Entrapment neuropathy menggabungkan fenomena kompresi dan
traksi. Kompresi saraf dan traksi dapat menyebabkan gangguan mikrovaskular intraneural, lesi pada selubung myelin dan akson, serta perubahan pada supporting connective tissue. Terjebaknya saraf perifer terjadi sebagai akibat dari perjalanannya melalui kompartmen anatomi yang terlalu sempit, yang mengakibatkan perubahan fungsi dalam saraf dan disfungsi atau kerusakan saraf dari tempat kompresi dan seterusnya. Median nerve entrapment di terowongan karpal di pergelangan tangan adalah contoh paling umum pada kasus CTS. Beberapa literatur menunjukkan kombinasi beberapa mekanisme patoisiologi CTS. Mekanisme ini saling berinteraksi dan termasuk peningkatan tekanan di terowongan , cedera mikrovaskular saraf median, kompresi jaringan konektif saraf median dan hipertrofi jaringan sinovial.
1. Tekanan carpal tunnel meningkat
Secara anatomi, ada 2 situs kompresi saraf median: 1) Pada tepi proksimal terowongan karpal, disebabkan oleh fleksi pergelangan tangan dan karena perubahan ketebalan dan kekakuan antara fasia antebrachial dan bagian proksimal dari fleksor retinakulum; dan 2) Pada bagian tersempit di hook of hamate. Tekanan normal di terowongan karpal telah dicatat berkisar antara 2 hingga 10 mmHg. Perubahan dramatis dari tekanan cairan di terowongan karpal telah di laporkan dengan gerakan pergelangan tangan, ekstensi pergelangan tangan meningkatkan tekanan sebesar 10 kali lipat dan fleksi meningkatkan tekanan sebesar 8 kali lipat. Perubahan patologis yang terjadi pada ligamen di sekitar saraf termasuk perubahan jumlah dan fleksibilitas jaringan ikat dianggap menjadi dasar teradinya peningkatan tekanan. Peningkatan tekanan terowongan karpal dianggap menyebabkan kompresi iskemik dari saraf median. 2. Cedera mikrovakular saraf median Cedera vaskular iskemik dan gangguan pada sawar darah- saraf juga telah diidentifikasi sebagai komponen penting dalam CTS. Sawar darah-saraf dibentuk oleh sel-sel dalam perineurium dan sel endotel kapiler endoneural yang menyertai saraf median melalui terowongan karpal. Endoneurial microvessel terbentuk dari cabang nutrisi yang muncul dari arteri radialis dan ulnaris, proksimal terhadap fleksor retinakulum. Peningkatan tekanan di dalam terowongan dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah di dalam sawar ini, menyebabkan akumulasi protein dan sel-sel inflamasi. Hal ini dapat menyebabkan miniature closed compartment syndrome dengan meningkatkan permeabilitas yang berkontribusi terhadap peningkatan tekanan cairan endoneurial dan terjadinya edema intra-fascicular. Pasien dengan masalah vaskular atau paparan terlalu lama terhadap static loading sangat rentan terhadap gangguan pada sawar darah-saraf. Salah satu etiologi peningkatan kerentanan kompresi saraf medianus, terutama pada pasien diabetes, adalah perubahan struktur mikrovaskuler saraf, diperburuk oleh gangguan biokomia, yang dapat menyebabkan penurunan aliran darah endoneurial dan tekanan oksigen. Kompresi menyebabkan perubahan sirkulasi intraneural lokal dan peningkatan permeabilitas pembuluh endoneurial serta menyebabkan edema dari ruang endoneurial. Perkembangan edema dapat menyebabkan peningkatan jarak difusi oksigen dari kapiler, yang dapat menyebabkan hipoksia. Hipoksia yang dihasilkan dapat memicu peningkatan regulasi dari beberapa faktor angiogenik termasuk hypoxia-inducible factor 1α (HIF-1α) dan vascular endothelial growth factor (VEGF). Peningkatan kadar VEGF telah dibuktikan dalam neuron dan sel schwann dari eksperimental model hewan diabetes. Selanjutnya, pembuluh endoneurial pada pasien diabetes mengalami perubahan mikroangiopati yang khas seperti penebalan hialin dan peningkatan deposisi zat Per-Arnt-Sim (PAS)-positive dalam dinding mereka. Mereka juga menampilkan hipertrofi endotel, hiperplasia, penebalan membran basal dan kehilangan perisit. Dinding pembuluh yang menebal, bersama dengan peningkatan permeabilitas pembuluh darah endoneurial dan edema, juga akan meningkatkan jarak difusi untuk oksigen untuk mencapai serabut saraf dan dengan demikian menginduksi lebih banyak hipoksia.
Gambar. Mekanisme vaskular CTS dan cedera saraf median
3. Alterasi jaringan ikat saraf median
Serabut saraf memiliki lapisan jaringan ikat yang mengelilinginya. Lapisan-lapisan ini adalah mesoneurium (tidak termasuk dalam selubung saraf perifer), epineurium, perineurium, dan endoneurium yang merupakan lapisan paling dalam. Perluasan lapisan ini sangat penting untuk meluncurnya saraf (sifat meluncur saraf karena integritas epineurium saja), yang diperlukan untuk mengakomodasi gerakan sendi; jika tidak, saraf meregang dan menjadi cedera. Diperkirakan bahwa pada subjek normal, saraf median pada pergelangan tangan dapat bergerak hingga 9,6 mm antara fleksi penuh dan eksistensi dari sendi tetapi dengan adanya jaringan konektif yang kaku di sekitarnya, pergerakan menjadi terbatas dan mengekspos saraf untuk membagi tenaga yang dapat memicu cedera. Gerakan memanjang saraf medianus di terowongan karpal sekitar 9,6 mm selama fleksi dan 0,7-1,4 cm saat ekstensi pergelangan tangan. Dapat bervariasi dari 2,5-19,6 mm tergantung pada posisi bahu, siku, pergelangan tangan dan jari. Tegangan saraf median bervariasi dari 8% tergantung pada posisi bahu, dan 19% tergantung pada posisi jari. Selain gerakan longitudinal, gerakan melintang saraf median terjadi dengan posisi pergelangan tangan atau selama fleksi jari melawan resistensi. Pada kompresi dan adesi epineural , mobilitas terhalang, menciptakan lesi karena traksi berulang pada saraf selama gerakan pergelangan tangan. Peningkatan tekanan yang kronis pada batang saraf menghasilkan gradien tekanan, yang meredistribusi komponen dari jaringan yang dikompresi ke sisi yang tidak terkompresi, dengan peregangan selanjutnya dari struktur epineural dan vaskular. Perkembangan edema yang cepat, terutama pada epineurium, dapat menyebabkan pembengkakan saraf, akan semakin membatasi pergerakan saraf dalam kompartemen anatomi yang sudah sempit. Skenario ini membatasi pergerakan saraf selama gerakan ekstremitas, menyebabkan saraf lebih iritasi, meningkatkan tekanan pada batang saraf dan edema. 4. Hipertroi jaringan sinovial Hipertofi jaringan sinovial dari tendon fleksor juga dapat meningkatkan tekanan di terowongan karpal dan menghasilkan perkembangan CTS. Beberapa studi histologis dan biokimia telah melaporkan tenosynovitis sebagai faktor resiko terkait erat dengan perkembangan CTS idiopatik. Hal ini telah dikonfirmasi oleh adanya peningkatan ekspresi prostaglandin E2 dan VEGF dalam jaringan biopsi sinovial dari pasien dengan gejala CTS. Dalam menanggapi cedera ini, ada peningkatan kepadatan fibroblast, ukuran serat kolagen, proliferasi vaskular dan kolagen tipe 3 dalam jaringan ikat sinovial. Jaringan parut konstriktif akan terbentuk di sekitar saraf median yang dapat menyebabkan penambatan saraf. Penebalan peradangan dari jaringan sinovial meningkatkan volume jaringan yang dapat menyebabkan peingkatan tekanan cairan dalam terowongan karpal. Penebalan jaringan sinovial yang paling dalam telah dilaporkan berada pada pintu masuk dan keluar dari saluran di mana tendon meluncur diatas titik tumpu fleksor retinakulum. Regangan dan kerusakan mikro pada jaringan sinovial serta saraf median dapat terjadi karena perbedaan derajat perjalanan antara tendon fleksor dan saraf median. Perubahan struktural ini diperparah oleh diabetes melitus karena glikosilasi kolagen yang non-enzimatik meningkat pada diabetes, menghasilkan perubahan packing, cross-linkage, dan pergantian kolagen. Glikosilasi yang meningkat berdampak buruk pada degradasi kolagen, menghasilkan akumulasi jaringan ikat yang kurang sesuai dan terutama fibrosis. Peningkatan aktivitas lysyl oxidase, enzim yang terlibat dalam pembentukan cross-link kolagen menambah fibrosis dan kekakuan. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-kompartemen dan membatasi gerakan meluncur saraf perifer antara jaringan. Kesimpulannya, CTS adalah kumpulan gejala yang terkait dengan kompresi dan traksi saraf median di terowongan karpal. Patofisiologi CTS adalah kompleks dan hasil dari interaksi banyak mekanisme. Namun, mekanisme patofisiologi yang berbeda menunjukkan bahwa tekanan terowongan karpal dan neuropati traksi yang sangat tinggi cenderung menginduksi CTS. Kompresi dan traksi menyebabkan obstruksi aliran keluar vena, pembentukan edema dan akhirnya iskemia dan cedera saraf.
(Sumber : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4727604/ di akses pada tanggal 10 Juni 2018)