DI SUSUN OLEH:
KaryaTulisIlmiah
UntukMemenuhi Salah SatuPersyaratan
DalamMenyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH:
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena
berkat, rahmat dan karunianya, sehingga penulis mampu menyelesaikan karya
tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian Bantal pada leher terhadap penurunan skala
nyeri kepala pada pasien cedera kepala ringan di RSUD Karanganyar”.
Dalam penyusuhan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi - tingginya
kepada yang terhormat :
1. Ns. Wahyu Rima Agustin, M. Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
2. Ns. Meri Oktariani M. Kep, selaku Ketua Progam Studi DIII keperawatan
iv
7. Kedua orangtuaku (Samidi dan Sukarni) yang selalu memberikan kasih
sayang, dukungan dan do’a serta menjadi inspirasi dan memberikan semangat
untuk menyelesaikan pendidikan pendidikan DIII Keperawatan.
8. Teman – teman mahasiswa satu angkatan khususnya kelas 3B progam studi
DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta, Mursini the kos,
Midwife, Stone foto copy, siva ahmad dan berbagai pihak yang tidak mampu
penulis sebutkan satu – persatu, yang memberikan dukungan.
Hendrid Wahyu S
v
DAFTAR ISI
Halama n
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ............................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... iv
DAFTAR ISI .............................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang ................................................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................................... 4
C. Manfaat ............................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. TinjauanTeori .................................................................................... 6
1. CederaKepala ............................................................................ 6
2. NyeriKepala ............................................................................... 18
B. KerangkaTeori................................................................................... 24
BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subjekaplikasiriset ............................................................................ 25
B. Tempatdanwaktu ............................................................................... 25
C. Media danalat yang digunakan .......................................................... 25
D. Prosedurtindakanberdasarkanaplikasiriset ........................................ 25
E. Alatukurevaluasitindakanaplikasiriset............................................... 26
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ......................................................................................... 27
B. Perumusanmasalah ............................................................................ 35
C. Intervensi ........................................................................................... 36
D. Implementasi ..................................................................................... 37
E. Evaluasi ............................................................................................. 42
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian ......................................................................................... 47
B. Diagnosa ............................................................................................ 52
vi
C. Intervensi ........................................................................................... 54
D. Implementasi ..................................................................................... 56
E. Evaluasi ............................................................................................. 60
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 65
B. Saran ................................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 7 : Pendelegasian
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
kematian yang disebabkan karena kecelakaan lalu lintas dengan jumlah 2500
sebelum sampai rumah sakit, 80% cidera kepala ringan, 10% cidera kepala
berat, dengan rentang kejadian 15-44 tahun. Persentase dari kecelakaan lalu
lintas tercatat sebesar 48-58% di peroleh dari cedera kepala, 20-28% dari
(WHO, 2013).
dunia dengan resiko 50% yang berakhir pada kematian. Data kecelakaan lalu
lintas yang diperoleh dari Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2011
89.896 kasus mengalami luka ringan, 67.098 kasus mengalami luka berat dan
29.992 kasus berakhir pada kematian. Di Jawa Tengah sendiri terdapat 749
cedera kepala yang dapat merusak tulang cranium. Rusaknya tulang cranium
1
2
otak. Jika otak mengalami kerusakan, maka tidak hanya gangguan fisik
dan psikologis saja yang terjadi tetapi dapat berakhir pada kematian
sistemik yang tinggi, bradikardi, muntah proyektil dan nyeri kepala hebat
kontak dengan orang lain (Potter dan Perry, 2006). Melaporkan nyeri kepala
dan merasa tidak nyaman, hal tersebut dapat diatasi dengan memberikan
yang dialami oleh pasien. Salah satu tindakan non farmakologi untuk
dilakukan upaya non farmakologis seperti kompres hangat, traksi leher, colar,
dan bantal pada leher yang mempunyai tujuan untuk mengurangi kontraksi
otot – otot leher yang secara sekunder bisa meningkatkan masalah nyeri
(Japardi, 2006).
diaplikasikan untuk mengatasi nyeri kepala pada pasien cedera kepala ringan
B. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
kepala ringan.
nyeri.
5
C. Manfaat
1. Bagi pasien
Sebagaireferensidalammembantumenurunkannyeridanmemberikanpilihandala
mpenangananciderakepalaringandenganmenerapkanteknikterapibantaldala
mkehidupansehari – hari.
Sebagai referensi salah satu alternative untuk menurunkan nyeri yang dapat di
perawatan preservice.
4. Bagi penulis
A. Tinjauan Teori
1. Cedera Kepala
a. Pengertian
Cedera kepala atau brain injury adalah salah satu bentuk trauma
(GCS) lebih dari 13. Cedera kepala juga dapat mengakibatkan amnesia
b. Etiologi
b. Jatuh
d. Kecelakaan kerja
6
7
c. Klasifikasi
c) GCS 13 – 15
b) Muntah
c) GCS 9 – 12
(bingung)
a) GCS 3-8
d. Patofisiologi
tidak efektif.
darahke otak. Ketika aliran darah ke otak menurun maka akan terjadi
e. Manifestasi Klinis
2010) :
keruskan lainnya
c. Mual
d. Muntah
hematoma serebral
f. vertigo
f. Penatalaksanaan
2010) :
a. Non medis
circulasi (sirkulasi)
10
2) Tirah baring
3) Observasi kesadaran
4) Perawatan luka
b. Medis
osmotic.
elektrolit
mg/hari.
– berat.
g. Asuhan Keperawatan
(Musliha, 2010):
1. Pengkajian
b. Breating (pernafasan)
3) Ronchi, krekels
c. Circulation (sirkulasi)
2) Takikardi
4) Edema
5) Gelisah
6) Akral dingin
d. Disability (cacat)
e. Exposure (pencahayaan)
2. Pemeriksaan penunjang
otak.
3. Diangnosa Keperwatan
perubahan turgor
4. Intervensi
efektif
Kriteria hasil
Rencana tindakan :
asidosisrespiratorik
14
2) Cek pernafasan
Kriteria hasil
bersih / jelas.
Rencana tindakan
perdarahan.
Kriteria hasil :
Rencana tindakan :
pasien
Kriteria hasil :
Rencana tindakan :
pasien
cairan
ruangan.
Rencana tindakan
kulit
2. Nyeri Kepala
a. Pengertian
strutur organic otak, misalnya nyeri kepala karena trauma kepala atau
2010)
b. Klasifikasi nyeri
Nyeri diklasifikasikan menjadi nyeri akut dan nyeri kronis. Di bawah ini
a. Nyeri Akut
b. Nyeri kronis
c. Skala nyeri
Menurut Uliyah, dkk (2012) dalam buku Uliyah (2015) penilaian
klinis dari nyeri dapat dilakukan dengan skala pedeskripsi verbal,
penilaian numeric, dan skala analog visual.
Gambar 2.1
serta tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas panjang, dan
Gambar 2.2
devisi, tapi terdiri dari sebuah garis lurus yang dibagi secara merata
keparan nyeri.
22
Gambar 2.3
Gambar 2.4
a. Definisi
Penggunaan bantal pada leher adalah salah satu tindakan non farmakologi
pada leher yang ketebalannya diatur sesuai dengan (kurus, sedang, dan
gemuk) yang dapat menopang leher dan kepala sehingga dalam satu
maupun ekstensi.
Prinsip dan tujuan pengguanaan bantal pada leher yaitu posisi tidur
tidur adalah simetris dan ergonomis. Simetris berarti otot leher kanan
B. Kerangka Teori
Kecelakaan
Jatuh
trauma
Ketidakefekti
CKR fan pola nafas
Intoleransi
Aktifitas
Resiko tinggi
gangguan
integeritas
Nyeri kulit
PemberianTerapi
Bantal Pada Leher
Penurunan Nyeri
pemberian bantal
pada leher yang
dapat menopang
leher dan kepala
sehingga dalam satu
garis lurus dengan
badan sehingga
dapat mengurangi
nyeri
RSUD Karanganyar
1. Bantal
Fase Orientasi :
2. Memperkenalkan diri
25
26
Fase Kerja :
1. Menyiapkan alat ( alat ukur nyeri Numerical Rating Scale (NRS), dan
bantal.
6. Merapikan alat.
Fase Terminasi :
1. Mengevaluasi tindakan
2. Menyampaikan RTL
3. Berpamitan
4. Dokumentasi
LAPORAN KASUS
Dalam bab ini menjelaskan Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada Ny.
jam 10.15 WIB. Data pengkajian pada kasus ini diperoleh dengan
catatan medis, dan catatan perawat, sedangkan pengelolaan kasus dilakukan 3 hari
A. Pengkajian
status menikah, pasien masuk Rumah Sakit tanggal 3 Januari 2016, diagnosa
27
28
tusuk – tusuk, R: nyeri dibagian belakang kepala sampai leher, S: skala nyeri
terus mengeluhkan pusing pada kepala, dan nyeri pada lehernya, sehingga
pada tangga l 3 Januari 2016, jam 08.00 pagi keluarga lantas membawa
20 X/menit, nilai GCS: E4M6V5, GDS: 101 mg/dl. Terapi: infus RL: 15 tpm,
Inj, Cefriaxone 2X1, Inj, Ranitidine: 1 ampul 2X1, Inj, Citicolin 3X1, setelah
terhadap obat-obatan.
hipertensi, DM, tetapi ada riwayat penyakit jantung lemah.Pasien juga tidak
Keterangan :
: permpuan
: laki-laki
: meninggal
: pasien
dan selalu terawat dengan baik, udara di sekitar rumahnya juga sejuk dan
bersih.
mengatakan bahwa kesehatan itu mahal dan kesehatan itu perlu dipelihara,
sedangkan bila ada anggota keluarga yang sakit di suruh berobat ke klinik
31
terdekat atau Rumah Sakit. Pola nutrisi dan metabolisme, klien mengatakan
sebelum sakit frekuensi makan sehari 3 kali, jenis nasi, lauk, dan sayur, 1
porsi habis, keluhan tidak ada sedangkan selama sakit ini pasien makan
dengan frekuensi 3 kali sehari porsi nasi lauk sayur, 1 porsi kadang habis, dan
tidak ada keluhan. Pada pola minum pasien minum 6 kali sehari jenisnya air
jumlah urin -+ 200 CC sekali BAK warna kuning jernih, tidak ada keluhan
selama BAK, sedangkan pola BAB pasien frekuensi 1 kali sehari, konsistensi
lunak berbentuk , warna kuning kecoklatan, dan keluhan tidak ada. Pada pola
aktivitas dan latihan pasien sebelum sakit seperti makan, minum, toileting,
bisa dilakukan sendiri. Pola eliminasi BAK selama sakit pasien frekuensi 5 –
6 kali sehari jumlah urin -+ 200 CC sekali BAK warna kuning jernih, dan
tidak ada keluhan selama BAK, sedangkan pola BAB pasien frekuensi 1 kali
tidak ada. Pada pola aktivitas dan latihan pasien seperti makan, mimum,
rata – rata tidur selama 8 jam sedangkan selama sakit ini pasien tidur rata –
rata 3 – 4jam kadang – kadang terbangun, tampak pada bagian mata terdapat
kantong mata, tampak pasien masih bedres, wajah klien keliatan pucat.
32
Dari pola kognitif pasien dapat berbicara jelas dengan lancar, bisa
melihat dengan jelas, dapat menjawab pertanyaan perawat dengan tepat, saat
bagian belakang kepala sampai leher, S : nyeri skala 5, T : nyeri hilang timbul
selama 5 menit.
bekerja sebagai ibu rumah tangga, ia sudah dikaruniai 2 orang anak selama
mengatatakan ingin cepat sembuh dan ingin cepat pulang agar bisa
tangga ia harus bisa melayani suaminya dengan baik dan merawat anaknya
dengan penuh kasih sayang, sehingga harus dapat menjaga komunikasi yang
komunikasi bila ada masalah pada dirinya atau dalam keluarganya, pasien
mata tidak ada edema, konjungtiva tidak anemis, sclera ikterik, pupil isokor
ka/ki, diameter ka/ki 3mm, reflek cahaya +. Hidung bersih, tidak ada secret,
tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada septum deviasi.Mulut mukosa
bibir kering, mulut terlihat kotor dan agak berbau.Gigi bersih, tidak ada karies
gigi, tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada perdarahan pada gigi. Telinga
tidak ada serumen, simetris, tidak ada gangguan fungsi pendengaran, tidak
kelenjar limfe, tidak ada kaku kuduk, tetapi di bagian leher terasa nyeri. Pada
ictus cordis tidak tampak, ictus cordis teraba di ICS V mid clavikula sinistra,
pekak di seluruh lapang dada, bunyi jantung regular dan tidak ada suara
tambahan. Pemeriksaan abdomen, tidak ada jejas, tidak ada distensi abdomen,
bising usus 15X/menit, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada masa, pada
34
genetalia tidak terpasang dower kateter, dan pada rectum tidak ada hemoroid.
Pada pemeriksaan ekstremitas atas kekuatan otot ka/ki : 5/5, ROM ka/ki
gerak aktif, capillary refill <2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang, akral
hangat, ekstremitas bawah kekuatan otot ka/ki : 5/5, ROM ka/ki gerak aktif,
capillary refil <2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang, akral hangat.
500), mcv 88,5 fl normal (82,0-92,0), mcH 30,5pg normal (27,0-31,0), mcHc
Januari 2016 adalah ringer laknat 15 tpm golongan parental fungsinya untuk
1 gram / 12 jam golongan antibiotic fungsi infeksi gram positif & negatif
pada saluran nafas, saluran kemih, infeksi general, septisemia, infeksi tulang
berat.
35
B. Perumusan Masalah
didapatkan data subyektif pasien mengatakan nyeri kepala dan leher, P: nyeri
bagian belakang, dan terlihat ada benjolan berdiameter sekitar 4cm, sehingga
data subyektif pasien mengatakan masih lemas belum kuat untuk melakukan
aktivitas. Secara obyektif pasien tampak semua kegiatan masih dibantu oleh
keluarganya dan klien tampak masih bedres, sehingga dapat diambil diagnosa
subyektif pasien mengatakan sulit tidur / tidurnya tidak nyeyak karena rasa
pusing dan nyeri kepala dan leher. Secara obyektif pasien tampak letih lemah
dan bagian mata keliatan ada kantong mata, sehingga dapat diambil diagnosa
umum, dan gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri kepala.
36
C. Intervensi
nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik dengan tujuan setelah
berkurang dengan kriteria hasil :ekspresi wajah pasien rileks/ tidak meringis
bantal pada leher, rasional : untuk mengurangi intensitas nyeri pada leher,
pasien dapat beraktivitas tanpa bantuan orang lain, nilai ADL menjadi 0.
kecemasan dan meningkatkan kerja sama yang dilakukan pada pasien dengan
kesadaran penuh, ajarkan mobilisasi dini, rasional : untuk melatih gerak tirah
37
diharapkan pasien tampak segar dan bugar, pada mata tidak terdapat kantong
kondisi umum klien, mengamati pola tidur pasiem / aktivitas pasien, rasional:
untuk tidur lebih teratur, rasional: agar pasien dapat menunjukan perasaan
D. Implementasi
Pada diagnosa pertama tanggal 4 Januari 2016 jam 08.00 WIB penulis
keadaan nyeri klien didapatkan hasil data subyektif pasien mengatakan nyeri:
belakang. Jam 08.30 WIB memberikan posisi yang nyaman pada pasien
sudah agak berkurang dengan posisi bantal yang telah di berikan, obyektifnya
pasien tampak rileks dan tidak meringis kesakitan. Jam 09.30 WIB kolaborasi
agak berkurang, obyektifnya obat masuk melalui selang infus IV dan tidak
belum kuat untuk bergerak penuh obyektifnya pasien tampak masih bedres.
Jam 11.00 WIB memberikan bantuan pada pasien dalam melakukan ADL
obyektifnya wajah pasien tampak pucat, tampak pada bagian mata terdapat
kantong mata. Jam 13.00 WIB menciptakan suasana lingkungan yang nyaman
GCS : E4M6V5. Jam 08.15 WIB mengkaji keadaan nyeri pasien didapatkan
sampai dengan leher, S: skala nyeri 3, T: nyeri hilang timbul selama 5 menit
dan obyektifnya klien tampak sedikit meringis kesakitan dan tampak masih
belakang.
dan obyektifnya pasien sudah berani untuk duduk penuh. Jam 08.30 WIB
obyektifnya pasien tampak rileks dan nyaman dengan posisi bantal pada
40
leher. Jam 10.00 WIB kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
melalui selang infus IV dan tidak ada tanda – tanda reaksi alergi. Jam 10.20
sudah mulai kuat untuk bergerak dan obyektifnya tampak pasien sudah mulai
tampak pasien sudah mandiri dalam melakukan ADL walau belum semuanya
dilakukannya sendiri.
mengamati pola tidur pasien atau aktivitas pasien didapatkan data subyektif
pasen mengatakan sudah mulai ada peningkatan tidurnya, tapi terkadang kalo
malam masih terbangun dan obyektifnya wajah pasien tampak masih agak
lesu, pada bagian mata sudah tidak terdapat kantong mata. Jam 13.00 WIB
Pada diagnosa pertama tanggal 06 Januari 2016 jam 08.00 WIB pasien
GCS : E4M6V5. Jam 08.15 WIB mengkaji keadaan nyeri pasien didapatkan
hasil data subyektif pasien mengatakn nyeri, P: nyeri karena jatuh terpeleset
nyeri 2, T: nyeri hilang timbul selama 1 menit dan obyektifnya pasien tampak
sudah tidak meringis kesakitan, dan tampak sudah tidak ada benjolan di
kepala bagian belakang pasien. Jam 08.30 WIB memberikan posisi yang
badannya sudah tidak kaku lagi dan obyektifnya tampak pasien berbaring
dengan rileks.
nyeri lagi, obyektifnya pasien tampak rileks dan berbaring dengan nyaman.
Jam 10.00 WIB kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik :
kepala dan lehernya sudah tidak nyeri lagi dan obyektifnya obat masuk
melalui selang infus IV dan tidak ada tanda reaksi alergi. Jam 10.30
subyektif pasien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri lagi pada kepala
dan lehernya dan obyektifnya pasien tampak rileks saat melakukan relaksasi.
tampak pasien sudah tidak lemas lagi dalam melakukan mobilisasi. Jam 12.30
secara mandiri dan obyektifnya tampak nilai aktivitas sudah menjadi 0 semua
tidurnya sudah nyaman tidak terbangun lagi dan obyktifnya pasien tampak
sudah tidak lemas, letih, lesu lagi dan pada mata tidak terdapat kantong mata.
E. Evaluasi
tanggal 04 Januari 2016 jam 14.00 WIB, diagnosa pertama nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik adalah data Subyektif (S): pasien
43
cenut, R: nyeri di bagian belakang kepala sampai dengan leher, S: nyeri skala
masalah nyeri kepala dan leher belum teratasi. Planning (P): lanjutkan
intoleran aktivitas adalah data subyektif (S): pasien mengatakan masih lemas
pasien masih bedres, nilai aktivitas harian masih 2. Assessment (A): masalah
gangguan pola tidur adalah data subyektif (S): pasien mengatakan sulit tidur
karena kepalanhya masih pusing. Data obyektif (O): tampak wajah pasien
keliatan pucat, pada mata kelihatan ada kantong matanya. Assessment (A):
Diagnosa pertama tanggal 05 Januari 2016 jam 20.30 WIB, nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik adalah data subyektif (S): pasien
nyeri 3, T: nyeri hilang timbul selama 5 menit. Data obyektif (O): pasien
tampak masih sedikit meringis kesakitan, GCS: E4M6V5, TTV: TD: 110/80
nyeri kepala dan leher teratasi sebagaian. Planning (P): mengobservasi tanda
merasakan sedikit lemas dan pusing pada kepalanya. Obyektif (O): pasien
tampak sudah dapat duduk, tetati saat berdiri masih memerlukan bantuan
keluarganya, pada nilai pola aktivitas sebagian masih ada yang 2. Assessment
gangguan pola tidur adalah data subyektif (S) pasien mengatakan tidurnya
sudah ada peningkatan, tetapi kadang juga masih sering terbangun, karena
rasa pusing pada kepala. Obyektif (O) tampak wajah pasien masih sedikit
pucat, pada sudah tidak terdapat kantong mata.Assesment (A) masalah tidur
lingkungan yang nyaman, menganjurkan pada pasien untuk tidur lebih teratur,
nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik dalah data subyektif (S) pasien
sampai dengan leher, S: skala nyeri 1, T: nyeri hilang timbul selama 1 menit.
intervensi.
intoleren aktivitas adalah data subyektif (S) pasien mengatakan sudah mampu
melakukan aktivitas dengan penuh. Obyektif (O) tampak pasien sudah mampu
dll, nilai pada pola aktivitas sudah menjadi 0 semua (mandiri). Assessment
gangguan pola tidur adalah subyektif (S) pasien mengatakan tidurnya sudah
cukup, tidak terbangun lagi kalau malam hari. Obyektif (O) pasien tampak
segar, wajah pasien sudah tidak tampak pucat lagi, pada mata sudah tidak
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang aplikasi jurnal pemberian
bantal pada leher terhadap penurunan skala nyeri kepala pada asuhan keperawatan
Ny. S dengan cedera kepala ringan di RSUD Karanganyar yang dilakukan pada
tanggal 4 januari sampai 16 januari 2016. Penulis juga akan membahas tentang
pembahasan ini lebih fokus pada pemakain bantal pada leher, mengapa tindakan
tersebut dapat menurunkan intensitas nyeri di leher pada pasien cedera kepala
ringan. Penulis dalam pembahasan ini juga tidak mencantumkan 2 diagnosa yang
di bahas dalam teori Asuhan Keperawatan cedera kepala menurut (Musliha, 2010)
yaitu ketidakefektifan pola nafas dan resiko integritas kulit karena untuk
A. PENGKAJIAN
bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional pada saat ini dan
waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respon klien saat ini dan
47
48
untuk menelaah catatan medis dan catatan perawat sebagai data penunjang
pasien.
ringan.Hal ini sesuai dengan teori menurut Musliha (2005), dimana cedera
kepala ringan adalah salah satu bentuk trauma yang mengubah kemampuan
kepala juga dapat mengakibatkan amnesia setelah trauma kurang dari 24 jam
( Carpenito, 2008).
Behavioral Scale (PABS) yang telah diubah dalam bentuk rentang angka
nyeri. Dimana alat ukur nyeri skala 0 : Tidak nyeri1-3 : nyeri ringan: secara
obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik, 4-6 : nyeri sedang: secara
nyeri berat: secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah
tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak
(2014).
kepala dan leher karena jatuh terpeleset kepala benturan dengan lantai. Secara
teori nyeri kepala yang dirasakan Ny. S adalah sindrom postraumatis yang
diakibatkan karena kecelakaan seperti nyeri kepala akut ( Urip dkk, 2010).
Nyeri kepala menurut The International Association for the Study of Pain
(IASP), dalam Black dan Hawks, (2009) menyatakan bahwa nyeri Ny. S
karena kerusakan atau potensial kerusakan jaringan otak. Nyeri kepala yang
dirasakan Ny. S di sebelah belakang kepala dan leher, terasa seperti tertekan
ada peristiwa yang menjadi faktor prepitasi nyeri. Quality of pain : Seperti
apa rasa nyeri yang dirasakan pasien. Apakah seperti terbakar, berdenyut/
menusuk.Region Radiation, relief : Apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
: Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan pasien, bisa berdasarkan skala
bertambah buruk pada malam hari / siang hari (Nasrul Effendy, 1995:2-3)
mobilisasi ditempat tidur, dan ambulasi didapat score 2 atau dibantu dengan
orang lain, sedangkan aktivitas seperti toileting dan berpindah didapat score 3
pada leher belakang, nyeri karena terpeleset di lantai, nyeri cenat – cenut,
nyeri di bagian belakang sampai leher, skala nyeri 5, nyeri hilang timbul
selama 5 menit
Januari 2016 sampai dengan hari Rabu 06 Januari 2016 yaitu, cairan RL 15
fungsi infeksi yang disebabkan bakteri gram positif dan gram negatif
( Midian, 2014).
kasus cedera kepala menurut teori (Setiawan dan Intan, 2010) dimana untuk
51
B. DIANGNOSA
respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan. Respon aktual
dan potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literature
pemulihan sesuai dengan kebutuhan hirarki maslow ( Potter dan Perry, 2005).
Dari hasil pengkajian dan analisa data penulis mengangkat diangnosa, yaitu :
yang tiba – tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan
akhir yang dapat diantisipasi atau di prediksi dan berlangsung < 6 bulan
(Herdman, 2012).
52
(Herdman, 2012).
(Herdman, 2012).
(Herdman, 2012).
tidur / tidurnya tidak nyeyak karena rasa pusing dan nyeri kepala dan
leher. Data obyektif, Ny. S pasien tampak letih lemah dan bagian mata
C. INTERVENSI
keperawatan. Pada langkah ini perawat merupakan tujuan dan criteria hasil
Andamoyo, 2013).
dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat
cedera fisik yang diakibatkan kepala bagian belakang kebentur ke lantai. Pada
meringis kesakitan, skala nyeri berkurang dari 5 menjadi 2/1, TTV dalam
Intervensi atau rencana yang akan dilakukan berupa kaji nyeri atau
pengaruh hal tersebut pada aktivitas, Time : kapan hal itu mulai terjadi
dengan peryataan bahwa pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk
dapat terjadi bila tubuh dalam kondisi aktivitas atau dalam keadaan sakit dan
55
nyaman, diskusikan dengan klien dan keluarga tentang teknik tidur klien, dan
kolaborasi pemberian obat (NIC dalam Huda amin dan Kusuma Hardhi,
2013: 603).
D. IMPLEMENTASI
implementasi dan evaluasi selama 3 hari sesuai tujuan, kriteria hasil, dan
intervensi pada diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera fisik ( benturan dengan lantai pada kepala bagian belakang) dengan
berhubungan dengan agen cedera fisik (benturan dengan lantai pada kepala
skala nyeri 5, T: nyeri hilang timbul, dan obyektifnya klien tampak meringis
belakang.
obyektifnya obat masuk melalui selang infus IV dan tidak ada tanda – tanda
mengetahui pemicu nyeri, kualitas nyeri, lokasi nyeri, intensitas nyeri dan
pada leher terhadap penurunan skala nyeri kepala pada pasien cedera kepala
(Pain Assesment Behavioral Scale) dengan rentang skala nyeri 0: Tidak nyeri
perintah dengan baik. >7 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak
ergonomis, simetris berarti otot leher kanan dan kiri seimbang, sedangkan
pemakain bantal pada leher selama 3 hari pengelolaan, dan selama 1 hari
duduk penuh dan dilatih berdiri. Penulis mengkaji nyeri dengan PQRST
berikut pada hari pertama skala nyeri 5, hari kedua 3, hari ketiga 1. Hal ini
sesuai dengan teori dalam jurnal Trisnanto (2014) dijelaskan bahwa pada hari
pemakaian bantal pada leher ketika nyeri muncul dalam 3 hari pengelolaan
59
ini, skala nyeri pasien mengalami penurunan, hal ini sesuai dengan jurnal
tidur klien, ciptakan lingkungan yang nyaman, diskusikan dengan klien dan
E. EVALUASI
perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Nikmatur dan Saiful, 2012).
60
tanggal 04 Januari 2016 pukul 14.00 WIB, diagnosa pertama nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik adalah data Subyektif (S): pasien
cenut, R: nyeri di bagian belakang kepala sampai dengan leher, S: nyeri skala
masalah nyeri kepala dan leher belum teratasi. Planning (P): lanjutkan
Pada diagnosa pertama tanggal 05 Januari 2016 jam 20.30 WIB, nyeri
akut berhubungan dengan agen cidera fisik adalah data subyektif (S): pasien
nyeri 3, T: nyeri hilang timbul selama 5 menit. Data obyektif (O): pasien
tampak masih sedikit meringis kesakitan, GCS: E4M6V5, TTV: TD: 110/80
nyeri kepala dan leher teratasi sebagaian. Planning (P): mengobservasi tanda
masalah nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik dalah data subyektif (S)
pasien mengatakan nyeri pada kepala dan lehernya P: nyeri karena terpeleset
sampai dengan leher, S: skala nyeri 1, T: nyeri hilang timbul selama 1 menit.
meringis kesakitan lagi, tampak benjolan pada belakang kepala sudah tidak
intervensi.
Hasil dari setiap evaluasi per hari pasien mengalami penurunan skala
nyeri, hal ini sudah sesuai dengan jurnal Trisnanto (2014) dengan penelitian
pengaruh pemakaian bantal pada leher terhadap penurunan skala nyeri kepala
yang signifikan.Dan teknik pemakaian bantal pada leher sangat efektif untuk
obyektif (O): tampak semua kegiatan aktivitas pasien masih dibantu oleh
masalah intoleren aktivitas adalah data subyektif (S) pasien mengatakan masih
merasakan sedikit lemas dan pusing pada kepalanya. Obyektif (O): pasien
tampak sudah dapat duduk, tetapi saat berdiri masih memerlukan bantuan
keluarganya, pada nilai pola aktivitas sebagian masih ada yang 2. Assessment
masalah intoleren aktivitas adalah data subyektif (S) pasien mengatakan sudah
mampu melakukan aktivitas dengan penuh. Obyektif (O) tampak pasien sudah
berpindah, dll, nilai pada pola aktivitas sudah menjadi 0 semua (mandiri).
intervensi.
masalah gangguan pola tidur adalah data subyektif (S): pasien mengatakan
sulit tidur karena kepalanya masih pusing. Data obyektif (O): tampak wajah
pasien keliatan pucat, pada mata kelihatan ada kantong matanya. Assessment
(A): gangguan pola tidur belum teratasi. Planning (P): lanjutkan intervensi,
masalah gangguan pola tidur adalah data subyektif (S) pasien mengatakan
tidurnya sudah ada peningkatan, tetapi kadang juga masih sering terbangun,
karena rasa pusing pada kepala. Obyektif (O) tampak wajah pasien masih
sedikit pucat, pada sudah tidak terdapat kantong mata.Assessmet (A) masalah
lingkungan yang nyaman, menganjurkan pada pasien untuk tidur lebih teratur,
masalah gangguan pola tidur adalah subyektif (S) pasien mengatakan tidurnya
sudah cukup, tidak terbangun lagi kalau malam hari. Obyektif (O) pasien
tampak segar, wajah pasien sudah tidak tampak pucat lagi, pada mata sudah
tidak tampak kantong mata. Assessment (A) masalah gangguan pola tidur
kepala pada Ny. S dengan cedera kepala ringan di rumah sakit umum daerah
A. KESIMPULAN
1. Pengkajian
Keluhan utama yang dirasakan pasien yaitu nyeri pada kepala dan
tidur rata – rata 6 – 8 jam sehari, selama sakit pasien mengatakan tidur
rata – rata 3 – 4 jam, sering terbangun, tampak pada bagian mata terdapat
65
66
2. Diagnosa Keperawatan
nyeri kepala.
3. Intervensi Keperawatan
akan dilakukan yaitu memantau tanda – tanda vital, mengamati pola tidur
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi keperawatan
dengan kriteria hasil sudah teratasi, maka nyeri akut berhubungan dengan
adanya nyeri kepala hasil evaluasi keadaan klien dengan kriteria hasil
Pemberian posisi bantal pada leher pada Ny. S diberikan dengan cara
(kurus, sedang, dan berat) yang dapat menopang leher dan kepala dalam
satu garis lurus dengan badan sehingga dapat menurunkan skala nyeri
yang membuat posisi badan terhadap kepala adalah netral, tidak flexi
maupun ekstensi.
68
B. SARAN
nyeri akut, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif
kesembuhan klien.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif, (2013), Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda Nic-Nic
Carpenito Linda Jual. (2008). Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis, Jakarta :
EGC
Iyer Patrica W dan Nancy H Camp. 2005. Dokumentasi Keperawatan, Jakarta : EGC
Japardi Iskandar. (2006). Sindroma post Concusion. (internet). Bersumber dari :<http: / /
repository. usu.ac. id/bedah-iskandar%20japardi45.pdf>
Judha, M., Sudarti., A. Fauziyah. 2012. Teori Pengukuran Nyeri Dan Nyeri Kepala. Nuha
Medika.Yogyakarta.
Nikmatur Rohmah dan Saiful Walid. 2012. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi, AR –
RUZZ MEDIA, Yogyakarta
Monahan, Sands, Neighbors, Marek, & Green.(2007). Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam
Menurunkan Nyeri dan Kecemasan Pasien dalam Keperawatan Maternitas.Refika
Aditama. Bandung.
Moscato & Cotta, C.Memetik Algorithms. (2005) Nyeri Post Trauma Kepala, Jakarta :EGC
Potter & Perry, (2009), Buku Ajar Fundamental Keperawatan ; Konsep, Proses, Dan Praktik,
vol 7 Edisi7, EGC, Jakarta, Hal 1420-1465.
Potter & Perry, (2005).Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep Dan Praktik Vol 2
Edisi 4,EGC, Jakarta.
Prasetyo, S.N. (2010), Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri, Yogyakarta, Graha Ilmu.
Saputra, Lydon. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Binarupa Aksara
Setiawan Dan Intan, (2010), Cedera Saraf Pusat Dan Asuhan Keperawatan, Muha Medika,
Yogyakarta.
Sjamsuhidajat, R & Jong, W.D. 2010.Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2.Egc. Jakarta
Smeltzer, Suzanne Dan Brenda G Bare (2006), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8 Volum 3, EGC, Jakarta.
SuaraMerdeka,2013.AngkaKecelakaan,(Online),Http://M.Suaramerdeka/Index.Php/2013/17/
10/230419. Diakses 15 Desember 2015
Tiasmara Wahyu, (2010). Pengaruh Bantal Pada Kualitas Tidur anda (Internet).Bersumber
dari :www.halodokterku.com/2010/06/pengaruh-bantal-pada-kualitas-
tidur.html(Diakses tanggal 15 Desember 2015)
Uliyah, Musrifatul & a,aziz alimul h. 2015. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Untuk
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
WHO,(2013).Theglobalimpact(Internet)Bersumberdari:www.who.int/entity/violence_injury_
prevention/publications/road_traffic/world_report/chapter2.pdf (diakses tanggal 13
Desember 2015)
Wijaya, A., Saferi dan Putri, M., Yesse. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. 1nd ed. Nuha Medika. Yogyakarta