Anda di halaman 1dari 3

VULKANOLOGI

BAB I
1.1 PENDAHULUAN

Vulkanologi merupakan studi tentang gunung berapi, lava, magma, dan fenomena geologi
yang berhubungan. Seorang ahli vulkanologi adalah orang yang melakukan studi pada bidang
ini. Istilah vulkanologi berasal dari Bahasa Latin Vulcan, dewa api Romawi. Para ahli
vulkanologi sering mengunjungi gunung berapi, terutama yang masih aktif, untuk mengamati
letusan gunung berapi, mengumpulkan produk letusan termasuk contoh tephra (seperti abu,
ash atau batu apung, pumice), batuan, dan lava. Tujuan utama dari penyelidikan adalah
perkiraan letusan; pada saat ini belum ada cara yang akurat untuk melakukan hal ini, tetapi
memperkirakan letusan, seperti halnya memperkirakan gempa bumi, dapat menyelamatkan
banyak jiwa. Seorang ahli vulkanologi mempelajari pembentukan gunung berapi dan
letusannya saat ini serta sejarah letusannya.
Vulkanologi Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kegunungapian baik proses
terbentuknya maupun hal-hal lain dan segala sesuatu yang berhubungan dengan batuan beku
serta kandungan meneral-mineralnya.
Vulkanisme
Gejala aktivitas magma sejak terbentuk di dalam bumi, keadaannya, gerakan-gerakannya dan
hasil kegiatannya baik dibawah permukaan ataupun diatas permukaan bumi.

Gunung Api
 Merupakan suatu stadia aktivitas magma yang sedang berlangsung.
 Tempat keluar/munculnya batuan lelehan atau rempah lepas volkanik yang berasal dari
dalam bumi.
 Bentuk yang dibangun atau himpunan rempah volkanik seperti kerucut, perisai, strato, dll.

Mekanisme Terjadinya Gunung Api


 lempeng samudera sama lempeng benua terus bergerak dari waktu ke waktu, karena ada
gaya dari dalam bumi yang terus bergerak .
 Karena lempeng benua dan lempeng samudera berbeda bahannya (lempeng benua dari
SiAl / Silicon and Allumunium dan lempeng samudera dari SiMa / Silicon and Magnesium),
sehingga lempeng samudera jika bertabrakan dengan lempeng benua cenderung berada di
bawah dan lempeng benua berada di atas.
 Dari tabrakan inilah terjadi sebuah gesekan dari dua lempeng tersebut dan karena lempeng
samudra masuk kedalam dan suhunya lebih tinggi maka terjadi lelehan lempeng samudra dari
aktifitas tersebut terjadi desakan-desakan dari dalam perut bumi..
 sehingga terbentuklah sebuah atau jajaran gunung api
BAB II
1.2 MONITORING KEGIATAN GUNUNG API

 Tujuan monitoring kegiatan gunung api


1. Memperkecil pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh gejala vulkanisme
2. Mengetahui kandungan kimia dari hasil erupsi
 Cara memantau kegiatan gunung api
1. Mempelajari model letusan
2. Meneliti sifat kemagnetan dan suhu gunung api
3. Melakukan pemetaan geologi gunung api
4. Memantau setiap denyut gunung api melalui seismograf
 Usaha pemantauan kegiatan gunung api
1. Pengamatan visual (suhu, cuaca, flora-fauna, perubahan warna danau kawah dll)
2. Pengamatan dengan metode tertentu (geofisika, geokimia, petrokimia, foto udara dan
geodetik)
Metode-metode yang digunakan
 Metode kegempaan
 Metode geomagnet (kondisi bawah permukaan)
 Metode gaya berat
 Metode geokimia gunung api
 Metode petrokima gunung api
 Metode tiltmetri
 Metode fotografi inframerah
 Metode geodetik
Dampak aktivitas gunung api
 Dampak positif
• Menghasikan mineral-mineral berharga
• Daerah rekreasi
• Sumber air tanah
• Menghasilkan tanah yang subur dan lain-lain.
 Dampak negatif
 Letusan berupa lahar, abu dan material lainnya
 Gempa,gelombang pasang, perubahan muka tanah
 Bahaya akibat gas (H2S, SO2, CO, HCN)
 Gempa bumi
 Pencemaran udara dan lain-lain.

1.3 TEKTONIK DAN VULKANISME

Berbagai proses geologi, secara fisis maupun kimiawi, antara lain bermula dari adanya
gangguan kesetimbangan sistem yang selanjutnya akan mengarah pada pemulihan
kesetimbangan baru. Adanya gangguan kesetimbangan sistem dan beberapa kejadian yang
diakibatkannya akan membentuk hubungan yang timbal balik cdan saling pengaruh
mempengaruhi. Kesetimbangan sistem isostatik, kesetimbangan gaya tarik bumi,
kesetimbangan panas bumi dan lain sebagainya merupakan beberapa contoh kesetimbangan
geologi. Kesetimbangan isostatik akan tercapai apabila massa batuan di atas permukaan
bidang kompensasi telah sama dan normal,sehingga tidak ada penyimpangan regional.
Kesetimbangan yang mempengaruhi magma anatar lain kesetimbangan termal,
kesetimbangan hidrostatik, kesetimbangan termodinamika, kesetimbangan fisika, kimia dan
lainya. Selama dapur magma belum membeku maka senantiasa akan terjadi gangguan
kesetimbangan, misal berupa hilangnya panas, pembentukan kristal, naiknya tekanan gas dan
uap, pergerakan magma, letusan dan lain sebagainya. Sistem hidrostatik dikatakan setimbang
apabila berta jenis magma membesar ke arah dalam. Suatu penyimpangan terhadap berat
jenis, biarpun kecil. Gangguan kesetimbangan pada magma yang berada dibawah permukaan
bumi anatara lain akan menyebabkan terjadinya arus terputar yang segera diikuti proses
lanjutan berupa pembentukan cekungan (geosinklin), tegangan pada kerak benua yang
berakhir dengan pembentukan lurah, retakan dan sesar; orogenesa, tektogenesa dan gejala
penerobosan magma ke permukaan bumi.
Sehingga jelaslah bahwa tektonik dan vulkanisme merupakan ekspresi gaya-gaya dalam bumi
yang dihuibungkan dengan proses pengalihan tenaga ke permukaan. Sementara tektonik
merupakan manisfestasi gejala aspek mekanik yang ditimbulkan ; maka vulkanisme adalah
manisfestasi aspek kimiawi dari proses pemindhan tenaga tersebut.
Ada tiga lingkungan gunungapi yang dapat dibedakan dengan jelas :
1. Lingkungan tipe busur kepulauan (typical island-arc environment), dimana gunungapi
terdapat di bagian puncak punggungan pegunungan yang membusur. Magma basalan dari
bagian atas selubung bumi yang terletak dibawah suatu punggungan akan naik sepanjang
rekahan yang memotong lapisan granit. Dan sewaktu magma menerobos lapisan tersebut
akan terjadi perubahan komposisi,disamping proses difrensiasinya sendiri berjalan tanpa
halangan berarti. Di permukaan akan terbentuk gunungapi andesitan.

2. Lingkungan tipe samodra (typical ocean environment), di mana gunungapi muncul dan
tersebar berderet di sepanjang puncak punggungan yang mempunyai sistem reakahan pada
kerak samodranya. Melalui rekahan yang memotong lapisan basalan, magma primer yang
basa bergenerasi ke atas dari asalnya yaitu selubung bumi yang berada di bawah punggungan
tersebut. Dan karena hampir tidak menjumpai lapisan granitan, maka magma yang
berdiferensiasi selama perjalanannya ke atas tidak mengalami perubahan yang bersifat
basalan.

3. Lingkungan tipe benua (typical continental envoronment, di mana pada jalur pegunungan
yang tak stabil terdapat lapisan kerak granitan yang tebal. Magma yang bergenerasi dekat
dengan dasar akar p[egunungan, kemudian naik secara perlahan melalui rekahan pada kerak
granitan dan muncul di permukaan sebagai gunungapi andesitan dan riolitan.

Anda mungkin juga menyukai