PPK Mata Aya
PPK Mata Aya
MIOPIA
PENGERTIAN
Kelainan refraksi di mana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat
(tanpa akomodasi) akan dibias membentuk bayangan di depan retina.
Berdasarkan besar kelainan refraksi, dibagi :
1. Myopia ringan : -0.25 s/d -3.00
2. Myopia sedang : -3.25 s/d -6.00
3. Myopia berat : -6.25 atau lebih
Berdasarkan perjalanan klinis, dibagi :
1. Myopia simpleks : dimulai pada usia 7-9 tahun dan akan bertambah sampai berhenti
tumbuh + usia 20 tahun.
2. Myopia progresif : myopia bertambah secara cepat (+ 4.0 D / tahun) dan sering
disertai perubahan vitreo-retinal.
ANAMNESIS
1. Gejala utamanya kabur melihat jauh
2. Sakit kepala (jarang)
3. Cenderung memicingkan mata bila melihat jauh
4. Suka membaca
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2. Tonometri
3. Slitlamp biomikroskopi
4. Funduskopi
KRITERIA DIAGNOSIS
Kriteria diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang ditemukan.
DIAGNOSIS
Refraksi subyektif
- Metoda “Trial and Error”
Jarak pemeriksaan 6 meter / 5 meter / 20 feet.
Digunakan kartu snellen yang diletakkan setinggi mata penderita.
Mata diperiksa satu persatu.
Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata.
Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis negative.
Refraksi obyektif
- Retinoskopi : dengan lensa kerja +2.00, pemeriksa mengamati refleksi fundus yang
bergerak berlawanan dengan arah gerakan retinoskop (against movement) kemudian
dikoreksi dengan lensa sferis negative sampai tercapai netralisasi.
- Autorefraktometer
DIAGNOSIS BANDING
1. Diplopia
2. Degenerasi macula (macular degeneration)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Auto Refrakto-keratometri (ARK)
2. Streak Retinoskopi
TERAPI
1. Kacamata
Koreksi dengan lensa sferis negative terlemah yang menghasilkan tajam penglihatan
terbaik.
2. Lensa kontak
Untuk : anisometropia
myopia tinggi
3. Rujul pto Bedah refraktif
a. Bedah refraktif kornea : tindakan untuk merubah kurvatura permukaan anterior
kornea (Excimer laser, operasi Lasik).
b. Bedah refraktif lensa : tindakan ekstraksi lensa jernih, biasanya diikuti dengan
implantasi lensa intraokuler (Refractive Lens Exchange).
EDUKASI
1. Kelainan ini merupakan bawaan dan biasanya akan betambah sesuai
dengan pertambahan usia. Penambahan akan berhenti bila masa pertumbuhan
berhenti (usia 18 – 20 tahun).
2. Miopia tidak bisa dikurangi dengan pemberian obat dan vitamin.
3. Pemakaian kacamata hanya untuk alat bantu / koreksi, tidak untuk
mengurangi ukuran myopia.
4. Beberapa usaha yang bisa dilakukan untuk menghambat progresivitas
myopia antara lain adalah mengurangi akomodasi dengan cara melepas kaca mata
minusnya saat melakukan aktivitas penglihatan dekat, dan menambah aktivitas yang
menggunakan penglihatan jauh.
PROGNOSIS
Prognosis umumnya bonam.
INDIKATOR MEDIS
Tidak perlu rawat inap.
KEPUSTAKAAN
1. Basic and Clinical Science Course, Optics, Refraction and Contract Lenses, Section
3, American Academy of Ophthalmology, 2009.
2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr.
Soetomo Surabaya, 2006
3. Abrams D : Duke Elder’s Practice of Refraction, 9 th ed, Churchill Livingstone,
Edinburgh-London-New York, 1978, pp. 44-51
4. Philips CI : Basic Clinical Ophthalmology, Churchill Livingstone, Edinburgh, 1984,
pp. 40-42
5. Sloane AE : Manual of Refraction, 3 rd ed, Little, Brown and Company, Boston, 1979,
pp. 39-47
6. Vaughn D et all : General Ophthalmology, 15th ed, Appleton & Lange, A Simon &
Schuster Company, 1999, pp. 365-366
HIPERMETROPIA
PENGERTIAN
Kelainan refraksi di mana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat
(tanpa akomodasi) akan dibiaskan membentuk bayangan di belakang retina.
Berdasarkan besar kelainan refraksi, dibagi :
1. Hipermetropia ringan : + 0.25 s/d + 3.00
2. Hipermetropia sedang : + 3.25 s/d + 6.00
3. Hipermetropia berat : + 6.25 atau lebih
Berdasarkan kemampuan akomodasi, dibagi :
1. Hipermetropia latent : kelainan hipermetropik yang dapat dikoreksi dengan tonus otot
siliaris secara fisiologis, di mana akomodasi masih aktif.
2. Hipermetropia manifest, dibagi :
- Hipermetropia manifest fakultatif : kelainan hipermetropik yang dapat dikoreksi
dengan akomodasi sekuatnya atau dengan lensa sferis positif.
- Hipermetropia manifest absolute : kelainan hipermetropik yang tidak dapat
dikoreksi dengan akomodasi sekuatnya.
3. Hipermetropia total :
Jumlah dari hipermetropia latent dan manifest.
ANAMNESIS
1. Penglihatan jauh kabur, terutama pada hipermetropia 3 D atau lebih, hipermetropia
pada orang tua di mana amplitude akomodasi menurun.
2. Penglihatan dekat kabur lebih awal, terutama bila lelah, bahan cetakan kurang terang
atau penerangan kurang.
3. Sakit kepala terutama daerah frontal dan makin kuat pada penggunaan mata yang
lama dan membaca dekat.
4. Penglihatan tidak enak (asthenopia akomodatif = eye strain) terutama bila melihat
pada jarak yang tetap dan diperlukan penglihatan jelas pada jangka waktu yang lama,
misalnya menonton TV, dll.
5. Mata sensitive terhadap sinar.
6. Spasme akomodasi yang dapat menimbulkan pseudomiopia.
7. Perasaan mata juling karena akomodasi yang berlebihan akan diikuti konvergensi
yang berlebihan pula.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2. Tonometri
3. Slitlamp biomikroskopi
4. Funduskopi
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
Refraksi subyektif
- Metoda “Trial and Error”
Jarak pemeriksaan 6 meter / 5 meter / 20 feet dengan menggunakan kartu Snellen
yang diletakkan setinggi mata penderita.
Mata diperiksa satu persatu.
Ditentukan visus/tajam penglihatan masing-masing mata.
Pada dewasa dan visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif.
Pada anak-anak dan remaja dengan visus 6/6 dan keluhan asthenopia akomodativa
dilakukan tes sikloplegik, kemudian ditentukan koreksinya.
Refraksi obyektif
- Retinoskop
Dengan lensa kerja + 2.00 pemeriksa mengamati refleksi fundus yang bergerak
searah gerakan retinoskop (with movement), kemudian dikoreksi dengan lensa sferis
positif sampai tercapai netralisasi.
- Autorefraktometer
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Auto Refrakto-Keratometri (ARK)
2. Streak Retinoskopi
TERAPI
1. Kacamata
Koreksi dengan lensa sferis positif terkuat yang menghasilkan tajam penglihatan
terbaik.
2. Lensa kontak terutama untuk Anisometropia dan Hipermetropia tinggi
3. Rukuk pro Bedah refraksi (LASIK)
EDUKASI
1. Kelainan ini merupakan bawaan dan biasanya akan betambah sesuai dengan
pertambahan usia. Penambahan akan berhenti bila masa pertumbuhan berhenti (usia
18 – 20 tahun).
2. Hipermetropia tidak bisa dikurangi dengan pemberian obat dan vitamin.
3. Pemakaian kacamata hanya untuk alat bantu / koreksi, tidak untuk mengurangi
ukuran hipermetropia.
4. Koreksi optik sebaiknya digunakan agar mata lebih relax baik untuk penglihatan
jauh apalagi untuk penglihatan dekat.
PROGNOSIS
INDIKATOR MEDIS
KEPUSTAKAAN
1. Basic and Clinical Science Course, Optics, Refraction, and Contact lenses, Section 3,
The Foundation of The American Academy of Ophthalmology, 2009
2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr.
Soetomo Surabaya, 2006
3. Abrams D : Duke Elder’s Practice of Refraction, 9 th ed, Churchill Livingstone,
Edinburgh-London-New York, 1978, pp. 37-41
4. Philips CI : Basic Clinical Ophthalmology, Churchill Livingstone, Edinburgh, 1984,
pp. 39-40
5. Sloane AE : Manual of Refraction, 3 rd ed, Little, Brown and Company, Boston, 1979,
pp. 39-47
6. Vaughn D et all : General Ophthalmology, 15th ed, Appleton & Lange, A Simon &
Schuster Company, 1999, p. 366
ASTIGMATISM
PENGERTIAN
Kelainan refraksi di mana pembiasaan pada meridian yang berbeda tidak sama. Dalam
keadaan istirahat (tanpa akomoadasi) sinar sejajar yang masuk ke mata difokuskan pada
lebih dari satu titik.
1. Astigmatism regular
Pada bentuk ini selalu didapatkan dua meridian yang saling tegak lurus. Disebut
Astigmatism with the rule bila meridian vertical mempunyai daya bias terkuatnya.
Bentuk ini lebih sering pada penderita muda. Disebut Astigmatism against the rule
bila meridian horizontal mempunyai daya bias terkuat. Bentuk ini lebih sering pada
penderita yang lebih tua. Kelainan refraksi ini bisa dikoreksi dengan lensa silinder
2. Astigmatism ireguler
Pada bentuk ini didapatkan titik focus yang tidak beraturan. Penyebab tersering
adalah kelainan kornea seperti sikatriks kornea, keratokonus. Bisa juga disebabkan
kelainan lensa seperti katarak imatur. Kelainan refraksi ini tidak bisa dikoreksi
dengan lensa silinder.
ANAMNESIS
1. Penglihatan buram
2. Head tilting
3. Menengok untuk melihat jelas
4. Memicingkan mata
5. Memegang bahan bacaan lebih dekat
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2. Tonometri
3. Slitlamp biomikroskopi
4. Funduskopi
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
Refraksi subyektif
- Metoda “Trial and Error”
Jarak pemeriksaan 6 meter / 5 meter / 20 feet dengan menggunakan kartu snellen
yang diletakkan setinggi mata penderita.
Mata diperiksa satu persatu.
Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata.
Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa silinder negative atau positif dengan
aksis diputar 0o sampai 180o. Kadang-kadang perlu dikombinasi dengan lensa sferis
negative atau positif.
Refraksi obyektif
- Retinoskopi : dengan lensa + 2.00, pemeriksa mengamati refleksi fundus, bila
berlawanan dengan gerakan retinoskop (against movement) dikoreksi dengan lensa
sferis negative, sedangkan bila searah dengan gerakan retinoskop (with movement)
dikoreksi dengan lensa sferis positif. Meridian yang netral lebih dulu adalah
komponen sferisnya. Meridian yang belum netral dikoreksi dengan lensa silinder
positif sampai tercapai netralisasi. Hasil akhirnya dilakukan transposisi.
- Autorefraktometer
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. ARK
2. Streak Retinoskopi
TERAPI
1. Astigmatism regular, diberikan kacamata sesuai kelainan yang didapatkan, yaitu
dikoreksi dengan lensa silinder negative atau positif dengan atau tanpa kombinasi
lensa sferis.
2. Astigmatism ireguler, bila ringan bisa dikoreksi dengan lensa kontak keras.
3. Rujuk Bedah refraksi.
EDUKASI
1. Kelainan ini merupakan bawaan dan biasanya akan betambah sesuai dengan
pertambahan usia. Penambahan akan berhenti bila masa pertumbuhan berhenti (usia
18 – 20 tahun).
2. Astigmatism tidak bisa dikurangi dengan pemberian obat dan vitamin.
3. Pemakaian kacamata hanya untuk alat bantu / koreksi, tidak untuk mengurangi
ukuran astigmatism.
PROGNOSIS
INDIKATOR MEDIS
KEPUSTAKAAN
1. Basic and Clinical Science Course, Optics, Refraction, and Contact Lenses, Section
3, American Academy of Ophthalmology, 2009
2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr.
Soetomo Surabaya, 2006
3. Sloane AE : Manual of Refraction, 3 rd ed, Little, Brown and Company, Boston, 1979,
pp. 49-59
4. Vaughn D et all : General Ophthalmology, 15th ed, Appleton & Lange, A Simon &
Schuster Company, 1999, p. 366-367
PRESBIOPIA
PENGERTIAN
Makin berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin meningkatnya
umur. Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi mata
karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan kapsul
sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur maka lensa menjadi lebih
keras (sclerosis) dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi cembung, dengan demikian
kemampuan melihat dekat makin kurang.
ANAMNESIS
Pada awalnya akan kesulitan pada waktu membaca dekat huruf dengan cetakan kecil.
Dalam upayanya untuk membaca lebih jelas maka penderita cenderung menegakkan
punggungnya atau menjauhkan obyek yang dibacanya sehingga mencapai titik dekatnya
dengan demikian obyek dapat dibaca lebih jelas. Presbiopia mulai timbul pada umur
sekitar 40 tahun.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2. Tonometri
3. Slitlamp biomikroskopi
4. Funduskopi
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
1. Penderita terlebih dahulu dikoreksi penglihatannya jauhnya dengan metoda
“trial and error” hingga visus mencapai 6/6
2. Dengan menggunakan koreksi jauhnya kemudian secara binokuler
ditambahkan lensa sferis positif dan diperiksa dengan menggunakan kartu “Jaeger”
pada jarak 0,33 meter
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Auto Refrakto-Keratometri
TERAPI
Diberikan penambahan lensa sferis positif sesuai pedoman umur yaitu 40 tahun (umur
rata-rata) diberikan tambahan sferis + 1.00 dan setiap 5 tahun diatasnya ditambahkan lagi
sferis + 0.50
Lensa sferis (+) yang ditambahkan dapat diberikan dalam berbagai cara :
1. Kacamata baca untuk melihat dekat saja
2. Kacamata bifocal untuk melihat jauh dan dekat
3. Kacamata progressive di mana tidak ada batas bagian lensa untuk melihat
jauh dan melihat dekat
Jika koreksi jauhnya tidak dapat mencapai 6/6 maka penambahan lensa sferis (+) tidak
terikat pada pedoman umur, tetapi boleh diberikan seberapapun sampai dapat membaca
dekat dengan nyaman.
EDUKASI
1. Presbiopia akan selalu bertambah sesuai dengan usia, dengan ukuran
maksimal S+3.00 D (pada usia sekitar 60 tahun)
2. Pemakaian kacamata bifocal memerlukan waktu adaptasi untuk awal
pemakaian.
PROGNOSIS
INDIKATOR MEDIS
KEPUSTAKAAN
1. Basic and Clinical Science Course, Optics, Refraction, and Contact Lenses,
Section 3, American Academy of Ophthalmology, 2009
2. Abrams D : Duke Elder’s Practice of Refraction, 9 th ed, Churchill
Livingstone, Edinburgh-London-New York, 1978, pp. 65-67
3. Philips CI : Basic Clinical Ophthalmology, Churchill Livingstone,
Edinburgh, 1984, pp. 39
4. Sloane AE : Manual of Refraction, 3rd ed, Little, Brown and Company,
Boston, 1979, pp. 127-137
5. Vaughn D et all : General Ophthalmology, 15 th ed, Appleton & Lange, A
Simon & Schuster Company, 1999, p. 365
6. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr.
Soetomo Surabaya, 2006
LENSA KONTAK
PENGERTIAN
Lensa yang langsung menempel pada kornea. Jenis lensa kontak antara lain:
1. Lensa kontak keras / Polimetil metakrilat
2. Lensa kontak lunak / Hisdroksi etil metakrit
3. Lensa kontak rigit gas permeable, dengan transmisi oksigen yang tinggi
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2. Tonometri
3. Pendahuluan dengan Slitlamp biomikroskopi :
- Pemeriksaan segmen anterior bola mata
- Pemeriksaan kualitas dan kuantitas air mata
4. Khusus :
- Base curve (kelengkungan kornea sentral anterior) dengan keratometer
- Power dengan cara refraksi dan over refraksi
- Diameter
- Funduskopi
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TERAPI
EDUKASI
Perawatan dan pemeliharaan lensa kontak, meliputi:
1. Pemakaian dan pelepasan
2. Pencucian dan pembilasan
3. Disinfeksi
Pembersih protein dan pelumas
PROGNOSIS
INDIKATOR MEDIS
KEPUSTAKAAN
1. Basic and Clinical Science Course, Optics, Refraction, and Contact Lenses, Section 3,
American Academy of Ophthalmology, 2009, pp. 168-197
2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr.
Soetomo Surabaya, 2006
3. M. Ruben and M. Guillan : Contact Lens Practice, 1 st ed, Chapman & Hall 2-6
Boundary Row, London, 1994, pp. 497-529
III. STARBISMUS
STARBISMUS
PENGERTIAN
Penyimpangan posisi bola mata yang terjadi oleh karena syarat-syarat penglihatan
binokuler yang normal tidak terpenuhi.
Syarat-syarat penglihatan binokuler normal :
1. Faal masing-masing mata baik
2. Kerjasama dan faal masing-masing otot luar bola mata baik
3. Kemampuan fusi : normal
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TERAPI
EDUKASI
1. Koreksi kelainan refraksi bila ada
2. Terapi ambliopia
3. Koreksi bedah dilakukan secepat mungkin setelah onset (tidak lama setelah onset)
PROGNOSIS
INDIKATOR MEDIS
KEPUSTAKAAN
HORDEOLUM
PENGERTIAN
Suatu peradangan supuratif kelenjar Zeis, kelanjar Moll (hordeolum eksterternum) atau
kelenjar Meibom (hordeolum internum).
ANAMNESIS
- Gejala subyektif dirasakan mengganjal pada kelopak mata rasa yang bertambah kalau
menunduk
- Tampak suatu benjolan pada kelopak mata atas / bawah yang berwarna merah dan
nyeri bila ditekan
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2. Inspeksi
3. Slitlamp biomikroskop
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
- Visus tidak menurun
- Secara umum gambaran ini sesuai dengan suatu abses kecil, tampak suatu benjolan
pada kelopak mata atas/bawah yang berwarna merah dan sakit bila ditekan di dekat
pangkal bulu mata
DIAGNOSIS BANDING
1. Kalasion
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TERAPI
- Kompres hangat selama 10-15 menit, 3-4 kali sehari
- Antibiotic :
o Topical
o Sistemik
- Analgesic bila disertai nyeri
Bila tidak terjadi resorbsi dengan pengobatan konservatif, atau sudah fase abses,
dianjurkan insisi dan drainage.
EDUKASI
Perbaikan hygiene dapat mencegah terjadinya infeksi kembali
PROGNOSIS
INDIKATOR MEDIS
KEPUSTAKAAN
1. American Academy of Ophthalmology, Basic and Clinical Science, Course section 7
External Disease and Corneal, 2009
2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr.
Soetomo Surabaya, 2006
3. Miller J.H : Parson’s disease of the eye, 18 th ed, Churchill Livingstone, 1990, pp. 253-
257
4. Vaughan D, Asbury T : General Ophthalmology, 12 th ed, Lange Medical Publication,
Maruzen Asia, 1989, pp. 55-56
5. Wright P : Clinical Ophthalmology, Wright IOP Publishing Limited, Bristol BS16NX,
1987, pp. 107-129
6. Seminar sehari Perdami : Glaukoma, Penyakit Mata Luar, Katarak dan
Fakoemulsifikasi, Surabaya 12 Juli 1997
7. Newell F.W. : Ophthalmology, Principles and Concepts, Fifth Ed, The CV Mosby Co
– St Louis, 1982, p 181
KALAZION
PENGERTIAN
Suatu peradangan lipogranuloma menahun dengan konsistensi tidak lunak dari kelenjar
Meibom.
ANAMNESIS
- Gejala subyektif berupa gejala peradangan ringan.
Apabila kista ini cukup besar dapat menekan bolamata dan dapat menimbulkan
gangguan refraksi berupa astigmatisma
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2. Inpeksi
3. Slitlamp biomikroskopi
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
- Gangguan obyektif :
Kelopak mata tampak tebal dan edema
Teraba suatu benjolan pada kelopak mata yang konsistensinya agak keras
Pada ujung kelenjar Meibom terdapat massa kuning dari sekresi kelenjar yang tertahan
Bila kalzion yang terinfeksi, dapat terjadi jaringan granulasi yang menonjol keluar
DIAGNOSIS BANDING
- Hordeolum interna
- Abses palpebra
- Meibomianitis
- Kista retensi kelenjar Moll
- Hemangioma palpebra
- Neurofibromatosis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TERAPI
- Kompres hangat
Pembedahan berupa insisi dan kuretase untuk mengeluarkan isi kelenjar.
EDUKASI
Pada kalazion yang berulang-ulang timbul sesudah pembedahan sebaiknya dipikirkan
kemungkinan keganasan sehingga perlu pemeriksaan histopatologi.
PROGNOSIS
Baik.
Bisa terjadi berulang-ulang pada lokasi yang berbeda.
INDIKATOR MEDIS
KEPUSTAKAAN
1. American Academy of Ophthalmology, Basic and Clinical Science, Course section 7
External Disease and Corneal, 2009
2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr.
Soetomo Surabaya, 2006
3. Fedukowitz, HB : External infections of the eye, 3 rd ed, Appleton Century Croft /
Norwalk, Connecticut, 1985, pp. 21-22
4. Miller J.H : Parson’s disease of the eye, 18 th ed, Churchill Livingstone, 1990, pp. 353-
357
5. Vaughan D, Asbury T : General Ophthalmology, 12 th ed, Lange Medical Publication,
Maruzen Asia, 1989, pp. 55-56
6. Seminar sehari Perdami : Glaukoma, Penyakit Mata Luar, Katarak dan
Fakoemulsifikasi, Surabaya 12 Juli 1997
7. Newell F.W. : Ophthalmology, Principles and Concepts, Fifth Ed, The CV Mosby Co
– St Louis, 1982, p 181
KONJUNGTIVITIS
PENGERTIAN
Suatu keradangan konjungtiva yang disebabkan bacteria, virus, jamur, chlamidia, alergi
atau iritasi dengan bahan-bahan kimia
ANAMNESIS
Keluhan utama berupa rasa ngeres, seperti ada pasir di dalam mata, gatal, panas, kemeng
di sekitar mata, epifora, mata merah dan keluar kotoran (beleken).
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
Slitlamp biomikroskopi
KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis konjungtivitis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
laboratorium.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan klinis:
- Visus tidak menurun
- Hyperemia konjungtiva : konjungtiva berwarna meraholeh karena pengisian
pembuluh darah konjungtiva yang dalam keadaan normal kosong
Pengisian pembuluh darah konjungtiva terutama di daerah fornix akan semakin
menghilang atau menipis ke arah limbus
- Epifora : keluarnya air mata yang berlebihan
- Pseudotosis : kelopak mata atas seperti akan menutup, oleh karena edema
konjungtiva palpebra dan eksudasi sel-sel radang pada konjungtiva palpebra
- Hipertrofi papiler : suatu reaksi onspesifik konjungtiva di daerah tarsus dan limbus,
berupa tonjolan-tonjolan yang berbentuk polygonal
- Folikel : suatu reaksi nonspesifik konjungtiva biasanya karena infeksi virus, berupa
tonjolan kecil-kecil yang berbentuk bulat
- Khemosis : edema konjungtiva
- Membrane atau pseudomembran : suatu membrane yang berbentuk oleh karena
koagulasi fibrin
- Preaurikular adenopati : pembesaran kelenjar limfe preaurikular
Pemeriksaan laboratorium
- Ditemukannya kuman-kuman atau mikroorganisme dalam sediaan langsung dari
kerokan konjungtiva atau getah mata, juga sel-sel radang polimorfonuklear atau sel-sel
radang mononuclear.
- Pada konjungtivitis karena jamur ditemukan adanya hyfe
- Pada konjungtivitis karena alergi ditemukan sel-sel Eosinofil
DIAGNOSIS BANDING
- Skleritis dan episkleritis
- Keratitis
- Glaukoma akut dan sub akut
Uveitis anterior
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium :
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat
sediaan yang dicat dengan pengecatan Gram atau Giemsa dapat dijumpai sel-sel radang
polimorfonuklear, sel-sel mononuclear, juga bakteri atau jamur penyebab konjungtivitis
dapat diidentifikasi dari pengecatan ini
Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan Giemsa akan
didapatkan sel-sel Eosinofil
TERAPI
Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Dua penyebab klasik
konjungtivitis bakteri akut adalah Streptococcus pneumoni dan Haemophyllus
aegypticus.
Pada umumnya konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan antibiotic
topical
Konjungtivitis karena jamur sangat jarang. Dapat diberi Amphotericin B 0,1%
yang efektif untuk Aspergillus dan Candida. Konjungtivitis karena virus, pengobatan
terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder dengan antibiotic.
Pengobatan utama adalah suportif. Berikan kompres hangat atau dingin, bersihkan secret
dan dapat memakai air mata buatan. Pemberian kortikosteroid tidak dianjurkan untuk
pemakaian rutin
Konjungtivitis karena alergi diobati dengan antihistamin atau kortikosteroid topical
EDUKASI
1. Kondisi imunitas dan stamina dapat berpengaruh pada lamanya proses penyembuhan
2. Hati-hati untuk penggunaan obat steroid topical. Bila obat steroid topical diperlukan
harus dengan pengawasan yang ketat dari dokter.
PROGNOSIS
INDIKATOR MEDIS
KEPUSTAKAAN
1. External Disease and Cornea. Basic and Clinical Science Course. Section 8. California:
American Academy of Ophthalmology 2011; p.149-157.
2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr. Soetomo
Surabaya, 2006
3. Miller J.H : Parson’s disease of the eye, 18th ed, Churchill Livingstone, 1990, pp. 127-134
4. Vaughan D, Asbury T : General Ophthalmology, 12th ed, Lange Medical Publication,
Maruzen Asia, 1989, pp. 78-83
5. Wright P : Clinical Ophthalmology, Wright IOP Publishing Limited, Bristol BS16NX,
1987, pp. 107-129
6. Seminar sehari Perdami : Glaukoma, Penyakit Mata Luar, Katarak dan Fakoemulsifikasi,
Surabaya 12 Juli 1997
GONOBLENORE
PENGERTIAN
Konjungtivitis yang hiperakut dengan sekret purulen yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoea.
ANAMNESIS
Penyakit gonoblenore dapat terjadi secara mendadak. Masa inkubasi dapat terjadi
beberapa jam sampai 3 hari. Keluhan utama : mata merah, bengkak, dengan sekret seperti
nanah yang kadang-kadang bercampur darah.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2. Slitlamp biomikroskopi
3. Funduskopi
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
Pemeriksaan klinis : keradangan konjungtiva yang hiperakut
- Hiperemi konjungtiva
- Getah mata seperti nanah yang banyak sekali
- Kelopak mata bengkak oleh karena edema konjungtiva palpebra dan konjungtiva
bulbi
- Pendarahan dapat terjadi oleh karena edema konjungtiva yang hebat. Hal ini akan
mengakibatkan pecahnya pembuluh darah konjungtiva, dan timbul pendarahan
Pemeriksaan laboratorium :
Kerokan konjungtiva atau getah mata yang purulen dicat dengan pengecatan
Gram dan diperiksa di bawah mikroskop. Didapatkan kokus Gram negative yang
berpasang-pasangan seperti biji kopi yang tersebar di luar dan di dalam sel, adalah
kuman-kuman Neisseria gonorrhoea.
DIAGNOSIS BANDING
Endoftalmitis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
TERAPI
- Gonoblenore tanpa penyulit pada kornea
Topical :
Salep mata Tetracycline HCl 1% atau Ciprofloxacin 0.3% yang diberikan minimal 6 kali
sehari pada neonatus dan diberikan sedikitnya tiap 2 jam sekali pada penderita dewasa,
dilanjutkan sampai 5 kali sampai terjadinya resolusi
Sebelum diberikan salep/tetes mata, sekret harus diberikan terlebih dahulu
Sistemik :
Pada orang dewasa diberikan Penicillin G 4,8 juta IU intra muscular dalam dosis tunggal
ditambah dengan Probenecid 1 gram peroral, atau Ampicillin dosis tunggal 3,5 gram
peroral
Pada neonatus dan anak-anak injeksi penicillin diberikan dengan dosis 50.000-100.000
IU/kgBB
Bila penderita tidak tahan dengan obat-obatan derivate penicillin bisa diberikan
Thiamphenicol 3,5 gram dosi tunggal atau Tetracycline 1,5 gram dosis initial dilanjutkan
dengan 4 kali 500 mg/hari selama 4 hari
TRAKOMA
PENGERTIAN
Keradangan konjungtiva yang akut, subakut atau kronik disebabkan oleh Chlamydia
trachomatis.
ANAMNESIS
Periode inkubasi sekitar 5-14 hari dengan rata-rata sekitar 7 hari. Pada bayi dan anak-
anak perjalanan penyakitnya sangat ringan, akan tetapi pada orang dewasa perjalanan
penyakitnya dapat akut atau subakut, seperti pada konjungtivitis yaitu : mata merah, nyeri
epifora, folokel dan hipertropi papiler.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2. Slitlamp biomikroskopi
KRITERIA DIAGNOSIS
Berdasarkan pemeriksaan klinis dan laboratorium
DIAGNOSIS
Pemeriksaan klinis :
Didapatkan folikel-folikel dan hipertropi papiler pada tarsus di bagian atas,
pannus, Herbert’s pits, entropion, trikiasis, atau sikatrik tarsus bagian atas
Gambaran klinis pada trachoma oleh McCallan digambarkan sebagai berikut :
Stadium I : didapatkan folikel yang imatur dan hipertropi papiler pada tarsus di
bagian atas
Stadium IIa : didapatkan folikel yang matur dan hipertropi papiler pada tarsus di
bagian atas
Stadium IIb : hipertropi papiler makin jelas sehingga menutupi folikel
Pada stadium IIa dan IIb disebut sebagai : established trakoma
Pada stadium IIa dan IIb juga didapatkan epithelial keratis,
subepitelial keratis, pannus, herbert’s pits
Stadium III : trachoma aktif dan sikatrik (di samping sikatrik didapatkan juga
folikel dan hipertropi papiler)
Stadium IV : sikatrik tanpa disertai tanda-tanda trachoma aktif
Pemeriksaan laboratorium :
Kerokan konjungtiva dicat dengan Giemsa didapatkan sel-sel polimorfonuklear,
sel plasma, sel leber (makrofag yang besar dan berisi debris), juga didapatkan inclusion
bodi pada sitoplasma sel-sel konjungtiva yang disebut Halberstaedler – Prowasek
Inklusion Bodies.
DIAGNOSIS BANDING
Konjungtivitis vernalis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
TERAPI
Topical :
Trakoma sampai sekarang masih diobati dengan Tetracycline 1%, Erythromycin dan
Sulfonamide 15% berupa tetes mata ataupun salep mata. Pemberian topical selama 3
bulan
Sistemik :
Tetracycline 250 mg sehari 4 kali selama 3-4 minggu
Erythromycine 250 mg sehari 4 kali selama 3-4 minggu
Dosis dapat diperbesar, dengan lama pemberian lebih pendek
Dosis : 2-4 Gram/hari, selama 14 hari
Pengobatan ditunjang dengan kebersihan perorangan dan gizi yang baik
EDUKASI
Menjaga hygiene mata
Penyuluhan kesehatan komunitas
PROGNOSIS
INDIKATOR MEDIS
KEPUSTAKAAN
1. Miller J.H : Parson’s disease of the eye, 18th ed, Churchill Livingstone, 1990, pp. 135-138
2. Vaughan D, Asbury T : General Ophthalmology, 12th ed, Lange Medical Publication,
Maruzen Asia, 1989, pp. 77-99
3. Wright P : Clinical Ophthalmology, Wright IOP Publishing Limited, Bristol BS16NX,
1987, pp. 117-119
4. Seminar sehari Perdami : Glaukoma, Penyakit Mata Luar, Katarak dan Fakoemulsifikasi,
Surabaya 12 Juli 1997
5. Newell F.W. : Ophthalmology, Principles and Concepts, Fifth Ed, The CV Mosby Co – St
Louis, 1982, p 192
6. Basic and Clinical Science, Course Section 7 External Disease and Cornea, California:
American Academy of Ophthalmology, 2009, p. 53
7. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr. Soetomo
Surabaya, 2006
KONJUNGTIVITIS VERNAL
PENGERTIAN
Keradangan bilateral konjungtiva yang berulang menurut musim dengan gambaran
spesifik hipertropi papiler di daerah tarsus dan limbus.
Menurut lokalisasinya dibedakan tipe palpebral dan tipe limbal. Pada tipe palpebral, pada
beberapa tempat akan mengalami hiperplasi sedangkan di bagian lain mengalami atrofi.
Perubahan mendasar terdapat di substansia propia. Substansia propia terinfiltrasi sel-sel
limfosit, plasma dan eosinofil. Pada stadium lanjut jumlah sel-sel limfosit, plasma dan
eosinofil akan semakin meningkat, sehingga terbentuk tonjolan jaringan di daerah tarsus,
disertai pembentukan pembuluh darah baru. Degenerasi hyaline di stroma terjadi pada
fase dini dan semakin menghebat pada stadium lanjut
Pada tipe limbal juga terjadi perubahan yang serupa sebagaimana yang terjadi
pada tipe palpebral, hanya lokalisasinya saja yang berbeda yaitu pada limbus konjungtiva
ANAMNESIS
- Gatal pada mata merupakan keluhan utama pada hampir semua penderita
konjungtivitis vernal.
- Mata terlihat kotor / tidak bersih / tidak putih (merah kecoklatan)
- Kotoran mata elastis (bila ditarik molor)
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2. Tonometri
3. Slitlamp biomikroskopi
Funduskopi
KRITERIA DIAGNOSIS
Berdasarkan atas pemeriksaan klinis dan laboratorium
DIAGNOSIS
Pemeriksaan klinis :
- Anamnesa adanya keluhan gatal, mata merah kecoklatan (kotor)
- Palpebra : didapatkan hipertropi papiler, couble-stone, Giant’s papillae. Dapat
terjadi ptosis bilateral, kadang-kadang yang satu lebih ringan dibandingkan yang lain.
Prosis terjadi karena infiltrasi cairan ke dalam sel-sel konjungtiva palpebra dan infiltrasi
sel-sel limfosit plasma, eosinofil, juga adanya degenerasi hyaline pada stroma
konjungtiva
- Konjungtiva bulbi : warna merah kecoklatan dan kotor, terutama di area fisura
Interpalpebralis
- Limbus : Horner Trantas dots (gambaran seperti renda pada limbus). Merupakan
penumpukan eosinofil dan merupakan hal yang patognomonis pada konjungtivitis vernal
- Kornea : dapat ditemukan pungtat epithelial keratopati, kadang-kadang didapatkan
ulkus kornea yang berbentuk bulat lonjong vertical. Kelainan di kornea ini tidak
membutuhkan pengobatan khusus
Pemeriksaan laboratorium :
- Pada pemeriksaan kerokan konjungtiva atau getah mata didapatkan sel-sel eosinofil
dan eosinofil granul
DIAGNOSIS BANDING
1. Trachoma : didapatkan folikel pada stadium awal yang akhirnya terselubung dengan
hipertropi papiler, sedangkan pada konjungtivitis vernal tidak pernah didapatkan folikel
2. Hey fever konjungtivitis : pembengkakan terjadi karena adanya infiltrasi cairan ke dalam
sel
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
TERAPI
Kortikosteroid local diberikan pada fase akut dengan gejala mata merah kecoklatan
(kotor) dan keluhan sangat gatal. Diberikan setiap 2 jam selama 4 hari, untuk selanjutnya
digantikan obat-obat lain seperti :
1. Sodium cromoglycate 2% : 4-6 x 1 tetes / hari
2. Naphazoline & Pheniramine maleat 4 x 1 tetes / hari
PTERIGIUM
PENGERTIAN
Penebalan konjungtiva bulbi yang berbentuk segitiga, mirip daging yang menjalar ke
kornea.
ANAMNESIS
Keluhan penderita mata merah dan timbulnya bentukan seperti daging yang menjalar ke
kornea.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2. Tonometri
Slitlamp biomikroskopi
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
Gambaran klinis :
pterigium ada 2 macam, yaitu yang tebal dan mengandung banyak pembuluh darah, atau
yang tipis dan tidak mengandung pembuluh darah. Pterigium yang mengalami iritasi
dapat menjadi merah dan menebal yang kadang-kadang dikeluhkan kemeng oleh
penderita.
Patologi :
Pada pemeriksaan hispatologi didapatkan konjungtiva mengalami degenerasi
hyaline dan elastis, sedangkan di kornea terjadi degenerasi hyaline dan elastis pada
membrane Bowman
DIAGNOSIS BANDING
1. Pingeukulum : penebalan terbatas pada konjungtiva bulbi, berbentuk nodul yang
berwarna kekuningan
2. Pseudopterigium : suatu reaksi dari konjungtiva oleh karena ulkus kornea. Pada
pengecekan dengan sonde, sonde dapat masuk di antara konjungtiva dan kornea
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Patologi
TERAPI
Pterigium ringan tidak perlu diobati. Pterigium yang mengalami iritasi, dapat diberikan
anti inflamasi tetes mata golongan steroid, non steroid dan vasokonstriktor tetes mata
3. KORNEA
KERATITIS NOMULARIS
= KERATITIS SAWAHICA
= KERATITIS PUNCTATA TROPICA
PENGERTIAN
Keradangan kornea dengan gambaran infiltrate sub epitel berbentuk bulatan seperti mata
uang (coin lesion).
Organisme penyebabnya diduga virus yang masuk ke dalam epitel kornea melalui luka
kecil setelah terjadinya trauma ringan pada mata
Replikasi virus pada sel epitel diikuti penyebaran toksin pada stroma kornea
menimbulkan kekeruhan / infiltrate yang khas berbentuk bulat seperti mata uang
Kelainan ini dapat mengenai semua umur, seringkali mengenai satu mata tapi
beberapa kasus dapat mengenai kedua mata.
ANAMNESIS
Penderita mengeluh perasaan adanya benda asing dan fotofobi. Kekaburan terjadi
apabila infiltrate pada stroma kornea berada pada aksis visual
Kadang penderita melihat sendiri adanya bercak putih pada matanya. Khas pada
penderita ini tidak terdapat riwayat konjungtivitis sebelumnya
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2. Slitlamp biomikroskopi dengan flouresin
Sensibilitas kornea
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
- Keluhan adanya benda asing, fotofobi, kadang-kadang disertai penglihatan kabur bila
infiltrate berada di tengah aksis visual
- Tidak terdapat hiperemi konjungtiva maupun hiperemi peri-kornea
- Retroiluminasi : tampak bercak putih bulat di bawah epitel kornea baik di daerah
sentral atau perifer. Epitel di atas lesi sering mengalami elevasi dan tampak irregular.
Umur bulatan infiltrate tidak selalu sama dan terdapat kecenderungan bergabung menjadi
satu. Besar infiltrate bervariasi + 0,5 – 1,5 mm
- Tes fluoresin : Menunjukkan hasil negative
- Tes sensibilitas kornea : Baik (tidak menurun)
DIAGNOSIS BANDING
1. E.K.C (Epidemic Kerato Conjunctivitis)
- Didahului konjungtivitis
- Infiltrate lebih tebal dibandingkan infiltrate pada keratitis numuralis
2. Varicella keratitis
- Ada tanda-tanda varicella sebelumnya dan lesi pada kornea timbul setelah lesi di
kulit menghilang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TERAPI
Kortikosteroid topical (missal: dexamethasone) diberikan 3-4 kali sehari akan
mengurangi keluhan penderita, diberikan sampai 5-7 hari dan pemberian dapat diulang
sampai 4-6 minggu untuk mencegah timbulnya keluhan berulang.
EDUKASI
Penyembuhan lama, perlu kerjasama pasien untuk pengobatan secara teratur.
PROGNOSIS
INDIKATOR MEDIS
KEPUSTAKAAN
1. External Disease and Cornea. Basic and Clinical Science Course. Section 8.
California: American Academy of Ophthalmology, 2011.
2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr.
Soetomo Surabaya, 2006
3. Grayson Merill : Disease of the cornea, 2 nd ed, CV Mosby Co, St Louis, 1983, pp. 97-
100
4. Smolin Gilbert, Thoft Richard A : The Cornea-Scientific Foundation and Clinical
practice, 1st ed, Edited by Gilbert smolin, 1983, pp. 226-229
Vughan D, Asbury T : General Ophthalmology, Lange Medical Publication 11 th ed 1986,
p. 107
EDUKASI
1. Pengobatan biasanya memerlukan waktu yang lama.
2. Diperlukan ketekunan dan kepatuhan dalam pengobatan.
3. Tajam penglihatan pada kebanyakan kasus tidak akan pulih kembali, karena adanya
jaringan parut pada kornea.
Pada kasus yang berat dapat terjadi prolaps isi bola dan endoftalmitis yang memerlukan
tindakan pengangkatan bola mata.
PROGNOSIS
INDIKATOR MEDIS
KEPUSTAKAAN
1. External Disease and Cornea. Basic and Clinical Science Course. Section 8.
California: American Academy of Ophthalmology, 2011.
2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr.
Soetomo Surabaya, 2006Smolin Gilbert, Thoft Richard A : The Cornea – Scientific
Foundation and Clinical Practice, 1st ed, edited by Gilbert Smolin, 1983, pp 156-166
3. Grayson Merill : Disease of The Cornea, 2 nd ed, CV Mosby, St. Louis, 1983, pp. 45-
76
4. Vaughan D. Asbury T : General Ophthalmology, 11th ed, Lange Medical Publication,
California, 1986, pp. 109-112
KERATITIS DENDRITIKA
= KERATITIS HERPES SIMPLEX
PENGERTIAN
Keradangan kornea akibat virus Herpes Simplex
Infeksi primer :
Terjadi akibat kontak langsung dengan penderita herpes simplex, pada bayi baru lahir
akibat kontak langsung dengan jalan lahir ibu yang terkontaminasi virus herpes simplex.
Kontak dapat pula terjadi secara oral, seksual atau melalui media lain seperti: obat-obat
mata, handuk, tangan penderita dll.
Lesi yang timbul pada kornea diakibatkan penetrasi virus ke dalam sel epitel didahului
mikro utama, sehingga virus berkembang melalui siklus replikasi di sepanjang cabang-
cabang saraf oftalmik pada kornea sehingga terbentuk infiltrate berupa kekeruhan
menyerupai pita halus bercabang-cabang (dendrite), sedang toksin yang dihasilkan akan
menembus stroma dan menimbulkan kekeruhan kornea berbentuk cakram (disciformis).
Lesi pada kornea dapat mengalami ulserasi.
ANAMNESIS
Penderita mengeluh fotofobi dan epifora (banyak airmata). Keluhan bersifat ringan akibat
serangan virus pada cabang saraf oftalmik pada kornea sehingga kornea mengalami hipo
sampai anestesi. Kekaburan terjadi apabila lesi berada tepat di tengah aksis visual.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2. Slitlamp biomikroskopi dengan fluoresin
Sensibiltas kornea
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
- Visus : menurun bila lesi berada di kornea sentral
- Pemeriksaan mata luar :
o Infeksi primer :
Berupa keratis punctata difusa non spesifik
Sering disertai :
Konjungtivitis folikularis akut
Pembentukan pseudomembran
o Herpes rekuren :
Lesi kornea khas berbentuk dendrite tetapi bisa berbentuk filament, geografis, disiform
maupun punctata
Tes fluoresin : (+) pada lesi epitel
Tes sensibilitas : menurun sampai negative
DIAGNOSIS BANDING
- Keratis Herpes Zoster
o Didahului oleh infeksi herpes zoster di organ tubuh lain, misalnya zoster oftalmikus di
dahi dan palpebra herpes zoster fasialis dipipi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TERAPI
Primer
- Acyclovir peroral 5 x 400mg selama 7 – 10 hari
-Acyclovir topical 5 kali sehari
-Artifisial tears
2. Sekunder
- Acyclovir topical 5 kali sehari
- steroid topical 4 kali sehari
- artificial tears
EDUKASI
Penyakit ini sering residif, hindari faktor pencetus
2. Pada kasus yang lanjut perlu dilakukan cangkok kornea untuk memperbaiki tajam
penglihatan.
PROGNOSIS
INDIKATOR MEDIS
KEPUSTAKAAN
1. External Disease and Cornea. Basic and Clinical Science Course. Section 8.
California: American Academy of Ophthalmology, 2011.
2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr.
Soetomo Surabaya, 2006
3. Smolin G, Thoft Ricard A : The Cornea-Scientific foundation and clinical practice, 1 st
ed, edited by Gilbert Smolin, 1983, pp 178-189
4. Grayson Merill : Disease of The Cornea, 2 nd ed, CV Mosby, St Louis, 1983, pp. 150-
176
5. Vaughan D, Asbury T : General Ophthalmology, 11th ed, Lange Medical Publication,
California, 1986, pp. 112-114
KERATOPATI BULOSA
PENGERTIAN
Kelainan kornea ditandai adanya bula di permukaan kornea akibat edema kornea kronis
Kerusakan endotel kornea menyebabkan cairan akuos humor di bilik mata depan masuk
menembus stroma sampai epitel kornea menyebabkan edema dan bentukan bula di epitel.
ANAMNESIS
Perasaan adanya benda asing sampai nyeri yang sangat dikeluhkan terutama bila
penderita berkedip, disertai epifora dan fotofobi.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2. Slitlamp biomikroskopi
3. Fluoresin test
Tekanan Intraokuler
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
- Perasaan adanya benda asing sampai nyeri yang sangat bila berkedip, disertai epifora
dan fotofobi.
- Visus menurun akibat edema kornea
- Retroiluminasi : Kornea keruh (edema) disertai bercak-bercak seperti kantung air di
permukaan tampak menonjol berisi air, dapat berupa bula yang besar dan mengalami
fluktuasi bila ditekan pelan-pelan. Di sekitar bula sering didapat infiltrate berwarna putih.
Bula dapat pecah dan menimbulkan erosi kornea yang luas. Sering ditemui adanya lipatan
descemet berbentuk garis-garis putih di bawah stroma
- Tes fluoresin : Menunjukkan hasil positif bila terjadi erosi kornea akibat bula yang
pecah
DIAGNOSIS BANDING
- Keratis Herpes Simplex :
o Didahului mikrotrauma
o Tes sensibilitas : menurun
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TERAPI
- Bahan hiperosmotik : salep NaCl 5% diberikan 3-4 kali/hari
- Obat-obat sikloplegik : Atropin 0,5-1% tetes mata diberikan 1 kali sehari
- Lensa kontak khusus (“bandage lens”)
- Keratoplasti tembus (penetrating keratoplasty)
EDUKASI
Pengobatan hanya untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan faktor penyebabnya.
PROGNOSIS
INDIKATOR MEDIS
KEPUSTAKAAN
1. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr.
Soetomo Surabaya, 2006
2. External Disease and Cornea. Basic and Clinical Science Course. Section 8.
California: American Academy of Ophthalmology, 2011
3. .Phillip C : Basical Clinical Ophthalmology, ELBS 1 st Published, Churchill
Livingstone, 1986, p. 124
4. Leibowtz : Corneal Disoders; Clinical Diagnosis and Management, W.B. Saunders
Co, 1984, pp. 172-180
Vaughan D, Asbury T : General Ophthalmology, 13th ed, Lange Medical Publication,
California, 1992, p. 121-122
4. KATARAK
KATARAK KONGENITAL
PENGERTIAN
Kekeruhan lensa yang terjadi sejak lahir.
Katarak congenital sering disertai kelainan congenital lainnya sehingga merupakan
sindrom, antara lain :
- Sindrom rubella : disertai kelainan jantung, telinga dan genitor urinary
- Galaktosemi : adanya gangguan metabolisme galaktosa. Sering disertai retardasi
mental, hambatan pertumbuhan, dan gangguan fungsi hati.
- Hipoglikemi : kadar gula darah 20 mg / 100 ml atau kurang yang terjadi berulang-
ulang menyebabkan konvulsi, somnolen, diaforesis dan tidak sadar.
- Sindrom lowe (sindrom okuloserebral renal) : katarak nuclear bilateral dan
mikrofakia bisa disertai retardasi mental, proteinuria, glukosuria dan batu ginjal.
- Distrofi miotonik : suatu penyakit autosomal dominant. Katarak ditandai dengan
bintik-bintik halus tersebar di korteks dan subkapsular. Nucleus jernih. Kelainan sistemik
yang menyertai adalah distrofi otot-otot, gangguan kontraksi dan relaksasi, atropi testis.
ANAMNESIS
Subyektif : Penurunan atau gangguan penglihatan
Obyektif : Tampak warna putih pada pupil akibat kekeruhan lensa (Leukokoria)
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2. Tonometri
3. Slitlamp biomikroskopi
4. Funduskopi
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
- Pemeriksaan tajam penglihatan secara objektif untuk mengevaluasi visual respon
- Lampu senter : diamati apakah bayi masih ada reaksi terhadap cahaya, yaitu
mengikuti arah cahaya. Dengan pupil yang telah dilebarkan tampak kekeruhan lensa putih
keabuan.
- Oftalmoskopi : mengevaluasi refleks fundus
- Pemeriksaan USG mata
- Pemeriksaan IgG, IgM Rubela
- Konsul dokter spesialis anak
DIAGNOSIS BANDING
1. Retinoblastoma
2. PHPV
3. Ablatio Retina Kongenital
4. ROP
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG
Laboratorium : serologi IgG dan IgM Rubella
TERAPI
1. Pembedahan : apabila didapatkan katarak unilateral yang padat, sentral dengan diameter
lebih dari 2 mm atau katarak menyerang kedua mata, dianjurkan ekstraksi katarak pada
waktu bayi berusia 6 bulan untuk memungkinkan berkembangnya tajam penglihatan dan
mencegah ambliopia. Apabila operasi ini berhasil baik, operasi mata kedua dapat
dilakukan segera
2. Bila Rubela positif operasi ditunda 1-2 tahun kemudian sehingga resiko penyulit operasi
lebih rendah
3. Tindakan pembedahan berupa disisi lensa diikuti dengan aspirasi irigasi. Dilakukan
kapsulotomi posterior primer dan vitrektomi anterior untuk mencegah kekeruhan pada
kapsul posterior
4. Pemasangan lensa intraokuler dapat dilakukan jika diameter kornea > 10 mm
EDUKASI
Sering terjadi kekeruhan kapsul posterior paska operasi
PROGNOSIS
INDIKATOR MEDIS
KEPUSTAKAAN
1. Vaughan D, Asbury T : General Ophthalmology, 15th ed, Lange Medical Publication,
California, 1995, pp. 30-36
2. Basic and Clinical Science Course : Lens and Cataract, The Foundation of The American
Academy of Ophthalmology, 2001-2002, pp. 30-36
3. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr. Soetomo
Surabaya, 2006
KATARAK SENILIS
PENGERTIAN
Setiap kekeruhan lensa yang terjadi pada usia lanjut.
Menurut tebal tipisnya kekeruhan lensa, katarak senil dibagi menurut 4 stadia :
1. Katarak insipien
Kekeruhan lensa tampak terutama di bagian perifer korteks berupa garis-garis yang
melebar dan makin ke sentral menyerupai ruji sebuah roda
Biasanya pada stadium ini belum menimbulkan gangguan tajam penglihatan yang
bermakna
2. Katarak imatur atau katarak intumesen
Kekeruhan terutama di bagian posterior nucleus dan belum mengenai seluruh lapisan
lensa. Terjadi pencembungan lensa karena lensa menyerap cairan, akan mendorong iris ke
depan yang menyebabkan bilik mata depan menjadi dangkal
Lensa yang menjadi lebih cembung akan meningkatkan daya bias, sehingga terjadi
perubahan refraksi
3. Katarak matur
Kekeruhan sudah mengenai seluruh lensa, warna menjadi putih keabu-abuan
Tajam penglihatan menurun sampai hitung jari atau gerakan tangan atau persepsi cahaya
4. Katarak hipermatur
Apabila stadium matur dibiarkan akan terjadi pencairan korteks dan nucleus tenggelam ke
bawah (KATARAK MORGAGNI), atau lensa akan terus kehilangan cairan dan keriput
(SHRUNKEN CATARACT). Operasi pada stadium ini kurang menguntungkan karena
menimbulkan penyulit.
ANAMNESIS
- Tajam penglihatan menurun; makin tebal kekeruhan lensa, tajam penglihatan makin
mundur
Demikian pula bila kekeruhan terletak di sentral dari lensa penderita merasa lebih kabur
dibandingkan kekeruhan di perifer
- Penderita merasa lebih enak membaca dekat tanpa kacamata seperti biasanya karena
miopisasi
- Kekeruhan di subkapsular posterior menyebabkan penderita mengeluh silau dan
penurunan penglihatan pada keadaan terang
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2. Tonometri
3. Slitlamp biomikroskopi
4. Funduskopi
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
- Visus menurun bisa sampai LP (+). Diperiksa proyeksi iluminasi dari segala arah
pada katarak matur untuk mengetahui fungsi retina secara garis besar
- Refleks pupil terhadap cahaya pada katarak masih normal.
- Leukokoria : Tampak pupil berwarna putih pada katarak matur dan kekeruhan pada
lensa terutama bila pupil dilebarkan, berwarna putih keabu-abuan yang harus dibedakan
dengan refleks senil.
- Tes iris shadow (bayangan iris pada lensa) : yang positif pada katarak imatur dan
negative pada katarak matur
- Refleks fundus pada stadium insipien dan imatur tampak kekeruhan kehitam-hitaman
dengan latar belakang jingga sedangkan pada stadium matur hanya didapatkan warna
kehitaman tanpa latar belakang jingga atau refleks fundus negative
DIAGNOSIS BANDING
1. Refleks senil : pada orang tua dengan lampu senter tampak warna pupil keabu-abuan
mirip katarak, tetapi pada pemeriksaan refleks fundus positif
2. Katarak komplikata : katarak terjadi sebagai penyulit dari penyakit mata (missal uveitis
anterior) atau penyakit sistemik (misal Diabetes Mellitus)
3. Katarak karena penyebab lain : misal obat-obatan (kortikosteroid), radiasi, rudapaksa
mata dan lain-lain
4. Kekeruhan badan kaca
5. Ablasi retina
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG
2. Biometri
3. Laboratorium : BSN
TERAPI
1. Pada stadis insipien dan imatur bisa dicoba koreksi dengan lensa kacamata yang
terbaik
2. Pencegahan sampai saat ini belum ada
3. Pembedahan : dilakukan apabila kemunduran tajam penglihatan penderita telah
mengganggu pekerjaan sehari-hari dan tidak dapat dikoreksi dengan kaca mata.
4. Pembedahan berupa ekstraksi katarak yang dapat dikerjakan dengan cara :
a. ECCE
b. ICCE
c. SICS
5. Koreksi afakia (mata tanpa lensa)
a. Implantasi intra okuler : lensa intra okuler ditanam setelah lensa mata diangkat
b. Kaca mata
Kekuatan lensa yang diberikan sekitar + 10 D bila sebelumnya emetrop
c. Lensa kontak : diberikan pada afakia monokuler di mana penderita koperatif, trampil dan
kebersihan terjamin
Kaca mata dan lensa kontak diberikan apabila pemasangan lensa intra okuler tidak dapat
dilakukan atau merupakan kontraindikasi
EDUKASI
1. Aturan perawatan paska operasi harus diikuti, sampai batas waktu yang ditentukan.
2. Diperlukan control rutin paska operasi sampai batas waktu yang diperlukan (1 – 3 bulan)
PROGNOSIS
INDIKATOR MEDIS
KEPUSTAKAAN
1. Vaughan D, Asbury T : General Ophthalmology, 15th ed, Lange Medical Publication,
California, 1995, pp. 160, 164-165
2. Basic And Clinical Science Course : Lens and Cataract, The Foundation of The American
Academy of Ophthalmology, 2001-2002, pp. 40-45, 96-110
3. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata, RSU Dr. Soetomo
Surabaya, 2006
5. GLAUKOMA
D. Pasca bedah IP
Gonioskopi :
a. Sudut terbuka; Pilocarpine diteruskan sampai tampak jelas lubang IP, Timolol
dan Prednisolone atau Dexamethasone diteruskan sampai kondisi mata tenang (bebas dari
inflamasi)
b. Sudut tetap tertutup; dugaan Glaukoma plateau iris, Glaukoma ektopia lentis
anterior, Glaukoma maligna
Menurunkan TIO
I. Tentukan Target TIO
1. Perhatikan factor usia, luasnya kerusakan dan tingginya TIO
2. Hasil dari Advanced Glaucoma Intervention Study (AGIS) menunjukkan TIO
< 18 mmHg terutama bila < 14 mmHg tidak menunjukkan progresivitas penyakit
II. Target TIO dapat dicapai melalui :
1. Obat sebagai pilihan pertama
Obat-obat yang dapat digunakan
a. Beta antagonis topical; menghambat produksi akuos
Betaxolol 0,25%-0,5%; timolol 0,25%-0,5% : sehari 2 kali. Carteolol 2% ed 1 x sehari
(pagi);
Kontra indikasi : asma, penyakit obstruksi paru, hipotensi, penyakit jantung dengan
kemungkinan bradikardia
b. Prostaglandin analog : melancarkan pembuangan uvea sclera
Latanoprost 0.005%; travoprost 0.004% = malam 1 kali; tafloprost 0,0015% 1 x malam
Unoproston 0.12% = sehari 2 kali
c. Prostamide : melancarkan pembuangan melalui trabekular dan
melalui uvea sclera bimatoprost 0.03% = malam 1 kali
d. Alfa 2 selected agonist : menghambat produksi akuos dan
melancarkan pembuangan uvea sclera
Brimonidine 0.15%, 0.2% = sehari 2 kali
e. Penghambat Carbonic Anhydrase Topikal : menghambat produksi
akuos dorzolamide 2%; brinzolamide 1% = sehari 2-3 kali
f. Obat-obat kombinasi
Timolol + dorzolamide; timolol + latanoprost
g. Pilocarpine 2% sehari 4 kali
Acetazolamide tablet 250 mg
Kedua obat ini sudah jarang digunakan karena efek samping yang sangat mengganggu
kenyamanan penderita (visus terganggu terutama di malam hari, nyeri sekitar mata,
frekuensi pemakaian >3x untuk Pilocarpine serta rasa mual, lemah, parestesi untuk
Acetazolamide)
Neuroprotection
Masih tetap percobaan klinis, khususnya Brimonidine dan Memantine
Proses penatalaksanaan
Dalam proses penatalaksanaan untuk mancapai Target TIO maka perlu
memperhatikan factor penting, yaitu :
a. Kualitas hidup : jangan sampai terganggu
b. Kepatuhan : untuk obat, jumlah dan frekuensi pemakaian harus
sekecil mungkin, jadwal pemakaian, dll
GLAUKOMA FAKOLITIK
PENGERTIAN
Merupakan glaucoma sekunder sudut terbuka yang timbul akibat keluarnya
protein lensa pada katarak matur dan hipermatur.
ANAMNESIS
Tajam penglihatan menurun bertahap. Mata merah dan nyeri mendadak.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2. Tonometri
3. Slitlamp biomikroskopi
4. Funduskopi
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
- Tajam penglihatan menurun sampai hanya dapat memeriksa persepsi cahaya
- TIO meningkat sangat tinggi
- Hiperemi konjungtiva dan siliar
- Edema kornea
- BMD dalam, didapatkan flare, sel, tanpa KP terdapat partikel putih yang melayang
pada kasus yang berat partikel tersebut membentuk “pseudohypopion”
- Lensa didapatkan katarak matur dan hipermatur
- Gonioskopis, sudut terbuka
DIAGNOSIS BANDING
1. Glaukoma fakomorfik
- Katarak imatur atau matur
- Sudut BMD tertutup
2. Glaucoma sudut tertutup akut
- Lensa jernih
- Sudut tertutup
3. Glaucoma neovaskuler
- Neovaskularisasi pada iris
4. Glaucoma sekunder kornea uveitis
- Sinekia posterior total, iris bombans, sudut tertutup
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Gonioskopi
- USG B-scan
TERAPI
1. Obat-obat untuk menurunkan tekanan intra okuler
- Bahan hiperosmotik
- Penghambat karbonik anhidrase
- adrenergic antagonis, topical
Diberikan kortikosteroid topical dan sistemik untuk menekan reaksi radang sebelum
pembedahan
2. Tindakan pembedahan dilakukan segera setelah diagnosis ditegakkan.
Tindakan bedah meliputi Ekstraksi katarak ekstrakapsuler atau dg tehnik Fakoemulsikasi
EDUKASI
Menjelaskan pada penderita dan keluarganya bahwa tujuan terapi yang dilakukan untuk
mempertahankan kondisi saat ini serta mencegah komplikasi lebih lanjut
PROGNOSIS
INDIKATOR MEDIS
KEPUSTAKAAN
1. Cantor L; Fechtner RD; Michael AJ; Simmons ST; Wilson AR; Brown SVL, eds.
Basic and Clinical Science Course, Glaucoma, Section 10; 2001-2002; San Francisco;
The Foundation of The American Academy of Ophthalmology
2. Hoskins HD, Kass MA : Becker-Shaffers. Diagnosis and Therapy of Glaucomas, The
CV Mosby Company, St. Louis, 1989
3. Kanski JJ; Clinical Ophthalmology, A Systematic Approach 4 th ed. Butterworth-
Heinemann, 1999, p. 228
4. Ritch R; Shields MB; Krupin T; eds. The Glaucomas; 2nd ed; 1996; St Louis, Mosby;
Year Book Inc., p. 1023-1033
Gumansalangi Els Aswan, Nurwasis, Komaratih E., Pedoman Diagnosis Terapi RSU Dr.
Soetomo, Bag/SMF Ilmu Penyakit Mata, Divisi Glaukoma, RSU Dr. Soetomo, tahun
2002
GLAUKOMA FAKOMORFIK
PENGERTIAN
Merupakan suatu glaucoma sekunder sudut tertutup yang timbul akibat lensa
yang membesar pada katarak imatur atau matur
ANAMNESIS
Keluhan
- Mata tiba-tiba merah dan nyeri
- Tajam penglihatan mendadak menurun
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2. Tonometri
3. Slitlamp biomikroskopi
4. Funduskopi
gonioskopi
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
- Mata merah, nyeri dan visus menurun
- Hiperemi limbal (siliar) dan konjungtiva
- Edema kornea
- BMD dangkal
- Pupil midmidriasis reflek menurun, iris bombans (pada blok pupil)
- Lensa katarak imatur/matur
- TIO sangat tinggi
Sudut BMD tertutup
DIAGNOSIS BANDING
1. Glaukoma sudut tertutup primer akut
- Lensa jernih
- Pupil lebar lonjong
2. Glaukoma sudut tertutup sekunder karena uveitis
Keratik presipitat, flare dan sel sinekia postetior total, iris bomban sudut tertutup
3. Glaucoma neovaskuler
- Neovaskularisasi pada iris
4. Glaucoma fakolitik
- Katarak matur/hipermatur
- Sudut terbuka
PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG B Scan
TERAPI
Segera turunkan TIO dengan obat-obat
- Bahan hiperosmotik (glycerin, manitol)
- Karbonik anhidrase inhibitor (acetazolamid)
- adrenergic antagonis (timolol) tetes mata
Tindakan pembedahan
- Bila katarak matur, tensi sudah turun dengan obat selanjutnya segera ekstraksi
katarak. Apabila tensi tidak turun dapat dilakukan sklerostomi posterior untuk aspirasi
vitreus melalui pars plana, untuk menurunkan TIO kemudian dilakukan ekstraksi katarak
dianjurkan iridektomi perifer.
- Lensa dengan katarak imatur
Tensi turun dengan obat, dilakukan laser iridotomi atau iridektomi melalui kornea
selanjutnya gonioskopi ulang, bila sudut tertutup/terbuka sempit lakukan trabekulektomi
- Tensi tidak turun dengan obat
Dilakukan bedah filtrasi dahulu.Ekstraksi katarak dilakukan pada tahap
berikutnya.Operasi katarak diusahakan dengan insisi kecil melalui kornea untuk
mengurangi kerusakan konjungtiva.
EDUKASI
Menjelaskan pada penderita dan keluarganya tentang kondisi sakitnya, bila penderita
tidak rawat inap, penderita harus dating keesokan harinya untuk memonitor TIO.
PROGNOSIS
INDIKATOR MEDIS
KEPUSTAKAAN
1. Cantor L; Fechtner RD; Michael AJ; Simmons ST; Wilson AR; Brown SVL, eds.
Basic and Clinical Science Course, Glaucoma, Section 10; 2001-2002; San Francisco;
The Foundation of The American Academy of Ophthalmology, p. 106-109
2. Hoskins HD, Kass MA : Becker-Shaffers. Diagnosis and Therapy of Glaucomas, The
CV Mosby Company, St. Louis, 1989
3. Kanski JJ; Clinical Ophthalmology, A Systematic Approach 4 th ed. Butterworth-
Heinemann, 1999, p. 229
Ritch R; Shields MB; Krupin T; eds. The Glaucomas; 2 nd ed; 1996; St Louis, Mosby; Year
Book Inc., p. 1033-1055
6. UVEA
ENDOFTALMITIS
PENGERTIAN
Endoftalmitis adalah peradangan dalam bola mata, disertai terjadinya abses pada badan
kaca.
ANAMNESIS
1. Visus menurun
2. Nyeri (pada sebagian besar kasus)
3. Kelopak mata bengkak
Mata merah dan bengkak
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2. Tonometri
3. Slitlamp biomikroskopi
4. Funduskopi
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
1. Endoftalmitis tipe ringan (lambat)
- Nyeri ringan
- Visus > 3/60
- Biasanya terjadi hari ke 7-14 post operasi
- Kultur sering positif mengandung Staphylococcus epidermis, bila negative harus
waspada : infeksi lain, bahan beracun atau iritasi
2. Endoftalmitis akut tipe berat (cepat)
- 1-4 hari post operasi
- Visus < 3/60
- Nyeri (keluhan jelas)
- Kuman penyebab : Staphylococcus aureus, gram (-) Serratia, Proteus,
Pseudomonas
3. Endoftalmitis kronis
- Onset dan tanda-tanda sangat bervariasi
- Visus baik
- Nyeri minimal
- Hipopion sangat jarang
- Kuman penyebab yang tersering :
1. 6 minggu post op : P.acnes, radangnya nongranulomatous
2. 3 bulan post op : Candida albicans
3. 3 bulan – 2 tahun post op : P. Acnes dengan tanda-tanda radang
granulomatous, KP dan hipopyon ringan
Dapat juga oleh karena tindakan Nd. Yag laser kapsulotomi
Endoftalmitis endogen
4. Sebabnya oleh karena septicemia : misalnya pada penyakit kronis,
penyakit imuno-supresif dll.
5. Bersifat akut
6. Nyeri
7. Visus menurun
8. Terdapat hipopion
9. Vitritis
Kadang-kadang terjadi bersamaan pada kedua mata
DIAGNOSIS BANDING
Sulit membedakan endoftalmitis oleh karena bakteri, jamur atau oleh karena keradangan
intra-okuler yang lain.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG
2. Tapping/aspirasi badan kaca dan bilik mata depan : Kultur dan Tes sensitivitas
TERAPI
Profilaksis
1. Dilakukan pemberian antibiotic pre-operasi pada palpebra dan konjungtiva pada penderita
dengan resiko tinggi; misalnya blefaritis, gangguan lakrimal, konjungtivitis sikatrikalis,
pemakai prostesis, diabetes mellitus dan penderita dengan imuno-supresif
2. Pemberian povidon-jodium 5%
3. Drapping yang baik
(pemberian irigasi antibiotic dan subkonjungtiva memberikan hasil yang tidak pasti)
Terapi
- Terapi endoftalmitis sangat tergantung pada tipe lambat/cepat, derajat keradangan dan
luasnya keradangan
- Pada kasus dengan visus LP (+): Vitrektomi dan pemberian antibiotic intra vitreal
memberikan hasil yang lebih baik
- Gram (+)
- Vancomycine
- Gram (-)
- Aminoglikosida : Gentamycine, tobramycine, amikacin (ketiga obat ini toksik untuk
retina), sefalosporin
- Fluoroquinolon oral dikenal mempunyai penetrasi yang baik intra-okuler dan
mempunyai potensi yang baik untuk bakteri (kecuali untuk Streptococcus dan bakteri
gram (+) hanya mempunyai potensi terbatas)
Cara pemberian :
1. Topical
2. Sub-konjungtiva : Vancomycine / Cephalosporine
3. Intra-okuler / intravitrus : Vancomycine, Amikacin dan Amphoterisin-B
4. Pada kasus Candida : dengan oral Fluconazol dan topical Flucitocyn
(buku lain mengatakan : intravitreal amikacin / cephalosporin tidak memberikan hasil
yang bermakna)
Dosis :
7. RETINA
RETINOPATI DIABETIK
PENGERTIAN
Kelainan retina akibat diabetes mellitus. Dasar kelainan RD adalah terjadinya
mikroangiopati di pembuluh darah kapiler retina, kelainan ini sering disebut dengan
“Intra retinal microangiopathy” (microvascular abnormalities).
ANAMNESIS
Tajam penglihatan bisa normal, menurun atau sampai tidak bisa melihat. Ada riwayat
menderita Diabetes Mellitus, kadang penderita tidak tahu kalau menderita DM.
PEMERIKSAAN FISIK
- Visus dan refraksi
- Tonometri
- Slitlamp Biomikroskop
- Funduskopi
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
- Pemeriksaan fundal fluorescein angiography (FFA) dapat melihat dengan jelas adanya
mikroaneurisma yang berdifusi atau tidak berdifusi, daerah hipoksia atau iskemi adanya
neovaskularisasi di retina di papil maupun di vitreous dan melihat dengan pasti adanya
edema di macula atau di retina, serta Intra Retina Micro Angiopathy (IRMA)
- Pemeriksaan OCT terutama untuk mendeteksi adanya edema macula.
3. Clinically significant macular edema (CSME), edema macula yang bermakna secara
klinis, bila terdapat salah satu hal berikut :
- Edema retina yang terletak pada atau di dalam radius 500 µm dari pusat
macula
- Eksudat keras yang terletak pada atau di dalam radius 500 µm dari pusat
macula
- Penebalan retina lebih dari luas discus yang terdalam dalam radius 1 diameter
discus optikus dari pusat macula
DIAGNOSIS BANDING
. Mikroaneurisma dan perdarahan akibat retinopati hipertensi, oklusi vena retina
2. Perdarahan vitreous dan neovaskularisasi akibat kelainan vitreo-retinoa yang lain
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- FFA
- OCT
USG
TERAPI
1 Konsutasi Penyakit Dalam untuk pengendalian kadar gula darah, tekanan darah dan
kolesterol darah untuk semua jenis dan tingkat retinopati DM
2 NPDR ringan sampai sedang tanpa edema macula :
Kontrol gula darah, tekanan darah dan kolesterol darah, pemeriksaan retina sampai 3-6
bulan
3 NPDR berat sampai PDR ringan untuk DM tipe 2 : bisa dilakukan fotokoagulasi laser
PRP.
4 PDR high risk : segera dilakukan laser panretina
5 Bila terdapat edema macula yang bermakna secara klinik : segera dilakukan fotokoagulasi
fokal yang akan mengurangi resiko penurunan penglihatan sedang, injeksi anti VEGF
intra vitreal akan memperbaiki visus pada sebagian besar kasus
6 Neovaskularisasi yang menetap walaupun telah dilakukan fotokoagulasi laser, dapat
diterapi dengan injeksi anti VEGF intra vitreal
7 Tindakan bedah vitrektomi dilakukan bila terdapat perdarahan vitreus massif yang tidak
diserap, dan ablasi retina tarikan yang melibatkan macula
Efek samping dari fotokoagulasi laser adalah berkurangnya lapang pandang perifer,
gangguan adaptasi gelap terang
EDUKASI
1. Regulasi Diabetes Mellitus dan faktor resiko yang lain seperti tekanan
darah dan kolesterol darah sangat penting untuk mencegah progresivitas Diabetik
Retinopati.
2. Kerusakan saraf mata yang sudah terjadi tidak dapat dipulihkan
fungsinya.
3. Tindakan Laser Fotokoagulasi diperlukan untuk mempertahankan sisa
penglihatan yang ada.
PROGNOSIS
INDIKATOR MEDIS
KEPUSTAKAAN
1. Carl Regillo. et.al, Basic and Clinical Science Course Retina and Vireous, American
Academy of Ophthalmology, San Fransisco, 2011, pp.
2. Ryan SJ. et al., Retina, 4th ed, Elsevier Mosby, Philadephia, 2006, pp.
3. Boyd S, et al., Retinal and Vitreoretinal Disease and Surgery, Jaypee, New Delhi,
2010, pp.
4. Moreno JMR, Johnson TM, Instant Clinical Diagnosis in Ophthalmology: Retina and
Vitreous, Jaypee. New Delhi, 2009, pp.
5. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Penyakit Mata, Rumah Sakit
Umum Dokter Soetomo Surabaya, 2006.
Tidak satupun klasifikasi yang sesuai untuk diterapkan pada fundus penderita hipertensi
secara kronologis
Klasifikasi Leishman (1957) cukup baik untuk menerangkan kronologis terjadinya,
namun kurang praktis, sedangkan menurut Keith-Wagener (1939) masih banyak dipakai
oleh para klinisi karena lebih praktis dalam menilai prognosis hipertensinya
Klasifikasi Keith-Wagener (1939):
Std I : penyempitan arteri dan sclerosis
Std II : Std. I ditambah : copper wire arteriole, AV nicking, dan penyempitan
Arteriole
Std III : Std II ditambah : Eksudat lunak, spasme arteriole, macular star,
perdarahan “flame”, perdarahan “blot”
Std IV : Std III ditambah edema pupil saraf optic
Khoroidopati
Terjadi pada fase akut dengan tekanan arterial yang cukup tinggi, biasanya pada
eklamsi/pre-eklamsi, feokromositoma atau “accelerated hypertension”
Zona nonperfusi yang luas mengenai kapiler khoroid akan menyebabkan eksudasi dan
separasi retina
8. NEURO – OFTAMOLOGI
PAPIL EDEMA
PENGERTIAN
Edema pada kedua nervus optik yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intracranial
oleh karena terdapatnya SOP atau hidrosefalus yang dapat dibuktikan pada pemeriksaan
neuroimaging.
ANAMNESIS
Tajam penglihatan dapat normal, maupun menurun, dengan dapat disertai dengan gejala
nerurologis seperti nyeri kepala hebat, tinnitus pulsatile, non spesifik paaraestesia dan
gejala lain yang berhubungan dengan penyebabnya.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan oftalmologi umum (tajam penglihatan)
2. Pemeriksaan dengan lampu celah
3. Funduskopi
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
1. Dapat ditemukan gejala nerurologis seperti nyeri kepala hebat, tinnitus pulsatile, non
spesifik paaraestesia dan gejala lain yang berhubungan dengan penyebabnya.
2. Terdapat keluhan Transient Visual Obscuration
3. Fotopsia
4. Terkadang dapat ditemukan adanya dipolopia yang disebabkan oleh parese n III, IV atau
VI karena peningkatan tekanan intrakranial.
5. Tajam penglihatan dapat normal atau menurun
6. Persepsi warna dapat normal atau menurun
Gangguan lapang pandangan
DIAGNOSIS BANDING
Neuritis Optika
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Visual Field
TERAPI
Tata laksana ditujukan pada penyebabnya.
EDUKASI
1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita
Menjelaskan mengenai pengobatan yang diberikan
PROGNOSIS
Tergantung onset dan kerusakan serta ada/ tidaknya penyakit lain yang menyertai.
INDIKATOR MEDIS
KEPUSTAKAAN
1. Jonathan D Trobe. Rapid Diagnosis in Ophthalmology. Neuroopthalmology, 2008.
2. Anthony pane, Michael Burdon, Neil R Miller, The Neurophthalmology, Survival Guide,
2007.
3. Neil R Miller, Nancy J Newman; clinical Neuroophthalmology Walsh-Hoyt, 6 th ed/2005.
4. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Penyakit Mata, Rumah Sakit Umum
Dokter Soetomo Surabaya, 2006.
PAPIL ATROFI
PENGERTIAN
Papil atrofi adalah degenerasi saraf optic yang tampak sebagai papil saraf optic yang
berwarna lebih pucat dari pada normal.
1. Papil atrofi primer :
- Terjadi sebagai akibat proses degenerasi di retina atau proses retrobulber
- Klinis tampak papil berbatas jelas, ekskavasio yang lebar, tampak lamina kribrosa
pada dasar ekskavasio
2. Papil atrofi sekunder
- Terjadi sebagai akibat peradangan akut saraf optic yang berakhir dengan proses
degenerasi
- Tampak tepi papil agak kabur, warna pucat sedangkan lamina kribrosa tidak
tampak
ANAMNESIS
Tajam penglihatan menurun perlahan-lahan sampai buta
Bila disebabkan oleh proses intracranial bisa disertai keluhan sering pusing/sakit kepala
yang berlangsung lama.
PEMERIKSAAN FISIK
- Visus
- Tonometri
- Slitlamp Biomikroskop
- Funduskopi
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
- Kemunduran tajam penglihatan perlahan-lahan, bisa sampai 0
- Gangguan lapang pandangan : berupa pelebaran dari bintik buta
- Kelainan fundus okuli :
o Papil N II pucat, batas tegas.
o Pembuluh darah retina mengecil atau menghilang
DIAGNOSIS BANDING
Anterior Iskhemik Optik Neuropati (AION)
Papil glaukomatosa
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Visual Field
- CT-Scan Kepala dan orbita
TERAPI
- Diusahakan mencari penyebabnya
- Evaluasi pada mata jiran
EDUKASI
Visus yang menurun karena papil atrofi tidak dapat diperbaiki.
PROGNOSIS
Dubius ad bonam
INDIKATOR MEDIS
KEPUSTAKAAN
1. Basic And Clinical Science Course : Neuro Ophthalmology, American Academy of
Ophthalmology, 1999-2000
2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Penyakit Mata, Rumah Sakit
Umum Dokter Soetomo Surabaya, 2006.
3. Collum, Chang : The Wills Eye Manual, Office and Emergency Rooms. Diagnosis
and Treatment of eye desease 2nd ed., 1994, p. 241-291
4. Miller Stephen J.H. : Parson’s Desease of the Eye, 7 th ed. Longman Group Ltd., New
York, 1984, pp. 225-226, 349
5. Neuro Ophthalmology Diagnosis and Management, Grant T. Liu, MD. : Nicholas C.
Volpe, MD : Stephen L. Galetta, MD, W.B. Sounders Company, 2001
6. Pavan Langston D. : Manual of Diagnosis and Therapy, 1 st ed., Little Brown and Co,
Boston, 1980, pp. 318-330
7. Phillips CI. : Basic Clinical Ophthalmology, 1st ed., Churchill Livingstone, Medical
Devision of Longman Group UK, ELBS, ed., 1986, p. 142
8. Vaughan D : General Ophthalmology, 15th ed, Lange Medical Publication, California,
1999, pp. 249-287
Operatip :
Tindakan parasintesa atau pengeluaran darah dari bilik mata depan (BMD) dikerjakan
bila :
Ada tanda-tanda kenaikan tekanan intra okuler atau glaucoma sekunder
Hifema yang tetap dan tidak berkurang lebih dari 5 hari
Hemosiderosis pada endotel kornea
EDUKASI
Pada penderita dengan riwayat trauma mata, dapat disertai timbulnya katarak lebih awal
dari seharusnya.
PROGNOSIS
Bila tidak disertai penyulit prognosis baik.
INDIKATOR MEDIS
KEPUSTAKAAN
1. Danny M, ed, 2001-2002, Basic and Clinical Sciences Course, External Disease and
Cornea, sect. 7, American Academy of Ophthalmology, p. 364-368
2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Penyakit Mata, Rumah Sakit Umum
Dokter Soetomo Surabaya, 2006.
3. Paton & Goldberg, 1985, Management of Ocular Injuries, 2 nd ed., WB Saunders Co.
USA, p. 188-198
4. Roper Hall MJ., 1987, Eye Emergencies, Churchill Livingstone New York, p. 88-90
5. Rhee, JD, Pyfer MF., (ed), 1999, Office and Emergency Room, Diagnosis and Treatment
of Eye Disease, The Wills Eye Manual, 3rd ed., Lippincott Williams & Wilkins, p. 32-37
Vaughan D, General Ophthalmology, 1999, 15th ed., Lange Medical Publication, Maruzen
Asia, p. 351
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Fluoresin test
TERAPI
Semua rudapaksa/trauma kimia merupakan kasus emergensi/darurat, sebaiknya
pertolongan pertama mulai dilakukan pada tempat kejadian sesegera mungkin, dengan
cara mencuci/irigasi dengan air bersih (air mineral, sumur, PDAM) sesering mungkin
sebelum dirujuk ke RS terdekat
Berikan anestesi local tetes mata
Diikuti irigasi dengan aquadest steril, cairan fisiologis (normal saline, Ringer Lactat)
secara manual memakai spuit 20 cc disposable, atau secara drip/continuous irrigation
dengan infusion set
Irigasi selain ditujukan pada kornea mata, juga untuk fornik superior/inferior, bila ada sisa
bahan kimia dapat dibersihkan dengan lidi kapas steril basah atau pinset
Irigasi minimal 1 liter untuk masing-masing mata, untuk bahan kimia asam irigasi
dilakukan selama ½ jam, untuk bahan kimia basa irigasi Selama 1 jam
Parasentesa untuk menetralisir pH di BMD, dengan memakai BSS untuk mengganti
aquous humor yang terkontaminasi bahan kimia
Obat-obat :
Sikloplegik jangka panjang (Atropin 2%) diberikan 1 tetes untuk mengurangi spasme iris,
mengurangi/mencegah perlekatan iris dengan lensa (sinekia anterior)
Antibiotic tetes mata untuk mencegah infeksi sekunder
Untuk kasus yang berat (grade 3 dan 4), dengan uveitis dapat diberikan kortikosteroid
tetes mata pada 2 minggu pertama untuk mengurangi inflamasi dengan
evaluasi/observasi ketat, pemberian steroid tetes mata > dari 2 minggu, harus hati-hati
karena dapat menghambat reepitelialisasi
Vitamin C tetes mata, mengurangi perlunakan kornea
EDUKASI
Pada kasus yang berat disertai kerusakan struktur permukaan mata akan menetap atau
bersifat residif.
PROGNOSIS
Hal-hal yang berpengaruh terhadap prognosis kesembuhan akibat trauma kimia :
Pertolongan pertama saat kejadian, semakin cepat, semakin baik prognosisnya
Jumlah dan tingkat kepekatan konsentrasi bahan kimia, semakin banyak jumlah dan
kepekatannya tinggi maka kerusakannya semakin hebat
INDIKATOR MEDIS
KEPUSTAKAAN
1. Danny M, (ed), 2001-2002, Basic and Clinical Sciences Course, External Disease and
Cornea, sect. 7, American Academy of Ophthalmology, p. 359-361
2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Penyakit Mata, Rumah Sakit Umum
Dokter Soetomo Surabaya, 2006.
3. Freeman M.K. Ocular Trauma, 1979, Chemical and Thermal Burns of The Eye, Appleton
Century Crofts, New York, p. 126
4. Paton & Goldberg, 1985, Management of ocular injuries, 2 nd ed., WB Saunders Co. USA,
p. 93-99
5. Roper Hall MJ. 1987, Eye Emergencies, Churchill Livingstone New york, p. 88
6. Rhee, JD, Pyfer MF 9ed), 1999, Office and Emergency Room, Diagnosis and Treatment
of Eye Disease, The Wills Eye Manual, 3rd ed., Lippincott Williams & Wilkins, p. 19-22
7. Vaughan D, General Ophthalmology, 1999, 15th ed., Lange Medical Publication, Maruzen
Asia, p. 351-352
PTOSIS KONGENITAL
PENGERTIAN
Kelainan congenital yang menyebabkan gangguan mengangkat kelopak mata.
ANAMNESIS
Mata tampak mengantuk dan penderita mengalami kesulitan untuk membuka mata sejak
lahir. Kadang-kadang penglihatan terganggu.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2. Tonometri
3. Inspeksi
4. Slitlamp biomikroskopi
5. Funduskopi
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
Pemeriksaan visus dengan Snellen
Aksi levator :
Penderita duduk didepan pemeriksa
Pemeriksa memegang dengan ibu jari di daerah alis
Penderita melihat ke arah bawah, kemudian ke atas
Perbedaan kedua jarah ini merupakan aksi levator
MLD = Margin Limbal Distance
Jarak tepi limbus bawah sampai ke tepi kelopak, pada saat penderita melihat ke atas.
Bell’s fenomena yaitu bila penderita tidur bola mata menggulir ke atas
MRD = Margin Reflex Distance, yaitu jarah pupil ke tepi kelopak mata pada posisi
normal
DIAGNOSIS BANDING
Ptosis kogenital dengan anomaly lain
Ptosis neurogenik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Visual Field
USG
TERAPI
- Dilakukan Sling Fascia atau silicon bila aksi levator < 4 mm
Dengan bantuan fascia atau silicon maka otot levator digantung pada otot frontalis
sehingga gerakan membuka mata dapat lebih lebar
- Reseksi levator
Dikerjakan bila aksi levator > 4 mm
EDUKASI
PROGNOSIS
Baik
INDIKATOR MEDIS
KEPUSTAKAAN
1. Chen William P : Oculoplastic Surgery, The Essentials, Thieme New York, New York,
2001, p. 90-91
2. Collin J.R.O. : A Manual of Systematic Eyelid Surgery, Second Ed., Churchill
Livingstone, London, UK, 1989, p. 43-44
3. Danny, M. (ed) 2001-2002, Basic and Clinical Science Course: Orbit, Eyelid, and
Lacrimal System, Section 7, The Foundation of American Academy of Ophthalmolofy,
USA, 2009, p. 189-198
4. Kansky Jack J. : Clinical Ophthalmology, A Systematic Approach, Fourth ed.,
Butterworth Heinemann, A Division of Reed Educational and Professional Publishing
Ltd, Oxford, 1999,
5. Vaughn D : General Ophthalmology, 15th ed, Appleton and Lange, Stamford, Connecticut,
1999, p. 83-85
DAKRIOSISTITIS
PENGERTIAN
Infeksi pada sakus lakrimalis merupakan penyakit akut atau kronis yang terjadi
pada bayi atau orang dewasa.Umumnya unilateral dan selalu didahului oleh adanya
sumbatan duktus nasolakrimalis.
ANAMNESIS
Penderita mengeluh nyeri di daerah kantus medialis yang menyebar ke daerah dahi, orbita
sebelah dalam dan gigi depan.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2. Tonometri
3. Inspeksi
4. Slitlamp biomikroskopi
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
Pada keadaan akut tidak boleh dilakukan irigasi maupun sondage
Pemeriksaan foto sinus dan CT Scan untuk menyingkirkan diagnosa banding.
DIAGNOSIS BANDING
Abses Palpebra
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
TERAPI
Kompres air hangat berulang-ulang
Antibiotic topical maupun sistemik sesuai dengan hasil kultur dan tes kepekaan
Dekompresi sakus
Probing dan Dacryocystorhinostomy dilakukan bila keadaan sudah tenang
EDUKASI
PROGNOSIS
INDIKATOR MEDIS
KEPUSTAKAAN
1. Chen William P : Oculoplastic Surgery, The Essentials, Thieme New York, New York,
2001, p. 285
2. Collin J.R.O. : A Manual of Systematic Eyelid Surgery, Second Ed., Churchill
Livingstone, London, UK, 1989, p. 109-111
3. Danny, M. (ed) 2001-2002, Basic and Clinical Science Course: Orbit, Eyelid, and
Lacrimal System, Section 7, The Foundation of American Academy of Ophthalmolofy,
USA, 2001, p. 248-254
4. Kansky Jack J. : Clinical Ophthalmology, A Systematic Approach, Fourth ed.,
Butterworth Heinemann, A Division of Reed Educational and Professional Publishing
Ltd, Oxford, 1999, p. 53
5. Vaughn D : General Ophthalmology, 15th ed, Appleton and Lange, Stamford, Connecticut,
1999, p. 88-89
6. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Penyakit Mata, Rumah Sakit Umum
Dokter Soetomo Surabaya, 2006.
RETINOBLASTOMA
PENGERTIAN
Tumor ganas jaringan embriyonal retina pada anak dan bayi sampai umur lima tahun.
ANAMNESIS
Tajam penglihatan menurun.Mata merah yang sifatnya residif, mata juling dan memberi
kesan membesar / lebih besar dari mata jiran-nya. Bila mata kena sinar akan memantul
seperti mata kucing, disebut :”amaurotic cat’s eye”.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Visus dan refraksi
2. Inspeksi
3. Slitlamp biomikroskopi
4. Funduskopi
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
- Visus menurun
- Mata merah dan sidatnya residif
- Mata juling
- ”Amaurotic cat’s eye”
- Proptosis
- Pada pupil tampak adanya reflek keputih-putihan disebut lekokoria. Bila tumor
tumbuh cepat tanpa diikuti system pembuluh darah, maka sebagian sel tumor mengalami
nekrose dan melepaskan bahan-bahan toksik yang menyebabkan iritasi pada jaringan
uvea, sehingga timbul uveitis disertai dengan pembentukan hipopion dan hifema.
Catatan : radiasi dan kemoterapi dilakukan dirumah sakit rujukan yang mempunyai
fasilitas
EDUKASI
Bila masih terbatas di retina, kelangsungan hidup lima tahun 95%
Bila metastase ke orbita, kelangsungan hidup lima tahun 5%
Bila metastase ke tubuh, kelangsungan hidup lima tahun 0%
PROGNOSIS
1. Jenis tindakan / pengobatan tergantung dari stadium tumor, bila perlu dilakukan terapi
lanjutan (radioterapi dan kemoterapi).
2. Kelangsungan hidup tergantung stadium dari tumor.
INDIKATOR MEDIS
KEPUSTAKAAN
1. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Penyakit Mata, Rumah Sakit
Umum Dokter Soetomo Surabaya, 2006.
2. The Foundation of American Academy of Ophthalmology. Basic and Clinical Science
Course. Retina and Vitreous. Section 12 ; 2003-2004 : p. 256-263.
3. Zwaan J. Leuckocoria. In : van Heuven WAJ, Zwaan J, eds. Decision Making in
Pediatric Ophthalmology. An Algoritmic Approach. 2nd Edition. Mosby, 2000 p. 182-83.
4. Peyman, Apple, Sander : Intraocular tumor Appleton, Century, Crot TS, New York,
1981, pp. 235-285
5. Spencer W.H : Ophthalmic Pathology, An Atlas and Textbook, Vol II, 3 rd ed, WB
Saunders, 1985, pp. 1292-1351
6. Vaughan D, Asbury T : General Ophthalmology, 12 th ed, Lange Medical Publication,
California, 1989, pp. 187-188