Oleh:
SURABAYA
2016
Page i
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
LEMBAR PENGESAHAN
Catatan/komentar:
Page ii
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan,
Pembimbing Lapangan
Achmad Endin
NPK. 0903922
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan kerja praktik di PT.
Pupuk Kalimantan Timur dapat diselesaikan dengan baik.
Kerja praktik merupakan salah satu tugas yang harus ditempuh sebagai
persyaratan menyelesaikan studi program strata 1 (S-1) di Departemen Teknik
Kimia, Fakultas Teknik Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
Page iv
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
Penyusun menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhir
kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.
penyusun
Page v
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………...ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………...iv
DAFTAR ISI………………………………………………………..…vi
DAFTAR TABEL………………………………………………………iix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………1
1.1.
Latar Belakang………………………………………………….1
1.2.
Tujuan…………………………………………………………….1
1.3.
Ruang Lingkup……………………………………………………2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………...3
2.1. Sejarah dan Profil Perusahaan……………………………………3
2.2. Visi Misi dan Nilai-Nilai Perusahaan…………………………...11
2.3. Lokasi Pabrik……………………………………………………13
2.4. Lambang PT. Pupuk Kalimantan Timur………………………...14
2.5. Jenis Perusahaan………………………………………………...18
2.6. Struktur Organisasi PT. Pupuk Kalimantan Timur…………..19
2.7. Tenaga Kerja dan Waktu Kerja……………………………..…23
2.8. Fasilitas Publik…………………………………………………..24
2.9. Fasilitas dan Jaminan Sosial…………………………………….25
Page vi
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
Page vii
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
4.1.2.1. Ammonia…………………………………………….61
4.2.1.6. Metanasi……………………………………………..76
Page viii
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………110
Page ix
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
DAFTAR TABEL
Tabel 1.2 Data Kapasitas Produks Ammonia dan Urea PT. Pupuk Kaltim
……………….…………………………………………………….6
Page x
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.9 Process Flow Diagram Syn Gas Compressor dan Ammonia
Converter…………………………………………………79
Page xi
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
Page xii
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah dan Profil Perusahaan
Pertanian merupakan salah satu sektor pembangunan di Indonesia yang
mendapat perhatian besar dari pemerintah, mengingat Negara Indonesia adalah
salah satu negara agraris. Selain itu, dari sektor inilah kebutuhan masyarakat akan
pangan dapat terpenuhi. Dapat dikatakan bahwa pupuk memegang peranan
penting dalam usaha-usaha meningkatkan hasil-hasil pertanian. Disamping
digunakan pada sektor pertanian, pupuk sendiri juga dibutuhkan di sektor industri.
Pupuk memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas produksi hasil
pertanian. Salah satu jenis pupuk yang banyak digunakan oleh petani adalah
pupuk urea, yang memiliki fungsi sebagai sumber nitrogen bagi tanaman. Dalam
peternakan, urea merupakan nutrisi makanan ternak yang dapat meningkatkan
produksi susu dan daging. Selain itu, pupuk urea memiliki prospek yang cukup
besar dalam bidang industry, antara lain digunakan sebagai bahan dalam
pembuatan resin, produk-produk cetak, pelapis, perekat, bahan anti kusut dan
pembantu pada pencelupan di pabrik tekstil. Oleh karena itu, kebutuhan pupuk
urea semakin bertambah seiring berjalannya waktu.
PT. Pupuk Kalimantan Timur adalah salah satu anak perusahaan dari Pupuk
Indonesia Holding Company (PIHC) yang lahir untuk memenuhi kebutuhan
pupuk yang semakin meningkat seiring dengan tingginya perkembangan pertanian
di Indonesia. Pupuk Kaltim merupakan perusahaan penghasil Urea dan Amoniak
terbesar di Indonesia. Kapasitas produksi mencapai 2,98 juta ton Urea dan 1,85
juta ton Amoniak, 350 ribu ton NPK, dan 45 ribu ton pupuk organic per tahun.
Pada awalnya, proyek PT. Pupuk Kalimantan Timur dikelola oleh Pertamina
sebagai unit-unit pabrik terapung yang terdiri dari 1 unit pabrik amoniak dan 1
unit pabrik urea dengan beberapa bangunan pendukungnya di pantai. Hal ini
dengan pertimbangan jika sewaktu-waktu cadangan gas di Kalimantan Timur
habis, maka pabrik ini dapat dipindahkan ke daerah yang memiliki sumber gas
alam yang baru. Pabrik pupuk ini juga didirikan dengan adanya pertimbangan
sulitnya memperoleh pupuk dari dalam negeri. Sementara pada saat itu
pemerintah sedang mengupayavan program swasembada pangan. Oleh karena itu
pada tahun 1973, Pertamina mencetuskan ide untuk mendirikan pabrik terapung
ini. Peralatan pabrik mulai dibangun di Eropa pada tahun 1974 dengan alas an
karena dana untuk pelaksanaan proyek ini didapat dari pinjaman negara-negara
anggota Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE). Berdasarkan KEPRES No. 43 Tahun
1975 dibentuk suatu tim yang bertugas meninjau dan meneliti program
pembangunan pabrik terapung tersebut. Setelah meninjau dan menilai kembali
konsep pabrik terapung ini, dengan memperhatikan aspek teknis dan bahan baku
maka pembangunan pabrik dilanjutkan di darat.
Berdasarkan Kepres No.39 Tahun 1976 dilakukan serah terima proyek ini dari
Pertamina ke Departemen Perindustrian oleh Direktorat Jenderal Industri Kimia
Dasar pada tahun 1976. Setelah penyelesaian proses hukum dalam rangka serah
terima peralatan pabrik di Eropa, maka pada tanggal 7 Desember 1977 didirikan
sebuah Persero Negara untuk mengelola usaha ini dengan nama PT. Pupuk
Kalimantan Timur. Proses pemindahan lokasi pabrik ke darat memerlukan
perubahan dan penyesuaian desain pabrik setelah dilakukan berbagai pengkajian
dari segi teknis.
Berikut sejarah perjalana PT. Pupuk Kalimantan Timur:
Table 1.1 Sejarah Perjalanan PT. Pupuk Kalimantan Timur
No Tanggal Keterangan
1. 7 Desember 1977 Berdirinya PT. Pupuk Kalimantan Timur
2. 8 Januari 1979 Penandatanganan kontrak pembangunan Pabrik-1
3. 23 Maret 1982 Penandatanganan kontrak pembangunan Pabrik-2
4. 30 Desember 1983 Produksi pertama ammoniak Pabrik-1
5. 2 Februari 1984 Pengapalan pertama ammoniak ke PT. Petrokimia Gresik
6. 24 Januari 1984 Ekspor pertama Amoniak ke India
7. 15 April 1984 Produksi pertama pipik urea Pabrik-1
8. 24 Juli 1984 Pengapalan pertama pupuk urea ke Surabaya
9. 28 Oktober 1984 Peresmian Pabrik-1 dan Pabrik-2 oleh Presiden
Amoniak. Setelah diresmikannya Pabrik-5, unit amoniak dan unit urea Pabrik-1
dihentikan operasinya sehingga sehingga hanya unit utility yang masih beroperasi.
Berikut kapasitas produksi amoniak dan urea di PT. Pupuk Kalimantan Timur :
Tabel 1.2 Data Kapasitas Produksi Amoniak dan Urea PT. Pupuk Kaltim
Adapun kapasitas produksi NPK Pelangi dan organic tersebut disajikan pada
table berikut:
Berikut ini adalah beberapa informasi dari setiap amoniak dan urea yang
terdapat di PT. Pupuk Kalimantan Timur:
1. Pabrik-1
Keberhasilan yang dicapai dalam merekonstruksi ulang konsep desain
pabrik terapung di atas kapal menjadi pabrik di darat, yang diberi nama
Pabrik-1, merupakan langkah awal dari pertumbuhan dan perkembangan
industry pupuk urea di wilayah Timur Indonesia.
Pemancangan tiang yang pertama dilakukan oleh Menteri Perindustrian
saat itu, Ir. A. R. Soehoed pada tanggal 16 November 1979. Sebagai
Oktober 1984. Saat ini, pabrik Pabrik-2 memiliki kapasitas produksi untuk
pabrik amoniak sebesar 1500 ton per hari dan untuk pabrik urea sebesar 1.725
ton per hari.
3. Pabrik-3
Pada tahun 1986 disetujui kembaloi perluasan areal industry PT. Pupuk
Kaltim dengan menambah satu pabrik lagi dengan nama pabrik-3. Konsep
yang digunakan untuk pembangunan pabrik-3 adalah konsep pabrik hemat
energy. Interkoneksi antar alat penukar pans sudah terjalin rapi, sehingga lebih
hemat dalam pemakaian sumber energy. Penandatangan kontrak
pembangunan pabrik-3 dilaksanakan pada tanggal 28 November 1985 antara
PT. Pupuk Kalimantan Timur dengan konsorsium PT. Rekayasa Industri
(Persero), Chiyoda Chemical Engineering & Construction, Co. serta
Mitsubishi Corp. untuk pabrik ammonia, lisensi yang digunakan adalah
Haldor Topsoe dan untuk urea menggunakan proses Stamicarbon. Selain itu,
pabrik-3 juga dilengkapi dengan sebuah unit Hydrogen Recovery Unit (HRU).
Bila dioperasikan unit ini dapat memberi tambahan produksi ammonia sebesar
180 ton/hari.
4. Pabrik-4
Pembangunan pabrik-4 dilakukan sebagai upaya untuk mengantisipasi
kebutuhan pupuk urea nasional yang terus meningkat da sekaligus bertujuan
untuk replacement pabrik-pabrik yang sudah tua, ssehingga pada tahun 1999
pemerintah telah menyetujui pembangunan baru pabrik pupuk urea di PT.
Pupuk Kalimantan Timur, Bontang, yaitu pabrik-4.
saat ini, pabrik Pabrik-4 ini memiliki kapasitas desain produksi amoniak
sebesar 1.000 ton per hari dan urea granul sebesar 1.725 ton per hari.
5. Pabrik 1A
proses urea sedangkan granul mengunakan lisensi dari Hydro Agri. Produksi
pertama urea granul POPKA dilakukan pada tanggal 18 Februari 1999 dan
peresmiannya dilakukan pada tanggal 6 Juli 2000 oleh Presiden KH.
Abdurrahman Wahid. Semenjak tahun 2013 POPKA (Proyek Optimasi
Pupuk Kaltim) bergabung dengan KPA menjadi Departemen Operasi 1-A.
6. Pabrik-5
Pabrik-5 merupakan pabrik terbaru yang dimiliki oleh PT. Pupuk
Kalimantan Timur. Pabrik ini mulai didirikan pada tanggal 12 Oktober 2012
dan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 19 November 2015.
Pabrik-5 dibangun oleh konsorsium kontraktor utama PT. Inti Karya
Persada Teknik dan Toyo Engineering (Jepang) sebagai sub kontraktor. Pabrik
ini mulai memproduksi amoniak tanggal 12 Januari 2015 dan urea pada
tanggal 24 Januari 2016.
Teknologi proses yang digunakan untuk produksi amoniak adalah Kellog
Purifier (USA). Sementara itu teknologi Toyo (Jepang) digunakan untuk
produksi Urea. Untuk unit utilitas, pabrik 5 menggunakan system yang sama
seperti pabrik-1, yaitu Reverse Osmosis (RO) untuk pengolahan air.
Visi dan misi PT. Pupuk Kalimantan Timur adalah sebagai berikut:
Visi
“Menjadi perusahaan di bidang industri pupuk, kimia dan agribisnis kelas
dunia yang tumbuh dan berkelanjutan.”
Misi
1. Menjalankan bisnis produk-produk pupuk, kimia serta portofolio investasi
di bidang kimia, agro, energy, trading, dan jasa pelayanan publik yang
bersaing tinggi;
2. Mengoptimalkan nilai perusahaan melalui bisnis inti dan pengembangan
bisnis baru yang dapat meningkatkan pendapatan dan menunjang Program
Kedaulatan Pangan Nasional;
Achievement Oriented
Customer Focus
Teamwork
Insan Pupuk Kaltim harus menjalin sinergi dan bersatu dalam bekerja
dengan mengutamakan nilai-nilai : Sinergi dan Bersatu
Integrity
Visionary
Insan Pupuk Kaltim selalu berpikir jauh kedepan dan siap menghadapi
perubaahan dinamika usaha dengan memperhatikan nilai-nilai :
Inovatif dan Adaptif
Environmentally Friendly
Lokasi pabrik PT. Pupuk Kalimantan Timur terletak di wilayah pantai Kota
Bontang, kira-kira 121 km sebelah utara Samarinda, ibukota propinsi
Kalimantan Timur yang ditunjukkan pada Gambar 2.1. Secara geografis terletak
pada 0o10‟46,9” LU dan 117o29‟30,6” BT. Pabrik tersebut terletak pada areal
seluas 493 ha, di sebelah selatan lokasi pabrik (sekitar 10 km) terdapat lokasi
pabrik pencairan gas alam PT. Badak NGL Co. Lokasi perumahan dinas
karyawan terletak sekitar 6 km sebelah barat pabrik seluas 765 ha. Pada daerah
tersebut juga terdapat perumahan BTN untuk karyawan.
Pada saat ini PT. Pupuk Kalimantan Timur, mengoperasikan 5 buah pabrik
yaitu Pabrik-2, Pabrik-3, Pabrik-4, Pabrik-5, dan POPKA. Setiap pabrik terdiri
dari tiga unit yaitu unit Utility, Unit Ammonia, Unit Urea, sedangkan POPKA
hanya mempunyai Unit Utility dan Unit Granul.
Selain itu juga didirakan juga beberapa perusahaan patungan dengan perusahaan
besar Nasional dan Internasional, seperti:
Dewan Direksi terdiri dari seorang Direktur Utama dan empat orang Direktur
yaitu Direktur Teknik dan Pengembangan, Direktur Komersil, Direktur Produksi
serta Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum. Dewan Direksi bertanggung
jawab kepada dewan komisaris yang mewakili pemerintah sebagai pemegang
saham, adapun tanggung jawab dan wewenangnya adalah sebagai berikut:
Selain itu terdapat juga unsur bantuan yang terdiri dari beberapa
Kompartemen dan unit Departemen yang masing-masing dipimpin oleh General
Manager untuk masing-masing kompartemen dan Manager untuk masing-
masing Departemen. Adapun unsur bantuan itu adalah sebagai berikut :
1. Kompartemen SPI
2. Kompartemen Sekper
3. Kompartemen SDM
4. Kompartemen Umum
5. Kompartemen PKBL
6. Kompartemen Penjual
8. Kompartemen Operasi I
9. Kompartemen Operasi II
Departemen meliputi :
1. Departemen Wastern
2. Departemen Renanval
3. Departemen Hukum
4. Departemen Kesekretariatan
5. Departemen Humas
6. Departemen K&MR
7. Departemen sispro
14. KA Balikpapan
PT. Pupuk Kalimantan Timur memiliki tenaga kerja sebanyak 2544 orang
yang tersebar di departemen-departemen yang ada di PT. Pupuk Kaltim. Waktu
kerja bagi karyawan PT. Pupuk Kalimantan Timur dibagi dua, yaitu karyawan
shift dan non-shift. Untuk pembagian kerja karyawan shift, terdiri dari 3 shift
yang masing-masing bekerja selama 8 jam setiap shift. Adapun ketiga shift
tersebut adalah:
1. Pelabuhan
Dermaga I (Contruction Jetty) untuk kapal sampai 6.000 DWT
Dermaga II (Production Jetty) untuk kapal sampai 40.000 DWT
(ammonia dan urea)
Dermaga III (Tursina Jetty) untuk kapal sampai 20.000 DWT
Dermaga Quadran Arm Loader untuk kapal sampai 40.000 DWT
(urea)
2. Gudang
Urea Curah : 70.000 ton
Urea Kantong : 10.000 ton
Ammonia : 52.000 ton
Gudang Spare Part dan Chemical
3. Unit Pengantongan Berkapasitas 2500 ton/hari
4. Laboratorium Uji Mutu yang hasilnya telah mendapat pengakuan dari
Badan Sertifikasi Internasional, ISO 17025
5. Industri Peralatan Pabrik (IPP)
Karyawan PT. Pupuk Kalimantan Timur menerima fasilitas dan jaminan sosial
sebagai berikut:
2.11.1 Ammonia
3. Kalimantan Timur
4. Kalimantan Tengah
5. Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi
Utara
6. NTB dan NTT
7. Maluku
8. Papua
Untuk pemasaran pupuk ke luar negeri yang dilayani oleh PT. Pupuk
Kalimantan Timur berdasarkan kuota dari APPI meliputi:
1. Malaysia
2. Vietman
3. Jepang
4. China
5. Srilangka
6. Philipina
b. Pemasaran Ammonia
Produk ammonia sebagian besar diekspor ke luar negeri, antara lain:
1. Korea Selatan
2. India
3. Yordania
4. Tanzania
5. Spanyol
6. Thailand
7. Malaysia
Sedangkan secara khusus usaha keselamatan dan kesehatan kerja antara lain:
Secara khusus setiap karyawan dan tamu yang akan memasuki kawasan
pabrik harus melewati prosedur sebagai berikut:
Limbah yang dihasilkan dari proses produksi ammonia dan urea adalah:
1. Limbah Cair
Buangan tersebut berasal dari:
a. Unit utility yang berupa air yang tidak terkontaminasi dan yang
terkontaminasi
b. Pabrik ammonia dan urea yang berupa air terkontaminasi
c. Mesin-mesin dan penampang pelumas yang berupa air dengan kandungan
minyak yang sangat tinggi
CO2 yang tinggi. Pengolahan dilakukan dengan penambahan asam dan basa
untuk netralisasi.
Hidrolisa berlangsung pada tekanan 17 kg/cm2 abs dan dipanasi dengan steam
tekanan tinggi. Uap/gas dari hidrolisa diteruskan untuk desorpsi pada kolom ke
satu. Air yang keluar dari kolom hidrolisa diekspansi dalam pemindah panas
untuk diteruskan ke kolom desorpsi ke dua.
Pada kolom desorpsi ke dua, ammonia dan CO2 sisa yang terbentuk pada
hidrolisa dikeluarkan dengan menggunakan steam tekanan rendah. Uap atau gas
yang keluar dari kolom ini diumpankan ke kolom desorpsi pertama.
Air yang telah dibebaskan dari zat terlarut (dari desorpsi kedua) dilewatkan
pemindah panas untuk memanaskan air-ammonia yang masuk ke kolom desorpsi
pertama dan panas untuk memanaskan air-ammonia yang masuk ke kolom
desorpsi pertama dan seterusnya didingankan. Air yang diperoleh diharapkan
hanya mengandung 100 ppm Urea dan 50 ppm Ammonia.
2. Limbah Gas
Berupa gas NH3 dan CO2 yang dihasilkan dari proses kondensasipada
Condensate Stripper di pabrik ammonia. Limbah ini dimanfaatkan kembali untuk
meningkatkan efisiensi bahan baku dan mengurangi pencemaran lingkungan.
3. Limbah Padat
Debu urea yang lolos ke atmosfer dari system dust chamber pada unit prilling
towe diminimalisir dengan menghembuskan kembali ke prillinng tower dan
ejector debu.
BAB III
UNIT UTILITY PABRIK 5
Sea water dipompakan ke unit desalinasi dengan laju alir sebesar 930 m3/jam,
unit klorinasi sebesar 51 m3/jam dan sebagai make up sea water cooling tower
sebesar 2233 m3/jam.
1x100% Sea Water Intake Head (CP-CP1211) dengan kapasitas 3.800 m3/jam.
Sea water intake head (GP-CP1211) berfungsi untuk menarik air laut yang telah
bersih secara terus-menerus ke sea water intake basin. Sea water intake head
dilengkapi dengan saringan (bar screen) yang berfungsi untuk mencegah masuknya
padatan dan kotoran-kotoran yang cukup besar dari air laut ke SWI basin. Larutan
klorin (sodium hypochlorite) dari pabrik eksisting diinjeksikan ke SWI head dan
SWI basin dengan tujuan untuk mencegah dan menghambat pertumbuhan
mikroorganisme di system SWI head dengan konsentrasi chlorine di air laut sebesar
0.2 ppm. Diasumsikan flow sodium hypochlorite adalah 6 kg/jam.
Saluran injeksi klorin dari pabrik eksisting yang bertujuan untuk mencegah
pertumbuhan mikroorganisme dengan kadar residual dijaga sebesar 0,2 ppm.
1x40” pipa Sea Water Intake (SWI).
Saluran utama sea water intake terdiri dari single line dengan diameter 40”
fiberglass reinforced plastic (FRP) yang menghubungkan outlet SWI head ke dalam
inlet SWI basin. Air laut mengalir dari SWI head ke SWI basin menggunakan sistem
bejana berhubungan.
Sea Water Intake Basin
Sea water intake basin didesain dengan kapasitas air laut 3.800 m3/jam. Terdapat 2
inlet kanal yang sama dengan kapasitas 2 x 3.800 m3/jam, agar dapat dilakukan
pengalihan aliran air laut selama pemeliharaan/perbaikan salah satu kanal dan
travelling screen. Material yang digunakan pada basin ini merupakan material
concrete dan dilapisi dengan coating khusus yang cocok untuk air laut sehingga
tahan akan korosi.
Travelling Band Screen (CP-FD1211A/B) sejumlah 2 x 100% dengan
kapasitas masing-masing 3.800m3/jam yang berfungsi untuk menangkap atau
menyaring kotoran kecil melayang yang lolos, serta organisme laut yang berukuran
kurang dari 6 mm.
Stop log berfungsi untuk pemeliharaan/perbaikan dengan cara
memungkinkan penghentian sementara suplai air laut.
2x100% Screen Wash Pump (CP-GA1216A/B) untuk membersihkan travelling
screen.
2x100% Sea Water Pump (GA1201A/B) untuk mendistribusikan air
make-up ke cooling tower basin, Unit Klorinasi dan Unit Desainasi.
Satu unit klorinasi (CX-1201) dibangun dekat dengan cooling water basin (AP-
1203). Unit ini berfungsi untuk menginjeksi larutan sodium hypochlorite (NaOCl)
untuk mencapai sisa konsentrasi klorin dalam sirkulasi air larut sebesar 0.4 ppm di
sea water (sw) circulation return header.
Unit ini didesain untuk menghasilkan 60 kg/jam ekuivalen klorin dan memiliki
kemampuan dosing untuk 120% dari kebutuhan normal pada dosing rate yang
direkomendasikan.
3) Reaksi sekunder
Sodium hypochlorite (NaCl) yang diperoleh dari reaksi sekunder efektif untuk
mencegah pertumbuhan biota laut seperti kerang laut, rumput laut dll. yang dapat
melekat di perpipaan, tube condenser, dan filter. Larutan Sodium hypochlorite yang
dihasilkan oleh unit klotinasi diinjeksikan terus menerus ke dalam basin sedangkan
injeksi klorin di pipa sea water intake (SWI) berasal dari unit klorinasi pabrik-4 dan
POPKA. Dengan adanya injeksi klorin, maka system air laut di pabrik akan
terlindungi dari masalah melekatnya pertumbuhan organisme laut. Berbeda dari
system injeksi gas klorin, system elektroklorinasi dapat menguraikan chlorine yang
berupa cairan (liquid). Dengan demikian, penanganan akan sangat mudah dan tidak
perlu kuatir terjadi kebocoran gas berbahaya .
Cooling water system digunakan sebagai media pendingin untuk proses maupun
utilitas. Cooling water system terdiri dari 2 sistem: sea cooling water dan sweet
cooling water yang panas karena telah dipergunakan sebagai pendingin fluida-fluida
yang ada di pabrik. Sedangkan sea cooling water digunakan untuk mendinginkan
sweet cooling water yang panas karena telah dipergunakan untuk mendinginkan
fluida-fluida di pabrik. Sea cooling water juga di pergunakan di surface condenser
untuk mengkondensasikan saturated steam yang berasal dari outlet steam turbine.
Air laut yang berasal dari intake basin dikirim ve cooling tower basin
(AP1203) sebagai make-up sea cooling water dengan menggunakan control flow
FV-2220 untuk menjaga agar flow make-up tetap konstan. Cooling tower basin
(AP1203) di desain untuk dapat menampung cadangan sea cooling water selama
10 menit apabila sea cooling water yang disirkulasikan sebanyak 59.000 m3/jam
dan tanpa make-up.
Sistem ini berbeda dari pabrik-pabrik lain yang ada di PT. Pupuk
Kalimantan Timur, karena air laut yang digunakan terus menerus disirkulasi dan
ketika dibuang ke laut sudah berada pada suhu yang mendekati suhu air laut pada
saat itu. Sedangkan pada pabrik lain, air laut setelah digunakan akan dibuang
langsung ke laut dalam keadaan suhu sedikit diatas suhu air laut. Sistem sirvulasi
ini digunakan oleh Pabrik-5 untuk menjaga kondisi lingkungan air laut tetap
terjaga.
Untuk menjaga rate sirkulasi sweet cooling water yang hilang akibat
adanya penguapan ketika proses pendinginan, maka perlu ditambahkan make-up
sweet cooling water yang berasal dari tangki penyimpanan Demin water.
Sama seperti air laut, sweet cooling water juga diinjeksikan chemical untuk
menjaga kualitas air pendingin. Chemical yang diinjeksikan adala anti-bakteri
untuk membunuh mikroorganisme serta alga yang dapat menyebabkan fouling di
perpipaan atau peralatan dan juga untuk mencegah terjadinya korosi.
Kapasitas desain cooling tower ini sebesar 59.000 m3/jam atau setara
dengan 125% kapasitas total cooling tower. Meskipun satu cell dalam
kondisi tidak beroperasi, cooling tower masih mampu memenuhi
kebutuhan maksimum untuk sea water cooling.
Air dingin yang keluar dari sisi bawah bahan isian ditampung
didalam sea water cooling tower basin terletak di bagian dasar sea water
cooling tower. Kanal dari beton akan mengalirkan air laut dingin menuju
tempat penampungan untuk selanjutnya dihisap oleh pompa dsn
diresikulasi menuju alat penukar panas dan surface condenser.
d. UF Permeate Tank
UF Permeate Tank berfungsi untuk menampung produk air permeate
keluaran UF membrane. Kapasitas tangki sebesar 300 m3. Outlet tangki ini
akan dialirkan ke SWRO system.
2. Reverse Osmosis
Desalinasi air laut menggunakan dua tingkatan membrane RO yaitu Sea Water
Reverse Osmosis (SWRO) dan Brackish Water Reverse Osmosis (BWRO), dengan
produk desalinasi sebanyak 7,2 megaliteres per day (MLD) atau sama dengan
7.200 m3 /hari. Alat yang terdapat pada subunit reverse osmosis ini adalah:
kualitas umpan air laut, pressure drop membrane, flow permeate atau kualitas
permeate yang telah melewati batas minimal. Chemical cleaning
menggunakan asam (untuk fouling inorganic) atau alkaline (untuk fouling
organic). Limbah chemical dari proses CIP akan dialirkan ke neutralizer,
sehingga pH pada limbah yang bervariasi antara 1-11 akan menjadi netral
dengan menggunakan asam maupun basa sebelum dibuang ke outfall.
1. CIP untuk UF
Selama CIP, larutan chemical disirkulasi dan diikuti dengan soaking
pada modul UF. Ditambah dengan air scouring, yang diperlakukan
sama dengan saat backwash, dan juga dilakukan air scouring selama
proses soaking. Hal ini menghasilkan mechanical agitation, yang akan
meningkatkan efektifitas dari CIP. Selama proses chemical cleaning,
bahan penyebab fouling akan larut atau terlepas dan terbawa larutan
kimia. Maintenance cleaning (MC) train UF membutuhkan waktu 1,5
sampai 2 jam dilakukan setiap satu (1) minggu sekali sesuai
rekomendasi vendor dan RC selama 3 sampai 4 jam dilakukan setiap
satu (1) bulan sekali. Kebutuhan waktu cleaning bervariasi tergantung
kondisi fouling pada membrane. Keberhasilan cleaning ditentukan dari
kebutuhan tekanan umpan untuk menghasilkan sejumlah filtrate.
Didalam prosedur cleaning, cleaning dianggap berhasl apabila tekanan
umpan turun 10% dari tekanan umpan sebelum di-cleaning
2. CIP untuk RO
CIP membrane RO dilakuka dengan sirkulasi larutan kimia pada
membrane RO, serta dengan flushing menggunakan air sebelum dan
sesusdah proses chemical cleaning. Selama proses chemical cleaning,
fouling akan larut atau terlepas dan terbawa larutan kimia. CIP
membrane RO membutuhkan watu 1 sampai 3 jam dan mungkin
membutuhkan tambahan waktu untuk soaking/perendaman dari 2
hingga 24 jam tergantung dari jenis fouling-nya. Keberhasilan cleaning
akan mengakibatkan pressuredrop modul membrane flow rate
permeate reject akan kembali ke semula (start off run-nya). Perlu
Product Requirement
1. STG-1
STG-1 berlokasi di area Pabrik-5 yang sistem kelistrikan mampu beroperasi
parallel secara kontinu antara Pabrik-5 dengan sistem integrasi 33 kV yang
menggunakan transformer Wye-delta dan transformer ini mempunyai
fasilitas On Load Tap Changer (OLTC)
2. STG-2
STG-2 berlokasi di area Kaltim-1 yang sistem kelistrikannya mampu
beroperasi parallel secara kontinyu antara Pabrik-5 dengan sistem integrasi
33kV. STG-2 menggunakan transformer Wye-delta dan transformer ini
mempunyai fasilitas On Load Top Changer (OLTC).
3.7 Steam System
Beberapa sumber utama steam yang digunakan di Pabrik-5 antara lain disuplai
dari:
1. Boiler Batubara yaitu steam SH dengan tekanan 80,5 kg/cm2G dan suhu
480
2. Pabrik ammonia yaitu steam SHH dari waste heat boiler
3. Pabrik Urea yaitu Steam SL.
Kegunaan utama steam SH adalah untuk power generator (STG-1 dan
STG-2), serta CO2 compressor di Pabrik Urea. Steam SM dengan tekanan
46kg/cm2G dan temperature 385 yang disuplai dari pabrik ammonia
dipergunakan untuk menggerakkan peralatan rotating di unit utility seperti
turbin dari sweet water circulation pump (GT 1202 A/B/C), turbin dari sea
water circulation pump (GT 1203 A/B/C) dan peralatan pendukung lainnya
yang digerakkan oleh turbin. Steam SHH (123 kg/cm2G dan 150 )
dihasilkan dari unit waste heatboiler di pabrik ammonia digunakan untuk
menggerakkan masing-masing turbin synthesis gas compressor dan
refrigerant compressor. Sedangkan kelebihan steam SHH akan di-letdown
menjadi steam SM. Steam SM di pabrik ammonia digunakan untuk
menggerakkan turbin dari peralatan rotating seperti process air compressor,
BFW pump,feed gas compressor serta sebagai media pemanas untuk alat
penukar panas.
Udara sebagai bahan baku utama untuk proses di unit instrument air dan plant
air berasal dari process air compressor (101-J). Emergency air compressor
digerakkan oleh diesel dengan kapasitas 2300 Nm3/jam, secara otomatis akan
running untuk menyuplai kebutuhan udara di unit instrument air dan plant air. Hal
ini terjadi ketika air compressor di unit ammonia shutdown secara mendadak dan
gagal dalam mensuplai udara ke unit tersebut.
Udara sebagai bahan baku di unit N2 Generator juga berasal dari process air
compressor 101-J dan sebagai back upjuga dilengkapi dengan portable air
compressore (CT-GB-1811) yang termasuk dalam satu paket N2 Generator. Dalam
kondisi process air compressor shut down secara mendadak, maka portable air
compressor (CT-GB-1811) akan secara otomatis running oleh interlock untuk
menjaga agar unit N2 Generator tetap beroperasi.
Pada unit instrument air terdapat sebuah air receiver (FA-1801) yang berfungsi
untuk memastikan kecukupan kebutuhan instrument air kesemua pengguna ketika
sistem air compressor dalam kondisi upset. Air receiver ini dirancang mampu
mempertahankan kebutuhan instrument air selama 30 menit dari kapasitas, desain
unit instrument air. Dari air receiver ini, udara akan didistribusikan untuk
kebutuhan plant air dan instrument air.
Instrument air dryer (FF 1802 A/B/C/D) berfungsi untuk mengeringkan udara
yang memenuhi spesifikasi dari instrument air. Udara bertekanan dimasukkan
melallui sebuah pre-filter untuk memisahkan partikel-partikel padat yang berukuran
kecil. Sebuah desiccant bed di dalam dryer vessel berfungsi memisahkan
kandungan uap air dalam aliran udara bertekanan untuk mencapai spesifikasi dew
pount sesuai syarat. Udara kering dryer vessel kemudian masuk ke sebuah after-
filter untuk memisahkan partikel-partikel yang lolos dan desiccant lembut yang
terbawa oleh udara kering.
Sistem instrument air diranvang untuk menjaga tekanan udara pada kondisi
normal berkisar 7.0 Kg/cm2G dengan batas maksimum dan minimunya masing-
masing sebesar 10.5 Kg/cm2 dan 3.5 Kg/cm2G. Begitu juga dengan plant air
disuplai ke pengguna dengan tekanan 8.0/Kg/cm2 dan tekanan maksimum sebesar
10.5 Kg/ cm2G.
Unit PSA di desain untuk menghasilkan 500 Nm3/jam gas nitrogen dengan
kemurnian 0,001% oksigen (max. 10 ppmv). Linde plant didesain untuk mengambil
nitrogen dari udara ambient atau plant air dengan menggunakan proses Pressure-
Swing-Adsorption (PSA).
Feed gas adkalah udara bertekanan, disuplai dari stasiun air compressor dan
biasanya dilengkapi dengan water drains dan air receiver. Fungsi utama air
receiver untuk memenuhi permintaan beban tertinggi selama proses pressurization
dan untuk menyesuaikan secara tepat suplai udara untuk bermacam-macam
permintaan PSA, selain itu juga air receiverse sebagian bagian dari instalasi juga
akan menghilangkan sebagian besar air kondensat. Drain di berikan pada komponen
ini untuk menghilangkan air kondensat yang terkumpul. Unit ini juga dilengkapi
dengan Switch valve direct feed air, produk gas, dan gas buang ke dan dari adsorber
beds. Unit PSA menghasilkan dua aliran gas keluar aliran produk gas nitrogen
secara kontinyu dan gas buang yang tidak kontinyu dihembuskan ke atmosfer.
Secara spesifik produk buffer digunakan untuk menjaga pemakaian gas secara
tetap oleh pengguna sepanjang siklus PSA. Elemen utama dari unit PSA terdiri dari
valve skid assembly, adsorber, buffer vessel, blow off silencer dan product filter.
Salah satu keuntungan unit LINDE PSA adalah metode pengoperasian yang sangat
mudah. Dapat di lakukan start dan stop hanya dengan menekan sebuah tombol dan
menghasilkan produk dengan kapasitas dan kualitas yang ditentukan dalam
beberapa menit saja. Plant ini dirancang untuk beroperasi tanpa pengawasan, akan
tetapi disarankan melakukan pemeriksaan berkala setiap shift
monoksida 0,93% mol, dimetil eter 0,05% mol, formaldehyde 0,01% mol,
formic acid 14 ppm, nitrogen 73,39% mol dan air 6,31% mol. Gas proses
dikirim ke formaldehyde reactor DC-801, setelah dipanaskan di-process
gas heater EA-802 menjadi 202 .
2. Oksidasi methanol menjadi formaldehid
Dalam formaldehyde reactor DC-801, gas proses melewati tube yang
berisi katalis Topsoe metal oksida tipe FK-2. Oksida methanol menjadi
formaldehyde mengikuti persamaan reaksi sebagai berikut:
Oksigen : 7,47% wt
Nitrogen : 84,56% wt
Argon : 1,45% wt
Asam formiat : 23 ppm
Karbon dioksida : 0,05% wt
Formaldehyde : 0,02% wt
Karbon monoksida : 1,55% wt
Dimetil eter : 0,12% wt
5. Desain absorber
Untuk menghindari korosi dan untuk mendapatkan kemurnian produk
yang maksimum, peralatan-peralatan berikut ini terbuat dari bahan
stainless steel:
a. Formaldehyde Reactor
b. Semua peralatan antara reaktor dan formaldehyde absorber
c. Formaldehyde Absorber
Formaldehyde absorber DA-801, terbagi menjadi beberapa tray
section dan tiga packed bed. Masing-masing packed bed dilengkapi
dengan external cooler circuit untuk menghilangkan panas sensible
dan laten reaksi gas dan juga panas dari larutan urea.
6. Proses produksi urea formaldehide di absorber
a. Bed bagian bawah:
Gas proses masuk dari bawah absorber DA-801 kemudian melewati
packed bed bagian bawah UFC-85 yang dihasilkan dari bed
ditampung di bagian bawah absorber, dan dipompa oleh product
circulation pump GA-805 A/B. Sebagian dari produk UFC-85
didinginkan di product circulation cooler EA-807 dan sekitar 50%
urea solution perlu ditambah sebelum disirkulasikan ke sisi atas
packed bed bagian bawah. Sebagian dari produk UFC-85
didinginkan hingga 40 dalam product cooler EA-808, dan dikirim
ke Battery Limit.
Komposisi produk UFC -85 adalah sebagai berikut:
i. Formaldehyde : 60,1% wt
ii. Urea : 25% wt
iii. Air : 14% wt
iv. Asam fosfat : 0,02% wt
v. Methanol : 0,19% wt
vi. Dimetil Eter : 0,01% wt
vii. Nitrogen + Argon : 7 ppm
viii. Oksigen : 1 ppm
Gas formaldehyde yang lolos dari bed bagian bawah diserap di bed
selanjutnya dan di bagian tray absorber.
I.
Methyloldiurea
II.
Methylol Urea
III.
Dimethylol Urea
Methylene urea.
steam 5,5 kg/cm2. Continuous blow down dari waste heat boiler EA-803 di
lakukan untuk mempertahankan tingkat kualitas dalam boiler.
BAB IV
Komposisi gas alam sebagai umpan masuk (inlet) adalah sebagai berikut :
Umpan Masuk (mol %)
1. N2 : 0,08 %
2. CH4 : 83,72 %
3. C2H6 : 5,40 %
4. C3H8 : 2,88 %
5. iC4 : 0,55 %
6. nC4 : 0,62 %
7. iC5 : 0,21 %
8. nC5 : 0,14 %
9. C6 : 0,12%
10. C7 : 0,15%
11. CO2 : 6,13 %
12. S : 5 ppmv (normal / 50 ppmv (max) total S sebagai H2S
13. Moisture : 20 lbs/MMSCF
14. Hg : 300 ppv vol (perkiraan)
2. Primary reforming
4. Secondary Reforming
7. Methanasi
9. Cryogenic purification
didalam K.O. drum yang memantau kenaikan level kondensat di dalam K.O.
drum. Setelah mencapai level yang diharapkan maka bottom valve akan terbuka
mengeluarkan kondensat dari dalam tangki.
Keluar dari 174-D bagian overhead, aliran gas alam menuju suction 102-J
feed gas compressor, yang digerakkan steam turbin, menggunakan SM steam.
Pada kompresor tersebut, tekanan natural gas dinaikkan hingga 48,8 Kg/cm2.G.
b. Desulfurisasi
terjadi pada suhu tinggi karena merupakan reaksi endotermis dan dengan dibantu
katalis cobalt-molybdenum. Pengubahan sulfur organik menjadi sulfur anorganik
bertujuan untuk memudahakan penghilangan sulfur, karena sulfur yang berbentuk
organik sulit untuk dihilangkan pada unit desulfurisasi. Reaksi yang terjadi:
𝑅𝑆𝐻 + 𝐻2 → 𝑅𝐻 + 𝐻2𝑆
Effluent gas meninggalkan radiant section pada 713oC dan 41.6 Kg/cm2.A,
mengandung sekitar 28.7 % mol (dry) methane yang tidak bereaksi pada kondisi
normal atau 29% mol (dry) untuk kondisi desain yang kemudian dikirim ke top
secondary reformer (103-D).
Panas konveksi pada convection section digunakan untuk:
a. Combustion air preheater
b. Cold process air preheat
c. Feed gas preheater
d. Cold SHH steam superheater
e. Hot SHH steam superhater
f. Hot process air preheater
g. Mixed feed preheater
Selain burner radiant section, furnace primary reformer dan
convectionsection dilengkapi dengan superheater dan tunnel burner,
untukmengontrol temperatur outlet convection coil. Steam attemperatordisediakan
diantara hot dan cold leg dari steam superheater coil untukmencegah kenaikan
temperatur steam superheater yang berlebihan.
4.2.1.3. Process air compressor
Proses pembuatan amoniak membutuhkan N2 sebagai salah satu bahan baku,
dan cara yang paling mudah untuk mendapatkannya adalah dari udara. Agar dapat
bereaksi dan masuk dalam aliran, maka udara perlu ditekan hingga mencapai
tekanan proses. Process air compressor, 101-J, menyediakan udara untuk
Secondary Reformer,serta menyuplai 4.695 Kg/hrudara sebagai instrument air dan
plant air pada kondisi normal operasi. Air compressor dikontrol untuk menjaga
pressure drop yang melalui control valve udara proses tetap konstan. Pada kondisi
operasi turndown, udara yang terkompresi di-venting secukupnya untuk menjaga
beban minimum dari compressor dan mencegah terjadinyakondisi surge.
1. Secondary Refomer
Setelah bereaksi di dalam primary reformer, gas masuk ke 103-D
secondary reformer untuk mereaksikan gas CH4 yang belum habis bereaksi di
primary reformer dan tempat memasukkan udara sebagai sumber gas N2 pada
pembentukan amonia. Udara berasal dari kompresor 101-J dan sebelum
masuk secondary reformer, bercampur dengan steam medium kemudian
mengalami preheating pada convection section, sehingga kondisi akhir aliran
0 2
udara pada temperatur 497 C dan tekanan 39,5 kg/cm G. Udara dimasukkan
ke dalam secondary reformer dan oksigen yang ada akan bereaksi dengan H2
sesuai reaksi berikut:
2𝐻2 + 𝑂2 → 2𝐻2𝑂
urea. Reaksi konversi karbon monoksida menjadi karbon di oksida terdiri dari 2
tahap yaitu HTS (High Temperature Shift) dan LTS (Low Temperature Shift).
Suhu rendah akan menyebabkan konstanta keseimbangan naik tetapi kecepatan
reaksi menjadi lambat. Oleh karena itu digunakan suhu tinggi untuk mempercepat
kecepatan reaksi dan suhu rendah untuk memperoleh keseimbangan reaksi yang
lebih tinggi. Reaksi yang terjadi pada CO shift converter adalah sebagai berikut:
Panas dikembalikan dari gas proses outlet dari LTS converter melalui
0
empat exchanger. Pertama, LTS effluent didinginkan menjadi 165 C melewati
131-C1/C2 secara seri dan memanaskan High Presure Boiler Feed Water (HP
0
BFW). Kemudian, LTS effluent didinginkan menjadi 137 C dengan menyediakan
panas reboiler untuk CO2stripper (122-D2) lalu melewati 105-C dan terakhir
0
didinginkan menjadi 70 C dengan memanaskan demin water didalam
exchanger(106-C). Air terkondensasi dari gas proses pada temperatur ini
dihilangkan dengan Raw gas separator (142-D1) dan dipompa dengan121-J/JA ke
Process gas stripper (130-D).
Dari 142-D1, raw syngas masuk dari bagian bawah CO2 absorber (121-D)
untuk menghilangkan CO2.
o
Gas proses masuk dari bagian bawah dari CO2 absorber (121-D) pada 70 C.
Gas ini akan dikontakkan dengan semi-lean aMDEA solution. Gas kemudian
lewat kebagian atas dari absorber, dimana akan dikontakkan dengan lean
aMDEA. Gas kemudian melewati condensate wash section, demister pad, dan
recovery lebih lanjut dari setiap hydrogen sisa. Cairan yang dipisahkan di 191-D
di pompakeinlet CO2 stripper reflux drum (153-D). Rich solution dari 163-D
masuk dibagian top dari LP flash column (122-D1). LP flash
2
columndipertahankan pada 1,9 Kg/cm .A.Liquid yang masuk ke LP flash
columndi-strip (dilucuti) dengan overhead gas dari CO2stripper (122-D). Hal
iniakan menghilangkan sebagian besar CO2 dari rich solution. Semi lean solution
diambil dari bottom LP flash column (122-D1). Lebih dari 80% larutan semi lean
dipompa oleh pompa semi lean solution(107-JA/B/C), dua beroperasi dan satu
stand by, dialirkan ke bagian tengah CO2 Absorber (121-D) sedangkan sisanya
dipompa dengan pompa semi lean circulating (117-J/JA), kemudian dipanaskan di
lean/semi lean exchanger (112-C) dan dialirkan ke CO2stripper (122-D2). „Slip
stream‟ dari semi lean solution dikirim ke filter larutan aMDEA (104-LL) untuk
menghilangkan semua partikel yang terikut.
Semi lean aMDEA solution diubah menjadi lean solution yang mengalir
menuruni CO2stripper dan dikontakkan dengan steam stripping yang dihasilkan
oleh CO2 stripper reboiler (105-C) dengan pemanas dari LTS effluent. CO2 yang
ter-strip (terlucuti) mengalir keatas stripper dan melewati LPflash column. Lean
solution pertama kali didinginkanoleh heat exchanger dengan umpan stripper di
112-C, diikuti oleh leansolution/ demin water exchanger (109-C) dan dengan
cooling water di lean solution water cooler (110-C). Lean solution kemudian
dipompakanke top dari absorber dengan pompa lean solution (108-J/JA).
4.2.1.6 Metanasi
Reaksi di atas sangat eksotermis, kenaikan suhu yang terlalu tinggi akan
mematikan katalis Ni dalam metanator. Kandungan CO dan CO2 keluar
0
Methanator maksimal 5 ppmv.Clean gas keluar CO2 removal yang bersuhu 50 C
2 0
dan 35,6 Kg/cm .G dipanaskan sampai 312 C di methanator feed/effluent
exchanger. Kemudian dipanaskan lagi di methanator start up heater dengan
0
steam SHH untuk menjaga suhu masuk methanator 316 C. Selanjutnya gas
dimasukkan ke dalam methanator sehingga terjadi reaksi methanasi CO dan CO2
di Bed katalis Ni. Karena reaksi tersebut menimbulkan panas, maka suhu gas
0
keluar methanator menjadi 345 C.
Pada unit purifikasi ini, syn gas yang keluar unit methanasi dan drying
akan dipisahkan dengan methane, 50 % argon, dan sekitar 24 % nitrogen dengan
cara mencairkan gas di purifier dan menyesuaikan rasio H2/N2 = 3 (umumnya
2,7). Proses ini dilakukan untuk meminimalkan impurities syn gas dan
mengurangi beban synthesis gas compressor. Paket lengkap purifier ini terdiri
dari :purifier feed/effluent exchanger, expander, purifier rectifier, dan rectifier
condenser.
3𝐻2 + 𝑁2 ↔ 2𝑁𝐻3
2
pada tekanan 152 Kg/cm G yang juga sesuai dengan suhu aktif katalis.
Temperatur masuk bed pertama yaitu 171,3 C dan keluar konverter sebesar 439,8
C yang kemudian didinginkan sampai 41,5 dengan cara heat integration dengan
feed converter dan pembangkit steam.
o
Temperatur effluent converter 120-C adalah -17,8 C. Sekitar 2,7% vapor
pada 146-D akan dihilangkan dari synthesis loop untuk membersihkan dari argon,
yang terkandung dalam gas make-up. Flow purge gas tekanan tinggi ini
disesuaikan untuk mempertahankan tingkat gas inert dalam feed gas ammonia
converter ke sekitar 3,5% mol dan diarahkan ke seksi purge gas recovery.
Proses kondensat dari raw gas separator 142-D1, yang meliputi kondensat
dari 144-D melalui 122-J/JA, dipanaskan dalam condensatestripper feed / effluent
exchangers, 188-C1/C2/C3, dan dikirim ke process condensate stripper 130-D, di
mana karbon dioksida, metanol dan ammonia terlarut dihilangkan. Proses
kondensat yang ter-stripping meninggalkan bottom stripper dan didinginkan
terhadap feed condensate stripper. Kondensat yang ter-stripping selanjutnya
didinginkan oleh cooling water di 174-C sebelum dikirim ke offsite. Media
stripping untuk process condensate stripper adalah steam proses yang menuju ke
primary reformer. Steam yang meninggalkan stripper dicampur dengan feed gas
upstream dari primary reformer.
Unit Urea Pabrik-5 dirancang untuk memproduksi 3.500 MTPD urea granul
dengan high energy efficiency menggunakan Proses ACES 21 dan teknologi
Spout-Fluid Bed Urea Granulation di bawah lisensi TOYO.Unit Urea dapat
dibagi menjadi tujuh sub unit, yaitu Unit Ammonia dan CO2 Compressor, Unit
Sintesis, Unit Purifikasi, Unit Konsentrasi, Recovery, Process Condensate
Treatment dan Granulasi. Hubungan antara masing masing bagian digambarkan
dalam diagram blok pada Gambar.
Bahan baku untuk Unit Sintesis Urea berupa amoniak cair dan gas
CO2 disuplai dari Unit Amoniak, sementara recycle larutan karbamat disuplai
dari Unit Recovery. Sintesis Urea dijalankan pada Reaktor (DC101), Stripper
(DA101) dan Carbamate Condenser (EA101) yang disebut sebagai “Urea
2
Synthesis Loop”. Synthesis Loop ini dioperasikan pada tekanan 155 kg/cm G
yang tekanannya dikontrol oleh pressure controller berupa PCV dipasang pada
line gas overheadEA101.
Amoniak cair dengan tekanan 200 kg/cm2G dan temperatur 138oC dari
Second Ammonia Preheater (EA103) dari unit persiapan bahan baku mula-mula
diumpankan ke HP Carbamate Ejector (EE101). EE101 menarik larutan Urea-
Carbamate dari EA101. Pada EE101, tekanan berlebih dari amoniak cair
digunakan sebagai tenaga penggerak untuk mensirkulasikan urea di sintesa loop
serta rasio molar NH3/CO2dinaikkan dari 2.9 (Outlet EA101) ke 3.7 (Inlet
DC101) untuk meningkatkan reaksi sintesis urea. Larutan Ammonia-Urea-
Carbamate dari discharge EE101 selanjutnya diumpankan ke DC10.
Campuran larutan Urea-Carbamate dan amoniak cair keluar dari EE101
masuk ke bagian bawah reaktor. Sebagian kecil gas CO2(sekitar 18% dari total
CO2 yang diumpankan ke Unit Sintesa) dari CO2 Compressor (GB101) pada unit
kompresi amoniak dan CO2 disuplai ke DC101 bersamaan dengan udara
passivasiuntuk menaikkan temperatur Reaktor ke 182-184 oC serta untuk
mendukung reaksi dehidrasi ammonium carbamate membentuk urea seperti
ditunjukkan pada reaksi kimia berikut:
2 NH3 (g) + CO2(g) NH4COONH2(s) + H2O(l) Q = + 157.5
kJ/mol (2)
(AmmoniumCarbamate)
sintesa Urea kemudian mengalir kebawah sebagai lapisan film tipis pada interior
tube, kontak secara counter-current dengan gas CO2 yang mengalir keatas dalam
tube. Ammonium Carbamate yang tidak bereaksi terdekomposisi menjadi
Ammonia dan CO2 melalui reaksi pada persamaan (2) pada temperatur yang
tinggi. Saturated steam bertekanan 20 kg/cm2G pada sisi shell yang panasnya
digunakan untuk untuk mendekomposisi Ammonium Carbamate di sisi tube akan
mengkondensasi di Saturation Drum (FA101). Ammonia dan CO2 yang
terdekomposisi ditransfer ke fase uap dibantu gas CO2 sebagai media stripping.
Sebagian besar Ammonium Carbamate dan ammonia yang terkandung di larutan
sintesa urea terdekomposisi dan dipisahkan di DA101, menghasilkan larutan Urea
yang terdiri atas 49% Urea, 12,9% Ammonia dan 12,7% CO2. Proses stripping
dikontrol dengan mengatur tekanan pada FA101. Off gas yang telah mengalami
stripping dikirimke bagian bawah EA101.
EA101 terdiri dari 2 seksi utama, yaitu seksi kondensasi-reaksi dan seksi
scrubbing di bagian atas. Packed bed disediakan pada seksi scrubbing pada
bagian atas untuk meng-absorb Ammonia dan gas CO2 yang tidak terkondensasi
dari seksi kondensasi-reaksi ke dalam larutan Carbamate Recycle yang dikirim
dari GA102-A/B pada bagian atas packed bed. Overhead gas dari seksi scrubbing
bagian atas dikirim ke HP Absorber (EA401) di Unit Recovery untuk me-recovery
Ammonia dan gas CO2 lebih lanjut. Sebagian kecil overhead gas EA101 (25
kg/cm2G) dikirim ke HP Decomposer (DA201) pada Unit Purifikasi yang
memanfaatkan oksigen di overhead gassebagai udara passivasiuntuk DA201.
Larutan Carbamate yang telah digunakan untuk mengabsorb Ammonia dan
CO2yang tidak terkondensasi di packed bed dialirkan ke bagian bawah seksi
kondensasi-reaksi melaluipipa internal down-flow secara gravitasi.
Seksi kondensasi-reaksi dilengkapi dengan bundle U-tube vertical dan
9baffle plate. Seksi ini dioperasikan pada temperatur 180-182oC di mana
campuran amoniak dan gas CO2dari DA101 dimasukkan ke bagian bawah sisi
shell untuk kontak dengan larutan Carbamate dari seksi Scrubbing yang akan
menghasilkan Ammonium Carbamate(persamaan (2)). Selanjutnya, Ammonium
Carbamate didehidrasi membentuk Urea (persamaan (3)). Sekitar 46% CO2, via
kg/cm2G. DA201 adalah alat penukar panas tipe vertikal, dimana sisi shell
dipartisi menjadi seksi upper dan lower. Pada bagian channel atas, uap ter-flash
dipisahkan dan hanya fase liquid yang mengandung Urea, ekses ammonia,
Ammonium Carbamate dan air dibagi secara merata ke masing- masing tube
dengan “Swirl” yang dipasang pada masing- masing top end tube, yang
membentuk lapisan film liquid pada dinding interior tube dengan aliran liquid
melingkar. Larutan Urea kemudian mengalir ke bawah sebagai lapisan film tipis
pada dinding interior tube, dipanasi dengan LP steam dan steam kondensat MP
dari bagian luar tube. Ammonium Carbamate yang tidak bereaksi terdekomposisi
menjadi Ammonia dan CO2melalui reaksi balik pada persamaan (2). Panas
kondensasi steam bertekanan 4,5 kg/cm2G di seksi upper dari sisi shell dan panas
sensible kondensat MP pada seksi lower dimanfaatkan untuk mendekomposisi
Ammonium Carbamate pada sisi tube. Temperatur bagian bawah DA201 harus
dikontrol dengan hati-hati antara 152 dan 153oC untuk mencegah pembentukan
biuret. Larutan Urea kemudian dimurnikan agar mengandung 60%wt Urea, 8%wt
Ammonia dan 3%wt CO2 kemudian dikumpulkan pada bagian bawah level
control.
Larutan Urea meninggalkan bagian bawah DA201 kemudian dikirim ke
LP Decomposer (DA202) dengan penurunan tekanan menjadi 2,6 kg/cm2G.
Larutan kemudian dimurnikan agar mengandung residual Ammonia sebesar
0,7%wt. DA202 merupakantoweryang dilengkapi dengan empat tingkat tray
section pada sisiupper, shell&tube heater section pada bagian tengah, dan packed
bed section pada sisi lower. Larutan Urea dari DA201 dimasukkan ke bagian atas
DA202 dimana uap ter-flash pertama kali terpisahkan. Selanjutnya, larutan Urea
dimasukkan ke empat tingkat tray section dimana sebagian besar residual
Ammonium Carbamate dan ekses ammonia terdekomposisi.
Panas untuk mendekomposisi Ammonium Carbamate dan distilat
campuran larutan Urea-Ammonia-Carbamate pada tray section disuplai dengan
kondensasi uap air yang terkandung dalam campuran gas dikirim dari bagian atas
Process Condensate Stripper (DA501) di unit Process Condensate Treatment.
Distilat larutan Urea meninggalkan tray section memasuki seksi heater. Pada sisi
dengan membatasi waktu tinggal pada sistem dan membatasi temperatur evaporasi
air dibawah tekanan vakum. Oleh sebab itu, operasi dijalankan pada tekanan
vakum agar titik didih air menjadi lebih rendah sehingga suhu operasi menjadi
rendah.
2NH2CONH2(s) NH2CONHCONH2(s)+ NH3(g) Q=+116
kJ/mol (4)
(Urea) (Biuret)
Larutan Urea dari Unit Purifikasi pertama kali dimasukkan ke channel
bagian bawah Evaporator (EA301), dimana sisi tube dioperasikan pada tekanan
250 mmHgA, dan dipanaskan hingga temperature 132oC untuk dipekatkan ke
konsentrasi 96%wt dengan menguapkan air dibawah tekanan vakum. Panas yang
dibutuhkan untuk penguapan air disuplai dengan panas absorbsi dan kondensasi
uap ammonia dan CO2 dari HP Decomposer (DA201) dan panas kondensasi dari
LP steam di sisi shell EA301. Larutan Lean Carbamate sebagai absorbent di-
spray kedalam aliran gas dari DA201 sebelum memasuki EA301 sisi shell. Pada
EA301 sisi shell, gas Ammonia dan CO2di-absorb kedalam larutan Lean
Carbamate membentuk Ammonium Carbamate sampai panas reaksi absorbsi
seimbang dengan panas evaporasi air di sisi tube. Larutan Urea 96%wt bersama
dengan air teruapkan keluar dari sisi tube EA301 masuk ke Final Separator
(FA301) dimana inlet nozzle secara langsung terhubung dengan outlet EA301.
Pada FA301, air teruapkan dipisahkan dari larutan Urea kemudian larutan Urea
dikumpulkan di bagian bawah FA301 sebagai level control. Larutan Urea 96%wt
kemudian dikirim ke Granulator (MA601) di Unit Granulasi dengan Urea Feed
Pump (GA301-A/B). UF85 ditambahkan ke larutan Urea 96%wt pada suction
GA301-A/B dengan tujuan:
- Meningkatkan crushing strength produkUrea
- Mencegah pembentukan debu di unitGranulasi
Air yang teruapkan bersama dengan sejumlah kecil ammonia dan debu
Urea dimasukkan ke First Surface Condenser (EA501) di Unit Process
Condensate Treatment. Larutan Carbamate dan campuran Ammonia dan gas
DA501 sebagai pressure control DA502. Proses kondensat bebas dari urea
diekstrak dari bagian bawah seksi secondary stripping dan dimasukkan ke
Preheater Urea Hydrolyzer sebagai recovery panas untuk memanaskan umpan
proses kondensat, kemudian memasuki seksi lower DA501 dimana residual
ammonia dan CO2yang terbentuk dengan reaksi hidrolisis urea di DA502 secara
sempurna di-stripping dibawah 1 ppm dengan LP steam yang diinjeksikan
kedalam bagian bawah DA501.
Clean process condensate yang masih tersisa di bagian bawah DA501
ditransfer ke Unit Granulasi untuk recovery panas dengan Treated Process
Condensate Pump(GA507-A/B). Clean process condensate setelah bertukar panas
di Unit Granulasi kembali ke EA504 untuk bertukar panas dengan feed process
condensate. Clean process condensate meninggalkan EA504 didinginkan kembali
hingga temperature 50oC di Process Condensate Cooler (EA508) lalu dipisah
menjadi dua aliran:
- Make-up Dust Scrubber (DA601) di Unit Dedusting danRecovery
- Return Process Condensate ke fasilitas water treatment di luar batterylimit.
4.2.2.1.6.c Unit Urea Hydrolizer
Larutan dari stage terbawah di bagian atas Process Condensate Stripper
(DA502) yang mengandung sekitar 1,1% wt urea dikirim ke Urea Hydrolyzer
(DA502) melalui Preheater for Urea Hydrolyzer (EA505) untuk menghidrolisis
Urea menjadi NH3 dan CO2 dengan reaksi:
NH2CONH2(g)+ H2O(g) 2NH3(g)+ CO2(g)
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, reaksi ini berlangsung pada
temperatur tinggi dan waktu tinggal yanglama. Dalam pabrik ini, kondisi
pengoperasian Urea Hydrolyzer (DA502) adalah 210oC di bawah tekanan 23
kg/cm2G di bagian bawah dan waktu tinggal 50 menit untuk menghilangkan
kandungan urea hingga lebih rendah dari 1 ppm berat.
4.2.2.2 Unit Granulasi
4.2.2.2.1 Unit Granulasi
Gambar 4.13 menunjukan proses granulasi Urea dari lisensi TOYO yang
digunakan
di Pabrik 5.
ii. Oversize
iii. ProductSize
iv. UnderSize
1 Nitrogen 46%wtmin.
2 Biuret 0.9%wtmax.
3 Moisture 0.3%wtmax.
4 Fe 1 ppm wtmax
1 mm ~2m: 4 %wtmax.
>4.76mm: 1 %wtmax.
disediakan untuk menampung debu urea, karena JD602 tidak dipasang pada
bangunan granulasi utama tetapi di bagian pengantongan. Line discharge GB606
dihubungkan ke line dischargeGB604.Udara yang mengandung debu urea dari
MA601, EC601, EC602-A/B dan GB604/606 di-scrub di Dust Scrubber (DA601),
dimana sebagian besar debu urea dihilangkan secara counter-current berkontak
dengan 45%wt larutan urea di Packed Bed Dust Scrubber (FD602). Circulation
Pump Dust Scrubber (GA602-A/B) bersirkulasi pada jumlah yang cukup sehingga
larutan urea dapat membasahi packed bed.
Dua tingkat demisting pad, Demister Dust Scrubber (Lower) (FD604) dan
Demister DustScrubber(Upper) (FD603), dipasang diatas packed bed. Lower
demister secara kontinyu dicuci dengan clean process condensate yang
menangkap debu urea halus yang keluar packed bed dan kabut larutan urea
yangdi-spray.
Upper demister menangkap debu urea halus dan kabut yang lolos dari
lower demister sampai turun kurang dari 30 mg/Nm3. Akhirnya, udara
dikeluarkan ke atmosfer dengan Induce Fan Dust Scrubber (GB603) melalui Vent
Stack (BI601).
Clean process condensate yang diolah dari unit Process Condensate
Treatment dibuat untuk mengatur konsentrasi scrubbing larutan urea. Larutan
Urea pada DA601 ditampung di bagian bawah pit dan ditransfer ke FA601 dengan
GA602-A/B. Larutan urea pada FA601 kemudian dikirim ke Urea Solution Tank
(FA201) pada Unit Purifikasi untuk recovery.
4.2.2.2 Sistem Steam dan Steam Condensate
Lima tingkat steam diutilisasi di unit urea, yaitu 80 kg/cm2G, 46 kg/ cm2G,
21 kg/cm2G, 5 kg/ cm2G (saturated), dan 2.5 kg/cm2G (saturated). Steam
bertekanan 80 kg/ cm2G, temperatur 480oC disuplai dari luar Battery limit, OEP
dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin kompresor CO2(GT101) yang bertipe
extraction-admission-condensing turbine. Steamexhaust dari FT101
mengkondensasi di Turbine Condenser (EA105). Kondensat turbin (steam
kondensat dari EA105) ditampung dalam pot EA105 sebagai level control lalu
dikirim ke luar battery limit dengan Return Condensate Pump(GA107-A/B).
dan return berturut-turut adalah 32,5oC dan 42,5oC. Semua alat penukar panas
lainnya didinginkan dengan sweet cooling water yang disuplai dari luar battery
limit (Fasilitas Utility). Pada sistem cooling water, temperatur supply dan return
berturut-turut adalah 36oC dan 45,6oC.
Beberapa pendingin proses diatur secara seri untuk didinginkan dengan
dua tingkat temperature cooling water, fresh cooling water dengan tempeartur
36oC dan secondary cooling water pada temperature 41,5 sampai 43oC,
berdasarkan pada kebutuhan temperatur pendingin.
DAFTAR PUSTAKA
Tugas Khusus:
EVALUASI DAN METODE PEMBERSIHAN FOULING pada MEMBRAN
UF dan SWRO
UNIT UTILITY PABRIK-5
(21 Juli 2016 - 02 September 2016)
Disusun Oleh:
Kadek Aditya Palaguna Sidi (1331010078)
Brendayani Anggun Leksono (1331010087)
Page i
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan air untuk keperluan hidup manusia maupun untuk keperluan
proses aktivitas industry, semakin lama semakin meningkat sejalan dengan
meningkatnya populasi penduduk dan juga berkembangnya bisnis industry
tersebut. Peningkatan kebutuhan akan air dapat dilihat dari dua hal, dimana
satu sama lain saling berkaitan, yaitu sisi kuantitas dan kualitas. Dari sisi
kuantitas, jumlah air relatif tidak berubah dari waktu ke waktu. Namun dari
sisi kualitas, ada kecenderungan terjadinya penurunan kualitas air
dikarenakan beberapa persoalan lingkungan yang sedang dihadapi saat ini,
seperti hujan asam yang semakin bertambah, kekeringan, perubahan iklim,
rusaknya lapisan ozon, pencemaran laut, limbah dan polusi.
Permasalahan-permasalahan tersebut berujung pada suplai ketersediaan air
untuk berbagai keperluan, sebagai contoh kebutuhan air sebagai bahan baku
pembuatan steam dalam produksi suatu industri yang semakin lama semakin
meningkat sejalan dengan berkembangnya industry tersebut. Penggunaan air
tanah sebagai salah satu sumber air untuk keperluan industri sudah mulai
diperketat ijin pemanfaatannya dengan alasan issue lingkungan serta dampak
yang ditimbulkan dikemudian hari. Salah satu dampak dari peningkatan
pemanfaatan air bawah tanah adalah lambat laun akan menyebabkan
penurunan muka air tanah dan terjadi amblasan tanah. Begitu pula suplai air
berasal dari sungai, danau dan waduk untuk kehidupan hidup, juga mengalami
penurunan kualitas sebagai dampak dari pencemaran air yang sedang terjadi.
Satu-satunya sumber suplai air yang masih dan tetap melimpah yaitu air laut.
Namun pada pengolahan air laut menjadi air tawar atau yang dikenal dengan
desalinasi ini membutuhkan proses pengolahan yang membutuhkan suatu
teknologi proses, dimana sejalan dengan berjalannya waktu, teknologi proses
pengolahan air laut juga semakin berkembang.
Hingga saat ini, terdapat dua teknologi utama yang umum digunakan
untuk sebuah proses desalinasi. Dua teknologi tersebut adalah Desalinasi
Thermal dan Desalinasi Reverse Osmosis (RO). Pabrik 5 PT. Pupuk
Kalimantan Timur menggunakan Desalinasi Reverse Osmosis (RO) pada unit
utility dan merupakan satu-satunya pabrik dalam PT. Pupuk Kalimantan
Timur yang menggunakan sistem Desalinasi Reverse Osmosis (RO).
Membrane RO sendiri harus dilindungi dari fouling yang berasal dari
suspended solid atau pertumbuhan biota, untuk melindungi dari fouling, maka
digunakanlah pretreatment dengan metode pengontrolan kerak (Scalling),
kontrol sumbatan (plugging), kontrol koloid (Colloid Fouling), kontrol
chemical fouling, serta kontrol biofouling. Kelemahan pada proses desalinasi
dengan menggunakan membran adalah pada penggunaan dan pemilihan
membran yang tepat dan terjadinya fouling dan polarisasi konsentrasi serta
umur membran. Oleh karena itu, pada kesempatan kerja praktik ini, kami
Page ii
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
1.3 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan tugas khusus ini antara lain:
1. Mengevaluasi kinerjadan effisiensi pada unit desalinasi Reverse Osmosis
2. Dapat memberikan rekomendasi berdasarkan hasil evaluasi
Page iii
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Desalinasi
(Mulder,
1990)
Gambar 2.1 skema pemisahan membrane
Page iv
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
Makromolekul
ΔE Elektrodialisis
ΔP Reverse Osmosis,Nanofiltrasi,
Ultrafiltrasi, Mikrofiltrasi
ΔT Distilasi membran
Page v
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
Page vi
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
Modul terdiri atas membran, struktur penahan tekanan, inlet feed, outlet permeate
dan outlet rententate.
Modul
Umpan
Permeate
Page vii
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
3. Spiral Wound
Desain modul ini menyerupai susunan sandwich yang terdiri dari beberapa
membran datar (flat sheet),spacer, dan material berpori yang dililitkan
mengelilingi suatu saluran pengumpul permeate (permeate collecting tube).
Larutan umpan mengalir aksial sepanjang modul dalam celah yang terbentuk
antara spacerdan membran atau masuk pada permukaan silindris dari elemen dan
keluar secara aksial.
4.Hollow Fiber
Modul hollow fiber merupakan konfigurasi modul yang memiliki packing density
paling tinggi yaitu sekitar 1000 – 10000 m 2 /m 3 . Modul ini terdiri dari susunan
serat yang sangat halus yang disusun menjadi suatu bundel dalam suatu shell
silindris, dimana dalam satu bundel terdapat 5-10000 serat. Diameter luar serat
berada dalam kisaran 80-200µm dengan ketebalan dinding 20µm.
Page viii
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
Modul hollow fiber dapat dioperasikan dengan aliran umpan kedalam serat
(inside-out) atau aliran umpan dari luar serat (outside-in). Pada umumnya
dioperasikan dengan aliran umpan kedalam serat dengan permeate mengalir
secara radikal keluar melalui dinding serat (inside-out), dan hal ini memungkinkan
alat untuk dioperasikan pada tekanan lintas membran yang lebih tinggi karena
membran jenis MF dan UF memiliki stabilitas struktural yang tinggi.
Page ix
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
Gambar 2.8 Desain sistem :(a) Sistem Dead-End, (b) Sistem Cross-flow
(Wenten, 2001)
a. Sistem Dead-End
Pada sistem operasi ini, arah aliran umpan yang digunakan tegak lurus terhadap
membran. Sistem ini memiliki kelemahan karena sangat cepat sekali
mengakibatkan fouling yang sangat tinggi, karena arah aliran yang demikian dapat
mengakibatkan terbentuknya lapisan cake dipermukaan membran pada sisi
Page x
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
b. Sistem Cross-Flow
Sistem ini merupakan metode penyaringan yang berkembang dengan pesat untuk
saat ini dalam aplikasi dimana sistem dead-end tidak sesuai untuk diterapkan :
untuk filtrasi partikel yang sangat halus dan filtrasi suspensi encer tanpa
penambahan flokulan atau filter-aid, dalam kasus dimana dibutuhkan filtrat
dengan kemurnian tinggi, ketika recovery solid tidak terlalu dibutuhkan. Pada
sistem ini, umpan dialirkan dengan arah aksial (sejajar) dengan permukaan
membran. Karena arah aliran tersebut, mengakibatkan terbentuknya cake yang
terjadi sangat lambat karena tersapu oleh gaya geser yang disebabkan oleh aliran
cross-flow. Pada setiap operasi dengan menggunakan sistem ini, kecepatan aliran
umpan sangat menentukan besarnya perpindahan massa dalam modul. Effisiensi
pembersihan oleh cairan yang dialirkan meningkat dengan bertambahnya
kecepatan.
Kelemahan proses Ultrafiltrasi
Kelemahan pada proses ultrafiltrasi adalah :
a. Fouling
Salah satu masalah besar yang sering terjadi pada masalah ultrafiltrasi, khususnya
ultrafiltrasi dengan umpan multi komponen, adalah fouling. Fouling adalah suatu
fenomena yang disebabkan oleh deposisi dan akumulasi secara irreversible dari
partikel – partikel submikron pada permukaan membran dan atau kristalisasi serta
presipitasi dari partikel – partikel yang berukuran kecil pada permukaan atau di
dalam membran – membran itu sendiri.
Page xi
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
Page xii
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
Gambar 2.10 (a) Complete pore blocking (b) Intermediet pore blocking (c)
Internal pore blocking (d) Cake filtration
( Sumber : I. G. Wenten, 2001 )
Salah satu parameter yang dijadikan patokan untuk mengetahui kondisi membran
apakah dalam kondisi bersih atau kotor adalah dengan melihat nilai Trans-
Membrane Pressure (TMP). Parameter ini menunjukkan nilai perbedaan tekanan
antara sisi air umpan (feed) dengan sisi produk (permeate). Semakin naik nilai
Page xiii
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
Batasan maksimal nilai TMP untuk membrane UF ini adalah 2,0 kg/cm 2, artinya
jika sudah diatas nilai tersebut, membrane harus dilakukan program backwash dan
cleaning.
Page xiv
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
(Gambar 2.10c). Untuk melewatkan air melalui membran, tekanan yang diberikan
harus lebih besar dari tekanan osmotik (tekanan osmotik air laut sekitar 25 bar).
Water Recovery Rate
Pada sistem RO, kita perlu memonitor secara rutin untuk memastikan sistem
membran bekerja dengan baik. Salah satu parameter untuk mengukurnya dengan
menghitung tingkat pemulihan air (water recovery rate), dengan rumus sebagai
berikut:
Semakin tinggi persentase tingkat pemulihan (recovery rate) maka semakin kecil
konsentrasi air yang keluar membran (semakin murni pada permeate), hal ini
dapat juga disebabkan garam-garam terlarut mengendap dan meningkat
konsentrasinya diatas permukaan membran. Sistem membran RO untuk SWRO
biasanya didesign memiliki tingkat pemulihan 45%.
Berbeda dengan istilah Fouling, dimana merupakan jenis endapan berasal dari
senyawa organik di alam meliputi lumpur/pasir, tanah liat, zat-zat yang termasuk
dalam ukuran koloid (colloidal & suspended matter), oksida metal, manganese
(Mn), aluminium, biological growth (bakteri, alga/ganggang), Sulphide dan
sulphur.
Fouling yang disebabkan oleh alga dan bakteri biasanya terjadi pada air umpan
yang berasal dari air permukaan. Bakteri akan menempel dan tumbuh diatas
permukaan membran dan membentuk biofilm membentuk bioufuling yang dapat
menyebabkan problem dalam pengoperasian membran RO.
Page xv
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
Fabrikator - Hyflux
Jumlah Train Ea 4
Page xvi
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
Fabrikator - Toray
Jumlah Train Ea 2
Jumlah Pressure Ea 28
Vessel/Train
Recovery Rate % 45
Page xvii
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
Fabrikator - Toray
Jumlah Train Ea 2
Jumlah Pressure Ea 9
Vessel/Train
Page xviii
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
BAB III
METODOLOGI
Page xix
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Page xx
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
Page xxi
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
scale mineral, sedangkan cleaning dengan pH tinggi (pH sekitar 11-12) untuk
menghilangkan foulants seperti mikroorganisme dan senyawa organik. Secara
umum untuk pH rendah digunakan chemical berikut ini; Citric Acid pada pH 4
untuk menghilangkan iron, garam garam calcium carbonate, calcium sulfate,
barium sulfate. Hydrochloric Acid (0,2%) untuk menghilangkan iron, manganese,
garam inorganic, koloid inorganik. Ascorbic Acid (Vitamin C) sangat efective
untuk penghilangan Besi dan Mangan. Chemical cleaning dilakukan dengan
metode sirkulasi larutan kimia pada membran, dengan flushing menggunakan air
sebelum dan sesudah proses chemical cleaning. Selama proses chemical cleaning,
fouling akan larut atau terlepas dan terbawa larutan kimia. Perlu dicatat bahwa
sifat membran RO akan mengalami penurunan performa setelah bertahun-tahun,
dan hal ini harus diperhitungkan ketika mengevaluasi keberhasilan dari prosedur
cleaning, selain parameter pressure drop membran (ΔP> 1,5 kg/cm2) dan Flow
produk < design.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Trans-Membrane Pressure (TMP) pada membran UF Salah satu parameter yang
dijadikan patokan untuk mengetahui kondisi membran apakah dalam kondisi
bersih atau kotor. Batasan maksimal nilai TMP adalah 1,4 kg/cm2.
2. Pada sistem RO, kita perlu memonitor secara rutin untuk memastikan sistem
membran bekerja dengan baik. Salah satu parameter untuk mengukurnya dengan
menghitung tingkat pemulihan air (water recovery rate), yaitu pada SWRO 45%.
V.2 Saran
1. Pada membran UF agar selalu memperhatikan parameter seperti pressure , TMP,
kandungan Cl2 dan flow produk, melakukan cleaning secara tepat waktu dan tepat
sasaran sesuai prosedur.
2. Pada membran RO agar selalu memperhatikan parameter seperti pressure, flow
produk , recovery rate, ORP dan kandungan Cl2.
Page xxii
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
DAFTAR PUSTAKA
Cheryan M.. 1986. Ultrafiltration Handbook. Technomic Publishing Co. Inc.
Lancaster.
Redjeki S, 2004. Kajian Perlakuan Awal desalinasi air laut dengan proses
Mikrofiltrasi. Seminar Nasional Teknik Kimia”Kejuangan” 2004,
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri UPN
“Veteran”Yogyakarta.
Simon G.P., (1986). “Desalination”, 59, August.
Departemen Teknik Kimia ITB. 2006. Desalinasi Air Payau dengan Membran
Reverse Osmosis (RO) Tekanan Rendah. http://library.its.ac.id.
Page xxiii
Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi Pabrik-5
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
LAMPIRAN
Rumus perhitungan Trans-Membrane Pressure (TMP) :
Page xxiv