BAB I
PENDAHULUAN
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman
berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan oraganik ataupun
perkembangan yang dicapai menuntut industri serta praktisi yang ada didalamnya.
Tujuannya untuk menghadapi kemajuan yang ada. Sumber daya manusia yang
berkualitas diperlukan demi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era
sumbangan pemikiran dan karya nyata dalam membangun bangsa dan negara.
Untuk itu diperukan tenaga kerja yang professional yang siap menghadapi
Kerja praktek merupakan salah satu sarana bagi mahasiswa Teknik Kimia
dilapangan. Tujuan dari kerja praktek ini ialah untuk menyelaraskan aplikasi
dengan keilmuan dibidang teknik kimia. Pemahaman proses dan operasi yang
keilmuan yang bersifat praktis. Melalui kerja prakteak ini diharapkan mampu
yang ada melalui tugas khusus. Selain itu mahasiswa diharapkan memiliki
kemampuan yang cukup untuk terjun dibidang profesi sesuai dengan pendidikan
yang didapat dibangku kuliah. Dengan landasan diatas maka kerja perlu dilakukan
ilmu dan disiplin teknik kimia dalam hal teknologi, dan memliki pengaruh yang
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Jurusan Teknik Kimia
Unit IIB di proses produksi ammonia dan pupuk urea di PT. Pupuk
Sriwidjaja Palembang.
Alat yang menjadi tugas khusus dari kerja praktek adalah Vacuum
BAB II
2 MATERI LAPORAN
A. UMUM
kesadaran bahwa Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumber
daya alam dan tenaga kerja yang melimpah, sehingga sektor pertanian merupakan
prioritas utama yang mendapat perhatian dari pemerintah. Di sisi lain, laju
kebutuhan pangan masyarakat. Hal ini harus diikuti dengan usaha peningkatan
Perancang Negara (BPN), yang berada langsung di bawah Perdana Menteri Ir.
Juanda dengan Mr. Ali Budiarjo dan Prof. Otong Kosasih, masing-masing sebagai
Direktur Jendral (Dirjen) dan Wakil Dirjen BPN untuk membuat rancangan
Diperlukan modal yang besar untuk membangun pabrik besar ini. Untuk
telah memberikan pinjaman yang bersifat jangka panjang dan sebagian lainnya
Berdasarkan hasil studi kelayakan oleh Gass, Bell & Associates dari
Amerika, pada tahun 1957 direncanakan pembangunan pabrik pupuk urea dengan
ditunjang oleh keadaan geografis Sumatera Selatan yang memiliki kekayaan gas
bumi sebagai bahan baku utama dalam jumlah yang cukup besar. Sungai Musi
yang tidak pernah kering sepanjang tahun juga merupakan salah satu faktor positif
Bukit Asam yang tidak jauh dari kota Palembang banyak mengandung batubara
dan dapat dijadikan sebagai cadangan bahan baku yang sangat potensial
sebagai Proyek Pupuk Urea dengan Presiden Direkturnya Ir. Ibrahim Zahier.
Tahun 1963 pabrik pupuk ini mulai beroperasi. Proyek tersebut dikenal sebagai
pabrik pupuk kimia dipercayakan kepada Biro Perencanaan Negara (BPN), yang
berada langsung dibawah Perdana Menteri Ir. Juanda sebagai Dirjen BPN untuk
1959 dengan akte notaris Eliza Pondaag dan diumumkan pada lembaran negara RI
No. 46 tanggal 17 Juni 1960. Nama “PT Pupuk Sriwidjaja” merupakan gagasan
Prof. Ir. Otong Kosasih dan Ir. Rachaman Subandi yang bertujuan untuk
Indonesia. Dalam hal ini, sebagai pemegang sahamnya ialah dipegang oleh
Pembangunan pabrik yang dilakukan oleh Gas Bell and Association Morrison
Knudsen of Asia Inc (AS) memakan waktu selama kurang lebih dua tahun dan
terpasang sebesar 100.000 ton urea/tahun atau 300 ton urea per hari dan 59.400
ton ammonia per tahun atau 180 ton ammonia per hari. Pada tanggal 4 Juli 1964,
Wakil Perdana Menteri I Chairul Saleh atas nama Presiden Republik Indonesia
Pada tahun 1964 produksi telah mencapai 100,4 % dari target yang
akan pupuk, pada tahun 1965 PT. PUSRI mengambil keputusan untuk
tahun 1972 mulai didirikan pabrik baru yang disebut PUSRI II dengan kapasitas
produksi 380.000 ton urea per tahun atau 1.150 ton per hari dan 660 ton ammonia
per hari. Pembangunan pabrik PUSRI II dikerjakan oleh kontraktor dari Amerika
terus meningkat, maka pada tahun 1975 PUSRI III dan IV didirikan dengan
kapasitas produksi masing-masing 570.000 ton urea per tahun atau 1.725 ton urea
Selama beroperai kurang dari 22 tahun, tepatnya pada tahun 1985 pabrik
terpasang sebesar 570.000 ton urea per tahun atau 1.725 ton urea per hari dan
1.350 ton ammonia per hari. Sedangkan PUSRI II digantikan dengan PUSRI IIB
yang baru beroperasi bulan Januari tahun 2017, dengan target produksi urea lebih
dari 100% tiap harinya atau dengan kapasitas total per tahun yaitu sebesar 928.000
ton. Dengan demikian kapasitas terpasang PT PUSRI menjadi 3,018 juta ton per
tahun.
n i
PUSR 1961-1963 Morrison Oktober 16 Oktober Amonia 180
(AS) ton/hari
PUSR 1972-1974 Kellog 7 6 Agustus Amonia 660
Toyo ton/hari
Engineerin
g Corp.
(Japan)
PUSR 1975-1976 Kellog 21 Mei Desember Amonia 1.000
Toyo ton/hari
Engineerin
g Corp.
(Japan)
PUSR 1975-1977 Kellog 25 Oktober Amonia 1000
Toyo ton/hari
Engineerin
g Corp.
(Japan)
(Indonesia) ton/hari
PUSR 2013-2014 PT. 8 April November Amonia 2000
(Indonesia) ton/hari
Toyo
Engineerin
g Corp.
(Japan)
Sumber: PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang
Pada tahun 2012, Pusri melakukan review terhadap Visi, Misi, Nilai, dan
posisi perusahaan sebagai anak perusahaan dari PT Pupuk Indonesia (Persero) dan
Dasar pengesahan hasil analisa Visi, Misi, Tata Nilai dan Makna
2012.
Visi :
Misi :
Tata Nilai :
1. Integrasi
2. Profesional
4. Loyalitas
5. Baik sangka
Makna :
"Urea". Lambang ini telah terdaftar di Ditjen Haki Dep. Kehakiman &
pendirian PT Pusri.
4. Setangkai kapas yang mekar dari kelopaknya. Butir kapas yang mekar
5. Perahu Kajang, merupakan legenda rakyat dan ciri khas kota Palembang
yang terletak di tepian Sungai Musi. Perahu Kajang juga diangkat sebagai
7. Komposisi warna lambang kuning dan biru benhur dengan dibatasi garis-
Letak geografis provinsi Sumatra Selatan yang memiliki sumber daya alam
berupa gas alam sebagai bahan baku pembuatan pupuk urea menjadi salah satu
faktor penting mengapa PT. PUSRI Palembang didirikan di Provinsi ini. Hasil
studi kelayakan oleh konsultan Gas dan Bell Association dari Amerika Serikat
Keadaan air sungai Musi yang tidak pernah surut sepanjang tahun
merupakan slaah satu faktor penunjang utama bahan baku pembuatan steam dan
keperluan utilitas serta transportasi hasil produksi. Pabrik pupuk ini juga
Pertamina dan PT. Stanvac, sehingga bahan baku mudah diperoleh, distribusi hasil
produksi mudah diangkut dengan adanya pelabuhan dan sarana lain yang
seluas kurang lebih 21 ha dan lokasi perumahan karyawan serta sarana lainnya
pupuk bersubsidi dari semua produsen pupuk produksi dalam negeri (urea, TSP,
dan mendistribusikan berbagai jenis pupuk hingga sampai di tangan petani. Untuk
baik untuk tata niaga pupuk produksi dalam negeri maupun pupuk untuk di impor.
2) Tujuh buah kapal pengangkut pupuk curah dan satu unit kapal sewa
berdaya muat masing–masing 66.500 ton, yaitu MV. Pusri Indonesia, MV.
Julianto Mulio Diharjo, MV. Ibrahim Zahier dan MV. Otong Kosasih.
5) 107 unit gudang persediaan pupuk dan 261 unit gudang sewa.
1) PT Pupuk Kujang
2) PT Petrokimia Gresik
usaha lain yang dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok penyalur yaitu:
Palembang
mencapai efisiensi kerja yang tinggi disertai dengan berkembangnya peranan dan
perusahaannya berupa Perseroan Terbatas (PT). Sistem ini bekerja dengan modal
November 2009, yang dilaksanakan oleh dewan-dewan direksi yang terdiri dari
1) Direktur Keuangan
3) Direktur Produksi
5) Direktur Komersil
Palembang yang menuju penyempurnaan pada awal tahun 2011. Prinsip utama
organisasi PT. PUSRI yang ramping, efisien, serta fleksibel. Struktur Organisasi
Perusahaan ini yang disampaikan pada tanggal 1 Januari 2011, dalam SK Direksi.
dewan direksi yang dapat dilihat pada Gambar 2.7 dibawah ini.
Direktur Pemasaran yang digabung menjadi Direktur Komersil. Jadi, sekarang ini
1) Direktur Produksi
1) Direksi
2) General Manager
3) Manager
4) Superintendent
5) Asisten Superintendent
6) Foreman senior
7) Foreman
8) Operator Lapangan
6) Kepala PU&A
Departemen Operasi PUSRI IB, PUSRI IIB, PUSRI III dan PUSRI IV
operasi yang tiap – tiap bagian itu dikepalai oleh seorang Superintendent. Bagian
1) Bagian Utilitas
2) Bagian Amoniak
3) Bagian Urea
tingkat golongan, maka setiap tahun diadakan penilaian karyawan yang meliputi
karyawan dan produktivitas kerja. Kenaikan jabatan terjadi apabila formasi yang
kosong dan sistemnya dari bawah keatas, sedangkan untuk mutasi jabatan
dilakukan pada posisi sejajar. Jam kerja normal bagi karyawan non shift adalah :
1) Divisi operasi
3) Divisi pemeliharaan
1) Divisi Operasi
lingkungan.
superintendent, yaitu :
lapangan antar unit kerja pabrik, mengawasi kerja operator untuk setiap shift, dan
sekaligus sebagai penanggung jawab operasional pabrik pada jam kerja di luar
day shift. Sedangkan, operator bertugas mengoperasikan pabrik pada setiap bagian
Operator ini terdiri dari operator senior yang bertugas di control panel
room dan operator lapangan. Operator-operator tersebut bekerja sesuai shift yang
telah dijadwalkan dan diketuai oleh seorang Kepala Seksi. Selain itu, untuk setiap
shift dibantu oleh seorang Kepala Regu. Khusus operator lapangan dikoordinir
oleh seorang Koordinator Lapangan. Setiap shift bekerja selama delapan jam
Dalam satu siklus kerja, terdapat 4 regu operator (pegawai shift) dengan 3
regu bertugas dan 1 regu libur secara bergantian. Pada Day Shift, Superintendent
bertanggungjawab atas operasi pabrik, dan untuk Swing Shift dan Night Shift yang
bertanggung jawab adalah shift foreman, kecuali untuk hal-hal yang sangat
2) Divisi Teknologi
memerhatikan keselamatan kerja dan lingkungan. Selain itu, divisi ini juga
b) Departemen laboratorium
c) Departemen K3 dan LH
terkait dengan cara melakukan suatu analisis atau evaluasi yang akurat terhadap
suatu persoalan yang diberikan atau inisiatif sendiri, agar dapat dijadikan bahan
terdiri dari beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari process engineer dan
dan no-rotating di pabrik P-1B, P-II, dan ASP atau CO2 plant untuk
berlaku.
hasil produksi urea dan ammonia, jumlah pemakaian bahan baku dan
dan bahan isian lainnya baik were house stock maupun yang akan dibeli
pabrik.
b) Departemen Laboratorium
bahan baku, bahan pendukung dan hasil-hasil produksi pabrik. Departemen ini
terbagi menjadi tiga orang kepala bagian yaitu, kepala bagian laboratorium kimia
penunjang sarana.
c) Departemen K3 dan LH
3) Divisi Pemeliharaan
pabrik, serta kendaraan yang berhubungan dengan operasional. Divis ini dikepalai
pelaksanaannya oleh Dinas Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau biasa disingkat
Dinas K3. Peraturan yang dikeluarkan oleh dinas ini sebenarnya cenderung lebih
mengikat kepada para pekerja yang secara langsung berkaitan dengan pabrik,
namun dalam beberapa hal seperti prosedur penanggulangan keadaan darurat yang
kondisi zero accident selama berlangsungnya proses produksi. Dalam hal yang
yang ada. Kegiatan ini juga meliputi identifikasi masalah yang mungkin
saran kerja),
pelatihan.
Dalam hal K3, para karyawan baru juga mendapatkan fasilitas dari
atas selain untuk kebaikan karyawan dan PT PUSRI sendiri, juga untuk mematuhi
bahwasanya setiap pekerja wajib mengetahui bahaya yang ada. Berikut ini adalah
c) Pada tahun 2000, untuk beberapa bahan kimia berbahaya dibuat prosedur
dapat dibuat batas waktu kerja bagi operator lapangan pada area yang
alat dan administratif control berupa batasan waktu kerja di unit PPU
BAB III
3 Uraian Proses
3.1 Urea
Pabrik Urea Pusri II-B didesian untuk memproduksi urea prill sebesar 2750
MTPD dengan kualitas yang ditentukan dengan berbasis bahan baku NH3
dan CO2 yang dikirim dari Unit Amoniak yang dijelaskan dalam Basic
Unit Pabrik Urea terdiri dari 7 (tujuh) seksi dan prosesnya secara detil akan
Urea dihasilkan dari NH3 dan CO2 yang dikirim dari Pabrik Amoniak.
Pada seksi ini bahan baku dinaikan tekanannya sebelum memasuki ke Seksi
Sintesa.
setting tekanan, maka N2 Compressor (GB-701) akan start secara otomatis untuk
tekanan rendah (SLC) dan kemudian dinaikan suhunya sampai 138 0C pada
GA-101A,B.
Pada proses kompresi CO2 ini dilakukan kenaikan tekanan dari 0,72
kg/cm2 sampai 160 kg/cm2 dengan proses 4 stage menggunakan Compressor tipe
First Stage Suction Separator for CO2 Compressor (FA-111) untuk memisahkan
kondensate yang terkandung dalam CO2. Gas CO2 yang bebas dari kondesnsat
Udara pasivasi ditambahkan ke dalam aliran gas CO2 untuk mengikat kandungan
Hydrogen (H2) yang ada di dalam CO2 dan untuk mempertahankan agar tidak
Gas CO2 yang keluar dari stage kedua dialirkan ke Dehydrogen Column
Dari reaksi pembakaran diatas diperlukan satu mol Oksigen (O 2) per dua
mol hidrogen (H2) serta ditambahkan aliran udara pasivasi yang dialiri ke suction
Gas CO2 yang keluar dari discharge stage ketiga didinginkan menjadi 50
o
C dengan cooling water di Second Stage Intercooler for Compressor (EA-113).
Sebagian besar air yang terbentuk dari reaksi pembakaran hidrogen terkondensasi
di EA-112 dan dipisahkan di Third Stage Suction Separator for CO2 Compressor
(FA-113). Gas CO2 yang keluar dari FA-113 kemudian masuk ke suction stage
ketiga GB-101. Gas CO2 yang keluar dari discharge stage ketiga didinginkan
(EA-113). Termperatur CO2 yang masuk ke stage keempat harus dikontrol untuk
menghindari liquifaksi atau air yang membeku di GB-101. Air yang terkondensasi
keempat GB-101, tekanan CO2 dinaikkan ke 160 kg/cm2 untuk dikirim ke Seksi
Sintesa.
liquid dengan gas CO2 yang disuplai dari Pabrik Amoniak dan larutan recyle
carbamate yang disuplai dari Seksi Recovery. Peralatan utama digunakan diseksi
ini yaitu Reactor (DC-101), Stripper (DA-101) dan Carbamate Condenser (EA-
101) dengan proses yang disebut “Urea Synthesis Loop”. Di operasikan pada
dinaikan tekanannya sampai 160 kg/cm2G kemudian dikirim ke bagian top EA-
101.
Amoniak liquid dengan tekanan 200 kg/cm2G dan temperatur 138 oC dari
101. Campuran antara larutan urea-carbamate dan amoniak liquid yang keluar
(sekitar 18% dari total CO 2 yang masuk ke Seksi Sintesa) dari CO 2 Compressor
bersama dengan udara pasivasi dan kemudian akan menghasilkan panas untuk
(ammonium carbamate)
(urea)
dari NH3 dan CO2 di Reaktor (DC-101) dengan konversi 100% dan reaksinya
sangat cepat atau sangat eksotermis. Sedangkan reaksi dari persamaan ke(3)
yang sangat lambat atau sedikit endotermis, di batasi oleh kesetimbangan kimia.
Pada EA-101 sebesar 46% dari CO2 (dalam bentuk carbamate fase liquid)
carbamate lebih lanjut sebagai secondary reactor untuk membentuk urea dengan
temperatur yang lebih tinggi (182 – 184 oC) dan NH3/CO2 sebesar 3.7. DC-101
adalah reactor jenis vertical bubble column dengan lima baffle plate. Kelebihan
gelembung gas CO2 dari bottom ke top DC-101. Sehingga di dapatkan konversi
Larutan sintesa urea keluar dari top DC-101 masuk ke top DA-101, dan
dari bagian bottom DA-101 dialiri gas CO 2 (sekitar 82% dari total gas CO 2 yang
masuk ke seksi sintesa) bersama udara pasivasi dari stage keempat GB-101. DA-
101 merupakan exchanger shell and tube vertikal yang didesain khusus. Fraksi
uap dipisahkan di bagian top DA-101, kemudian larutan sintesa urea yang
mengandung urea, amoniak, carbamate dan air dialiri secara merata ke setiap
tube, dan mengalir ke bagian bawah membentuk lapisan film tipis di bagian
dinding tube, kontak secara counter current dengan gas CO 2 yang mengalir ke
dan CO2 pada temperatur tinggi. . Kondensasi dari steam saturated 20 kg/cm 2G
Saturation Drum (FA-101) pada permukaan outer tube di sisi shell memberikan
Amoniak dan CO2 yang terdekomposisi berubah menjadi fase gas dengan
stripping media gas CO2. Sebagian besar ammonium carbamate dan ekses
urea 49.3 %wt, amoniak 12.9 %wt dan CO 2 12.7 %wt. Kinerja stripping bisa
bagian bottom EA-101. Larutan urea yang sudah distrip terkumpul di bottom
EA-101 terdiri dari dua bagian utama, bagian reaksi kondensasi dan
bagian scrubber di sisi top. Packed bed terdapat pada bagian scrubber untuk
menyerap gas amoniak dan CO2 yang tidak terkondensasi dari bagian reaksi
packed bed. Overhead gas dari top Scrubber dikirim ke HP Absorber (EA-401) di
Seksi Recovery untuk proses recovery gas amoniak dan CO 2. Sebagian kecil
memanfaatkan oksigen di dalam overhead gas sebagai udara pasivasi untuk DA-
201. Larutan carbamate setelah menyerap NH 3 dan CO2 yang tidak terkondensasi
di packed bed, kemudian keluar dari bottom bagian reaksi kondensasi melalui
sembilan baffle plate. Pada bagian reaksi kondensasi yang beroperasi pada
temperatur 180 – 182 oC, campuran gas NH3 dan CO2 dari DA-101 mengalir ke
bottom sisi shell dan kontak dengan larutan carbamate yang meninggalkan
ammonium carbamate terdehidrasi menghasilkan urea (eq. 3). Sekitar 46% dari
intermediate sepanjang aliran menuju ke bagaian atas shell side, dan akhirnya
101 setelah gas amoniak, CO2 dan inert yang tidak terkondensasi terpisah.
kg/cm2G. Produk steam tekanan rendah bersama dengan uap air dari sirkulasi
dikirim ke Steam Drum (FA-102) dimana steam jenuh (saturated) 5.0 kg/cm 2G
menjadi 67%wt dengan residual NH3 sebesar 0,5%wt yang kemudian dikirim ke
Seksi Konsentrasi.
beroperasi pada tekanan 16.5 kg/cm 2G. DA-201 merupakan special heat
exchanger tipe vertical, dimana sisi shell dibagi menjadi bagian atas dan bagian
bawah. Di bagian top, gas hasil flash dipisahkan dan hanya fase liquid yang
mengandung urea, ekses amoniak, ammonium carbamate dan air dibagi secara
merata ke setiap tube dengan memasang swirl pada setiap tube end bagian atas,
sehingga aliran liquid membentuk film pada dinding dalam tube karena aliran
yang melingkar. Larutan urea kemudian mengalir ke bawah sebagai film tipis
pada dinding dalam tube, sambil dipanaskan dengan steam SL dan steam
kondensat middle pressure dari sisi luar tube. Ammonium carbamate yang tidak
bereaksi didekomposisi menjadi NH 3 dan CO2 dengan kebalikan reaksi dari eq.
(2). Kondensasi dari steam 4.5 kg/cm 2G di sisi shell bagian atas dan panas
dikomposisi menjadi NH3 dan CO2. Kondensasi dari steam 4.5 kg/cm2G di sisi
shell bagian atas dan panas sensible dari kondensat di bagian bawah menyuplai
amoniak dan 3 %wt CO2 dan terkmpul dibagian bottom untuk level control. Pada
top DA-201 off gas yang terdiri dari gas NH 3 dan CO2 dialiri kesisi shell bagian
semakin murni dengan kandungan amoniak sebanyak 0.7 %wt. Kemudian larutan
urea mengalir ke bagian atas DA-202 dan sebagian besar residual ammonium
dengan vapor yang terdiri dari amoniak, CO 2 dan air. Panas yang
pemanas steam 4 kg/cm2G pada temperatur 135 – 138 oC. Campuran gas NH3 dan
CO2 dipisahkan pada bagian bottom heater dan mengalir ke bagian atas. Larutan
urea meninggalkan bagian pemanas dan masuk ke bagian packed bed dimana sisa
free amoniak distrip dengan gas CO 2 dari discharge stage pertama GB-101 di
64 %wt kandungan urea, 0.7 %wt amoniak dan 0.4 %wt CO 2 di bagian packed
dipisahkan lebih lanjut dengan adiabatic flash pada kondisi tekanan vakum. Uap
Solution Tank (FA-201) melalui pipa seal leg. Larutan urea yang mengandung 67
%wt urea dan 0.5 %wt amoniak selanjutnya dialirkan ke Seksi Konsentrasi
reaksi ke(4) tidak dapat dihindari meskipun konsentrasi urea relatif tinggi dan
kandungan amoniak yang hampir tidak ada. Hal ini dapat ditekan dengan
membatasi waktu tinggal dan temperatur disistem dengan penguapan air pada
kondisi vacuum.
(Urea) (Biuret)
dengan penguapan air pada kondisi vakum. Panas dari absorbsi di EA-201(1/2) di
suplai untuk menguapkan air dan kondensasi gas amoniak dan CO 2 dari HP
Decomposer (DA-201) dan panas kondensasi dari steam SL di sisi shell EA-201
(2/2). Larutan lean carbamate sebagai absorben dispray ke dalam aliran gas dari
DA-201 sebelum memasuki sisi shell EA-201 (1/2). Di sisi shell EA-201 (1/2),
gas amoniak dan CO2 diserap ke dalam larutan lean carbamate untuk membentuk
Larutan urea 96 %wt bersama dengan uap air keluar dari sisi tube EA-201
(2/2) dan masuk ke Vacuum Concentrator (FA-202) dimana nozzle inlet langsung
terhubung dengan outlet EA-201. Di FA-202, air yang menguap dipisahkan dari
larutan urea dan larutan urea dikumpulkan di bagian bottom FA-202. Larutan
carbamate dan campuran gas NH3 dan CO2 yang tidak terkondensasi keluar dari
%wt dengan temperatur 138 oC dan tekanan vakum 25 mmHgA. Uap air
dipisahkan dari larutan urea dan larutan urea dikumpulkan di bagian bottom FA-
203 untuk level control. Larutan urea 99.7 %wt kemudian dikirim ke Prilling
Air yang teruapkan bersama dengan sebagian kecil amoniak dan debu urea
Condensate Treatment.
Molten urea pekat dengan konsentrasi urea 99.7 %wt di Seksi Konsentrasi
Prilling Tower.
cukup untuk jatuh bebas bagi urea prill. Udara pendingin dihisap ke dalam tower
melalui bottom menuju top tower secara alami dan dengan induced draft.
dalam Prilling Tower dalam bentuk tetesan dengan Prilling Device (FJ-301) dan
dalam Prilling Tower, tetesan urea kontak dengan aliran udara ke atas,
urea sebagai produk melalui Belt Scale (JW-301) dimana urea ditimbang dan
ditransfer ke battere limit. Di luar battere limit Pabrik Urea, produk urea
Udara panas mengandung debu urea dan NH 3 dari Prilling Tower diolah
persyaratan peraturan lingkungan. Terdapat spray nozzle dan packed bed untuk
setelah air yang mengandung debu dari bagian scrubber dihilangkan dengan
demister.
current dengan larutan urea 20% di Packed Bed for Dust Recovery (FD-302).
dengan jumlah yang mencukupi untuk membasahi packed bed. Di atas packaged
bed, dipasang Demister for Dust Recovery (FD-303). Demister ini dicuci dengan
proses kondensat yang bersih sehingga dapat menangkap urea yang lewat melalui
packed bed.
mengatur jumlah air yang masuk. Overflow larutan urea dari Dust Chamber (FC-
Akhirnya emisi debu urea di udara yang keluar dari Prilling Tower adalah
lingkungan.
Gas amoniak dan CO2 yang dipisahkan di Seksi Purifikasi diserap dan
direcover dengan dua level tekanan, yaitu penyerapan pada LP sistem 2.4
kg/cm2G dan penyerapan pada HP sistem 15.8 kg/cm 2G dengan proses kondensat
carbamate.
bagian bottom sisi shell LP Absorber (EA-402), yaitu sebuah exchanger shell &
tube horizontal dan dioperasikan pada tekanan 2.4 kg/cm 2G dan temperatur 45
o
C. Proses kondensat dari bagian atas packed bed Washing Column (DA-401)
temperatur pada 45 oC atau lebih rendah. Di EA-402, hampir semua amoniak dan
CO2 di dalam campuran gas diserap ke dalam proses kondensat sehingga menjadi
larutan lean carbamate. Larutan lean carbamate disuplai ke bagian bawah packed
inert dengan sisa kandungan amoniak keluar dari top EA-402 ke Final Absorber
Larutan carbamate dan campuran gas NH 3 dan CO2 dari bagian bottom
temperatur 106 oC. EA-401 merupakan exchanger shell & tube horizontal.
Larutan lean carbamate dari bottom DA-401 dialirkan ke bottom EA-401 melalui
dikontrol dengan TCV yang dipasang pada Tempered Water Cooler (EA-403A,B)
kristalisasi carbamate.
up Pump (GA-401A,B).
bottom dan dua packed bed. Di bottom DA-401, sebagian amoniak dan sebagian
besar CO2 diserap ke dalam larutan lean carbamate yang dialirkan dari bagian
bawah packed bed. Panas penyerapan diambil dengan cooling water. Sebagian
dari larutan lean carbamate setelah menyerap amoniak dan CO 2 di bottom DA-
terserap dan gas inert meninggalkan bagian bottom dan masuk ke packed bed
bagian bawah dimana larutan lean solution disuplai ke bagian atas dengan GA-
402A,B dan sejumlah besar amoniak terserap. Amoniak dan gas inert yang tidak
terserap meninggalkan packed bed bagian bawah dan masuk ke packed bed
bagian atas dimana proses kondensat dari Seksi Process Condensate Treatment
disuplai ke bagian top untuk menyerap amoniak lebih lanjut. Larutan lean
tidak terserap dan gas inert yang keluar dari top DA-401 dibakar dengan
Uap air dari proses evaporasi selama pemekatan larutan urea di Seksi
dengan sedikit debu urea, gas NH 3 dan CO2 menjadi proses kondensat. Proses
dihidrolisa menjadi NH 3 dan CO2 kemudian NH3 dan CO2 tersebut distrip.
ini sebagian dikirim ke Seksi Prilling sebagai air make-up dan sisanya
Gas amoniak dan CO2 yang distrip dari proses kondensat direcycle ke
Air yang teruapkan bersama dengan sisa amoniak, CO 2 dan debu urea dari
Final Separator (EA-503) dengan Ejector for Final Separator (EE-201) dan
Uap air yang lepas dari Flash Separator (FA-205) di Seksi Purifikasi
Air yang menguap bersama dengan sisa amoniak, CO 2 dan debu urea dari
Tekanan dari uap air yang tidak terkondensasi dari EA-501 dinaikkan
dengan Second Ejector (EE-502) sehingga uap air yang masuk ke Second Surface
40 oC. Air yang terkondensasi ditampung di FA-501. Uap air yang tidak
terkondensasi bersama sisa gas amoniak dan gas inert meninggalkan EA-502 dan
dibakar di BJ-701 bersama dengan gas dari top Final Absorber (DA-503). DA-503
merupakan tower atmosferik dengan packed bed dan menerima off gas dari EA-
402 di Seksi Recovery dan venting gas dari tanki atmosfer pada bagian bawah,
dalam FA-501 dialirkan ke bagian atas packed bed DA-401 di Seksi Recovery
504A,B. DA-501 dioperasikan pada tekanan 3.0 kg/cm 2G (di top) dan terdiri dari
bagian atas dan bagian bawah, dibagi dengan sebuah chimney tray, dan kedua
bagian itu dilengkapi dengan sieve tray didalamnya. Di bagian atas sejumlah besar
amoniak dan CO2 di dalam proses kondensat distrip (dilucuti) keluar dengan
steam LP. Gas overhead dari DA-501 yang mengandung amoniak, CO 2 dan uap
di chimney tray untuk level control dan dialirkan ke Urea Hydrolyzer (DA-502)
dengan Urea Hydrolyzer Feed Pump (GA-502A,B), melalui Preheater for Urea
210 oC. DA-502 merupakan tower vertikal yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu
bagian hidrolisa urea dan bagian stripping. Bagian hidrolisa mempunyai 22 baffle
plate untuk menghindari back mixing pada fase liquid dan untuk mendapatkan
distribusi gas yang seragam ke dalam fase liquid. Proses kondensat yang sudah
dipanaskan dari EA-505 masuk ke bagian primary hydrolysis dari bottom dan
secara perlahan mengalir ke atas dengan diinjeksikan steam MP, dimana sebagian
besar urea dihidrolisa menjadi amoniak dan CO2 dengan reaksi seperti dibawah
Sebagian besar amoniak dan CO2 yang terbentuk dari reaksi hidrolisa urea
berubah menjadi fase uap dan kemudian dipisahkan di bagian top DA-502. Proses
sampai kurang dari 1 ppm, dan amoniak dan CO 2 yang terbentuk distrip ke fase
uap.
Campuran gas amoniak dan CO2 dipisahkan dari fase liquid di top DA-502
dan dikirim ke bagian atas DA-501 untuk mengontrol tekanan DA-502. Proses
kondensat yang sudah bebas dari urea dipisahkan dari bottom bagian secondary
stripping dan dialirkan ke Preheater for Urea Hydrolyzer (EA-505) untuk recovery
bagian bawah DA-501 dimana sisa amoniak dan CO 2 yang terbentuk akibat reaksi
Terdapat empat level tekanan steam di Pabrik Urea yaitu 46.9 kg/cm 2G,
Steam tekanan 46.9 kg/cm2G dan temperatur 388 oC disuplai dari luar
kondensat dari EA-105) dikumpulkan di dalam pot EA-105 untuk level control
dan dikirim keluar battery limit dengan Return Condensate Pump (GA-107A,B).
Steam tekanan 21.0 kg/cm2G diekstak dari GT-101 untuk mensuplai panas
Steam kondensat dari FA-101 kemudian dikirim ke Steam Drum (FA-102) setelah
tekanan tekanan 5.0 kg/cm2G yang dihasilkan dengan memanfaatkan panas dari
Steam 5.0 kg/cm2G yang dihasilkan dikirim ke header steam LP dan digunakan
treatment. Kelebihan steam tekanan 5.0 kg/cm 2G yang berlebih digunakan untuk
mechanical seal Ammonia Feed Pump (GA-101A,B) dan Carbamate Feed Pump
(GA-102A,B).
luar battery limit. Di cooling water system, temperatur suplay adalah 33 oC dan
return 43 oC.
dua level temperatur yang cooling water, dimana temperatur fresh cooling water
3.2 Amonia
teknologi Kellog Brown Route (KBR) yang merupakan lisensi dari Amerika
bahan baku pembuatan urea. Pabrik ini dirancang dengan kapasitas produksi
sebesar 2000 ton per hari. Saat normal operasi, sebanyak 1595 ton per hari hot
sebanyak 405 ton per hari cool ammonia (-33˚C) aka dikirim ke storage pada
tekanan atmosfer.
Sementara itu, bahan baku untuk pembuatan amoniak ini sendiri antara
lain gas alam, udara, napta, batubara, LPG, heavy hydrocarbon, hidrokarbon
elektrolisis, dan lain-lain. Bahan baku yang berbeda-beda ini memberikan proses
yang berbeda pula dalam pembuatannya. Terdapat dua proses utama dalam
mengsintensa amoniak yaitu melalui steam reforming process dari gas alam atau
melalui oksidasi sebagian dari heavy fuel oil. Pusri P-IIB menggunakan proses
Kellog yang didasarkan pada proses steam-methane reforming. Fitur utama yang
fuel berkurang.
argon dan pengotor lainnya. Hal ini akan membuat tekanan di synloop
menjadi lebih rendah, gas recycle yang lebih rendah, volume katalis lebih
ammonia.
yang sudah teruji. Semua prosesnya adalah satu kesatuan yang tidak
Kompresor feed gas, air process, syngas, ammonia, induced draft &
pompa untuk BFW, lean solution dan semi lean solution digerakkan
alam, steam, dan udara. Selain amoniak, juga diperoleh produk samping CO 2 yang
merupakan sumber bahan baku untuk pembuatan urea. Proses pembuatan amoniak
organik)
2). Desulfurisasi organik (pemisahan sulfur organik)
paru-paru dan kematian. Amoniak umumnya bersifat basa (pKb = 4,75) namun
dapat juga bertindak sebagai asam yang lemah (pKa = 9,25). Amoniak dapat
berbentuk secara alami maupun secara sintesis. Amoniak yang berada di alam
merupakan hasil dekomposisi bahan organik. Adapun sifat kimia amoniak adalah:
3. Senyawa kaustik
4. Sangat mudah larut dalam air (pada 710 volume NH3 larut dalam 1 volume
air)
5. Apabila terhirup dapat menimbulkan perih pada mata, dalam jumlah yang
Sifat Nilai
Berat molekul 17,03 gr/ mol
0oC 42,80
20oC 33,10
60oC 14,10
0oC 0,5009
100oC 0,5317
200oC 0,5029
(Sumber: Perry’s Chemical Engineering Hand’s Book 1996)
1. Temperatur
2. Tekanan
bergeser ke arah mol (koefisien reaksi) yang lebih kecil (ke arah
pembentukan NH3)
memproduksi 1 mol gas NH 3 membutuhkan 1/2 mol N2 dan 3/2 mol H2.
Perbandingannya N2 : H2 = 1:3
Jika terjadi peningkatan kadar gas inert dalam ammonia converter yang
terutama terdiri dari metana dan argon maka dapat meracuni katalis dan
6. Katalis
Katalis merupakan zat yang dapat mempercepat reaksi namun tidak ikut
promoted iron catalyst yang terdiri dari katalis besi dengan tambahan
1) Fe3O4 : 85 – 95%
2) Al2O3 :1–5%
3) CaO :1–3%
4) K2O : 0,1 – 1 %
5) WO3 :>1%
6) TiO2 :>1%
7) V2O5 :<1%
Penurunan aktivitas katalis dalam suatu reaksi dapat terjadi karena adanya
racun katalis seperti senyawa O2 yang terdapat dalam air, CO, CO2, senyawa
Proses pembuatan ammonia dan urea memerlukan bahan utama dan bahan
minimum sehingga dapat digunakan dalam proses. Bahan baku utama pembuatan
ammonia terdiri atas gas alam, air, dan udara, sedangkan bahan baku penunjang
dalam proses pembuatan ammonia terdiri dari katalis dan bahan kimia lainnya.
Pada dasarnya, amoniak diproduksi dari energi, air, dan udara. Sumber
energi diperoleh dari hidrokarbon atau metana yang merupakan komponen utama
dari gas alam. Gas alam akan mengalami reaksi reforming dengan steam
menghasilkan gas hidrogen (H2). Steam diperoleh dari air demin yang telah
penghasil gas nitrogen (N2). Pada akhirnya, akan diperoleh gas hidrogen (H 2) dan
gas nitrogen (N2) yang merupakan bahan baku utama dalam pembuatan amoniak.
1) Gas Alam
bahan bakar di burner dan primary reformer, dan sumber karbon dalam proses
pembuatan urea. Gas alam memiliki sifat fisik dan sifat kimia yaitu tidak
berwarna, warna nyala api biru, baunya khas sehingga mudah dikenali dan sangat
mudah sekali terbakar, serta merupakan campuran hidrokarbon yang terdiri dari
60-90% hidrokarbon ringan dan hidrokarbon berat serta gas pengotor (inert).
Pada Pusri P-IIB, penggunaan gas alam tidak lagi sebagai bahan bakar
untuk membangkitkan listrik seperti pabrik-pabrik yang lainnya. Gas alam akan
amoniak dan sebagai bahan bakar di primary reformer dan peralatan lainnya.
Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar sebagai pembangkit listrik maka Pusri
menjadikan P-IIB pabrik yang memiliki tingkat efisiensi yang lebih tinggi.
Pertagas Niaga dan Medco Energy di Sumatera Selatan melalui sistem jaringan
pipa dan kompresor. Pipa ditempatkan di bawah tanah dan berjarak ± 120 km. Gas
unit pengukuran yang disebut Gas Metering Station (GMS). Komponen utama
yang terdapat dalam gas alam adalah metana (CH4). Namun, gas alam tersebut
juga mengandung berbagai kotoran berupa zat padatan, air, sulfur, karbon
dioksida, merkuri, heavy carbon, dan berbagai impurities lainnya yang dapat
mengakibatkan gangguan selama operasi berlangsung. Oleh karena itu, gas alam
selanjutnya.
Aliran untuk pipa gas alam dibagi menjadi dua cabang. Salah satu pipa
menuju tempat pembakaran dan berperan sebagai primary fuel gas, sedangkan
aliran satunya akan menuju ke tahap feed treating yang dinamakan sebagai gas
proses. Gas proses sebanyak 50770 kg/jam pada temperatur 30oC dan tekanan
15kg/jam awalnya dikirim ke Feed Gas Knockout Drum 174-D dimana kondensat
didasarkan pada perbedaan berat jenis antara kedua fase. Separator tipe K.O
liquid droplets yang mungkin masih terbawa di dalam aliran gas proses dan nozzle
gas sparger inlet untuk mendistribusikan aliran gas masuk. Kondensat yang
Gas Compressor 102-J. Di mana di dalam compressor ini, gas proses tersebut
ditekan hingga menjadi 52 kg/cm2. Selain sebagai gas proses, gas alam ini juga
akan diambil sebanyak 10172 kg/jam untuk digunakan sebagai fuel gas yang akan
burner, dan burner 102-B untuk dijadikan sebagai primary fuel gas.
S
≤ 15ppmV 0.790 -
2) Air
lingkungan proses pabrik ini. Air juga dibutuhkan untuk keperluan domestik dan
pemadam kebakaran. Kebutuhan air baku untuk menjalankan pabrik PT. Pupuk
Swiwidjaja diperoleh dari sungai musi. Air tersebut diolah terlebih dahulu untuk
dihilangkan ion-ion dan gas-gas terlarut yang terdapat di dalam air, sehingga
mempunyai kemurnian H2O yang sangat tinggi atau disebut demin water guna
Sifat Nilai
Titik didih 100 oC
Titik Beku 0 oC
Temperatur Kritis 374.15 oC
Tekanan Kritis 218.4 atm
Densitas Kritis 324 kg/m3
Viskositas pada 20 oC 0,01002 poise
(Sumber : Utilitas Pusri-IIB, 2016)
d) Merupakan cairan non polar dan mempunyai sifat elektrolit yang lemah.
3) Udara
Secondary Reformer. Selain itu, udara juga merupakan salah satu sumber untuk
serta penggerak peralatan yang bekerja secara pneumatic, fluida untuk flushing,
fluida untuk pengadukan, dan bahan untuk aerasi. Udara ambient diambil dari
argon dan komponen lainnya yang kemudian masuk ke dalam Air Compressor
101-J empat tahap dimana udara ditekan hingga menjadi 43.5 kg/cm2 dengan
temperature discharge 165.4oC. Jumlah udara yang disediakan untuk udara proses
udara melewati filter udara 101-L terlebih dahulu dimana partikel padatan yang
mungkin terbawa dalam aliran udara akan disaring. Selanjutnya, udara disuplai ke
1) Katalis
dikarenakan pabrik urea tidak memerlukan katalis dalam reaksinya. Jenis katalis
yang digunakan pada pabrik ammonia dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
2) Bahan Kimia
(SAG)
Trietilen glikol Untuk menyerap air
boiler :
Hidrazin (100%)
0,21 kg/jam Deaerator
Posfat (100%)
0,35 kg/jam Kukus drum
Amonia (100%)
0,41 kg/jam Deaerator
Klorin (100 %)
3,00 gr/m3bahan Floctreator/clarifie
baku r
gr/m3bahan
baku
Tawas (50 % wt)
100
kg/hari
Floctreator/clarifie
kg/hari r
Asam sulfat (H2SO4)
275
Penukar ion
(Sumber: Departemen Operasi P-IIB, 2015)
Route), yang didasarkan pada reaksi antara gas hidrogen (H 2) dan gas nitrogen
Pada unit feed treating, dapat dilakukan suatu proses pengolahan umpan
awal terhadap gas alam untuk mendapatkan gas metana (CH4) yang murni dari
zat-zat pengotor lainnya. Kandungan impurities yang terdapat di dalam gas alam
ini dihilangkan guna memperke cil mungkin gangguan yang akan diakibatkannya
apabila terbawa dalam proses. Impurities utama yang terkandung di dalam gas
alam yang berasal dari PT. Pertamina adalah Sulfur organik (R-S-R) dan sulfur
anorganik (H2S). Sulfur merupakan racun bagi semua katalis yang digunakan baik
Gas alam keluaran Feed Gas Compressor 102-J pada tekanan 52 kg/cm2
dan temperature 145.8 dicampur dengan gas recycle H 2 2%-vol dari 124-D yang
reformer 101-B hingga menjadi 371oC. Campuran gas ini kemudian masuk ke
bagian upper Hydrotreater 101-D, dimana gas alam yang mengandung sulfur
≤ 15ppmv ini akan melewati bed katalis Cobalt Molybdenum (Co-Mo) dan
kotoran-kotoran dan zat padat di dalam gas umpan di atas bed katalis. Sedangkan
di dalam bed katalis Co-Mo, senyawa sulfur organik (R-S-R) akan dikonversi
COS + H2 CO + H2S
RSH + H2 RH + H2S
menjadi sulfur organik, umpan gas alam tersebut dilewatkan ke Desulfurizer ZnO
108 DA/DB, dimana H2S yang terbentuk dari desulfurisasi anorganik akan
bereaksi dan teradsorpsi di dalam bed katalis Zinc Oxide (ZnO) tersebut. Terdapat
dua bed katalis yaitu 108 DA dan 108-DB yang dipasang seri karena
pertimbangan umur katalis ZnO yang pendek yaitu sekitar 3 tahun. Jika katalis
dalam desulfurizer jenuh maka gas alam akan berpindah ke desulfurizer lainnya
yang standby. Di dalam desulfurizer ini, bed katalis dipasang berdiri (upstream)
sehingga gas akan mengalir dari atas ke bawah dimana adsorpsi H2S berlangsung
sulfur kurang dari 0.1 ppmv pada temperatur 360oC dan tekanan 50.07 kg/cm2.
Gas proses yang telah diolah di area feed treating selanjutnya diproses di
area reforming untuk mendapatkan gas sintesis yang dibutuhkan dalam pembuatan
amoniak, yaitu gas H2 dan N2. Proses pembuatan gas sintesis ini berlangsung
dalam dua unit, yaitu primary reformer dan unit secondary reformer.
mengkonversi gas alam atau metana yang telah dihilangkan kandungan sulfurnya
menjadi gas sintesis yang berupa H2, CO, dan CO2. Primary reformer 101-B
merupakan gas fired, furnace yang terdiri dari radiant dan convection section.
Furnace ini terdiri atas 6 buah baris dengan masing-masing baris berisi 48 tabung
berkatalis Nickel Oxyde (NiO). Tube High-alloy ini dipasang di radiant section
101-B dan diisi dengan katalis berbasis nikel. Sebelum diumpankan ke primary
reformer, gas proses dicampurkan dengan uap air (medium pressured steam) dari
130-D dengan steam to carbon ratio sekitar 2,7. Rasio steam dengan carbon dijaga
Campuran gas dan steam ini mengalir pada temperatur 350oC dan
488oC. Feed gas yang sudah panas tersebut dialirkan ke dalam primary reformer
umpan akan mengalami reaksi steam reforming dan reaksi shift uap air
membentuk H2, CO dan CO2. Hidrokarbon yang lebih berat dikonversi pertama
– 820oC dan secara keseluruhan bersifat endotermis. Adapun reaksi utama steam
ini disuplai oleh fuel gas yang dibakar melalui burner dari top section 101-B (top
firing) dan dipasang di antara deretan tube katalis. Berbeda dengan pabrik lainnya
yang menggunakan sistem side firing. Keunggulan dari top firing adalah
kuantitas burner yang dibutuhkan tidak banyak, dan penginstalan combustion air
methane menjadi CO, CO2, dan H2) diperlukan secondary reformer (103-D).
Karena temperatur operasi di reforming yang tidak begitu tinggi sehingga slip
methane yang dihasilkan masih cukup tinggi dari primary reformer, maka
metana dapat dimaksimalkan. Di sini, gas proses masuk ke vessel reformer secara
horizontal dari bagian upper pada temperatur 740oC yang kemudian bercampur
untuk memastikan tetap ada aliran di line yang ke ruang pembakaran jika terjadi
kehilangan udara proses. Dalam ruang pembakaran 103-D, gas umpan dan udara
proses yang sudah dipanaskan tersebut akan mengalami reaksi oksidasi dan
1349°C dan terjadilah reaksi reforming antar metana dan uap yang belum
CH4 + 1/2O2 ⇔ CO + H2
H2 + 1/2O2 ⇔ H2O
Reaksi Shift-conversion:
CO + H2O ⇔ CO2 + H2
Parameter proses dalam secondary reformer adalah CH4 leak sebesar 1,59%.
Komponen gas yang keluar dari secondary reformer terdiri dari dari H2,
N2, CO, CO2, Ar, dan CH4. Pada unit ini, karbon monoksida yang terbentuk dari
unit reforming akan diubah menjadi karbon dioksida. Karbon dioksida yang
terbentuk akan dikirim sebagai bahan baku pabrik urea. Pada reaksi shift
dan CO2:
CO + H2O CO2 + H2
yang rendah dan rasio steam yang tinggi. Sebaliknya, konversi CO yang rendah
akan diperoleh pada temperatur yang tinggi. Oleh karena itu reaksi dilakukan
dalam dua tahap yaitu pertama pada high temperature shift converter dan low
mengalami reaksi shift conversion dengan steam. Reaksi akan berlangsung di bed
katalis copper-promoted iron. Setelah gas mengalir dari atas menuju unggun
katalis, gas akan keluar dari bagian bawah HTS. Sebagian besar reaksi shift ini
terjadi pada tahap pertama, HTSC. Katalis yang digunakan di HTSC relatif murah
dan tahan lama dan berfungsi untuk menekan reaksi samping yang dapat terjadi
pada katalis saat rasio steam terhadap gas rendah. Temperatur pada outlet HTSC
adalah 431°C dan sekitar 70% dari CO dalam aliran gas proses dikonversi
Karena tidak semua karbon monoksida pada gas proses bisa diubah
menjadi CO2 di HTSC, maka CO tersebut akan diturunkan lagi dengan kadar
untuk memanaskan boiler feed water (BFW) dan menghasilkan high pressure
103-C1/C2, gas keluaran HTSC masuk ke bagian atas LTSC pada temperatur
berikut:
CO + H2O ↔ H2 + CO2
copper/zinc, yang lebih mahal daripada katalis pada HTS converter dan lebih
sensitif terhadap kotoran seperti sulfur dalam gas proses. Oleh karena itu, LTS
converter dibuat dua bed yang dirangkai secara seri dan vertikal. Hal ini akan
berperan sebagai guard bed terhadap bed di bawahnya yang berukuran lebih besar
basis kering. Pressure drop sepanjang HTS dan LTS adalah 0.26 kg/cm 2 dan 0,41
kg/cm2.
3) CO2 Removal
dua tahap yang hemat energi. Unit ini dirancang untuk menyerap CO 2 dalam gas
proses dari 18,5 %-mol ke 500 ppmv, basis kering. Unit ini beroperasi untuk
sintesis sehingga perlu dihilangkan kandungannya dari aliran gas proses. CO2
akan bertindak sebagai inert dalam loop yang dapat terakumulasi dan menaikkan
compression cost. Dan apabila terdapat CO2 di dalam loop, maka CO2 akan
larutan OASE.
OASE merupakan suatu larutan methyl diethanol amine yang telah
sekaligus merupakan pelarut khusus (proprietary) lisensi BASF. Hal ini akan
berlangsung pada tekanan yang relatif tinggi dan temperatur yang cukup rendah.
Sebaliknya, regenerasi larutan berlangsung pada tekanan yang relatif rendah dan
temperatur tinggi di stripping unit. Tekanan dan temperatur operasi absorber CO2
adalah 36,7 Kg/cm2G dan 50oC (top), 85oC (bottom). Sedangkan, tekanan dan
sebesar 36.7 kg/cm2 masuk dari bottom absorber CO2, di mana sebagian besar
diumpankan dari atas kolom. CO2 akan diserap oleh larutan semi-lean OASE
terlebih dahulu. Kemudian, gas akan mengalir ke bagian atas kolom, di mana
sebagian besar CO2 yang tersisa diserap oleh larutan lean OASE. Untuk
menghilangkan larutan OASE yang mungkin terbawa dalam aliran gas, gas
dialirkan melalui beberapa wash tray dan demister di bagian atas kolom dan
aliran dengan cara disemprotkan sejumlah kecil kondensat pada proses di pipa
atas KO Drum untuk menghilangkan sisa OASE yang mungkin masih terjebak di
dalam gas. Gas proses ini kemudian akan keluar melalui suatu bagian upper drum
D. Di dalam HP flash drum, larutan OASE dan gas-gas inert, seperti hidrogen,
karbon monoksida dan N2, yang terlarut dalam larutan akan terflash/terlepas
terflash keluar dari larutan akibat perbedaan tekanan. Kemudian larutan OASE
sebagai produk samping pabrik amoniak dan sisanya dibuang ke atmosfer atau
larutan semi lean OASE dari LP flash drum dialirkan ke CO2 stripper untuk
bagian middle absorber untuk berperan sebagai absorbent CO2. Pada stripper ini,
sisa CO2 yang terlarut dalam larutan semi-lean di stripping dengan steam di CO2
Stripper Reboiler. Outlet stripper menghasilkan larutan lean yang kemudian akan
4) Methanation
Gas keluaran dari unit CO2 removal masih menyisakan 0,38% CO dan
0,05% CO2. Maka dari itu, agar tidak mengganggu proses selanjutnya kandungan
CO dan CO2 harus diubah menjadi CH4. Reaksi pembentukan kembali metana ini
terjadi pada temperatur 280–360oC dengan katalis Nikel Alumina. Sebelum masuk
ke methanator, gas proses dari KO Drum di unit CO2 removal dipanaskan dari 50
o
C sampai 316 oC di methanator feed/effluent exchanger 114-C oleh gas outlet
yang masih tersisa akan bereaksi dengan hidrogen di katalis nikel untuk
membentuk metana dan air. Reaksi yang terjadi di dalam methanator adalah
sebagai berikut:
kasar, setiap kenaikan 1% konsentrasi karbon monoksida dalam gas proses dapat
drop di sepanjang methanator 106-D adalah 0,21 kg/cm2. Jumlah CO2 total dalam
gas outlet 106-D adalah <5 ppmv, dan kandungan metana outlet pada kondisi
desain sebesar 2.20% mol. Sejumlah kecil syngas diambil dari outlet Methanator
menghasilkan air (H2O) sebagai produk reaksi. Kandungan air akan mengganggu
pada suhu rendah dan menyebabkan penyumbatan pipa. Selain itu, kandungan air
dalam aliran gas juga dapat menyebabkan kompresor mengalami vibrasi hingga
Oleh karena itu, gas proses perlu dikeringkan terlebih dahulu sebelum
proses pada temperatur 4oC dan tekanan 18 kg/cm2 dilewatkan dalam Molecular
Sieve Dryer (109-DA/DB) dari atas ke bawah yang mana kemudian air akan
diserap oleh zeolit di dalam bed, sehingga gas keluar akan bebas dari air atau
sering disebut dry gas. Masing-masing dryer didesain untuk menghilangkan air,
amoniak, dan CO2 sampai konsentrasi total < 1 ppmv (0.5 ppmv, 0.3 ppmv, dan
0.2 ppmv). Syngas outlet dryer ini kemudian akan mengalir melalui filter
moleculer sieve dryer untuk memastikan tidak adanya debu desiccant yang
6) Cryogenic Purification
Purifier KBR. Purifier didesain untuk menjaga rasio molar hidrogen terhadap
nitrogen 3:1 pada inlet ammonia converter 105-D. Pengontrolan dilakukan dengan
mengatur kerja yang diambil dari turbin expander 131-JX, dan dengan mengatur
nitrogen diambil bersama metana, argon dan pengotor lainnya dari syngas.
gas recycle yang lebih rendah, volume katalis yang lebih sedikit, dan purge gas
yang lebih sedikit. Syngas kering dari molecular sieve dryer didinginkan sampai
merupakan expander turbo. Dalam expander ini, energi kerja diambil untuk
merupakan kolom yang berisikan tray. Liquid dari bottom rectifier diturunkan
tekanannya (letdown) ke tekanan yang lebih rendah dan sebagian akan menguap
di sisi shell purifier rectifier condensor 134-C yang merupakan penukar panas
temperatur. Aliran gas dingin pada tekanan rendah akan mendinginkan bagian atas
rectifier yang mengalir di sisi tube condensor, dan menghasilkan refluks untuk
rectifier. Syngas keluar dari purifier dengan rasio H/N 3 : 1, yang diperlukan
metana dan sekitar 60% argon yang terdapat dalam syngas yang diumpankan.
Sebagian cairan yang menguap keluar dari sisi shell condensor dan dipanaskan
kembali ke 1,8 °C bertukar panas dengan syngas inlet purifier 132-C, dan
kemudian dikirim sebagai fuel ke primary reformer 101-B. Selama periode dryer
tidak regenerasi, waste gas dari purifier langsung dikirim ke fuel. Produk sisi atas
dari rectifier adalah syngas yang sudah dimurnikan. Syngas kemudian dipanaskan
menjadi 1,8 °C di exchanger bertukar panas dengan syngas inlet purifier, dan
0.19 %-mol argon dan metana traces. Semua peralatan dan perpipaan purifier
(kecuali 131-JG) berada di dalam coldbox yang diisi dengan material insulasi
perlite. Hal ini untuk menjaga panas yang hilang keluar sistem kecil. Coldbox
terus di-purging dengan nitrogen, untuk mencegah masuknya titik air (moisture).
Gas proses (dry gas) dengan rasio H2/N2 3:1 akan disintesis di ammonia
terlebih dahulu akan dimampatkan di dalam kompresor gas sintesis (103-J). Hal
diperoleh optimal apabila berlangsung pada tekanan yang cukup tinggi. Sehingga,
tekanan outlet gas proses sebesar 156.9 kg/cm2 dari 31.5 kg/cm2. Tekanan gas
bergabung dengan gas proses hasil recycle dari unitized chiller (120-C1/C2).
dahulu di dalam heat exchangers (121-C). Gas proses tekanan tinggi mengalir di
sisi tube heat exchangers bertukar panas dengan gas keluaran ammonia converter
exchangers.
terdiri 3 bed berisi katalis dan dilengkapi dengan 2 interchanger (122-C1/C2). Gas
proses keluaran 121-C dibagi menjadi 3 aliran, pertama gas dialirkan ke furnace
converter pada saat start-up dan mereduksi katalis ammonia converter agar reaksi
ke ammonia converter melalui anulus 122-C1 menuju bed 1 dan aliran ketiga gas
proses masuk melalui tube 122-C2 menuju ke tube 122-C1 kemudian bergabung
iron, pada temperatur 454 – 482 oC dan tekanan 173 – 177 kg/cm2G, serta
konversi menjadi produk ammonia sebesar 20,31 % mol (Pusri-IIB, 2016). Oleh
karena itu, untuk mendapatkan hasil yang banyak, gas yang belum bereaksi di-
aliran recycle gas sintesis melalui beberapa pendingin atau chiller untuk
yaitu mem-flash cairan amoniak secara terus-menerus pada batas tekanan yang
lebih rendah untuk melepaskan gas-gas yang terlarut dan mengambil panas dari
gas sintesa dalam loop gas sintesa pada proses pendinginan untuk mendinginkan
mendinginkan outlet converter dengan bertukar panas dengan gas recycle yang
kembali dari ammonia separator 146-D, dan dengan titik didih amoniak cair pada
empat temperatur yang berbeda (14,6 °C, -4.5 °C, -18.5 °C dan -33,3 °C).
recycle dari ammonia separator melewati tube sisi dalam secara counter current
dengan effluent gas outlet converter yang mengalir di anulus antar tube. Jadi, gas
letdown drum 147-D, yang beroperasi pada tekanan 19 kg/cm 2A. Di dalam 147-D,
syngas yang terlarut dalam amoniak akan terlepas. Gas yang terlepas tersebut
amoniak yang terikut dalam aliran gas, kemudian gas tersebut digunakan sebagai
bahan bakar di primary reformer. Sedangkan amoniak cair dari bottom drum
kembali di unitized chiller dan lalu kembali ke suction kompresor syngas 103-J.
sekitar 2,7% gas dari ammonia separator di-purging. Flow gas yang dibuang
diatur untuk menjaga kandungan inert total di inlet converter sekitar 3,5 %-mol.
pemurnian dan pendinginan amoniak. Selain itu, refrigerasi juga dilakukan untuk
tingkat kompresor sentrifugal dengan interstage cooler 128-C, 127-C, 149-D, dan
evaporator 120-CF1 sampai 120-CF4. Sistem ini dibuat untuk kontak chilling dan
venting gas inert yang terlarut dalam amoniak cair dari sintesis loop.
suction kompresor refrigerasi 105-J dan sebagai drum liquid untuk setiap tahapan
dalam satu shell dengan head internal dan juga berisi seal di sekeliling heat
exchanger yang memanjang di area bawah unitized chiller. Kompresor 105-J akan
menarik vapor amoniak yang terbentuk dalam vessel 120-C agar tekanan dalam
vessel tetap terjaga. Vapor amoniak dari 120-CF1 pada suhu -33,3 oC dan tekanan
suhu -16,5oC dan tekanan 2,07 kg/cm2A menjadi suction tingkat 2. Vapor amoniak
discharge tingkat 2 pada suhu 61oC bergabung dengan vapor amoniak dari 120-
CF3 dengan suhu -2,2oC dan tekanan 3,69 kg/cm2A menjadi suction tingkat 3.
Discharge tingkat 3 dengan suhu 79,5oC dan tekanan 7,68 kg/cm2A kemudian
mengalir melalui sisi shell interstage cooler 128-C dan didinginkan dengan
dari 120-CF4 dengan suhu 17oC dan tekanan 7,35 kg/cm2A menjadi suction
tingkat 4. Discharge tingkat 4 mengalir ke 127-C pada tekanan 16,7 kg/cm 2A dan
suhu 99 oC, dan bergabung dengan vapor dari 125-D. Discharge 105-J
dikondensasi dengan cooling water di 127-C, di mana 127-C merupakan shell and
tube heat exchanger. Amoniak akan terkondensasi di sisi shell dan dialirkan ke
Ammonia refrigerant receiver 149-D pada suhu 38oC. Liquid dari setiap flush
drum di flash ke drum yang bertekanan lebih rendah. Penurunan tekanan (flash)
PGRU merupakan unit yang berfungsi mengolah purge gas dari pabrik
ammonia, dimana purge gas tersebut masih mengandung NH3 dan H2 yang masih
mengalir ke 123-D. Purge gas di-scrub dengan air untuk memulihkan amoniak
sebagai larutan aqua amoniak. Air digunakan sebagai penyerap amoniak dari
masuk ke 123-D adalah 963 kg/jam. Air penyerap masuk ke bagian atas scrubber
langsung ke sistem fuel 101-B ataupun dibuang ke header flare NH3. Liquid dari
123-D dengan konsentrasi amoniak yang diharapkan sebesar 7-8% berat akan
160-J/JA. Discharge pompa akan bergabung dengan liquid dari bottom 124-D dan
dikirim ke 125-D dan melewati 161-C. 123-D mempunyai demister pada outlet
gas untuk menghilangkan liquid yang kemungkinan masih terbawa dalam gas.
Terdapat 4 buah packed bed berisi packing stainless steel, dan setiap packed bed
disangga oleh plat injeksi gas dan grating pada sisi atas.
Purge gas tekanan tinggi dari 146-D dengan suhu -22 oC masuk ke
bagian bawah 124-D dan mengalir ke atas melewati packed bed. Air penyerap dari
bottom 125-D pada suhu 211oC masuk ke 161-C dan mengalir di sisi tube untuk
didinginkan hingga mencapai 46oC. Air penyerap yang telah didinginkan lalu
masuk ke bagian atas 124-D dengan flow sebesar 1221 kg/jam. Tekanan operasi
124-D dikontrol pada tekanan 86,9 kg/cm 2G. Temperatur gas outlet 124-D adalah
sekitar 18oC, sedangkan larutan keluar dari bottom 124-D pada temperatur 7oC
Larutan amoniak dari 123-D dan 124-D bergabung dan mengalir di sisi
shell 161-C pada temperatur 30oC. Larutan dipanaskan sampai 161oC sebelum
masuk ke 125-D antara bed atas dan tengah. Tekanan kolom destilasi amoniak
dikontrol pada tekanan 19,9 kg/cm2A. Temperatur gas outlet pada kondisi normal
adalah sekitar 65 oC. Gas outlet 125-D mengandung 99,5% berat akan dialirkan ke
operasional unit ammonia dan urea secara terus menerus baik yang berkaitan
dengan bahan baku maupun bahan pembantu pabrik. Unit kegiatan yang
dijalankan unit utilitas untuk mendukung pabrik ammonia dan pabrik urea
meliputi:
Sumber air sungai sungai untuk Pusri IIB berasal dari Sungai Musi. River
Water Intake Facility didukung oleh dua unit pompa River Water Intake dengan
tipe centrifugal dan vertical. Pada kondisi normal, hanya 1 unit yang beroperasi
dan 1 unit lainnya akan standby. Air sungai disuplai oleh River Water Intake
Pump ke clarifier dengan normal flowrate sebesar 1059,5 m3/jam dan beroperasi
pada tekanan 4,5 kg/cm2G. Air sungai juga disuplai sebagai fire water melalui
Main Fire Water Pump dengan flowrate sebesar 455 m3/jam dan tekanan operasi
sebesar 10 kg/cm2G.
rupa hingga menghasilkan spesifikasi yang sesuai untuk kategori air bersih
(filtered water) yang akan digunakan pada proses selanjutnya. Sistem ini
(filtered water), serta ada juga proses filtrasi menggunakan ultrafiltration unit
Air sungai Musi sebelum dikirim ke unit utilitas dipisahkan dari kotoran
zat padat. Jenis partikel koloid tersebut adalah penyebab kekeruhan dalam air
keadaan jenuh. Pemisahan air sungai Musi awalnya diproses pada saat River
berupa 1 unit bar screen dengan material carbon steel disamping strainer pompa
itu sendiri. Hal ini diperlukan mengingat air sungai dari Sungai Musi merupakan
area terbuka dan dipergunakan secara luas oleh masyarakat dan dunia industri.
Dengan adanya fasilitas River Water Intake Screen ini, diharapkan dapat
menyaring kotoran dan potongan benda pada aliran masuk air sungai ke suction
pompa.
3.3.3 Clarifier
sebesar 1100 m3/jam pada tekanan atmosfer, temperatur 30ºC dengn pH air yang
masuk 6,6-8,3 dan turbidity air yang masuk 44-95 NTU. Sejumlah bahan kimia,
ke clarifier. Endapan lumpur dalam bentuk slurry akan terpisah dari air dan secara
otomatis dibuang dengan konsentrasi endapan lumpur sekitar 0,8% dari slurry
yang keluar. Slurry selanjutnya mengalir ke Sludge Pond (6405-F) sedangkan air
jernih (clarified water) akan mengalir ke Clarified Water Basin (6204-F) sebelum
1) Alumunium Sulfat
kimia aluminium sulfat ke dalam air disertai dengan pengadukan cepat agar
koagulan di dalam air. Partikel koloid dari flok terdiri dari ion-ion negatif dan oleh
karena muatannya sama maka akan saling tolak menolak. Apabila ion-ion positif
yang terdapat didalam zat pengendap bersentuhan dengan ion-ion negatif maka
akan bertambah besar sehingga dapat dipisahkan dengan jalan pengendapan baik
2) Kaustik Soda
3) Polimer
Air sungai yang telah bereaksi dengan bahan kimia di atas, dengan
sebagai pengikat floc–floc kecil agar menjadi besar sehingga proses pengendapan
besar. Penginjeksian polimer ini disertai dengan pengadukan lambat agar flok
yang telah terhubung di jembatan tidak pecah lagi dan membantu pembentukan
melalui overflow di bibir floctreater dan endapan atau slurry yang terbentuk
secara otomatis dibuang melalui bagian bawah ke sludge pond. Endapan lumpur
balnked (lumpur hidup) yang senantiasa bergerak sehingga floc yang berukuran
Dari clarifier air mengalir ke clarified water basin atau clearwell yang
merupakan bak penampung dari beton yang berfungsi sebagai penyediaan air
dalam jumlah yang cukup banyak untuk menjamin suatu aliran normal sebelum
Pressure Sand Filter (PSF) dapat memproses 220 m3/jam air jernih
(clarified water) per vessel pada tekanan operasi 5 kg/cm2G dan temperatur
operasi 30ºC. Di pressure sand filter, clarified water mengalir dari bagian atas
menuju ke bawah dengan melalui media filter dimana partikel pengotor seperti
suspended solid disaring. Hasil keluaran dari pressure sand filter, dengan
kandungan kurang dari 1 ppm suspended solid, dikirim ke filtered water tank dan
kinerja filtrasi, dengan menggunakan air scour blower dan backwash pump pada
tekanan 3,26 kg/cm2g. Proses backwash ini akan membuang suspended solid dan
partikel pengotor yang terjebak di media filter dan proses air blown ke media
filter guna melonggarkan kembali media filter tersebut. Air yang dikeluarkan dari
proses backwash ini akan dikirim ke backwash water recovery pond untuk diolah
kembali (recycle) di clarifier. Filtered water (air bersih) sebagai produk dari filter
molekul (berukuran 0,1 – 0,01 μm), bakteri dan virus untuk produk air yang
keluar dari pressure sand filter (PSF) sehingga dihasilkan potable water. Air dari
filtered water treatment system (keluaran PSF) dikirim ke unit ultrafiltrasi yang
sebelumnya harus melewati terlebih dahulu bag filter sebagai proteksi UF dari
molekul dengan ukuran lebih dari 300 μm. Air yang keluar dari bag filter akan
memasuki unit ultrafiltrasi dari bagian bawah. Air disaring dengan module yang
operasi 28,5ºC dengan kapasitas 150 m3/jam untuk tiap unit UF. Permeate akan
dikeluarkan melalui bagian atas UF menuju potable water storage tank sedangkan
menit yang merupakan kombinasi dari forward flush (FF) dan backwash (BW).
Selama proses FF, material yang tertinggal di membran akan dibersihkan melalui
back pulse pump dengan menggunakan permeate water yang dihasilkan dari
water basin. Potable water sebagai produk dari unit ultrafiltrasi memiliki
activated carbon filter (ACF) dari bagian atas yang akan mengalir ke bawah
compound dan logam yang terkandung di filtered water. Activated carbon filter
(ACF) bekerja pada tekanan operasi 4,5 kg/cm2G dan temperatur operasi 30ºC.
kinerja ACF. Proses backwash dapat berlangsung secara otomatis apabila pressure
differential antara inlet dan outlet ACF mencapai 0,7 kg/cm2G. Air untuk proses
backwash dikirim dari bagian bawah ACF dan mengalir ke bagian atas dan
(RO) Unit pada tekanan 14,5 kg/cm2G dan mendorong air yang sebelumnya
seperti mineral, garam, logam, virus, bakteri, dan lainnya untuk menghasilkan
deionized water dengan conductivity yang lebih rendah. Produk permeate dari RO
unit akan dikirim ke condensate storage tank, sedangkan air concentrate akan
rusak oleh adanya mineral scale, biological matter, colloidal particle dan
menggunakan acid cleaner seperti bahan kimia anti scalant dan untuk
slime inhibitor juga dapat digunakan untuk mengatasi organic fouling termasuk
alkanity as CaCO3 sebesar 0 ppm; M alkanity as CaCO3 < 1 ppm; Chloride as Cl-
< 1 ppm; Sulphate as SO4 < 1 ppm; ammonia as NH3 < 1 ppm; calcium hardness
as CaCO3 < 1 ppm; magnesium hardness as CaCO3 < 1 ppm; iron as Fe < 0,3
ppm; silica as SiO2 < 0,5 ppm; total suspended solid < 1 ppm; total dissolved
water melalui proses pertukaran ion (ion exchange). Mixed bed polisher
beroperasi pada tekanan 4,5 kg/cm2G dan temperatur 30ºC. Air demin sebagai
produk akhir dari mixed bed polisher unit mempunyai spesifikasi pH = 6-7,5;
conductivity < 0,2 μs/cm; sodium + potassium < 0,01 ppmw, chloride < 0,02 ppm,
copper < 0,003 ppm; iron < 0,02 ppm; silica < 0,005 ppm, hardness as Ca = 0
ppm dan dissolved solid < 0,1 ppm. Pertama-tama, kondensat dari condensate
storage tank dikirim oleh pompa ke mixed bed polisher dari bagian atas. Pada saat
kondensat melewati campuran resin anion dan kation yang terdapat di dalam
vessel, terjadilah proses ion exchange. Selama proses ini, ion yang terdapat di
sudah jenuh agar dihasilkan kualitas air seperti yang dipersyaratkan. Proses
regenerasi dilakukan apabila pressure drop mixed bed polisher > 1 kg/cm2G atau
bila conductivity outlet di atas batasan maksimal sebesar 0,2 μs/cm atau ketika
silica content lebih dari 0,005 ppm atau ketika service time cycle sudah mencapai
72 jam/siklus, yang mana yang lebih dulu tercapai. Tahapan regenerasi mixed bed
polisher terdiri dari backwash, settlement, chemical filling check, rinse, full drain,
air mix, settlement, water filling, final rinse dan regeneration check.
melepaskan panas dari warm cooling water yang dihasilkan dari proses pabrik
lain ke atmosfer dan didesain memiliki heat transfer area yang cukup antara
cooling water yang masih panas dan udara pendingin. Cooling tower memilki dua
sistem yang terpisah untuk pabrik ammonia/utility dan untuk pabrik urea. Cooling
tower jenis natural draft ini menyuplai udara menggunakan bantuan impeller
berupa dua buah induced draft fan yang terletak di atas tower. Udara yang
bergerak dari bawah ke atas ini akan berkontakkan secara counter current dengan
air panas yang disuplai dari atas cooling tower. Air didistribusikan secara merata
sehingga terbentuk water droplets yang memiliki luas permukaan lebih besar agar
kehilangan akibat adanya air yang menguap (evaporation loss), drift loss water
dan blow down water. Cooling water membutuhkan beberapa perlakuan khusus
untuk menjaga kualitas seperti yang diharapkan. Karena air secara terus menerus
akan hilang karena adanya evaporation loss, air dalam jumlah tertentu harus terus
impurities hardness, alkalinity dan silica di sistem cooling water. Karena adanya
(impurities) akan tertinggal di dalam air dan terus terakumulasi, hal ini dapat
kontak. Kontak antar keduanya akan meningkatkan potensi terjadinya korosi pada
logam. Oleh karena itu, dibutuhkan perawatan khusus secara terus menerus
biocide, dispersant, pH control untuk H2SO4 dan untuk NaOH, dan oxidizing
biocide yang disiapkan melalui suatu coolilng tower chemical injection system.
Sumber utama untuk udara pabrik dan udara instrumen berasal dari
distribusi, udara pabrik harus melalui air receiver yang juga berperan sebagai
holding vessel dan instrument air dryer package sebagai dryer unit. Kapasitas air
receiver dan instrument air dryer package sebesar 1600 Nm3/jam. Tekanan
operasi air receiver adalah 7,5 kg/cm2G dan temperatur operasi adalah 30ºC. Air
receiver dilengkapi dengan drain trap untuk membuang cairan secara terus-
menerus dan otomatis, juga untuk mencegah hilangnya udara bertekanan. Balance
pipe akan mengarahkan udara yang masuk ke trap agar kembali ke air receiver.
Disediakan dua unit stand-by kompresor udara dengan masing-masing
kapasitas sebesar 2500 Nm3/jam untuk memenuhi kebutuhan udara pabrik dalam
kondisi emergency. Instrument air dryer (tipe pressure swing adsorption dengan
microscopic di permukaan bed desiccant akan menyerap uap air dari udara dan
menurunkan humidity dan temperatur udara sampai mencapai dew point -40ºC.
melekat di desiccant, desiccant bed akan menjadi jenuh dan memerlukan proses
regenerasi.
Selama proses regenerasi, off-stream tower akan diturunkan tekanan dari
tekanan operasi 7,5 kg/cm2G menjadi tekanan atmosferik. Sejumlah udara kering
udara kering dan panas adsorpsi dari siklus pengeringan (drying) akan
Gas alam digunakan sebagai bahan baku dan bahan bakar dipabrik amoniak. Gas
alam disaring terlebih dahulu untuk menangkap partikel-partikel seperti pipe scale
Peralatan yang dilewati oleh natural gas dari tie-in point adalah upstream
Natural gas mengalir ke inlet nozzle upstream scrubber lalu gas alam tersebut
terdapat di dalam gas alam. Hidrokarbon berat dari bagian bawah upstream
dari scrubber filter dan downstream scrubber. Cairan yang sudah terpisah akan
bertahan di bagian bawah vessel dan dikeluarkan melalui control valve. Upstream
scrubber bekerja pada tekanan operasi normal 28 kg/cm2G dan temperatur operasi
30ºC. Gas yang keluar dari upstream scrubber selanjutkan dikirim ke scrubber
filter untuk menangkap debu, partikel padat, cairan yang masih tersisa dan juga
efisiensi sebesar 99,98% pada tekanan operasi 28 kg/cm 2G dan temperatur operasi
sebelum dikirim ke pabrik amoniak untuk ditangkap cairan yang masih tersisa.
alam dari downstream scrubber diukur oleh FI-4181 di gas metering system untuk
produk ammonia di pabrik amoniak dan juga sebagai penyimpan amoniak apabila
pada tekanan operasi atmosferik di sisi dalam tangki dan tekanan 0,05 kg/cm 2G
untuk sisi luar tangki. Temperatur operasi pada -33ºC untuk sisi dalam tangki dan
36ºC untuk sisi luar tangki. Terdapat dua buah sumber amoniak yang masuk ke
ammonia storage tank yaitu ammonia liquid dari pabrik amoniak dan ammonia
dipanaskan terlebih dahulu dari temperatur -33ºC hingga mencapai 38ºC dengan
menggunakan pompa. Pada kondisi normal, ammonia vapor yang dihasilkan dari
temperatur -33ºC, maupun tambahan panas ke tangki dan kondensasi vapor yang
juga tambahan panas dari pengiriman amoniak yang berasal dari tangki OEP.
Selama berlangsung loading amoniak, akan ada ammonia vapor yang kembali ke
storage tank. Ammonia vapor ini perlu dikompresi dan dicairkan dengan bantuan
ammonia vapor yang berasal dari tangki amoniak apabila ammonia refrigeration
compressor di pabrik amoniak shutdown. Sistem ini terdiri dari satu skid
cooler, screw compressor, main motor dan lubricant system) dan satu skid
ammonia liquid. Ammonia vapor mengalir keluar dari bagian atas vessel dan
dikompresi. Ammonia vapor dari discharge kompresor dialirkan ke 1st Stage Oil
effluent/limbah dari pabrik amoniak, urea dan utilitas dikelola dengan benar
sebelum dibuang dengan memenuhi standar buangan limbah. Larutan OASE dari
pabrik amoniak, larutan asam sulfat dan kaustik soda dari unit demineralisasi,
mixed bed polisher, unit ultrafiltrasi, saluran injeksi bahan kimia, NaOH,
pompa.
Air limbah lainnya seperti effluent water dari pabrik Urea dan off-spec
condensate ditampung di check pit a untuk dikelola. Air limbah dipompakan oleh
Waste water urea yang mengandung minyak dikirim langsung ke check pit b.
rendah 0,1 kg/cm2G dan temperatur tinggi 101,8ºC di ammonia stripper. Uap
yang dihasilkan dari proses stripping yang mengandung amoniak akan dibuang
dari bagian atas tower dan menuju atmosfer. Air limbah yang telah diolah akan
mengalir ke sisi bagian bawah ammonia stripper menuju ammonia stripper feed
preheater, lalu didinginkan di effluent cooler dari temperatur 54,2ºC menjadi 40ºC
pada tekanan 0,3 kg/cm2G dan terakhir ditampung di check pit b. Air yang telah
diolah dan sudah memenuhi standar air buangan dikirim ke lokasi pengelolaan
BAB IV
4 TUGAS KHUSUS
proses seksi konsentrasi di Unit Urea P-IIB Pusri Palembang. Evaporator (FA-
(termasuk free NH3 dan biuret) dengan menggunakan panas kondensasi dan
kinerja Evaporator harus selalu dievaluasi. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan
menghitungan neraca massa, neraca panas, dan efesiensi panas pada alat tersebut.
4.2 Tujuan
Pusri Palembang.
4.3 Manfaat
Concentrator.
Palembang.
Neraca massa adalah perhitungan arus masuk dan keluar sistem dalam
evaluasi, dan efisiensi kerja alat serta kebutuhan bahan baku dari suatu pabrik.
tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan tetapi dapat berubah wujud,
sehingga dalam suatu sistem jumlah massa adalah tetap. (Himmelblau, David
M.1996)
energi dalam sebuah sistem. Neraca energi dibuat berdasarkan pada hukum
energi tidak dapat dimusnahkan atau dibuat, hanya dapat diubah bentuknya.
Perumusan dari neraca energi suatu sistem mirip dengan perumusan neraca massa.
Namun, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu suatu sistem dapat
berupa sistem tertutup namun tidak terisolasi (tidak dapat terjadi perpindahan
massa namun dapat terjadi perpindahan panas) dan hanya terdapat satu neraca
energi untuk suatu sistem (tidak seperti neraca massa yang memungkinkan adanya
99.7% di Seksi Konsentrasi dan kemudian dikirim ke Seksi Prilling. Pada tahap
kondensasi dan absorbsi gas dari HP Decomposer (DA-201). Pada tahap akhir
Final Separator (FA-203) sebagai molten urea yang selanjutnya dikirim ke Prilling
Tower (IA-301).
(EA-201)
operasi normal untuk tekanan adalah 210 – 290 mmHgA dan range operasi
temperature turun sampai kurang dari 130 oC, proses penguapan air akan
terganggu sehingga konsentrasi urea tidak tercapai (kurang dari 96%), dan
Tekanan operasi yang lebih rendah akan meningkatkan penguapan air dan
lebih tinggi akan menghasilkan konsentrasi urea yang lebih tinggi, akan
1. Neraca Massa
Inlet Outlet
Komponen
Aliran 20 Aliran 22 Aliran 23
Total (Kg/Jam) 171601 51883 119719
Urea (wt%) 67.10 1.35 95.32
NH3 (wt%) 0.54 1.83 0.06
CO2 (wt%) 0.32 1.21 0.00
H2O (wt%) 31.72 95.62 4.00
Biuret (wt%) 0.33 0.00 0.62
Sumber : Material Balance Pabrik Urea Pusri IIB
t
DIAGRAM ALIR NERACA MASSA e
k
EA-501 s
a
B
g
n
FA-202
lli
ri
Steam P
e
K
EA-201
FA-207
132˚C
EA-202
Dari tanki
ureaMassa Vacuum Concentration (FA-202) di Pabrik Urea Pusri P-IIB
2. Neraca
98˚C EA- 401
secara design.
Perhitungan : DA-201
GA-201A,B
a. Komposisi Total Input Vacuum Concentration
: 115137 Kg
: 928 Kg
: 542 Kg
d) H 2O : 31,72 wt%
: 54433 Kg
: 561 Kg
: 699 Kg
: 950 Kg
: 626 Kg
: 49608 Kg
: 114116 Kg
: 73 Kg
: 4791 Kg
: 739 Kg
Inlet Outlet
Komponen
Aliran 20 Aliran 22 Aliran 23
Total (Kg/Jam) 194734,42 58876,17871 135858,2406
secara aktual.
Perhitungan :
: 130658,544 Kg
: 1053,103 Kg
: 615,067 Kg
d) H 2O : 31,72 wt%
: 61771,077 Kg
: 636,628 Kg
: 793,2164 Kg
: 1078,0481 Kg
: 710,3770 Kg
: 56294,5372 Kg
: 129499,9038 Kg
: 82,8411 Kg
: 5436,8716 Kg
: 838,6241 Kg
t
e
k
EA-501 s
a
B
g
n
FA-202
lli
ri
P
2. Neraca Panas e
K
DIAGRAM ALIR NERACA PANAS
EA-201
FA-207
132˚C
EA-202
Steam
Dari tanki
Viki Anjoba (1500020187)
urea
M Solihin Akbar (1500020161)
98˚C EA- 401
Universitas Ahmad Dahlan 120
DA-201
GA-201A,B
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018
Qinput = Qoutput
Keterangan :
T : Temperatur (K)
Komponen A B C D
UREA 965,507 -5,0993 0,010028 -6,37990E-06
Cp biuret liquid : 133,7283 joule/mol.K (pada suhu 405 K atau 132 0C)
Diperoleh dari
Komponen A B C D E
0,00003808
24,856 0,14437
UREA 8 -1,1007E-07 3,9161E-11
0,00008890
33,573 -0,01258
NH3 6 -7,1783E-08 1,8569E-11
CO2 27,437 0,042315 -0,00001955 3,9968E-09 -2,9872E-13
0,00002990
33,933 -0,00842
H2O 6 -1,7825E-08 3,6934E-12
Sumber : Chemical Properties, C. L. Yaws, 1999
Cp Biuret = a1+a2(C)+a3(H)+a4(O)+a5(N)+a6(S)
T (K) 1 2 3 4 5
300 4,86 9,04 5,69 11,4 11,9
400 0,864 12,6 7,37 13,9 14
500 -1,85 15,5 8,89 15,7 16
Perry chemical engineer handbook 2h.ed
T (K) a1 a2 a3 a4 a5
405 0,7283 12,745 7,446 13,99 14,1
Q = ∆H
∆H = Hproduk – Hreaktan
∆H = n Cp dT
Qserap = m Cp dT
Keterangan :
m = massa (kg)
Perhitungan panas pada aliran 20 dengan menggunakan data design dapat dilihat
Perhitungan panas pada aliran 22 dengan menggunakan data design dapat dilihat
Kompone
n Suhu (K) n (mol) Cp(J/mol.K) Q (joule)
Urea 405 11650 83,3149 103856145,9
NH3 405 55882,3529 38,7915 231950543,3
CO2 405 14227,2727 41,6254 63367038,32
H2O 405 2756000 76,7823 22642481157
Total 25820015407
= 31838946156 joule
= 1220359136 joule
Qloss
% Qloss = x 100%
Q input
1220359136 joule
= x 100%
51318554656 joule
= 2,43%
50098195519 joule
= x 100%
51318554656 joule
= 97,622 %
Perhitungan panas pada aliran 20 menggunaka data aktual dapat dilihat pada
Perhitungan panas pada aliran 22 menggunakan data aktual dapat dilihat pada
Perhitungan panas pada aliran 23 menggunakan data actual dapat dilihat pada
= 56195867285 Joule
= 1349587270 joule
Qloss
% Qloss = x 100%
Q input
1349587270 joule
= x 100%
57545454556 joule
= 2,34 %
56195867285 joule
= x 100%
57545454556 joule
= 97,65 %
BAB V
5 PEMBAHASAN
Seksi Konsentrasi yang terdapat pada pabrik urea. Berdasarkan data desain yang
ada pada Vacuum Concentrator didapatkan perhitungan neraca massa dan neraca
Perhitungan dengan menggunakan data desain didapatkan neraca massa total input
sebesar 171601 kg/h dan neraca massa total output sebesar 171602 kg/h. Nilai
neraca panas total input di dapatkan sebesar 51318554656 joule dan neraca panas
mengurangkan neraca panas total input dan neraca panas total output dengan nilai
sebesar 1220359136 joule. Dan didapatkan pula persentase Qloss sebesar 2,43%.
aktual didapatkan neraca massa total input sebesar 194734,4193 kg/h dan neraca
Viki Anjoba (1500020187)
M Solihin Akbar (1500020161)
Universitas Ahmad Dahlan 129
Laporan Kerja Praktek
PT. Pusri Sriwidjaja Palembang
Periode: 1 Agustus s.d 31 Agustus 2018
massa total output sebesar 194734,4193 kg/h. Nilai neraca panas total input di
dapatkan sebesar 57545454556 joule dan neraca panas total output sebesar
56195867285 joule.
Perhitungan Qloss dengan data aktual dapat peroleh dengan cara pengurangan
neraca panas total input dan neraca panas total output dengan nilai sebesar
yg melebihi 100%, ini disebabkan karena neraca massa total dan neraca panas
total dari data aktual memiliki nilai flow rate yang lebih besar dibandingkan data
desainnya. Serta kondisi operasi pada data aktual yang juga berpengaruh pada
nilai effisiensinya, karena dari hasil perhitungan yang didapat effisiensi pada data
aktual lebih besar dari pada effisiensi data desain. Hal ini juga dapat disebabkan
karena adanya pemekatan larutan yang ada pada Vacuum Concentrator di unit IIB
ditambah dengan larutan yang berasal dari unit lain. Sehingga, effisiensi data
aktual lebih besar dari pada data desainnya. Dan dapat di simpulkan juga alat
BAB VI
6.1 Kesimpulan
kondisi desain, sehingga dapat dikatakan alat ini masih mempunyai performa
yang baik.
2. Persentase panas yang hilang kelingkungan pada aktual lebih kecil yaitu 2,34%
dibandingkan desain yaitu sebesar 2,43%, sehingga dapat dikatakan bahwa isolasi
3. Dari data diperoleh, effisiensi panas pada Vacuum Concentrator secara desain
Concentrator. Hal ini juga disebabkan karena adanya penambahan larutan dari unit
DAFTAR PUASTAKA
‘’Panduan Dasar Operasi dan Proses Pabrik Pusri IIB Unit Utilitas
/Ammonia/Urea Plant ‘’.PT.Pupuk Sriwidjaja Palembang