Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang: Morfologi Dan Pewarnaan Bakteri
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang: Morfologi Dan Pewarnaan Bakteri
PENDAHULUAN
Bakteri berasal dari kata bakterion, dalam bahasa Yunani itu berarti tongkat
atau batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok mikroorganisme
yang bersel satu, tidak berklorofil, berbiak dengan pembelahan diri, serta demikian
kecilnya sehingga hanya tampak dengan mikroskop (Dwidjoseputro, 1998).
PEMBAHASAN
Bakteri berasal dari kata bakterion, dalam bahasa Yunani itu berarti tongkat atau
batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok mikroorganisme
yang bersel satu, tidak berklorofil, berbiak dengan pembelahan diri, serta demikian
kecilnya sehingga hanya tampak dengan mikroskop (Dwidjoseputro, 1998).
Bakteri merupakan salah satu jenis mikroorganisme yang tidak bisa dilihat oleh mata
telanjang. Fitur kelompok bakteri dapat dilihat menurut bentuknya (melingkar, tidak
beraturan atau rizoid), ukurannya diameter kelompok (kecil, sedang, besar),
ketinggian (sisi tampilan koloni: tinggi, cembung, cekung, umbonate / umbilicate),
permukaan (bagaimana permukaan muncul koloni: halus, bergelombang, kasar,
granular, papillate atau berkilau), margin/batas (tepi koloni: seluruh, berombak-
ombak, crenated, fimbriate atau melengkung), warna (pigmentasi: kuning, hijau
antara lain), struktur/-opacity (buram, transparan atau transparan), derajat
pertumbuhan (sedikit, sedang atau berlimpah) dan alam (Diskrit atau pertemuan,
filiform, menyebarkan atau rizoid). Bakteri memiliki bentuk bermacam-macam yaitu,
batang, batang dan spiral.
Bakteri berbentuk bulat dikenal sebagai basil. Kata basil berasal dari bacillus yang
berarti batang. Bentuk basil dapat pula dibedakan atas:
Basil tunggal yaitu bakteri yang hanya berbentuk satu batang tunggal, misalnya
Salmonella typhi, penyebab penyakit tipus.
Bakteri berbentuk bola dikenal sebagai coccus, bakteri ini juga dapat dibedakan atas:
Spiral, yaitu golongan bakteri yang bentuknya seperti spiral misalnya Spirillum.
Vibrio, ini dianggap sebagai bentuk spiral tak sempurna, misalnya Vibrio cholera
penyebab penyakit kolera.
Spiroseta yaitu golongan bakteri berbentuk spiral yang besifat lentur. Pada saat
bergerak, tubuhnya dapa memanjang dan mengerut.
Bakteri tersusun atas dinding sel dan isi sel. Disebelah luar dinding sel terdapat
selubung atau kapsul. Di dalam sel bakteri tidak terdapat membrane dalam
(endomembran) dan organel bermembran seperti kloroplas dan mitkondria. Struktur
tubuh bakteri dari lapisan luar hingga bagian dalam sel yaitu flagela, dinding sel,
membrane sel, mesosom, lembaran fotosintetik, sitoplasma, DNA, plasmid, ribosom,
dan endospora.
a. Flagela
Flagela terdapat salah satu ujung, pada kedua ujung atau pada perukaan sel.
Fungsinya untuk bergerak. Berdasar letak dan jumlahnya, tipe flagella dapat
dibedakan menjadi montrik, amfitrik, lofotrik, dan peritrik.
b. Dinding sel
Dinding sel tersusun atas peptidoglikan yakni polisakarida yang berikatan dengan
protein. Dengan adanya dinding sel ini, tubuh bakteri memiliki bentuk yang tetap.
Fungsi dinding sel adalah untuk melindungi sel.
c. Membrane sel
Membrane sel tersusun atas molekul lemak dan protein, seperti halnya membran sel
organisme yang lain. Membrane sel bersifat semipermiable dan berfungsi mengatur
keluar masuknya zat keluar atau ke dalam sel.
d. Mesosom
Pada tempat tertentu terjadi penonjolan membran sel kearah dalam atau ke
sitoplasma. Tonjolan membrane ini berguna untuk menyediakan energi atau pabrik
energi bakteri. Organ sel (organel) ini disebut mesosom. Selain itu mesosom
e. Lembar fotosintetik
f. Sitoplasma
Sitoplasma adalah cairan yang berada di dalam sel. Sitoplasma tersusun atas koloid
yang mengandung berbagai molekul organik seperti karbohidrat, lemak, protein,
mineral, ribosom, DNA, dan enzim-enzim. Sitoplasma merupakan tempat
berlangsungya reaksi-reaksi metabolism.
g. DNA
Bentuk DNA bakteri seperti kalung yang tidak berujung pangkal. Bentuk demikian
dikenal sebagai DNA sirkuler. DNA tersusun atas dua utas polinukleotida berpilin.
DNA merupakan zat pengontrol sintesis protein bakteri, dan merupakanzat pembawa
sifat atau gen.
i. Ribosom
Ribosom merupakan organel yang berfungsi dalam sintesis protein atau sebagai
pabrik protein. Bentuknya berupa butir-butir kecil dan tidak diselubungi membran.
j. Endospora
Pewarnaan bakteri merupakan salah satu cara identifikasi bakteri. Pewarnaan bakteri
dilakukan untuk mempelajari morfologi, struktur, dan sifat-sifat kuman (bakteri). Zat
warna pada pewarnaan bakteri akan bergabung secara kimiawi dengan protoplasma
bakteri. Dan pewarnaan yang sering dilakukan adalah gram. Pewarnaan itu sendiri
dibagi menjadi pewarnaan basa (terdiri dari kation yang diwarnai dengan anion yang
tidak bewarna, contohnya metilen biru) dan pewarnaan asam (kebalikan dari
pewarnaan basa, contohnya natrium (+).
1. Pewarnaan negative
2. Pewarnaan diferensial
Pada pewarnaan ini digunakan lebiih dari satu jenis zat warna dan digunakan
untuk membedakan dua kelompok fisiologi bakteri.
a. Pewarnaan Gram
10 | M o r f o l o g i d a n P e w a r n a a n B a k t e r i
Bakteri tahan asam akan berwarna merah dan bakteri tidak tahan asam
akan berwarna biru
3. Pewarnaan Sederhana
Pada pewarnaan jenis ini ditambahkan zat warna pada sediaan bakteri di gelas
preparat yang telah difiksasi atau direkatkan. Zat warna yang digunakan
adalah biru metilen, gentian violet, dan air fuksin.
4. Pewarnaan Spesial
Merupakan jenis pewarnaan yang berfungsi untuk mewarnai bagian-bagian
bakteri yang sulit diwarnai dengan pewarnaan biasa
a. Pewarnaan Endospora
Pewarnaan endospore dilakukan dengan
Pewarnaan Schaeffer-Fulton
Sediaan bakteri yang telah direkatkan diatas gelsa objek
dipanaskan dan diwarnai dengan hijau malasit (malachite green)
11 | M o r f o l o g i d a n P e w a r n a a n B a k t e r i
selama lima menit. Pemanasan dilakukan untuk membuka pori-
pori dinding endospore agar zat warna dapat masuk
Sediaan dicuci dengan air selama 30 detik atau sampai tidak ada
zat warna lain yang mengalir
Sediaan kemudian diwarnai dengan safranin untuk mewarnai
bagian sel selain endospore
Hasil Scaeffer-Fulton : Endospora berwarna hijau didalam sel
berwarna merah atau merah muda
Hasil Klein : Endospora bewarna merah dengan badan bakteri
berwarna biru
b. Pewarnaan Flagel
12 | M o r f o l o g i d a n P e w a r n a a n B a k t e r i
meningkatkan afinitas flagel terhadap zat warna dan peningkatan diameter
flagel.
c. Pewarnaan Simpai
Pewarnaan ini sulit dilakukan karena simpai mudah larut dalam air dan
dapat rusak pada saat proses pewarnaan dan pencucian. Jenis-jenis
pewarnaan simpai adalah sebagai berikut:
Burri-Gins: kombinasi pewarnaan negative dan sederhana
menggunakan karbol fuksin. Pada hasil proses pewarnaan, simpai
tidak berwarna dan terlihat sebagai bulatan terang dengan latar
belakang gelap, sedangkan badan bakteri berwarna merah
Muir: pada hasil pewarnaan terlihat simpai berwarna biru dan
badan kuman berwarna merah
Hiss: pada hasil pewarnaan terlihat simpai berwarna ungu muda
dna badan kuman berwarna ungu tua
13 | M o r f o l o g i d a n P e w a r n a a n B a k t e r i
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Bakteri memiliki bentuk bermacam-macam yaitu, bulat, batang dan spiral. Struktur
tubuh bakteri dari lapisan luar hingga bagian dalam sel yaitu flagela, dinding sel,
membrane sel, mesosom, lembaran fotosintetik, sitoplasma, DNA, plasmid, ribosom,
dan endospora. Pewarnaan bakteri merupakan salah satu cara identifikasi bakteri.
Pewarnaan bakteri dilakukan untuk mempelajari morfologi, struktur, dan sifat-sifat
kuman (bakteri). Zat warna pada pewarnaan bakteri akan bergabung secara kimiawi
dengan protoplasma bakteri. Dan pewarnaan yang sering dilakukan adalah gram.
Pewarnaan itu sendiri dibagi menjadi pewarnaan basa (terdiri dari kation yang
diwarnai dengan anion yang tidak bewarna, contohnya metilen biru) dan pewarnaan
asam (kebalikan dari pewarnaan basa, contohnya natrium (+).
3.1. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih focus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
14 | M o r f o l o g i d a n P e w a r n a a n B a k t e r i
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Geo. F. Et al. 2013. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg.
Edisi 25. Jakarta: EGC
15 | M o r f o l o g i d a n P e w a r n a a n B a k t e r i