Anda di halaman 1dari 132

Laporan Kerja Praktek

PT. Pusri Sriwidjaja Palembang


Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman

untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukn tanaman sehuingga mampu

berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan oraganik ataupun

non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen tambahan. Pupuk

mengandung bahan baku pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara

suplemen seperti hormon tumbuhan membantu melancar proses metabolisme.

Kemajuan teknologi dan persaingan dunia kerja yang tinggi merupakan

tantangan yang harus dihadapi semua pihak industri. Perubahan serta

perkembangan yang dicapai menuntut industri serta praktisi yang ada didalamnya.

Tujuannya untuk menghadapi kemajuan yang ada. Sumber daya manusia yang

berkualitas diperlukan demi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era

persaingan bebas, diharapkan peran dunia pendidikan yang dapat memberikan

sumbangan pemikiran dan karya nyata dalam membangun bangsa dan negara.

Untuk itu diperukan tenaga kerja yang professional yang siap menghadapi

perkembangan dan persaingan global.

Kerja praktek merupakan salah satu sarana bagi mahasiswa Teknik Kimia

untuk mengetahui penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi teknik kimia

dilapangan. Tujuan dari kerja praktek ini ialah untuk menyelaraskan aplikasi

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 1
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

dengan keilmuan dibidang teknik kimia. Pemahaman proses dan operasi yang

terjadi di pabrik merupakan hal penting untuk menambah wawasan mahasiswa

tentang industri. Oleh karena itu mahasiswa membutuhkan suatu kegiatan

keilmuan yang bersifat praktis. Melalui kerja prakteak ini diharapkan mampu

menyerap pengetahuan dan dapat membandingkannya dengan ilmu pengetahuan

yang didapat di bangku kuiah. Mahasiswa diharapkan dapat memecahkan masalah

yang ada melalui tugas khusus. Selain itu mahasiswa diharapkan memiliki

kemampuan yang cukup untuk terjun dibidang profesi sesuai dengan pendidikan

yang didapat dibangku kuliah. Dengan landasan diatas maka kerja perlu dilakukan

di PT. Pupuk Sriwidjaja palembang.

PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang merupakan salah satu pusat penerampilan

ilmu dan disiplin teknik kimia dalam hal teknologi, dan memliki pengaruh yang

besar bagi perkembangan pembangunan nasional. PT. Pupuk Sriwidjaja

Palembang merupakan salah satu penghasil pupuk terbesar di Indonesia yang

tentunya dapat memberikan banyak masukan dan informasi keilmuan yang

menyangkut proses kimia dalam pembuatan pupuk.

1.2 Tujuan Umum Kerja Praktek

Kerja praktek merupakan salah satu matakuliah wajib yang harus

dilaksanakan seluruh mahasiswa Teknik Kimia Universitas Ahmad Dahlan

sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Jurusan Teknik Kimia

Universitas Ahmad Dahlan, yang bertujuan untuk :

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 2
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

1. Memenuhi persyaratan kurikulum Jurusan Teknik Kimia Universitas

Ahmad Dahlan untuk memperoleh gelar sarjana Strata-1 (S1).

2. Mengenal dan memperoleh wawasan dibidang teknologi, terutama

dibidang proses produksi pupuk urea, ammonia, dan utilitas.

3. Mendapatkan pengalaman langsung dan aplikatif dilapangan mengenai

Unit IIB di proses produksi ammonia dan pupuk urea di PT. Pupuk

Sriwidjaja Palembang.

4. Mengetahui manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang

diterapkan oleh PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang.

5. Meningkatkan kerja sama yang baik dan saling menguntungkan antara

pihak universitas dengan pihak industri untuk meningkatkan kualitas

mahasiswa sebagai tuntutan era globalisasi.

1.3 Tujuan Khusus Kerja Praktek

Alat yang menjadi tugas khusus dari kerja praktek adalah Vacuum

Concentrator yang ada pada Seksi konsentrasi, tujuan khususnya yaitu:

1. Untuk mengetahui aliran masuk dan keluar dari alat tersebut.

2. Untuk mengetahui nilai dari Neraca Massa dan Neraca Panas.


3. Untuk mengetahui nilai Heat Capacity pada setiap komponen yang

ada di aliran input dan output pada Vacuum Concentrator.


4. Untuk mengetahui nilai effisiensi panas dari alat tersebut.

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 3
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

BAB II

2 MATERI LAPORAN

A. UMUM

2.1 Latar Belakang Perusahaan

Pendirian pabrik pupuk di Indonesia ini dilatar belakangi oleh adanya

kesadaran bahwa Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumber

daya alam dan tenaga kerja yang melimpah, sehingga sektor pertanian merupakan

prioritas utama yang mendapat perhatian dari pemerintah. Di sisi lain, laju

pertumbuhan penduduk yang terus meningkat mengakibatkan adanya peningkatan

kebutuhan pangan masyarakat. Hal ini harus diikuti dengan usaha peningkatan

produksi melalui intensifikasi dan ekstensifikasi di sektor pertanian serta

pembangunan pabrik pupuk kimia.

Perencanaan pembangunan pabrik pupuk kimia dipercayakan kepada Biro

Perancang Negara (BPN), yang berada langsung di bawah Perdana Menteri Ir.

Juanda dengan Mr. Ali Budiarjo dan Prof. Otong Kosasih, masing-masing sebagai

Direktur Jendral (Dirjen) dan Wakil Dirjen BPN untuk membuat rancangan

proyek pupuk urea yang kemudian dimasukkan dalam Rancangan Pembangunan

Lima Tahun Pertama (1956-1960).

Diperlukan modal yang besar untuk membangun pabrik besar ini. Untuk

keperluan tersebut, melalui Bank Bumi Daya, Pemerintah Republik Indonesia

telah memberikan pinjaman yang bersifat jangka panjang dan sebagian lainnya

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 4
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

diperoleh dari beberapa lembaga keuangan Internasional, termasuk pinjaman dari

beberapa negara tetangga.

Berdasarkan hasil studi kelayakan oleh Gass, Bell & Associates dari

Amerika, pada tahun 1957 direncanakan pembangunan pabrik pupuk urea dengan

kapasitas 100.000 ton per tahun di Sumatera Selatan. Kelayakan tersebut

ditunjang oleh keadaan geografis Sumatera Selatan yang memiliki kekayaan gas

bumi sebagai bahan baku utama dalam jumlah yang cukup besar. Sungai Musi

yang tidak pernah kering sepanjang tahun juga merupakan salah satu faktor positif

untuk proses pembuatan urea dan pengangkutannya. Di samping itu, tambang

Bukit Asam yang tidak jauh dari kota Palembang banyak mengandung batubara

dan dapat dijadikan sebagai cadangan bahan baku yang sangat potensial

seandainya persediaan gas bumi sudah menipis.

Pada bulan Desember 1959 diumumkan dalam Lembaran Berita Negara

Republik Indonesia No. 46 tanggal 7 Juni 1960 berdirilah PT Pupuk Sriwidjaja

sebagai Proyek Pupuk Urea dengan Presiden Direkturnya Ir. Ibrahim Zahier.

Tahun 1963 pabrik pupuk ini mulai beroperasi. Proyek tersebut dikenal sebagai

pabrik pupuk pertama di Indonesia.

2.2 Sejarah Perusahaan

PT. Pupuk Sriwidjaja (PT PUSRI) Palembang merupakan perusahaan yang

berbentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Perencanaan pembangunan

pabrik pupuk kimia dipercayakan kepada Biro Perencanaan Negara (BPN), yang

berada langsung dibawah Perdana Menteri Ir. Juanda sebagai Dirjen BPN untuk

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 5
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

membuat rancangan pupuk urea. PT PUSRI didirikan pada tanggal 24 Desember

1959 dengan akte notaris Eliza Pondaag dan diumumkan pada lembaran negara RI

No. 46 tanggal 17 Juni 1960. Nama “PT Pupuk Sriwidjaja” merupakan gagasan

Prof. Ir. Otong Kosasih dan Ir. Rachaman Subandi yang bertujuan untuk

mengabadikan sejarah kejayaan Kerajaan Sriwijaya di Palembang.

Keseluruhan saham PT PUSRI dimiliki oleh Pemerintah Republik

Indonesia. Dalam hal ini, sebagai pemegang sahamnya ialah dipegang oleh

menteri penerangan dan menteri perindustrian sebagai kuasa pemegang saham.

Pembangunan pabrik yang dilakukan oleh Gas Bell and Association Morrison

Knudsen of Asia Inc (AS) memakan waktu selama kurang lebih dua tahun dan

pabrik mulai berproduksi pada tanggal 16 oktober 1963 dengan kapasitas

terpasang sebesar 100.000 ton urea/tahun atau 300 ton urea per hari dan 59.400

ton ammonia per tahun atau 180 ton ammonia per hari. Pada tanggal 4 Juli 1964,

Wakil Perdana Menteri I Chairul Saleh atas nama Presiden Republik Indonesia

meresmikan PT PUSRI sebagai pabrik pupuk pertama di Indonesia.

Pada tahun 1964 produksi telah mencapai 100,4 % dari target yang

ditetapkan. Sedangkan mengingat semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat

akan pupuk, pada tahun 1965 PT. PUSRI mengambil keputusan untuk

memperluas pabrik melalui penandatanganan perjanjian kerjasama antara

Departemen Perindustrian dengan perusahaan Engineering Toyo Menko Jepang,

namun rencana tersebut mengalami kegagalan akibat kejadian G30S/PKI. Pada

tahun 1972 mulai didirikan pabrik baru yang disebut PUSRI II dengan kapasitas

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 6
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

produksi 380.000 ton urea per tahun atau 1.150 ton per hari dan 660 ton ammonia

per hari. Pembangunan pabrik PUSRI II dikerjakan oleh kontraktor dari Amerika

Serikat, MV Kellog Overseas Corporation, dan dari Jepang, Toyo Engineering

Corporation. Pembangunannya selesai pada tahun 1974. Karena kebutuhan yang

terus meningkat, maka pada tahun 1975 PUSRI III dan IV didirikan dengan

kapasitas produksi masing-masing 570.000 ton urea per tahun atau 1.725 ton urea

per hari dan ammonia 1000 ton per hari.

Selama beroperai kurang dari 22 tahun, tepatnya pada tahun 1985 pabrik

PUSRI I dihentikan operasinya karena dinilai tidak efisien lagi. Sebagai

penggantinya didirikan pabrik PUSRI IB pada tahun 1990 dengan kapasitas

terpasang sebesar 570.000 ton urea per tahun atau 1.725 ton urea per hari dan

1.350 ton ammonia per hari. Sedangkan PUSRI II digantikan dengan PUSRI IIB

yang baru beroperasi bulan Januari tahun 2017, dengan target produksi urea lebih

dari 100% tiap harinya atau dengan kapasitas total per tahun yaitu sebesar 928.000

ton. Dengan demikian kapasitas terpasang PT PUSRI menjadi 3,018 juta ton per

tahun.

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 7
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Gambar 2.1. Bagan Holding Pupuk Indonesia

Tabel 2.1 Periode Pembangunan dan Perkembangan PT. PUSRI

Pabrik Periode Pelaksana Awal Produksi Kapasitas

Pembanguna Konstruksi Konstruks Pertama

n i
PUSR 1961-1963 Morrison Oktober 16 Oktober Amonia 180

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 8
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

II Knudsen of 1961 1963 ton/hari

Asia Inc. Urea 300

(AS) ton/hari
PUSR 1972-1974 Kellog 7 6 Agustus Amonia 660

I II Overseas Desember 1974 ton/hari

Corp. (AS) 1972 Urea 1.150

Toyo ton/hari

Engineerin

g Corp.

(Japan)
PUSR 1975-1976 Kellog 21 Mei Desember Amonia 1.000

I III Overseas 1975 1976 ton/hari

Corp. (AS) Urea 1.725

Toyo ton/hari

Engineerin

g Corp.

(Japan)
PUSR 1975-1977 Kellog 25 Oktober Amonia 1000

I IV Overseas Oktober 1977 ton/hari

Corp. (AS) 1975 Urea 1.725

Toyo ton/hari

Engineerin

g Corp.

(Japan)

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 9
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

1990-1992 PT. Agustus Desember Amonia 1.350


PUSR
Rekayasa 1990 1994 ton/hari
I IB
Industri Urea 1.725

(Indonesia) ton/hari
PUSR 2013-2014 PT. 8 April November Amonia 2000

I IIB Rekayasa 2013 2016 ton/hari

Industri Urea 2750

(Indonesia) ton/hari

Toyo

Engineerin

g Corp.

(Japan)
Sumber: PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang

2.3 Visi, Misi, dan Etos Kerja Perusahaan

Pada tahun 2012, Pusri melakukan review terhadap Visi, Misi, Nilai, dan

Budaya Perusahaan. Proses review ini merupakan penyesuaian atas perubahan

posisi perusahaan sebagai anak perusahaan dari PT Pupuk Indonesia (Persero) dan

lingkup lingkungan bisnis perusahaan pasca spinoff.

Dasar pengesahan hasil analisa Visi, Misi, Tata Nilai dan Makna

perusahaan adalah Surat Keputusan Direksi No. SK/DIR/207/2012 tanggal 11 Juni

2012.

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 10
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Visi :

"Menjadi Perusahaan Pupuk Terkemuka Tingkat Regional"

Misi :

"Memproduksi serta memasarkan pupuk dan produk agribisnis secara efisien,

berkualitas prima dan memuaskan pelanggan"

Tata Nilai :

1. Integrasi

2. Profesional

3. Fokus dan pelanggan

4. Loyalitas

5. Baik sangka

Makna :

“PUSRI untuk Kemandirian Pangan dan Kehidupan Yang Lebih Baik”

2.4 Lambang dan Makna PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang

Berikut ini logo PT. PUSRI Palembang :

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 11
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Gambar 2.2. Lambang PT. PUSRI Palembang

Makna yang tersirat dalam logo tersebut adalah sebagai berikut:

1. Lambang Pusri yang berbentuk huruf "U" melambangkan singkatan

"Urea". Lambang ini telah terdaftar di Ditjen Haki Dep. Kehakiman &

HAM No. 021391.

2. Setangkai padi dengan jumlah butiran 24 melambangkan tanggal akte

pendirian PT Pusri.

3. Butiran-butiran urea berwarna putih sejumlah 12, melambangkan bulan

Desember pendirian PT Pusri.

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 12
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

4. Setangkai kapas yang mekar dari kelopaknya. Butir kapas yang mekar

berjumlah 5 buah Kelopak yang pecah berbentuk 9 retakan ini,

melambangkan angka 59 sebagai tahun pendirian PT Pusri (1959).

5. Perahu Kajang, merupakan legenda rakyat dan ciri khas kota Palembang

yang terletak di tepian Sungai Musi. Perahu Kajang juga diangkat sebagai

merk dagang PT Pupuk Sriwidjaja.

6. Kuncup teratai yang akan mekar, merupakan imajinasi pencipta akan

prospek perusahaan dimasa datang.

7. Komposisi warna lambang kuning dan biru benhur dengan dibatasi garis-

garis hitam tipis (untuk lebih menjelaskan gambar) yang melambangkan

keagungan, kebebasan cita-cita, serta kesuburan, ketenangan, dan

ketabahan dalam mengejar dan mewujudkan cita-cita itu.

2.5 Lokasi Pabrik

Letak geografis provinsi Sumatra Selatan yang memiliki sumber daya alam

berupa gas alam sebagai bahan baku pembuatan pupuk urea menjadi salah satu

faktor penting mengapa PT. PUSRI Palembang didirikan di Provinsi ini. Hasil

studi kelayakan oleh konsultan Gas dan Bell Association dari Amerika Serikat

pada tahun 1959 merekomendasikan pembangunan pabrik pupuk urea di kota

Palembang tepatnya ditepi sungai Musi di daerah Sungai Selayur sekitar 7

kilometer dari pusat Palembang.

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 13
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Keadaan air sungai Musi yang tidak pernah surut sepanjang tahun

merupakan slaah satu faktor penunjang utama bahan baku pembuatan steam dan

keperluan utilitas serta transportasi hasil produksi. Pabrik pupuk ini juga

berdekatan lokasinya dengan operasi pertambangan dan perkilangan minyak bumi

Pertamina dan PT. Stanvac, sehingga bahan baku mudah diperoleh, distribusi hasil

produksi mudah diangkut dengan adanya pelabuhan dan sarana lain yang

menunjang pengangkutan. Pabrik PT. PUSRI Palembang dibangun diatas area

seluas kurang lebih 21 ha dan lokasi perumahan karyawan serta sarana lainnya

seluas kurang lebih 27 ha.

2.6 Pemasaran Produk

Sistem alur distribusi pupuk PT Pupuk Sriwidjaja Palembang sesuai

Permendag No. 21/2008&07/2009 ditunjukkan pada Gambar 2.5. berikut :

Gambar 2.3. Sistem Distribusi Pupuk Nasional

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 14
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Sejak tahun 1979 pemerintah telah menunjuk PT PUSRI sebagai

penanggungjawab tunggal (Holding Company) dalam penyaluran dan pengadaan

pupuk bersubsidi dari semua produsen pupuk produksi dalam negeri (urea, TSP,

ZA) maupun pupuk impor (KCl) untuk memenuhi kebutuhan program

intensifikasi pertanian melalui surat keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi

No. 56/KP/II/1979 sehingga PT PUSRI bertanggung jawab dalam memasarkan

dan mendistribusikan berbagai jenis pupuk hingga sampai di tangan petani. Untuk

dapat memenuhi kewajibannya tersebut PT PUSRI memiliki sistem distribusi,

baik untuk tata niaga pupuk produksi dalam negeri maupun pupuk untuk di impor.

Sarana distribusi dan pemasaran yang dimiliki PT PUSRI, yaitu :

1) Satu buah kapal amonia MV. Sultan Machmud Badarudin II.

2) Tujuh buah kapal pengangkut pupuk curah dan satu unit kapal sewa

berdaya muat masing–masing 66.500 ton, yaitu MV. Pusri Indonesia, MV.

Abusamah, MV. Sumantri Brojonegoro, MV. Mochtar Prabunegara, MV.

Julianto Mulio Diharjo, MV. Ibrahim Zahier dan MV. Otong Kosasih.

3) Empat unit pengantongan pupuk di Belawan, Cilacap, Surabaya, dan

Banyuwangi serta 1 UPP (Unit Pengantongan Pupuk) sewa di Semarang.

4) 595 buah gerbong kereta api.

5) 107 unit gudang persediaan pupuk dan 261 unit gudang sewa.

6) 25 unit pemasaran PUSRI daerah (PPD) di ibukota provinsi.

7) 180 kantor pemasaran PUSRI Kabupaten (PPK) di ibukota kabupaten.

Empat unit kantor perwakilan PUSRI di produsen pupuk, yaitu:

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 15
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

1) PT Pupuk Kujang

2) PT Petrokimia Gresik

3) PT Pupuk Iskandar Muda

4) PT Pupuk Kalimantan Timur

Dalam melaksanakan penyaluran/pemasaran pupuk dibantu oleh badan

usaha lain yang dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok penyalur yaitu:

1) KUD Penyalur untuk sektor pangan

2) BUMN untuk sektor perkebunan

3) Swasta untuk sektor perkebunan

Penyaluran Pupuk Urea Bersubsidi PT Pupuk Sriwidjaja untuk wilayah

Indonesia mengikuti Rayon wilayah yang ditunjukkan pada Gambar 2.6.

Gambar 2.4. Rayonisasi Penyaluran Pupuk Urea Bersubsidi

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 16
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

2.7 Struktur Organisasi dan Sistem Manajemen PT. Pupuk Sriwidjaja

Palembang

Suatu perusahaan akan memerlukan struktur organisasi yang baik untuk

mencapai efisiensi kerja yang tinggi disertai dengan berkembangnya peranan dan

tanggung jawab perusahaan tersebut. Struktur organisasi ini akan menentukan

kelancaran aktivitas perusahaan sehari-hari dalam memperoleh keuntungan dan

produktivitas yang maksimal sehingga tercapai produksi yang berkelanjutan.

PT. PUSRI Palembang menggunakan sistem organisasi yang dalam

pengelolaannya berdasarkan sistem Line dan Staff Organization dengan bentuk

perusahaannya berupa Perseroan Terbatas (PT). Sistem ini bekerja dengan modal

pengelolaan pabrik berasal dari pemerintah. Proses manajemen berdasarkan Total

Quality Control Management yang melibatkan seluruh pimpinan dan karyawan

dalam rangka peningkatan mutu secara kontinyu.

Kedudukan tertinggi dalam struktur organisasi yang ada di PT. PUSRI

Palembang adalah dewan komisaris. Dewan komisaris memiliki tugas berupa

memberikan pembinaan dan pengawasan terhadap kelangsungan manajemen

maupun operasional pada suatu perusahaan. Tugas operasional dapat sesuai

dengan surat keputusan direksi, yaitu No.SK/DIR/251/2009, tanggal 24

November 2009, yang dilaksanakan oleh dewan-dewan direksi yang terdiri dari

Direktur Utama yang membawahi lima orang direktur, yaitu:

1) Direktur Keuangan

2) Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 17
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

3) Direktur Produksi

4) Direktur Teknik & Pengembangan

5) Direktur Komersil

Tetapi terjadi suatu perubahan pada struktur organisasi di PT. PUSRI

Palembang yang menuju penyempurnaan pada awal tahun 2011. Prinsip utama

penyempurnaan organisasi tersebut adalah untuk menuju suatu pembentukan

organisasi PT. PUSRI yang ramping, efisien, serta fleksibel. Struktur Organisasi

Perusahaan ini yang disampaikan pada tanggal 1 Januari 2011, dalam SK Direksi.

Struktur organisasi utama pada PT PUSRI Palembang yang dilaksanakan oleh

dewan direksi yang dapat dilihat pada Gambar 2.7 dibawah ini.

Sejak tahun 2011, terjadi penggabungan antara Direktur Keuangan dan

Direktur Pemasaran yang digabung menjadi Direktur Komersil. Jadi, sekarang ini

direktur utama hanya membawahi empat orang direktur, yaitu:

1) Direktur Produksi

2) Direktur Keuangan dan pemasaran

3) Direktur Teknik dan Pengembangan

4) Direktur SDM dan Umum

Penjenjangan karyawan yang ada di dalam perusahaan didasarkan kepada

tingkat pendidikan, keahlian dan pengalaman. Berdasarkan jabatan dalam struktur

organisasi, karyawan yang bekerja pada PT. PUSRI Palembang dapat

dikelompokkan sebagai berikut

1) Direksi

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 18
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

2) General Manager

3) Manager

4) Superintendent

5) Asisten Superintendent

6) Foreman senior

7) Foreman

8) Operator Lapangan

Dalam pengoperasian pabrik, direktorat yang berhubungan dengan proses

atau melaksanakan tugas operasional adalah direktorat produksi. Direktur

Produksi merupakan salah satu komponen penting dalam perusahaan karena

bertanggung jawab terhadap kelangsungan proses produksi PT PUSRI Palembang.

Direktur produksi membawahi kompartemen operasi, yaitu :

1) Manager Operasi PUSRI IB

2) Manager Operasi PUSRI IIB

3) Manager Operasi PUSRI III

4) Manager Operasi PUSRI IV

5) Manager Operasi Teknik Produksi

6) Kepala PU&A

Departemen Operasi PUSRI IB, PUSRI IIB, PUSRI III dan PUSRI IV

bertugas mengkoordinir jalannya kegiatan produksi pada setiap pabrik. Setiap

pabrik dipimpin oleh seorang Manager Operasi yang membawahi 3 bagian

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 19
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

operasi yang tiap – tiap bagian itu dikepalai oleh seorang Superintendent. Bagian

itu antara lain:

1) Bagian Utilitas

2) Bagian Amoniak

3) Bagian Urea

Untuk promosi kejenjang yang lebih tinggi maupun untuk kenaikan

tingkat golongan, maka setiap tahun diadakan penilaian karyawan yang meliputi

loyalitas, dedikasi, pengetahuan, keterampilan, tingkah laku, pergaulan sesama

karyawan dan produktivitas kerja. Kenaikan jabatan terjadi apabila formasi yang

kosong dan sistemnya dari bawah keatas, sedangkan untuk mutasi jabatan

dilakukan pada posisi sejajar. Jam kerja normal bagi karyawan non shift adalah :

1) Senin – Kamis : Pukul 07.30 - 12.00 WIB dan

Pukul 13.00 - 16.30 WIB

Istirahat pukul 12.00 - 13.00 WIB

2) Jumat : Pukul 07.30 - 11.30 WIB dan

Pukul 13.00 - 17.00 WIB

Istirahat pukul 11.30 - 13.00 WIB

Dalam pengoperasian pabrik, direktorat yang berhubungan dengan proses

atau melaksanakan tugas operasional adalah direktorat produksi. Direktur

produksi membawahi beberapa divisi, yaitu :

1) Divisi operasi

2) Divisi pengendalian pabrik, keselamatan kerja, dan lingkungan

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 20
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

3) Divisi pemeliharaan

1) Divisi Operasi

Divisi ini bertanggung jawab terhadap jalannya produksi. Tugas-tugas

utama Divisi Operasi, yaitu:

1) Mengoperasikan sarana produksi secara optimal dengan

mengusahakan waktu operasi dan faktor produksi setinggi-tingginya

dengan tetap memperhatikan keselamatan peralatan, personalia dan

lingkungan.

2) Menjaga kualitas produksi, bahan baku, material, dan peralatan

serta bahan-bahan penunjang sehingga sasaran produksi tercapai dengan

tolak ukur kualitas, produktivitas, dan keamanan, dan

3) Mengganti peralatan pabrik yang pemakaiannya sudah tidak tidak

ekonomis. Divisi ini membawahi beberapa departemen sebagai berikut :

a. Departemen Operasi IB, mengkoordinasikan beroperasinya PUSRI-IB.

b. Departemen Operasi IIB, mengkoordinasikan beroperasinya PUSRI IIB.

c. Departemen Operasi III, mengkoordinasikan beroperasinya PUSRI III.

d. Departemen Operasi IV, mengkoordinasikan beroperasinya PUSRI IV.

e. Departemen Operasi, Pengantongan dan Angkutan

Manajer Pabrik setiap departemen bertanggung jawab terhadap

operasional pabrik secara keseluruhan, sehingga untuk memudahkan pelaksanaan

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 21
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

tugas operasional, masing-masing Manajer Pabrik dibantu oleh 3 orang

superintendent, yaitu :

1) Superintendent Utilitas dan Asistennya

2) Superintendent Amoniak dan Asistennya

3) Superintendent Urea dan Asistennya.

Selain itu, masing-masing plant manajer produksi juga dibantu

pelaksanaan tugasnya oleh Kepala Seksi, Shift Supervisor, Kepala Regu,

karyawan, dan operator. Shift-supervisor bertugas mengkoordinasi kegiatan di

lapangan antar unit kerja pabrik, mengawasi kerja operator untuk setiap shift, dan

sekaligus sebagai penanggung jawab operasional pabrik pada jam kerja di luar

day shift. Sedangkan, operator bertugas mengoperasikan pabrik pada setiap bagian

(amonia, urea, atau utilitas).

Operator ini terdiri dari operator senior yang bertugas di control panel

room dan operator lapangan. Operator-operator tersebut bekerja sesuai shift yang

telah dijadwalkan dan diketuai oleh seorang Kepala Seksi. Selain itu, untuk setiap

shift dibantu oleh seorang Kepala Regu. Khusus operator lapangan dikoordinir

oleh seorang Koordinator Lapangan. Setiap shift bekerja selama delapan jam

dengan pembagian jam kerja sebagai berikut.

1) Day shift : 07.00 – 15.00

2) Swing shift : 15.00 – 23.00

3) Night shift : 23.00 – 07.00

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 22
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Dalam satu siklus kerja, terdapat 4 regu operator (pegawai shift) dengan 3

regu bertugas dan 1 regu libur secara bergantian. Pada Day Shift, Superintendent

bertanggungjawab atas operasi pabrik, dan untuk Swing Shift dan Night Shift yang

bertanggung jawab adalah shift foreman, kecuali untuk hal-hal yang sangat

penting, kembali kepada Superintendent masing-masing.

2) Divisi Teknologi

Divisi ini bertugas untuk mengontrol jalannya operasi pabrik,

memerhatikan keselamatan kerja dan lingkungan. Selain itu, divisi ini juga

memiliki wewenang dalam menetapkan peraturan-peraturan kerja yang

berhubungan dengan operasional pabrik serta bertanggungjawab dalam

pengawasannya. Divisi ini membawahi beberapa departemen sebagai berikut :

a) Departemen perencanaan dan pengendalian produksi

b) Departemen laboratorium

c) Departemen K3 dan LH

d) Departemen Inspeksi Teknik

a) Departemen Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Departemen ini bertugas untuk memberikan saran, masukan kepada unit

terkait dengan cara melakukan suatu analisis atau evaluasi yang akurat terhadap

suatu persoalan yang diberikan atau inisiatif sendiri, agar dapat dijadikan bahan

pertimbangan dalam mengambil keputusan dan atau melaksanakan tugas

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 23
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

operasional sehari-hari. Departemen ini dipimpin oleh seorang manajer serta

terdiri dari beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari process engineer dan

dipimpin oleh seorang koordinator. Berikut ini merupakan penjelasan masing-

masing kelompok beserta tugasnya :

1) Kelompok Teknik Proses I

Kelompok ini bertugas untuk melakukan evaluasi terhadap efisiensi kerja

pabrik, serta mengendalikan kualitas bahan baku pembantu untuk

operasional pabrik yang dikepalai oleh koordinator Teknik Proses-I.

Bagian ini bertugas untuk melaksanakan, menganalisa, memeriksa

kelayakan dan menyarakan perbaikan pada kerusakan peralatan rotating

dan no-rotating di pabrik P-1B, P-II, dan ASP atau CO2 plant untuk

jaminan kelangsungan beroperasinya pabrik sesuai dengan standar dan

kode yang berlaku.

2) Kelompok Teknik Proses II

Bagian ini bertugas untuk melaksanakan, menganalisa, memeriksa

kelayakan dan memberikan rekomendasi perbaikan pada peralatan non

rotating di pabrik P-III, P-IV, dan unit pengantongan untuk menjamin

kelangsungan beroperasinya pabrik sesuai dengan standar dan mode yang

berlaku.

Masing-masing kelompok beranggotakan process engineer yang

bertanggung jawab terhadap proses dalam pabrik yang ditanganinya.

Lebih rinci lagi, Kelompok Teknik Proses-I dan II mempunyai beberapa

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 24
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

tugas utama, yaitu memonitor dan mengevaluasi kondisi operasi pabrik,

mengendalikan dan mengevaluasi kualitas dan kuantitas hasil-hasil

produksi, serta merencanakan Turn Around pabrik, dengan memberikan

rekomendasi penggantian katalis, resin, dan bahan sejenis.

3) Kelompok PPP (Pelapor Perencanaan Produksi)

Kelompok ini bertanggung jawab terhadap beberapa hal, yakni pelaporan

hasil produksi urea dan ammonia, jumlah pemakaian bahan baku dan

bahan penunjang lainnya, serta penyusunan RKAP.

4) Kelompok PMP (Perencanaan Material Proses)

Kelompok ini bertugas untuk menjamin ketersediaan bahan kimia, katalis,

dan bahan isian lainnya baik were house stock maupun yang akan dibeli

secara langsung guna mendukung reliability dan sustainability operasional

pabrik.

b) Departemen Laboratorium

Laboratorium bertugas dalam analisa control hingga pengawasan mutu

bahan baku, bahan pendukung dan hasil-hasil produksi pabrik. Departemen ini

terbagi menjadi tiga orang kepala bagian yaitu, kepala bagian laboratorium kimia

analisa, kepala bagian laboratorium kontrol, serta kepala bagian laboratorium

penunjang sarana.

c) Departemen K3 dan LH

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 25
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Departemen ini terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu bagian

pengendalian pencemaran, bagian pengendalian lingkungan hidup, bagian

penanggulangan kebakaran dan kecelakaan kerja, bagian teknik keselamatan

kerja, serta bagian hygiene dan pemeriksaan kesehatan.

3) Divisi Pemeliharaan

Divisi ini bertanggung jawab dalam memliharan dan merawat peralatan

pabrik, serta kendaraan yang berhubungan dengan operasional. Divis ini dikepalai

oleh seorang general manager dengan beberapa departemen yaitu departemen

pemeliharaan mekanikal, departemen pemeliharaan listrik dan instrument,

departemen perbengkelan dan umum, dan departemen rendal pemeliharaan.

2.8 Peraturan Kerja Perusahaan

Peraturan-peraturan kerja di PT PUSRI dibuat dan diawasi

pelaksanaannya oleh Dinas Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau biasa disingkat

Dinas K3. Peraturan yang dikeluarkan oleh dinas ini sebenarnya cenderung lebih

mengikat kepada para pekerja yang secara langsung berkaitan dengan pabrik,

namun dalam beberapa hal seperti prosedur penanggulangan keadaan darurat yang

melibatkan seluruh elemen PT PUSRI, peraturan-peraturan tersebut secara

otomatis juga berlaku kepada karyawan non-pabrik, bahkan kepada masyarakat

luar yang ada di lingkungan PT PUSRI.

Berdirinya Departemen K3 dan LH tidak lepas dari tujuan agar tercapai

kondisi zero accident selama berlangsungnya proses produksi. Dalam hal yang

berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja, terdapat :

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 26
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

1) Bagian PK & KK (Penanggulangan Kebakaran dan Kecelakaan Kerja),

2) Bagian Hyperkes (Hygiene Perusahaan dan Kesehatan), dan

3) Bagian Teknik Keselamatan Kerja.

Secara keseluruhan tugas bagian-bagian ini, antara lain :

a) Mengawasi pelaksanaan peraturan K3 di perusahaan,

b) Memberikan pelatihan K3, baik yang bersifat wajib maupun tambahan.

Pelatihan ini dapat dilakukan secara in-house training maupun dilakukan

diluar lingkungan PT PUSRI, yaitu prosedur standar pemadaman api,

c) Melakukan penanggulangan kebakaran dan kecelakaan kerja,

d) Melakukan pemantauan lingkungan kerja. Contohnya, pada lingkungan

sekitar kompresor, temperatur suatu area tertentu, atau tingkat kebisingan

yang ada. Kegiatan ini juga meliputi identifikasi masalah yang mungkin

timbul untuk kemudian dianalisa dan dicarikan jalan keluarnya (saran-

saran kerja),

e) Melakukan investigasi bila terjadi kebakaran atau kecelakaan sehingga

dinas ini dapat memberikan rekomendasi kepada bagian terkait

berdasarkan hasil investigasi tadi.

f) Pembuatan prosedur-prosedur keselamatan kerja, baik yang merupakan

hasil identifikasi di lapangan maupun hasil pengamatan di pelatihan-

pelatihan.

Dalam hal K3, para karyawan baru juga mendapatkan fasilitas dari

perusahaan berupa asuransi kecelakaan, peralatan pelindung diri, pelatihan, dan

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 27
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

pengarahan sebagaimana yang telah diterangkan di atas. Pelaksanaan kegiatan di

atas selain untuk kebaikan karyawan dan PT PUSRI sendiri, juga untuk mematuhi

peraturan pemerintah, yaitu UU No. 1 tahun 1970 tentang ketenaga kerjaan,

bahwasanya setiap pekerja wajib mengetahui bahaya yang ada. Berikut ini adalah

beberapa hasil kerja Departemen K3 dan LH, antara lain:

a) Pemanfaatan bahan B3 di lingkungan PT PUSRI harus disertai dengan

pemahaman MSDS (Material Safety Data Sheet) oleh pekerja-pekerja

yang pemahaman MSDS berkepentingan,

b) Prosedur latihan untuk penanggulangan keadaan darurat besar dan darurat

kecil (klasifikasinya didasarkan kepada keputusan direktur utama atau

penjabat tertinggi ketika kejadian berlangsung). Pelatihan penanggulangan

untuk keadaan darurat besar dilaksanakan secara rutin 2 tahun sekali,

c) Pada tahun 2000, untuk beberapa bahan kimia berbahaya dibuat prosedur

penanganan yang telah disesuaikan dengan kondisi pabrik PT PUSRI,

d) Pengukuran debu dan emisi kebisingan pada beberapa tempat, sehingga

dapat dibuat batas waktu kerja bagi operator lapangan pada area yang

bersangkutan untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada alat

pernafasan dan pendengaran,

e) Memberikan rekomendasi berupa engineering control seperti modifikasi

alat dan administratif control berupa batasan waktu kerja di unit PPU

(Pengantongan Pupuk Urea) karena adanya indikasi pekerja di unit

tersebut sebagian besar mengidap radang paru-paru,

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 28
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

f) Melakukan improvisasi prosedur, pelatihan, dan identifikasi bahaya yang

mungkin timbul sejak dini dibawah kelompok safety engineering.

BAB III

3 Uraian Proses

3.1 Urea

Pabrik Urea Pusri II-B didesian untuk memproduksi urea prill sebesar 2750

MTPD dengan kualitas yang ditentukan dengan berbasis bahan baku NH3

dan CO2 yang dikirim dari Unit Amoniak yang dijelaskan dalam Basic

Engineering Design Data (BEDD).

Unit Pabrik Urea terdiri dari 7 (tujuh) seksi dan prosesnya secara detil akan

dijelaskan sebagai berikut :

 Seksi kompresi CO2 dan NH3


 Seksi sintesa
 Seksi purifikasi
 Seksi konsentrasi
 Seksi prilling
 Seksi recovery
 Seksi prosess condensate treatment
- Sistem Vacuum Generation
- Sistem process condensate treatment

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 29
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Gambar 3.1. Block Diagram Pabrik Urea Pusri-IIB

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 30
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

3.1.1 Unit Sintesa

3.1.1.1 Seksi kompresi CO2 dan NH3

Urea dihasilkan dari NH3 dan CO2 yang dikirim dari Pabrik Amoniak.

Pada seksi ini bahan baku dinaikan tekanannya sebelum memasuki ke Seksi

Sintesa.

3.1.1.2 Kompresi NH3

Amoniak liquid dengan tekanan maksimun 20 kg/cm2 dan temperatur 38


o
C diperoleh dari Ammonia Reservoir (FA-104) dengan tekanan 18 kg/cm2,

kemudian dinaikan tekanannya menjadi 25 kg/cm2 dengan menggunakan Boots-

up Pump (GA-103 A,B).apabila tekanan di Ammonia Reservoir turun dibawah

setting tekanan, maka N2 Compressor (GB-701) akan start secara otomatis untuk

mempertahankan tekanannya dengan mengalirkan gas N2 ke dalam FA-104.

Amoniak liquid kemudian dinaikan tekanannya menjadi 200 kg/cm 2G

dengan menggunaka Ammonia Feed Pump (GA-101A,B) dan dipanaskan sampai

suhu 73 0C pada Ammonia Preheater No.1 (EA-102) dengan steam kondensate

tekanan rendah (SLC) dan kemudian dinaikan suhunya sampai 138 0C pada

Ammonia Preheater No.2 (EA-103) dengan steam tekanan rendah (SL),

selanjutnya dikirim ke Seksi Sintesa. Amoniak liquid dari GA-101A,B direcycle

ke FA-104 apabila diperlukan untuk mempertahankan flow suction melebihi dari

minimun flow pump. Recyle liquid amoniak tersebut didinginkan menjadi 38 0C di

Ammonia Bypass Cooler (EA-104) dengan menggunkan cooling water untuk

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 31
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

menghindari kenaikan temperatur yang berlebih selama pengoperasian kick back

GA-101A,B.

3.1.1.3 Kompresi CO2

Pada proses kompresi CO2 ini dilakukan kenaikan tekanan dari 0,72

kg/cm2 sampai 160 kg/cm2 dengan proses 4 stage menggunakan Compressor tipe

centrifugal dengan dua casing.

Gas CO2 dengan tekanan minimum 0,72 kg/cm2 (disuction CO2

Compressor) dan maksimum temperatur 38 0C, dari pabrik Amoniak dialirkan ke

First Stage Suction Separator for CO2 Compressor (FA-111) untuk memisahkan

kondensate yang terkandung dalam CO2. Gas CO2 yang bebas dari kondesnsat

kemudian masuk ke suction CO2 Compressor (GB-101). Air yang terkondensasi

dipisahkan di Second Stage Suction Separator untuk CO 2 Compressor (FA-112).

Udara pasivasi ditambahkan ke dalam aliran gas CO2 untuk mengikat kandungan

Hydrogen (H2) yang ada di dalam CO2 dan untuk mempertahankan agar tidak

terjadi korosi berlanjut pada compressor.

Gas CO2 yang keluar dari stage kedua dialirkan ke Dehydrogen Column

(DC-151). Untuk menghilangkan kandungan hidrogen dengan reaksi pembakaran

di DC-151 menggunakan katalis Platinum dan Paladium, dengan reaksi

pembakaran sebagai berikut:

2H2 + O2  2H2O (1)

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 32
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Reaksi pembakaran ini dilakukan untuk mencegah terjadinya ledakan di

Pabrik Urea, yang diakibatkan oleh kadungan hidrogen sebanyak

0.8%vol(maksimum) pada gas CO2 dari Pabrik Ammonia.

Dari reaksi pembakaran diatas diperlukan satu mol Oksigen (O 2) per dua

mol hidrogen (H2) serta ditambahkan aliran udara pasivasi yang dialiri ke suction

stage kedua, agar CO2 mengandung 0.5%vol O2 setelah dehidrogenasi di DC-151.

Reaksi pembakaran yang terjadi adalah eksotermis, sehingga temperatur gas CO 2

meningkat sekitar 40 oC pada outlet DC-151 dan tergantung dari kandungan di

dalam gas CO2 inlet.

Gas CO2 yang keluar dari discharge stage ketiga didinginkan menjadi 50
o
C dengan cooling water di Second Stage Intercooler for Compressor (EA-113).

Sebagian besar air yang terbentuk dari reaksi pembakaran hidrogen terkondensasi

di EA-112 dan dipisahkan di Third Stage Suction Separator for CO2 Compressor

(FA-113). Gas CO2 yang keluar dari FA-113 kemudian masuk ke suction stage

ketiga GB-101. Gas CO2 yang keluar dari discharge stage ketiga didinginkan

menjadi 50 oC dengan cooling water di Third Stage Intecooler for Compressor

(EA-113). Termperatur CO2 yang masuk ke stage keempat harus dikontrol untuk

menghindari liquifaksi atau air yang membeku di GB-101. Air yang terkondensasi

di EA-113 dipisahkan di Fourth Stage Suction Separator for CO 2 Compressor

(FA-114). Gas CO2 kemudian masuk ke suction keempat GV-101. Di stage

keempat GB-101, tekanan CO2 dinaikkan ke 160 kg/cm2 untuk dikirim ke Seksi

Sintesa.

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 33
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

3.1.2 Seksi Sintesa

Seksi sintesa ini terjadinya pembentukan urea dengan reaksi Amonia

liquid dengan gas CO2 yang disuplai dari Pabrik Amoniak dan larutan recyle

carbamate yang disuplai dari Seksi Recovery. Peralatan utama digunakan diseksi

ini yaitu Reactor (DC-101), Stripper (DA-101) dan Carbamate Condenser (EA-

101) dengan proses yang disebut “Urea Synthesis Loop”. Di operasikan pada

tekanan 155 kg/cm2G.

Larutan carbamate pekat yang terbentuk dikirim ke Carbamate Feed Pump

(GA-102A,B) dari Carbamate Boost up Pump (GA-401A,B) di seksi Recovery

dinaikan tekanannya sampai 160 kg/cm2G kemudian dikirim ke bagian top EA-

101.

Amoniak liquid dengan tekanan 200 kg/cm2G dan temperatur 138 oC dari

Ammonia Preheater No.2 (EA-103) di Seksi Kompresi dikirim ke HP Carbamate

Ejector (EE-101). Di (EE-101) akan memisahkan larutan urea-carbamate dari EA-

101. Campuran antara larutan urea-carbamate dan amoniak liquid yang keluar

dari EE-101 dan kemudian masuk ke Reactor (DC-101). Sebagian gas CO 2

(sekitar 18% dari total CO 2 yang masuk ke Seksi Sintesa) dari CO 2 Compressor

(GB-101) di Seksi Kompresi CO 2 dan NH3 disuplai ke Reactor (DC-101)

bersama dengan udara pasivasi dan kemudian akan menghasilkan panas untuk

menaikkan temperatur Reactor sampai 182 – 184 oC sehingga terjadi dehidrasi

ammonium carbamate menjadi urea sebagaimana reaksi berikut:

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 34
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

2NH3 + CO2   NH4COONH2 +157.5 kJ (2)

(ammonium carbamate)

NH4COONH2  NH2CONH2 + H2 O -26.4 kJ (3)

(urea)

Reaksi dari persamaan ke(2) adalah pembentukan ammonium carbamate

dari NH3 dan CO2 di Reaktor (DC-101) dengan konversi 100% dan reaksinya

sangat cepat atau sangat eksotermis. Sedangkan reaksi dari persamaan ke(3)

merupakan dehidrasi ammonium carbamate membentuk urea, dengan reaksinya

yang sangat lambat atau sedikit endotermis, di batasi oleh kesetimbangan kimia.

Pada EA-101 sebesar 46% dari CO2 (dalam bentuk carbamate fase liquid)

di dalam campuran amonia-urea-carbamate telah terkonversi menjadi urea, oleh

karena itu di Reactor (DC-101) harus terjadi proses dehidrasi ammonium

carbamate lebih lanjut sebagai secondary reactor untuk membentuk urea dengan

temperatur yang lebih tinggi (182 – 184 oC) dan NH3/CO2 sebesar 3.7. DC-101

adalah reactor jenis vertical bubble column dengan lima baffle plate. Kelebihan

free amoniak beraksi dengan CO 2 membentuk ammonium carbamate dan

menghasilkan panas reaksi untuk menaikkan temperatur yang selanjutnya

memicu dehidrasi ammonium carbamate menjadi urea dimana campuran

amoniak-urea-carbamate akan mengalir secara perlahan keatas bersama dengan

gelembung gas CO2 dari bottom ke top DC-101. Sehingga di dapatkan konversi

CO2 menjadi urea yang tinggi di keluarkan reaktor sebesar 62 – 63%.

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 35
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Larutan sintesa urea keluar dari top DC-101 masuk ke top DA-101, dan

dari bagian bottom DA-101 dialiri gas CO 2 (sekitar 82% dari total gas CO 2 yang

masuk ke seksi sintesa) bersama udara pasivasi dari stage keempat GB-101. DA-

101 merupakan exchanger shell and tube vertikal yang didesain khusus. Fraksi

uap dipisahkan di bagian top DA-101, kemudian larutan sintesa urea yang

mengandung urea, amoniak, carbamate dan air dialiri secara merata ke setiap

tube, dan mengalir ke bagian bawah membentuk lapisan film tipis di bagian

dinding tube, kontak secara counter current dengan gas CO 2 yang mengalir ke

arah atas tube.

Ammonium carbamate yang tidak bereaksi didekomposisi menjadi NH 3

dan CO2 pada temperatur tinggi. . Kondensasi dari steam saturated 20 kg/cm 2G

Saturation Drum (FA-101) pada permukaan outer tube di sisi shell memberikan

suplai panas untuk mendekomposisi ammonium carbamate di sisi dalam tube.

Amoniak dan CO2 yang terdekomposisi berubah menjadi fase gas dengan

stripping media gas CO2. Sebagian besar ammonium carbamate dan ekses

amoniak yang terkandung dalam larutan sintesa urea didekomposisi dan

dipisahkan di DA-101, sehingga menghasilkan larutan urea dengan kandungan

urea 49.3 %wt, amoniak 12.9 %wt dan CO 2 12.7 %wt. Kinerja stripping bisa

dikontrol dengan mengatur tekanan FA-101. Gas hasil stripping dikirim ke

bagian bottom EA-101. Larutan urea yang sudah distrip terkumpul di bottom

DA-101 untuk mengontrol level dan dikirim ke Seksi Purifikasi.

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 36
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

EA-101 terdiri dari dua bagian utama, bagian reaksi kondensasi dan

bagian scrubber di sisi top. Packed bed terdapat pada bagian scrubber untuk

menyerap gas amoniak dan CO2 yang tidak terkondensasi dari bagian reaksi

kondensasi ke dalam larutan carbamate yang dialirkan dari GA-102 ke top

packed bed. Overhead gas dari top Scrubber dikirim ke HP Absorber (EA-401) di

Seksi Recovery untuk proses recovery gas amoniak dan CO 2. Sebagian kecil

overhead gas EA-101 dikirim ke HP Decomposer di Seksi Purifikasi untuk

memanfaatkan oksigen di dalam overhead gas sebagai udara pasivasi untuk DA-

201. Larutan carbamate setelah menyerap NH 3 dan CO2 yang tidak terkondensasi

di packed bed, kemudian keluar dari bottom bagian reaksi kondensasi melalui

pipa vertical di dalam EA-101 secara gravitasi.

Bagian reaksi kondensasi dilengkapi dengan vertical u-tube bundle dan

sembilan baffle plate. Pada bagian reaksi kondensasi yang beroperasi pada

temperatur 180 – 182 oC, campuran gas NH3 dan CO2 dari DA-101 mengalir ke

bottom sisi shell dan kontak dengan larutan carbamate yang meninggalkan

bagian scrubber untuk membentuk ammonium carbamate (eq. 2) dan kemudian

ammonium carbamate terdehidrasi menghasilkan urea (eq. 3). Sekitar 46% dari

CO2 terkonversi menjadi urea melalui ammonium carbamate sebagai produk

intermediate sepanjang aliran menuju ke bagaian atas shell side, dan akhirnya

larutan urea-carbamate turun melalui saluran overflow ke DC-101 melalui EE-

101 setelah gas amoniak, CO2 dan inert yang tidak terkondensasi terpisah.

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 37
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Boiler water disirkulasikan dengan Steam Condensat Circulation Pump

(GA-109A,B) di sisi tube, dimana panas reaksi dari pembentukan ammonium

carbamate di sisi shell dimanfaatkan untuk menghasilkan steam tekanan 5.0

kg/cm2G. Produk steam tekanan rendah bersama dengan uap air dari sirkulasi

dikirim ke Steam Drum (FA-102) dimana steam jenuh (saturated) 5.0 kg/cm 2G

dipisahkan dari boiler water.

3.1.3 Seksi Purifikasi

Larutan urea dari bottom stripper (DA-101) yang mengandung 49%wt

urea, 12.9%wt amoniak dan 12.7%wt CO 2 diolah di Seksi Purifikasi,

mendekomposisi dan memisahkan larutan urea yang megandung ammonium

carbamate dan ekses amoniak dengan cara memanaskan dan menurunkan

tekanannya. Pada outlet Flash Separator (FA-205) larutan urea dimurnikan

menjadi 67%wt dengan residual NH3 sebesar 0,5%wt yang kemudian dikirim ke

Seksi Konsentrasi.

Larutan urea dari DA-101 diturunkan tekanannya dari 155kg/cm 2G ke

16.5 kg/cm2G dan dialirkan kebagian top HP Decomposer (DA-201) yang

beroperasi pada tekanan 16.5 kg/cm 2G. DA-201 merupakan special heat

exchanger tipe vertical, dimana sisi shell dibagi menjadi bagian atas dan bagian

bawah. Di bagian top, gas hasil flash dipisahkan dan hanya fase liquid yang

mengandung urea, ekses amoniak, ammonium carbamate dan air dibagi secara

merata ke setiap tube dengan memasang swirl pada setiap tube end bagian atas,

sehingga aliran liquid membentuk film pada dinding dalam tube karena aliran

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 38
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

yang melingkar. Larutan urea kemudian mengalir ke bawah sebagai film tipis

pada dinding dalam tube, sambil dipanaskan dengan steam SL dan steam

kondensat middle pressure dari sisi luar tube. Ammonium carbamate yang tidak

bereaksi didekomposisi menjadi NH 3 dan CO2 dengan kebalikan reaksi dari eq.

(2). Kondensasi dari steam 4.5 kg/cm 2G di sisi shell bagian atas dan panas

sensible dari kondensat di bagian bawah menyuplai panas untuk dekomposisi

ammonium carbamate di sisi tube. Ammonium carbamate yang tidak bereaksi

dikomposisi menjadi NH3 dan CO2. Kondensasi dari steam 4.5 kg/cm2G di sisi

shell bagian atas dan panas sensible dari kondensat di bagian bawah menyuplai

panas untuk dekomposisi ammonium carbamate di sisi tube. Temperatur bottom

DA-201 dikontrol antara 152 – 153 oC untuk menekan pembentukan biuret.

Larutan urea kemudian dimurnikan menjadi 60 %wt konsentrasi urea, 8 %wt

amoniak dan 3 %wt CO2 dan terkmpul dibagian bottom untuk level control. Pada

top DA-201 off gas yang terdiri dari gas NH 3 dan CO2 dialiri kesisi shell bagian

bawah Heater of Vacuum Concentrator (EA-201(1/2)) di Seksi Konsentrasi.

Larutan urea diturunkan tekanannya menjadi 2.6 kg/cm 2G meninggalkan

bottom DA-201 kemudian dikirim ke LP Decomposer (DA-202) sehingga larutan

semakin murni dengan kandungan amoniak sebanyak 0.7 %wt. Kemudian larutan

urea mengalir ke bagian atas DA-202 dan sebagian besar residual ammonium

carbamate dan free amoniak didekomposisi dan dipisahkan melalui kontak

dengan vapor yang terdiri dari amoniak, CO 2 dan air. Panas yang

mendekomposisikan ammonium carbamate dan memisahkan larutan campuran

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 39
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

urea-amoniak-carbamate di bagian atas DA-202 disuplai dari kondensasi uap air

yang terkandung dalamcampuran gas yng dikirim dari Process Condensate

Stripper (DA-501) di Seksi Process Condensate Treatment. Larutan urea yang

lebih murni kemudian mengalir kebagian bawah haeater.

Di bagian heater, sisa ammonim carbamate didekomposisi secara termal

dan kemudian dipisahkan sebagai campuran gas amoniak dan CO 2, dengan

pemanas steam 4 kg/cm2G pada temperatur 135 – 138 oC. Campuran gas NH3 dan

CO2 dipisahkan pada bagian bottom heater dan mengalir ke bagian atas. Larutan

urea meninggalkan bagian pemanas dan masuk ke bagian packed bed dimana sisa

free amoniak distrip dengan gas CO 2 dari discharge stage pertama GB-101 di

Seksi Kompresi Amoniak dan CO 2. Kemudian larutan urea dimurnikan menjadi

64 %wt kandungan urea, 0.7 %wt amoniak dan 0.4 %wt CO 2 di bagian packed

bed dan dikumpulkan di bagian bottom DA-202 untuk level control.

Campuran gas amoniak dan CO 2 meninggalkan top DA-202 dikirim ke

LP Absorber (EA-402) di Seksi Recovery. Larutan urea yang meninggalkan

bottom DA-202 dikirim ke FA-202, dimana residual amoniak dan CO 2

dipisahkan lebih lanjut dengan adiabatic flash pada kondisi tekanan vakum. Uap

hasil flash dikirim ke Flash Gas Condenser (EA-506) di Seksi Process

Condensate Treatment dan larutan urea dikumpulkan di kompartemen kecil Urea

Solution Tank (FA-201) melalui pipa seal leg. Larutan urea yang mengandung 67

%wt urea dan 0.5 %wt amoniak selanjutnya dialirkan ke Seksi Konsentrasi

dengan Urea Solution Pump (GA-201A,B).

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 40
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

3.1.4 Seksi Konsentrasi

Larutan urea di Seksi Purifiakasi dipekatkan lagi menjadi 99.7 %wt

dengan evaporasi 2 tingkat dengan kondisi vacuum di Seksi Konsentrasi dan

selanjutnya dikirim ke Seksi Prilling. Pembentukan biuret dari urea di persamaan

reaksi ke(4) tidak dapat dihindari meskipun konsentrasi urea relatif tinggi dan

kandungan amoniak yang hampir tidak ada. Hal ini dapat ditekan dengan

membatasi waktu tinggal dan temperatur disistem dengan penguapan air pada

kondisi vacuum.

2NH2CONH2  NH2CONHCONH2 + NH3 (4)

(Urea) (Biuret)

Larutan urea dari Seksi Purifikasi dialirkan kebagian bottom Heater of

Vacuum Concentrator (EA-201), di operasikan pada tekanan 250 mmHgA dan

dipanaskan menjadi 132 oC untuk dipekatkan dari 67 %wt menjadi 96 %wt

dengan penguapan air pada kondisi vakum. Panas dari absorbsi di EA-201(1/2) di

suplai untuk menguapkan air dan kondensasi gas amoniak dan CO 2 dari HP

Decomposer (DA-201) dan panas kondensasi dari steam SL di sisi shell EA-201

(2/2). Larutan lean carbamate sebagai absorben dispray ke dalam aliran gas dari

DA-201 sebelum memasuki sisi shell EA-201 (1/2). Di sisi shell EA-201 (1/2),

gas amoniak dan CO2 diserap ke dalam larutan lean carbamate untuk membentuk

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 41
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

larutan carbamate sampai panas reaksi penyerapan setimbang dengan panas

penguapan air di sisi tube.

Larutan urea 96 %wt bersama dengan uap air keluar dari sisi tube EA-201

(2/2) dan masuk ke Vacuum Concentrator (FA-202) dimana nozzle inlet langsung

terhubung dengan outlet EA-201. Di FA-202, air yang menguap dipisahkan dari

larutan urea dan larutan urea dikumpulkan di bagian bottom FA-202. Larutan

carbamate dan campuran gas NH3 dan CO2 yang tidak terkondensasi keluar dari

bottom shell EA-201 (1/2) dan dikirim ke HP Absorber (EA-401) di Seksi

Recovery untuk pengolahan selanjutnya.

Larutan urea kemudian dialirkan ke Final Separator (FA-203) melalui

Final Concentrator (EA-202). Di EA-202, larutan urea dipekatkan lagi ke 99.7

%wt dengan temperatur 138 oC dan tekanan vakum 25 mmHgA. Uap air

dipisahkan dari larutan urea dan larutan urea dikumpulkan di bagian bottom FA-

203 untuk level control. Larutan urea 99.7 %wt kemudian dikirim ke Prilling

Tower (IA-301) di Seksi Prilling dengan Molten Urea Pump (GA-204A,B).

Air yang teruapkan bersama dengan sebagian kecil amoniak dan debu urea

dari FA-202 dan FA-203 dialirkan ke Surface Condenser di Seksi Process

Condensate Treatment.

Molten urea pekat dengan konsentrasi urea 99.7 %wt di Seksi Konsentrasi

dispray, didinginkan dan disolidifikasi untuk menghasilkan produk urea prill di

Prilling Tower.

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 42
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Prilling Tower didesain untuk mendapatkan ketinggian dan diameter yang

cukup untuk jatuh bebas bagi urea prill. Udara pendingin dihisap ke dalam tower

melalui bottom menuju top tower secara alami dan dengan induced draft.

Molten urea dengan konsentrasi 99.7 %wt termasuk biuret dijatuhkan

dalam Prilling Tower dalam bentuk tetesan dengan Prilling Device (FJ-301) dan

Prilling Basket (FJ-302A,B) menggunakan efek sentrifugal. Ketika jatuh di

dalam Prilling Tower, tetesan urea kontak dengan aliran udara ke atas,

didinginkan dan disolidifikasi sebelum mencapai bottom tower.

Urea prill dikumpulkan dengan Scrapper (JJ-301) dan dikirim ke gudang

urea sebagai produk melalui Belt Scale (JW-301) dimana urea ditimbang dan

ditransfer ke battere limit. Di luar battere limit Pabrik Urea, produk urea

ditransfer ke Product Cooler (EA-801) dimana produk urea didinginkan dengan

cooling water untuk menjaga temperatur produk akhir 42 oC.

Udara panas mengandung debu urea dan NH 3 dari Prilling Tower diolah

di Dust Scrubbing System yang berlokasi di top tower untuk memenuhi

persyaratan peraturan lingkungan. Terdapat spray nozzle dan packed bed untuk

menyerap udara yang mengandung impuritis tersebut. Kemudian udara akan

terbuang ke atmosfer melalui Induced Fan for Prilling Tower (GB-301A-G)

setelah air yang mengandung debu dari bagian scrubber dihilangkan dengan

demister.

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 43
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Urea di dalam udara panas dihilangkan dengan dikontakkan secara counter

current dengan larutan urea 20% di Packed Bed for Dust Recovery (FD-302).

Circulation Pump for Dust Recovery (GA-301A,B) mensirkulasikan larutan urea

dengan jumlah yang mencukupi untuk membasahi packed bed. Di atas packaged

bed, dipasang Demister for Dust Recovery (FD-303). Demister ini dicuci dengan

proses kondensat yang bersih sehingga dapat menangkap urea yang lewat melalui

packed bed.

Konsentrasi larutan urea yang sirkulasi dijaga sekitar 20 %wt dengan

mengatur jumlah air yang masuk. Overflow larutan urea dari Dust Chamber (FC-

301) dialirkan ke FA-201 melalui Dissolving Tank (FA-302).

Akhirnya emisi debu urea di udara yang keluar dari Prilling Tower adalah

50 mg/Nm3-udara atau kurang dari nilai ambang batas sesuai peraturan

lingkungan.

3.1.5 Seksi Recovery

Gas amoniak dan CO2 yang dipisahkan di Seksi Purifikasi diserap dan

direcover dengan dua level tekanan, yaitu penyerapan pada LP sistem 2.4

kg/cm2G dan penyerapan pada HP sistem 15.8 kg/cm 2G dengan proses kondensat

sebagai penyerap untuk dikembalikan ke Seksi Sintesa sebagai larutan

carbamate.

Overhead gas dari LP Decomposer (DA-202) Seksi Purifikasi dialirkan ke

bagian bottom sisi shell LP Absorber (EA-402), yaitu sebuah exchanger shell &

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 44
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

tube horizontal dan dioperasikan pada tekanan 2.4 kg/cm 2G dan temperatur 45
o
C. Proses kondensat dari bagian atas packed bed Washing Column (DA-401)

dialirkan ke bottom EA-402 sebagai penyerap NH 3 dan CO2. EA-402 didinginkan

dengan cooling water untuk menghilangkan panas penyerapan dan menjaga

temperatur pada 45 oC atau lebih rendah. Di EA-402, hampir semua amoniak dan

CO2 di dalam campuran gas diserap ke dalam proses kondensat sehingga menjadi

larutan lean carbamate. Larutan lean carbamate disuplai ke bagian bawah packed

bed DA-401 sebagai penyerap dengan HP Absorbent Pump (GA-402A,B). Gas

inert dengan sisa kandungan amoniak keluar dari top EA-402 ke Final Absorber

(DA-503) di Seksi Process Condensate Treatment untuk pengolahan selanjutnya.

Larutan carbamate dan campuran gas NH 3 dan CO2 dari bagian bottom

shell Evaporator (EA-201(1/2)) di Seksi Konsentrasi dialirkan ke bagian bottom

HP Absorber (EA-401) yang dioperasikan pada tekanan 15.8 kg/cm 2G dan

temperatur 106 oC. EA-401 merupakan exchanger shell & tube horizontal.

Larutan lean carbamate dari bottom DA-401 dialirkan ke bottom EA-401 melalui

No.2 HP Absorbent Pump (GA-404A,B). Tempered water disirkulasikan dengan

Tempered Water Pump (GA-405A,B) dalam loop tertutup dan temperatur

dikontrol dengan TCV yang dipasang pada Tempered Water Cooler (EA-403A,B)

mendinginkan EA-401 untuk menghilangkan panas penyerapan, menghindari

kristalisasi carbamate.

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 45
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Larutan carbamate pekat yang kemudian terbentuk di EA-401 dikirim ke

Carbamate Feed Pump (GA-102-A,B) di Seksi Sintesa dengan Carbamate Boost-

up Pump (GA-401A,B).

Campuran gas amoniak-CO2 yang tidak terkondensasi yang meninggalkan

top EA-401 dialirkan ke bottom DA-401 yang mempunyai coil pendingin di

bottom dan dua packed bed. Di bottom DA-401, sebagian amoniak dan sebagian

besar CO2 diserap ke dalam larutan lean carbamate yang dialirkan dari bagian

bawah packed bed. Panas penyerapan diambil dengan cooling water. Sebagian

dari larutan lean carbamate setelah menyerap amoniak dan CO 2 di bottom DA-

401, selanjutnya ditransfer ke EA-401 dan sisanya ditransfer ke EA-201(1/2) di

Seksi Konsentrasi sebagai penyerap dengan GA-404A,B. Amoniak yang tidak

terserap dan gas inert meninggalkan bagian bottom dan masuk ke packed bed

bagian bawah dimana larutan lean solution disuplai ke bagian atas dengan GA-

402A,B dan sejumlah besar amoniak terserap. Amoniak dan gas inert yang tidak

terserap meninggalkan packed bed bagian bawah dan masuk ke packed bed

bagian atas dimana proses kondensat dari Seksi Process Condensate Treatment

disuplai ke bagian top untuk menyerap amoniak lebih lanjut. Larutan lean

carbamate yang meninggalkan packed bed bagian atas dikumpulkan di tray

chimney dan dialirkan ke EA-402 setelah tekanannya diturunkan. Amoniak yang

tidak terserap dan gas inert yang keluar dari top DA-401 dibakar dengan

Continuous Flare (BJ-701).

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 46
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

3.1.6 Seksi Process Condensate Treatment

Uap air dari proses evaporasi selama pemekatan larutan urea di Seksi

Konsentrasi, dikondensasikan di Surface Condenser pada kondisi vakum bersama

dengan sedikit debu urea, gas NH 3 dan CO2 menjadi proses kondensat. Proses

kondensat kemudian dikirim ke Seksi Process Condensate Treatment dimana urea

dihidrolisa menjadi NH 3 dan CO2 kemudian NH3 dan CO2 tersebut distrip.

Kondensat setelah ditreatment (proses kondensat bersih) dikeluarkan dari seksi

ini sebagian dikirim ke Seksi Prilling sebagai air make-up dan sisanya

dikeluarkan dari battery limit Pabrik Urea.

Gas amoniak dan CO2 yang distrip dari proses kondensat direcycle ke

Seksi Purifikasi untuk recovery.

3.1.7 Sistem Vacuum Generation

Air yang teruapkan bersama dengan sisa amoniak, CO 2 dan debu urea dari

Final Separator (FA-203) di Seksi Konsentrasi masuk ke Surface Condenser for

Final Separator (EA-503) dengan Ejector for Final Separator (EE-201) dan

dikondensasikan pada tekanan -0.94 kg/cm2G dan temperatur 40 oC menjadi

proses kondensat. Proses kondensat dikumpulkan di Process Condensate Tank

(FA-501). Uap yang tidak terkondensasi akan mengalir ke First Surface

Condenser (EA-501) melalui First Ejector (EE-501).

Uap air yang lepas dari Flash Separator (FA-205) di Seksi Purifikasi

dialirkan ke Flash Gas Condenser (EA-506) dan dikondensasikan pada tekanan

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 47
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

-0.49 kg/cm2G dan temperatur 54 oC. Kondensat dikumpulkan di dalam FA-501

dan uap yang tidak terkondensasi akan mengalir ke EA-501.

Air yang menguap bersama dengan sisa amoniak, CO 2 dan debu urea dari

Vacuum Concentrator (FA-202) di Seksi Konsentrasi masuk ke EA-501 dan

dikondensasikan pada tekanan -0.71 kg/cm2G dan temperatur 45 oC menjadi

kondensat. Proses kondensat dikumpulkan di FA-501.

Tekanan dari uap air yang tidak terkondensasi dari EA-501 dinaikkan

dengan Second Ejector (EE-502) sehingga uap air yang masuk ke Second Surface

Condenser (EA-502) mengkondensasi pada tekanan 0.05 kg/cm2G dan temperatur

40 oC. Air yang terkondensasi ditampung di FA-501. Uap air yang tidak

terkondensasi bersama sisa gas amoniak dan gas inert meninggalkan EA-502 dan

dibakar di BJ-701 bersama dengan gas dari top Final Absorber (DA-503). DA-503

merupakan tower atmosferik dengan packed bed dan menerima off gas dari EA-

402 di Seksi Recovery dan venting gas dari tanki atmosfer pada bagian bawah,

dan proses kondensat dari Process Condensate Pump (GA-501A,B). Proses

kondensat menyerap amoniak di dalam uap air. Proses kondensat meninggalkan

packed bed DA-503 setelah amoniak yang tersebab dikumpulkan di bagian

bottom dan mengalir ke FA-501.

Kondensat dari EA-503 yang dikumpulkan di salah satu kompartemen

dalam FA-501 dialirkan ke bagian atas packed bed DA-401 di Seksi Recovery

sebagai penyerap dengan LP Absorbent Pump (GA-503A,B), sedangkan

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 48
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

kondensat dari EA-501, EA-502 dan EA-506 yang dikumpulkan dalam

kompartemen lainnya dialirkan ke sistem Process Condensate Treatment melalui

Preheater for Process Condensate Stripper (EA-504A,B) dengan Process

Condensate Pump (GA-501A,B).

3.1.8 Sistem Process Condensate Treatment

Proses kondensat yang dikumpulkan di FA-501 dialirkan dengan GA-

501A,B ke top Process Condensate Stripper (DA-501) setelah dipanaskan di EA-

504A,B. DA-501 dioperasikan pada tekanan 3.0 kg/cm 2G (di top) dan terdiri dari

bagian atas dan bagian bawah, dibagi dengan sebuah chimney tray, dan kedua

bagian itu dilengkapi dengan sieve tray didalamnya. Di bagian atas sejumlah besar

amoniak dan CO2 di dalam proses kondensat distrip (dilucuti) keluar dengan

steam LP. Gas overhead dari DA-501 yang mengandung amoniak, CO 2 dan uap

air dikirim ke LP Decomposer (DA-202) di Seksi Purifikasi untuk merecovery

amoniak, CO2 dan panas.

Proses kondensat yang sudah distrip meninggalkan bagian atas terkumpul

di chimney tray untuk level control dan dialirkan ke Urea Hydrolyzer (DA-502)

dengan Urea Hydrolyzer Feed Pump (GA-502A,B), melalui Preheater for Urea

Hydrolyzer (EA-505) pada kondisi tekanan operasi 23 kg/cm2G dan temperatur

210 oC. DA-502 merupakan tower vertikal yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu

bagian hidrolisa urea dan bagian stripping. Bagian hidrolisa mempunyai 22 baffle

plate untuk menghindari back mixing pada fase liquid dan untuk mendapatkan

distribusi gas yang seragam ke dalam fase liquid. Proses kondensat yang sudah

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 49
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

dipanaskan dari EA-505 masuk ke bagian primary hydrolysis dari bottom dan

secara perlahan mengalir ke atas dengan diinjeksikan steam MP, dimana sebagian

besar urea dihidrolisa menjadi amoniak dan CO2 dengan reaksi seperti dibawah

(reaksi kebalikan dari sintesa urea) pada temperatur tinggi.

NH2CONH2 + H2O 2NH3 + CO2 -131.1 kJ

Sebagian besar amoniak dan CO2 yang terbentuk dari reaksi hidrolisa urea

berubah menjadi fase uap dan kemudian dipisahkan di bagian top DA-502. Proses

kondensat yang sudah dipisahkan sebagian besar kandungan amoniak dan CO 2

kemudian masuk ke bagian secondary stripping dan mengalir ke bawah, kontak

secara counter current dengan steam MP yang diinjeksikan di bagian bottom. Di

bagian secondary stripping, sisa kandungan urea terhidrolisa secara keseluruhan

sampai kurang dari 1 ppm, dan amoniak dan CO 2 yang terbentuk distrip ke fase

uap.

Campuran gas amoniak dan CO2 dipisahkan dari fase liquid di top DA-502

dan dikirim ke bagian atas DA-501 untuk mengontrol tekanan DA-502. Proses

kondensat yang sudah bebas dari urea dipisahkan dari bottom bagian secondary

stripping dan dialirkan ke Preheater for Urea Hydrolyzer (EA-505) untuk recovery

panas dengan memanaskan proses kondensat yang masuk, kemudian masuk ke

bagian bawah DA-501 dimana sisa amoniak dan CO 2 yang terbentuk akibat reaksi

hidrolisa urea di DA-502 distrip secara keseluruhan menjadi dibawah 1 ppm

dengan steam LP yang diinjeksikan ke bottom DA-501.

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 50
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Proses kondensat yang bersih yang ditampung di bottom DA-501 dikirim ke

EA-504A,B untuk bertukar panas dengan proses kondensat inlet. Proses

kondensat yang bersih meninggalkan EA-504A,B kemudian didinginkan menjadi

50 oC di Treated Process Condensate Cooler (EA-508) dan ditampung di Water

Tank (FA-305). Kemudian proses kondensat bersih yang dikumpulkan

dipompakan dengan Water Pump ke Prilling Tower (GA-303A,B) dan dibagi

menjadi dua aliran berikut:

- Make-up air untuk penyerap debu di top Prilling Tower (IA-301)

- Kondensat return ke fasilitas water treatment diluar battery limit

3.1.9 Steam dan Steam Kondensat

Terdapat empat level tekanan steam di Pabrik Urea yaitu 46.9 kg/cm 2G,

21.0 kg/cm2G, 5.0 kg/cm2G (saturated), dan 2.5 kg/cm2G (saturated).

Steam tekanan 46.9 kg/cm2G dan temperatur 388 oC disuplai dari luar

battery limit digunakan untuk memutar Turbine for CO 2 Compressor (GT-101)

dengan tipe extraction-admission-condensing. Steam exhaust dari GT-101

dikondensasikan di Turbine Condenser (EA-105). Turbin kondensat (steam

kondensat dari EA-105) dikumpulkan di dalam pot EA-105 untuk level control

dan dikirim keluar battery limit dengan Return Condensate Pump (GA-107A,B).

Steam tekanan 46.9 kg/cm2G juga disuplai ke Urea Hydrolyzer (DA-502).

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 51
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Steam tekanan 21.0 kg/cm2G diekstak dari GT-101 untuk mensuplai panas

ke Stripper (DA-101) setelah dijenuhkan di Steam Saturation Drum (FA-101).

Steam kondensat dari FA-101 kemudian dikirim ke Steam Drum (FA-102) setelah

memberikan panas ke HP Decomposer (DA-201). Di FA-102, steam saturated

tekanan tekanan 5.0 kg/cm2G yang dihasilkan dengan memanfaatkan panas dari

Carbamate Condenser (EA-101) di Seksi Sintesa dipisahkan dari boiler water

yang disirkulasikan dengan Steam Condensate Circulation Pump (GA-109A,B).

Steam 5.0 kg/cm2G yang dihasilkan dikirim ke header steam LP dan digunakan

untuk memanaskan amoniak, purifikasi, konsentrasi dan process condensate

treatment. Kelebihan steam tekanan 5.0 kg/cm 2G yang berlebih digunakan untuk

steam admision GT-101.

Steam kondensat disuplai ke FA-102 dari LP Steam Flush Drum (FA-105)

dengan Steam Condensate Make-up Pump (GA-110A,B) sebagai make-up. Sistem

blow down untuk steam kondensat FA-102 disiapkan untuk menghindari

akumulasi mineral dan chloride.

Steam kondensat tekanan rendah dari sistem 5.0 kg/cm2G ditampung di

FA-105 dimana dihasilkan steam tekanan 2.5 kg/cm 2G dengan menurunkan

tekanan untuk digunakan untuk berbagai kebutuhan.

Sebagian besar steam kondensat setelah dimanfaatkan sebagai steam

tekanan 2.5 kg/cm2G kemudian dialirkan ke Steam Condensate Tank (FA-103)

dengan GA-110A,B melalui No.1 Ammonia Preheater (EA-102) dimana panas

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 52
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

sensibel steam kondensat dimanfaatkan seluruhnya. Steam kondensat yang

ditampung di FA-103 dialirkan keluar battery limit dengan Steam Condensate

Pump (GA-106A,B) setelah didinginkan ke 50 oC di Steam Condensate Cooler

(EA-701) dengan cooling water.

Sebagian steam kondensat dari GA-106A,B dialirkan ke Sealing Water

Tank (FA-121). Steam kondensat digunakan sebagai sealing water untuk

mechanical seal Ammonia Feed Pump (GA-101A,B) dan Carbamate Feed Pump

(GA-102A,B).

3.1.10 Cooling Water

Exchanger didinginkan menggunakan cooling water yang disuplai dari

luar battery limit. Di cooling water system, temperatur suplay adalah 33 oC dan

return 43 oC.

Beberapa pendingin proses disusun secara seri untuk mendinginkan pada

dua level temperatur yang cooling water, dimana temperatur fresh cooling water

33 oC dan secondary cooling water 39 – 40 oC, tergantung pada kebutuhan

temperatur yang diinginkan.

3.2 Amonia

Pabrik amoniak di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang menggunakan

teknologi Kellog Brown Route (KBR) yang merupakan lisensi dari Amerika

Serikat. Unit amoniak ini beroperasi untuk memproduksi amoniak dan

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 53
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

karbondioksida sebagai produk sampingnya yang selanjutnya digunakan sebagai

bahan baku pembuatan urea. Pabrik ini dirancang dengan kapasitas produksi

sebesar 2000 ton per hari. Saat normal operasi, sebanyak 1595 ton per hari hot

ammonia diproduksi sebagai bahan baku pembuatan urea sedangkan sisanya

sebanyak 405 ton per hari cool ammonia (-33˚C) aka dikirim ke storage pada

tekanan atmosfer.

Sementara itu, bahan baku untuk pembuatan amoniak ini sendiri antara

lain gas alam, udara, napta, batubara, LPG, heavy hydrocarbon, hidrokarbon

elektrolisis, dan lain-lain. Bahan baku yang berbeda-beda ini memberikan proses

yang berbeda pula dalam pembuatannya. Terdapat dua proses utama dalam

mengsintensa amoniak yaitu melalui steam reforming process dari gas alam atau

melalui oksidasi sebagian dari heavy fuel oil. Pusri P-IIB menggunakan proses

Kellog yang didasarkan pada proses steam-methane reforming. Fitur utama yang

membedakan teknologi Purifier KBR dengan pabrik ammoniak konvensional

adalah sebagai berikut :

1) Pada primary reforming, beban untuk membentuk gas sintesa digeser ke

secondary reformer sehingga panas keluaran lebih rendah dan penggunaan

fuel berkurang.

2) Ekses udara diberikan pada secondary reformer untuk menangani beban

yang seharusnya dilakukan oleh primary reformer. Kelebihan metana dan

nitrogen pada proses upstream akan dikondensasikan pada proses

selanjutnya di purifier. Hal ini membuat temperatur keluaran secondary

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 54
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

reformer akan lebih rendah daripada proses konvensional dan

meringankan kondisi di waste heat boiler. Ringannya beban kerja di

primary reformer juga menyebabkan steam/carbon rasio menjadi lebih

kecil dibandingkan dengan proses konvensional.

3) Berlebihnya nitrogen karena ekses udara di secondary reformer akan

dikondensasi pada purifier dengan cara cryogenic. Nitrogen akan

dikondensasikan dan dhilangkan dari syngas bersama dengan metana,

argon dan pengotor lainnya. Hal ini akan membuat tekanan di synloop

menjadi lebih rendah, gas recycle yang lebih rendah, volume katalis lebih

sedikit dan purge gas yang lebih sedikit.

4) CO2 removal yang digunakan adalah teknologi BASF’s 2 stage dengan

menggunakan larutan OASE yang sudah terintegrasi dengan pabrik

ammonia.

5) Seluruh komponen yang digunakan pada pabrik ini merupakan teknologi

yang sudah teruji. Semua prosesnya adalah satu kesatuan yang tidak

terpisahkan. Sebagian besar dari rotating tool adalah tipe sentrifugal.

Kompresor feed gas, air process, syngas, ammonia, induced draft &

forced draft semuanya digerakkan dengan steam turbine. Sementara

pompa untuk BFW, lean solution dan semi lean solution digerakkan

dengan steam turbine dan motor.

Unit amoniak merupakan tempat berlangsungnya reaksi antara H2 dan N2

dengan perbandingan 3 : 1. Gas H2 dan N2 diperoleh dari proses reforming gas

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 55
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

alam, steam, dan udara. Selain amoniak, juga diperoleh produk samping CO 2 yang

merupakan sumber bahan baku untuk pembuatan urea. Proses pembuatan amoniak

secara umum terbagi dalam beberapa tahapan proses sebagai berikut :

a) Tahap Feed Treating

1).Desulfurisasi anorganik (pengubahan sulfur anorganik menjadi

organik)
2). Desulfurisasi organik (pemisahan sulfur organik)

b) Tahap pembentukan gas sintesa (reforming)

1). Primary Reforming


2). Secondary Reforming

c) Tahap pemurnian gas sintesa (purification dan methanation)

1). High Temperature Shift Conversion (HTSC)


2). Low Temperature Shift Conversion (LTSC)
3). CO2 Removal
4). Metanasi
4). Pengeringan dengan molecular sieve (molecular sieve drying)
5). Cryogenic Purification

d) Tahap ammonia synthesis loop

1). Syngas Compression


2). Ammonia Synthesis
3). Refrigerasi dan Pemisahan Amoniak

e) Purge Gas Recovery Unit (PGRU)

1). Ammonia Recovery Unit (ARU)


2). Hydrogen Recovery Unit (HRU)

Amoniak merupakan senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan.

Kontak dengan amoniak berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 56
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

paru-paru dan kematian. Amoniak umumnya bersifat basa (pKb = 4,75) namun

dapat juga bertindak sebagai asam yang lemah (pKa = 9,25). Amoniak dapat

berbentuk secara alami maupun secara sintesis. Amoniak yang berada di alam

merupakan hasil dekomposisi bahan organik. Adapun sifat kimia amoniak adalah:

1. Pada suhu kamar (temperatur 25oC dan tekanan 1 atm) amoniak

merupakan gas tidak berwarna yang mempunyai bau tajam

2. Lebih ringan dari udara

3. Senyawa kaustik

4. Sangat mudah larut dalam air (pada 710 volume NH3 larut dalam 1 volume

air)

5. Apabila terhirup dapat menimbulkan perih pada mata, dalam jumlah yang

besar dapat menyebabkan sesak nafas

6. Bersifat korosif pada tembaga dan timah

Untuk sifat fisika amoniak dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1. Sifat-sifat Fisika Amoniak

Sifat Nilai
Berat molekul 17,03 gr/ mol

Titik didih -33,4 0C

Titik beku -77,70 0C

Temperatur kritis 405,65 K

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 57
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Tekanan kritis 11,30 . 10-6 Pa

Tekanan uap cairan 8,5 kg/ cm2

Spesifik volume pada 70 0C 22,7 kg/ m3

Spesific gravity pada 0 0C 0,77 kg/ m3

Panas pembentukan pada:

1oC -9,37 kkal/mol

25oC -11,04 kkal/mol

Kelarutan dalam air pada 1 atm

0oC 42,80

20oC 33,10

60oC 14,10

Panas Spesifik pada 1 atm

0oC 0,5009

100oC 0,5317

200oC 0,5029
(Sumber: Perry’s Chemical Engineering Hand’s Book 1996)

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 58
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

3.2.1 Faktor faktor yang Mempengaruhi Sintesis Amoniak

Ada banyak faktor-faktor yang mempengaruhi sintesis ammonia di dalam

ammonia converter di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Temperatur

Sesuai dengan Azaz Le Chatelier, “jika suatu sistem berada dalam

kesetimbangan, suatu kenaikan temperatur akan menyebabkan

kesetimbangan itu bergeser ke arah yang menyerap kalor (reaksi

endoterm)”. Reaksi ammonia merupakan reaksi eksoterm :

N2 + 3 H2 ↔ 2 NH3 ∆Hro = -92,22 kJ

Sedangkan reaksi dekomposisi ammonia adalah reaksi endoterm :

2 NH3 ↔ N2 + 3 H2 ∆Hro = +92,22 kJ

2. Tekanan

Menurut Azaz Le Chatelier, kenaikan tekanan menyebabkan reaksi

bergeser ke arah mol (koefisien reaksi) yang lebih kecil (ke arah

pembentukan NH3)

3. Laju Alir Gas Reaktan

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 59
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Sesuai dengan Azaz Le Chatelier, jika komponen reaktan ditambah dan

produk terus-menerus diambil / dikurangi maka reaksi kesetimbangan

akan bergeser ke arah pembentukan NH3

4. Perbandingan Reaktan antara Hidrogen dan Nitrogen

Menurut reaksi kesetimbangan, pembentukan ammonia dalam

memproduksi 1 mol gas NH 3 membutuhkan 1/2 mol N2 dan 3/2 mol H2.

Perbandingannya N2 : H2 = 1:3

5. Jumlah Gas Inert

Jika terjadi peningkatan kadar gas inert dalam ammonia converter yang

terutama terdiri dari metana dan argon maka dapat meracuni katalis dan

mengakibatkan turunnya konversi pembentukan urea.

6. Katalis

Katalis merupakan zat yang dapat mempercepat reaksi namun tidak ikut

bereaksi. Peranan katalis adalah untuk menurunkan energi aktivasi reaksi.

Katalis yang paling baik untuk sintesis ammonia adalah magnetite

promoted iron catalyst yang terdiri dari katalis besi dengan tambahan

promotor oksida aluminium, zirkonium, ataupun silikon. Komposisi yang

terbaik dari katalis tersebut adalah sebagai berikut :

1) Fe3O4 : 85 – 95%

2) Al2O3 :1–5%

3) CaO :1–3%

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 60
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

4) K2O : 0,1 – 1 %

5) WO3 :>1%

6) TiO2 :>1%

7) V2O5 :<1%

Penurunan aktivitas katalis dalam suatu reaksi dapat terjadi karena adanya

racun katalis seperti senyawa O2 yang terdapat dalam air, CO, CO2, senyawa

belerang, dan klorin.

3.2.2 Bahan Baku Proses Pembuatan Amoniak

Proses pembuatan ammonia dan urea memerlukan bahan utama dan bahan

penunjang. Baik bahan utama maupun bahan penunjang memerlukan persyaratan

minimum sehingga dapat digunakan dalam proses. Bahan baku utama pembuatan

ammonia terdiri atas gas alam, air, dan udara, sedangkan bahan baku penunjang

dalam proses pembuatan ammonia terdiri dari katalis dan bahan kimia lainnya.

3.2.3 Bahan Baku Utama Proses Pembuatan Amoniak

Pada dasarnya, amoniak diproduksi dari energi, air, dan udara. Sumber

energi diperoleh dari hidrokarbon atau metana yang merupakan komponen utama

dari gas alam. Gas alam akan mengalami reaksi reforming dengan steam

menghasilkan gas hidrogen (H2). Steam diperoleh dari air demin yang telah

mengalami suatu proses pengolahan di unit utilitas dan pemanasan di unit

amoniak. Sedangkan, udara diperoleh dari lingkungan dan berperan sebagai

penghasil gas nitrogen (N2). Pada akhirnya, akan diperoleh gas hidrogen (H 2) dan

gas nitrogen (N2) yang merupakan bahan baku utama dalam pembuatan amoniak.

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 61
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

1) Gas Alam

Gas alam merupakan bahan baku terpenting di PT PUSRI Palembang

karena berfungsi sebagai sumber hidrogen dalam pembuatan amoniak, sumber

bahan bakar di burner dan primary reformer, dan sumber karbon dalam proses

pembuatan urea. Gas alam memiliki sifat fisik dan sifat kimia yaitu tidak

berwarna, warna nyala api biru, baunya khas sehingga mudah dikenali dan sangat

mudah sekali terbakar, serta merupakan campuran hidrokarbon yang terdiri dari

60-90% hidrokarbon ringan dan hidrokarbon berat serta gas pengotor (inert).

Pada Pusri P-IIB, penggunaan gas alam tidak lagi sebagai bahan bakar

untuk membangkitkan listrik seperti pabrik-pabrik yang lainnya. Gas alam akan

difokuskan untuk membuat gas sintesa yang diperlukan dalam pembuatan

amoniak dan sebagai bahan bakar di primary reformer dan peralatan lainnya.

Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar sebagai pembangkit listrik maka Pusri

P-IIB menggunakan batubara di STG (Steam Turbin Generator). Sehingga,

menjadikan P-IIB pabrik yang memiliki tingkat efisiensi yang lebih tinggi.

Penyediaan kebutuhan gas alam PT PUSRI Palembang ini disuplai oleh

Pertagas Niaga dan Medco Energy di Sumatera Selatan melalui sistem jaringan

pipa dan kompresor. Pipa ditempatkan di bawah tanah dan berjarak ± 120 km. Gas

tersebut diterima PT PUSRI Palembang dan diukur kuantitasnya melalui suatu

unit pengukuran yang disebut Gas Metering Station (GMS). Komponen utama

yang terdapat dalam gas alam adalah metana (CH4). Namun, gas alam tersebut

juga mengandung berbagai kotoran berupa zat padatan, air, sulfur, karbon

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 62
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

dioksida, merkuri, heavy carbon, dan berbagai impurities lainnya yang dapat

mengakibatkan gangguan selama operasi berlangsung. Oleh karena itu, gas alam

harus melewati proses treatment terlebih dahulu sebelum dikirim ke proses

selanjutnya.

Aliran untuk pipa gas alam dibagi menjadi dua cabang. Salah satu pipa

menuju tempat pembakaran dan berperan sebagai primary fuel gas, sedangkan

aliran satunya akan menuju ke tahap feed treating yang dinamakan sebagai gas

proses. Gas proses sebanyak 50770 kg/jam pada temperatur 30oC dan tekanan

15kg/jam awalnya dikirim ke Feed Gas Knockout Drum 174-D dimana kondensat

yang terbawa akan dipisahkan. Pemisahan di vapor-liquid separator ini

didasarkan pada perbedaan berat jenis antara kedua fase. Separator tipe K.O

Drum ini dilengkapi dengan demister yang berfungsi untuk menangkap

liquid droplets yang mungkin masih terbawa di dalam aliran gas proses dan nozzle

gas sparger inlet untuk mendistribusikan aliran gas masuk. Kondensat yang

berhasil dipisahkan di 174-D akan mengalir ke bawah dan dikirim ke

pembuangan/burning pit. Sedangkan, gas proses selanjutnya dialirkan ke Feed

Gas Compressor 102-J. Di mana di dalam compressor ini, gas proses tersebut

ditekan hingga menjadi 52 kg/cm2. Selain sebagai gas proses, gas alam ini juga

akan diambil sebanyak 10172 kg/jam untuk digunakan sebagai fuel gas yang akan

dikirim ke arch burner di Primary Reformer 101-B, tunnel burner, superheater

burner, dan burner 102-B untuk dijadikan sebagai primary fuel gas.

Tabel 3.2. Komposisi dan Karakteristik Gas Alam Pertamina

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 63
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Komponen Jumlah ( % vol.) Specific Gravity (cair) Heat Value (Btu/ft )

CH4 82.78 0.248 911


CO2 4.91 0.815 -
C2H6 6.04 0.368 1631
C3H8 3.41 0.508 2352
n-C4H10 0.66 0.584 31013709
n-C5H12 0.14 0.631 3698
i-C5H12 0.26 0.625 4404
C6H14 0.25 0.664 -
H2O 0.00 1 -
N2 1.00 0.808 -
Mercury
≤ 100 μ g/
- -
Nm3

S
≤ 15ppmV 0.790 -

(Sumber : Laboratorium Analytical Report Natural Gas PT. Pupuk Sriwidjaja)

2) Air

Air merupakan bahan baku pembuatan steam dan air pendingin di

lingkungan proses pabrik ini. Air juga dibutuhkan untuk keperluan domestik dan

pemadam kebakaran. Kebutuhan air baku untuk menjalankan pabrik PT. Pupuk

Swiwidjaja diperoleh dari sungai musi. Air tersebut diolah terlebih dahulu untuk

dihilangkan ion-ion dan gas-gas terlarut yang terdapat di dalam air, sehingga

mempunyai kemurnian H2O yang sangat tinggi atau disebut demin water guna

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 64
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

mencegah kerusakan peralatan seperti korosi, deposition, scalling, erosion, dan

lain-lain. Sifat-sifat fisik air diantaranya adalah:

Tabel 3.3. Sifat –Sifat Fisik Air

Sifat Nilai
Titik didih 100 oC
Titik Beku 0 oC
Temperatur Kritis 374.15 oC
Tekanan Kritis 218.4 atm
Densitas Kritis 324 kg/m3
Viskositas pada 20 oC 0,01002 poise
(Sumber : Utilitas Pusri-IIB, 2016)

Adapun sifat kimia air, yaitu :

a) Rumus molekul H2O dan mempunyai berat molekul 18 gr/mol

b) Merupakan pelarut yang paling umum digunakan

c) Tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa

d) Merupakan cairan non polar dan mempunyai sifat elektrolit yang lemah.

Tabel 3.4. Komposisi dan Karakteristik Air Sungai Musi

Parameter Satuan Jumlah


o
Temperatur C 28.5

M. Alkalinitas dalam CaCO3 ppm 19.4

P Alkalinitas dalam CaCO3 ppm -


Klorida dalam Cl- Ppm 4

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 65
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Sulfat dalam SO42- ppm 6.9


Calcium Hardness dalam CaCO3 ppm 11.9
Magnesium Hardness dalam CaCO2 ppm 4.7
Besi dalam Fe ppm 1.1
Silika dalam SiO2 ppm 15
Suspended Solids ppm 26.2
Total Dissolved Solids ppm 30
PH - 6.6
Turbiditas dalam SiO2 ppm 44.0

Dissolved Ammonia ppm 3.3


(Sumber : Unit Operasi P-IIB, 2016)

3) Udara

Udara pada unit amoniak sangat dibutuhkan untuk reaksi oksidasi di

Secondary Reformer. Selain itu, udara juga merupakan salah satu sumber untuk

pembakaran berupa oksigen dan sumber nitrogen dalam pembuatan amoniak,

serta penggerak peralatan yang bekerja secara pneumatic, fluida untuk flushing,

fluida untuk pengadukan, dan bahan untuk aerasi. Udara ambient diambil dari

atmosfer dengan komposisi 78 %-vol. nitrogen, 21 %-vol. oksigen dan 1 %-vol.

argon dan komponen lainnya yang kemudian masuk ke dalam Air Compressor

101-J empat tahap dimana udara ditekan hingga menjadi 43.5 kg/cm2 dengan

temperature discharge 165.4oC. Jumlah udara yang disediakan untuk udara proses

adalah 143332 kg/jam. Sebelum udara atmosfer masuk ke suction kompresor,

udara melewati filter udara 101-L terlebih dahulu dimana partikel padatan yang

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 66
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

mungkin terbawa dalam aliran udara akan disaring. Selanjutnya, udara disuplai ke

peralatan yang membutuhkan.

3.1.1.1. Bahan Baku Penunjang Proses Amoniak

1) Katalis

Katalis pada pabrik PUSRI hanya digunakan pabrik amoniak,

dikarenakan pabrik urea tidak memerlukan katalis dalam reaksinya. Jenis katalis

yang digunakan pada pabrik ammonia dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 67
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Tabel 3.5. Jenis-Jenis Katalis Pada Pabrik Ammonia PUSRI-IIB

Nama Katalis Lokasi Penggunaan


Co-Mo (Cobalt-Molybdate) Hydrotreater
Actisorb S 2 (ZnO) Desulfurizer
Reformax (NiO) Reformer
Shift Max 120 (Fe3O4 / Cr2O3) HTSC
Shift Max 210 (Al2O3/CuO / ZnO) LTSC
Meth 234 (NiO) Methanator
Magnetite Promoted Iron Ammonia Converter
(Sumber: Departemen Operasi P-IIB, 2015)

2) Bahan Kimia

Bahan-bahan kimia yang digunakan sebagai bahan penunjang disajikan

pada tabel berikut:

Tabel 3.6. Bahan Kimia Penunjang Pabrik Ammonia

Komponen Kuantitas Satuan Fungsi/Lokasi


Larutan Oase :

MDEA 3850 ton/jam Penyerap CO2

Piperazin confident Aktivator

Antifoaming agent 35 ml/menit Anti foam

(SAG)
Trietilen glikol Untuk menyerap air

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 68
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Pengolahan air umpan

boiler :

Hidrazin (100%)
0,21 kg/jam Deaerator

Posfat (100%)
0,35 kg/jam Kukus drum

Amonia (100%)
0,41 kg/jam Deaerator

Klorin (100 %)
3,00 gr/m3bahan Floctreator/clarifie

baku r

gr/m3bahan

baku
Tawas (50 % wt)
100
kg/hari
Floctreator/clarifie

kg/hari r
Asam sulfat (H2SO4)
275

Soda kaustik (NaOH)


412
Penukar ion

Penukar ion
(Sumber: Departemen Operasi P-IIB, 2015)

3.1.2. Proses Pembuatan Amoniak

Proses produksi amoniak (NH3) menggunakan lisensi KBR (Kellog Brown

Route), yang didasarkan pada reaksi antara gas hidrogen (H 2) dan gas nitrogen

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 69
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

(N2) dengan perbandingan rasio antar H2 dan N2 ialah 3 : 1. Proses keseluruhan di

unit amoniak digambarkan sebagai berikut:

Gambar.3.2. Blok Diagram Proses Pembuatan Amoniak

3.2.4 Unit Feed Treating

Pada unit feed treating, dapat dilakukan suatu proses pengolahan umpan

awal terhadap gas alam untuk mendapatkan gas metana (CH4) yang murni dari

zat-zat pengotor lainnya. Kandungan impurities yang terdapat di dalam gas alam

ini dihilangkan guna memperke cil mungkin gangguan yang akan diakibatkannya

apabila terbawa dalam proses. Impurities utama yang terkandung di dalam gas

alam yang berasal dari PT. Pertamina adalah Sulfur organik (R-S-R) dan sulfur

anorganik (H2S). Sulfur merupakan racun bagi semua katalis yang digunakan baik

di primary reformer, secondary reformer, LTS, ataupun methanator, serta akan

mengganggu proses sintesis di ammonia converter. Sehingga, diperlukannya suatu

tahapan feed treatment untuk menghilangkan kadar sulfur tersebut.

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 70
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Gas alam keluaran Feed Gas Compressor 102-J pada tekanan 52 kg/cm2

dan temperature 145.8 dicampur dengan gas recycle H 2 2%-vol dari 124-D yang

kemudian dipanaskan di Feed Preheat Coil 101-BCF bagian dari primary

reformer 101-B hingga menjadi 371oC. Campuran gas ini kemudian masuk ke

bagian upper Hydrotreater 101-D, dimana gas alam yang mengandung sulfur

≤ 15ppmv ini akan melewati bed katalis Cobalt Molybdenum (Co-Mo) dan

mengalami reaksi catalytic hydrogenation. Katalis Co-Mo juga akan menyaring

kotoran-kotoran dan zat padat di dalam gas umpan di atas bed katalis. Sedangkan

di dalam bed katalis Co-Mo, senyawa sulfur organik (R-S-R) akan dikonversi

menjadi sulfur anorganik (H2S) berdasarkan reaksi berikut:

COS + H2  CO + H2S

RSH + H2  RH + H2S

Reaksi yang berlangsung ialah eksotermis dan reversible. Setelah diubah

menjadi sulfur organik, umpan gas alam tersebut dilewatkan ke Desulfurizer ZnO

108 DA/DB, dimana H2S yang terbentuk dari desulfurisasi anorganik akan

bereaksi dan teradsorpsi di dalam bed katalis Zinc Oxide (ZnO) tersebut. Terdapat

dua bed katalis yaitu 108 DA dan 108-DB yang dipasang seri karena

pertimbangan umur katalis ZnO yang pendek yaitu sekitar 3 tahun. Jika katalis

dalam desulfurizer jenuh maka gas alam akan berpindah ke desulfurizer lainnya

yang standby. Di dalam desulfurizer ini, bed katalis dipasang berdiri (upstream)

sehingga gas akan mengalir dari atas ke bawah dimana adsorpsi H2S berlangsung

disepanjang bed katalis tersebut. Keluaran Desulfurizer diharapkan mengandung

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 71
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

sulfur kurang dari 0.1 ppmv pada temperatur 360oC dan tekanan 50.07 kg/cm2.

Secara keseluruhan, reaksi yang berlangsung di Desulfurizer ialah eksotermis

dengan reaksi sebagai berikut:

ZnO(s) + H2S(g)  ZnS (g) + H2O(g)

3.2.5 Tahap Pembentukan Gas Sintesis

Gas proses yang telah diolah di area feed treating selanjutnya diproses di

area reforming untuk mendapatkan gas sintesis yang dibutuhkan dalam pembuatan

amoniak, yaitu gas H2 dan N2. Proses pembuatan gas sintesis ini berlangsung

dalam dua unit, yaitu primary reformer dan unit secondary reformer.

1) Primary Reformer (101-B)

Pada unit primary reformer memiliki prinsip operasi untuk

mengkonversi gas alam atau metana yang telah dihilangkan kandungan sulfurnya

menjadi gas sintesis yang berupa H2, CO, dan CO2. Primary reformer 101-B

merupakan gas fired, furnace yang terdiri dari radiant dan convection section.

Furnace ini terdiri atas 6 buah baris dengan masing-masing baris berisi 48 tabung

berkatalis Nickel Oxyde (NiO). Tube High-alloy ini dipasang di radiant section

101-B dan diisi dengan katalis berbasis nikel. Sebelum diumpankan ke primary

reformer, gas proses dicampurkan dengan uap air (medium pressured steam) dari

130-D dengan steam to carbon ratio sekitar 2,7. Rasio steam dengan carbon dijaga

untuk mencegah terjadiya pembentukan deposit carbon.

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 72
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Campuran gas dan steam ini mengalir pada temperatur 350oC dan

kemudian dilewatkan di Mixed Feed Preheat Coil 101-BCX yang merupakan

convection section di primary reformer 101-B untuk dipanaskan hingga menjadi

488oC. Feed gas yang sudah panas tersebut dialirkan ke dalam primary reformer

dan didistribusikan ke masing-masing tube katalis. Di dalam tube katalis, gas

umpan akan mengalami reaksi steam reforming dan reaksi shift uap air

membentuk H2, CO dan CO2. Hidrokarbon yang lebih berat dikonversi pertama

kali menjadi metana:

HC + H2O → xCH4 + yCO2 (+Q)

Reaksi steam reforming ini berlangsung reversible pada temperatur 780

– 820oC dan secara keseluruhan bersifat endotermis. Adapun reaksi utama steam

reforming tersebut adalah:

CH4(g) + H2O(g) ↔ CO(g) + 3H2(g) (- Q)

CO(g) + H2O(g) ↔ CO2(g) + H2(g) (+ Q)

Pada Pusri P-2B, input panas untuk melangsungkan reaksi endotermis

ini disuplai oleh fuel gas yang dibakar melalui burner dari top section 101-B (top

firing) dan dipasang di antara deretan tube katalis. Berbeda dengan pabrik lainnya

yang menggunakan sistem side firing. Keunggulan dari top firing adalah

keseragaman temperatur dinding, sedikitnya volume catalyst yang dibutuhkan,

kuantitas burner yang dibutuhkan tidak banyak, dan penginstalan combustion air

preheat yang mudah.

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 73
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

2) Secondary Reformer (103-D)

Untuk menyempurnakan reaksi steam reforming (pemecahan gas

methane menjadi CO, CO2, dan H2) diperlukan secondary reformer (103-D).

Reaksi di secondary reformer berlangsung pada temperatur sekitar 900 – 1200oC.

Karena temperatur operasi di reforming yang tidak begitu tinggi sehingga slip

methane yang dihasilkan masih cukup tinggi dari primary reformer, maka

digunakan udara berlebih (Excess O2 50%) di secondary reformer agar konversi

metana dapat dimaksimalkan. Di sini, gas proses masuk ke vessel reformer secara

horizontal dari bagian upper pada temperatur 740oC yang kemudian bercampur

dengan udara proses dari Kompresor Udara 101-J.

Sejumlah kecil steam MP ditambahkan ke udara proses yang bertujuan

untuk memastikan tetap ada aliran di line yang ke ruang pembakaran jika terjadi

kehilangan udara proses. Dalam ruang pembakaran 103-D, gas umpan dan udara

proses yang sudah dipanaskan tersebut akan mengalami reaksi oksidasi dan

terbakar secara spontan. Pembakaran ini menghasilkan temperatur tinggi sekitar

1349°C dan terjadilah reaksi reforming antar metana dan uap yang belum

terkonversi sebelumnya. Adapun reaksi reforming yang terjadi sebagai berikut:

CH4 + H2O + heat ⇔ CO + 3 H2

CO + H2O ⇔ CO2 + H2 + Heat

Sedangkan, reaksi combustion yang terjadi adalah:

CH4 + 1/2O2 ⇔ CO + H2

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 74
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

2CH4 + O2 ⇔ 2CO2 + 4H2

H2 + 1/2O2 ⇔ H2O

Reaksi Shift-conversion:

CO + H2O ⇔ CO2 + H2

Parameter proses dalam secondary reformer adalah CH4 leak sebesar 1,59%.

3.2.6 Tahap Pemurnian Gas Sintesa

1) High Temperature Shift Conversion (HTSC)

Komponen gas yang keluar dari secondary reformer terdiri dari dari H2,

N2, CO, CO2, Ar, dan CH4. Pada unit ini, karbon monoksida yang terbentuk dari

unit reforming akan diubah menjadi karbon dioksida. Karbon dioksida yang

terbentuk akan dikirim sebagai bahan baku pabrik urea. Pada reaksi shift

conversion, karbon monoksida bereaksi dengan steam untuk membentuk hidrogen

dan CO2:

CO + H2O  CO2 + H2

Reaksi tersebut bersifat reversibel dan eksotermis. Reaksi equilibrium

menunjukkan suatu ketergantungan yang tinggi terhadap temperatur dimana

konstanta kesetimbangan menurun seiring dengan menaiknya temperatur yang

mana mengindikasikan konversi CO yang tinggi akan diperoleh pada temperatur

yang rendah dan rasio steam yang tinggi. Sebaliknya, konversi CO yang rendah

akan diperoleh pada temperatur yang tinggi. Oleh karena itu reaksi dilakukan

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 75
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

dalam dua tahap yaitu pertama pada high temperature shift converter dan low

temperature shift converter dimana diantara keduanya dipasang pendingin inter-

stage. Konversi karbon monoksida maksimum menghasilkan perolehan hidrogen

maksimum untuk sintesis amoniak.

Pada temperatur 371oC, gas proses dari secondary reformer dengan

kandungan 11,98% CO diumpankan ke HTS converter dari atas dan akan

mengalami reaksi shift conversion dengan steam. Reaksi akan berlangsung di bed

katalis copper-promoted iron. Setelah gas mengalir dari atas menuju unggun

katalis, gas akan keluar dari bagian bawah HTS. Sebagian besar reaksi shift ini

terjadi pada tahap pertama, HTSC. Katalis yang digunakan di HTSC relatif murah

dan tahan lama dan berfungsi untuk menekan reaksi samping yang dapat terjadi

pada katalis saat rasio steam terhadap gas rendah. Temperatur pada outlet HTSC

adalah 431°C dan sekitar 70% dari CO dalam aliran gas proses dikonversi

menjadi CO2 di converter ini. Kandungan karbon monoksida outletnya adalah

sekitar 3,41 %-mol basis kering.

2) Low Temperature Shift Conversion (LTSC)

Karena tidak semua karbon monoksida pada gas proses bisa diubah

menjadi CO2 di HTSC, maka CO tersebut akan diturunkan lagi dengan kadar

sekecil mungkin pada LTSC. Sebelumnya, panas outlet HTSC dimanfaatkan

untuk memanaskan boiler feed water (BFW) dan menghasilkan high pressure

steam di HTS Effluent/BFW Preheater dan Steam Generator 103-C1/C2.

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 76
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Setelah melewati HTS Effluent/BFW Preheater dan Steam Generator

103-C1/C2, gas keluaran HTSC masuk ke bagian atas LTSC pada temperatur

205oC. Reaksi shift disempurnakan di LTS Converter, dengan reaksi sebagai

berikut:

CO + H2O ↔ H2 + CO2

Temperatur yang lebih rendah memberikan konversi keseimbangan

karbon monoksida yang lebih tinggi. LTS converter mengandung katalis

copper/zinc, yang lebih mahal daripada katalis pada HTS converter dan lebih

sensitif terhadap kotoran seperti sulfur dalam gas proses. Oleh karena itu, LTS

converter dibuat dua bed yang dirangkai secara seri dan vertikal. Hal ini akan

memperpanjang umur katalis dimana bed pertama dengan volume 36 m3 akan

berperan sebagai guard bed terhadap bed di bawahnya yang berukuran lebih besar

(vol. 72 m3). Outlet dari 104-D2A/B mengandung CO sisa sekitar 0.31%-mol

basis kering. Pressure drop sepanjang HTS dan LTS adalah 0.26 kg/cm 2 dan 0,41

kg/cm2.

3) CO2 Removal

Pada unit CO2 Removal menggunakan proses OASE® lisensi BASF

dua tahap yang hemat energi. Unit ini dirancang untuk menyerap CO 2 dalam gas

proses dari 18,5 %-mol ke 500 ppmv, basis kering. Unit ini beroperasi untuk

menghilangkan kadar CO2 yang terkandung di aliran gas proses dengan

mengabsorpsi CO2 di kolom absorber. CO2 merupakan racun bagi katalis di

sintesis sehingga perlu dihilangkan kandungannya dari aliran gas proses. CO2

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 77
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

akan bertindak sebagai inert dalam loop yang dapat terakumulasi dan menaikkan

compression cost. Dan apabila terdapat CO2 di dalam loop, maka CO2 akan

cenderung bereaksi dengan NH3 membentuk ammonium carbamate yang bersifat

korosif terhadap peralatan. Maka, untuk memisahkan CO2 tersebut digunakan

larutan OASE.
OASE merupakan suatu larutan methyl diethanol amine yang telah

diaktivasi (aMDEA) menggunakan suatu aktivator berupa piperazine dan

sekaligus merupakan pelarut khusus (proprietary) lisensi BASF. Hal ini akan

mempercepat reaksi antara larutan MDEA tersebut dengan CO 2. Penyerapan CO2

berlangsung pada tekanan yang relatif tinggi dan temperatur yang cukup rendah.

Sebaliknya, regenerasi larutan berlangsung pada tekanan yang relatif rendah dan

temperatur tinggi di stripping unit. Tekanan dan temperatur operasi absorber CO2

adalah 36,7 Kg/cm2G dan 50oC (top), 85oC (bottom). Sedangkan, tekanan dan

temperatur operasi di stripper adalah 1.12 Kg/cm2G dan 126 oC.


Gas proses yang berlangsung pada temperatur 70oC dan pada tekanan

sebesar 36.7 kg/cm2 masuk dari bottom absorber CO2, di mana sebagian besar

CO2 akan berkontakkan secara counter-current dengan larutan OASE yang

diumpankan dari atas kolom. CO2 akan diserap oleh larutan semi-lean OASE

terlebih dahulu. Kemudian, gas akan mengalir ke bagian atas kolom, di mana

sebagian besar CO2 yang tersisa diserap oleh larutan lean OASE. Untuk

menghilangkan larutan OASE yang mungkin terbawa dalam aliran gas, gas

dialirkan melalui beberapa wash tray dan demister di bagian atas kolom dan

kemudian mengalir menuju CO2 Absorber Overhead KO Drum.

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 78
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Di KO Drum ini, gas proses akan dipisahkan lagi kondensatnya dari

aliran dengan cara disemprotkan sejumlah kecil kondensat pada proses di pipa

atas KO Drum untuk menghilangkan sisa OASE yang mungkin masih terjebak di

dalam gas. Gas proses ini kemudian akan keluar melalui suatu bagian upper drum

dan dikirim ke proses selanjutnya pada temperatur 50oC.


Larutan OASE rich atau yang hampir jenuh dengan CO 2 dari bottom

absorber 121-D diregenerasikan dengan mengalirkannya ke HP flash Drum 163-

D. Di dalam HP flash drum, larutan OASE dan gas-gas inert, seperti hidrogen,

karbon monoksida dan N2, yang terlarut dalam larutan akan terflash/terlepas

terflash keluar dari larutan akibat perbedaan tekanan. Kemudian larutan OASE

dialirkan ke LP Flash Drum 122-D1 untuk dihilangkan lagi kandungan CO 2 yang

masih terdapat dalam larutan.


CO2 akan terflash akibat penurunan tekanan dan dikirim ke pabrik urea

sebagai produk samping pabrik amoniak dan sisanya dibuang ke atmosfer atau

dikirim ke pabrik lain. Konsentrasi produk CO 2 minimal 99%-vol. Sebagian

larutan semi lean OASE dari LP flash drum dialirkan ke CO2 stripper untuk

dimurnikan lagi. Sedangkan sebagiannya lagi akan diumpankan langsung ke

bagian middle absorber untuk berperan sebagai absorbent CO2. Pada stripper ini,

sisa CO2 yang terlarut dalam larutan semi-lean di stripping dengan steam di CO2

Stripper Reboiler. Outlet stripper menghasilkan larutan lean yang kemudian akan

dikirim kembali ke bagian atas absorber.

4) Methanation

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 79
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Gas keluaran dari unit CO2 removal masih menyisakan 0,38% CO dan

0,05% CO2. Maka dari itu, agar tidak mengganggu proses selanjutnya kandungan

CO dan CO2 harus diubah menjadi CH4. Reaksi pembentukan kembali metana ini

terjadi pada temperatur 280–360oC dengan katalis Nikel Alumina. Sebelum masuk

ke methanator, gas proses dari KO Drum di unit CO2 removal dipanaskan dari 50
o
C sampai 316 oC di methanator feed/effluent exchanger 114-C oleh gas outlet

methanator dan di methanator start up heater 172-C. Pemanas di 172-C

menggunakan steam jenuh bertekanan tinggi.

Gas kemudian mengalir masuk ke dalam vessel, dimana oksida karbon

yang masih tersisa akan bereaksi dengan hidrogen di katalis nikel untuk

membentuk metana dan air. Reaksi yang terjadi di dalam methanator adalah

sebagai berikut:

CO2 + 4H2 ↔ CH4 + 2 H2O

CO + 3H2 ↔ CH4 + H2O

Reaksi tersebut bersifat eksotermis dan sangat aktif. Reaksi eksotermis

metanasi menyebabkan kenaikan temperatur di methanator. Sebagai perkiraan

kasar, setiap kenaikan 1% konsentrasi karbon monoksida dalam gas proses dapat

menghasilkan kenaikan temperatur sebesar 74 oC, sedangkan kenaikan 1%

konsentrasi karbon dioksida dapat menaikkan temperatur sebesar 60 oC. Pressure

drop di sepanjang methanator 106-D adalah 0,21 kg/cm2. Jumlah CO2 total dalam

gas outlet 106-D adalah <5 ppmv, dan kandungan metana outlet pada kondisi

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 80
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

desain sebesar 2.20% mol. Sejumlah kecil syngas diambil dari outlet Methanator

Effluent Separator 144-D untuk keperluan hydrotreating di 101-D.

5) Molecular Sieve Drying

Proses pengubahan CO dan CO2 pada unit methanator (106-D)

menghasilkan air (H2O) sebagai produk reaksi. Kandungan air akan mengganggu

proses berikutnya yaitu cryogenic purification yang mana akan tersolidifikasi

pada suhu rendah dan menyebabkan penyumbatan pipa. Selain itu, kandungan air

dalam aliran gas juga dapat menyebabkan kompresor mengalami vibrasi hingga

menyebabkan trip pada kompresor.

Oleh karena itu, gas proses perlu dikeringkan terlebih dahulu sebelum

dimampatkan dalam kompresor sintesis. Pada pabrik amoniak PUSRI-IIB, air

dihilangkan dengan proses adsorpsi menggunakan zeolite atau dessicants. Gas

proses pada temperatur 4oC dan tekanan 18 kg/cm2 dilewatkan dalam Molecular

Sieve Dryer (109-DA/DB) dari atas ke bawah yang mana kemudian air akan

diserap oleh zeolit di dalam bed, sehingga gas keluar akan bebas dari air atau

sering disebut dry gas. Masing-masing dryer didesain untuk menghilangkan air,

amoniak, dan CO2 sampai konsentrasi total < 1 ppmv (0.5 ppmv, 0.3 ppmv, dan

0.2 ppmv). Syngas outlet dryer ini kemudian akan mengalir melalui filter

moleculer sieve dryer untuk memastikan tidak adanya debu desiccant yang

terbawa dalam aliran gas proses.

6) Cryogenic Purification

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 81
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Desain proses pabrik amoniak PUSRI-IIB didasarkan pada teknologi

Purifier KBR. Purifier didesain untuk menjaga rasio molar hidrogen terhadap

nitrogen 3:1 pada inlet ammonia converter 105-D. Pengontrolan dilakukan dengan

mengatur kerja yang diambil dari turbin expander 131-JX, dan dengan mengatur

letdown valve di aliran bottom 137-D. Dengan menggunakan teknologi Purifier

KBR, kelebihan nitrogen dari udara berlebih yang dimasukkan di secondary

reformer akan dibuang melalui proses pemurnian secara cryogenic. Kelebihan

nitrogen diambil bersama metana, argon dan pengotor lainnya dari syngas.

Kondisi ini akan mendapatkan tekanan yang lebih rendah di syn-loop,

gas recycle yang lebih rendah, volume katalis yang lebih sedikit, dan purge gas

yang lebih sedikit. Syngas kering dari molecular sieve dryer didinginkan sampai

-129°C di purifier feed/effluent exchanger 132-C, yang merupakan plate-fin

exchanger. Gas kemudian mengalir melalui purifier expander 131-JX, yang

merupakan expander turbo. Dalam expander ini, energi kerja diambil untuk

membangkitkan refrigerasi yang diperlukan untuk purifier. Energi yang diambil

dari expander dimanfaatkan sebagai energi listrik di purifier expander generator

131-JG. Keluaran expander selanjutnya didinginkan dan terkondensasi sebagian

di purifier feed/effluent exchanger 132-C.

Aliran gas proses kemudian memasuki purifier rectifier 137-D, yang

merupakan kolom yang berisikan tray. Liquid dari bottom rectifier diturunkan

tekanannya (letdown) ke tekanan yang lebih rendah dan sebagian akan menguap

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 82
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

di sisi shell purifier rectifier condensor 134-C yang merupakan penukar panas

jenis shell and tube.

Penurunan tekanan akan mengakibatkan terjadinya penurunan

temperatur. Aliran gas dingin pada tekanan rendah akan mendinginkan bagian atas

rectifier yang mengalir di sisi tube condensor, dan menghasilkan refluks untuk

rectifier. Syngas keluar dari purifier dengan rasio H/N 3 : 1, yang diperlukan

untuk sintesis amoniak. Ekses nitrogen yang terkondensasi mengandung semua

metana dan sekitar 60% argon yang terdapat dalam syngas yang diumpankan.

Sebagian cairan yang menguap keluar dari sisi shell condensor dan dipanaskan

kembali ke 1,8 °C bertukar panas dengan syngas inlet purifier 132-C, dan

kemudian meninggalkan purifier sebagai waste gas.

Waste gas digunakan untuk regenerasi molecular sieve dryer, dan

kemudian dikirim sebagai fuel ke primary reformer 101-B. Selama periode dryer

tidak regenerasi, waste gas dari purifier langsung dikirim ke fuel. Produk sisi atas

dari rectifier adalah syngas yang sudah dimurnikan. Syngas kemudian dipanaskan

menjadi 1,8 °C di exchanger bertukar panas dengan syngas inlet purifier, dan

kemudian dikirim ke kompresor syngas 103-J.

Pengotor yang masih tersisa di syngas yang sudah dimurnikan adalah

0.19 %-mol argon dan metana traces. Semua peralatan dan perpipaan purifier

(kecuali 131-JG) berada di dalam coldbox yang diisi dengan material insulasi

perlite. Hal ini untuk menjaga panas yang hilang keluar sistem kecil. Coldbox

terus di-purging dengan nitrogen, untuk mencegah masuknya titik air (moisture).

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 83
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

3.2.7 Tahap Sintesis Ammonia (Ammonia synthesis)

1) Tahap Kompresi Gas (Syn-Gas Compression)

Gas proses (dry gas) dengan rasio H2/N2 3:1 akan disintesis di ammonia

converter (105-D) menghasilkan amoniak. Namun, sebelum gas di sintesis, gas

terlebih dahulu akan dimampatkan di dalam kompresor gas sintesis (103-J). Hal

ini dilakukan karena konversi kesetimbangan di sintesis amoniak hanya akan

diperoleh optimal apabila berlangsung pada tekanan yang cukup tinggi. Sehingga,

pemampatan ini dilangsungkan dalam 3 tingkat (stages) yang mana menghasilkan

tekanan outlet gas proses sebesar 156.9 kg/cm2 dari 31.5 kg/cm2. Tekanan gas

sintesis yang diperoleh sama dengan tekanan operasi sintesis amoniak di

ammonia converter (105-D). Pada discharge stage ke 2 gas proses akan

bergabung dengan gas proses hasil recycle dari unitized chiller (120-C1/C2).

2) Tahap Sintesis Loop

Sintesis Loop terdiri dari ammonia converter feed/effluent exchanger

(121-C), ammonia syntesis converter (105-D), ammonia converter effluent/bfw

preheater dan steam generator (123-C1/C2), ammonia converter effluent cooler

(124-C1/C2), ammonia unitized chiller (120-C), dan ammonia separator (146-D).

Sebelum diumpankan ke ammonia converter (105-D), gas proses

tekanan tinggi keluaran kompresor sintesis gas (103-J), dipanaskan terlebih

dahulu di dalam heat exchangers (121-C). Gas proses tekanan tinggi mengalir di

sisi tube heat exchangers bertukar panas dengan gas keluaran ammonia converter

(105-D) yang terlebih dahulu panasnya dimanfaatkan untuk membangkitkan

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 84
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

steam di steam generator (123-C1/C2) yang mengalir di sisi shell heat

exchangers.

Ammonia Converter (105-D) merupakan converter horizontal yang

terdiri 3 bed berisi katalis dan dilengkapi dengan 2 interchanger (122-C1/C2). Gas

proses keluaran 121-C dibagi menjadi 3 aliran, pertama gas dialirkan ke furnace

(102-B). Fungsi dari furnace adalah memanaskan bed di dalam ammonia

converter pada saat start-up dan mereduksi katalis ammonia converter agar reaksi

pembentukan amoniak dapat berlangsung. Aliran kedua, gas proses diumpankan

ke ammonia converter melalui anulus 122-C1 menuju bed 1 dan aliran ketiga gas

proses masuk melalui tube 122-C2 menuju ke tube 122-C1 kemudian bergabung

dengan gas proses masuk ke bed 1. Pembentukan amoniak berdasarkan reaksi

antara hidrogen dan nitrogen sebagai berikut:

3H2 + N2 ↔ 2 NH3 (+Q)

Reaksi terjadi secara eksotermis dengan katalis magnetite promoted

iron, pada temperatur 454 – 482 oC dan tekanan 173 – 177 kg/cm2G, serta

perbandingan antara N2 dan H2 adalah 1:3. Reaksi ini hanya menghasilkan

konversi menjadi produk ammonia sebesar 20,31 % mol (Pusri-IIB, 2016). Oleh

karena itu, untuk mendapatkan hasil yang banyak, gas yang belum bereaksi di-

recycle secara terus-menerus agar bisa bereaksi kembali.

Keluaran converter dimanfaatkan panasnya terlebih dahulu di ammonia

converter effluent/bfw preheater and steam generator (123-C1/C2) untuk

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 85
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

menghasilkan steam HP. Pendinginan lebih lanjut berlangsung di ammonia

converter feed/effluent exchanger (121-C). Gas proses keluaran 121-C kemudian

didinginkan menggunakan cooling water di 124-C1/C2.

3) Refrigerasi dan Pemisahan Amoniak

Amoniak harus terus-menerus dipisahkan dari recycle gas yang menuju

ammonia converter karena amoniak yang menumpuk dalam reaktor akan

mempengaruhi kesetimbangan reaksi. Hal ini dilakukan dengan mendinginkan

aliran recycle gas sintesis melalui beberapa pendingin atau chiller untuk

mencairkan amoniak yang dihasilkan. Pemurnian produk amoniak dilakukan

dengan memanfaatkan sistem refrigerasi yang mempunyai dua macam kegunaan,

yaitu mem-flash cairan amoniak secara terus-menerus pada batas tekanan yang

lebih rendah untuk melepaskan gas-gas yang terlarut dan mengambil panas dari

gas sintesa dalam loop gas sintesa pada proses pendinginan untuk mendinginkan

sebagian gas recycle guna mendapatkan pemisahan dan pengambilan hasil

amoniak yang memuaskan dari loop sintesis.

Outlet dari ammonia converter selanjutnya didinginkan dan

dikondensasikan di ammonia unitized chiller 120-C. Heat exchanger ini

mendinginkan outlet converter dengan bertukar panas dengan gas recycle yang

kembali dari ammonia separator 146-D, dan dengan titik didih amoniak cair pada

empat temperatur yang berbeda (14,6 °C, -4.5 °C, -18.5 °C dan -33,3 °C).

Secara mekanikal, unitized chiller ini terdiri dari beberapa tube

konsentris, di mana amoniak mendidih mengalir melalui kompartemen. Syngas

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 86
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

recycle dari ammonia separator melewati tube sisi dalam secara counter current

dengan effluent gas outlet converter yang mengalir di anulus antar tube. Jadi, gas

outlet converter didinginkan dari luar dengan menggunakan refrigeran amoniak

dan dari dalam dengan gas recycle dingin.

Outlet converter didinginkan sampai temperatur -17,2 °C. Amoniak

yang terkondensasi dipisahkan di ammonia separator dan dikirim ke ammonia

letdown drum 147-D, yang beroperasi pada tekanan 19 kg/cm 2A. Di dalam 147-D,

syngas yang terlarut dalam amoniak akan terlepas. Gas yang terlepas tersebut

dikirim ke LP Ammonia Scrubber 123-D untuk dipisahkan sedikit kandungan

amoniak yang terikut dalam aliran gas, kemudian gas tersebut digunakan sebagai

bahan bakar di primary reformer. Sedangkan amoniak cair dari bottom drum

dikirim ke ammonia refrigerant receiver (149-D).

Amoniak cair dari bottom 147-D dikirim ke Ammonia Refrigerant

Receiver 149-D, kemudian dialirkan ke kompartemen #4 120-CF4 dan

kompartemen #1 120-CF1 Unitized Chiller sebelum ditransfer ke tangki

penyimpanan amoniak. Amoniak panas dari 149-D langsung ditransfer ke pabrik

urea menggunakan pompa 113-J/JA. Gas dari ammonia separator dipanaskan

kembali di unitized chiller dan lalu kembali ke suction kompresor syngas 103-J.

Untuk mencegah akumulasi inert (metana dan argon) di sintesis loop,

sekitar 2,7% gas dari ammonia separator di-purging. Flow gas yang dibuang

diatur untuk menjaga kandungan inert total di inlet converter sekitar 3,5 %-mol.

Empat tahap sistem refrigerasi amoniak dilakukan di sintesis loop untuk

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 87
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

pemurnian dan pendinginan amoniak. Selain itu, refrigerasi juga dilakukan untuk

mendinginkan gas interstage kompresor syngas. Sistem refrigerasi terdiri dari 4

tingkat kompresor sentrifugal dengan interstage cooler 128-C, 127-C, 149-D, dan

evaporator 120-CF1 sampai 120-CF4. Sistem ini dibuat untuk kontak chilling dan

venting gas inert yang terlarut dalam amoniak cair dari sintesis loop.

Seluruh flash drum unitized exchanger 120-C digunakan sebagai drum

suction kompresor refrigerasi 105-J dan sebagai drum liquid untuk setiap tahapan

refrigerasi. Ke empat vessel merupakan vessel horizontal yang bergabung bersama

dalam satu shell dengan head internal dan juga berisi seal di sekeliling heat

exchanger yang memanjang di area bawah unitized chiller. Kompresor 105-J akan

menarik vapor amoniak yang terbentuk dalam vessel 120-C agar tekanan dalam

vessel tetap terjaga. Vapor amoniak dari 120-CF1 pada suhu -33,3 oC dan tekanan

1,03 kg/cm2A masuk ke suction 105-J tingkat 1.

Discharge tingkat 1 akan bergabung dengan vapor dari 120-CF2 dengan

suhu -16,5oC dan tekanan 2,07 kg/cm2A menjadi suction tingkat 2. Vapor amoniak

discharge tingkat 2 pada suhu 61oC bergabung dengan vapor amoniak dari 120-

CF3 dengan suhu -2,2oC dan tekanan 3,69 kg/cm2A menjadi suction tingkat 3.

Discharge tingkat 3 dengan suhu 79,5oC dan tekanan 7,68 kg/cm2A kemudian

mengalir melalui sisi shell interstage cooler 128-C dan didinginkan dengan

cooling water hingga mencapai 38oC sebelum masuk ke suction tingkat 4.

Discharge tingkat 3 yang telah didinginkan bergabung dengan vapor

dari 120-CF4 dengan suhu 17oC dan tekanan 7,35 kg/cm2A menjadi suction

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 88
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

tingkat 4. Discharge tingkat 4 mengalir ke 127-C pada tekanan 16,7 kg/cm 2A dan

suhu 99 oC, dan bergabung dengan vapor dari 125-D. Discharge 105-J

dikondensasi dengan cooling water di 127-C, di mana 127-C merupakan shell and

tube heat exchanger. Amoniak akan terkondensasi di sisi shell dan dialirkan ke

Ammonia refrigerant receiver 149-D pada suhu 38oC. Liquid dari setiap flush

drum di flash ke drum yang bertekanan lebih rendah. Penurunan tekanan (flash)

akan mengakibatkan terjadinya penurunan temperatur pada amoniak. Level di

setiap drum dikontrol untuk menjaga level di drum sebelumnya.

3.2.8 Purge Gas Recovery Unit (PGRU)

PGRU merupakan unit yang berfungsi mengolah purge gas dari pabrik

ammonia, dimana purge gas tersebut masih mengandung NH3 dan H2 yang masih

dapat dimanfaatkan kembali untuk meningkatkan produksi dan efisiensi pabrik.

a. Recovery Amoniak Purge Gas


Purge gas tekanan rendah dari 149-D dan 147-D bergabung dan

mengalir ke 123-D. Purge gas di-scrub dengan air untuk memulihkan amoniak

sebagai larutan aqua amoniak. Air digunakan sebagai penyerap amoniak dari

purge gas disuplai dari 125-D setelah didinginkan menjadi 46 oC di Ammonia

Distillation Column Feed/Effluent Exchanger 161-C. Flow air penyerap yang

masuk ke 123-D adalah 963 kg/jam. Air penyerap masuk ke bagian atas scrubber

dan mengalir ke bawah secara counter current terhadap purge gas.


Gas outlet 123-D yang mengandung < 200 ppm amoniak dapat dialirkan

langsung ke sistem fuel 101-B ataupun dibuang ke header flare NH3. Liquid dari

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 89
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

123-D dengan konsentrasi amoniak yang diharapkan sebesar 7-8% berat akan

dipompakan ke Ammonia Distillation Column 125-D menggunakan pompa torak

160-J/JA. Discharge pompa akan bergabung dengan liquid dari bottom 124-D dan

dikirim ke 125-D dan melewati 161-C. 123-D mempunyai demister pada outlet

gas untuk menghilangkan liquid yang kemungkinan masih terbawa dalam gas.

Terdapat 4 buah packed bed berisi packing stainless steel, dan setiap packed bed

disangga oleh plat injeksi gas dan grating pada sisi atas.
Purge gas tekanan tinggi dari 146-D dengan suhu -22 oC masuk ke

bagian bawah 124-D dan mengalir ke atas melewati packed bed. Air penyerap dari

bottom 125-D pada suhu 211oC masuk ke 161-C dan mengalir di sisi tube untuk

didinginkan hingga mencapai 46oC. Air penyerap yang telah didinginkan lalu

masuk ke bagian atas 124-D dengan flow sebesar 1221 kg/jam. Tekanan operasi

124-D dikontrol pada tekanan 86,9 kg/cm 2G. Temperatur gas outlet 124-D adalah

sekitar 18oC, sedangkan larutan keluar dari bottom 124-D pada temperatur 7oC

dan mengandung sekitar 19-20% amoniak.


b. Kolom Destilasi Amoniak

Larutan amoniak dari 123-D dan 124-D bergabung dan mengalir di sisi

shell 161-C pada temperatur 30oC. Larutan dipanaskan sampai 161oC sebelum

masuk ke 125-D antara bed atas dan tengah. Tekanan kolom destilasi amoniak

dikontrol pada tekanan 19,9 kg/cm2A. Temperatur gas outlet pada kondisi normal

adalah sekitar 65 oC. Gas outlet 125-D mengandung 99,5% berat akan dialirkan ke

127-C untuk dikondensasikan dan dikembalikan ke sistem refrigerasi.

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 90
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

3.3 Unit Utilitas

Unit Utilitas merupakan unit pendukung yang mempersiapkan kebutuhan

operasional unit ammonia dan urea secara terus menerus baik yang berkaitan

dengan bahan baku maupun bahan pembantu pabrik. Unit kegiatan yang

dijalankan unit utilitas untuk mendukung pabrik ammonia dan pabrik urea

meliputi:

1) River Water Intake

2) Filter Water Treatment

3) Demin Water Unit

4) Cooling Water System

5) Plant Air and Instrument System

6) Fire Fighting System

7) Waste Water Treatment System

8) Ammonia Storage System

3.1.3. River Water Intake

Sumber air sungai sungai untuk Pusri IIB berasal dari Sungai Musi. River

Water Intake Facility didukung oleh dua unit pompa River Water Intake dengan

tipe centrifugal dan vertical. Pada kondisi normal, hanya 1 unit yang beroperasi

dan 1 unit lainnya akan standby. Air sungai disuplai oleh River Water Intake

Pump ke clarifier dengan normal flowrate sebesar 1059,5 m3/jam dan beroperasi

pada tekanan 4,5 kg/cm2G. Air sungai juga disuplai sebagai fire water melalui

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 91
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Main Fire Water Pump dengan flowrate sebesar 455 m3/jam dan tekanan operasi

sebesar 10 kg/cm2G.

3.3.1 Filter Water Treatment

Sistem pengolahan pada unit Filter Water Treatment didesain sedemikian

rupa hingga menghasilkan spesifikasi yang sesuai untuk kategori air bersih

(filtered water) yang akan digunakan pada proses selanjutnya. Sistem ini

mencakup sejumlah proses diantaranya yaitu terdiri dari proses clarifying

(penjernihan) yang dimana menggunakan clarifier dan proses filtrasi

menggunakan Pressure Sand Filter (PSF) sehingga menghasilkan air bersih

(filtered water), serta ada juga proses filtrasi menggunakan ultrafiltration unit

sehingga dihasilkan air minum (potable water).

3.3.2 Penyaringan Zat Padat yang Terapung

Air sungai Musi sebelum dikirim ke unit utilitas dipisahkan dari kotoran

zat padat. Jenis partikel koloid tersebut adalah penyebab kekeruhan dalam air

yang disebabkan oleh penyimpangan sinar yang menembus suspensi tersebut.

Larutan menjadi keruh bila terjadi pengendapan (presipitasi) yang merupakan

keadaan jenuh. Pemisahan air sungai Musi awalnya diproses pada saat River

Water Intake dengan menggunakan perangkat penyaring pada suction pompa

berupa 1 unit bar screen dengan material carbon steel disamping strainer pompa

itu sendiri. Hal ini diperlukan mengingat air sungai dari Sungai Musi merupakan

area terbuka dan dipergunakan secara luas oleh masyarakat dan dunia industri.

Dengan adanya fasilitas River Water Intake Screen ini, diharapkan dapat

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 92
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

menyaring kotoran dan potongan benda pada aliran masuk air sungai ke suction

pompa.

3.3.3 Clarifier

Clarifier (6201-U) dapat memproses air sungai dengan kapasitas total

sebesar 1100 m3/jam pada tekanan atmosfer, temperatur 30ºC dengn pH air yang

masuk 6,6-8,3 dan turbidity air yang masuk 44-95 NTU. Sejumlah bahan kimia,

seperti aluminium sulphate yang berfungsi sebagai coagulant, polymer sebagai

flocculant, caustic sebagai alkali untuk menjaga pH dan chlorine sebagai

oxidizing biocide, diinjeksikan ke air sungai yang masuk ke clarifier. Masing-

masing bahan kimia ini ditampung di masing-masing tangki sebelum diinjeksikan

ke clarifier. Endapan lumpur dalam bentuk slurry akan terpisah dari air dan secara

otomatis dibuang dengan konsentrasi endapan lumpur sekitar 0,8% dari slurry

yang keluar. Slurry selanjutnya mengalir ke Sludge Pond (6405-F) sedangkan air

jernih (clarified water) akan mengalir ke Clarified Water Basin (6204-F) sebelum

dikirim ke Pressure Sand Filter (6202-UA~UF). Diharapkan pH yang keluar dari

Clarifier berkisar 6,5-8,5 dengan turbidity <10 NTU.

1) Alumunium Sulfat

Alumunium sulfat berfungsi untuk memperbesar ukuran partikel koloid

dan menggumpalkan kotoran-kotoran pada proses penjernihan air sehingga akan

lebih mudah membentuk flok dan proses pengendapan. Penginjeksian bahan

kimia aluminium sulfat ke dalam air disertai dengan pengadukan cepat agar

tumbukan antar partikel berlangsung cepat. Pengadukan yang dilakukan secara

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 93
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

mekanis ini akan menghasilkan turbulensi air sehingga dapat mendispersikan

koagulan di dalam air. Partikel koloid dari flok terdiri dari ion-ion negatif dan oleh

karena muatannya sama maka akan saling tolak menolak. Apabila ion-ion positif

yang terdapat didalam zat pengendap bersentuhan dengan ion-ion negatif maka

membentuk flok-flok berupa gelatin, dengan demikian ukuran-ukuran partikel

akan bertambah besar sehingga dapat dipisahkan dengan jalan pengendapan baik

dalam bentuk koloid maupun suspensi.

Al2(SO4)3 + H2O → Al(OH)3 + H2SO4

2) Kaustik Soda

Kaustik soda berfungsi untuk mengatur pH dan mengikat H2SO4 yang

terbentuk akibat diinjenksikannya alum. Pembentukan flok dapat terjadi pada pH

5,7 – 6,2 dengan turbidity maksimum < 3,0 ppm.

H2SO4 + NaOH → Na2SO4 + H2O

3) Polimer

Air sungai yang telah bereaksi dengan bahan kimia di atas, dengan

membentuk floc yang siap diendapkan, selanjutnya dialirkan ke floculator untuk

mempercepat pengendapan atau untuk dipisahkan floc-floc dengan cara

pengendapan gravitasi. Sebelum masuk ke dalam floctreator diinjeksikan polymer

sebagai pengikat floc–floc kecil agar menjadi besar sehingga proses pengendapan

akan berlangsung lebih cepat. Polimer akan berperan sebagai jembatan

penghubung antar flok-flok kecil sehingga membentuk gumpalan yang lebih

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 94
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

besar. Penginjeksian polimer ini disertai dengan pengadukan lambat agar flok

yang telah terhubung di jembatan tidak pecah lagi dan membantu pembentukan

atau penggabungan flok-flok tersebut. Air bersih dipisahkan dengan dialirkan

melalui overflow di bibir floctreater dan endapan atau slurry yang terbentuk

secara otomatis dibuang melalui bagian bawah ke sludge pond. Endapan lumpur

yang terbentuk dibuang dengan pompa pembuangan lumpur melalui bagian

bawah floctreator dan dinamakan blow down.

Di dalam Floctreater terdapat cone yang memutar media secara

sentrifugal sehingga air bergerak ke atas sedangkan floc-floc terlempar dan

mengendap kemudian di blow down ke sewer. Di dalam floctreator terdapat

balnked (lumpur hidup) yang senantiasa bergerak sehingga floc yang berukuran

besar turun ke bawah dan mengendap.

3.3.4 Clarifier Water Basin

Dari clarifier air mengalir ke clarified water basin atau clearwell yang

merupakan bak penampung dari beton yang berfungsi sebagai penyediaan air

dalam jumlah yang cukup banyak untuk menjamin suatu aliran normal sebelum

dikirim ke Pressure Sand Filter (6202-UA~UF). Diharapkan pH yang keluar dari

Clarifier berkisar 6,5-8,5 dengan turbidity <10 NTU.

3.3.5 Pressure Sand Filter

Pressure Sand Filter (PSF) dapat memproses 220 m3/jam air jernih

(clarified water) per vessel pada tekanan operasi 5 kg/cm2G dan temperatur

operasi 30ºC. Di pressure sand filter, clarified water mengalir dari bagian atas

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 95
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

menuju ke bawah dengan melalui media filter dimana partikel pengotor seperti

suspended solid disaring. Hasil keluaran dari pressure sand filter, dengan

kandungan kurang dari 1 ppm suspended solid, dikirim ke filtered water tank dan

Ultrafiltration Unit untuk diproses lebih lanjut.


Proses backwash untuk pressure sand filter diperlukan untuk menjaga

kinerja filtrasi, dengan menggunakan air scour blower dan backwash pump pada

tekanan 3,26 kg/cm2g. Proses backwash ini akan membuang suspended solid dan

partikel pengotor yang terjebak di media filter dan proses air blown ke media

filter guna melonggarkan kembali media filter tersebut. Air yang dikeluarkan dari

proses backwash ini akan dikirim ke backwash water recovery pond untuk diolah

kembali (recycle) di clarifier. Filtered water (air bersih) sebagai produk dari filter

water treatment diharapkan memiliki pH 6,5/7,5 (min/max), konsentrasi residual

chlorine < 0,5 ppm dan turbidity < 1 NTU.

3.3.6 Ultrafiltration System

Ultrafiltration system digunakan untuk menghilangkan partikulat atau

molekul (berukuran 0,1 – 0,01 μm), bakteri dan virus untuk produk air yang

keluar dari pressure sand filter (PSF) sehingga dihasilkan potable water. Air dari

filtered water treatment system (keluaran PSF) dikirim ke unit ultrafiltrasi yang

sebelumnya harus melewati terlebih dahulu bag filter sebagai proteksi UF dari

molekul dengan ukuran lebih dari 300 μm. Air yang keluar dari bag filter akan

memasuki unit ultrafiltrasi dari bagian bawah. Air disaring dengan module yang

terletak di dalam membran dengan tekanan operasi 4 kg/cm2G dan temperatur

operasi 28,5ºC dengan kapasitas 150 m3/jam untuk tiap unit UF. Permeate akan

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 96
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

dikeluarkan melalui bagian atas UF menuju potable water storage tank sedangkan

concentrate akan dikeluarkan dari samping UF menuju clarified water basin.

Efisiensi unit ultrafiltrasi didesain pada 96,8%.


Proses backwash UF pada basis regular, terdiri dari hydraulic clean

(HC) dan chemical enhanced backwash (CEB). Proses HC berlangsung selama 60

menit yang merupakan kombinasi dari forward flush (FF) dan backwash (BW).

Selama proses FF, material yang tertinggal di membran akan dibersihkan melalui

flushing menggunakan UF feed water di sepanjang permukaan inner membran ke

concentrate. Selama proses BW, membran UF dibersihkan luar-dalam oleh UF

back pulse pump dengan menggunakan permeate water yang dihasilkan dari

potable water tank. Buangan proses FF dan BW selanjutnya dikirim ke clarified

water basin. Potable water sebagai produk dari unit ultrafiltrasi memiliki

spesifikasi sebagai berikut, pH 6,5/8,5 (min/max), turbidity < 1 NTU dan

konsentrasi residual chlorine < 0,5 ppm.

3.3.7 Reverse Osmosis System

Filtered water dari filtered water tank dikirim menggunakan pompa ke

activated carbon filter (ACF) dari bagian atas yang akan mengalir ke bawah

melalui ACF untuk menurunkan turbidity, residual chlorine, volatile organic

compound dan logam yang terkandung di filtered water. Activated carbon filter

(ACF) bekerja pada tekanan operasi 4,5 kg/cm2G dan temperatur operasi 30ºC.

Proses backwash dibutuhkan untuk membuang suspended solid dan partikel-

partikel yang terkumpul di permukaan media filter yang dapat menurunkan

kinerja ACF. Proses backwash dapat berlangsung secara otomatis apabila pressure

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 97
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

differential antara inlet dan outlet ACF mencapai 0,7 kg/cm2G. Air untuk proses

backwash dikirim dari bagian bawah ACF dan mengalir ke bagian atas dan

membersihkan suspended solid yang terdapat di media filter.


Pompa bertekanan tinggi membawa air umpan ke Reverse Osmosis

(RO) Unit pada tekanan 14,5 kg/cm2G dan mendorong air yang sebelumnya

disaring di cartridge filter melalui pori-pori membran berukuran 5 micron.

Reverse osmosis dapat menghilangkan hampir semua material non-organik,

seperti mineral, garam, logam, virus, bakteri, dan lainnya untuk menghasilkan

deionized water dengan conductivity yang lebih rendah. Produk permeate dari RO

unit akan dikirim ke condensate storage tank, sedangkan air concentrate akan

dikirim ke cooling tower basin.


Pada kondisi normal operasi, membran di reverse osmosis system dapat

rusak oleh adanya mineral scale, biological matter, colloidal particle dan

insoluble organic. Deposit yang terakumulasi di permukaan membran selama

proses operasi dapat menyebabkan berkurangnya flow normal permeate,

berkurangnya kemampuan menolak garam, atau keduanya. Oleh karena itu,

membran sebaiknya dibersihkan dengan metode Cleaning in Place (CIP) dengan

menggunakan acid cleaner seperti bahan kimia anti scalant dan untuk

menghilangkan endapan senyawa inorganik. Iron dan alkaline cleaner seperti

slime inhibitor juga dapat digunakan untuk mengatasi organic fouling termasuk

juga senyawa biologis setiap periode tertentu.


Air produk RO memilki spesifikasi pH = 6,5-7; turbidity < 0,5 NTU; P

alkanity as CaCO3 sebesar 0 ppm; M alkanity as CaCO3 < 1 ppm; Chloride as Cl-

< 1 ppm; Sulphate as SO4 < 1 ppm; ammonia as NH3 < 1 ppm; calcium hardness

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 98
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

as CaCO3 < 1 ppm; magnesium hardness as CaCO3 < 1 ppm; iron as Fe < 0,3

ppm; silica as SiO2 < 0,5 ppm; total suspended solid < 1 ppm; total dissolved

solid < 5 ppm; dan conductivity < 10 μS/cm.

3.1.4. Demineralyzed Water Unit

Mixed Bed Polisher System digunakan untuk memproduksi demineralized

water melalui proses pertukaran ion (ion exchange). Mixed bed polisher

beroperasi pada tekanan 4,5 kg/cm2G dan temperatur 30ºC. Air demin sebagai

produk akhir dari mixed bed polisher unit mempunyai spesifikasi pH = 6-7,5;

conductivity < 0,2 μs/cm; sodium + potassium < 0,01 ppmw, chloride < 0,02 ppm,

copper < 0,003 ppm; iron < 0,02 ppm; silica < 0,005 ppm, hardness as Ca = 0

ppm dan dissolved solid < 0,1 ppm. Pertama-tama, kondensat dari condensate

storage tank dikirim oleh pompa ke mixed bed polisher dari bagian atas. Pada saat

kondensat melewati campuran resin anion dan kation yang terdapat di dalam

vessel, terjadilah proses ion exchange. Selama proses ini, ion yang terdapat di

kondensat proses akan berpindah ke pori-pori resin. Hasilnya, ion yang

sebelumnya berada di kondensat sekarang berada di resin dan ion yang

sebelumnya berada di resin sekarang berada di kondensat.


Proses regenerasi diperlukan untuk mengembalikan kondisi resin yang

sudah jenuh agar dihasilkan kualitas air seperti yang dipersyaratkan. Proses

regenerasi dilakukan apabila pressure drop mixed bed polisher > 1 kg/cm2G atau

bila conductivity outlet di atas batasan maksimal sebesar 0,2 μs/cm atau ketika

silica content lebih dari 0,005 ppm atau ketika service time cycle sudah mencapai

72 jam/siklus, yang mana yang lebih dulu tercapai. Tahapan regenerasi mixed bed

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 99
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

polisher terdiri dari backwash, settlement, chemical filling check, rinse, full drain,

air mix, settlement, water filling, final rinse dan regeneration check.

3.3.8 Cooling Water System

Cooling Tower merupakan salah satu peralatan yang digunakan untuk

melepaskan panas dari warm cooling water yang dihasilkan dari proses pabrik

lain ke atmosfer dan didesain memiliki heat transfer area yang cukup antara

cooling water yang masih panas dan udara pendingin. Cooling tower memilki dua

sistem yang terpisah untuk pabrik ammonia/utility dan untuk pabrik urea. Cooling

tower jenis natural draft ini menyuplai udara menggunakan bantuan impeller

berupa dua buah induced draft fan yang terletak di atas tower. Udara yang

bergerak dari bawah ke atas ini akan berkontakkan secara counter current dengan

air panas yang disuplai dari atas cooling tower. Air didistribusikan secara merata

sehingga terbentuk water droplets yang memiliki luas permukaan lebih besar agar

perpindahan panas yang terjadi optimal.


Air make-up disuplai ke basin cooling tower untuk mengimbangi

kehilangan akibat adanya air yang menguap (evaporation loss), drift loss water

dan blow down water. Cooling water membutuhkan beberapa perlakuan khusus

untuk menjaga kualitas seperti yang diharapkan. Karena air secara terus menerus

akan hilang karena adanya evaporation loss, air dalam jumlah tertentu harus terus

ditambahkan (air make-up). Air ini berperan dalam terjadinya peningkatan

impurities hardness, alkalinity dan silica di sistem cooling water. Karena adanya

kehilangan sejumlah air akibat terjadinya proses penguapan, sejumlah kotoran

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 100
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

(impurities) akan tertinggal di dalam air dan terus terakumulasi, hal ini dapat

meningkatkan potensi terbentuknya scale deposit di cooling water system.


Selama beroperasi, antara cooling water dan logam juga akan terjadi

kontak. Kontak antar keduanya akan meningkatkan potensi terjadinya korosi pada

logam. Oleh karena itu, dibutuhkan perawatan khusus secara terus menerus

dengan menggunakan bantuan bahan kimia tertentu. Injeksi yang dilakukan

adalah injeksi corrosion inhibitor, scale inhitor, dosing of chlorine, non-oxidizing

biocide, dispersant, pH control untuk H2SO4 dan untuk NaOH, dan oxidizing

biocide yang disiapkan melalui suatu coolilng tower chemical injection system.

3.3.9 Plant Air and Instrument Air System

Sumber utama untuk udara pabrik dan udara instrumen berasal dari

kompresor udara proses (101-J) di pabrik amoniak. Sebelum memasuki line

distribusi, udara pabrik harus melalui air receiver yang juga berperan sebagai

holding vessel dan instrument air dryer package sebagai dryer unit. Kapasitas air

receiver dan instrument air dryer package sebesar 1600 Nm3/jam. Tekanan

operasi air receiver adalah 7,5 kg/cm2G dan temperatur operasi adalah 30ºC. Air

receiver dilengkapi dengan drain trap untuk membuang cairan secara terus-

menerus dan otomatis, juga untuk mencegah hilangnya udara bertekanan. Balance

pipe akan mengarahkan udara yang masuk ke trap agar kembali ke air receiver.
Disediakan dua unit stand-by kompresor udara dengan masing-masing

kapasitas sebesar 2500 Nm3/jam untuk memenuhi kebutuhan udara pabrik dalam

kondisi emergency. Instrument air dryer (tipe pressure swing adsorption dengan

dua unit tower) digunakan untuk menghilangkan kandungan air di udara

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 101
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

bertekanan dengan menggunakan activated alumina sebagai desiccant. Selama

siklus berlangsung, udara bertekanan akan melalui desiccant yang terdapat di

dalam vessel. Dengan mengalirnya udara ke desiccant, pori-pori berukuran

microscopic di permukaan bed desiccant akan menyerap uap air dari udara dan

menurunkan humidity dan temperatur udara sampai mencapai dew point -40ºC.

Adsorpsi merupakan suatu proses pelepasan panas (eksotermis) dan panas

disimpan di dalam bed desiccant selama siklus regenerasi. Dikarenakan air

melekat di desiccant, desiccant bed akan menjadi jenuh dan memerlukan proses

regenerasi.
Selama proses regenerasi, off-stream tower akan diturunkan tekanan dari

tekanan operasi 7,5 kg/cm2G menjadi tekanan atmosferik. Sejumlah udara kering

dilewatkan ke desiccant bed yang terdapat di off-stream tower. Kombinasi dari

udara kering dan panas adsorpsi dari siklus pengeringan (drying) akan

menghilangkan moisture di desiccant.

3.3.10 Gas Metering System

Gas alam digunakan sebagai bahan baku dan bahan bakar dipabrik amoniak. Gas

alam disaring terlebih dahulu untuk menangkap partikel-partikel seperti pipe scale

dan liquid hydrocarbon yang muncul karena adanya perubahan isotermal.

Peralatan yang dilewati oleh natural gas dari tie-in point adalah upstream

scrubber, Scrubber Filter, downstream scrubber dan gas metering system.

Natural gas mengalir ke inlet nozzle upstream scrubber lalu gas alam tersebut

dialirkan keluar melalui bagian atas upstream scrubber.

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 102
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Scrubber ini dilengkapi dengan demister untuk menangkap cairan yang

terdapat di dalam gas alam. Hidrokarbon berat dari bagian bawah upstream

scrubber dikirim ke burning pit bersamaan dengan kondensat hidrokarbon berat

dari scrubber filter dan downstream scrubber. Cairan yang sudah terpisah akan

bertahan di bagian bawah vessel dan dikeluarkan melalui control valve. Upstream

scrubber bekerja pada tekanan operasi normal 28 kg/cm2G dan temperatur operasi

30ºC. Gas yang keluar dari upstream scrubber selanjutkan dikirim ke scrubber

filter untuk menangkap debu, partikel padat, cairan yang masih tersisa dan juga

menangkap oil traces di dalam gas apabila ada.


Scrubber filter dapat menangkap partikel dengan ukuran ≥ 0,3 μm dengan

efisiensi sebesar 99,98% pada tekanan operasi 28 kg/cm 2G dan temperatur operasi

30ºC. Gas dari scrubber filter selanjutnya dikirim ke downstream scrubber

sebelum dikirim ke pabrik amoniak untuk ditangkap cairan yang masih tersisa.

Sebelum memasuki downstream scrubber, tekanan gas alam dikurangi

menggunakan letdown valve dari 28 kg/cm2G menjadi 14 kg/cm2G. Aliran gas

alam dari downstream scrubber diukur oleh FI-4181 di gas metering system untuk

mengetahui jumlah gas alam yang dikirim ke pabrik amoniak.

3.3.11 Ammonia Storage System

Fasilitas penyimpanan amoniak digunakan untuk menyimpan kelebihan

produk ammonia di pabrik amoniak dan juga sebagai penyimpan amoniak apabila

urea plant shutdown. Tangki penyimpan amoniak dapat menyimpan amoniak

pada tekanan operasi atmosferik di sisi dalam tangki dan tekanan 0,05 kg/cm 2G

untuk sisi luar tangki. Temperatur operasi pada -33ºC untuk sisi dalam tangki dan

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 103
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

36ºC untuk sisi luar tangki. Terdapat dua buah sumber amoniak yang masuk ke

ammonia storage tank yaitu ammonia liquid dari pabrik amoniak dan ammonia

vapor dari OEP loading facility.


Ammonia liquid dari tangki penyimpanan amoniak pertama-tama

dipanaskan terlebih dahulu dari temperatur -33ºC hingga mencapai 38ºC dengan

menggunakan ammonia heater sebelum dikirim ke pabrik urea dengan

menggunakan pompa. Pada kondisi normal, ammonia vapor yang dihasilkan dari

tangki amoniak didinginkan dengan menggunakan ammonia refrigerant

compressor 105-J di pabrik amoniak.


Ammonia Refrigerant Compressor 105-J di pabrik amoniak berfungsi

memenuhi kebutuhan pendinginan untuk mendinginkan storage hingga

temperatur -33ºC, maupun tambahan panas ke tangki dan kondensasi vapor yang

kembali dari produk amoniak di pabrik amoniak ke tangki penyimpanan termasuk

juga tambahan panas dari pengiriman amoniak yang berasal dari tangki OEP.

Selama berlangsung loading amoniak, akan ada ammonia vapor yang kembali ke

storage tank. Ammonia vapor ini perlu dikompresi dan dicairkan dengan bantuan

Ammonia Refrigeration Compressor 105-J.


Boil off gas (BOG) refrigerant compressor disiapkan untuk mendinginkan

ammonia vapor yang berasal dari tangki amoniak apabila ammonia refrigeration

compressor di pabrik amoniak shutdown. Sistem ini terdiri dari satu skid

compressor (terdiri dari ammonia KO drum, re-evaporator, oil separator, oil

cooler, screw compressor, main motor dan lubricant system) dan satu skid

condenser (terdiri dari ammonia condenser, liquid receiver dan economizer).

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 104
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Amoniak dari tangki penyimpanan amoniak memasuki ammonia KO drum

untuk memisahkan ammonia vapor yang terbentuk di tangki amoniak dengan

ammonia liquid. Ammonia vapor mengalir keluar dari bagian atas vessel dan

dikompresi. Ammonia vapor dari discharge kompresor dialirkan ke 1st Stage Oil

Separator untuk memisahkan minyak yang terkandung di ammonia vapor.

Kemudian ammonia vapor dikirim ke oil separator. Ammonia vapor kemudian

akan melewati kondensor untuk dikondensasi. Amoniak yang terkondensasi

dialirkan ke liquid receiver. Ammonia liquid dari liquid receiver dikirim ke

economizer dan kemudian ke re-evaporator untuk menguapkan amoniak

sedangkan ammonia liquid dikirim kembali ke ammonia storage tank.

3.3.12 Waste Water System

Pengolahan air limbang berfungsi untuk meyakinkan semua

effluent/limbah dari pabrik amoniak, urea dan utilitas dikelola dengan benar

sebelum dibuang dengan memenuhi standar buangan limbah. Larutan OASE dari

pabrik amoniak, larutan asam sulfat dan kaustik soda dari unit demineralisasi,

mixed bed polisher, unit ultrafiltrasi, saluran injeksi bahan kimia, NaOH,

koagulan, saluran tangki H2SO4 dinetralkan terlebih dahulu di neutralization pond

pada pH berkisar 7-8 sebelum dikirim ke pengelolahan limbah existing melalui

pompa.
Air limbah lainnya seperti effluent water dari pabrik Urea dan off-spec

condensate ditampung di check pit a untuk dikelola. Air limbah dipompakan oleh

pompa ke ammonia stripper feed preheater dan selanjutnya diproses melalui

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 105
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

metode stripping di ammonia stripper dengan menggunakan low pressure steam.

Waste water urea yang mengandung minyak dikirim langsung ke check pit b.

Kandungan amoniak di waste water dipisahkan pada kondisi tekanan

rendah 0,1 kg/cm2G dan temperatur tinggi 101,8ºC di ammonia stripper. Uap

yang dihasilkan dari proses stripping yang mengandung amoniak akan dibuang

dari bagian atas tower dan menuju atmosfer. Air limbah yang telah diolah akan

mengalir ke sisi bagian bawah ammonia stripper menuju ammonia stripper feed

preheater, lalu didinginkan di effluent cooler dari temperatur 54,2ºC menjadi 40ºC

pada tekanan 0,3 kg/cm2G dan terakhir ditampung di check pit b. Air yang telah

diolah dan sudah memenuhi standar air buangan dikirim ke lokasi pengelolaan

limbah existing dengan menggunakan pompa.

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 106
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

BAB IV

4 TUGAS KHUSUS

Menghitung Neraca Massa, Neraca Panas, dan Efisiensi Panas dari

Vacuum Consentration (FA-202) di unit Urea P-IIB Pusri Palembang.

4.1 Latar Belakang

Vacuum Concentration (FA-202) merupakan evaporator yang terdapat pada

proses seksi konsentrasi di Unit Urea P-IIB Pusri Palembang. Evaporator (FA-

202) ini berfungsi memekatkan larutan Urea menjadi konsentrasi 96 % wt

(termasuk free NH3 dan biuret) dengan menggunakan panas kondensasi dan

absorbsi gas dari HP Decomposser (DA-201). Larutan Urea yang sudah

dipekatkan kemudian dialirkan ke final konsentrasi untuk menaikkan konsentrasi

99,7%wt sebelum masuk ke proses seksi Prilling.

Kinerja dari Evaporator FA-202 diperlukan untuk kelangsungan proses

perpindahan panas yang baik.untuk mengetahui kelayakan operasinya maka

kinerja Evaporator harus selalu dievaluasi. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan

menghitungan neraca massa, neraca panas, dan efesiensi panas pada alat tersebut.

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 107
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

4.2 Tujuan

Adapun tujuan dari tugas khusus ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui efisiensi Evaporator FA-202 Vacuum Concentration di

Unit Urea P-IIB PT. Pusri Palembang.

2. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai

efisiensi Evaporator FA-202 Vacuum concentration di Unit Urea P-IIB PT.

Pusri Palembang.

4.3 Manfaat

Adapun manfaat dari tugas khusus ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui komponen aliran input dan output pada Vacuum

Concentrator.

2. Dapat mengetahui Effisiensi Panas Evaporator FA-202 (Vacuum

Concentration) di Unit Urea P-IIB PT. Pusri Palembang.

3. Dapat menganalisa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai effisiensi

Evaporator FA-202 (Vacuum Concentration) di Unit Urea P-IIB PT. Pusri

Palembang.

4.4 Tinjauan Pustaka

4.4.1 Neraca Massa

Neraca massa adalah perhitungan arus masuk dan keluar sistem dalam

satuan kg/jam. Perhitungan neraca massa diperlukan dalam rancang bangun,

evaluasi, dan efisiensi kerja alat serta kebutuhan bahan baku dari suatu pabrik.

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 108
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Perhitungan neraca massa berdasarkan hukum kekekalan massa, dimana massa

tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan tetapi dapat berubah wujud,

sehingga dalam suatu sistem jumlah massa adalah tetap. (Himmelblau, David

M.1996)

4.4.2 Neraca Energi

Neraca Energi adalah cabang keilmuan yang mempelajari kesetimbangan

energi dalam sebuah sistem. Neraca energi dibuat berdasarkan pada hukum

pertama termodinamika. Hukum pertama ini menyatakan kekekalan energi, yaitu

energi tidak dapat dimusnahkan atau dibuat, hanya dapat diubah bentuknya.

Perumusan dari neraca energi suatu sistem mirip dengan perumusan neraca massa.

Namun, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu suatu sistem dapat

berupa sistem tertutup namun tidak terisolasi (tidak dapat terjadi perpindahan

massa namun dapat terjadi perpindahan panas) dan hanya terdapat satu neraca

energi untuk suatu sistem (tidak seperti neraca massa yang memungkinkan adanya

beberapa neraca komponen).

4.4.3 Seksi Concentration

Larutan urea dari Seksi Purifikasi dinaikkan konsentrasinya menjadi

99.7% di Seksi Konsentrasi dan kemudian dikirim ke Seksi Prilling. Pada tahap

pertama, larutan urea dinaikkan konsentrasinya menjadi 96% (termasuk free NH 3

dan biuret) di Vacuum Concentrator (FA-202) dengan menggunakan panas

kondensasi dan absorbsi gas dari HP Decomposer (DA-201). Pada tahap akhir

konsentrasi urea dinaikkan sampai 99.7 % di Final Concentrator (EA-202) dan

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 109
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Final Separator (FA-203) sebagai molten urea yang selanjutnya dikirim ke Prilling

Tower (IA-301).

4.4.3.1 Vacuum Concentrator (FA-202) dan Heater of Vacuum Concentrator

(EA-201)

Tahapan di Seksi Konsentrasi terdiri dari Heater of Vacuum

Concentrator (EA-201) dan Vacuum Concentrator (FA-202). Tekanan

operasi dan temperature harus ditentukan dengan hati-hati sehingga

dengan kondisi tersebut konsentrasi urea akan mencapai 96%. Range

operasi normal untuk tekanan adalah 210 – 290 mmHgA dan range operasi

normal untuk temperature adalah 130 – 136 oC. Apabila tekanan di

Vacuum Concentrator (FA-202) naik melebihi 290 mmHgA dan

temperature turun sampai kurang dari 130 oC, proses penguapan air akan

terganggu sehingga konsentrasi urea tidak tercapai (kurang dari 96%), dan

akan mengakibatkan beban di Final Separator (FA-203) over load.

Tekanan operasi yang lebih rendah akan meningkatkan penguapan air dan

menghasilkan konsentrasi urea yang lebih tinggi. Temperatur operasi yang

lebih tinggi akan menghasilkan konsentrasi urea yang lebih tinggi, akan

tetapi temperature yang terlalu tinggi akan meningkatkan kandungan

biuret dan mengakibatkan produk urea tidak sesuai spesifikasi.

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 110
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

4.5 Data dan Hasil Perhitungan

4.5.1 Menghitung Neraca Massa Vacuum Concentration FA-202

Menggunakan Data Design.

1. Neraca Massa

Data Design Evaporator FA-202

1. Data operasional Neraca massa sekitar Vacuum Concentration (FA-202) di Unit

Urea PUSRI P-IIB.

Tabel 4.1. Data komponen inlet dan outlet

Inlet Outlet
Komponen
Aliran 20 Aliran 22 Aliran 23
Total (Kg/Jam) 171601 51883 119719
Urea (wt%) 67.10 1.35 95.32
NH3 (wt%) 0.54 1.83 0.06
CO2 (wt%) 0.32 1.21 0.00
H2O (wt%) 31.72 95.62 4.00
Biuret (wt%) 0.33 0.00 0.62
Sumber : Material Balance Pabrik Urea Pusri IIB

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 111
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

t
DIAGRAM ALIR NERACA MASSA e
k
EA-501 s
a
B
g
n

FA-202
lli
ri
Steam P
e
K
EA-201

FA-207
132˚C
EA-202

Gambar 4.1. Diagram alir neraca massa

Dari tanki
ureaMassa Vacuum Concentration (FA-202) di Pabrik Urea Pusri P-IIB
2. Neraca
98˚C EA- 401
secara design.

Perhitungan : DA-201
GA-201A,B
a. Komposisi Total Input Vacuum Concentration

1. Aliran 20 ( Input Vacuum Concentration dari Urea Solution Tank)

Flow Urea Solution Tank : 171601 Kg/Jam

Massa Aliran Masuk dari Urea Solution Tank : 171601 Kg

a) Urea : 67,10 wt%

Massa Urea : wt% x Massa Aliran Masuk

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 112
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

: 67,10 wt% x 171601 Kg

: 115137 Kg

b) NH3 : 0,54 wt%

Massa NH3 : wt% x Massa Aliran Masuk

: 0,54 wt% x 171601 Kg

: 928 Kg

c) CO2 : 0,32 wt%

Massa CO2 : wt% x Massa Aliran Masuk

: 0,32 wt% x 171601 Kg

: 542 Kg

d) H 2O : 31,72 wt%

Massa H2O : wt% x Masssa Aliran Masuk

: 32,72 wt% x 171601 Kg

: 54433 Kg

e) Biuret : 0,33 wt%

: wt% x Massa Aliran Masuk

: 0,33 wt% x 171601 Kg

: 561 Kg

b. Komposisi Total Outlet dari Vacuum Concentration

1. Aliran 22 (Output Vacuum Concentration ke Prosess Concdensate Tank)

Flow Vacuum Concentration : 51883 Kg/Jam

Massa Aliran Vacuum Concentration : 51883 Kg

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 113
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

a) Urea : 1,35 wt%

Massa Urea :wt% x Massa Aliran Masuk

: 1,35 wt% x 51883 Kg

: 699 Kg

b) NH3 : 1,83 wt%

Massa NH3 : wt% x Massa Aliran Masuk

: 1,83 wt% x 51883 Kg

: 950 Kg

c) CO2 :1,21 wt%

Massa CO2 : wt% x Massa Aliran Masuk

: 1,21 wt% x 51883 Kg

: 626 Kg

d) H2O : 95,62 wt%

Massa H2O : wt% x Massa Aliran Masuk

: 95, 62 wt% x 51883 Kg

: 49608 Kg

2. Aliran 23 ( Output Vacuum Concentration ke Final Concentration)

Flow Vacuum Concentration : 119719 Kg/Jam

Massa Aliran Vacuum Concentration : 119719 Kg

a) Urea : 95,32 wt%

Massa Urea : wt% x Massa Aliran Masuk

: 95,32 wt% x 119719 Kg

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 114
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

: 114116 Kg

b) NH3 : 0,06 wt%

Massa NH3 : wt% x Massa Aliran Masuk

: 0,06 wt% x 119719 Kg

: 73 Kg

c) H2O : 4,00 wt%

Massa H2O : wt% x Massa Aliran Masuk

: 4,00 wt% x 119719 Kg

: 4791 Kg

d) Biuret : 0,62 wt%

Massa Biuret : wt% x Massa Aliran Masuk

: 0,62 wt% x 119719 Kg

: 739 Kg

Tabel 4.2. Neraca Massa

Komponen Input Output


Aliran 20 (kg) aliran 22 (kg) aliran 23 (kg)
Urea 115137 699 114116
NH3 928 950 73
CO2 542 626 0
H2O 54433 49608 4791
Biuret 561 0 739
Subtotal 171601 51883 119719
Total 171601 171602

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 115
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

4.5.2 Menghitung Neraca Massa Vacuum Concentration FA-202

Menggunakan Data Aktual.

Data aktual Evaporator FA-202

1. Data operasional Neraca massa sekitar Vacuum Concentration (FA-202) di Unit

Urea PUSRI P-IIB.

Tabel 4.3. Data komponen inlet dan outlet

Inlet Outlet
Komponen
Aliran 20 Aliran 22 Aliran 23
Total (Kg/Jam) 194734,42 58876,17871 135858,2406

Urea (wt%) 130658,544 793,2164 129499,9038


NH3 (wt%) 1053,103 1078,0481 82,84108257
CO2 (wt%) 615,067 710,3770 0
H2O (wt%) 61771,077 56294,5372 5436,871597
Biuret (wt%) 636,628 0,0000 838,6241098
Sumber : Unit Operasi Pabrik Urea Pusri IIB

2. Neraca Massa Vacuum Concentration (FA-202) di Pabrik Urea Pusri P-IIB

secara aktual.

Perhitungan :

b. Komposisi Total Input Vacuum Concentration

1. Aliran 20 ( Input Vacuum Concentration dari Urea Solution Tank)

Flow Urea Solution Tank : 194734,42 Kg/Jam

Massa Aliran Masuk dari Urea Solution Tank : 194734,42 Kg

a) Urea : 67,10 wt%

Massa Urea : wt% x Massa Aliran Masuk

: 67,10 wt% x 194734,42 Kg

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 116
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

: 130658,544 Kg

b) NH3 : 0,54 wt%

Massa NH3 : wt% x Massa Aliran Masuk

: 0,54 wt% x 194734,42 Kg

: 1053,103 Kg

c) CO2 : 0,32 wt%

Massa CO2 : wt% x Massa Aliran Masuk

: 0,32 wt% x 194734,42 Kg

: 615,067 Kg

d) H 2O : 31,72 wt%

Massa H2O : wt% x Masssa Aliran Masuk

: 31,72 wt% x 194734,42 Kg

: 61771,077 Kg

e) Biuret : 0,33 wt%

: wt% x Massa Aliran Masuk

: 0,33 wt% x 194734,42 Kg

: 636,628 Kg

b) Komposisi Total Outlet dari Vacuum Concentration

1. Aliran 22 (Output Vacuum Concentration ke Prosess Concdensate Tank)

Flow Vacuum Concentration : 58876,17871 Kg/Jam

Massa Aliran Vacuum Concentration : 58876,17871 Kg

e) Urea : 1,35 wt%

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 117
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Massa Urea :wt% x Massa Aliran Masuk

: 1,35 wt% x 58876,17871 Kg

: 793,2164 Kg

f) NH3 : 1,83 wt%

Massa NH3 : wt% x Massa Aliran Masuk

: 1,83 wt% x 558876,17871 Kg

: 1078,0481 Kg

g) CO2 :1,21 wt%

Massa CO2 : wt% x Massa Aliran Masuk

: 1,21 wt% x 58876,17871 Kg

: 710,3770 Kg

h) H2O : 95,62 wt%

Massa H2O : wt% x Massa Aliran Masuk

: 95, 62 wt% x 58876,17871 Kg

: 56294,5372 Kg

2. Aliran 23 ( Output Vacuum Concentration ke Final Concentration)

Flow Vacuum Concentration : 135858,2406 Kg/Jam

Massa Aliran Vacuum Concentration : 135858,2406 Kg

e) Urea : 95,32 wt%

Massa Urea : wt% x Massa Aliran Masuk

: 95,32 wt% x 135858,2406 Kg

: 129499,9038 Kg

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 118
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

f) NH3 : 0,06 wt%

Massa NH3 : wt% x Massa Aliran Masuk

: 0,06 wt% x 135858,2406 Kg

: 82,8411 Kg

g) H2O : 4,00 wt%

Massa H2O : wt% x Massa Aliran Masuk

: 4,00 wt% x 135858,2406 Kg

: 5436,8716 Kg

h) Biuret : 0,62 wt%

Massa Biuret : wt% x Massa Aliran Masuk

: 0,62 wt% x 135858,2406 Kg

: 838,6241 Kg

Tabel 4.4. Neraca Massa

Komponen Input output


Aliran 20 (kg) aliran 22 (kg) aliran 23 (kg)
Urea 130658,5442 793,2164 129499,9038
NH3 1053,1031 1078,0481 82,8411
CO2 615,0667 710,3770 0,0000
H2O 61771,0774 56294,5372 5436,8716
Biuret 636,6280 0,0000 838,6241
Subtotal 130658,5442 58876,17871 135858,2406
194734,4193 194734,4193
Total

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 119
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

t
e
k
EA-501 s
a
B
g
n
FA-202

lli
ri
P
2. Neraca Panas e
K
DIAGRAM ALIR NERACA PANAS
EA-201

FA-207
132˚C
EA-202

Steam

Dari tanki
Viki Anjoba (1500020187)
urea
M Solihin Akbar (1500020161)
98˚C EA- 401
Universitas Ahmad Dahlan 120

DA-201
GA-201A,B
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Gambar 4.2. Diagram alir neraca panas

Dari perhitungan neraca massa selanjutnya menghitung neraca panas.

Perhitung neraca panas berdasarkan pada:

Basis Waktu : Jam

Satuan panas : Kj atau joule

Qinput = Qoutput

4.6 Perhitungan Kapasitas Panas (Cp)

Keterangan :

Cp : Kapasitas panas (joule/mol.K)

A B C D dan E : Konstanta kapasitas panas

T : Temperatur (K)

 Kapasitas Panas Liquid

Tabel 4.5. Data konstanta Konstanta kapasitas panas (joule/mol.K)

Komponen A B C D
UREA 965,507 -5,0993 0,010028 -6,37990E-06

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 121
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

NH3 -182,157 3,3618 -0,014398 2,03710E-05


CO2 -338,956 5,2769 -0,0223279 3,59800E-05
H2O 92,053 -0,03995 -0,000211 5,34690E-07
Sumber : Chemical Properties, C. L. Yaws, 1999

Cp biuret liquid : 133,7283 joule/mol.K (pada suhu 405 K atau 132 0C)

Diperoleh dari

 Kapasitas Panas Gas

Tabel 4.6. Data konstanta Kapasitas panas gas (joule/mol.K)

Komponen A B C D E
0,00003808
24,856 0,14437
UREA 8 -1,1007E-07 3,9161E-11
0,00008890
33,573 -0,01258
NH3 6 -7,1783E-08 1,8569E-11
CO2 27,437 0,042315 -0,00001955 3,9968E-09 -2,9872E-13
0,00002990
33,933 -0,00842
H2O 6 -1,7825E-08 3,6934E-12
Sumber : Chemical Properties, C. L. Yaws, 1999

Perhitungan Kapasitas Panas (Cp) berdasarkan jumlah atom

Biuret (NH2CONHCONH2) = 3N+5N+2C+2O

Cp Biuret = a1+a2(C)+a3(H)+a4(O)+a5(N)+a6(S)

T (K) 1 2 3 4 5
300 4,86 9,04 5,69 11,4 11,9
400 0,864 12,6 7,37 13,9 14
500 -1,85 15,5 8,89 15,7 16
Perry chemical engineer handbook 2h.ed

Dengan menggunakan interpolasi data rentang temperature maka didapatkan :

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 122
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

T (K) a1 a2 a3 a4 a5
405 0,7283 12,745 7,446 13,99 14,1

4.7 Menghitung Neraca Panas

Q = ∆H

∆H = Hproduk – Hreaktan

∆H = n Cp dT

Qserap = m Cp dT

Keterangan :

∆H = perubahan panas (kJ) atau (J)

n = kuantitas materi (kmol) atau (mol)

m = massa (kg)

Cp = kapasitas panas (kJ/kmol.K) atau (J/mol.K)

dT = perbedaan temperatur (K)

(Himmelblau, D., Ed.6th, 1996, hal. 410)

4.8 Menghitung Neraca Panas Vacuum Concentration FA-202

Menggunakan Data Design

a) Neraca Panas input

1. Menghitung panas pada aliran 20 (liquid) menggunakan data design

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 123
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Perhitungan panas pada aliran 20 dengan menggunakan data design dapat dilihat

pada table 4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.7. Perhitungan Q input pada aliran 20 (liquid)

Komponen Suhu (K) n(mol) Cp (J/mol.K) Q (Joule)


Urea 405 1918950 121,3156 24909456401
NH3 405 54588,2353 170,9881 998731588
CO2 405 12318,1818 370,0064 487685283,3
H2O 405 3024055,56 76,7823 24844746347
Biuret 405 5446,60194 133,7283 77935035,57
Total 51318554656

b) Neraca Panas Output

1. Menghitung pana pada aliran 22 (gas) menggunakan data design

Perhitungan panas pada aliran 22 dengan menggunakan data design dapat dilihat

pada table 4.8. sebagai berikut:

Tabel 4.8. Perhitungan Q output aliran 22 (Gas)

Kompone
n Suhu (K) n (mol) Cp(J/mol.K) Q (joule)
Urea 405 11650 83,3149 103856145,9
NH3 405 55882,3529 38,7915 231950543,3
CO2 405 14227,2727 41,6254 63367038,32
H2O 405 2756000 76,7823 22642481157
Total 25820015407

2.Menghitung panas pada aliran 23 (liquid) menggunakan data design

Tabel 4.9 . Perhitungan Q output aliran 23 (liquid)

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 124
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Komponen Suhu (K) n (mol) Cp (j/mol.K) q(joule)


1901933,333 121,3156 24688566896
Urea 405
4294,117647 170,9881 78564015,01
NH3 405
0 370,0064 0
CO2 405
266166,6667 76,7823 2186746638
H2O 405
7174,757282 133,7283 102663086,1
Biuret 405
total 30375851879

4.9 Menghitung Q loss

Total Qinput = 33288067045 joule

Total Qoutput = Qaliran 22 + Qoutput 23

= 6295857166 joule + 25543088989 joule

= 31838946156 joule

Q loss = Qinput- Qoutput

Qloss = 51318554656 joule - 50098195519 joule

= 1220359136 joule

Qloss
% Qloss = x 100%
Q input

1220359136 joule
= x 100%
51318554656 joule

= 2,43%

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 125
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

4.10 Menghitung efisiensi panas

Efesiensi panas dapat dihitung dengan cara :

jumlah panas yang keluar


Eff = x 100%
jumlah panas yang masuk

50098195519 joule
= x 100%
51318554656 joule

= 97,622 %

4.11 Menghitiung Neraca Panas Vacuum Concentrator FA-202

menggunakan data aktual

a) Neraca Panas input

1. Menghitung panas pada aliran 20 menggunakan data aktual

Perhitungan panas pada aliran 20 menggunaka data aktual dapat dilihat pada

tabel 4.10 sebagai berikut:

Tabel 4.10. Perhitungan Q input pada aliran 20 (liquid)

Komponen suhu (K) n(mol) Cp (J/mol.K) Q (Joule)


Urea 403,75 2177642,4027 121,4642265 27971472491
NH3 403,75 61947,2398 168,849913 1106122375
CO2 403,75 13978,7879 364,8810739 539387936,4
H2O 403,75 3431726,5202 76,71766215 27841229283
Biuret 403,75 6180,8548 133,474725 87242470,01
Total 57545454556
b) Neraca Panas Output

1. Menghitung panas pada aliran 22 menggunakan data aktual

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 126
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

Perhitungan panas pada aliran 22 menggunakan data aktual dapat dilihat pada

table 4.11 sebagai berikut:

Tabel 4.11. Perhitungan Q output aliran 22 (Gas)

Komponen Suhu (K) n (mol) Cp(J/mol.K) Q (joule)


Urea 403,75 13220,27412 83,15044602 116247981,1
NH3 403,75 63414,59435 38,75525786 259896377,1
CO2 403,75 16144,93093 41,58987536 71007494,11
H2O 403,75 3127474,289 76,71766215 25372863554
Total 25820015407

2. Menghitung panas pada aliran 23 menggunakan data aktual

Perhitungan panas pada aliran 23 menggunakan data actual dapat dilihat pada

table 4.12 sebagai berikut :

Tabel 4.12. Perhitungan Q output aliran 23 (liquid)

Komponen Suhu (K) n (mol) Cp (J/mol.K) Q(joule)


Urea 403,75 2158331,73 121,4642265 27723429955
NH3 403,75 4873,004857 168,849913 87011781,68
H2O 403,75 302048,4221 76,71766215 2450486460
Biuret 403,75 8141,981649 133,474725 114923681,5
Total 30375851879

4.12 Menghitung Q loss Aktual

Total Qinput = 57545454556 Joule

Total Qoutput = Qaliran 22 + Qoutput 23

= 25820015407 Joule + 30375851879 Joule

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 127
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

= 56195867285 Joule

Q loss = Qinput- Qoutput

Qloss = 57545454556 joule - 56195867285 joule

= 1349587270 joule

Qloss
% Qloss = x 100%
Q input

1349587270 joule
= x 100%
57545454556 joule

= 2,34 %

4.13 Menghitung efisiensi panas

Efesiensi panas dapat dihitung dengan cara :

jumlah panas yang keluar


Eff = x 100%
jumlah panas yang masuk

56195867285 joule
= x 100%
57545454556 joule

= 97,65 %

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 128
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

BAB V

5 PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini alat yang digunakan adalah Vacuum Concentrator di

Seksi Konsentrasi yang terdapat pada pabrik urea. Berdasarkan data desain yang

ada pada Vacuum Concentrator didapatkan perhitungan neraca massa dan neraca

panas, serta didapatkan perhitungan effisiensi dari Vacuum Concentrator.

Perhitungan dengan menggunakan data desain didapatkan neraca massa total input

sebesar 171601 kg/h dan neraca massa total output sebesar 171602 kg/h. Nilai

neraca panas total input di dapatkan sebesar 51318554656 joule dan neraca panas

total output sebesar 50098195519 joule.

Perhitungan Qloss dengan data desain dapat peroleh dengan cara

mengurangkan neraca panas total input dan neraca panas total output dengan nilai

sebesar 1220359136 joule. Dan didapatkan pula persentase Qloss sebesar 2,43%.

Perhitungan effisiensi dengan data desain dari Vacuum Concentrator pada

seksi konsentrasi diperoleh nilai sebesar 97,622 %.

Berdasarkan data aktual yang ada pada Vacuum Concentrator didapatkan

perhitungan neraca massa dan neraca panas, serta didapatkan perhitungan

effisiensi dari Vacuum Concentrator. Perhitungan dengan menggunakan data

aktual didapatkan neraca massa total input sebesar 194734,4193 kg/h dan neraca
Viki Anjoba (1500020187)
M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 129
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

massa total output sebesar 194734,4193 kg/h. Nilai neraca panas total input di

dapatkan sebesar 57545454556 joule dan neraca panas total output sebesar

56195867285 joule.

Perhitungan Qloss dengan data aktual dapat peroleh dengan cara pengurangan

neraca panas total input dan neraca panas total output dengan nilai sebesar

1349587270 joule. Dan didapatkan pula persentase Qloss sebesar 2,34%.

Perhitungan effisiensi dengan data aktual dari Vacuum Concentrator pada

seksi konsentrasi diperoleh nilai sebesar 97,65 %.

Dari perhitungan tersebut didapatkan hasil perbandingan effisiensi antara data

desain dan aktual sebesar 100,03%. Persentase perbandingan menunjukan angka

yg melebihi 100%, ini disebabkan karena neraca massa total dan neraca panas

total dari data aktual memiliki nilai flow rate yang lebih besar dibandingkan data

desainnya. Serta kondisi operasi pada data aktual yang juga berpengaruh pada

nilai effisiensinya, karena dari hasil perhitungan yang didapat effisiensi pada data

aktual lebih besar dari pada effisiensi data desain. Hal ini juga dapat disebabkan

karena adanya pemekatan larutan yang ada pada Vacuum Concentrator di unit IIB

ditambah dengan larutan yang berasal dari unit lain. Sehingga, effisiensi data

aktual lebih besar dari pada data desainnya. Dan dapat di simpulkan juga alat

tersebut masih beroperasi dengan baik.

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 130
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

BAB VI

6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan dan perhitungan dapat disimpulkan bahwa:


1. Hasil perhitungan panas pada kondisi aktual lebih besar dibandingkan pada

kondisi desain, sehingga dapat dikatakan alat ini masih mempunyai performa

yang baik.

2. Persentase panas yang hilang kelingkungan pada aktual lebih kecil yaitu 2,34%

dibandingkan desain yaitu sebesar 2,43%, sehingga dapat dikatakan bahwa isolasi

pada alat tersebut sudah sangat bagus.

3. Dari data diperoleh, effisiensi panas pada Vacuum Concentrator secara desain

sebesar 97,22% dan secara aktualnya didapatkan effisiensi sebesar 97,65%.

4. Perbedaan effisiensi dapat disebabkan oleh kondisi operasi pada Vacuum

Concentrator. Hal ini juga disebabkan karena adanya penambahan larutan dari unit

lain yang di pekatkan pada Vacuum Concentrator P-IIB.

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 131
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018

DAFTAR PUASTAKA

Himmelblau. 1996. Basic Principles and Calculations in Chemical Engineering.


Prentice Hall Internasional : London

‘’Panduan Dasar Operasi dan Proses Pabrik Pusri IIB Unit Utilitas
/Ammonia/Urea Plant ‘’.PT.Pupuk Sriwidjaja Palembang

Perry’s .1996. ‘’Chemical Engineering’s Hand Book’’ 2th edition,new York :


McGraw-Hill

Perry’s .1996. ‘’Chemical Engineering’s Hand Book’’ 7th edition,new York :


McGraw-Hill

Yaws, C. L., 1999, “Chemical Properties Handbook”, McGraw Hill Company,


Inc., New York

Viki Anjoba (1500020187)


M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 132

Anda mungkin juga menyukai