
Grave’s disease. N Engl J Med. 1981;304:525-528