Anda di halaman 1dari 17

BAB I

Latar Belakang
1. Profil Perusahaan
Pabrik Gula (PG) Tasikmadu terletak di Desa Ngijo, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten
Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah, atau sekitar 12 kilometer arah timur Kota Solo. Lokasi ini
mudah dijangkau dari Kota Solo dengan angkutan darat seperti bis atau angkota menuju ke arah
Karanganyar. Penanda ke arah pintu masuk PG Tasikmadu di sepanjang jalan Solo –
Tawangmangu, adalah tugu berwarna hitam seperti yang ada di pura Bali. Daerah di mana tugu
berdiri tersebut terkenal dengan nama perempatan Papahan.
Menurut catatan sejarah yang ada, PG Tasikmadu didirikan oleh Kanjeng Gusti Pangeran
Adipati Aryo (KGPAA) Mangkunegara IV pada 1871. Ia seorang raja yang memiliki wawasan
ekonomi yang luas, sekaligus menggemari sastra.
Berdiri di atas tanah milik Kraton Mangkunegaran seluas 28,364 hektar, PG Tasikmadu adalah
salah satu peninggalan masa Mangkunegaran IV yang masih eksis hingga kini dan mampu
menghidupi masyarakat sekitarnya. Hal ini sesuai dengan pesan Mangkunegara IV saat
membangun PG Tasikmadu.
“Pabrik iki openono, sanajan ora nyugihi, nanging nguripi, kinaryo papan pangupo jiwone
kawulo dasih (Pabrik ini peliharalah, meski tak membuat kaya, tetapi menghidupi, memberikan
perlindungan, menjadi jiwa rakyat).”

1
PG Tasikmadu telah ditetapkan sebagai cagar budaya. Penetapan itu mempertimbangkan usia
bangunan dan benda bersejarah di dalamnya, seperti alat penggilingan tebu berangka tahun 1926
dari Belanda.
Di halaman depan pabrik terdapat kremoon (gerbong) buatan tahun 1875 yang digunakan
Mangkunegara IV saat mengunjungi pabrik. Ada pula gerbong berwarna hijau buatan S
Chevalier Constuction Paris yang digunakan Mangkunegara IV menemui rakyat, dan bendi
untuk mengujungi kebun tebu.
PG Tasikmadu hingga sekarang masih beroperasi. Dalam setahun, musim giling tebu
berlangsung 4 bulan, yakni Mei hingga Oktober, dan pengelolaan pabrik tersebut di bawah PT
Perkebunan Nusantara IX (Persero). Di luar itu, PG Tasikmadu kuranglah produktif. Alhasil,
pimpinan PG Tasikmadu berusaha memberdayakan infrastruktur pabrik. Pohon-pohon yang
berusia ratusan tahun, rumah-rumah kosong, kereta uap, dan lokomotif dijadikan sesuatu yang
berguna.
Area PG Tasikmadu di luar pabrik disulap menjadi agrowisata Sondokoro. Sondokoro menarik
dari segi sejarah yang telah dilaluinya. Nilai sejarah ini tidak saja menarik bagi wisatawan
domestik, melainkan juga wisatawan mancanegara, khusunya Belanda. Di masa lampau, banyak
orang Belanda yang bekerja di pabrik gula di Jawa. Mereka dan anak-anaknya pernah merasakan
keindahan Jawa, dan kini mereka ingin bernostalgia. Tiap tahun ada paket wisata Midden Java
Reuni, yang diikuti warga Belanda yang punya kenangan di Jawa Tengah. Membayangkan
Susana masa lalu sambil menaiki loko kuno.

2
Dahulu Desa Tasikmadu bernama Desa Sondokoro. Nama ini berasal dari dua murid di
padepokan Padas Plapar, yakni Sondo dan Koro. Selesai menuntut ilmu di padepokan, mereka
kembali ke desa asal yang letaknya tidak berjauhan.
Suatu ketika, Tumenggung Joyo Lelono berburu di hutan. Saat memburu kijang, ia bertemu
dengan Ki Sondo dan anak gadisnya, Sri Widowati, yang kecantikannya menarik hati
Tumenggung. Kemudian Tumenggung bermaksud memboyong Sri Widowati pada hari Senin
Legi untuk dinikahi. Tentu saja pinangan Tumenggung ini diterima dengan penuh kegembiraan
dan kebanggaan oleh Ki Sondo.
Tumenggung Joyo Lelono melanjutkan perburuannya. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan
seorang gadis yang mirip Sri Widowati. Tumenggung mengira gadis itu memang Sri Widowati,
kemudian dikejarnya. Karena takut, gadis itu pun kembali ke rumahnya. Ternyata gadis itu anak
dari Ki Koro. Kemudian Tumenggung Joyo Lelono mengutarakan niatnya untuk meminang
gadis itu. Ki Koro pun menerimanya dengan gembira.
Pinangan ini diketahui oleh Ki Sondo, dan membuatnya marah karena mengira Ki Koro telah
merebut Tumenggung yang awalnya akan menikahi Sri Widowati. Terjadilah duel hebat kedua
pendekar ini selama 40 hari 40 malam. Karena keduanya sama-sama berilmu tinggi dan nunggal
guru, akhirnya tidak ada yang menang dan kalah. Kedua pendekar itu sampyuh atau musnah.
Tempat musnahnya kedua kiai tersebut dinamakan Desa Sondokoro.
Nama Desa Sondokoro diubah menjadi Desa Tasikmadu oleh Mangkunegara IV dengan maksud
wilayah ini akan menghasilkan gula yang berlimpah sehingga seolah-olah seperti danau atau
tasikmadu.

3
BAB II

1. Proses Produksi
Pabrik Gula Tasik Madu menghasilkan produk utama gula kristal putih I (GKPI) dengan kualitas
IA dan hasil sampingnya adalah ampas, tetes dan blotong. Proses pemurniannya menggunakan
belerang dan kapur untuk pemisahan dari nira jernihnya. Faktor utama yang menentukan mutu
hasil produksi adalah pada bahan dasar. Dalam hal ini tergantung pada bahan baku dan bahan-
bahan pembantu.

2. Pengadaan Bahan Baku


Bahan baku PG. Tasik Madu yang digunakan adalah tebu yang berasal dari petani. Untuk
memenuhi kebutuhan pabrik, tebu didatangkan dari tiga sumber,yaitu tebu rakyat, tebu pabrik
dan tebu dari luar. Untuk menjaga kuantitas produksi maka selalu diadakan penyuluhan, kebun-
kebun percobaan untuk tebu giling dan perluasan penyediaan bibit sehingga kebutuhan
tercukupi. Semua kegiatan ini dilakukan oleh Kecamatan setempat.

3. Stasiun Penimbangan
Stasiun penimbangan berfungsi untuk mengetahui banyaknya tebu yang akan diproses atau
digiling di unit ekstraksi. Tebu dari kebun diangkut menggunakan truk dan lori. Tebu yang
masuk melalui proses seleksi mutu di Emplacement untuk menunggu giliran penimbangan
sebelum digiling. Sebelum dimasukkan ke stasiun penimbangan dilakukan analisa untuk

4
mengetahui brix dan pH tebu. Nilai brix tebu yang diinginkan minimal 15 dengan pH 5. Tebu yang
diangkut dengan truk ditimbang pada DCS (Digital Crane Scale). Hasil timbangan yang
diperoleh adalah bruto, tara, dan netto. Pada timbangan, yang ditimbang adalah berat lori dan
tebu, sedang pada timbangan tara yang ditimbang adalah berat lori sebesar 6 ku. Sehingga berat
tebu merupakan hasil pengurangan berat bruto dengan berat tara. Jadi, netto di dapat dari bruto
dikurangi tara.
Alat timbang yang digunakan di PG. Tasik Madu ada 3 macam :
1. Jembatan TimbangBerfungsi untuk menimbang tebu yang berada dalam lori / truk
dengan cara menimbang berat truk beserta tebunya (bruto), karena berat lori /
truk diketahui maka berat tebu (netto) dapat diketahui.
2. Jembatan Timbang Elektronik Sama dengan jembatan timbangan cepat hanya saja
menggunakan sistem digital.
3. Digital Crane ScaleDigunakan untuk menimbang tebu yang ada dalam truk tanpa
menimbang truknya. Alat ini letaknya berdekatan dengan stasiun gilingan.
Setelah tebu ditimbang, tebu siap dikirim ke stasiun gilingan untuk diproses lebih lanjut. Sistem
penggilingan yang dilakukan di PG. Tasik Madu adalah sistem FIFO ( First In First Out), artinya
tebu yang masuk lebih dulu akan digiling lebih dulu pula. Hal ini untuk menghindari
penimbangan tebu yang terlalu lama,karena dapat menyebabkan penurunan kadar selulosa dan
kerusakan tebu akibat sinar matahari maupun mikro organisme atau bakteri.
Pengangkutan tebu ke emplacement pabrik dilakukan oleh :
1. Lori
Lori digunakan apabila daerah penghasil tebu mempunyai rel yang dapat dilalui lori. Pada tiap-
tiap lori terdapat nomor lori dan berat lori. Dari penimbangan diperoleh berat bruto.
2. Truk
Truk digunakan untuk daerah penghasil tebu yang tidak dilalui oleh lori. Truk dan tebu
ditimbang pada timbangan bruto kemudian dilakukan amper, yaitu pemindahan tebu dari truk ke
lori. Pada penimbangan ini(penimbangan 1) tiap sopir menyerahkan surat
perintahtebang angkut(SPTA). Setelah tebu dipindahkan, truk menuju ke timbangan tara
(timbangan2) untuk mengetahui berat truk.

5
Sebelum dimasukkan ke stasiun penggilingan dilakukan analisa rendemen kebun di laboratorium
analisa pendahuluan. Untuk tebu rakyat dan tebu pabrik dilakukan analisa pada saat tebu
ditebang, sedangkan untuk tebu luar dilakukan analisa untuk tiap truk.

Proses Produksi
Dalam pelaksanaan proses produksi gula di pabrik, mulai dari bahan baku tebu sampai menjadi
gula dilakukan proses yang berurutan, yaitu :
A. Stasiun Penggilingan/Ekstrasi
B. Stasiun Pemurnian
C. Stasiun Penguapan
D. Stasiun Masakan/Kristalisasi
E. Stasiun Ketelan
F. Stasiun Pendinginan
G. Stasiun Putaran
H. Stasiun Penyelesaian

A. Stasiun Penggilingan / Ekstraksi


Tebu dari emplacement diangkut ke unit ekstraksi dengan lori dan truk. Tebu dari lori dan truk
diangkut menggunakan crane hoist, kemudian tebu diletakkan di meja tebu (cane table) Meja
tebu dilengkapi dengan cane leveler untuk mengatur ketinggian tebu yang masuk dalam cane
carrier I. dari canecarrier I tebu dibawa ke cane cutter dan selanjutnya tebu dibawa ke unigrator.
Serpihan tebu dari unigrator dibawa ke gilingan dengan menggunakancane carrier II dengan
melewati leveler II. Setelah itu tebu menuju ke gilingan Idan terjadi proses pemerahan tebu.
Ampas dari gilingan I dibawa ke gilingan II dengan IMC (intermediate carrier). Nira dari
gilingan II ditampung pada bak penampung gilingan II yang terhubung dengan penampung
gilingan I dan kemudian dipompa ke DSM screen, sedang ampasnya dari gilingan II dialirkan
kegilingan III. Nira dari gilingan III ditampung pada bak penampung III yang kemudian
dialirkan ke gilingan II sebagai imbibisi nira dan ampasnya dibawa kegilingan IV dengan IMC
III. Ampas yang keluar dari gilingan III sebelum masuk pada gilingan IV ditambahkan air
imbibisi dengan suhu 60-70 derajat Celcius dengan tujuanuntuk melarutkan nira yang masih ada
dalam ampas. Penambahan air imbibisi dengan suhu 60 - 70 derajat Celcius dikarenakan pada suhu

6
tersebut sel ampas mudah pecah sehingga nira yang didapat bisa maksimal. Disamping itu juga bisa
mengurangi mikroba yang ada dalam nira dan akan mengurangi jumlah kalori yang harus
ditambahkan pada proses selanjutnya. Penambahan di bawah 60 derajat celcius akan
menyebabkan kurang maksimalnya pemerahan. Sedangkan untuk diatas 70 derajat Celcius akan
menyebabkan ikut larutnya zat lilin yang terdapat dalam tebu sehingga akan menyulitkan dalam
proses pemerahan. Air imbibisi ini berasal dari air kondensat eveporator.

Nira yang dihasilkan gilingan IV turun ke bak penampung dan digunakan sebagai imbibisi
gilingan III dan ampasnya dibawa ke stasiun ketel. Ampasnya dilewatkan baggase carrier yang di
bawahnya terdapat saringan yang berfungsi memisahkan ampas halus dan kasar. Yang kasar
dikirim ke ketel untuk bahan bakar, sedangkan yang halus (bagassilo) di blower menuju mixer
untuk dicampur dengan nira kotor untuk dijadikan blotong. Jadi nira yang dihasilkan pada unit
penggilingan 3, 4, dialirkan lagi menuju penggilingan sebelumnya sebagai imbibisi untuk
memudahkan pemerahan nira. Sedangkan nira yang dihasilkan dari unit penggilingan 1 dan 2
disaring di DSM screen kemudian dialirkan ke peti penampung nira mentah.

B. Stasiun Pemurnian
Pada pabrik gula, proses pemurnian memegang peranan penting dalam produksi gula, karena
hasil pemurnian ini akan sangat mempengaruhi kualitas dari gula yang dihasilkan. Adapun
tujuan dari proses pemurnian yaitu menghilangkan sebanyak mungkin kotoran yang terdapat
dalam nira mentah dengan tetap menjaga agar jangan sampai sukrosa maupun gula reduksinya
mengalami kerusakan pada aliran proses pada unit pemurnian.
Adapun tahap-tahap yang terjadi dalam stasiun pemurnian adalah sebagai berikut:

7
1. Nira mentah yang telah dicampur dengan asam phospat dan susu kapur dialirkan dalam
timbangan ³Bolougne´ setelah timbanganterisi penu h(kapasitas ± 38 ku). Nira
tersebut disaring dan ditampung dalam bak penampung nira, untuk kemudian dialirkan
pada Panas Pendahuluan I .
2. Dalam PP I, yang terdiri dari 4 unit. Nira dipanaskan secara bertahap hingga suhu 70 - 90
derajat Celcius dengan tujuan untuk membunuh kuman dan mikro organism yang dapat
mengganggu proses pembentukan kristal gula. Di samping itu,untuk mempercepat
terjadinya reaksi antara susu kapur dengan nira mentah pada defekator. Kemudian masuk
ke Flash Tank I dengan tujuan untuk mengeluarkan gas-gas yang ada dalam nira karena
diharapkan mencapai nira murni.
3. Selanjutnya nira masuk pada defekator I untuk mengalami defekasi, yaitu penambahan
susu kapur sampai pH netral. Hal ini berfungsi untuk mencegah rusaknya monosakarida.
Di samping itu untuk membentuk inti-inti endapanCa phosphat, Fe hidroksida, dan Al
hidroksida. Pada defekator I pHdiusahakan mencapai 7,2. Kemudian masuk ke defekator
II yang bertujuan untuk meningkatkan pH samapi 8,5 dengan penambahan susu kapur. Selanjutnya
masuk defekator III bertujuan untuk pencampuran nira dan susukapur supaya homogen.
4. Proses selanjutnya sulfitasi, yaitu penambahan gas S02. Hal ini bertujuan untuk
menetralkna kelebihan susu kapur serta untuk membentuk endapan CaSulfit. pH nira
diusahakan mencapai ± 7,3.
5. Nira yang telah tersulfitasi ini selanjutnya dialirkan ke PP II dengan suhu ±105-110
derajat Celcius. Setelah itu dialirkan ke bejana pengembang (Flash Tank II)
untuk mengeluarkan udara dan gas yang mengganggu proses pengendapan.
6. Setelah itu nira tersebut dialirkan dalam Snow Bolling yaitu tempat untuk penambahan
flokulan (zat pengikat endapan) untuk mempercepat terjadinya pengendapan.
7. Selanjutnya nira dialirkan dalam peti pengendapan (Door Clarifier) untuk memisahkan
antara nira jernih atau encer dengan nira kotor. Nira jernih ini kemudian disaring untuk
membuang buihnya. Nira jernih yang telah disaring dimasukkan ke Clear Juice Tank, dan
selanjutnya dialirkan ke stasiun penguapan. Sedangkan nira kotor dimasukkan ke Rotary
Baggase Mixer (RBM), yang kemudian ditarik ke dalam Rotary Vakum Filter (RVF),
untuk memisahkan kotoran padat (blotong), dan nira tapis. Nira tapis ini kemudianditarik
kembali ke timbangan nira mentah (Bolougne) untuk selanjutnya dimurnikan kembali.

8
C. Stasiun Penguapan
Tujuan dari proses penguapan ini adalah untuk menguapkan kandungan air dalam nira encer
sehingga didapatkna nira kental dengan kadar 60-64 brix. Di PG.Tasik Madu terdapat 6 badan
penguap yang terdiri dari 3 badan penguap secara seri, 2 badan penguap secara paralel,
sedangkan 1 badan penguap secara bergilirandibersihkan setiap harinya. Nira encer dari stasiun
pemurnian masuk ke BadanPenguap I (BP I) yang dipanaskan dengan uap bekas dari stasiun
gilingan, uap nira dari BP I digunakan untuk memanaskan BP II dan seterusnya sampai dihasilkan nira
kental. Yang harus diperhatikan adalah tinggi nira yang diuapkan ± 1/3 dari Badan Penguap agar
sirkulasi dapat berjalan dengan baik.
Proses yang terjadi pada stasiun penguapan adalah sebgai berikut :
1. Nira encer di BP I dipanaskan dengan uap bekas dengan suhu 120 derajat Celcius
dantekanan 0,8 kg/cm²
2. Nira dialirkan menuju ke BP II dan dipanaskan dengan uap nira dari BP Imencapai suhu
100 derajat Celcius.
3. Nira pada BP II dialirkan ke BP III yang dipanaskan dengan uap nira dari BPII. Pada BP
III menggunkan sistem vakum, keuntungannya adalah suhu yangdihasilkan tidak terlalu
tinggi.
4. Uap nira dari BP III digunakan untuk memanaskan nira pada BP IV dan V.
5. Uap panas yang keluar dari BP IV dan V dialirkan menuju kondensor dan dikeluarkan
berupa air jatuhan. Sedangkan uap nira yang dihasilkan padamasing-masing Badan
Penguap dikeluarkan berupa air kondensor / kondensat.Air konden ini ada 2 macam,
yaitu : Positif dan negatif. Air konden positif berarti masih mengandung gula dan
digunakan sebagai air imbihisi, sedangkan air konden negatif (tidak mengandung gula)
dipergunakan sebagai air pengisiketel.
6. Nira dari badan Penguap terakhir dialirkan menuju bejana sulfitator, sehingganira kental
direaksikan dengan gas SO². Selain untuk pemucatan, sulfitasi ini juga berfungsi untuk
menurunkan pH nira kental sampai 5,6.
7. Nira kental yang telah dihasilkan dalam bejana sulfitator dipompa ke bak penampung
nira kental pada stasiun masakan.

9
Dampak proses penguapan adalah adanya kerak dalam pipa atau badan penguap itu sendiri.
Untuk menghilangkan kerak-kerak tersebut, maka pembersihan badan penguap dilakukan secara
bergantian. Bahan yang digunakan untuk membersihkan adalah soda (NaOH), soda tersebut
berfungsi untuk melunakkan kerak-kerak pada pipa. Selian digunakan bahan kimia
tersebut,dilakukan juga proses penyekrapan disertai penyemprotan air untuk membersihkan sisa-
sisa kerak.
D. Stasiun Masakan/Kristalisasi
Unit pemasakan merupakan proses operasi untuk memperoleh kristal gulayang baik dengan cara
kristalisasi. Kristalisasi adalah proses pembentukan kristal padat dari suatu larutan induk yang
homogen. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair yang sangat penting dalam
industri. Syarat utama terbentuknya kristal dari suatu larutan adalah larutan induk harus dibuat
dalam kondisi lewat jenuh (super saturated). Yang dimaksud dengan kondisi lewat jenuhadalah
kondisi dimana pelarut (solvent) mengandung zat terlarut(solute) melebihi kemampuan pelarut
tersebut untuk melarutkan solute.
Pada unit masakan ini nira kental ini dibuat kondisi lewat jenuh dengan 2 cara yaitu :

- Pengurangan Solven Metode lain yang digunakan untuk mencapai kondisi super saturasi
adalah penguapan solven sehingga konsentrasi larutan menjadi makin pekat.

10
- Menurunkan Solubilitas padatan dalam cairan akan menurun seiring dengan penurunan
suhu (pendinginan). Seiring dengan penurunan suhu, saturasi akan meningkat sedemikian
hingga, sampai tercapai kondisi supersaturasi.Sebelum masuk ke dalam pan masakan,
nira kental dari evaporator badan terakhir mengalami sulfitasi yang bertujuan untuk
memucatkan atau bleaching warna kristal gula dengan cara mengikat ion ferri an ferro, dan
mengecilkan pH nira menjadi 5,6.

Nira kental tersulfitasi dikentalkan dan dibuat lewat jenuh hingga membentuk kristal gula pada
unit pemasakan ini. Adapun tujuan pengkristalan gula adalah sebagai berikut :

- Mengubah sukrosa dalam larutan membentuk kristal gula agar diperoleh kristal gula
sebanyak-banyaknya dan sisa gula dalam tetes sekecilnya.

- Mendapatkan kristal gula yang dapat dengan mudah dipisahkan pada unit putaran
sehingga bisa diperoleh harga kemurnian yang tinggi. Dalam proses kristalisasi
hendaknya diusahakan agar tercapai hal-halsebagai berikut :

11
- Hasil gula yang maksimal, baik kualitas maupun kuantitas

- Kehilangan gula sekecil mungkin

- Waktu proses sedikit mungkin

- Biaya operasi serendah mungkin.


Peralatan yang digunakan adalah :
1. Pan masakan Berfungsi untuk membentuk kondisi lewat jenuh larutan gula serta
membentuk proses kristalisasi, jumlah Pan masakan di PG. Tasik Madu sebanyak 10
buah.
2. Kondensor Berfungsi untuk pendinginan uap yang keluar dari Pan masakan dengan jalan
menginjeksikan air dan akan menghasilkan air jatuhan.
3. Palung Pendingin Berfungsi sebagai tempat penampungan dan pendinginan masakan
sekaligus sebagai tempat terjadinya nakristalisasi (kristalisasi lanjut)
4. 4 Alat Vakum Berfungsi untuk pembuatan vakum (hampa udara) di dalam Pan masakan
karena untuk menarik bahan dan sirkulasi uap air yang dihasulkan.
5. Peti Tunggal Berfungsi untuk menampung clare D, stroop A, nira kental, clare SHS, gula
D1 dan D2.
Tahap-tahap yang dilalui selama proses kristalisasi adalah :
1. Pemekatan nira kental, yaitu dengan meningkatkan penguapan air dalam nira
2. Pembentukan kristal atau inti, yaitu pada saat konsentrasi nira mencapai lewat jenuh
3. Pembesaran Kristal
4. Penuaan masakan.
Adapun tingkatan masakan yang ada di PG. Tasik Madu ada 3 macam :

- Masakan A Bahan yang diperlukan pertama adalah clare SHS dan nira kental ditarik
dengan volume ± 500 HL, kemudian dituakan sampai daerah metamantap (terbentuk
benangan ± 2 cm), setelah itu ditambahkan bibitan Cdengan volume tertentu sehingga di
dapatkan nilai HK yang di kehendaki. Hasil masakan mempunyai ukuran kristal ± 0,6 cm
yang disebut sebagai masakanA4. Hasil masakan A4 ini dikemudian dibagi menjadi 2
Pan, misalnyamasing-masing 100 HL. Tiap Pan ini ke mudian ditambahkan clare SHS
dan nira kental sampai volumenya menjadi ± 200 HL, dan kristal yang
didapatkan berukuran ± 0,8 mm dan HK 84-85. Hasil masakan ini disebut A2. Untuk masakan

12
utama (A) bahannya adalah nira kental dan clare SHS ditarik ± 150HL lalu dituakan
hingga daerah meta mantap, setelah itu ditambahkan bibitanA2 hingga volumenya ± 400
HL dan didapatkan ukuran kristal yang tepat,yaitu antara 0.8-1,1 mm dan nilai HK ± 80
serta sudah tidak terdapat kristal palsu (kristal halus). Baru kemudian hasil masakan ini
diturunkan di palu pendingin kemudian diputar di stasiun putaran untuk menghasilkan
gula produk (gula SHS), stroop A dan clare SHS2.

- Masakan B Stroop A dan bibitan C masing-masing ditarik dengan volume


tertentukemudian dilebur sampai menjadi larutan. Kemudian dikentalkan sampai daerah
meta mantap. Setelah itu ditambahkan bibitan C dan dilakukan pembesaran kristal
dengan jalan penambahan stroop A secara bertahap sampai dengan volume 100 HL.
Selanjutnya dilakukan penuaan masakan sampai didapatkan ukuran kristal ± 0,5-0,6 mm.
Setelah larutan tipis dan kristal palsu tidak ada masakan C siap diturunkan ke palung
pendingin dan stasiun putaran3.

- Masakan C Pertama disiapkan terlebih dahulu apa yang disebut Pdc D2. Bahan yang
diperlukan adalah stroop A dan babonan C ditarik dengan volume ± 100-110HL kemudian
dikentalkan hingga lewat jenuh. Setelah itu ditambahkan gulahalus hingga didapatkan
HK ± 65 dengan cara mengamati kristal yang timbul. Kemudian ditambahkan stroop A
dan clare D samapi volume ± 200 HL. Baru setelah itu hasil masakan ini dibagi 2
masing-masing bagian (± 100 HL) ini kemudian ditambahkan stroop C dan clare D
hingga volumenya 200 HLdan didapatkan HK ± 58.

-
E. Stasiun Ketelan
Unit ini Menghasilkan Uap (Steam) sebagai tenaga penggerak mesin-mesin dan uap untuk
keperluan proses produksi pada pengolahan gula.

13
F. Stasiun Pendinginan

Fungsi Utama : Mendinginkan atau tempat tunggu masakan sebelum diputar di stasiun puteran
agar kristal-kristal gula lebih terbentuk sempurna.

14
G. Stasiun Putaran
Proses pada unit putaran bertujuan untuk memisahkan Kristal gula dari larutannya (stroop). Pada
prinsipnya proses pengkristalan terjadi dalam pan masakan yang merupakan suatu campuran dari
larutan dan kristal sukrosa. Setelah mengalami pendinginan pada palung pendingin lalu
dipisahkan kristal gula dari stroopnya pada unit putaran.
Pemisahan ini dipakai alat berupa saringan yang menggunakan gaya centrifugal sebagai
kekuatan dorongnya. Pemisahan kristal gula dari stroopnya dibantu dengan :

- Pemberian air, dimana bertujuan untuk melarutkan stroop yang menempel pada kristal
gula, sehingga nantinya didapat kristal gula murni.

- Pemberian uap, bertujuan untuk memisahkan stroop yang menempel pada kristal gula dan
juga untuk mengeringkan kristal gula setelah diberi air. Putaran yang dipakai pada PG
Tasik Madu antara lain :
1. Batch Centrifugal.Batch centrifugal merupakan alat yang bekerja secara terputus yang
di dalamnya dilengkapi dengan 3 saringan yaitu :
a. Saringan I, saringan halus untuk memisahkan kristal gula dengan stroopnya.
b. Saringan II, saringan ini agak kasar untuk jalan keluarnya stroop.
c. Saringan III, saringan ini kasar untuk keluarnya stroop.Batch centrifugal ini
fungsinya untuk memutar gula A dan SHS. Untuk pemisahan gula dengan
stroopnya didalam putaran dilakukan dengan cara menyiram atau mencuci dengan
air panas pada lapisan kristal gula yang sudah diputar dengan waktu tertentu.
Pencucian ini harus merata dan dapat melarutkan lapisan stroopnya yang
menempel pada kristal gula tadi, untuk putaran gula SHS digunakan steam yang
fungsinya untuk mengeringkan gula setelah disiram air. PG Tasik Madu ini
mempunyai 8 buah batch centrifugal untuk putaran A dan 5 buah batch
centrifugal untuk putaran SHS.2.
2. Continous Centrifugal.Continous centrifugal merupakan alat yang bekerja secara
continue yang didalamnya terdiri dari sebuah tromol konis yang berputar dan
dindingnya berupa screen (saringan). Continous centrifugal ini digunakan untuk
memutar gula D1,D2, dan C.

15
H. Stasiun Penyelesaian
Tujuan dari unit penyelesaian adalah untuk menyelesaikan hasil hasil dari putaran sehingga
menghasilkan gula produksi. Tugas utama dari unit adalah mengeringkan kristal gula, karena
gula SHS yang turun dari putaran SHS masih basah dan ukuran kristal tidak rata.

4. Tahap Proses Pengeringan Gula SHS


Gula SHS yang dihasilkan dari putaran SHS turun ke talang goyang yang berfungsi sebagai
pengeringan awal dan juga sebagai pembawa gula SHS menuju Wet Sugar Elevator. Dari Wet
Sugar Elevator ini gula SHS akan dibawa menujutalang goyang (vibrating screen)dan sugar
dryer yang berfungsi sebagai pengering gula SHS. Setelah dikeringkan maka gula dibawa ke
Sugar Bin dengan menggunakan Dry Sugar Elevator. Sebelum masuk ke Sugar Bin, gula SHS
dipisahkan berdasarkan ukurannya dengan menggunakan Hammer Screen yang terdiri dari 3
tingkat screen. Dengan menggunakan Hammer Screen ini akan dipisahkan antara gula halus,
gula kasar dan gula produksi yang selanjutnya akan masuk ke dalam Sugar Bin. Setelah itu gula
produksi ditimbang secara otomatis dan packing dalam karung gula± 50 kg yang telah disiapkan
dan siap untuk dipasarkan. Sebelum dipasarkan gula yang sudah dipak disimpan dalam gudang
terlebih dahulu menunggu pendistribusian ke pasaran.

16
BAB III

1. Penutup
Sebagai penulis dan penyusun Laporan SOP ini kami harap bisa bermanfaat bagi
pembaca namun sekiranya kami juga memohon maaf atas kesalahan dalam menulis
Laporan SOP ini.
Saran serta kritik kami tunggu dan terima atas segala kekurangan yang ada pada
Laporan SOP ini demi memperbaiki segala kesalahan yang telah kami buat. Dan
kiranya sekian saya ucapkan terima kasih.

2. Lampiran

17

Anda mungkin juga menyukai