Penentuan Tegangan Permukaan
Penentuan Tegangan Permukaan
PERCOBAAN I
OLEH
KELAS : A
KELOMPOK : V (LIMA)
LABORATORIUM FARMASI
JURUSAN FARMASI
KENDARI
2013
PENENTUAN TEGANGAN PERMUKAAN
A. TUJUAN
B. LANDASAN TEORI
persatu satuan luas. Pada satuan cgs, γ dinyatakan dalam erg cm-1 atau
dynecm-1, sedangkan dalam satuan SI, γ dinyatakn dalam N m-1. Molekul yang
ada di dalam cairan akan mengalami gaya tarik menarik (gaya van derWaals)
karena tidak ada lagi molekul di atas permukaan dan akibatnya luas
berperilaku layaknya selapis kulit tipis yang kenyal atau lentur akibat
menciptakan suatu permukaan baru, sifat permukaan yang dimiliki oleh zat
cair yang berperilaku layaknya selapis kulit tipis yang kenyal atau lentur akibat
suatu cairan saling tarik menarik satu sama lain (Indarniati, 2008).
Tegangan antarmuka adalah gaya per satuan panjang yang terdapat
pada antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur dan seperti tegangan
kecil daripada tegangan permukaan karena gaya adhesi antara dua fase cair
yang membentuk suatu antarmuka adalah lebih besar daripada bila suatu
fase cair yang membentuk suatu fase gas berada bersama-sama. Dalam
fase lain yang terlibat dalam fase antarmuka tersebut walaupun dalam hal
antarmuka cair/gas gaya adhesif tarik-menarik adhesif ini kecil. Efek bersih
kearah dalam kearah bulk. Gaya seperti itu menarik molekul antarmuka
Pada permukaan temu (antarmuka) antara zat cair dan gas, atau
antara dua zat cair yang tidak bercampur, timbul gaya-gaya di permukaan
kita membahas kenaikan (atau penurunan) dari zat cair di dalam sebuah
tabung kapiler. Jika sebuah tabung kecil terbuka dimasukkan kedalam air,
permukaan air di dalam tabung akan naik di atas permukaan air di luar
tabung. Untuk kasus ini, terdapat gaya tarik antara dinding tabung dan
moekul zat cair yang cukup kuat untuk mengatasi gaya tarik antar molekul
(kohesi) dan menariknya ke dalam dinding. Oleh karena itu zat cair tersebut
ketika mengalir pada pipa kapiler ini. Perubahan fase ini terjadi akibat adanya
dari lingkungan ke fluida sebab temperatur lingkungan lebih tinggi dari pada
bergerak dan tidak mahal serta pipa kapiler juga memungkinkan tekanan
dalam sistim merata selama sistim tidak bekerja sehingga motor penggerak
kompressor mempunyai momen gaya awal yang kecil. Sedang kerugian jika
menggunakan pipa kapiler adalah bahwa pipa kapiler tidak dapat diatur
(Basri, 2009).
Surfaktan adalah suatu zat yang bersifat aktif permukaan yang dapat
kotoran dan “kepala” polarnya menempel pada air. Bila dalam air terkandung
Karena gaya kohesif hidrokarbon lebih kecil daripada air, maka tegangan
tidak berwarna, tidak berbau dan merupakan cairan kental yang memiliki rasa
digunakan pada industri makanan, farmasi atau juga dapat digunakan untuk
pengolahan air. Sebagai produk samping industri biodiesel, gliserol belum
banyak diolah sehingga nilai jualnya masih rendah (Prasetyo dkk, 2012).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Piknometer 10 ml
Timbangan analitik
Pipet tetes
Pipa kapiler
Mistar
Gelas ukur
2. Bahan
Akuades
Gliserol 0,01 %
Gliserol 0,05 %
Gliserol 0,1 %
D. PROSEDUR KERJA
Piknometer 10 ml
- Dicatat hasilnya
Hasil Pengamatan=…?
2. Penentuan Densitas
Akuades
ml hingga penuh
- Ditimbang
- Dicatat hasilnya
Hasil Pengamatan=…?
3. Penentuan Tinggi Kenaikan Cairan
Akuades
100 ml
gelas kimia
Hasil Pengamatan=…?
E. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel Pengamatan
2. Data Perhitungan
a. Densitas
- Akuades
Volume Piknometer = 10 ml
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡
Peny : Densitas = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
19,56 𝑔𝑟 – 9,48 𝑔𝑟
= 10 𝑚𝑙
= 1,008 g/ml
= 1008 kg/m3
- Gliserol 0,01%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡
Peny : Densitas =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
19,34 𝑔𝑟 – 9,48 𝑔𝑟
= 10 𝑚𝑙
= 0,986 g/ml
= 986 kg/m3
- Gliserol 0,05%
Volume Piknometer = 10 ml
19,64 𝑔𝑟 – 9,48 𝑔𝑟
= 10 𝑚𝑙
= 1,016 g/ml
= 1016 kg/m3
- Gliserol 0,1%
Volume Piknometer = 10 ml
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡
Peny : Densitas = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
19,74 𝑔𝑟 – 9,48 𝑔𝑟
= 10 𝑚𝑙
= 1,026 g/ml
= 1026 kg/m3
b. Tergangan Permukaan
- Akuades
g = 9,8 m/s2
ρ = 1008 kg/m3
h = 5,9 cm = 0,059 m
Dit :Ɣ =…?
1
Peny. : Ɣ = 2
.r.ρ.g.h
1
= . 0,5 x 10-3 . 1008 . 9,8 . 0,059
2
= 0,1457 N/m
- Gliserol 0,01%
g = 9,8 m/s2
ρ = 986 kg/m3
h = 3,8 cm = 0,038 m
Dit :Ɣ =…?
1
Peny. : Ɣ = 2
.r.ρ.g.h
1
= 2
. 0,5 x 10-3 . 986 . 9,8 . 0,038
= 0,0917 N/m
- Gliserol 0,05%
g = 9,8 m/s2
ρ = 1016 kg/m3
h = 5,7 cm = 0,057 m
Dit :Ɣ =…?
1
Peny. : Ɣ = .r.ρ.g.h
2
1
= 2
. 0,5 x 10-3 . 1016 . 9,8 . 0,057
= 0,1418 N/m
- Gliserol 0,1%
g = 9,8 m/s2
ρ = 1026 kg/m3
h = 4,8 cm = 0,048 m
Dit :Ɣ =…?
1
Peny. : Ɣ = 2
.r.ρ.g.h
1
= 2
. 0,5 x 10-3 . 1026 . 9,8 . 0,048
= 0,1206 N/m
c. Data grafik
Grafik Hubungan Konsentrasi
Gliserol terhadap Tegangan
tegangan permukaan (N/m) Permukaan
0.15 y = 0.2906x + 0.1025
0.1418 R² = 0.2715
0.1206
0.1 0.0917 tegangan
0.05 permukaan
Linear (tegangan
0 permukaan)
0 0.05 0.1 0.15
konsentrasi gliserol (%)
F. PEMBAHASAN
tegang. Hal ini disebabkan oleh gaya-gaya tarik yang tidak seimbang pada
antar muka cairan. Gaya ini biasa segera diketahui pada kenaikan cairan
biasa dalam pipa kapiler dan bentuk suatu tetesan kecil cairan. Tegangan
permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair (fluida)
yang berada dalam keadaan diam (statis). Tegangan antar muka adalah
gaya persatuan panjang yang terdapat pada antarmuka dua fase cair yang
tidak bercampus. Tegangan antar muka selalu lebih kecil dari pada
bercampus lebih besar dari pada adhesi antara cairan dan udara.
cairan. Pada umumnya cairan yang memiliki gaya tarik antara molekulnya
pada cairan seperti bensin karena gaya tarik antara molekulnya kecil, maka
permukaan cairan turun bila suhu naik, karena dengan bertambahnya suhu
molekul- molekul cairan bergerak lebih cepat dan pengaruh interaksi antar
adanya zat terlarut. Adanya zat terlarut pada cairan dapat menaikkan atau
dan non elektrolit tertentu seperti sukrosa dan gliserin menaikkan tegangan
permukaan. Sedangkan adanya zat- zat seperti sabun, detergen, dan
ini metode yang digunakan hanyalah metode pipa kapiler, yaitu mengukur
pipa berdiameter. Salah satu ujung pipa dicelupkan kedalam permukaan zat
cair maka zat cair tersebut permukaannya akan naik sampai ketinggian
Percobaan kali ini akan digunakan metode kenaikan pipa kapiler. Pipa kapiler
permukaan larutan dan pipa kapiler dibiarkan, larutan naik ke dalam pipa
kapiler menjadi stabil, lalu diukur panjang larutan yang naik ke dalam pipa
permukaannya adalah gliserol dan air, air disini sebagai pembanding. Gliserol
yang digunakan pada percobaan ini memiliki konsentrasi yang berbeda yaitu
kosong terlebih dahulu, agar dapat diketahui densitas dari akuades, gliserin
0,01%, 0,05%, dan 0,1%. Larutan yang telah diketahui densitasnya akan
diukur tegangan permukaannya dengan menggunakan pipa kapiler. Masing-
akuades adalah 0,1457 N/m, pada gliserin 0,01% adalah 0,0917 N/m, pada
gliserin 0,05% adalah 0,1418 N/m, pada gliserin 0,1% adalah 0,1206 N/m.
hasil yang berbeda, tegangan permukaan pada gliserin 0,1% lebih kecil dari
pada gliserin 0,05%. Hal ini disebabkan karena larutan gliserin yang
pembentukan dan kestabilan emulsi dan dispersi partikel tidak larut dalam
Basri, 2009, Karakteristik Hidraulik Aliran Dua Fasa pada Pipa Kapiler, JIMT Vol.
6 No. 2, Universitas Tadulako.
Hidayati, Sri, 2009, Pengaruh Rasio Mol, Suhu dan Lama Reaksi terhadap
Tegangan Permukaan dan Stabilitas Emulsi Metil Ester Sulfonat dari CPO,
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pangan, Vol. 14 No. 1, Lampung.
Indarniati dan Frida U. E., 2008, Perancangan Alat Ukur Tegangan Permukaan
dengan Induksi Elektromagnetik, Jurnal Fisika dan Aplikasinya Vol. 4 No.
1, Universitas Negeri Surabaya.
Prasetyo, A. E., Anggra W. dan Widayat, 2012, Potensi Gliserol dalam Pembuatan
Turunan Gliserol Mellow Proses Esterifikasi, Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.
10, Universitas Diponegoro.
Siaka I.M., Yuky A.H., Ida A.G., 2012, Optimasi Kondisi Reaksi Hidrogenasi Metil
Ester Dalam Peningkatan Aktivitas Surfaktan Berbasis Minyak Jelantah,
Jurnal Kimia, ISSN: 1907-9850.
Suendo, V., dan Muhamad Tang, 2011, Pengaruh Penambahan Pelarut Organik
Terhadap Tegangan Permukaan Larutan Sabun, Prosiding Simposium
Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains, ISBN : 978-602-19655-0-4,
Bandung.