Oleh:
Pembimbing:
OSTEONECROSIS TRAUMATIC
Pada fraktur dan dislokasi hip pembuluh darah retinakuler yang mensuplai head femur
sangat mudah robek. Jika ditambah dengan kerusakan atau thrombosis ligamentum teres,
osteonekrosis tidak dapat dihindarkan. Fraktur neck femur displaced dapat terjadi komplikasi
osteonekrosis pada 20% kasus. Fraktur non displaced terkadang juga terjadi subchondral
nekrosis, hal ini mungkin dikarenakan thrombosis kapiler intraosseous atau penyumbatan
sinusoid karena edema sumsum tulang.
OSTEONECROSIS NON-TRAUMATIC
Mekanisme yang terjadi pada osteonecrosis non traumatic lebih kompleks dan
melibatkan beberapa jalur seperti thrombosis intravaskuler atau stasis, pembengkakan
ekstravaskuler dan penekanan kapiler. Lebih dari 80% kasus berkaitan dengan pengobatan
kortikosteroid dosis tinggi atau penyalahgunaan alkohol (atau keduanya, berefek kumulatif).
Kondisi ini mengakibatkan peningkatan hiperlipidemia dan degenerasi lemak dari hepar. Jones
(1994) mengemukakan bahwa emboli lemak mempunyai peran meningkatkan kerusakan
endothel kapiler, agregasi platelet dan thrombosis. Glueck dkk (1996, 1997) mengemukakan
bahwa thrombofilia dan hipofibrinolisis merupakan faktor etiologi yang penting pada
osteonecrosis orang dewasa dan penyakit Perthes. Koagulopati lainnya juga terlibat, seperti
defisiensi fosfolipid pada SLE (Asherson dkk, 1993) dan peningkatan koagulabilitas pada sickle
cell (Francis, 1991), dan sekarang tampaknya kelainan koagulasi ini memegang peranan pada
beberapa kelainan terkait osteonekrosis non-trauma.
Pemberian kortikosteroid dosis tinggi dan penyalahgunaan alkohol menyebabkan
pembengkakan sel lemak pada sumsum tulang, suatu gambaran yang sangat jelas pada
spesimen tulang yang didapat saat penggantian sendi. Terdapat peningkatan tekanan
intraosseous dan pada venografi dengan kontras menunjukkan aliran darah vena yang
melambat dari tulang. Ficat dan Arlet (1980) mengemukakan bahwa peningkatan volume lemak
dalam sumsum tulang head femur menyebabkan penekanan sinusoid, stasis vena dan ischemia
retrograde mengakibatkan kematian tulang trabekular; dengan kata lain terjadi compartment
syndrome.
PATOLOGI
Sel-sel tulang mati setelah 12-48 jam anoxia, tapi penampakan segmen tulang yang
terkena tetap tidak berubah hingga beberapa hari atau bahkan minggu. Selama periode ini,
perubahan histologi yang paling menonjol terlihat pada sumsum tulang; hilangnya batas sel
lemak, infiltrasi sel-sel inflamasi, edema sumsum tulang, tampak histiosit jaringan, dan pada
akhirnya penggantian sumsum tulang yang nekrotik dengan jaringan mesenkimal yang belum
berdeferensiasi.
GAMBARAN KLINIS
Osteonekrosis post traumatic berkembang segera setelah terjadi trauma pada panggul,
tetapi tanda dan gejalanya muncul dalam beberapa bulan kemudian.. Osteonekrosis non
traumatic lebih tersembunyi dan membahayakan. Anak-anak terkena pada kondisi seperti
penyakit Perthes, penyakit sel Sickel dan penyakit Gaucher. Pada dewasa terjadi pada semua
usia dan jenis kelamin.
Keluhan yang muncul biasanya nyeri pada panggul (pada 50% kasus pada kedua
panggul) yang berkembang selama 2-3 tahun menjadi memberat. Nyeri dirasakan pada sendi
atau dekat dengan sendi, dan barangkali hanya muncul saat gerakan tertentu. Beberapa pasien
mengeluh ‘klik’ pada sendi, barangkali karena gemeretak atau jepitan fragmen artikuler yang
terlepas. Akan tetapi, pada 10% kasus tidak bergejala dan ditemukan tidak sengaja setelah x-ray
atau MRI selama pemeriksaan kelainan sistemik atau gejala lain yang berlangsung lama pada
panggul yang lain.
Pada pemeriksaan, pasien berjalan dengan pincang dan mungkin terdapat tanda
Trendelenburg yang positif. Paha mengecil dan mungkin tungkai memendek 1-2 cm. pada tahap
lanjut sendi menjadi kaku dan terjadi deformitas. Nyeri lokal mungkin muncul, dan mungkin
terdapat pembengkakan. Gerakan menjadi terbatas, terutama abduksi dan rotasi internal.
Tanda yang khas adalah kecenderungan panggul memutar rotasi eksternal saat fleksi pasif, hal
ini berkaitan dengan ‘tanda sektoral’ dimana, ketika panggul ekstensi, rotasi internal hampir
penuh, tetapi ketika panggul fleksi gerakan ini sangat jelas terbatas.
RADIOLOGI
Tanda awal iskemia terbatas pada sumsum tulang dan tidak dapat dideteksi dengan
pemeriksaan x-ray polos. Perubahan x-ray, jika muncul, terkadang muncul sebelum 3 bulan
setelah terjadi iskemia, disebabkan karena pembentukan tulang baru yang reaktif pada
perbatasan area nekrotik, dan kegagalan trabekula pada segmen nekrotik. Terlihat area dengan
peningkatan densitas radiografik pada tulang subkondral, segera sesudah itu, muncul gambaran
garis fraktur tangensial tipis tepat di bawah permukaan sendi – ‘crescent sign’. Pada tahap lanjut
terjadi distorsi permukaan sendi dan sklerosis yang lebih jelas, yang disebabkan oleh kompresi
tulang pada segmen yang kolaps. Terkadang bagian yang nekrotik terpisah menjadi fragmen
tersendiri. Celah sendi masih normal karena tulang rawan sendi tidak rusak hingga tahap sangat
lanjut. Hal ini yang membedakan osteonekrosis avaskuler primer dengan osteoarthritis yang
sklerotik dan destruktif.
99m
Radionukleotida scanning dengan Tc-sulfur koloid, yang terserap pada jaringan
myeloid, dapat menampakkan segmen avaskuler. Hal ini terutama pada nekrosis avaskuler
traumatic dimana segmen tulang yang besar terlibat , atau pada sickle sel dimana area kontras
‘cold’bermakna secara umum dengan uptake nuklida yang tinggi karena peningkatan aktivitas
erythroblastik. 99mTc-HDP scan juga dapat menunjukkan area ‘cold’ terutama jika segmen tulang
yang besar avaskuler (misal, fraktur neck femur). Gambarannya didominasi oleh peningkatan
aktivitas yang mencerminkan hyperemia dan pembentukan tulang baru pada area sekitar infark.
MRI adalah pemeriksaan yang paling dapat dipercaya untuk mendiagnosis perubahan
pada sumsum tulang dan iskemia pada tulang pada fase awal. Tanda awal adalah gambaran
berkas intensitas rendah pada T1 weight SE, yang berhubungan dengan permukaan antara
tulang normal dan iskemik. Lokasi dan ukuran daerah nekrotik yang terbatas telah digunakan
untuk meramalkan perkembangan lesi.
Computed tomography (CT) tidak terlalu berguna untuk mendiagnosis osteonekrosis,
juga pertimbangan paparan radiasinya. Akan tetapi, CT dapat menunjukkan area kerusakan
tulang dengan sangat jelas dan CT dapat berguna untuk menentukan rencana operasi.
DIAGNOSIS
Pada x-ray, gambaran destruktif atau sklerotik pada osteoarthritis terkadang rancu
dengan osteonekrosis tahap lanjut. Memang pada beberapa tipe osteoarthritis terdapat elemen
nekrosis tulang, tetapi hal terpenting untuk membedakan kedua kondisi ini adalah pada OA
celah sendi menghilang sebelum tulang rusak, sedangkan pada osteonekrosis celah sendi tetap
normal hingga akhir (karena osteonekrosis bukan penyakit primer pada tulang rawan sendi).
Transient osteoporosis pada hip terkadang rancu dengan avaskular nekrosis.
Dalam menegakkan diagnosis harus menggali kelainan yang menjadi penyebab utama.
Mungkin terdapat riwayat trauma, penyakit keturunan seperti penyakit Sickle cell, penyakit
Gaucher, latar belakang pekerjaan yang berkaitan dengan ischemia dysbaric (penyelam, pekerja
pada tekanan udara tinggi), penyakit yang mendasari seperti SLE, Perthes pada anak atau
penyalahgunaan alcohol dan pengobatan kortikosteroid.
STAGING LESI
Ficat dan Arlet (1980) mengenalkan konsep staging radiographic untuk osteonekrosis
pada hipuntuk membedakan antara tanda-tanda awal (pre-symptomatic) dan gambaran lanjut
dari demarkasi progresif dan kolaps segmen nekrotik pada head femur. Stage 1, tidak tampak
perubahan secara radiographic dan diagnosis didasarkan pada pengukuran tekanan
intraosseous dan gambaran histologi biopsy tulang (terlihat perubahan pada MRI), dan pasien
mengeluh nyeri ringan atau tanpa nyeri. Pada stage 2, bentuk head femur masih normal tanpa
distorsi tetapi terdapat tanda-tanda awal perubahan reaktif pada area subchondral. Stage 3
ditentukan dengan adanya tanda-tanda osteonekrosis dengan bukti kerusakan structural tulang
dan distorsi garis batas tulang head femur. Pada stage 4, didapatkan kolaps permukaan sendi
dan tanda-tanda OA sekunder. Klasifikasi ini berguna untuk menggambarkan kondisi pada hip,
tetapi tidak memberikan petunjuk mengenai prognosis dan terapi.
Staging Osteonecrosis Head Femur
Penilaian mengenai lokasi dan perluasan perubahan awal pada xray polos dan MRI
memberikan prediksi hasil akhir yang lebih dapat dipercaya, setidaknya hubungannya dengan
nekrosis head femur. Lokasi dan ukuran segmen nekrotik pada Ficat stage 1-3 ditunjukkan oleh
berkas intensitas rendah pada T1 weight MRI. Terdapat dua observasi umum : (1) ukuran dari
segmen ischemic ditentukan oleh stage paling awal dan jarang meningkat sesudahnya; (2) lesi
kecil yang tidak melibatkan zona beban maksimal pada permukaan sendi cenderung tidak
kolaps, sedangkan lesi yang besar yang meluas pada zona beban maksimal pada permukaan
sendi hancur pada 60% kasus.
Shimizu dkk (1994) membuat klasifikasi berdasarkan gambaran MRI yang menunjukkan
perluasan, lokasi dan intensitas dari segmen yang abnormal pada head femur. Resiko kolaps
head femur (setidaknya setelah 2-3th) terutama berkaitan dengan perluasan (area head femur
pada gambar potongan coronal yang terlibat) dan lokasi (bagian permukaan yang menahan
beban) pada MRI awal. Secara umum, penemuan mereka megemukakan bahwa : (1) perluasan
segmen ischemic ditentukan pada saat permulaan dan tidak tidak meningkat seiring waktu; (2)
lesi yang menempati kurang dari seperempat diameter head femur pada potongan coronal dan
hanya melibatkan sepertiga medial permukaan penahan beban jarang menjadi kolaps; (3) lesi
yang menempati hingga setengah diameter head femur pada potongan coronal dan melibatkan
antara sepertiga dan duapertiga permukaan penahan beban cenderung kolaps pada 30% kasus;
dan (4) lesi yang menempati lebih dari seperempat diameter head femur pada potongan
coronal dan melibatkan lebih dari duapertiga permukaan penahan beban akan kolaps dalam 3
tahun pada lebih dari 70% kasus. Ketika membicarakan terapi, kita harus mengacu pada tiga
derajat keparahannya, grade I, grade II dan grade III. Sebagai catatan, meskipun klasifikasi ini
berguna untuk meramalkan hasil akhir (prognosis) dan rencana terapi, perluasan dalam konteks
ini tidak sama dengan volume, volume sesungguhnya dari segmen nekrotik sangat sulit untuk
ditentukan.
Sistem yang banyak digunakan dan direkomendasikan untuk membandingkan data dari
berbagai sumber sebelum dan sesudah terapi adalah yang diajukan oleh International
Association of Bone Circulation and Bone Necrosis (Association Research Circulation Osseous-
ARCO).