BUKU 3 - Toolkit Pengelolaan Air Limbah
BUKU 3 - Toolkit Pengelolaan Air Limbah
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 6
BUKU III i
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
BUKU III ii
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
BUKU III iv
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Contoh Spesifikasi Keluaran dalam Pengeloaan Air Limbah .................................... 15
Tabel 2. Kriteria Jenis Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Wajib Amdal ................................. 38
Tabel 6. Contoh Matriks Risiko Proyek KPBU Sektor Pengelolaan Air Limbah ...................... 46
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Contoh Sistem Pengolahan Lumpur Tinja dai IPLT ................................................... 13
BUKU III v
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Sebagai amanat dari Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015, Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional telah
menerbitkan Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
Peraturan Menteri ini merupakan panduan umum (guideline) bagi pelaksanaan KPBU. Dalam
peraturan menteri ini telah disediakan tata cara proses perencanaan, penyiapan dan transaksi
proyek kerjasama. Panduan Umum tersebut bertujuan untuk:
3) Toolkit yang dibuat per sektor diharapkan memperjelas pengguna dalam menentukan
tingkat kedalaman kajian yang diperlukan dalam penyusunan dokumen prastudi
kelayakan
PENERIMA MANFAAT
1. Kementerian/lembaga/pemerintah daerah
3. Badan usaha
BUKU III 1
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Lingkup dan asumsi Toolkit (Petunjuk Pelaksanaan) Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha Berbasis Website untuk sektor pengelolaan air limbah ini adalah:
3. Air limbah domestik yang dimaksudkan adalah air limbah yang berasal dari kloset (black
water), baik yang berada di perumahan, perkantoran, sekolah dan lain-lain.
Skema KPBU dapat menjadi alternatif sumber pendanaan dan pembiayaan dalam
penyediaan infrastruktur atau layanan publik
Skema KPBU memungkinkan pelibatan swasta dalam penentuan proyek yang layak untuk
dikembangkan
Skema KPBU memungkinkan untuk memilih dan memberi tanggung jawab kepada pihak
swasta untuk melakukan pengelolaan secara efisien
Skema KPBU memungkinkan untuk memilih dan memberi tanggung jawab kepada pihak
swasta untuk melakukan pemeliharaan secara optimal, sehingga layanan publik dapat
digunakan dalam waktu yang lebih lama.
Sesuai dengan Peraturan Presiden No. 38 tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, maka infrastruktur yang dapat dikerjasamakan
merupakan infrastruktur sosial dan infrastruktur ekonomi yang mencakup 19 infrastruktur sektor,
yaitu:
BUKU III 2
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Dalam pembahasan selanjutnya akan diuraikan mengenai isi Prastudi Kelayakan untuk
keperluan penyiapan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha untuk sektor pengelolaan air
limbah. Secara umum, isi prastudi kelayakan meliputi:
Ringkasan Eksekutif
Bab 1 : Pendahuluan
Lampiran-lampiran
Info Memorandum
Lain-lain
BUKU III 3
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Ringkasan Eksekutif
Ringkasan Eksekutif merupakan ringkasan isi Dokumen Prastudi Kelayakan yang akan menjadi
titik perhatian (highlight) perencanaan bisnis atau tesis dari rencana bagi pengambil keputusan
dalam proses KPBU ini. Tujuan ringkasan eksekutif adalah untuk memberikan gambaran
perencanaan pelaksanaan KPBU kepada pembaca.
Ringkasan eksekutif harus berisi gambaran singkat tentang latar belakang diperlukan proyek ini
dan tujuannya, serta rencana untuk mencapai tujuan tersebut. Terakhir memasukkan jumlah
dan tujuan pinjaman atau investasi, jangka waktunya, kelayakan pendanaan dan pernyataan
pembayaran bagi pihak PJPK maupun BUP serta manfaat bagi semua pihak.
Dalam membuat Ringkasan Ekskutif gunakan kata kunci dengan menjawab 6 pertanyaan
yaitu: Siapa, Apa, Dimana, Kapan, Mengapa dan Bagaimana. Adapun pembuatan ringkasan
eksekutif secara lengkap harus meliputi sebagai berikut :
1. Pengantar.
Awali Ringkasan Eksekutif dengan latar belakang kondisi pengelolaan air limbah, upaya
pemerintah daerah dalam pengelolaan air limbah, diperlukannya proyek serta mengapa
perlunya proyek ini dilakukan dengan skema KPBU.
2. Lokasi Proyek
Mendefinisikan lokasi pelaksanaan proyek KPBU secara rinci, mulai dari provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan/desa serta cakupan pelayanannya, termasuk
wilayah pelayanan dan lokasi IPAL.
3. Peluang Pasar
Mendefinisikan dengan ringkas dan jelas peluang pasar dari proyek yang direncanakan
berdasarkan hasil analisa pasar yang dilakukan, dalam hal ini perkiraan besaran lumpur
tinja yang dapat dikelola oleh proyek KPBU.
Mendefinisikan secara ringkas skema KPBU terpilih yang akan ditawarkan beserta
dengan alokasi risikonya bagi pihak PJPK dan BUP.
5. Rencana Investasi
Menjelaskan rencana investasi, terutama nilai CAPEX yang diperlukan dari pihak-pihak
yang terlibat dalam pembiayaan investasi (PJPK, BUP dan institusi lainnya bila ada)
mencakup Laba Rugi (Income Statement Projection), penghasilan yang diharapkan
(Expected Revenue), biaya (Expense) dan proyeksi laba bersih (net profit projection)
selama masa kerjasama.
BUKU III 4
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
6. Struktur Organisasi
Menjelaskan para pemangku kepentingan yang akan telibat dalam KPBU. Penjelasan
dapat dilakukan cukup melalui skema organisasi disertai dengan keterangannya.
7. Kesiapan Proyek
Menjelaskan prosedur yang telah dilewati serta kebutuhan apa saja yang sudah maupun
belum terpenuhi, seperti misalnya ketersediaan lahan, izin lingkungan, dan sebagainya
baik di wilayah pelayanan maupun di lokasi IPAL.
BUKU III 5
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Bab 1. Pendahuluan
Menguraikan latar belakang diperlukannya proyek KPBU dilihat dari kebutuhan pengembangan
dan pembangunan infrastruktur dan sarana pengelolaan air limbah serta pemenuhan target-
target pembangunan di sektor sanitasi, khususnya pengelolaan lumpur tinja, baik secara
nasional maupun regional. Beberapa poin penting untuk dapat dimasukkan dalam Latar
Belakang ini meliputi:
Kondisi pengelolaan air limbah secara umum (setempat maupun terpusat);
Kendala dalam pengelolaan air limbah;
Kebijakan umum pengelolaan air limbah;
Kondisi pengelolaan lumpur tinja
Pembiayaan pengembangan pengelolaan air limbah;
Kendala dalam penyediaan pembiayaan ataupun pengelolaan air limbah perkotaan
khususnya pengelolaan lumpur tinja;
Kesimpulan kebutuhan penyediaan pembiayaan ataupun pengelolaan air limbah
dengan melibatkan pihak swasta melalui skema KPBU.
1.2.1. Maksud
Mendefinisikan maksud penyusunan Prastudi Kelayakan proyek KPBU ini. Contoh dari
maksud tersebut antara lain sebagai berikut:
Mengkaji kelayakan proyek KPBU dan mendorong minat swasta untuk berinvestasi
dalam pembiayaan penyediaan ataupun pengelolaan air limbah perkotaan.
Dan/atau lainnya.
1.2.2. Tujuan
Mendefinisikan tujuan penyusunan Prastudi Kelayakan proyek KPBU ini. Contoh dari
tujuan tersebut antara lain sebagai berikut:
BUKU III 6
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Dan/atau lain-lain.
Ringkasan Eksekutif
Bab 1 : Pendahuluan
BUKU III 7
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Rencana pengembangan proyek KPBU harus didasari dengan adanya kebutuhan akan
ketersediaan infrastruktur sebagaimana dimaksud. Kebutuhan akan infrastruktur tersebut dapat
diidentifikasi berdasarkan kajian terhadap data-data sekunder yang menggambarkan:
2. Proyek KPBU memiliki permintaan yang berkelanjutan serta ketidakcukupan layanan saat
ini, baik secara kuantitas maupun kualitas;
Menjelaskan kondisi eksisting pengelolaan air limbah yang antara lain meliputi:
Kondisi layanan pengelolaan air limbah, baik sistem terpusat, sistem komunal,
sistem setempat, dan sebagainya.
Menjelaskan tren wilayah perkotaan saat ini apa saja misalnya pertumbuhan penduduk
perkotaan akibat urbansiasi yang menyebabkan semakin tertekannya kualitas
lingkungan oleh pencemaran, sistem pelayanan penyedotan lumpur tinja yang dilakukan
baik oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta, tren penggunaan sistem komunal di
perkotaan, kondisi kesehatan masyarakat terkait penyakit bawaan air, dan lain
sebagainya.
BUKU III 8
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Menjelaskan demografi di wilayah pelayanan fasilitas baik saat ini maupun proyeksi
selama tahun perencanaan, kajian kebutuhan sarana dan prasarana pengelolaan air
limbah, gap antara sarana yang ada dengan sarana yang diperlukan.
Kajian kepatuhan ini bertujuan untuk melihat kesesuaian rencana penyediaan atau pengelolaan
air limbah dengan rencana-rencana, program-program, dan kebijakan-kebijakan yang ada.
Beberapa rencana yang perlu dikaji kesesuaiannya antara lain dijabarkan dalam sub-bab
berikut.
Mengkaji arahan pembangunan sektor pengelolaan air limbah, terutama target nasional
di sektor sanitasi dan bagaimana kondisi penganggaran yang ada. Sejauh mana
kesesuaian proyek KPBU terhadap rencana nasional yang ada tersebut. Selain itu juga
arahan prioritas daerah dalam konteks nasional dapat menjadi bahan kajian, seperti
misalnya arahan kabupaten/kota yang menjadi bagian dari Kawasan Strategis Nasional
(KSN), Wilayah Pengembangan Strategis (WPS), dan sebagainya. Kaitkan terutama
dengan rencana pencapaian 100-0-100.
BUKU III 9
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Mengkaji peran wilayah perencanaan terhadap kabupaten/kota serta rencana sektor air
limbah di wilayah perencanaan tersebut. Rencana pengembangan wilayah juga akan
sangat bermanfaat untuk menguatkan pentingnya pengembangan pengelolaan Lumpur
tinja.
Mengkaji visi, rencana atau kebijakan strategis daerah di sektor pengelolaan air limbah,
khususnya pengelolaan lumpur tinja serta bagaimana proyek KPBU dapat menjawab
permasalahan dalam pengembangan pengelolaan lumpur tinja yang tertuang dalam
Jakstrada tersebut.
2.3. Kesimpulan
BUKU III 10
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Menjelaskan kondisi pengelolaan dan pengolahan air limbah eksisting. Data-data yang
digunakan dapat diambil dari dokumen-dokumen perencanaan yang ada, dan juga
berdasarkan hasil survei kondisi pengelolaan yang terjadi saat ini. Beberapa poin
penting yang perlu diuraikan meliputi :
Menjelaskan tentang semua kegiatan yang menghasilkan air limbah domestik baik
melalui kegiatan perorangan/rumah tangga, komunitas/kelembagaan, kegiatan
institusi pemerintahan maupun kegiatan instistusi swasta.
Menjelaskan tentang jumlah timbulan air limbah domestik yang dihasilkan dari
masing-masing sumber penghasil Lumpur tinja, termasuk didalamnya komposisi dan
karakteristik Lumpur tinja yang dihasilkan.
Dilakukan pengkajian terhadap proyeksi timbulan air limbah dan lumpur tinja selama
periode perencanaan yang mengacu pada data primer perhitungan timbulan Lumpur
tinja beserta komposisi dan karakteriktiknya, jumlah penduduk di wilayah pelayanan,
proyeksi penduduk berdasarkan tingkat pertumbuhannya, dan sebagainya.
1. Kependudukan
BUKU III 11
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Perhitungan jumlah rata-rata timbulan Lumpur tinja yang dihasilkan per orang per
hari saat ini yang didapatkan dari hasil survei timbulan Lumpur tinja di daerah
sumber lumpur tinja yang akan menjadi daerah prioritas pelayanan.
Proyeksi jumlah timbulan lumpur tinja yang akan dihasilkan oleh intitusi
penghasil air limbah domestik sampai dengan tahun perencanaan di daerah
prioritas zona pelayanan.
Penetapan daerah zona prioritas pelayanan dan target jumlah timbulan Lumpur
tinja yang akan dikelola.
Meliputi jumlah sarana prasarana yang digunakan untuk melakukan penyedotan dan
penampungan lumpur tinja baik dari kegiatan rumah tangga, industri, perkantoran,
dan lain-lain.
2. Sistem Penyedotan
Meliputi informasi mengenai jumlah sarana pengumpul lumpur tinja, baik melalui
skema penyedotan secara individual langsung/tidak langsung dan skema
penyedotan secara komunal langsung/tidak langsung. Termasuk di dalamnya
mengenai rencana pola Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT).
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di DKI Jakarta dikelola oleh PD. PAL JAYA yang
merupakan Badan Usaha Milik DKI selaku pengelolaan lumpur tinja di wilayah DKI Jakarta.
IPLT ini merupakan tempat dilaksanakannya kegiatan pembuangan dan pengolahan lumpur
tinja skala kawasan. DKI Jakarta memiliki IPLT Duri Kosambi dan IPLT Pulo Gebang serta IPAL
(Instalasi Pengelohan Air Limbah) Setia Budi Jakarta,
BUKU III 12
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Meliputi penjelasan tentang skema dan teknologi pengolahan lumpur tinja yang akan
dikerjasamakan melalui skema kerjasama KPBU. Jenis Pengolahan lumpur tinja
meliputi:
a. Transformasi Fisik:
b. Transformasi Biologi
c. Transformasi Kimia
Berikut ini adalah beberapa contoh pilihan teknologi yang dapat dilakukan kerjasama
dalam skema KPBU pada sarana ITF (Intermediate Treatment Facility) :
Anaerobic Digester.
BUKU III 13
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Meliputi kegiatan yang akan dilakukan melalui kerjasama KPBU dalam pemanfaatan
hasil pengolahan lumpur tinja di IPLT. Beberapa pemilihan teknologi diantaranya waste
to energy untuk pemanfaatan tenaga listrik.
Menjelaskan tentang kebutuhan sarana prasarana yang akan disediakan oleh PJPK
maupun pihak Badan Usaha Pelaksana dalam melakukan kerjasama KPBU.
Spesifikasi keluaran menggambarkan output yang harus dipenuhi oleh Badan Usaha Pelaksana
dalam pengelolaan lumpur tinja. Kesepahaman dan persepsi yang sama antara PJPK dengan
Badan Usaha Pelaksana yang akan melakukan kerjasama diperlukan untuk menjamin
pengelolaan lumpur tinja yang berkesinambungan dan sesuai target.
Spesifikasi keluaran disesuaikan dengan kebutuhan serta teknologi pengelolaan yang akan
diterapkan. Detil spesifikasi keluaran dapat dilihat pada Lampiran A.
Sebagai referensi, berikut adalah beberapa spesifikasi keluaran yang setidaknya perlu diatur
dalam kerjasama pemerintah dengan badan usaha untuk pengelolaan lumpur tinja WtE (Waste
to Energy).
BUKU III 14
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
BUKU III 15
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Kajian pasar perlu dilakukan melalui pelaksanaan Survei Kebutuhan Nyata (Real Demand
Survey - RDS). Dalam kajian ini diharapkan diketahui kondisi pengelolaan lumpur tinja
masyarakat, keinginan masyarakat untuk membayar biaya pengelolaan lumpur tinja setiap
bulannya (Willingness to Pay/WTP), serta kemampuan membayar biaya pengelolaan lumpur
tinja setiap bulannya (Affordability to Pay/ATP). Kajian ini merupakan ringkasan dari RDS yang
akan dilampirkan dalam Lampiran Prastudi Kelayakan.
Pengolahan lumpur tinja yang dilakukan oleh rumah tangga dan perusahaan sebelum
diangkut oleh petugas pengangkut lumpur tinja;
4.1.1. Metodologi
Dalam subbab ini dijelaskan mengenai metodologi yang diterapkan dalam melakukan
Survai Kebutuhan Nyata/RDS. Beberapa hal penting yang perlu dimasukkan dalam
metodologi mencakup:
BUKU III 16
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Analisis multinomial logistic regression (MLR) merupakan perluasan dari binary (dua
kategori) logistic regression, dimana variabel tidak bebasnya mempunyai kategori
lebih dari dua. Berbeda dengan analisis deskriptif yang unit analisisnya mencakup 1
(satu) variabel atau biasa disebut individual analisis dan crosstab tabulation yang
unit analisisnya mencakup 2 (dua) variabel atau dikenal dengan istilah analisis
korelasi. Pada analisis MLR sedikit lebih kompleks karena melibatkan lebih dari dua
variabel, dimana terdapat satu variabel bebas yang akan diprediksi oleh beberapa
variabel tidak bebas.
Pada sub-bab ini diterangkan pelaksanaan survai yang telah dilakukan, yang mencakup
diantaranya:
Receiving dan batching terhadap dokumen hasil survai yang berupa kuesioner.
Tata cara data entry dan perangkat lunak yang digunakan untuk keperluan
pengolahan data.
Pada sub-bab ini diuraikan hasil analisis secara deskriptif. Beberapa hal yang perlu
diuraikan antara lain namun tidak terbatas pada:
Informasi jenis sumber air limbah (rumah, kost-an, kantor, industri, dan lain-lain)
Informasi rata-rata jumlah orang di masing-masing jenis sumber air limbah tersebut.
BUKU III 17
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Model yang akan dibangun adalah mengenai peluang tarif penyedotan lumpur tinja.
Pada model ini, ingin diprediksi mengenai peluang tarif penyedotan lumpur tinja melalui
sejumlah prediktor (variabel bebas). Berdasarkan model yang berhasil dibangun,
selanjutnya dilakukan simulasi dengan memperhatikan kombinasi sejumlah variabel
bebas (prediktor). Dengan mengandalkan hasil simulasi dapat dibuat analisis lebih lanjut
mengenai kecenderungan kesedian responden dalam membayar tarif layanan
penyedotan. Kemudian, berangkat dari simulasi dan analisis kecenderungan (peluang)
tarif layanan akan dapat disimpulkan besar tarif yang pantas.
Analisis pasar yang dimaksud adalah bukan pasar jumlah tangki septik yang dapat dilayani,
namun lebih pada minat dunia usaha pada proyek KPBU ini. Dalam sub-bab ini perlu
dimasukkan beberapa hal di bawah ini:
Tanggapan dan pendapat investor potensial terhadap rencana proyek KPBU yang
diperoleh dari hasil penjajakan minat (market sounding), diantaranya mencakup
ketertarikan investor potensial atas tingkat pengembalian investasi yang ditawarkan,
risiko utama yang menjadi pertimbangan investor, kebutuhan akan Dukungan
Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah.
Tanggapan dan pendapat dari lembaga penjaminan terhadap rencana proyek KPBU,
diantaranya mencakup risiko-risiko yang dapat dijaminkan, persyaratan dan prosedur
perolehan penjaminan, dan lainnya.
Identifikasi strategi untuk mengurangi risiko pasar dan meningkatkan persaingan yang
sehat dalam pengadaan proyek KPBU.
BUKU III 18
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Tipping fee yang dibayarkan pemerintah (atau institusi yang diberi otoritas) kepada
Badan Usaha Pelaksana.
Penentuan besaran retribusi pengelolaan lumpur tinja serta besaran tipping fee perlu
mempertimbangkan aspek keuangan pemerintah serta aspek sosial ekonomi masyarakat.
Pada sub-bab ini juga dijabarkan mekanisme penyesuaian tarif (retribusi, tipping fee,
pendapatan lainnya) serta diidentifikasi dampak terhadap pendapatan jika terjadi:
Analisis Biaya Manfaat Sosial (ABMS) atau Social Cost and Benefit Analysis (SCBA)
merupakan alat bantu untuk membuat keputusan publik dengan mempertimbangkan
kesejahteraan masyarakat. ABMS membandingkan kondisi dengan ada proyek KPBU dan
tanpa ada proyek KPBU. Hasil ABMS digunakan sebagai dasar penentuan kelayakan ekonomi
proyek KPBU serta kelayakan untuk dukungan pemerintah. Hal lain yang perlu diperhatikan
juga adalah bahwa hasil perhitungan ABMS akan menjadi rujukan bagi pemerintah dalam
menentukan besaran dukungan pemerintah. Beberapa hal yang perlu diuraikan dalam Prastudi
Kelayakan ini meliputi:
Periode evaluasi;
Faktor konversi;
BUKU III 19
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
4.4.2. Manfaat
Pada sub-bab ini diuraikan berbagai manfaat yang didapatkan dari kegiatan proyek
KPBU pengelolaan air limbah. Berikut adalah contoh beberapa manfaat yang mungkin
didapatkan bilamana pengelolaan air limbah dilakukan melalui skema KPBU:
Manfaat dikuantifikasi dan dikonversi dari nilai finansial menjadi nilai ekonomi.
Manfaat yang diperhitungkan pada ABMS adalah manfaat yang dapat dikuantifikasi,
seperti penghematan biaya kesehatan, penghematan waktu, dan lainnya. Manfaat
tersebut selanjutnya dikonversi dari nilai finansial menjadi nilai ekonomi.
4.4.3. Biaya
Biaya modal;
Biaya operasional;
Biaya pemeliharaan;
Biaya yang diperhitungkan merupakan biaya konstan di luar biaya kontijensi dan pajak.
Biaya dikonversi dari nilai finansial menjadi nilai ekonomi.
Pada sub-bab ini diuraikan beberapa parameter penilaian ekonomi dari proyek KPBU
yang akan dilaksanakan. Parameter tersebut meliputi:
BUKU III 20
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Pada sub-bab ini diuraikan secara ringkas analisis keuangan dari proyek KPBU yang akan
dijalankan. Beberapa hal yang perlu diuraikan dalam analisis keuangan ini antara lain meliputi:
Asumsi yang digunakan dalam melakukan perhitungan analisa keuangan proyek KPBU
dalam pengelolaan air limbah adalah antara lain sebagai berikut :
Jumlah pegawai yang akan terlibat beserta penyesuaian gaji sesuai indeks inflasi
per tahunnya
Tarif PLN yang akan digunakan di pengolahan (biasanya sesuai dengan tarif listrik
golongan B-3/TM (Blok LWBP) dengan kenaikan sesuai indeks inflasi.
Harga bahan bakar/energi yang digunakan dengan kenaikan sesuai indeks inflasi.
Tarif pajak
Biaya kontingensi yang juga merupakan biaya mitigasi risiko, biaya perijinan,
pemeliharaan lingkungan dan biaya lainnya.
4.5.2. Pendapatan
Menguraikan jenis-jenis pendapatan yang bisa diperoleh dari proyek KPBU. Proyeksi
pendapatan disiapkan berdasarkan struktur pendapatan KPBU yang telah dianalisis
sebelumnya.
BUKU III 21
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Besaran pendapatan yang diterima pemerintah / operator dari retribusi Limbah Tinja
selama masa kerjasama
Besaran pendapatan yang diterima Badan Usaha Pelaksana dari tipping fee selama
masa kerjasama
4.5.3. Biaya
Menguraikan biaya-biaya yang perlu dikeluarkan selama masa kerjasama mulai dari
tahap konstruksi hingga pengoperasian dan pemeliharaannya. Unsur biaya yang perlu
dikaji meliputi:
Berisikan ringkasan biaya investasi, baik oleh PJPK, Badan Usaha maupun secara
total. Ringkasan ini juga terdiri dari dua harga, yaitu harga konstan dan harga
berlaku. Ringkasan biaya investasi ini di-breakdown per tahun.
Untuk biaya investasi (CAPEX) sektor pengelolaan air limbah ini antara lain meliputi
:
- Biaya investasi untuk pengadaan truk tinja ataupun kendaraan penyedot tinja
lainnya.
BUKU III 22
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Selain itu juga ada working capital yang timbul dari pengoperasian proyek investasi
ini, pihak manajemen memperkirakan adanya biaya lain-lain yang mencakup biaya
perizinan, biaya kunjungan pihak manajemen ke lokasi proyek, biaya bantuan
hukum, biaya peresmian, dan biaya pemasaran.
Berisikan ringkasan biaya OPEX per m3 lumpur tinja yang perlu dikeluarkan oleh
Badan Usaha maupun PJPK. Dalam perhitungan biaya OPEX ini, selain asumsi
tersebut diatas, perlu juga asumsi tentang biaya-biaya operasional, yang antara lain:
- Biaya penyusutan
- Biaya asuransi
- Biaya lainnya
Asumsi proyeksi biaya operasi dan pemeliharaan pada umumnya disusun sebagai
berikut:
Indikator keuangan ini akan membahas beberapa indikator penting yang akan
menentukan layak tidaknya proyek ini dijalankan oleh Badan Usaha Pelaksana.
Beberapa indikator keuangan tersebut adalah:
Perbandingan FIRR proyek terhadap WACC. Jika FIRR lebih besar dari WACC
maka Proyek KPBU dinilai LAYAK.
Jika NPV yang dihasilkan lebih besar dari 0 maka Proyek KPBU dinilai LAYAK.
BUKU III 23
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Jika FIRR ekuitas dibandingkan dengan Minimum Attractive Rate of Return (MARR)
masih lebih besar maka Proyek KPBU dinilai LAYAK.
Jika DSCR lebih besar dari 1 maka Proyek KPBU dinilai LAYAK.
Pada sub-bab ini akan dikaji proyeksi kinerja keuangan Badan Usaha Pelaksana dengan
menggunakan asumsi-asumsi seperti dibahas diatas. Proyeksi keuangan yang perlu
dimasukkan dalam Prastudi Kelayakan:
Penurunan/kenaikan biaya;
Penurunan/kenaikan permintaan.
Tujuan dari Analisis Nilai Manfaat Uang (Value for Money – VFM) adalah untuk
membandingkan dampak finansial dari proyek KPBU (perkiraan penawaran badan usaha)
terhadap alternatif penyediaan infrastruktur secara tradisional oleh Pemerintah (Public Sector
Comparator – PSC). Nilai Manfaat Uang (VFM) merupakan selisih Net Present Value (NPV)
PSC dengan NPV KPBU (PPP Bid). Jika Nilai VFM adalah positif, maka proyek tersebut
memberikan nilai manfaat. Sebaliknya, jika VFM negatif, maka skema tersebut tidak dipilih.
BUKU III 24
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Competitive neutrality
Value for Money
Risk
Risk
Ancillary cost
Ancillary cost
Financing
Financing
PSC KPBU
Menguraikan perbandingan biaya yang dibutuhkan antara PSC dan KPBU untuk
menyediakan infrastruktur dan pelayanan yang sama.
Menguraikan perbandingan antara total pembiayaan KPBU dengan PSC. Biasanya total
pembiayaan KPBU lebih tinggi daripada PSC karena Badan Usaha memperoleh
pinjaman dengan suku bunga yang lebih tinggi.
Menjelaskan biaya lain-lain yang timbul dari pelaksanaan proyek namun tidak terkait
langsung dengan proyek, seperti biaya manajemen proyek dan biaya transaksi.
4.6.4. Risiko
Sub-bab ini menguraikan risiko-risiko yang ditanggung oleh Pemerintah. Pada PSC
seluruh risiko ditanggung oleh Pemerintah sedangkan pada KPBU sebagian risiko
ditransfer kepada Badan Usaha.
BUKU III 25
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
dari PSC yang menimbulkan kesalahpahaman. Oleh karena itu, untuk menetralkan hal
tersebut, competitive neutrality ditambahkan ke dalam PSC.
4.6.6. Kesimpulan
BUKU III 26
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Kajian hukum bertujuan untuk memastikan bahwa rencana proyek KPBU sesuai dengan
peraturan perundang-undangan terkait.
1. Pemerintah Pusat
2. Pemerintah Provinsi
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
b. Peraturan KPBU
Peraturan Menteri Lingkungan hidup No. 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air
Limbah
BUKU III 28
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Berisikan kajian tentang pendirian badan usaha sebagai badan usaha pelaksana
proyek KPBU. Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pendirian
Badan Usaha sebagai Badan Usaha Pelaksana pada sektor pengelolaan air limbah
sekurang-kurangnya adalah:
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2015 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan
Sub-bab ini akan membahas beberapa peraturan terkait pengadaan terutama untuk
menentukan tapahan proses pengadaan, apakah pengadaan dilakukan secara satu
tahap atau dua tahap dengan melihat spesifikasi keluaran proyek KPBU.
Peraturan yang perlu dikaji setidaknya adalah Peraturan Kepala LKPP No. 19 tahun
2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
BUKU III 29
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Berisikan kajian mengenai kesesuaian proyek KPBU sektor pengelolaan air limbah
dengan Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha
yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang
Penanaman Modal. Berdasarkan peraturan presiden tersebut, tidak ada batas
kepemilikan modal asing untuk bidang usaha penyediaan sarana dan atau
prasarana pengelolaan air limbah.
Berisikan kajian kesesuaian proyek KPBU sektor pengelolaan air limbah dengan
peraturan persaingan usaha diantaranya yaitu Undang-Undang No. 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dan
peraturan pelaksanaannya.
BUKU III 30
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
BUKU III 31
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Pada bagian ini dilakukan analisa terhadap proses pemberian jaminan pemerintah
oleh PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) yang diatur dalam:
Pada sub-bab ini akan diuraikan perijinan-perijinan yang diperlukan untuk pelaksanaan
proyek KPBU serta rencara strategi untuk memperoleh perijinan-perijinan tersebut, baik
perijinan sebelum proses pengadaan maupun setelah proses pengadaan. Sebagai
contoh adalah perijinan AMDAL, Izin Lingkungan, Surat Penetapan Lokasi dari
Gubernur, persetujuan prinsip dukungan dan/atau jaminan pemerintah (jika dibutuhkan),
dan sebagainya yang diperlukan sebelum proses pengadaan. Sementara Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) dan sebagainya diperlukan setelah proses pengadaan dan
penandatangan kerjasama.
Rencana dan jadwal pemenuhan persyaratan peraturan dan hukum disesuaikan dengan
rencana dan jadwal penyiapan, transaksi, serta pelaksanaan proyek KPBU.
BUKU III 32
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Pada sub-bab ini digambarkan skema atau struktur organisasi dari instansi-instansi yang
akan terlibat dalam KPBU beserta dengan penjelasan umumnya. Tugas, wewenang dan
tanggung jawab masing-masing instansi dijelaskan pada sub-bab berikutnya.
PJPK dalam kegiatan pengelolaan air limbah dengan skema KPBU disesuaikan dengan
kewenangan tingkatan pemerintah sesuai dengan UU No. 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, sebagai berikut:
Proyek pengembangan sistem pengelolaan air limbah lintas daerah provinsi, dan
system pengelolaan air limbah untuk kepentingan strategis nasional PJPK
adalah Menteri PUPR/Direksi BUMN
Dalam sub-bab ini akan diuraikan struktur kelembagaan kerjasama termasuk peran dan
tanggung jawab dari masing-masing lembaga terkait.
Menguraikan tugas dan tanggung jawab PJPK serta apa yang perlu disiapkan oleh
PJPK, serta menentukan peran dalam skema pengambilan keputusan.
B. Tim KPBU
Menguraikan tugas dan tanggung jawab SPC, serta menentukan peran dalam
skema pengambilan keputusan.
BUKU III 33
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
D. Pemerintah Daerah
Menguraikan tugas, tanggung jawab, serta peran dalam pengambilan keputusan dari
pengelola layanan air limbah eksisting seperti Dinas Kebersihan, BLUD Kebersihan,
dan sebagainya.
G. Badan Regulator
Menguraikan tugas dan tanggung jawab Badan Regulator apabila memang akan
dibentuk. Perlu diuraikan pula mengenai siapa saja anggota Badan Regulator serta
siapa yang akan mengesahkan keberadaan badan ini. Menentukan peran dalam
skema pengambilan keputusan.
I. Badan Lainnya
BUKU III 34
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Berdasarkan analisa terhadap peran dan tanggung jawab pemangku kepentingan (stakeholder)
terkait dan Tim KPBU, pada bagian ini dilakukan analisa kebutuhan regulasi untuk mendukung
peran dan tanggungjawab lembaga terkait sebagaimana dimaksud.
Berdasarkan analisa terhadap peraturan perundang-undangan serta peran dan tanggung jawab
pemangku kepentingan (stakeholder) terkait, pada bagian ini dilakukan analisa kerangka acuan
pengambilan keputusan terkait pelaksanaan Proyek KPBU.
BUKU III 35
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Pada bab ini akan dibahas secara ringkas dari hasil studi lingkungan yang telah dilakukan.
Beberapa hal yang perlu masuk dalam bab ini meliputi:
Pada Dokumen Pra-studi Kelayakan kajian lingkungan hidup yang dilakukan merupakan kajian
awal lingkungan (Initial Environmental Examination – IEE). Berikut adalah hal-hal yang perlu
dikaji dan disampaikan pada kajian awal lingkungan:
1. Latar belakang dan gambaran kegiatan, termasuk namun tidak terbatas pada latar
belakang, tujuan dan ruang lingkup kajian awal lingkungan, serta gambaran kegiatan
pada setiap tahapan proyek ((i) perencanaan/desain, (ii) konstruksi, (iii) operasi, (iv)
end-of-life);
Sebagian potensi dampak sosial yang ditimbulkan dari proyek KPBU serta rencana mitigasinya
telah dibahas pada kajian lingkungan hidup. Namun, jika dampak sosial yang ditimbulkan
cukup besar maka perlu diperjelas atau dirinci pada bagian ini.
Selain itu, bagian ini juga berfokus pada kegiatan pengadaan tanah untuk tapak proyek KPBU.
Berikut adalah hal-hal yang perlu dikaji pada kajian ini:
2. Mengidentifikasi karakteristik sosial dan ekonomi dari pihak-pihak yang terkena dampak;
BUKU III 36
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
3. Mengidentifikasi aksi yang harus dilakukan untuk kebutuhan tapak proyek KPBU,
apakah pengajuan izin pemanfaatan, pembelian tanah, sewa, atau lainnya;
5. Menentukan kompensasi yang akan diberikan kepada pihak-pihak yang terkena dampak
dengan mempertimbangkan kapasitas PJPK dalam menyediakan kompensasi tersebut;
6. Menunjuk lembaga atau membentuk tim yang bertanggung jawab untuk pengadaan
tanah dan/atau pemukiman kembali;
1. Identifikasi persyaratan dokumen yang perlu disiapkan (wajib AMDAL atau UKL-UPL atau
SPPL) untuk memperoleh izin lingkungan berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
No. 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Berikut adalah kriteria proyek KPBU yang wajib memiliki AMDAL (Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup):
BUKU III 37
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
2. Dalam menyusun dokumen pendukung (AMDAL ataupun UKL-UPL atau SPPL) PJPK dapat
menunjuk konsultan atau tim penyusun. Untuk Tim Penyusun AMDAL diatur oleh Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup No. 7 Tahun 2010.
BUKU III 38
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Pada bab ini akan dibahas alternatif-alternatif skema kerjasama yang dapat diterapkan sampai
dengan penetapan skemanya. Beberapa hal yang dikaji dalam bab ini meliputi:
Pada sub-bab ini berisikan karakteristik alternatif-alternatif skema KPBU berikut dengan
keuntungan dan kerugian/kelemahan dari masing-masing alternatif tersebut.
Sub-bab ini juga menguraikan skema struktur kelembagaan penjelasan alur tanggung jawab
masing-masing lembaga.
Berisikan pembagian tanggung jawab antara PJPK dan Badan Usaha Pelaksana. Dalam
menentukan lingkup kerjasama ini perlu melihat peraturan yang berlaku, termasuk
tupoksi dari lembaga-lembaga terkait.
Dalam lingkup ini juga perlu diuraikan faktor-faktor kritis yang akan menentukan
suksesnya proyek KPBU, seperti misalnya komitmen, proses pengadaan yang efektif,
alokasi dan manajemen risiko, kejelasan spesifikasi keluaran, dan sebagainya.
Peran dan tanggung jawab instansi terkait perlu diuraikan secara lebih mendetail dalam
sub-bab ini, seperti misalnya peran PJPK, Badan Usaha Pelaksana UPTD / PAL, DPRD,
dan sebagainya, berdasarkan struktur KPBU yang akan diterapkan, seperti contoh di
bawah ini.
BUKU III 39
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Peran dan tanggung jawab instansi terkait perlu diuraikan secara lebih mendetail dalam
sub-bab ini, seperti misalnya peran PJPK, Badan Usaha Pelaksana UPTD / PAL, DPRD,
dan sebagainya, berdasarkan struktur KPBU yang akan diterapkan
Pada sub-bab ini diuraikan mengenai aliran keuangan yang direncanakan setelah proyek
KPBU diimplementasikan. Perlu dipertimbangkan pembentukan badan khusus pengelola
proyek dari sisi PJPK dengan mempertimbangkan legalitas badan usaha tersebut dalam
mengelola alur finansial operasional. Badan usaha tersebut bisa saja dalam bentuk
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) atau bentuk lainnya.
Uraian alur finansial ini adalah mulai dari penarikan retribusi dari masyarakat sampai
dengan bagaimana pelaksanaan pembayaran kepada BUP.
BUKU III 40
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Dalam sub-bab ini akan dikaji aset-aset pemerintah daerah atau BUMN/BUMD apa saja
yang akan digunakan untuk kerjasama ini dan bagaimana sistem pemakaian yang akan
diterapkan. Aset ini juga termasuk dengan aset-aset institusi lain seperti misalnya aset
jalan akses, aset terminal, aset jaringan listrik dan sebagainya.
Sub-bab ini menguraikan status kepemilikan aset selama jangka waktu perjanjian
kerjasama dan mekanisme pengalihan aset setelah berakhirnya perjanjian kerjasama.
BUKU III 41
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Risiko adalah kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama kelangsungan suatu
proyek. Risiko tersebut dapat dinilai secara kualitatif ataupun kuantitatif. Proses analisa risiko
terdiri atas identifikasi risiko, alokasi risiko, penilaian risiko, dan mitigasi risiko. Tujuan analisa
risiko adalah agar stakeholder dapat memperoleh manfaat finansial sebesar-besarnya melalui
proses pengelolaan risiko yang meliputi menghilangkan, meminimalkan, mengalihkan, dan
menyerap/menerima risiko tersebut.
Identifikasi risiko dilakukan untuk mengetahui jenis risiko yang mungkin timbul di dalam proyek.
Untuk sektor pelabuhan, risiko-risiko tersebut biasanya antara lain meliputi:
c. Risiko Sponsor adanya anggota konsorsium yang tidak dapat memenuhi kewajiban
kontraktualnya, kinerja kontraktor EPC dan OPC yang buruk,
d. Risiko Finansial risiko tidak tercapainya perolehan biaya proyek (financial close),
terjadinya fluktuasi nilai mata uang dan tingkat bunga pinjaman, perubahan tingkat
inflasi yang signifikan, dan sebagainya.
g. Risiko Politik risiko perubahan politik yang signifikan, pemutusan kerjasama akibat
perubahan regulasi, risiko mata uang asing (repatriasi, ekspropriasi, dan konversi).
h. Risiko Kahar risiko kahar politik akibat perang dan sebagainya, risiko bencana alam.
i. Risiko Kepemilikan Aset risiko hilang atau rusaknya aset, buruknya kondisi aset saat
serah terima, dan sebagainya.
BUKU III 42
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Dalam sub-bab ini diuraikan mengenai prinsip-prinsip alokasi risiko, dimana dalam pelaksanaan
proyek KPBU, pendistribusian atau alokasi risiko harus dapat dilakukan secara optimal dengan
cara mengalihkan risiko kepada pihak yang memang dapat mengelola risiko-risiko tersebut
secara lebih efisien dan efektif.
Prinsip alokasi risiko lazimnya adalah “Risiko sebaiknya dialokasikan kepada pihak yang relatif
lebih mampu mengelolanya atau dikarenakan memiliki biaya terendah untuk menyerap risiko
tersebut. Jika prinsip ini diterapkan dengan baik, diharapkan dapat menghasilkan premi risiko
yang rendah dan biaya proyek yang lebih rendah sehingga berdampak positif bagi pemangku
kepentingan proyek tersebut.
Dalam transaksi proyek KPBU, penentuan kewajiban PJPK dalam Perjanjian Kerjasama (yang
dilakukan setelah melakukan analisis risiko sebagai bagian dari studi kelayakan proyek) perlu
memenuhi prinsip Alokasi Risiko. Upaya menghasilkan suatu skema alokasi risiko yang optimal
penting demi memaksimalkan nilai manfaat uang (value for money).
Dalam menentukan risiko yang paling besar kemungkinannya terjadi serta pengaruhnya yang
paling signifikan terhadap kelangsungan proyek KPBU ini, disusun suatu kriteria penilaian risiko
yang dilihat dari peringkat kemungkinannya untuk terjadi dan peringkat konsekuensi risiko.
BUKU III 43
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Tidak Varian Tidak ada atau < 3 bulan Sesuai tujuan, tetapi Pelanggaran Perubahan dan
Penting <5% hanya cidera ada dampak kecil Kecil dampak kecil
terhadap pribadi, terhadap unsur-unsur terhadap proyek
anggaran Pertolongan non-inti
Pertama
dibutuhkan tetapi
tidak ada
penundaan hari
Ringan Varian 5%- Cidera ringan, 3 – 6 bulan Sesuai tujuan, tetapi Pelanggaran Perubahan
10% perawatan medis ada kerugian prosedur/ memberikan
terhadap dan penundaan sementara dari sisi pedoman dampak yang
anggaran beberapa hari layanan, atau kinerja internal signifikan
unsur-unsur non-inti terhadap proyek
yang berada dibawah
standar
Sedang Varian Cidera: 6 – 12 bulan Kerugian sementara Pelanggaran Ketidakstabilan
10%-20% Kemungkinan unsur proyek inti, kebijakan/ situasi
terhadap rawat inap dan atau standar kinerja peraturan berdampak pada
anggaran banyak unsur inti yang pemerintah keuangan dan
penundaan hari menjadi berada di kinerja.
bawah standar
Besar Varian Cacat sebagian 1 – 2 tahun Ketidakmampuan Pelanggan Ketidakstabilan
20%_30% atau penyakit untuk memenuhi lisensi atau berdampak pada
terhadap jangka panjang unsur inti, dan secara hukum, keuangan dan
anggaran atau beberapa signifikan menjadikan pengenaan kinerja
cidera serius proyek dibatalkan penalti
Serius Varian Kematian atau >2 tahun Kegagalan total Intervensi Ketidakstabilan
30%-50% cacat permanen proyek peraturan atau menyebabkan
terhadap tuntutan, penghentian
anggaran pengenaan layanan
penalti
Metode penilaian risiko tersebut akan dimasukaan dalam matriks peta risiko berikut:
BUKU III 44
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Mitigasi risiko bertujuan untuk memberikan cara mengelola risiko terbaik dengan
mempertimbangkan kemampuan pihak yang mengelola risiko dan juga dampak risiko. Mitigasi
risiko ini berisi rencana-rencana yang harus dilakukan pemerintah dalam kondisi preventif, saat
risiko terjadi, ataupun paska terjadinya risiko. Mitigasi risiko ini dapat berupa penghapusan
risiko, meminimalkan risiko, mengalihkan risiko melalui asuransi atau pihak ketiga lainnya, atau
menerima/menyerap risiko tersebut.
Berikut disampaikan contoh dari matriks risiko proyek KPBU di sektor pengelolaan air limbah.
BUKU III 45
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Tabel 6. Contoh Matriks Risiko Proyek KPBU Sektor Pengelolaan Air Limbah
Kategori Risiko dan Strategi Mitigasi Sesuai Kondisi Spesifik terkait
Deskripsi PJPK BUP Bersama
Persitiwa Risiko Best Practice Alokasi Risiko
1. RISIKO LAHAN
Keterlambatan dan Keterlambatan dan Pemerintah menyediakan Kebutuhan lahan untuk
kenaikan biaya kenaikan Biaya akibat lahan proyek sebelum proses IPLT sudah diidentifikasi
pembebasan lahan proses pembebasan lahan pengadaan dengan jelas
yang berkepanjangan
Lahan tidak dapat Kegagalan perolehan Status hukum lahan dan Kejelasan status hukum
dibebaskan lokasi lahan proyek karena prosedur yang jelas dalam dan tata ruang lahan
proses pembebasan lahan pembebasan lahan proyek bisa menjadi kendala
yang sulit
Proses permukiman Keterlambatan dan Kompensasi yang wajar dan Kebutuhan lahan proyek
kembali yang rumit kenaikan biaya karena komunikasi yang baik dengan biasanya tidak luas dan
rumitnya isu proses pihak yang terkena dampak dampak sosial relatif
pemukiman kembali kecil.
Kesulitan pada kondisi Keterlambatan karena Data historis penggunaan
lokasi yang tak terduga ketidakpastian kondisi lahan dan penyelidikan tanah
lokasi
Kerusakan artefak dan Data historis penggunaan
barang kuno pada lokasi
lahan dan penyelidikan tanah
Gagal menjaga Implementasi prosedur
keselamatan dalam keselamatan kerja yang baik
lokasi
Kontaminasi/polusi ke Kesesuaian dengan studi
lingkungan lokasi
Amdal yang baik
Keresahan masyarakat Akibat potensi ketidak- Sosialisasi kepada
nyamanan terhadap masyarakat yang terkenda
proses/output dampak
Kegagalan implementasi Konsultan spesialis aspek
Amdal lingkungan yang handal
BUKU III 46
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
BUKU III 47
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
BUKU III 48
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
BUKU III 49
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
BUKU III 50
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
BUKU III 51
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Kahar berkepanjangan Jika di atas 6-12 Setiap pihak dapat Terutama bila asuransi
bulan,dapat mengganggu mengakhiri kontrak KPBU tidak tersedia untuk
aspek ekonomis pihak dan memicu prosedur risiko tertentu
yang terkena dampak terminasi proyek
11. RISIKO KEPEMILIKAN ALAT
Risiko nilai aset turun Kebakaran, ledakan, dsb Asuransi
Sumber: KPS di Indonesia, Acuan Alokasi Risiko; PT PII, 2012
BUKU III 52
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Bab ini menguraikan kebutuhan Dukungan Pemerintah serta cakupan kebutuhan Jaminan
Pemerintah berdasarkan hasil kajian ekonomi dan komersial serta kajian risiko, proses dan
strategi untuk mendapatkan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah, serta kajian
kesiapan proyek untuk mendapatkan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah.
Dalam sub-bab ini dikaji kemampuan PJPK dalam membiayai porsi pembiayaan yang menjadi
tanggung jawabnya dan juga kemampuan pemerintah daerah dalam memberikan subsidi
dan/atau availability payment. Hal ini bisa dikaji dari kapasitas fiskal pemerintah daerah dan
laporan keuangan daerah selama 5 hingga 10 tahun ke belakang.
Selain kemampuan finansial, hal yan gperlu dikaji juga adalah kemampuan sumber daya
manusia untuk dapat menyelenggarakan proyek KPBU dan juga menjalankan fasilitas yang
akan di-KPBU-kan.
Pemberian Dukungan Pemerintah dalam bentuk VGF (Viability Gap Fund) diatur melalui
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 223/PMK.011/2012 dimana disebutkan bahwa Dukungan
Kelayakan adalah Dukungan Pemerintah dalam bentuk kontribusi fiskal yang bersifat finansial
yang diberikan terhadap Proyek Kerja Sama. Proyek yang dapat diberikan dukungan kelayakan
memiliki total biaya investasi paling kurang senilai Rp100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah).
VGF diberikan dalam bentuk tunai sebagai bagian dari biaya konstruksi dengan porsi yang tidak
mendominasi keseluruhan biaya konstruksi (maksimal 49%).
Dalam sub-bab ini diuraikan pemenuhan kriteria untuk mendapatkan VGF. Beberapa hal yang
perlu dijawab dalam sub-bab ini diantaranya adalah:
a. Apakah proyek secara ekonomi layak namun secara finansial belum layak?
c. Apakah pemilihan investor swasta dilakukan melalui proses tender yang terbuka dan
kompetitif dibawah skema KPBU?
BUKU III 53
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
d. Apakah draft perjanjian kerjasama telah memuat skema peralihan aset dan/ atau
manajemen aset dari investor ke PJPK pada akhir masa konsesi?
Menyimpulkan bahwa proyek layak secara ekonomis dan akan layak secara
finansial apabila diberikan VGF
f. Apakah sektor yang akan di-KPBU-kan termasuk dalam sektor yang disebutkan dalam
Perpres No. 38 tahun 2015?
Jaminan Pemerintah juga dapat diberikan kepada proyek infrastruktur dengan tujuan untuk
mengurangi risiko yang dibebankan kepada Badan Usaha. Jaminan Pemerintah ini diberikan
oleh Menteri Keuangan dan/atau Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur sesuai dengan
peraturanperundang-undangan yang berlaku.
Penyediaan fasilitas Jaminan Pemerintah ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No.
265/PMK.08/2015 tentang Fasilitas dalam Rangka Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi
Proyek KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur.
Fasilitas dapat disediakan untuk proyek KPBU prioritas ataupun proyek KPBU lainnya yang
memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri diatas. Jenis fasilitas yang
disediakan meliputi:
penyiapan kajian dan/ atau dokumen pendukung untuk Kajian Akhir Prastudi
Kelayakan
BUKU III 54
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Pada bab ini akan diuraikan hal-hal kritis yang perlu ditindaklanjuti dengan isi sub-bab sebagai
berikut:
Sub-bab ini akan menguraikan hal-hal kritis yang perlu diselesaikan pada tahap penyiapan
proyek KPBU dan juga sebelum dimulainya tahap transaksi KPBU, seperti misalnya
penyelesaian studi Amdal, perizinan, ekspose kepada DPRD, dan sebagainya.
Sub-bab ini menguraikan strategi, rencana, jadwal dan penanggung jawab penyelesaian hal-hal
kritis yang perlu diselesaikan. Hal ini akan dijabarkan dalam bentuk matriks.
BUKU III 55
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Menguraikan berbagai landasan hukum yang harus digunakan dalam melakukan pengadaan
Badan Usaha.
Menguraikan surat keputusan pembentukan Panitia Pengadaan, serta tugas dan tanggung
Panitia Pengadaan.
Menguraikan tahapan pengadaan Badan Usaha, yaitu apakah perlu dilakukan pelelangan satu
tahap atau pelelangan dua tahap, beserta dengan berbagai pertimbangannya.
Pemilihan Badan Usaha Pelaksana dengan Pelelangan Satu Tahap, dilakukan untuk Proyek
KPBU yang memiliki karakteristik:
a. Spesifikasi dari Penyediaan Infrastruktur dapat dirumuskan dengan jelas; dan
b. Tidak memerlukan diskusi optimalisasi teknis dalam rangka mencapai output yang
optimal.
Pemilihan Badan Usaha dengan Pelelangan Dua Tahap dilakukan untuk Proyek KPBU yang
memiliki karakteristik:
a. Spesifikasi dari Penyediaan Infrastruktur belum dapat dirumuskan dengan pasti
karena terdapat variasi inovasi dan teknologi; dan
b. Memerlukan optimalisasi penawaran teknis dalam rangka mencapai output yang
optimal.
BUKU III 56
TOOLKIT KPBU SEKTOR PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2016
Menjelaskan proses pengadaan secara umum, sesuai dengan tahapan pengadaan seperti
tertuang pada sebelumnya.
Menguraikan perkiraan jadwal proses pengadaan Badan Usaha dan juga menguraikan alamat
sekretariat Panitia Pengadaan.
BUKU III 57