Anda di halaman 1dari 11

NAMA : Damayanti Saragih

NIM : 2501416032
ROMBEL : Selasa, pukul 11:00 WIB

PROSES GARAP KOREOGRAFI TARI RUMEKSA DI SANGGAR TARI DHARMO


YUWONO KABUPATEN BANYUMAS

Damayanti Saragih
Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang
Email : mamaysaragih@gmail.com

Abstrak
Tari Rumeksa merupakan tari kreasi yang diciptakan oleh Ibu Kustiah dan tim. Proses
penciptaan tari Rumeksa terinspirasi dari kesenian Lengger Banyumasan. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan proses dan bentuk koreografi tari Rumeksa. Penelitian ini
menggunakan pendekatan penelitian koreografis dengan metode kualitatif. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknis
analisis data melalui tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil
dari penelitian menunjukan bahwa koreografi tari Rumeksa meliputi proses koreografi dan
bentuk koreografi. Proses koreografi terdiri dari proses penemuan ide, eksplorasi, improvisasi
dan komposisi. Bentuk koreografi meliputi judul, pola garap, gerak, iringan, tata rias, tata
busana dan properti. Tari Rumeksa memiliki keunikan yaitu gerakan tari Rumeksa terdiri dari
gerakan tari lenggeran, baladewan dan ebeg/jaranan. Dilengkapi dengan pemakaian busana
jeblosan guna mempermudah dalam melakukan gerakan, tanpa menghilangkan kesan feminim
dan menggunakan iringan calung Banyumas membuat tari Rumeksa terkesan lincah, meriah,
dan memiliki daya tarik tersendiri.
Kata kunci : Koreografi, Sanggar Dharmo Yuwono, Tari Rumeksa.

PENDAHULUAN tari juga merupakan salah satu produk


budaya manusia sebagai hasil olahan cipta,
Tari pada dasarnya adalah sarana
rasa dan karsanya (Sumaryono 2011:5-13).
untuk mengungkapkan perasaan dan jiwa
manusia, baik secara perorangan, bersama- Seni tari adalah salah satu seni yang
sama atau bagi anakanak, remaja atau orang mempunyai arti penting dalam kehidupan
dewasa. Tari selain sebagai media ekspresi manusia karena dapat memberikan
manusia secara individu sebagaimana berbagai manfaat, seperti sebagai hiburan
sudah diuraikan sebelumnya, juga dan sarana komunikasi. Mengingat
merupakan ekspresi komunal bagi manfaatnya bagi masyarakat, tari dapat
sekelompok manusia. Dalam arti kata lain hidup, tumbuh dan berkembang sepanjang
[1]
zaman sesuai dengan perkembangan yang terkenal dan eksis di kabupaten
kebudayaan (Jazuli 1994:1). Setiap karya Banyumas.
seni, sedikit banyak mencerminkan seting
Hal yang menarik dari sanggar
masyarakat tempat seni itu diciptakan.
Dharmo Yuwono adalah mengedepankan
Sebuah karya seni ada karena seorang
proses pembelajaran, memperhatikan
seniman menciptakannya. Kehidupan
kualitas peserta didiknya dengan
dalam masyarakat itu merupakan kenyataan
pementasan-pementasan yang bertujuan
yang langsung dihadapi sebagai rangsangan
untuk melestarikan budaya. Tarian yang
atau pemicu kreativitas kesenimanannya
menjadi materi di sanggar Dharmo
(Sumardjo 2000:233).
Yuwono adalah tari Bondan, tari
Salah satu sanggar di Kabupaten Manipuren, Tari tumandhang dan tari
Banyumas bernama Sanggar Dharmo Rumeksa. Sanggar Dharmo Yuwono
Yuwono mencoba menghidupkan kembali memiliki peranan sangat penting dalam
kesenian khas Banyumas seperti Ebeg, proses koreografi tari Rumeksa.
Hadroh, Wayang Kulit, Lengger,
Tari Rumeksa adalah tari kreasi
Kenthongan dan tari-tarian yang mulai
baru yang diciptakan oleh ibu Kustiah dan
hilang, dengan cara menciptakan kesenian
tim sebagai bentuk hasil revitalisasi
baru atau tarian baru yang terinspirasi dari
pertunjukan Lengger semalam suntuk yang
kesenian khas Banyumas. Sanggar tersebut
mengutamakan unsur keindahan pada saat
menciptakan tari kreasi yang terinspirasi
proses penyusunannya. Kata Rumeksa
dari kesenian Lengger Banyumas yaitu tari
yang berarti menjaga, tari Rumeksa
Rumeksa. Sanggar Tari Dharmo Yuwono
merupakan salah satu upaya pemerintah
merupakan salah satu sanggar tari yang
kabupaten Banyumas untuk menjaga atau
masih aktif di kabupaten Banyumas.
melestarikan tari Lengger Banyumasan
Sanggar Dharmo Yuwono berdiri pada
sebagai identitas masyarakat kabupaten
bulan Juli tahun 1979 di Desa Purwokerto
Banyumas. Tari Rumeksa dikemas menjadi
Wetan kecamatan Purwokerto. Pendiri
sedemikian menarik dengan singkat, padat
sanggar Dharmo Yuwono adalah Bapak
dan dinamis menyebabkan masyarakat
Kamaru Samsi.
kabupaten Banyumas lebih menyukai tari
Sanggar Dharmo Yuwono Rumeksa.
merupakan sanggar yang sudah bekerja
Dilihat dari bentuk koreografi Tari
sama dengan dinas pariwisata kabupaten
Rumeksa yang meliputi judul, pola
Banyumas dan selalu aktif dalam mengikuti
garapan, gerak, jumlah penari, iringan, tata
kegiatan yang berhubungan dengan agenda
rias, tata busana dan properti terlihat unik.
pariwisata. Sanggar Dharmo Yuwono
Tari Rumeksa dikategorikan sebagai tari
sering mewakili sanggar tari lainnya yang
tunggal yang biasa ditarikan oleh kelompok
berada di kabupaten Banyumas untuk
dengan jumlah penari lima orang penari
mengikuti kegiatan tahunan seperti upacara
wanita atau lebih dan dapat ditarikan oleh
dan pementasan hari jadi Kabupaten
kalangan anak-anak, dewasa dan ibu-ibu.
Banyumas, pemilihan kakang mbekayu,
Gerakan tari Rumeksa terdiri dari gerakan
serta mewakili lomba antar kabupaten.
tari gagahan, jaranan dan lengger. Gerakan
Banyaknya kegiatan yang diikuti oleh
tari gagahan, jaranan dan lenggeran dapat
Sanggar Dharmo Yuwono membuat
kita temui dari gerakan awal sampai akhir
sanggar Dharmo Yuwono menjadi sanggar
dalam tari Rumeksa, sehingga tari Rumeksa
terlihat unik dan menarik.

[2]
Secara konseptual koreografi METODE
merupakan proses penyeleksian atau
Penelitian yang berjudul Proses
pembentukan gerak menjadi wujud tarian.
Garap Koreogrfai Tari Rumeksa di Sanggar
Tujuan koreografi adalah pengembangan
Tari Dharmo Yuwono Desa Purwokerto
aspek-aspek ruang, waktu, dan energi yaitu
Wetan Kecamatan Purwokerto Timur
gerak itu sendiri sebagai materi tari,
Kabupaten Banyumas mengguakan metode
sehingga engalman koreografer harus
kualitatif. Teknik pengumpulan data yang
diarahkan kepada proses pengalaman gerak
digunakan dalam penelitian ini yaitu
itu sendiri (Hadi 1996:36). Koreografi
observasi, wawancara dan dokumentasi.
adalah suatu proses penyeleksian dalam
Teknik keabsahan data secara utama
membentuk gerakan dan merencanakan
mengunakan triangulasi sumber. Teknik
gerak guna memenuhi tujuan tertentu
analisis data dalam penelitian ini
dalam sebuah tarian (Hadi 2011:70). Suatu
menggunakan reduksi data penyajian data
koreografi membutuhkan pengalaman yang
verivikasi data dan penarikan kesimpulan.
yang kreatif untuk mendapatkan hasil
koreografi sesuai dengan tujuan. Pendekatan penelitian ini
menggunakan pendekatan penelitian
Koreografi yang sering digunakan
korografi. Pendekatan koreografis
di Indonesia diantaranya kata „garap‟ atau
merupakan pemahaman dalam melihat
„menggarap‟. Kata garap artinya
serta memahami suatu tari dengan
mengubah suatu menjadi yang lain.
menganalisis konsep-konsep bentuk, isi
Menggarap artinya mengubah gerak
dan teknik didalamnya dari sisi
sehingga menjadi bentuk sajian karya tari
koreografinya. Bentuk, isi dan teknik bila
(Rochana dan Dwi 2014: 1). Proses
ditelusuri berkaitan erat dengan “wiraga-
koreografi pertama-tama yang harus
wirama” yang berhubungan dengan teknik
diperhatikan adalah bagaimana menyusun
pengaturan panjang pendeknya frase gerak
atau menata gerak dari banyak penari
serta “wirasa” berkaitan dengan rasa gerak,
menjadi kesatuan bentuk yang berarti,
pembawaan bahkan isi maksud dari tarian
Proses koreografi terdiri dari beberapa
yang disajikan (Hadi 2011: 35).
tahap yaitu proses penemuan ide,
eksplorasi, improvisasi dan komposisi. Lokasi penelitian dilakukan di
Laku kreatif yang ada dalam koreografi tari Sanggar Dharmo Yuwono Jalan Supriyadi
dimaksud sebagai kreativitas seorang 1/2 Purwokerto Wetan Kecamatan
seniman yang tertuang dalam penyusunan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas,
maupun penataan karya tari (Hadi 2011:70- dengan alasan untuk mendapatkan data
80). yang diperlukan oleh peneliti terkait
dengan masalah yang dikaji dan
Masalah yang dikaji pada penelitian
keberadaan tari Rumeksa di sanggar
ini adalah bagaimana proses dan bentuk
Dharmo Yuwono. Teknik pengumpulan
koreografi tari Rumeksa di sanggar tari
data dilakukan dengan menggunakan
Dharmo Yuwono? Berdasarkan masalah
teknik observasi, wawancara, dan
yang diungkapkan, maka tujuan dari
dokumentasi. Rohidi (2011: 182)
penelitian ini adalah menganalisis proses
menjelaskan bahwa metode observasi
dan bentuk koreografi tari Rumeksa di
adalah metode yang digunakan untuk
sanggar Dharmo Yuwono.
mengamati sesuatu, seseorang, suatu
lingkungan atau situasi secara tajam terinci
dan mencatatnya secara akurat dalam

[3]
beberapa cara dalam penelitian seni berkaitan dengan praktek-praktek
kegiatan observasi akan mengungkapkan berkesenian, dimana tokoh yang
gambaran sistematis mengenai peristiwa bersangkutan menjadi bagian daripadanya
kesenian tingkah laku (kreasi dan apresiasi) (Rohidi 2011:208).
dan berbagi perangkatnya (medium dan
Narasumber penelitian adalah Pak
teknik) pada tempat penelitian (studio,
Carlan selaku ketua sanggar tari Dharmo
galeri, ruang pamer, komunitas, dsb) yang
Yuwono wawancara dilakukan di rumah
dipilih untuk diteliti.
Bapak Carlan di Jl. Dr angka perum Graha
Pelaksanaan observasi diawali Mustika no 78 kelurahan Sokanegara
dengan 1) peneliti membuat janji dengan kecamatan Purwokerto Timur. Wawancara
narasumber (Kustiah) koreografer tari terkait dengan sejarah sanggaar Dharmo
Rumeksa dan (Carlan) ketua sanggar Yuwono, kepengurusan sanggar, sarana
Dharmo Yuwono untuk meminta ijin prasarana, keberadaan tari Rumeksa di
melakukan observasi pada tanggal 16-18 sanggar tari Dharmo Yuwono. Wawancara
Januari 2017. Observasi awal mengenai dilakukan pada tanggal 16 Januari 2017.
lokasi sanggar, kondisi fisik sanggar
Narasumber berikutnya koreografer
Dharmo Yuwono. 2) peneliti kembali
tari Rumeksa yaitu Bapak Hesti Purnomo
melakukan observasi tanggal 7 Februari
dan Ibu Kustiah, Bapak Rustam Aji selaku
dan 3 Maret 2017 berkaitan dengan
pemusik pada tari Rumeksa kemudian Dyo
gerakan, iringan, properti yang digunakan
mawar sebagai penari. Wawancara dengan
dalam tari Rumeksa.. Observasi tanggal 23
ibu kustiah terkait dengan proses latihan
September 2017 pementasan tari Rumeksa
tari Rumeksa, sejarah tari Rumeksa, latar
di taman Andong Pangrenan Purwokerto,
belakang penciptaan, proses koreografi dan
observasi mengenai bentuk koreografi yang
bentuk koreografi tari Rumeksa.
meliputi tata busana dan tata rias. Peneliti
Wawancara dilakukan pada 8 Februari dan
melakukan observasi kembali pada tanggal
7 Maret 2017 di sanggar Dharmo Yuwono.
9 Oktober 2017 pementasan tari Rumeksa
Wawancara dengan pak Hesti Purnomo dan
di acara pemilihan kakang mbakyu
Dyo Mawar dilakukan di tanan wisata
kabupaten Banyumas di Rita Mall
Andang Pangrenan terkait dengan proses
Purwokerto untuk melengkapi data-data
penciptaan atau proses koreografi dan
sudah diperoleh.
bentuk koreografi dari tari Rumeksa.
Wawancara adalah suatu teknik Wawancara dilakukan pada tanggal 23
yang digunakan untuk memperoleh September 2017.
informsi tentang kejadian yang oleh
Dokumentasi menurut Rohidi
peneliti tidak dapat diamati sendiri secara
(2011: 195-198) dilakukan dengan empat
langsung, baik karena tindakan atau
cara yaitu teknik fotografi, video, audio dan
peristiwa yang terjadi di masa lampau
skets. Dalam penelitian ini teknik
ataupun karena peneliti tidak diperbolehkan
pengumpulan data dengan teknik
hadir di tempat kejadian itu. Wawancara
dokumentasi menggunakan teknik
hanya akan berhasil jika orang atau tokoh
fotografi, teknik video, dan teknik audio
yang diwawancarai bersedia dan dapat
untuk merekam hasil gambar dan
menuturkan dengan kata-kata tentang cara
wawancara yang perlu direkam.
berlaku yang telah menjadi kebiasaan
tentang kepercayaan dan nilai-nilai yang Dokumentasi yang dilakukan oleh
dijunjung oleh masyarakat dalam hal yang peneliti untuk mendapatkan data tentang

[4]
tari Rumeksa berupa foto, video dan mudah dipahami (Sugiyono 2009: 249).
rekaman wawancara untuk membuktikan Pada tahap ini data yang sudah diringkas
kebenaran dari masalah yang dikaji oleh supaya masuk pada kelompokkelompok
peneliti serta memperkuat kebenarannya. data yang sesuai dengan sifatnya masing-
Jenis-jenis dokumen atau arsip yang masing, dijelaskan kembali berdasarkan
diperoleh pada saat meneliti diantaranya 1) pedoman observasi, wawancara dan
cerita, 2) gerak, 3) rincian tata rias dan dokumentasi. Penyajian data yang
busana 4) notasi ringinan. dilakukan oleh peneliti mengenai proses
garap koreografi tari Rumeksa di sanggar
Peneliti menggunakan teknik
tari Dharmo Yuwono dengan
keabsahan data triangulasi sumber yaitu
mendeskripsikan data yang diperoleh dari
menggecek data yang diperoleh dengan
lapangan dan menguraikannya dalam
melalui observasi, wawancara dan
bentuk teks naratif. Langkah penyajian data
dokumentasi dari sumber atau informan.
dengan menampilkan foto yang telah
Teknik wawancara pada penelitian
dipilih pada bagian hasil dan pembahasan,
digunakan untuk mencari informasi dari
foto yang ditampilkan kemudian diberikan
beberapa informan yang berbeda yaitu,
keterangan naratif dan dideskripsikan. Foto
memperoleh data dari Ibu kustiah
disajikan pada bab yang sesuai untuk
mendapatkan informasi mengenai sejarah
menjelaskan masalah penelitian yang ada
tari Rumeksa, proses penciptaan atau
proses koreografi tari Rumeksa, bentuk Sugiyono (2009: 253) menjelaskan
koreografi tari Rumeksa dan proses latihan bahwa kesimpulan dalam penelitian
tari Rumeksa. Sedangkan Bapak Hesti kualitatif adalah merupakan temuan baru
Purnomo dan Bapak Rustam Aji yang sebelumnya belum pernah ada.
mendapatkan informasi mengenai proses Temuan dapat berupa deskripsi atau
penciptaan atau proses koreografi, bentuk gambaran suatu objek yang sebelumnya
Koreografi dan bentuk musik iringan tari masih remang-remang atau gelap sehingga
Rumeksa. Dayu Aulia dan Dyo Mawar setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa
mengenai proses latihan tari Rumeksa di kausai atau interaktif, hipotesis atau teori.
sanggar tari Dharmo Yuwono, dan proses Penarikan kesimpulan yang dilakukan oleh
pementasan tari Rumeksa. peneliti yaitu dengan peninjauan kembali
mengenai proses garap koreografi tari
Miles dan Huberman (dalam Rohidi
Rumeksa di sanggar tari Dharmo Yuwono,
2011: 233) menjelaskan definisi tentang
apakah terjadi kecocokan antara data yang
analisis data seni adalah suatu cara bagi
didapat dengan teknik observasi,
pencarianatau pengujian pernyataan umum
wawancara dan dokumentasi. Ketiga
tentang keterkaitan dan yang mendasari
komponen analisi tersebut aktifitasnya
tema-tema. Berikut adalah kegiatan yang
dilakukan dalam bentuk interaktif dengan
dilakukan dalam menganalisis data (a)
proses pengumpulan data sebagai suatu
reduksi data (b) penyajian data (c)
proses siklus.
penarikan kesimpulan dari dua yang
pertama, dan telah memberi kerangka dasar Pada penelitian tari Rumeksa
yang bagi analis yang dijalankan. peneliti sebelumnya mengumpulkan dan
merangkum keseluruhan data-data dari
Langkah selanjutnya setelah data
hasil observasi, wawancara dan
direduksi yaitu melalui penyajian data,
dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti.
maka data terorganisasi, dan tersusun
Wawancara yang dilakukan dengan ketua
dalam pola hubungan, sehingga semakin

[5]
sanggar, koreografer, penari dan penonton. tetapi tidak meninggalkan unsur jeblosan.
Selain wawancara peneliti juga Tari Rumeksa pernah ditarikan di depan
mengumpulkan dokumentasi pada saat bapak Presiden Susilo Bambang
wawancara dan observasi yang berupa Yudhoyono pada saat acara kunjungan
foto, video, rekaman suara dan dokumen kerja presiden tanggal 21 Februari 2013 di
atau arsip. Data hasil penelitian disajikan Tegal (wawancara Ibu Kustiah 8 Februari
dengan bentuk uraian di mulai dari sejarah, 2017). Sampai saat ini tari Rumeksa
bagaimana proses koreografi dan bentuk berkembang di masyarakat Banyumas dan
koreografi tari Rumeksa. Setelah sering dipentaskan terutama dalam acara
melakukan reduksi data dan penyajian data pemilihan Kakang Mbekyu, penyambut
peneliti melakukan penarikan kesimpulan tamu dan hari-hari besar kabupaten
terkait dengan rumusan masalah yang Banyumas.
diajukan.
Koreografi Tari Rumeksa
Proses koreografi atau disebut juga
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan proses penciptaan terdidiri dari
empat bagian atau empat tahap, empat
Tari Rumeksa adalah tari kreasi
bagian tersebut meliputi proses penemuan
baru yang berasal dari Banyumas yang pada
ide, eksplorasi, imrovisasi dan koreografi.
saat proses penciptaanya mengutamakan
unsur keindahan, padat, singkat dan Proses Penemuan Ide
dinamis. Gerakan tari Rumeksa
Ide, isi, atau gagasan tari adalah
mengadopsi dari gerakan tari Lenggeran,
bagian dari tari yang tak terlihat yang
Baladewan dan Ebeg yang disusun dengan
merupakan hasil pengaturan unsur-unsur
simgkat, padat, dan dinamis menjadi
psikologis dan pengalaman yang
sedemikian menarik. Rumeksa berarti
emosional. Proses ilmiah dan mengolah
menjaga. Tari Rumeksa merupakan salah
elemen-elemen ini lah yang merupakan
satu upaya pemerintah Kabupaten
proses garapan isi tari dari sebuah
Banyumas untuk menjaga atau
komposisi. Apa pun yang menjadi sumber
melestarikan kesenian yang ada di
inspirasi tari begitu diserap seorang penata
Banyumas seperti tari lengger, Baladewan
tari akan menjadi pribadi sifatnya
dan ebeg.
(Murgiyanto 1996: 144). Proses penemuan
Tari Rumeksa dikategorikan ide berasal dari bisikan hati yang
sebagai tari tunggal yang biasa ditarikan dikembangkan dengan imajinasi kemudian
kelompok dengan jumlah penari lima orang dikreasikan gerak-gerak tari yang akhirnya
atau lebih dapat ditarikan oleh kalangan muncul ide atau gagasan.
anak-anak, dewasa atau ibu-ibu. Memakai
Proses ide berasal dari Bapak
kostum yang unik yang dikenal dengan
Mardjoko yang ingin memperkaya tari di
nama jeblosan untuk mempermudah
Banyumas dengan menciptakan tari-tari
melakukan gerakan.
kreasi selain tari Ngoser yang sudah ada
Menurut penuturan Ibu Kustiah, terlebih dahulu. Bapak Mardjoko merasa
awal mula dipentaskan tari Rumeksa pada prihatin dengan pertunjukan Lengger
saat acara Hut TNI yang ke-67 tahun 2012 semalam suntuk yang mulai hilang. Kota
di lapangan TNI Ambarawa Kabupaten Banyumas terkenal dengan keseniannya
Semarang ditarikan oleh 100 orang penari tari Lengger Banyumas, Wayang Kulit,
wanita dengan kostum yang sederhana Gragag Banyumas, Calung, Kenthongan,

[6]
Ebeg dan Sintren. Semakin berkembangnya gerakan penthangan cutat sampur dan
jaman dan teknologi peminat terhadap gerakan lembehan variasi. Gerakan
kesenian dikabupaten Banyumas mulai penthangan cutat sampur pada tari Lengger
menurun khususnya masyarakat kabupaten dilakukan dengan kaki maju kanan-kiri,
Banyumas. Kesenian Lengger Banyumas tangan menthang- tekuk mlumah sampai
merupakan kebanggaan masyarakat setinggi mata kemudian mundur kaki kiri,
kabupaten Banyumas pada masanya, tanjak kanan, tangan cuthat sampur kanan-
sekarang sudah tidak lagi terdengar. Ide kiri dilakukan dengan kemayu dan patah-
tersebut kemudian didiskusikan oleh bapak patah.
Mardjoko dengan seniman sanggar Dharmo
Yuwono diantaranya Ibu Kustiah, Ibu Ida
dan kawan-kawan sepakat untuk membuat Improvisasi
tari kreasi dengan latar belakang tari
pertunjukan Lengger semalam suntuk. Tahap improvisasi sebagai proses
koreografi, merupakan satu tahap dari
pengalaman tari yang lain (eksplorasi,
komposisi) untuk memperkuat kreativitas.
Eksplorasi
Improvisasi diartikan sebagai penemuan
Eksplorasi merupakan bagian dari gerak secara kebetulan movement by
proses meng-compose atau menyusun tari. change walaupun gerakgerak tertentu
Eksplorasi memiliki pengertian dari proses muncul dari gerak-gerak yang pernah
untuk mencari bentuk gerak dengan dipelajari atau ditemukan sebelumnya,
menjelajahi semua organ tubuh serta tetapi ciri spontanitas ini dapat memberikan
keruangan (space) (Rochana dan kekayaan dan variasi pengalaman gerak
Wahyudiarto 2014: 60). Eksplorasi tanpa harus perencanaan lebih dahulu (Hadi
meliputi berpikir, berimajinasi, merasakan 2011: 7677).
dan merespon. Pengertian eksplorasi dalam
Ibu Kustiah, Ibu Ida, Pak Hesti dan
rangka koreografi khusunya koreografi
Pak Rustam ikut serta langsung dalam
kelompok adalah suatu tahap atau proses
proses koreografi tari Rumeksa, melibatkan
penjajagan secara bersama antara penata
para seniman langsung terutama para
tari dan penari (Hadi 1996:39-40).
penari dan pemusik. Tujuan agar
Proses eksplorasi dilakukan oleh munculnya kecocokan antara gerakan dan
Ibu Kustiah dan tim sebagai pencipta tari iringan, serta para penari dan pemusik
Rumeksa melakukan pengamatan dimulai memiliki pengalaman dalam menyusun
dari sifat dan karakter masyarakat koreografi tari. Pada tahap improvisasi
Banyumas terhadap suatu kesenian yang koreografer menggunakan rangsangan
memiliki selera yang berbeda dan iringan tari Lengger dan Baladewan yang
menyukai kesenian berdurasi singkat padat sudah ada untuk memudahkan dan
dan dinamis. Sesuai dengan penggambaran merangsang daya kreativitas dalam
masyarakat kabupaten Banyumas yang melakukan improvisasi gerak. Adanya
suka bekerja keras, tegas dan trampil. rangsangan dari iringan munculah
Proses pengamatan selanjutnya yaitu gerakangerakan yang bersemangat dan
dengan mengamati gerak-gerak tari lincah seperti hentakan bahu yang
Lengger dengan memutar video tari dilakukan dengan patahpatah, geyol yang
Lengger. Eksplorasi gerak yang dilakukan dilakukan dengan kemayu, gerakan kaki
yaitu gerak-gerak tari Lengger seperti pada jalan di tempat dengan membawa jaranan

[7]
dan gerakan miwir sampur yang dilakukan tengah pada panggung yang merupakan
dengan menggerakan angota badan, bahu daerah paling kuat. Desain lantai pada tari
sampai kaki bergerak atas bawah level Rumeksa menggunakan garis lurus dan
sedang, kepala gedheg dan gerakan tangan garis lengkung. Garis lurus dapat dilihat
miwir sampur. dari ragam gerak 4 Lembehan variasi, 6
penghubung kiprahan, 7 penthangan asta, 9
ngetung bala, 12 ebeg-ebegan, 13 mlaku
Komposisi miring, 16 mlaku geyol, 20 mlaku geyol
miwir sampur. Desain garis tegak lurus
Tahap pembentukan (forming) atau dapat dilihat dari ragam gerak 2 penthangan
komposisi, merupakan tahap yang terakhir cutat sampu. Desain garis lengkung dapat
dari proses koregrafi. Seseorang dilihat dari ragam gerak 5 tranjang tumpang
koreografer atau penari setelah melakukan tali, 8 tumpang tali dan 17 penthangan
tahap-tahap sebelumnya yaitu eksplorasi wolak-walik.
dan improvisasi, mulai berusaha
membentuk atau mentransformasikan Desain atas adalah desain yang
bentuk gerak menjadi sebuah tarian atau dibuat oleh anggota badan berada di atas
koreorafi. Tahap pembentukan termasuk lantai (diudara) yang dilihat oleh penonton.
menyeleksi atau mengevaluasi, menyusun, Desain atas diantaranya datar, dalam,
merangkai, atau menata motif-motif gerak vertikal, horizontal, kontras, murni, statis,
menjadi satu kesatuan yang disebut lengkung, bersudut, spiral, tinggi, medium
koreografi (Hadi 2011: 78-79). dan rendah yang merupakan elemen-
elemen dasar pada desain atas. Tari
Komposisi tari Rumeksa sesuai Rumeksa menggunakan desain datar,
dengan tema yang dipilih dimana tari rendah, lengkung dan tinggi. Sebagaian
Rumeksa merupakan hasil dari miniatur besar menggunakan desain datar.
pertunjukan Lengger semalam suntuk yang
pada pertunjukan Lengger semalam suntuk Desain datar dapat dilihat pada
terdapat Lenggeran, Baladewan dan ragam gerak 1 seblak sampur, 2
Jaranan.Tari Rumeksa adalah tari tunggal penthangan cuthat sampur, 4 lembehan
yang biasa di tarikan kelompok, tari variasi, 5 tranjang tumpang tali, 7
Rumeksa termasuk dalam kategori tari pentangan asta, 8 rumpang tali, 9 ngetung
kreasi baru karena gerakan dalam tari bala, 11 jalan miwir sampur, 12 ebeg-
Rumeksa sesuai dengan gerakan tari yang ebegan, 16 mlaku geyol, 17 penthangan
sudah ada kemudian di kembangkan di wolak-walik asta, 18 mlaku geyol, 19
kreasikan dengan sedemikan menarik. lampah cuthat sampur, 20 mlaku geyol
Tujuan agar gerakan lebih terlihat enerjik, miwir sampur. Desai rendah dapat dilihat
bersemangat dan ceria. Penyusunan gerak dari ragam gerak 15 nyeleh ebeg. Desain
tidak terlepas dari penggunaan rangsangan lengkung dapat dilihat dari ragam gerak 3
iringan sebagai pengikat atau pemberi keweran sindet. Desain tinggi dapat dilihat
suasana. Penyusunan tari Rumeksa terdiri dari ragam gerak 10 lumaksana ebeg, 13
tiga dari bagian gerak Lenggeran, mlaku miring, 14 lampah tigo. Desain
Baladewan dan Jaranan. Elemen-elemen horizontal dapat dilihat dari ragam gerak 6
komposisi tari terdiri dari desain lantai, penghubung kiprahan.
desain atas, desain dramatik dan dinamika.
Tari Rumeksa memiliki dinamika
Desain lantai pada tari Rumeksa yang membuat tari Rumeksa menjadi
sering terpusat pada satu titik yatitu titik menarik dibuktikan dengan adanya variasi

[8]
tenaga di dalam gerak, adanya variasi baladewan dan ebeg/jaranan, kemudian
tempo musik dalam gerak, dan variasi dikembangkan menjadi tari Rumeksa.
tinggi rendahnya level. Variasi tenaga
Gerak
dalam tari Rumeksa dilihat dari perbedaan
tenaga yang digunakan pada setiap gerak. Gerakan tari Rumeksa terdiri dari
Ragam gerak awal menggunakan tenaga empat bagian yaitu, pembukaan diawali
yang sedikit dan sedang, ragam gerak dengan gerak lenggeran, bagian kedua
selanjutnya menggunakan tenaga yang penguat yaitu gerak baladewanan, yang
besar karena gerakannya bertempo yang ketiga klimaks yaitu gerak jaranan, bagian
cepat dan lincah. ke empat lenggeran kemayu.
Bentuk Koreografi Tari Rumeksa Diawali dari gerakan seblak
sampur, kemudian masuk gerakan
Bentuk koreografi tari Rumeksa meliputi
penthangan asta, keweran sindet, lembean
judul, pola garap, gerak, musik atau iringan,
variasi, kemudian tranjang tumpang tali,
tata busana tata rias, properti.
penghubung kiprahan, penthangan asta
Judul tumpang tali ngetung bala, lumaksana ebeg,
miwir samur, penghubung ebeg-ebegan,
Pemberian judul merupakan hal
mlaku miring, lampah tigo, penthangan
penting dalam memperkenalkan suatu
wolak-walik asta. Geyol lampah cuthat
karya tari. Pengenalan dan pemberian judul
sampur tarian diakhiri dengan mlaku geyol.
diharapkan mampu memberikan daya tari
Gerakan-gerakan yang tercipta dalam tari
tersendiri sehingga mampu memberikan
Rumeksa merupakan gerakan dengan
suatu identitas seperti halnya pemberian
ekspresi kelincahan seperti gerakan
judul.
penthangan cutat sampur keweran sindet,
Pemberian judul tari pada penelitian lembehan variasi. Ekspresi enerjik penuh
ini menggunakan kata “Rumeksa” yang semangat seperti gerakan tranjal tumpang
berarti menjaga. Tari Rumeksa dari sisi tali, penghubung kiprahan, penghubung
pencipta memiliki nilai filosofi sebagai ebeg-ebegan, mlaku miring, lampah tigo,
harapan mampu menjaga kesenian khas nyeleh ebeg. Ekspresi kemayu terjadi pada
Banyumas yaitu pertunjukan Lengger gerakan mlaku geyol, geyol cutat sampur
semalam suntuk di kabupaten Banyumas di dan mlaku geyol miwir sampur.
era masyarakat modern seperti sekarang.
Musik atau Iringan
Pola Garap
Penggunaan iringan musik
Pola garapan yang diterapkan pada berpengaruh pula dalam menentukan
tari Rumeksa menggunakan pola garapan dramatisir sebuah tari. Iringan yang
tari kreasi. Tari kreasi dikategorikan tarian digunakan pada tari Rumeksa
baru, tari kreasi merupakan tari yang masih menggunakan iringan calung banyumasan
bertolak dari tari tradisi atau tari yang lengkap dengan vokal dan waranggana.
mengalami proses pengembangan dari Iringan terdiri dari Kendhang, gambang
pola-pola gerak yang sudah ada. Tari barung, gambang penerus, dhendem,
Rumeksa merupakan tari kreasi dengan kenong dan gong tiup. Tari Rumeksa
pijakan gaya Banyumasan dengan ciri menggunakan iringan yang sedang dan
khasnya gedheg, geyol, lempar sampur dan cepat sehingga menghasilkan iringan yang
miniatur dari pertunjukan lengger semalam rancak dan bersemangat.
suntuk, yang meliputi lenggeran,

[9]
Syair lagu diberi judul Lengger Tata Busana
Calung dan Maskot si Bawor. Lagu
Busana merupaka segala sesuatu
Lengger Calung dipakai pada bagian
yang dipakai pada tubuh. Tata busana yang
Lenggeran atau adegan pertama pada
dipakai pada tari Rumeksa menggunakan
gerakan tari Rumeksa. Bagian Kiprahan
warna-warna yang terang seperti merah,
menggunakan Maskot si Bawor yang
hijau, biru dan emas. Penggunaan warna
menceritakan si Bawor sang maskot
yang cerah dan mencolok, kemudian tata
Banyumas dan petuah.
busana jeblosan sangat cocok dan sesuai
Tata Rias dengan konsep, karena didalam tari
Rumeksa terdapat dua watak yaitu kemayu
Tata rias memiliki peranan penting
dan gagah.Busana jeblosan yang dimaksud
untuk mengubah karakter pribadi menjadi
adalah busana yang berlapis-lapis dari jarik
karakter yang dibawakan sebagai wujud
yang dibuat rok dan memiliki wiru.
ekspresi dan menambah daya tari nilai
Kemudian saat melakukan gerakan tari
estetis suatu pertunjukan tari serta dapat
bagian gagahan dan jaranan rok di singkap
menarik perhatian penonton yang melihat.
ke belakang bagian kiri. Selipkan pada
Tata rias tari Rumeksa menggunakan rias
sabuk bagian belakang untuk
korektif atau rias cantik. Rias korektif
mempermudah saat melakukan gerakan
memperetegas garis-garis wajah si penari
tanpa harus turun panggung untuk berganti
sehingga dapat terlihat lebih cantik agar
kostum, serta agar celana dan rampek
karakter yang dibawakan penari putri
terlihat dan memberikan kesan unik.
semakin jelas dan tidak mengubah karakter
penari. Rias korektif dipilih agar keceriaan Properti
dan kegembiraan dalam menari tari
Property tari adalah segala
Rumeksa dapat terlihat dengan pemilihan
perlengkapan atau suatu peralatan yang
rias korektif cantik pada penari tari
berkaitan langsung dengan penari, seperti
Rumeksa.
berbagai bentuk senjata digunakan untuk
Adapun alat-alat rias yang menari ataupun aksesoris yang digunakan
digunakan padatari Rumeksa adalah 1) penari dalam menari. Property yang
pembersih atau milk clenser, 2) penyegar, digunakan padatari Rumeksa adalah
3) bedak dasar atau foundation, 4) bedak ebeg/jaranan. Jaranan terbuat dari anyaman
tabur, 5) bedak padat, 6) pensil alis warna bambu yang dibentuk menyerupai
coklat, 7) eye liner, 8) blush on warna kuda.Jaranan di dalam tari Rumeksa
merah, 9) eye shadow, 10) lipstik. Proses berwarna merah dan kecil, dibagian kepala
tata rias tari Rumeksa dan cara hinggal leher dan ekor di beri rumbai
menggunakannya yaitu, gunakan milk menyerupai rambut kuda.
cleanser untuk membersihkan wajah dari
Pemakaian properti ebeg pada tari
kotoran atau debu dengan cara
Rumeksa sesuai konsep awal penciptaan.
mengusapkannya beberapa kali
Rari Rumeksa yang merupakan miniatur
menggunakan kapas. Setelah itu gunakan
dari kesenian lengger banyumas semalam
penyegar wajah terasa lebih segar, usapkan
suntuk. Pada kesenian lengger semalam
beberapa kali menggunkanan kapas, setelah
suntuk terdapat adegan kiprahan atau
wajah bersih dan segar oleskan alas bedak
ebegan. Adegan ebegan pada tari Rumeksa
atau foundation.
merupakan adegan klimaks dan adegan
yang paling ditunggu-tunggu oleh

[10]
penonton, karena gerakannya yang lincah penthangan asta,keweran sindet, lembehan
dan penuh semangat, dilengkapi dengan varias, geyol, geyol cuthat sampur, geyol
iringan calung Banyumasan yang ramai dan miwir sampur. Baladewan meliputi gerakan
meriah. tari tranjang tumpang tali, penghubung
kiprahan, penthangan asta, tumpang tali,
ngetung bala. Ebeg/Jaranan meliputi
PENUTUP lumaksana ebeg, miwir sampur,
penghubung ebeg, mlaku miring, lampah
Berdasarkan hasil penelitian dan tigo, wolak-walik asta.
pembahasan mengenai proses koreografi
tari Rumeksa maka dapat diambil Musik atau iringan yang digunakan
kesimpulan bahwa tari kreasi baru yang dalam tari Rumeksa menggunakan iringan
diciptakan oleh Ibu kustiah dan tim, calung Banyumasan di lengkapi dengan
termasuk tari dalam kategori tari tunggal alat musik lainya yang dikemas menjadi
yang biasa di tarikan kelompok atau masal. menarik dam modern, dilengkapi dengan
Proses penciptaan tari Rumeksa berasal suara waranggana dan sinden sebagai
dari ide bapak Mardjoko selaku bapak penguat atau penghidup suasana. Tata
bupati Banyumas pada tahun 2008 sampai busana yang dipakai dalam tari Rumeksa
2013. Kata Rumeksa berarti menjaga, menggunakan tata busana jeblosan yang
dengan terciptanya tari Rumeksa unik dan mempermudah dalam melakukan
merupakan upaya pemerintah kabupaten gerakan tanpa keluar panggung untuk
Banyumas untuk menjaga atau berganti pakaian. Gerakan tari Rumeksa
melestarikan kesenian Lengger semalam terdapat gerkan tari lenggeran,
suntuk. kiprahan/baladewan serta jaranan lengger
kemayu yang merubah dari karakter cantik
Proses koreografi tari Rumeksa lincah menjadi karakter gagah dan
meliputi proses penemuan ide, eksplorasi, semangat kemudian menjadi karater cantik
improvisasi dan komposisi. Proses dan kemayu.
eksplorasi tari Rumeksa dengan mengamati
sifat dan karakter masyarakat Banyumas Tata rias dalam tari Rumeksa
yang memiliki selera berbeda terhadap mengunakan rias korektif atau rias cantik
kesenian lebih menyukai kesenian yang rias korektif berjuan untuk mempertegas
berdurasi singkat, padat dan dinamis. garis-garis wajah membuat penari lebih
Proses eksplorasi selanjutnya mengamati terlihat cantik sesuai dengan karakter tarian
gerak tari kesenian melalui memutar video yang dibawakan. Tari Rumeksa merupakan
kesenian Lengger. Proses improvisasi tarian wanita yang didalam tarian terdapat
melakukan gerakan secara spontan dengan gerakan gagahan dan jaranan. Properti yang
menggunakan rangsangan iringan kesenian digunakan dalam tari Rumeksa adalah
Lengger, proses komposisi tari Rumeksa jaranan, properti yang terbuat dari anyaman
dengan menggambungan gerakan yang bambu di bentuk seperi kuda dan
sudah dipilih disertai dengan iringan dilengkapi dengan rumbai-rumbai untuk
kemudian dirangkai menjadi sebuah tari. menyerupai rambut kuda.
Bentuk koreografi tari Rumeksa meliputi
judul, pola garap, gerak, musik atau iringan,
tata busana, tata rias dan properti, gerakan
pada tari Rumeksa meliputi gerakan
Lenggeran meliputi gerakan tari

[11]

Anda mungkin juga menyukai