WWF-Indonesia Better Management Practice PDF
WWF-Indonesia Better Management Practice PDF
SEAFOOD
SUSTAINABLE
IDN
SEAFOOD
2014 W W F - I N D O N E S I A N AT I O N A L C A M PA I G N
WWF- Indonesia
Gedung Graha Simatupang,Tower 2 unit C, Lantai 7
Jalan Letjen TB Simatupang Kav. 38,
Jakarta Selatan 12540
Phone +62 21 7829461
www.wwf.or.id
Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas selesainya penyusunan
Better Management Practices (BMP) Budidaya Udang Vannamei
(Litopenaus vannameii), Tambak Semi Intensif dengan Instalasi
Pengolahan Air Limbah. BMP ini merupakan panduan praktis yang dapat
diterapkan oleh para pembudidaya udang vannamei skala kecil untuk
mewujudkan praktek budidaya yang bertanggung – jawab dan
berkelanjutan.
Penyusunan BMP ini telah melalui beberapa proses yaitu studi pustaka,
pengumpulan data lapangan, internal review tim perikanan WWF-
Indonesia serta Focus Group Discussion (FGD) dengan sejumlah ahli
budidaya udang vannamei sebagai bagian dari external expert reviewer.
BMP ini merupakan living document yang akan terus disempurnakan sesuai
dengan perkembangan di lapangan serta masukan pihak-pihak yang
bersangkutan.
Better Management Practices Ucapan terima kasih yang tulus dari kami atas bantuan, kerjasama, masukan
Seri Panduan Perikanan Skala Kecil dan koreksi pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan BMPs ini yaitu
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Balai Besar Pengembangan
BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
Budidaya Air Payau Jepara, Shrimp Club Indonesia (SCI) Jawa Timur, Balai
Tambak Semi Intensif dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Budidaya Air Payau Sitobondo, Balai Pengembangan Perikanan Budidaya
Edisi 1 | Desember 2014
Air Payau Maros, Balai Budidaya Air Payau Takalar, Dinas Kelautan dan
Perikanan Propinsi Sulawesi Selatan, PT. Bogatama Marinusa, Universitas
ISBN : 978-979-1461-38-2 Muhammadiyah Makassar, Hatchery ‘Benur Kita’ Sulawesi Selatan,
© WWF-Indonesia Pembudidaya udang vannamei dari Sumenep dan Tuban, Jawa Timur.
Kami senantiasa terbuka kepada semua pihak atas segala masukan yang
konstruktif demi penyempurnaan BMP ini, serta kami memohon maaf
apabila terdapat kesalahan dan kekurangan pada proses penyusunan dan isi
Penyusun dan editor : Tim Perikanan WWF-Indonesia, Badrudin
dari BMP ini.
Kontributor : Muharijadi Atmomarsono, Supito, Markus Mangampa, Hardi
Pitoyo, Lideman, Hendry Tjahyo S, Ismed Akhdiat, Heru Wibowo,
Muh. Ishak, Acmad Basori, Nur Tejo Wahyono, Sulkap S Latief,
Akmal. Desember 2014
Ilustrasi : Dwi Indarty
Penerbit : WWF-Indonesia
Kredit : WWF-Indonesia Penyusun
Tim Perikanan WWF-Indonesia
Akuifer : Lapisan bawah tanah yang mengandung air dan dapat mengalirkan
air.
Bakteri Heterotrof : Bakteri yang mendapatkan makanan dari bahan organik atau dari
makhluk hidup lain.
CaO : Kapur tohor atau kalsium oksida. Kapur ini dapat memberikan
energi berupa panas dan sangat efektif menaikkan pH tanah.
Dolomit : Jenis kapur yang mengandung unsur zat besi dan magnesium.
Kata Pengantar ...................................................................................................................................... i Hidrogen Peroksida : Cairan bening yang dapat mengoksidasi.
Daftar Isi ................................................................................................................................................. ii
IMNV : Infectious Myo Necrosis Virus atau penyakit myo. Gejala klinis
Daftar Istilah .......................................................................................................................................... iii berupa daging berwarna putih dengan bagian ekor berwarna
I. Pendahuluan ................................................................................................................................ 2 kemerahan.
II. Aspek Biologi Udang Vannamei ............................................................................................. 3 Intrusi : Masuknya air asin ke lapisan bawah tanah (daratan) yang
III. Kelompok Pembudidaya .......................................................................................................... 4 mengandung air tawar.
IV. Aspek Legal Usaha Budidaya .................................................................................................. 5
No3 (Nitrat) : Unsur hara untuk menumbuhkan plankton.
V. Pemilihan Lokasi dan Desain Lahan ..................................................................................... 7
VI. Persiapan Lahan ......................................................................................................................... 9 pH Fox - pH Fresh : Pengukuran pH tanah setelah penambahan hidrogen peroksida
sebanyak 5 tetes. pH Fresh, pengukuran pH tanah sebelum
VII. Pemasukan Air ............................................................................................................................ 14 penambahan hirdogen peroksida.
VIII. Benih Udang Vannamei (Benur) ............................................................................................ 16
Plankton : Hewan dan tumbuhan berukuran kecil yang hidup di air yang
IX. Pengendalian Hama dan Penyakit Udang Vannamei ........................................................ 18 gerakannya dipengaruhi oleh arus.
X. Pengelolaan Kualitas Air .......................................................................................................... 21 Porous : Sifat tanah yang mudah menyerap air.
XI. Pemeliharaan Udang dan Pengelolaan Pakan .................................................................... 25
Posfat (PO4) : Sumber nutrien makro bagi pertumbuhan plankton.
XII. Panen dan Penangana Pasca Panen ...................................................................................... 28
XIII. Pencatatan Kegiatan Budidaya ............................................................................................... 30 TSV : Taura Syndrome Virus atau penyakit yang ditandai dengan adanya
bercak hitam pada karapas dan karapas lembek (lunak/keropos).
XIV. Aspek Sosial Usaha Budidaya ................................................................................................. 32
XV. Menjaga Lingkungan di Kawasan Budidaya ....................................................................... 33 WSSV : White Spot Syndrom Virus atau virus yang sangat mematikan dan
menular dengan cepat, ditandai dengan bintik putih pada tubuh
XVI. Analisa Usaha Sistem Semi Intensif ....................................................................................... 35
udang.
Daftar Pustaka ....................................................................................................................................... 37
ii | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | iii
Beberapa pekerja bahu membahu I. PENDAHULUAN
membantu proses panen sepetak
tambak udang vannamei. Udang vannamei (Litopenaeus vannameii) Posisi Indonesia yang terletak di garis
berasal dari daerah subtropis pantai barat khatulistiwa dengan musim hujan dan
Amerika, mulai dari Teluk California di kemarau yang tetap, menyebabkan
Mexico bagian utara sampai ke pantai barat Indonesia mampu memproduksi udang
Guatemala, El Salvador, Nicaragua, Kosta vannamei sepanjang tahun. Produksi
Rika di Amerika Tengah hingga ke Peru di tersebut disesuaikan dengan kondisi dan
Amerika Selatan. karakteristik lahan masing-masing.
Udang vannamei resmi diizinkan masuk ke Udang vannamei pada awalnya dianggap
Indonesia melalui SK Menteri Kelautan dan tahan terhadap serangan penyakit. Namun
Perikanan RI. No. 41/2001, dimana dalam perkembangannya, udang vannamei
produksi udang windu menurun sejak 1996 juga terserang WSSV (White Spot Syndrome
akibat serangan penyakit dan penurunan Virus), TSV (Taura Syndrome Virus),
kualitas lingkungan. Pemerintah kemudian IMNV (Infectious Myo Necrosis Virus),
melakukan kajian pada komoditas udang vibrio, dan penyakit terbaru yaitu EMS
laut jenis lain yang dapat menambah (Early Mortality Syndrome). Untuk itu
produksi udang selain udang windu di perlu dilakukan pencegahan dan
Indonesia. pengendalian dengan penerapan budidaya
ramah lingkungan.
PERSIAPAN
LAHAN DAN AIR
KEBERLANJUTAN PRODUKSI
5 1 UDANG VANNAMEI HARUS
PANEN &
PENANGANAN MEMPERHATIKAN :
HASIL PANEN
3 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 4
Peraturan lain terkait dengan budidaya perikanan di pesisir, yaitu:
IV. ASPEK LEGAL USAHA BUDIDAYA
Undang-Undang No. 27/2007 dan perubahannya pada Undang-Undang No.1/2014
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, yaitu larangan melakukan
Lokasi budidaya sesuai dengan peraturan/kebijakan yang berlaku konversi lahan di kawasan pesisir yang tidak memperhatikan prinsip kebelanjutan
lingkungan dan ekosistem.
Pemilihan lokasi sesuai dengan peruntukan lokasi/lahan budidaya perikanan yang tertuang
dalam Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil (RZWP3K) dan atau Rencana Undang-Undang No. 31/2004 tentang Perikanan dan Peraturan Pemerintah No. 60/2007
tentang Konservasi Sumber Daya Ikan, yaitu berpartisipasi dalam melakukan konservasi
Tata Ruang Wilayah (RTRW) untuk daratan di tingkat kabupaten kota/kabupaten atau
propinsi. Kesesuaian lokasi budidaya dengan peruntukannya dimaksudkan untuk
menghindari konflik dengan pemanfaatan lain seperti kawasan pemukiman, konservasi,
penangkapan ikan, wisata, industri, pelayaran, dan lain-lain.
Apabila belm ada RZWP3K atau RTRW, maka sebaiknya laporkan dan konsultasikan dengan
aparat berwenang di tingkat desa/kelurahan, kecamatan ataupun dinas terkait agar
INFORMASI TERKAIT REGULASI PEMERINTAH DAN
dimasukkan sebagai kawasan budidaya pada saat penyusunan tata ruang wilayah. PENGATURAN LINGKUNGAN SEKITAR TAMBAK :
Harus dilakukan rehabilitasi lahan mangrove memenuhi persyaratan jaminan mutu dan
Usaha dan Skala Budidaya sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan sebesar minimal 50% dari luasan yang keamanan hasil perikanan budidaya dari
Perikanan, yaitu:
dikonversi untuk tambak yang dibuat dengan Peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan
mengkonversi lahan mangrove sebelum 1999. (KKP) No.19 Tahun 2010 dan Keputusan Menteri
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
Sedangkan tambak yang dibuka setelah 1999 Kelautan dan Perikanan RI, Nomor
49/Permen-KP/2014 tentang usaha pembudidayaan ikan, usaha budidaya perikanan wajib
harus dapat membuktikan bahwa tambak Kep.02/Men/2007.
memiliki Surat izin Usaha Perikanan (SIUP) atau memiliki Tanda Pencatatan Usaha tersebut tidak merusak hutan mangrove
Pembudidayaan Ikan (TPUPI). (Resolusi RAMSAR tahun 1999). Menerapkan IPAL (Instalasi Pengelolaan
Limbah) pada tambak, tandon disesuaikan
SIUP wajib dimiliki oleh usaha budidaya skala menengah sampai dengan skala besar dan
Jika kawasan tambak berada di dekat pantai, dengan karakteristik lahan.
dikeluarkan oleh Dinas Perikanan terkait.
harus memiliki sempadan pantai dengan lebar
Melakukan pembudidayaan dengan menggunakan teknologi sederhana minimal 100 m dari garis pantai surut tertinggi Tandon 40 – 50% kawasan tambak, yaitu 1 : 1,
ke arah darat yang dapat menjadi lokasi dimana satu tandon untuk satu tambak. Dapat
Melakukan pembudidayaan ikan di air payau, termasuk budidaya udang vanname, dengan
penanaman mangrove, sesuai dengan (UU No.26 pula dengan perbandingan 40% tandon inlet,
luas lahan tidak lebih dari 5 ha.
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; dan UU 30% tambak, dan 30% UPL. Hal tersebut
Izin Usaha Perikanan (IUP) untuk skala usaha budidaya menengah dan besar, atau yang lebih disesuaikan dengan undang-undang No.27
No.27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
besar dari kriteria di atas harus memiliki IUP yang diurus pada Dinas Perikanan di Tahun 1999, tentang jenis usaha dan/atau
Pesisir dan Pulau-Pulau).
Kabupaten/Kota/Propinsi. kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak
Sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. 3/2015 tentang Mengikuti kriteria Cara Budidaya Ikan yang Baik penting terhadap lingkungan hidup wajib
Pendelegasian Wewenang Pemberian Izin Usaha di Bidang Pembudidayaan Ikan dalam (CBIB), yaitu pedoman dan tata cara budidaya, dilengkapi dengan AMDAL.
rangka pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu kepada Kepala Badan Koordinasi termasuk cara panen yang baik, untuk
5 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 6
Tampak atas IPAL
3. INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
V. PEMILIHAN LOKASI DAN DESAIN LAHAN
IPAL berdasarkan Kepmen 28/2005 Tentang Ikan-Ikan Saluran
Pengedapan
Pedoman Umum Budidaya Udang di Tambak, yaitu
1. Pemilihan Lokasi harus ada Manajemen Efluen dan Limbah Padat,
T
- Dekat dari sumber air, baik berasal dari sungai - Tekstur tanah yang baik yaitu liat berpasir, untuk memenuhi standar kualitas air yang dibuang L a
atau dari laut dan bebas dari banjir dengan ke laut, yaitu: a m
dengan fraksi liat minimal 20% agar tanah u b
jumlah cukup selama proses budidaya. Sumber tidak porous (dapat menahan air). t a
air tidak tercemar dan berkualitas bagus. k
- Memastikan tanah tidak mengandung pyrit/zat
- Tidak melakukan pengambilan air tanah untuk besi. Pyrit ditandai munculnya warna kuning
pengairan tambak, yang dapat menyebabkan keemasan yang berlebihan pada tanah. Biofilter (Kerang, Rumput Laut, Mangrove)
intrusiair asin ke dalam akuifer air tawar, serta
- Kandungan pyrit diatasi dengan cara reklamasi,
runtuhnya tanah permukaan.
yaitu melakukan pengeringan, pembalikan dan
- Terdapat jalur hijau yang memadai. pencucian tanah, serta pembuangan air secara Tampak samping
Penanaman mangrove di saluran air untuk berulang. Untuk reklamasi tanah secara total Penampang Tandon IPAL
menetralisir pencemaran. Penanaman dilakukan dengan pengeringan selama
mangrove di pematang juga akan memperkuat Pematang
berbulan-bulan, pembalikan dan pencucian
tekstur pematang. Penanaman mangrove berkali-kali. Tidak perlu pemberian kapur.
disesuaikan dengan jenis tanah dan mangrove. Reklamasi tidak dilakukan pada musim hujan. Dasar petak Biofilter Dasar Tambak
- Tekstur tanah yang baik yaitu liat berpasir, - Akses transportasi yang mendukung. Dasar saluran
dengan fraksi liat minimal 20% agar tanah Pengendapan
tidak porous (dapat menahan air).
IPAL pada tambak atau PUPL (Petak Unit Dasar saluran pengendapan lebih rendah sehingga
Pengolah Limbah), terdiri dari perlakuan memudahkan terperangkapnya lumpur serta lumpur
Ukuran petakan tambak diupayakan tidak yaitu secara fisik berupa pengendapan dan dapat diangkat jika tidak dilakukan pengeluaran air
terlalu besar untuk memudahkan pengawasan
dan pemeliharaan.
Terdapat sistem pemasukan air (inlet) dan
pengeluaran air (outlet) secara terpisah.
Pemasukan dan pengeluaran air dapat
didukung dengan penggunaan pipa dan atau
bantuan pompa. Sistem tersebut adalah
tandon inlet dan tandon IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah) untuk monitoring
kualitas air yang masuk dan keluar.
Jalur hijau atau sempadan pantai
7 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 8
b. Pengeringan Tambak c. Perbaikan pH lahan tambak
VI. PERSIAPAN LAHAN
Pengeringan dasar tambak bertujuan untuk Mengukur pH tanah pada beberapa titik yang
memperbaiki kualitas tanah dasar tambak berbeda menggunakan alat ukur pH (pH soil
maupun untuk mematikan hama dan penyakit tester). Pengapuran dilakukan untuk
© WWF – Indonesia / Idham MALIK
Jika pH tanah rendah atau di bawah 6 Pada tambak yang kandungan besinya tinggi
diharuskan melakukan pencucian tambak (sulfat masam), tidak perlu melakukan
terlebih dahulu, dengan cara: pembalikan dan pengeringan tanah dasar
tambak, karena berpotensi membongkar dan
Memasukkan air ke dalam tambak dan
mendiamkannya selama 1 – 2 hari. menaikkan kadar besi pada air yang berasal
Membuang air yang telah didiamkan dari lapisan tanah di bawahnya. Pencucian
tersebut, kemudian memeriksa tanah dasar tambak perlu dilakukan secara
kembali pH tanah. berulang. Jika pencucian tidak sempurna, zat
Lakukan pencucian air secara berulang besi akan tetap berada dalam tambak
hingga pH tanah mendekati 7. meskipun tambak telah berisi air.
9 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 10
Jika pH tanah antara 4 - 4,5, gunakan kapur d. Pemupukan
pertanian (CaCO3) sebanyak 5 - 10 ton/ha
Pemupukan bertujuan untuk memperbaiki
Jika pH tanah antara 4,5 - 5, gunakan kapur kualitas air, meningkatkan suplai pakan alami
pertanian (CaCO3) sebanyak 4 - 8 ton/ha. berupa plankton (mengurangi ransum pakan
buatan). Pemupukan tambak dilakukan
Jika pH tanah antara 5 - 5,5, gunakan kapur sebagai berikut :
pertanian (CaCO3) sebanyak 3 - 5 ton/ha.
Tambak dengan dasar berpasir sebaiknya
Jika pH tanah antara 5,5 - 6, gunakan kapur menggunakan pupuk organik (kompos atau
pertanian (CaCO3) sebanyak 1,5 - 3 ton/ha. komersial).
Jika pH tanah antara 6 - 6,5, gunakan kapur Pemupukan dengan pupuk nitrat (N) dan
pertanian (CaCO3) sebanyak 1,5 ton/ha. fosfat (P) dilakukan secara langsung ke
tanah dasar tambak. Perbandingan
Pengapuran susulan dilakukan pada saat kandungan N : P rasio (nitrogen dan fosfat)
alkalinitas air kurang dari 100 mg/l atau yaitu 1 : 4 atau 1 : 6, dosis pemupukan
setelah hujan lama. Kapur dolomit sering minimal 1 ppm untuk pupuk Sp36.
digunakan dalam pengapuran susulan.
Jika air tambak berkadar garam rendah
(kurang dari 15 ppt) perlu ditambahkan
Pengapuran pada tanah dasar tambak. Kegunaaan Dolomit :
KCL sebanyak 1 ppm dengan frekuensi
Peningkatkan pH air tidak terlalu drastis. pemberian seminggu sekali.
Dosis yang tepat untuk menetralisir
MANFAAT PENGAPURAN : kondisi pH tanah :
Meningkatkan daya sanggah air.
11 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 12
VII. PEMASUKAN AIR
- Penggunaan probiotik dapat menstimulasi
13 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 14
VIII. BENIH UDANG VANNAMEI ( BENUR )
© WWF – Indonesia / Nur AHYANI
Penyediaan dan pemasangan peralatan lain mengangkut benur, seperti plastik, hingga 240 C untuk pengangkutan benur
disesuaikan dengan kebutuhan. styrofoam, kardus dalam kondisi bersih dari lebih dari 3 jam perjalanan. Hal ini
sumber pencemaran. dimaksudkan untuk mengurangi
metabolisme.
Posisi kincir yang ditempatkan di setiap sudut Pastikan kendaraan pengangkut benur tidak
agar sirkulasi oksigen merata.
digunakan untuk mengangkut bahan yang Salinitas media angkut minimal 25 ppt
berbahaya, seperti bahan kimia dan pupuk, untuk perjalanan lebih dari 12 jam dan
yang dapat mengkontaminasi benur. minimal 20 ppt untuk pengangkutan jarak
dekat.
Jumlah benur PL 10 – 12 dalam kantong
plastik berkisar 2000 – 3000 Ind./liter DO air media angkut sampai di tempat
untuk transportasi jarak dekat tujuan minimal 4 ppm; perbandingan air
(pengangkutan di bawah 12 jam). dan oksigen dalam kantong plastik (wadah
Sedangkan untuk transportasi jarak jauh angkut) adalah 1 : 3 untuk perjalanan
(pengangukutan > 12 jam), lebih maksimum 15 jam; apabila perjalanan lebih
diutamakan ukuran benur yang lebih kecil dari 15 jam sebaiknya dilakukan
(PL 9) dengan kepadatan dalam kantong
Tersedianya tandon air untuk perbaikan kualitas air. Tandon berfungsi sebagai media
plastik berkisar 2000 – 3000 ind./liter.
pengendapan air sebelum dimasukkan ke dalam tambak pemeliharaan. Tandon dapat
dimanfaatkan untuk pemeliharaan ikan kakap, nila dan rumput laut. Komoditas tersebut
berfungsi sebagai penyaring bahan-bahan tercemar (filter biologis) dan sebagai penghasil Pastikan penggunaan benur bebas dari virus dan diperoleh dari pembenihan
produk sampingan usaha tambak yang nilai jualnya cukup bagus. Dengan tandon tersebut (hatchery) bersertifikat dan menerapkan Cara Pembenihan Ikan yang Baik
dapat menerapkan sistem sirkulasi air dalam budidaya, air bekas pemeliharaan tidak (CPIB). Benih yang dihasilkan telah memenuhi kriteria SPF (Specific Pathogen
dibuang, tapi digunakan kembali (metode resirkulasi). Free). Induk udang yang didatangkan dari luar negeri telah lulus uji oleh Balai
Karantina, minimal bebas dari WSSV, TSV, IMNV dan EMS.
15 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 16
b. Penebaran Benur IX. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT UDANG VANNAMEI
Padat penebaran budidaya udang Untuk mempercepat proses aklimatisasi
vannamei umumnya 60 – 100 ind./m2. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan
benur, sebaiknya pembudidaya memesan
sejak persiapan tambak, pemasukan air,
hatchery untuk menurunkan salinitas air
Penebaran benur dilakukan setelah air pemilihan benur, dan selama pemeliharaan.
dalam tambak siap, ditandai dengan warna di hatchery mendekati salinitas air di
hijau cerah/cokelat muda. Aktivitas penting yang perlu dilakukan adalah
tambak (maksimal perbedaan salintas
monitoring rutin terhadap kesehatan udang,
sebesar 5 ppm).
Penebaran diawali dengan proses kualitas air, dan tindakan pencegahan.
aklimatisasi suhu media angkut benur
dengan cara mengapungkan kantong a. Pencegahan Hama dan Penyakit
plastik ke perairan tambak. Membuang lumut di tempat khusus, bukan
di petaklain atau di perairan umum.
Tidak membuang dan mengganti air
Adaptasi salinitas dengan cara apabila udang yang dipelihara diketahui
memasukkan air tambak ke dalam kantong terkena virus. Tindakan ini dilakukan untuk
plastik secara bertahap, hingga salinitas air mencegah penyebaran penyakit ke perairan
dalam kantong plastik relatif sama dengan umum dan tambak lainnya.
salinitas air di tambak.
Tumbuhan air yang diambil dari petakan
Pelepasan benur ke tambak dengan tambak, tidak dibuang ke petak lain atau
menenggelamkan kantong plastik ke air perairan umum karena dikhawatirkan
tambak secara perlahan. Benur keluar dapat menyebarkan penyakit. Mengubur udang yang mati.
dengan sendirinya ke air tambak. Sisa
benur yang tidak keluar dari kantong, Udang yang sakit atau mati segera
17 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 18
b. Pembasmian Hama dan Penyakit
19 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 20
X. PENGELOLAAN KUALITAS AIR PARAMETER OPTIMAL TOLERANSI
DO >4 ppm >3 ppm
© WWF – Indonesia / ADITYA
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan Pengamatan harian terhadap parameter air :
Parameter yang diperiksa di laboratorium kandungan oksigen dalam air. - Salinitas diukur dengan
antara lain; Total kandungan bahan organik refraktometer/salinometer, dilakukan
© WWF – Indonesia / Idham MALIK sebanyak dua kali sehari dan setelah
(TOM), kelimpahan dan jenis plankton, total
hujan. Salinitas yang ideal untuk
bakteri, vibrio, nitrit, ammonia, total
pertumbuhan udang antara 10 – 35 ppt,
phosphat, alkalinitas, total padatan
dengan fluktuasi harian tidak lebih dari 5
tersuspensi. Pengukuran parameter kualitas
ppt.
air secara laboratorium dapat dilakukan
secara periodik seminggu sekali. - Kecerahan air diukur dengan
menggunakan secci disk pada pagi hari.
Kecerahan optimum air tambak yang
Penambahan air dapat menggunakan dipengaruhi oleh kepadatan plankton
Menggunakan salinometer untuk mengukur
pipa dengan saringan. salinitas air. sekitar 20 – 40 cm.
21 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 22
g. Perubahan kualitas air yang 4. Pengendalian Air saat Hujan
menyebabkan udang molting massal
dapat diantisipasi dengan penggunaan
dolomit atau penambahan mineral.
23 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 24
Manajemen pemberian pakan yang tepat, sesuai dengan laju konsumsi dan
XI. PEMELIHARAAN UDANG DAN PENGELOLAAN PAKAN laju pertumbuhan yang ditentukan dengan metode sampling pertumbuhan
untuk menekan FCR (Food Conversion Ratio).
Pakan disimpan pada tempat yang 31-45 2,6-5,0 Pellet 2 15-10 5 2,0-3,0
disesuaikan dengan ketersediaan pakan Sangat Menentukan Pertumbuhan Udang Vannamei Sumber : DJPB, Jumlah persentase pakan yang diberikan dibandingkan dengan berat tubuh.
alami di tambak dan kondisi kesehatan
udang. Pemberian pakan dilakukan dengan
Menggunakan pakan komersil dengan
ketentuan :
sudah dapat diamati dengan menggunakan Frekuensi pemberian pakan pada udang
anco. Apabila usus udang penuh dengan berumur kurang dari satu bulan, cukup 2 – 3
© WWF-Indonesia / ADITYA
makanan, berarti dosis yang diberikan telah kali sehari, karena pakan alami masih cukup
cukup. tersedia di tambak. Setelah udang berumur 30
hari maka frekuensi pemberian pakan
Jumlah pakan yang diberikan sehari-hari ditingkatkan menjadi 4 – 5 kali sehari dengan
tidak boleh melebihi jumlah yang disebutkan menggunakan panduan anco untuk
dalam tabel pemberian pakan. menentukan jumlah pakan. Aktivitas penebaran pakan.
25 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 26
© WWF – Indonesia / MUSTAFA
27 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 28
Panen parsial berikutnya pada ukuran 80
© WWF – Indonesia / MUSTAFA
2. Pasca Panen
Lapisan udang dan es dalam cool box. 1. Udang yang telah disortir berdasarkan
kualitas dan ukuran tersebut ditiriskan
TAMBAHAN :
kemudian ditimbang. Catatan pakan, catatan pakan di anco,
feed additive : vitamin C, omega 3,
PENGERINGAN AIR UNTUK PANEN 2. Memasukkan udang ke dalam wadah
dolomit, urea.
dengan rapi, lalu tambahkan es curah
TOTAL DILAKUKAN DENGAN CEPAT UNTUK dengan perbandingan 1 : 1. Model
MENGHINDARI UDANG MOLTING penyusunan udang berlapis-bertumpuk
(antara es-udang-es-udang-es).
29 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 30
XIV. ASPEK SOSIAL USAHA BUDIDAYA
Catatan Penebaran Benur:
31 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 32
XV. MENJAGA LINGKUNGAN DI KAWASAN BUDIDAYA JAGALAH LINGKUNGAN BUDIDAYA UNTUK KEBERLANJUTAN USAHA BUDIDAYA ANDA !
Melakukan monitoring terhadap limbah hasil Hindari penggalian tanah dasar tambak
budidaya. Penerapan IPAL dapat selama masa pemeliharaan karena bisa
mendegrasi/mengatasi sekitar 20 – 30% berakibat pada meningkatnya kandungan
Banyaknya limbah rumah tangga di saluran
limbah budidaya. Penerapan IPAL dapat zat besi/pyrit tanah dan menurunkan pH
air dapat menyebabkan penurunan
dilakukan dengan menyediakan 1 petak kualitas air tambak.. tanah.
tandon pengolahan limbah untuk tiga petak
budidaya udang vannamei.
MENANAMI SALURAN AIR TAMBAK DENGAN MANGROVE UU. No. 7 tahun 1999 : Contoh jenis satwa yang
dilindungi dalam Appendix I CITES.
JENIS TERTENTU SESUAI DENGAN KISARAN SALINITAS,
* Bekantan (Nasalis larvatus)
MISALNYA AIR LAUT DENGAN AVICENNIA SP, AIR PAYAU * Ibis (Bubulcus ibis)
DENGAN RHIZOPHORA SP. * Penyu
* Buaya jenis tertentu (Crocodylus sp)
* Biawak (Varanus sp).
33 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 34
XVI. ANALISA USAHA VANNAMEI SISTEM SEMI INTENSIF
4. Kincir air & kelengkapannya Rp. 35.000.000 10 siklus 3.500.000 5. Kelangsungan hidup % 81
35 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 36
DAFTAR PUSTAKA PENYUSUN & EDITOR BMP
Edhy, Wayan Agus. Kamaluddin, Azhary, Januar Pribadi, Chaeruddin, 2000. Budidaya Udang
TIM PERIKANAN WWF-INDONESIA
Putih (Litopenaeus vannamei. Boone, 1931), CV. Mulia Indah, Jakarta.
Gunarto, Usman, Abdul Mansyur, Nur Ansari Rangka, 2011. Budidaya Udang Vaname Intensif
Sistem Bioflok, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros. Idham Malik, Seafood Savers Officer for Aquaculture
(imalik@wwf.or.id)
Malik, I. 2013. Laporan Observasi Lapangan Tambak Udang Vanamei SemiIintensif di
Mulai aktif berkecimpung pada isu lingkungan pesisir semenjak masa kuliah di Universitas
Kabupaten Barru dan Pangkep, Propinsi Sulawesi Selatan. Hasanuddin, Jurusan Perikanan. Idham bergabung di WWF-Indonesia semenjak Mei 2013 dan
bertanggung - jawab untuk pengembangan dan implementasi BMP Perikanan Budidaya di wilayah
Mansyur, Abd, Markus Mangampa, Hidayat Suryanto, Brata Pantjara, Rahmansyah, 2012.
Sulawesi Selatan dan sekitarnya dengan melibatkan berbagai tingkatan pemangku-kepentingan,
Strategi Pengelolaan Pakan Pada Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei), Balai Riset
mulai dari pembudidaya skala kecil, industri, akademisi, dan pemerintah.
Perikanan Budidaya Air Payau, Maros.
Mustafa, Akhmad. Irmawati Sapo, Mudian Paena, 2010. Studi Penggunaan Produk Kimia dan Wahju Subachri. Senior Fisheries Officer.
Biologi pada Budidaya Udang Vaname di Tambak Kab. Pesawaran, Lampung, Balai Riset (wsubachri@wwf.or.id)
Perikanan Budidaya Air Payau, Maros. Wahju berpendidikan Budidaya Perairan dari Universitas Hang Tuah dan bergabung di WWF-
Indonesia sejak bulan November 2010. Tanggung jawab utama Wahju adalah mengembangkan dan
WWF-Indonesia. 2011. Better Management Paractices. Budidaya Udang Windu, Dengan
memastikan implementasi Aquaculture Improvement Program (AIP) pada berbagai wilayah prioritas
Pemberian Pakan Tanpa Aerasi. Jakarta. WWF-Indonesia. Sebelum di WWF-Indonesia, Wahju pernah bekerja di perusahaan budidaya dan
spesialisasi bidang budidaya lebih dari 15 tahun.
Dapatkan Juga Serial Panduan – Panduan Praktik Budidaya Lainnya, Yaitu : M. Yusuf, Fisheries Science and Training Coordinator
(myusuf@wwf.or.id)
1. Budidaya Udang Windu, Sistem Tradisional dan 6. Budidaya Rumput Laut Gracilaria verrucosa Alumni Perikanan dan Manajemen Lingkungan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Bergabung di
Semi Intensif WWF-Indonesia mulai bulan Februari 2009. Sejak tahun 2000, aktif di LSM lokal bidang perikanan di
7. Budidaya Ikan Bandeng (Chanos chanos) Makassar, klub selam kampus, kegiatan penilaian AMDAL, dan perusahaan export rumput laut.
2. Budidaya Ikan Kerapu, Sistem Karamba Jaring
Tugasnya di WWF-Indonesia untuk pengembangan semua panduan perikanan (BMP) dan
Apung (KJA) 8. Budidaya Ikan Patin (Pangasius sp.)
pengembangan kapasitas stakeholder.
3. Budidaya Ikan Nila, Sistem Karamba Jaring Apung 9. Budidaya Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, bloch)
(KJA) pada Karamba Jaring Apung dan Di Tambak Nur Ahyani. Seafood Savers Officer for Aquaculture
10. Budidaya Kerang Mata Tujuh – Abalone (Haliotis sp.) (nurahyani@wwf.or.id)
4. Penanaman Mangrove pada Kawasan Budidaya
Tambak Udang Bergabung di WWF-Indonesia sejak bulan Februari 2013. Nur bertanggung jawab dalam
11. Budidaya Kerang Hijau (Perna viridis) pengembangan praktik budidaya berdasarkan Better Management Practices (BMP) dan
5. Budidaya Rumput Laut Kotoni (Kappaphycus Aquaculture Stewardship Council (ASC) di wilayah NTB, NTT, dan Bali. Sebelum di WWF-Indonesia,
alvarezii), Sacol (Kappaphycus striatum), dan Nur banyak terlibat aktif dalam penguatan masyarakat pesisir dan pembudidaya di Aceh dan Nias.
Spinosum (Eucheuma denticulatum) Dia berpendidikan S2 Budidaya dari Ghent University - Belgia.
37 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG VANNAMEI | 38