Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ahli mikrobiologi Belanda Antonie van Leeuwenhoek (1632-1723) adalah


orang pertama yang melakukan penelitian menggunakan mikroskop. Tanpa
pewarnaan bakteri tidak berwarna, transparan dan tidak terlihat jelas dan noda
berfungsi untuk membedakan struktur seluler untuk sebuah penelitian lebih rinci.
Mikroskop cahaya secara tradisional digunakan untuk mengidentifikas kelompok
bakteri dan morfologi individu bakteri. Keterbatasan mikroskop cahaya miliknya
resolusinya sering tidak cukup untuk memproyeksikan gambar bakteri untuk
kejelasan identifikasi.

Bakteri berasal dari kata bakterion, dalam bahasa Yunani itu berarti tongkat
atau batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok mikroorganisme
yang bersel satu, tidak berklorofil, berbiak dengan pembelahan diri, serta demikian
kecilnya sehingga hanya tampak dengan mikroskop (Dwidjoseputro, 1998).

Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan


sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak
berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah
satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi
ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk
mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui
serangkaian pengecatan (Jimmo. 2008).

Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana


karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna
yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen
kromoforiknya bermuatan positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan

1|Morfologi dan Pewarnaan Bakteri


bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna , substrat, intensifikasi pewarnaan dan
penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna,
kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat warna terhapus. sebaliknya
terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini
dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu
spesies (Dwidjoseputro, 1994).

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dilakukanlah praktikum ini untuk


mengetahui morfologi mikroorganisme dengan teknik pewarnaan mikroorganisme
baik itu dengan cara pengecatan sederhana, pengecatan negatif maupun pengecatan
gram.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang yang dimaksud dengan baketeri?

2. Bagaimana Morfologi bakteri?

3. Bagaimana Anatomi bakteri?

4. Bagaimana cara pewarnaan bakteri?

1.3. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui pengertian bakteri

2. Untuk mengetahui morfologi bakteri

3. untuk mengetahui anatomi bakteri

4. untuk mengetahui pewarnaan bakteri

2|Morfologi dan Pewarnaan Bakteri


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Bakteri

Bakteri berasal dari kata bakterion, dalam bahasa Yunani itu berarti tongkat atau
batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok mikroorganisme
yang bersel satu, tidak berklorofil, berbiak dengan pembelahan diri, serta demikian
kecilnya sehingga hanya tampak dengan mikroskop (Dwidjoseputro, 1998).

2.2. Morfologi Bakteri

Bakteri merupakan salah satu jenis mikroorganisme yang tidak bisa dilihat oleh mata
telanjang. Fitur kelompok bakteri dapat dilihat menurut bentuknya (melingkar, tidak
beraturan atau rizoid), ukurannya diameter kelompok (kecil, sedang, besar),
ketinggian (sisi tampilan koloni: tinggi, cembung, cekung, umbonate / umbilicate),
permukaan (bagaimana permukaan muncul koloni: halus, bergelombang, kasar,
granular, papillate atau berkilau), margin/batas (tepi koloni: seluruh, berombak-
ombak, crenated, fimbriate atau melengkung), warna (pigmentasi: kuning, hijau
antara lain), struktur/-opacity (buram, transparan atau transparan), derajat
pertumbuhan (sedikit, sedang atau berlimpah) dan alam (Diskrit atau pertemuan,
filiform, menyebarkan atau rizoid). Bakteri memiliki bentuk bermacam-macam yaitu,
batang, batang dan spiral.

a. Bakteri bentuk batang

Bakteri berbentuk bulat dikenal sebagai basil. Kata basil berasal dari bacillus yang
berarti batang. Bentuk basil dapat pula dibedakan atas:

 Basil tunggal yaitu bakteri yang hanya berbentuk satu batang tunggal, misalnya
Salmonella typhi, penyebab penyakit tipus.

3|Morfologi dan Pewarnaan Bakteri


 Diplobasil yaitu bakteri berbentuk batang yag bergandengan dua-dua.

 Streptobasil yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan memanjang


membentuk rantai misalnya Bacillus anthracis penyebab penyakit antraks.

b. Bakteri bentuk bola

Bakteri berbentuk bola dikenal sebagai coccus, bakteri ini juga dapat dibedakan atas:

 Monokokus, yaitu bakteri berbentuk bola tunggal, misalnya Neisseria


gonorrhoeae, penyebab penyakit kencing nanah.

 Diplokokus, yaitu bakeri berbentuk bola yang bergandengan dua-dua, misalnya


Diplococcus pneumonia penyebab penyakit pneumonia atau radang paru-paru.

 Sarkina, yaitu bakteri berbentuk bola yang berkelompok empat-empat sehngga


bentuknya mirip kubus.

 Streptokokus, yaitu bakteri bentuk bola yang berkelompok memanjang


membentuk rantai.

 Stafilokokus, yaitu bakteri berbentuk bola yang berkoloni membentuk sekelopok


sel tidak teratur sehingga bentuknya mirip dompolan buah anggur.

c. Bakteri bentuk spiral

Ada tiga mcam bentuk spiral:

 Spiral, yaitu golongan bakteri yang bentuknya seperti spiral misalnya Spirillum.

 Vibrio, ini dianggap sebagai bentuk spiral tak sempurna, misalnya Vibrio cholera
penyebab penyakit kolera.

 Spiroseta yaitu golongan bakteri berbentuk spiral yang besifat lentur. Pada saat
bergerak, tubuhnya dapa memanjang dan mengerut.

4|Morfologi dan Pewarnaan Bakteri


2.3. Anatomi bakteri

Bakteri tersusun atas dinding sel dan isi sel. Disebelah luar dinding sel terdapat
selubung atau kapsul. Di dalam sel bakteri tidak terdapat membrane dalam
(endomembran) dan organel bermembran seperti kloroplas dan mitkondria. Struktur
tubuh bakteri dari lapisan luar hingga bagian dalam sel yaitu flagela, dinding sel,
membrane sel, mesosom, lembaran fotosintetik, sitoplasma, DNA, plasmid, ribosom,
dan endospora.

a. Flagela

Flagela terdapat salah satu ujung, pada kedua ujung atau pada perukaan sel.
Fungsinya untuk bergerak. Berdasar letak dan jumlahnya, tipe flagella dapat
dibedakan menjadi montrik, amfitrik, lofotrik, dan peritrik.

b. Dinding sel

Dinding sel tersusun atas peptidoglikan yakni polisakarida yang berikatan dengan
protein. Dengan adanya dinding sel ini, tubuh bakteri memiliki bentuk yang tetap.
Fungsi dinding sel adalah untuk melindungi sel.

c. Membrane sel

Membrane sel tersusun atas molekul lemak dan protein, seperti halnya membran sel
organisme yang lain. Membrane sel bersifat semipermiable dan berfungsi mengatur
keluar masuknya zat keluar atau ke dalam sel.

d. Mesosom

Pada tempat tertentu terjadi penonjolan membran sel kearah dalam atau ke
sitoplasma. Tonjolan membrane ini berguna untuk menyediakan energi atau pabrik
energi bakteri. Organ sel (organel) ini disebut mesosom. Selain itu mesosom

5|Morfologi dan Pewarnaan Bakteri


berfungsi juga sebagai pusat pembentukan dinding sel baru diantara kedua sel anak
pada proses pembelahan.

e. Lembar fotosintetik

Khusus pada bakteri berfotosintesis, terdapat pelipatan membrane sel kearah


sitoplasma. Membran yang berlipat-lipat tersebut berisi klorofil,dikenal sebagai
lembar fotosintetik (tilakoid). Lembar fotosintetik berfungsi untuk fotosintesis.
Bakteri lain yang tidak berfotosintesis tidak memiliki lipatan demikian.

f. Sitoplasma

Sitoplasma adalah cairan yang berada di dalam sel. Sitoplasma tersusun atas koloid
yang mengandung berbagai molekul organik seperti karbohidrat, lemak, protein,
mineral, ribosom, DNA, dan enzim-enzim. Sitoplasma merupakan tempat
berlangsungya reaksi-reaksi metabolism.

g. DNA

Bentuk DNA bakteri seperti kalung yang tidak berujung pangkal. Bentuk demikian
dikenal sebagai DNA sirkuler. DNA tersusun atas dua utas polinukleotida berpilin.
DNA merupakan zat pengontrol sintesis protein bakteri, dan merupakanzat pembawa
sifat atau gen.

i. Ribosom

Ribosom merupakan organel yang berfungsi dalam sintesis protein atau sebagai
pabrik protein. Bentuknya berupa butir-butir kecil dan tidak diselubungi membran.

j. Endospora

Bakteri ada yang dapat membentuk endospora, pembentukan endospora merupakan


cara bakteri mengatasi kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Endospora
tahan terhadap panas sehingga tidak mati oleh proses memasak biasa. Spora mati di

6|Morfologi dan Pewarnaan Bakteri


atas suhu 120 C. jika kondisi telah membaik, endospora dapat tumbuh menjadi
bakteri seperti sedia kala.

2.4. Pewarnaan Bakteri

Pewarnaan bakteri merupakan salah satu cara identifikasi bakteri. Pewarnaan bakteri
dilakukan untuk mempelajari morfologi, struktur, dan sifat-sifat kuman (bakteri). Zat
warna pada pewarnaan bakteri akan bergabung secara kimiawi dengan protoplasma
bakteri. Dan pewarnaan yang sering dilakukan adalah gram. Pewarnaan itu sendiri
dibagi menjadi pewarnaan basa (terdiri dari kation yang diwarnai dengan anion yang
tidak bewarna, contohnya metilen biru) dan pewarnaan asam (kebalikan dari
pewarnaan basa, contohnya natrium (+).

Pewarnaan pada bakteri diklasifikasikan menjadi :

1. Pewarnaan negative

7|Morfologi dan Pewarnaan Bakteri


Pewarnaan jenis ini tidak mewarnai bakteri maupun koloninya, namun
mewarnai latar belakang dari bakteri pewarnaan jenis ini menggunakan zat
warna higrosin atau tinta India yang berwarna hitam. Spesies bakteri yang
dpaat dilakukan pewarnaan negative adalah Treponema, Leptospira, dan
Borrelia. Pewarnaan ini merupakan pewarnaan yang tidak langsung. Kita
hanya mewarnai latar belakang dari bakteri tersebut, sedangkan bakterinya
sendiri tidak mengambil zat-zat warna. Pada negates staining pada umumnya
tidak dilakukan fiksasi, maka praktis bakteri tidak mengalami perubahan-
perubahan, tidak mengerut.

2. Pewarnaan diferensial
Pada pewarnaan ini digunakan lebiih dari satu jenis zat warna dan digunakan
untuk membedakan dua kelompok fisiologi bakteri.
a. Pewarnaan Gram

8|Morfologi dan Pewarnaan Bakteri


Pewarnaan jenis ini memiliki prosedur sebagai berikut:
 Sediaan bakteri difiksasi atau direkatkan di atas gelas preparat dan
diwarnai dengan karbol Kristal ungu selama limat menit
 Zat warna Kristal ungu dicuci dan dibilas
 Sediaan diwarnai lugol (larutan I2 ditambah larutan KI) dan
didiamkan selama 45-60 detik
 Lugol ditiriskan dengan sediaa dicuci dengan alcohol 96% kurang
lebih 15-30 detik atau digoyang-goyangkan sampai tidak ada zat
warna yang mengalir lagi
 Sediaan dicuci air fuksin selama satu sampai dua menit
 Sediaan dicuci, dikeringkan, dan diperiksa dibawah mikroskop
Zat karbol Kristal ungu ditambahkan lugol membentuk senyawa kompleks
berwarna ungu. Pencucian dengan alcohol 96%, beberapa kelompok
bakteri dapat melepas zat ungu dengan mudah, dan kelompok lain
mempertahankan zat ungu tesebut. Bila koloni bakteri mempertahankan
zat ungu tesebut. Bila koloni bakteri mempertahankan zat ungu, maka
bakteri tersebut masuk kedalam koloni bakteri gram positif. Namun bila

9|Morfologi dan Pewarnaan Bakteri


koloni bakteri tidak dapat mempertahankan zat ungu, maka bakteri
tersebut masuk kedalam koloni bakteri gram negative. Gram negative
perlu diwarnai lagi dengan zat warna air fuksin atau safranin. Sehingga,
gram negative berwarna merah.
b. Pewarnaan Tahan Asam
Pewarnaan ini umumnya mengidentifikasikan Mycobacterium termasuk
Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium leprae.
Pewarnaan Ziehl Neelsen

 Sediaan bakteri yang telah direkatkan diatas gelas objek diwarnai


dengan larutan karbol fuksin dan dipanaskan diatas api kecil
hingga keluar aspa, kemudian dibiarkan selama lima menit
 Sediaan dicuci dengan air kemudian diwarnai dengan larutan biru
methilen selama satu sampai dua menit. Cuci dengan air dan
keringkan
Bakteri tahan asam akan berwarna merah dan bakteri tidak tahan asam
akan berwarna biru
Pewarnaan Kinyoun-Gabbett/Tan Thiam Hok
 Sediaan bakteri yang telah direkatkan diatas gelas objek diwarnai
dengan larutan Kinyoun selama tiga menit, cuci dengan air
 Sediaan dicuci dengan larutan Gabbett selama satu menit. Cuci
dengan air dan keringkan

10 | M o r f o l o g i d a n P e w a r n a a n B a k t e r i
Bakteri tahan asam akan berwarna merah dan bakteri tidak tahan asam
akan berwarna biru

3. Pewarnaan Sederhana

Pada pewarnaan jenis ini ditambahkan zat warna pada sediaan bakteri di gelas
preparat yang telah difiksasi atau direkatkan. Zat warna yang digunakan
adalah biru metilen, gentian violet, dan air fuksin.

4. Pewarnaan Spesial
Merupakan jenis pewarnaan yang berfungsi untuk mewarnai bagian-bagian
bakteri yang sulit diwarnai dengan pewarnaan biasa
a. Pewarnaan Endospora
Pewarnaan endospore dilakukan dengan
Pewarnaan Schaeffer-Fulton
 Sediaan bakteri yang telah direkatkan diatas gelsa objek
dipanaskan dan diwarnai dengan hijau malasit (malachite green)

11 | M o r f o l o g i d a n P e w a r n a a n B a k t e r i
selama lima menit. Pemanasan dilakukan untuk membuka pori-
pori dinding endospore agar zat warna dapat masuk
 Sediaan dicuci dengan air selama 30 detik atau sampai tidak ada
zat warna lain yang mengalir
 Sediaan kemudian diwarnai dengan safranin untuk mewarnai
bagian sel selain endospore
 Hasil Scaeffer-Fulton : Endospora berwarna hijau didalam sel
berwarna merah atau merah muda
 Hasil Klein : Endospora bewarna merah dengan badan bakteri
berwarna biru

b. Pewarnaan Flagel

Pada pewarnaan flagel, jenis pewarnaan yang umum digunakan adalah


pewarnaan Gray. Sedangkan jenis pewarnaan Mordan berguna untuk

12 | M o r f o l o g i d a n P e w a r n a a n B a k t e r i
meningkatkan afinitas flagel terhadap zat warna dan peningkatan diameter
flagel.
c. Pewarnaan Simpai

Pewarnaan ini sulit dilakukan karena simpai mudah larut dalam air dan
dapat rusak pada saat proses pewarnaan dan pencucian. Jenis-jenis
pewarnaan simpai adalah sebagai berikut:
 Burri-Gins: kombinasi pewarnaan negative dan sederhana
menggunakan karbol fuksin. Pada hasil proses pewarnaan, simpai
tidak berwarna dan terlihat sebagai bulatan terang dengan latar
belakang gelap, sedangkan badan bakteri berwarna merah
 Muir: pada hasil pewarnaan terlihat simpai berwarna biru dan
badan kuman berwarna merah
 Hiss: pada hasil pewarnaan terlihat simpai berwarna ungu muda
dna badan kuman berwarna ungu tua

13 | M o r f o l o g i d a n P e w a r n a a n B a k t e r i
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Bakteri memiliki bentuk bermacam-macam yaitu, bulat, batang dan spiral. Struktur
tubuh bakteri dari lapisan luar hingga bagian dalam sel yaitu flagela, dinding sel,
membrane sel, mesosom, lembaran fotosintetik, sitoplasma, DNA, plasmid, ribosom,
dan endospora. Pewarnaan bakteri merupakan salah satu cara identifikasi bakteri.
Pewarnaan bakteri dilakukan untuk mempelajari morfologi, struktur, dan sifat-sifat
kuman (bakteri). Zat warna pada pewarnaan bakteri akan bergabung secara kimiawi
dengan protoplasma bakteri. Dan pewarnaan yang sering dilakukan adalah gram.
Pewarnaan itu sendiri dibagi menjadi pewarnaan basa (terdiri dari kation yang
diwarnai dengan anion yang tidak bewarna, contohnya metilen biru) dan pewarnaan
asam (kebalikan dari pewarnaan basa, contohnya natrium (+).

3.1. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih focus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

14 | M o r f o l o g i d a n P e w a r n a a n B a k t e r i
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Gram Positi.. http://id.wikipedia.org/wiki/Gram_Positif diakses


pada tanggal 04 Februari 2019

http://id.wikipedia.org/wiki/Pewarnaan_Gram diakses pada tanggal 04 Februari 2019

Dwidjoseputro, D., 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang; Djambatan.

Syamsuri, Istamar. 2004. BIOLOGI untuk SMA kelas X. Jakarta; Erlangga

Volk, Wesley A dan Margareth F. Wheeler. 1998. Mikrobiologi Dasar Jilid I.


Jakarta; Erlangga

Brooks, Geo. F. Et al. 2013. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg.
Edisi 25. Jakarta: EGC

Netter. Frank H. 2016. Atlas Anatomi Manusia. Edisi 6. Singapura: Elsevier

Bargmans L, Moisiadis P, Van Meerbeek B, Quiryne M, Lambrect P (2005).


Microscopic observation of bacteria: review highlighting the use of environmental
SEM. Int. Endod. J. 38:775-788.

Cabeen MT, Jacobs_Wagner C (2005). Bacterial cellshape. Nat. Rev. Microbiologi.


3(8):601-610.

15 | M o r f o l o g i d a n P e w a r n a a n B a k t e r i

Anda mungkin juga menyukai