Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIK II

PERCOBAAN I

PENENTUAN TEGANGAN PERMUKAAN

OLEH

NAMA : DESY TRI WAHYUNI

NIM : F1F1 12 019

KELAS : A

KELOMPOK : V (LIMA)

ASISTEN : WIWI ASRIANI

LABORATORIUM FARMASI

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2013
PENENTUAN TEGANGAN PERMUKAAN

A. TUJUAN

Tujuan dalam praktikum ini adalah untuk membiasakan diri dengan

konsep dan pengukuran tegangan muka.

B. LANDASAN TEORI

Tegangan permukaan (γ) suatu cairan dapat didefinisikan sebagai

banyaknya kerja yang dibutuhkan untuk memperluas permukaan cairan

persatu satuan luas. Pada satuan cgs, γ dinyatakan dalam erg cm-1 atau

dynecm-1, sedangkan dalam satuan SI, γ dinyatakn dalam N m-1. Molekul yang

ada di dalam cairan akan mengalami gaya tarik menarik (gaya van derWaals)

yang sama besarnya ke segala arah. Namun, molekul padapermukaan cairan

akan mengalami resultan gaya yang mengarah ke dalamcairan itu sendiri

karena tidak ada lagi molekul di atas permukaan dan akibatnya luas

permukaan cairan cenderung untuk menyusut (Suendo,et al., 2011).

Tegangan permukaan merupakan sifat permukaan suatu zat cair yang

berperilaku layaknya selapis kulit tipis yang kenyal atau lentur akibat

pengaruh tegangan. Pengaruh tegangan tersebut disebabkan oleh adanya

gaya tarik-menarik antarmolekul di permukaan zat cair tersebut. Besarnya

tegangan permukaan merupakan usaha yang diperlukan cincin untuk

menciptakan suatu permukaan baru, sifat permukaan yang dimiliki oleh zat

cair yang berperilaku layaknya selapis kulit tipis yang kenyal atau lentur akibat

pengaruh tegangan. Tegangan ini terjadi jika molekul-molekul di permukaan

suatu cairan saling tarik menarik satu sama lain (Indarniati, 2008).
Tegangan antarmuka adalah gaya per satuan panjang yang terdapat

pada antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur dan seperti tegangan

permukaan mempunyai satuan dyne/cm. Tegangan antar muka selalu lebih

kecil daripada tegangan permukaan karena gaya adhesi antara dua fase cair

yang membentuk suatu antarmuka adalah lebih besar daripada bila suatu

fase cair yang membentuk suatu fase gas berada bersama-sama. Dalam

keadaan cair gaya kohesif antara molekul-molekul yang berdekatan

dikembangkan dengan baik. Molekul-molekul pada permukaan hanya dapat

mengembangkan gaya tarik-menarik kohesif dengan molekul cair lain yang

terletak dibawah atau disamping mereka. Molekul tersebut dapat menyusun

fase lain yang terlibat dalam fase antarmuka tersebut walaupun dalam hal

antarmuka cair/gas gaya adhesif tarik-menarik adhesif ini kecil. Efek bersih

adalah molekul pada permukaan cairan tersebut mengalami suatu gaya

kearah dalam kearah bulk. Gaya seperti itu menarik molekul antarmuka

bersama-sama sebagai akibatnya mangecilkan atau menyusutkan permukaan

(Martin., dkk., 2008).

Pada permukaan temu (antarmuka) antara zat cair dan gas, atau

antara dua zat cair yang tidak bercampur, timbul gaya-gaya di permukaan

cairan yang menyebabkan permukaan tersebut membentang pada seluruh

massa fluida. Diantar fenomena yang berkaitan dengan tegangan permukaan

kita membahas kenaikan (atau penurunan) dari zat cair di dalam sebuah

tabung kapiler. Jika sebuah tabung kecil terbuka dimasukkan kedalam air,

permukaan air di dalam tabung akan naik di atas permukaan air di luar

tabung. Untuk kasus ini, terdapat gaya tarik antara dinding tabung dan
moekul zat cair yang cukup kuat untuk mengatasi gaya tarik antar molekul

(kohesi) dan menariknya ke dalam dinding. Oleh karena itu zat cair tersebut

membasahi permukaan padat (Munson, 2003).

Pipa kapiler umumnya mempunyai panjang 1 sampai 6 meter dengan

diameter dalam 0,5 mm sampai 2 mm. Cairan refrigerant memasuki pipa

kapiler dan mengalir hingga tekanannya berkurang disebabkan oleh gesekan

dan percepatan refrigerant. Sejumlah cairan refrigerant berubah menjadi uap

ketika mengalir pada pipa kapiler ini. Perubahan fase ini terjadi akibat adanya

penurunan tekanan dan temperatur pada fluida sementara entalpinya tidak

turun, bahkan cenderung bertambah karena terjadinya perpindahan kalor

dari lingkungan ke fluida sebab temperatur lingkungan lebih tinggi dari pada

temperatur fluida. Keuntungan menggunakan pipa kapiler adalah bahwa pipa

kapiler mempuyai bentuk yang sederhana, tidak ada bagian-bagian yang

bergerak dan tidak mahal serta pipa kapiler juga memungkinkan tekanan

dalam sistim merata selama sistim tidak bekerja sehingga motor penggerak

kompressor mempunyai momen gaya awal yang kecil. Sedang kerugian jika

menggunakan pipa kapiler adalah bahwa pipa kapiler tidak dapat diatur

terhadap beban yang berubah-ubah, mudah terganggu oleh adanya

penyumbatan dan memerlukan pengisian refrigeran berada dekat batas

(Basri, 2009).

Surfaktan adalah suatu zat yang bersifat aktif permukaan yang dapat

menurunkan tegangan antarmuka (interfacial tension, IFT) minyak-air.

Surfaktan memiliki kecenderungan untuk menjadikan zat terlarut dan

pelarutnya terkonsentrasi pada bidang permukaan. Berdasarkan muatan ion,


surfaktan dibagi menjadi empat bagian penting dan digunakan secara meluas

pada hampir semua sektor industri modern Jenis-jenis surfaktan tersebut

adalah surfaktan anionik, surfaktan kationik, surfaktan nonionik dan surfaktan

amfoterik (Hidayati, 2009).

Kemampuan menurunkan tegangan permukaan air terbaik dimiliki

oleh surfaktan. Surfaktan tersusun atas “ekor” nonpolar (gugus hidrofobik)

dan “kepala” polar (gugus hidrofilik). Ketika menggunakan produk pembersih

yang mengandung surfaktan, “ekor” nonpolar surfaktan akan menempel pada

kotoran dan “kepala” polarnya menempel pada air. Bila dalam air terkandung

surfaktan, molekul-molekul surfaktan mengalami orientasi dan teradsorbsi

pada permukaan larutan dengan gugus hidrofobik menghadap ke udara.

Dengan demikian permukaan larutan akan tertutupi dengan gugus hidrofobik

surfaktan. Penurunan tegangan permukaan yang disebabkan gaya kohesif

cairan atau padatan meningkat seiring dengan meningkatnya gaya kohesif.

Karena gaya kohesif hidrokarbon lebih kecil daripada air, maka tegangan

permukaan air yang permukaannya tertutupi oleh gugus hidrofobik dari

surfaktan juga lebih kecil daripada tegangan permukaan air tanpa

penambahan surfaktan (Siaka.,dkk.,2012).

Gliserol adalah produk samping produksi biodisel dari reaksi

transesterifikasi dan merupakan senyawa alkohol dengan gugus hidroksil

berjumalh tiga buah. Gliserol (1,2,3 propanetriol) merupakan cairan yang

tidak berwarna, tidak berbau dan merupakan cairan kental yang memiliki rasa

manis. Gliserol dapat dimurnikan dengan proses destilasi agar dapat

digunakan pada industri makanan, farmasi atau juga dapat digunakan untuk
pengolahan air. Sebagai produk samping industri biodiesel, gliserol belum

banyak diolah sehingga nilai jualnya masih rendah (Prasetyo dkk, 2012).
C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu :

 Piknometer 10 ml

 Timbangan analitik

 Pipet tetes

 Gelas kimia 100 ml

 Pipa kapiler

 Mistar

 Gelas ukur

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu :

 Akuades

 Gliserol 0,01 %

 Gliserol 0,05 %

 Gliserol 0,1 %
D. PROSEDUR KERJA

1. Penentuan Berat Piknometer

Piknometer 10 ml

- Ditimbang dalam keadaan kosong

- Dicatat hasilnya

Hasil Pengamatan=…?

2. Penentuan Densitas

Akuades

- Dimasukkan ke dalam piknometer 10

ml hingga penuh

- Ditimbang

- Dicatat hasilnya

- Ditentukan berat jenisnya

- Diulangi prosedur diatas untuk gliserol

0,01 %; 0,05 %; dan 0,1 %

Hasil Pengamatan=…?
3. Penentuan Tinggi Kenaikan Cairan

Akuades

- Dituangkan 50 ml kedalam gelas kimia

100 ml

- Dimasukkan pipa kapiler ke dalam

gelas kimia

- Dibiarkan air naik ke pipa kapiler

- Diukur kenaikan cairan dalam pipa

kapiler dengan mistar

- Dihitung tegangan permukaannya

- Diulangi prosedur diatas untuk gliserol

0,01 %; 0,05 %; dan 0,1 %

Hasil Pengamatan=…?
E. HASIL PENGAMATAN

1. Tabel Pengamatan

Berat Piknometer Densitas Tinggi Kenaikan Tegangan


No Zat Cair
+ Sampel (gram) (kg/m3) Cairan (cm) Permukaan

1 Akuades 19,56 1008 5,9 0,1457 N/m

2 Gliserol 0,01% 19,34 986 3,8 0,0917 N/m

3 Gliserol 0,05% 19,64 1016 5,7 0,1418 N/m

4 Gliserol 0,1% 19,74 1026 4,8 0,1206 N/m

2. Data Perhitungan

a. Densitas

- Akuades

Dik : Berat Piknometer kosong = 9,48 gr

Berat Piknometer + sampel = 19,56 gr

Volume Piknometer = 10 ml

Dit : Densitas =…?

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡
Peny : Densitas = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

19,56 𝑔𝑟 – 9,48 𝑔𝑟
= 10 𝑚𝑙

= 1,008 g/ml

= 1008 kg/m3

- Gliserol 0,01%

Dik : Berat Piknometer kosong = 9,48 gr

Berat Piknometer + sampel = 19,34 gr


Volume Piknometer = 10 ml

Dit : Densitas =…?

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡
Peny : Densitas =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

19,34 𝑔𝑟 – 9,48 𝑔𝑟
= 10 𝑚𝑙

= 0,986 g/ml

= 986 kg/m3

- Gliserol 0,05%

Dik : Berat Piknometer kosong = 9,48 gr

Berat Piknometer + sampel = 19,64 gr

Volume Piknometer = 10 ml

Dit : Densitas =…?


𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡
Peny : Densitas = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

19,64 𝑔𝑟 – 9,48 𝑔𝑟
= 10 𝑚𝑙

= 1,016 g/ml

= 1016 kg/m3

- Gliserol 0,1%

Dik : Berat Piknometer kosong = 9,48 gr

Berat Piknometer + sampel = 19,74 gr

Volume Piknometer = 10 ml

Dit : Densitas =…?

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡
Peny : Densitas = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

19,74 𝑔𝑟 – 9,48 𝑔𝑟
= 10 𝑚𝑙

= 1,026 g/ml
= 1026 kg/m3

b. Tergangan Permukaan

- Akuades

Dik: r = 0,5 x 10-3 m

g = 9,8 m/s2

ρ = 1008 kg/m3

h = 5,9 cm = 0,059 m

Dit :Ɣ =…?
1
Peny. : Ɣ = 2
.r.ρ.g.h

1
= . 0,5 x 10-3 . 1008 . 9,8 . 0,059
2

= 0,1457 N/m

- Gliserol 0,01%

Dik: r = 0,5 x 10-3 m

g = 9,8 m/s2

ρ = 986 kg/m3

h = 3,8 cm = 0,038 m

Dit :Ɣ =…?
1
Peny. : Ɣ = 2
.r.ρ.g.h

1
= 2
. 0,5 x 10-3 . 986 . 9,8 . 0,038

= 0,0917 N/m

- Gliserol 0,05%

Dik: r = 0,5 x 10-3 m

g = 9,8 m/s2
ρ = 1016 kg/m3

h = 5,7 cm = 0,057 m

Dit :Ɣ =…?
1
Peny. : Ɣ = .r.ρ.g.h
2

1
= 2
. 0,5 x 10-3 . 1016 . 9,8 . 0,057

= 0,1418 N/m

- Gliserol 0,1%

Dik: r = 0,5 x 10-3 m

g = 9,8 m/s2

ρ = 1026 kg/m3

h = 4,8 cm = 0,048 m

Dit :Ɣ =…?

1
Peny. : Ɣ = 2
.r.ρ.g.h

1
= 2
. 0,5 x 10-3 . 1026 . 9,8 . 0,048

= 0,1206 N/m

c. Data grafik
Grafik Hubungan Konsentrasi
Gliserol terhadap Tegangan
tegangan permukaan (N/m) Permukaan
0.15 y = 0.2906x + 0.1025
0.1418 R² = 0.2715
0.1206
0.1 0.0917 tegangan
0.05 permukaan
Linear (tegangan
0 permukaan)
0 0.05 0.1 0.15
konsentrasi gliserol (%)
F. PEMBAHASAN

Tegangan permukaan adalah gaya atau tarikan kebawah yang

menyebabkan permukaan cairan berkontraksi den benda dalam keadaan

tegang. Hal ini disebabkan oleh gaya-gaya tarik yang tidak seimbang pada

antar muka cairan. Gaya ini biasa segera diketahui pada kenaikan cairan

biasa dalam pipa kapiler dan bentuk suatu tetesan kecil cairan. Tegangan

permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair (fluida)

yang berada dalam keadaan diam (statis). Tegangan antar muka adalah

gaya persatuan panjang yang terdapat pada antarmuka dua fase cair yang

tidak bercampus. Tegangan antar muka selalu lebih kecil dari pada

tengangan permukaan karena gaya adhesi antara dua cairan tidak

bercampus lebih besar dari pada adhesi antara cairan dan udara.

Faktor- faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan yaitu jenis

cairan. Pada umumnya cairan yang memiliki gaya tarik antara molekulnya

besar, seperti air, maka tegangan permukaannya juga besar. Sebaliknya

pada cairan seperti bensin karena gaya tarik antara molekulnya kecil, maka

tegangan permukaannya juga kecil. Selanjutnya adalah suhu. Tegangan

permukaan cairan turun bila suhu naik, karena dengan bertambahnya suhu

molekul- molekul cairan bergerak lebih cepat dan pengaruh interaksi antar

molekul berkurang sehingga tegangan permukaannya menurun. Selanjutnya

adanya zat terlarut. Adanya zat terlarut pada cairan dapat menaikkan atau

menurunkan tegangan permukaan. Untuk air adanya elektrolit anorganik

dan non elektrolit tertentu seperti sukrosa dan gliserin menaikkan tegangan
permukaan. Sedangkan adanya zat- zat seperti sabun, detergen, dan

alkohol adalah efektif dalam menurunkan tegangan permukaan.

Terdapat 2 metode penentuan tegangan permukaan yaitu metode

kenaikan kapiler dan metode tersiometer Du-Nouy. Namun dalam percobaan

ini metode yang digunakan hanyalah metode pipa kapiler, yaitu mengukur

tegangan permukaan zat cair dan sudut kelengkungannya dengan memakai

pipa berdiameter. Salah satu ujung pipa dicelupkan kedalam permukaan zat

cair maka zat cair tersebut permukaannya akan naik sampai ketinggian

tertentu. Metode kenaikan kapiler hanya dapat digunakan untuk mengukur

tegangan permukaan tidak bisa untuk mengukur tegangan antar muka.

Percobaan kali ini akan digunakan metode kenaikan pipa kapiler. Pipa kapiler

merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tegangan

prermukaan.Prinsip kerja dari pipa kapiler adalah pipa kapiler dicelupkan ke

permukaan larutan dan pipa kapiler dibiarkan, larutan naik ke dalam pipa

kapiler menjadi stabil, lalu diukur panjang larutan yang naik ke dalam pipa

kapiler. Percobaan kali ini, sampel yang akan ditentukan tegangan

permukaannya adalah gliserol dan air, air disini sebagai pembanding. Gliserol

yang digunakan pada percobaan ini memiliki konsentrasi yang berbeda yaitu

gliserol 0,01 %, 0,05%, dan 0,1%. Penggunaan konsentrasi gliserol yang

berbeda bertujuan agar dapat dibandingkan antara nilai tegangan

permukaan dengan konsentrasi yang satu dengan yang lainnya.

Perlakuan pertama dilakukan penimbangan terhadap piknometer

kosong terlebih dahulu, agar dapat diketahui densitas dari akuades, gliserin

0,01%, 0,05%, dan 0,1%. Larutan yang telah diketahui densitasnya akan
diukur tegangan permukaannya dengan menggunakan pipa kapiler. Masing-

masing larutan sebanyak 50 ml dimasukkan ke dalam gelas kimia, agar

dapat diukur tegangan permukaannya.

Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh tegangan permukaan pada

akuades adalah 0,1457 N/m, pada gliserin 0,01% adalah 0,0917 N/m, pada

gliserin 0,05% adalah 0,1418 N/m, pada gliserin 0,1% adalah 0,1206 N/m.

Secara teori, tegangan permukaan dengan konsentrasi berbanding

lurus, artinya semakin tinggi konsentrasi, semakin tinggi pula tegangan

perrmukaannya, sebaliknya, semakin rendah konsentrasi, maka semakin

rendah pula tegangan permukaannya. Namun, pada percobaan ini diperoleh

hasil yang berbeda, tegangan permukaan pada gliserin 0,1% lebih kecil dari

pada gliserin 0,05%. Hal ini disebabkan karena larutan gliserin yang

digunakan telah rusak, karena telah lama disimpan. Jika suatu

senyawa/larutan disimpan terlalu lama maka larutan tersebut akan rusak.

Kerusakan tersebut adalah kerusakan senyawa gliserin yang dikarenakan

jenuhnya senyawa tersebut, sehingga ikatannya menjadi lemah dan terurai.

Manfaat tegangan permukaan dalam bidang farmasi yaitu dalam

mempengaruhi penyerapan obat pada bahan pembantu padat pada sediaan

obat, penetrasi molekul melalui membrane biologis, dan bermanfaat dalam

pembentukan dan kestabilan emulsi dan dispersi partikel tidak larut dalam

media cair untuk membentuk sediaan suspensi.


G. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan diatas, dapat disimpulkan bahwa tegangan

permukaan akuades adalah 0,1457 N/m, tegangan permukaan gliserol 0,01

% adalah 0,0917 N/m, tegangan permukaan gliserol 0,05 % adalah 0,1418

N/m dan tegangan permukaan giserol 0,1 % adalah 0,1206 N/m.


DAFTAR PUSTAKA

Basri, 2009, Karakteristik Hidraulik Aliran Dua Fasa pada Pipa Kapiler, JIMT Vol.
6 No. 2, Universitas Tadulako.

Hidayati, Sri, 2009, Pengaruh Rasio Mol, Suhu dan Lama Reaksi terhadap
Tegangan Permukaan dan Stabilitas Emulsi Metil Ester Sulfonat dari CPO,
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pangan, Vol. 14 No. 1, Lampung.

Indarniati dan Frida U. E., 2008, Perancangan Alat Ukur Tegangan Permukaan
dengan Induksi Elektromagnetik, Jurnal Fisika dan Aplikasinya Vol. 4 No.
1, Universitas Negeri Surabaya.

Martin A., Swarbrick, J., Cammarata, A. 2009. Farmasi Fisik 2. Penerbit


Universitas Indonesia. Jakarta.

Munson, B. R., Donald F. Y. dan Theodore H. O., 2003, Mekanika Fluida,


Erlangga, Jakarta.

Prasetyo, A. E., Anggra W. dan Widayat, 2012, Potensi Gliserol dalam Pembuatan
Turunan Gliserol Mellow Proses Esterifikasi, Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.
10, Universitas Diponegoro.

Siaka I.M., Yuky A.H., Ida A.G., 2012, Optimasi Kondisi Reaksi Hidrogenasi Metil
Ester Dalam Peningkatan Aktivitas Surfaktan Berbasis Minyak Jelantah,
Jurnal Kimia, ISSN: 1907-9850.

Suendo, V., dan Muhamad Tang, 2011, Pengaruh Penambahan Pelarut Organik
Terhadap Tegangan Permukaan Larutan Sabun, Prosiding Simposium
Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains, ISBN : 978-602-19655-0-4,
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai