BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini membawa kita
sangat diperlukan kerja sama yang erat antara perguruan tinggi dengan kalangan
praktisi, industri dan bidang-bidang usaha terkait. Hal ini dapat diwujudkan
melalui kesempatan untuk melaksanakan kegiatan kerja praktek disuatu pabrik
atau industri kimia.
Industri pembuatan pupuk merupakan salah satu fokus utama dalam
bidang Teknik Kimia yang berpotensial menjadi wadah untuk penerapan disiplin
ilmu dalam bidang Teknik Kimia ini sehingga dengan demikian mahasiswa
memiliki bekal yang cukup dan dapat diandalkan, untuk kemudian terjun pada
bidang profesi yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditempuh di
perguruan tinggi. PT Pupuk Sriwidjaja Palembang Sumsel, merupakan salah
satu pabrik pupuk terbesar di Indonesia yang cukup berpengaruh terhadap
pembangunan nasional.
Berkenaan dengan hal di atas maka kami mengajukan permohonan kepada
PT Pupuk Sriwidjaja Palembang Sumsel untuk dapat melakukan kerja praktek di
lokasi tersebut. Karena dengan melaksanakan kerja praktek di pabrik ini kami
akan dapat mempelajari secara langsung proses yang terjadi di lokasi pabrik
Bapak, sehingga dengan demikian akan memberikan banyak masukan,
pengalaman kerja di bidang industri serta informasi lebih mendalam menyangkut
proses kimia dalam pabrik, khususnya proses pengolahan limbah yang terjadi di
PT. Pupuk Sriwidjaja, Palembang.
1.2.
Tujuan
Permasalahan
Bagi seorang mahasiswa Teknik Kimia tentunya telah diperbekali ilmu
teoritis tentang proses kimia, seperti reaksi pembuatan dan alat penunjangnya.
Namun, ilmu yang diperoleh secara teori tidaklah cukup bagi calon Engineer,
2
produksi ammonia, urea, dan utilitas PUSRI-IV mulai dari persiapan bahan baku
dan bahan pendukung hingga menghasilkan berbagai produk yang siap dijual.
Sistem produksi yang dipelajari adalah rangkaian proses fisika atau kimia yang
terlibat dalam proses produksi dan diagaram alir setiap proses pada PUSRI-IV.
Kerja praktek dilaksanakan antara tanggal 28 Desember 2015 19 Februari 2016.
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1.
adanya kesadaran bahwa Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan
sumber daya alam dan tenaga kerja yang melimpah sehingga sektor pertanian
sudah sepantasnya dijadikan prioritas utama yang mendapat perhatian dari
pemerintah. Di sisi lain,laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat
mengakibatkan adanya peningkatan kebutuhan pangan masyarakat. Hal ini harus
diikuti dengan usaha peningkatan produksi melalui intensifikasi dan ekstensifikasi
di sektor pertanian serta pembangunan pabrik pupuk kimia.
Perencanaan pembangunan pabrik pupuk kimia dipercayakan kepada Biro
Perancang Negara (BPN), yang berada langsung di bawah Perdana Menteri Ir.
Juanda dengan Mr. Ali Budiarjo dan Prof. Otong Kosasih, masing-masing sebagai
Dirjen dan Wakil Dirjen BPN untuk membuat rancangan proyek pupuk urea yang
kemudian dimasukkan dalam Rancangan Pembangunan Lima Tahun Pertama
(1956-1960).
Dalam perencanaan pembangunannya, sejak semula pemerintah telah
menetapkan lokasi pabrik urea yang akan dibangun itu adalah di Sumatera Selatan
dan diantaranya 16 tempat calon plant site, 4 diantaranya terletak di kota
Palembang. Hal ini didasarkan pada hasil studi kelayakan oleh Gass, Bell &
Associates dari Amerika yang memberikan rekomendasi kelayakan untuk
membangun pabrik pupuk urea dengan kapasitas 100.000 ton per tahun di
Sumatera Selatan.
Kelayakan tersebut ditunjang oleh keadaan geografis Sumatera Selatan
yang memiliki kekayaan gas bumi sebagai bahan baku utama dalam jumlah yang
cukup banyak. Sungai Musi yang tidak pernah kering sepanjang tahun juga
merupakan salah satu faktor positif untuk proses pembuatan urea dan
pengangkutannya. Di samping itu, tambang Bukit Asam yang tidak jauh dari kota
Palembang banyak mengandung batubara dan dapat dijadikan cadangan bahan
4
baku yang sangat potensial seandainya persediaan gas bumi sudah menipis .
Pada awalnya banyak lokasi yang dicalonkan sebagai lokasi pembangunan
pabrik urea, antara lain di Kertapati, Sungai Selayur, Bagus Kuning, dan
Karanganyar. Pilihan akhirnya jatuh pada Sungai Selayur (1 dan 2 Ilir),
diantaranya untuk menyesuaikan dengan program pemerintah pusat yang pada
waktu itu juga telah membuat perencanaan pembangunan Jembatan Musi. Letak
daerah Sungai Selayur yang berada di sebelah hilir jembatan Musi dinilai lebih
menguntungkan.
Secara legal, PT. Pupuk Sriwidjaja resmi didirikan berdasarkan Akte
Notaris Eliza Pondaag nomor 117 tanggal 24 Desember 1959 dan diumumkan
dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia nomor 46 tanggal 7 Juni
1960. PT. Pupuk Sriwidjaja memiliki Kantor Pusat dan Pusat Produksi
berkedudukan di Palembang, Sumatera Selatan. PT. Pupuk Sriwidjaja merupakan
produsen pupuk urea pertama di Indonesia.
2.2.
usaha untuk mencapai swasembada pangan. Tindakan pemerintah pada saat itu
dengan mendorong usaha intensifikasi pertanian, salah satu caranya adalah
penggunaan pupuk dalam pertanian. Untuk memenuhi kebutuhan akan pupuk,
pada saat itu pemerintah memandang perlu dibangun sebuah pabrik pupuk kimia.
Perencanaan pembangunan pabrik pupuk tersebut diserahkan kepada Biro
Perancang Negara (BPN) yang masuk dalam Repelita I (1956-1960). Proyek
pendirian pabrik pupuk urea ini kemudian dilimpahkan kepada Departemen
Perindustrian dan Pertambangan dengan nama Proyek Pupuk Urea I. BPN
melakukan studi kelayakan pembangunan pabrik pupuk tersebut, yang dilanjutkan
dengan pemilihan lokasi yaitu di Sumatera Selatan, dan percobaan lapangan
penggunaan pupuk urea. Pada tanggal 24 Desember 1959 berdiri pabrik pupuk
pertama di Indonesia dengan nama PT Pupuk Sriwidjaja, atau lebih dikenal
sebagai PT PUSRI. Pabrik PUSRI terdiri atas pabrik amonia, urea, dan utilitas.
Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan pemilik
saham tunggal yaitu Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen
5
PT Mega Eltra (1970) di Jakarta, bergerak dalam bidang layanan eksporimpor, pemasok barang kimia, distributor pupuk, dan konstruksi.
Selanjutnya, pada tahun 2010 dilakukan pemisahan (Spin Off) dari
Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Pupuk Sriwidjaja atau PT. PUSRI (Persero)
kepada PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang dan terdapat pengalihan hak dan
7
2.3.
mencapai efisiensi kerja yang tinggi disertai dengan berkembangnya peranan dan
tanggung jawab perusahaan tersebut. Struktur organisasi ini akan menentukan
kelancaran aktivitas perusahaan sehari-hari dalam memperoleh keuntungan dan
produktivitas yang maksimal, sehingga tercapai produksi yang berkelanjutan.
PT PUSRI Palembang menggunakan sistem organisasi yang dalam
pengelolaannya berdasarkan sistem Line dan Staff Organization dengan bentuk
perusahaannya berupa Perseroan Terbatas (PT).Sistem ini bekerja dengan modal
pengelolaan pabrik berasal dari Pemerintah. Proses manajemen berdasarkan Total
Quality Control Management yang melibatkan seluruh pimpinan dan karyawan
dalam rangka peningkatan mutu secara kontinyu.
Kedudukan tertinggi dalam struktur organisasi yang ada di PT PUSRI
Palembang adalah dewan komisaris. Dewan komisaris bertugas memberikan
pembinaan dan pengawasan terhadap kelangsungan manajemen maupun
operasional perusahaan. Tugas operasional sesuai dengan surat keputusan direksi
No.SK/DIR/251/2009, tanggal 24 November 2009, dilaksanakan oleh dewan
direksi yang terdiri dari Direktur Utama yang membawahi lima orang direktur,
yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)
Direktur Keuangan
Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum
Direktur Produksi
Direktur Teknik & Pengembangan
Direktur Pemasaran
Tetapi terjadi perubahan struktur organisasi PT PUSRI Palembang yang
10
Departemen Operasi PUSRI IB, PUSRI II, PUSRI III dan PUSRI IV
bertugas mengkoordinir jalannya kegiatan produksi pada setiap pabrik. Setiap
pabrik dipimpin oleh seorang Plant Manager yang membawahi 3 bagian operasi
yang tiap tiap bagian itu dikepalai oleh seorang Superintendent. Bagian itu
antara lain:
1) BagianUtilitas
2) BagianAmoniak
3) Bagian Urea
Untuk promosi kejenjang yang lebih tinggi maupun untuk kenaikan tingkat
golongan, maka setiap tahun diadakan penilaian karyawan yang meliputi loyalitas,
dedikasi, pengetahuan, keterampilan, tingkah laku, pergaulan sesame karyawan
dan produktivitas kerja. Kenaikan jabatan terjadi apabila ada formasi yang kosong
dan sistemnya dari bawah keatas, sedangkan untuk mutasi jabatan dilakukan pada
posisi yang hamper sejajar.
Jam kerja normal bagi karyawan non shift adalah :
1)
2) Jumat
Divisioperasi
Divisipemeliharaan
12
Operator ini terdiri dari operator senior yang bertugas di control panel room
dan operator lapangan. Operator-operator tersebut bekerja sesuai shift yang telah
dijadwalkan dan diketuai oleh seorang Kepala Seksi. Selain itu, untuk setiap shift
dibantu oleh seorang Kepala Regu. Khusus operator lapangan dikoordinir oleh
seorang Koordinator Lapangan. Setiap shift bekerja selama delapan jam dengan
pembagian jam kerja sebagai berikut.
a
Day shift
: 07.00 15.00
Swing shift
: 15.00 23.00
Night shift
: 23.00 07.00
Dalam satu siklus kerja, terdapat 4 regu operator (pegawai shift) dengan 3
regu bertugas dan 1 regu libur secara bergantian. Pada Day Shift, Superintendent
bertanggungjawab atas operasi pabrik, dan untuk Swing Shift danNight Shift yang
bertanggung jawab adalah shift foreman, kecuali untuk hal-hal yang sangat
penting, kembali kepada Superintendent masing-masing.
2.5. DivisiTeknologi
Divisi ini bertugas untuk mengontrol jalannya operasi pabrik, memerhatikan
keselamatan kerja dan lingkungan. Divisi ini membawahi beberapa departemen
sebagai berikut :
1
DepartemenPerencanaandanpengendalianproduksi
Departemenlaboratorium
DepartemenK3 dan LH
Departemen InspeksiTeknik
2.5.1. Departemenperencanaandanpengendalianproduksi
Departemen ini bertugas untuk memberikan saran, masukan kepada unit
terkait dengan cara melakukan analisis atau eveluasi yang komprehensif atau
akurat terhadap suatu persoalan yang diberikan atau inisiatif sendiri, agar dapat
dijadikan
bahan
pertimbangan
dalam
mengambil
keputusan
dan
atau
serta mengendalikan kualitas bahan baku pembantu untuk operasional pabrik yang
dikepalai oleh koordinator Teknik Proses-I.
Bagian ini bertugas untuk melaksanakan, menganalisa, memeriksa
kelayakan dan menyarakan perbaikan pada kerusakan peralatan rotating dan norotating di pabrik P-1B, P-II, dan ASP atau CO2 plant untuk jaminan
kelangsungan beroperasinya pabrik sesuai dengan standard an kode yang berlaku.
2
kelompok
beranggotakan
process
engineer
yang
bertanggung jawab terhadap proses dalam pabrik yang ditanganinya. Lebih rinci
lagi, Kelompok Teknik Proses-I dan II mempunyai beberapa tugas utama, yaitu :
a
Memonitordanmengevaluasikondisioperasipabrik,
sehinggadapatdioperasikanpadakondisi yang optimum.
Penyusunan RKAP.
dan bahan isian lainnya baik were house stock maupun yang akan dibeli secara
langsung guna mendukung reliability dan sustainability operasional pabrik.
2.5.2. Departemen Laboratorium
Laboratorium bertugas dalam analisa kontrol serta pengawasan mutu bahan
baku, bahan penolong dan hasil-hasil produksi pabrik. Departemen ini
terdiri dari tiga orang kepala bagian yaitu :
1
16
2.7. Peraturan-PeraturanKerja
Peraturan-peraturan kerja di PT PUSRI dibuat dan diawasi pelaksanaannya
Oleh Dinas Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau biasa disingkat Dinas K3.
Peraturan yang dikeluarkan oleh dinas ini sebenarnya cenderung lebih mengikat
kepada para pekerja yang secara langsung berkaitan dengan pabrik, namun dalam
beberapa hal seperti prosedur penanggulangan keadaan darurat yang melibatkan
seluruh elemen PT PUSRI, peraturan-peraturan tersebut secara otomatis juga
berlaku kepada karyawan non-pabrik, bahkan kepada masyarakat luar yang ada di
lingkungan PT PUSRI.
Berdirinya Departemen K3 dan LH tidak lepas dari tujuan agar tercapai
kondisi zero accident selama berlangsungnya proses produksi. Dalam hal yang
berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja, terdapat :
1
BagianTeknikKeselamatanKerja.
oleh
pekerja- pekerja
Pada tahun 2000, untuk beberapa bahan kimia berbahaya dibuat prosedur
penanganan yang telah disesuaikan dengan kondisi pabrik PT PUSRI,
18
2.8.
teknologi proses baru. Selama tahun 2002, kegiatan penelitian dan pengembangan
dilaksanakan meliputi 7 proyek studi, yaitu : studi pengembangan bisnis inti,
termasuk revamp pabrik amonia PUSRI II (target 726 MTPD), PUSRI III dan IV
(target masing-masing 1350 MTPD). Termasuk dalam studi ini adalah
pengembangan unit granulasi dengan kapasitas 6000 ton/hari, studi penggantian
kapal, dan studi kelayakan lanjutan dari Amonium Nitrat. PT. PUSRI juga
melakukan studi storage terminal transit di Tanjung api-api, studi pasar dan
industri produk, penelitian teknologi dan proses Urea ACES-21, dan pengajuan
paten inovasi pabrik urea.
2.9. Manajemen Sumber Daya Manusia
Untuk mewujudkan visi perusahaan yang berdaya saing tinggi, baik di
tingkat regional dan global, maka dilakukan peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM). Hal tersebut menjadi salah satu pokok perusahaan untuk dapat
meningkatkan kemampuan berinisiatif dan menginduksi pembangunan usaha baru
yang terkait dengan kompetensi perusahaan inti dengan penekanan pada
pembangunan SDM yang mampu melaksanakan alih teknologi.
19
BAB III
ORIENTASI LAPANGAN
3.1.
Unit Utilitas
Unit penunjang atau dikenal sebagai offsite (pabrik utilitas) merupakan
20
21
Secara singkat, proses diawali dari air sungai yang diolah dalam tahapan
seperti yang terdapat pada gambar berikut:
Larutan caustic predose (NaOH), coagulant aid, dan alum (tawas, Al2(SO4)3 +
coagulant aid) diinjeksikan ke dalam pipa aliran air.
Aliran air yang sudah diinjeksikan caustic predose (NaOH), coagulant aid,
Chlorine (Cl2), dan alum (tawas, Al2(SO4)3 + coagulant aid) dimasukkan ke
dalam premix tank 4206-U agar air sungai dan bahan kimia tercampur secara
merata dan bereaksi secara sempurna.
Aliran air dari premix tank akan dimasukkan ke dalam clarifier 4201-U.
Filtered water kemudian ditampung di dalam filter water storage tank 4201-F.
Kuantitas
Satuan
Tekanan umpan
Temperatur umpan
7,7
29,0
kg/cm2.G
o
C
Alkalinitas
15,0
Sulfat
41,0
Total anion
62,0
Kalsium
9,0
Magnesium
4,0
Na dan K
49,0
Total kation
62,0
Klorin
0,5
ppm sebagai Cl
Silika
36,0
pH
6,5 7,0
Konduktivitas
100
MM ohm/cm
Besi
0,1
ppm sebagai Fe
Bahan organik
5,0
ppm wt
Turbiditas
3,0
ppm (maksimal)
Warna
20,0
ppm
unit
sebagai
hazen
23
adalah sebuah unit yang berfungsi untuk mengolah air bersih (filtered water)
dengan menggunakan sistem pertukaran ion (cation-anion exchanger) agar air
tersebut bebas dari garam-garam yang terlarut di dalamnya sehingga didapat air
yang bermutu tinggi dan memenuhi persyaratan sebagai air umpan boiler. Proses
pembuatan air demin ditunjukkan pada gambar berikut :
Umpan demineralized water plant merupakan air filter dan air dari unit
4201-E condensate stripper. Campuran air filter dan air kondensat akan masuk ke
empat unit 4205-U A-D carbon filter untuk proses penyerapan sisa-sisa klorin,
minyak, bau, dan warna. Air keluaran unit carbon filter akan masuk ke tahap ion
exchanger yang terdiri dari cation exchanger, anion exchanger, dan mixed bed
exchanger.
Tahap pertama pada ion exchanger adalah tiga unit 4004-U A-C cation
exchanger yang berfungsi menghilangkan ion-ion positif (K +, Ca2+, Mg2+, Fe2+,
Mn2+, Al3+). Contoh reaksi antara ion positif (R+) dengan resin penukar kation
(H2Z) adalah sebagai berikut:
R2SiO3 + H2Z R2Z + 2H+ + SiO32-
24
25
Proses pada cooling tower adalah dengan memanfaatkan kalor penguapan dan
aliran udara yang dikontakkan langsung dengan hot water.
Air dari pabrik amoniak dengan temperatur 40-42oC akan mengalir ke
bagian atas cooling tower. Air akan terdistribusi merata dan mengalir ke bawah
melalui sekat-sekat dan berkontak langsung dengan udara dari sisi-sisi samping
cooling tower yang dihisap dengan menggunakan lima buah ID Fan di bagian atas
cooling tower. Air yang sampai di bawah akan ditampung di bak penampungan
(basin rectangular concrete) dan temperatur air telah turun sekitar 10oC menjadi
30-32oC. Make up water ditambahkan dari tangki air filter ke dalam bak
penampungan sebagai antisipasi dari air yang menguap sebanyak 2% sehingga air
yang tersirkulasi jumlahnya tetap.
Bahan kimia juga ditambahkan ke dalam bak penampungan untuk
menjaga kualitas dari cooling water. Bahan kimia yang ditambahkan ditampilkan
pada Tabel 3.2. Air pendingin yang keluar dari cooling tower akan dialirkan
dengan pompa ke pabrik utilitas dan pabrik amoniak dan digunakan untuk heat
exchanger.
Zat kimia
Scale dispersant
Biocide
Oxidizing biocide
Bio dispersant
Corrosion
inhibitor
Deskripsi
Senyawa yang memiliki kandungan utama berupa poli
elektrolit yang berupa cairan yang berfungsi menghindari
pengendapan kalsium ortofosfat yang terlalu tinggi
Senyawa dengan kandungan poli elektrolit yang berupa cairan
dan berfungsi sebagai desinfektan.
Senyawa campuran klorin dan bromin yang digunakan untuk
mengendalikan laju pertumbuhan mikroorganisme di dalam
sistem air pendingin
Senyawa yang terdiri dari poli elektrolit yang berupa cairan
yang berfungsi sebagai zat disinfektan dan mendispersikan
lendir pada cooling tower
Senyawa yang mengandung ortofosfat, polifosfat, dan zink
yang bertujuan untuk membentuk lapisan film sehingga
mencegah terjadinya korosi pada permukaan logam
Tabel 3.2. Bahan kimia pada Cooling tower
26
NAMA GTG
GTG-H2
GTG-H3
GTG-H4
GTG-GE
Control package, terdiri dari turbine control panel, generator control panel,
motor control center (MCC), station battery, dan charger.
27
d) Generator package, terdiri dari main gear, reduction gear, dan sistem pendingin
udara.
Selain GTG, PT Pupuk Sriwidjaja Palembang memiliki Emergency Diesel
Generator dengan daya maksimum yang dapat dihasilkan adalah 1 MW.
Generator ini menggunakan bahan bakar diesel dan beroperasi apabila terjadi
gangguan pada sistem pembangkit listrik utama (GTG).
2. Emergency Diesel Generator
Emergency diesel generator berfungsi untuk melayani beban-beban yang
sangat kritis di pabrik apabila pembangkit utama mengelami gangguan . Bekerja
secara otomatis, apabila sumber listrik dari sumber normal hilang, transfer switch
dari ATS secara otomatis akan bekerja mengalihkan sumber listrik dari sumber
normal ke sumber darurat. Mesin diesel generator (33-5007-J), 630 kVA, 480
Volt, 3 fase dan 50 Hz, ini disediakan untuk beban yang dianggap perlu, seperti
peralatan vital utility, pompa minyak pelumas, motor operated valve, lampu
darurat, dan lain-lain. Genset akan berjalan secara otomatis dengan sinyal
hilangnya tenaga listrik pada salah satu bus 480 volt Motor Control Counter
(MCC-510), MCC-513, MCC-514 atau MCC-515. Spesifikasi emergency diesel
generator PT. Pusri Sriwidjaja secara keseluruhan ditampilkan pada tabel berikut.
SPESIFIKASI
PABRIK
DAYA
PUSRI-II
PUSRI-III
PUSRI-IV
PUSRI-IB
Total
300 Kw
300 Kw
300 Kw
600 Kw
1,6 MW
TEGANGAN
440 V
440 V
440 V
440 V
440 V
FASA
3 fasa
3 fasa
3 fasa
3 fasa
3 fasa
28
Spesifikasi UPS 40 kW, 120 V. Apabila supply utama ke UPS hilang, maka supply
listrik langsung diambil alih oleh battery.
3.1.5. Steam Generation System
Boiler merupakan alat yang digunakan untuk membangkitkan steam
melalui proses pemanasan air hingga menjadi uap (steam). Tipe boiler yang
digunakan di PT. Pusri Sriwidjaja adalah tipe water tube boiler dengan
pembakaran gas alam sebagai sumber panas. Sedangkan berdasarkan sumber
panas yang digunakan untuk membangkitkan steam dikenal dua jenis boiler:
1. Waste Heat Boiler (WHB)
Boiler jenis ini menggunakan sumber panas utama yang berasal dari fluida
proses peralatan lain (seperti di pabrik amoniak) dan berasal dari gas buang hasil
pembakaran pada GTG. WHB di pabrik utilitas memiliki spesifikasi sebagai
berikut:
a. Kapasitas (desain): 90 ton/jam
b. Tekanan steam
: 42.5 kg/cm2
e. Bahan bakar
: gas alam
2. Package Boiler
Boiler jenis ini merupakan tipe boiler yang berdiri sendiri dengan sumber
panas utama berasal dari pembakaran bahan bakar (fuel) pada burner. Spesfikasi
package boiler yang ada di PT. Pusri Sriwidjaja adalah:
a. Kapasitas (desain): 100 ton/jam
b. Tekanan steam
: 42.5 kg/cm2
e. Bahan bakar
: gas alam
Bahan baku yang digunakan untuk membuat steam adalah air demin. Air
demin sebelum digunakan sebagai air umpan boiler harus dihilangkan terlebih
29
30
c. Steam jenuh dari steam drum dialirkan ke superheater tube untuk dilewat
jenuhkan dengan menaikkan temperaturnya diatas temperatur jenuh.
d. Spesifikasi produk yang keluar dari WHB dan PB ini adalah steam dengan
tekanan 42,5 kg/cm2 dan temperatur 4000C.
e. Pada steam drum dilakukan injeksi senyawa phospate (Na 3PO4) untuk
menjaga pH dan mengendapkan senyawa Ca dan SiO2.
f. Untuk menghilangkan endapan/kotoran di boiler dilakukan blow down
intermitten dan blow down kontinu.
3.1.6. Plant Air dan Instrument Air System
Sistem udara pada PT Pupuk Sriwidjaja terbagi menjadi udara pabrik dan
udara instrumen. Perbedaan jenis udara ini terdapat pada kandungan airnya, udara
instrumen merupakan udara yang sudah dihilangkan kandungan airnya . Udara
dari unit 101-J adalah udara yang bertekenan dan dibagi menjadi dua aliran, aliran
pertama diatur tekanannya menjadi 5 kg/cm2 dan dijadikan udara pabrik. Aliran
kedua dialirkan ke unit 4006-F Instrument air receiver untuk memisahkan
kandungan air pada tekanan 6,3 kg/cm2. Udara keluar dari bagian atas dan
mengalir menuju filter inlet dryer untuk menyaring kotoran dan minyak yang
terbawa aliran udara. Setelah melalui filter inlet dryer udara masuk ke dalam unit
4003-L A-B air dryer pada temperatur 37,8oC. Unit air dryer ini mengandung
silika gel sebagai penyerap kandungan air dan terdapat coil yang dialiri steam
bertekanan rendah (LS) untuk proses pemanasan dengan temperatur maksimum
121oC. Unit air dryer beroperasi bergantian agar proses tidak berhenti ketika salah
satu unit sedang diregenerasi. Udara keluaran air dryer telah menjadi udara
instrumen pada tekanan 7 kg/cm2.
Diagram proses udara pabrik dan udara instrumen (Plant Air and
Instrument Air System) disajikan pada Gambar 3.4. berikut.
31
Gambar 3.4. Diagram Proses Penyediaan Udara Pabrik dan Udara Instrumen
32
IPAL akan dialirkan menuju PET untuk dialirkan langsung menuju pabrik
PUSRI III dan IV. Limbah cair yang telah diproses di IPAL akan masuk ke
sewer dan bergabung dengan limbah cair PET di kolam limbah.
3.2.
Unit Amoniak
Proses produksi amoniak PUSRI-IV menggunakan proses Kellogg dari
33
yaitu Purge Gas Recovery Unit (PGRU) untuk pengolahan kembali gas yang
terbuang agar lebih mengefisiensikan proses produksi amoniak.
Proses pembuatan amonia terdiri dari lima tahap utama, yaitu:
1. Tahap persiapan gas umpan (Feed treatment), meliputi:
a. Penghilangan pengotor partikel solid (Mechnical Filter)
b. Penghilangan sulfur anorganik (Desulfurizer)
c. Penghilangan H2O (H2O Removal)
d. Penghilangan hidrokarbon berat (HHC Removal)
e. Penghilangan karbondioksida (CO2 Removal)
f. Penghilangan sulfur organik (Desulfurizer CoMo)
2. Tahap produksi gas sintesis (Syn gas production), meliputi:
a.
Penjenuhan (Saturator)
b.
c.
Fe2S3.6H2O + 3H2O + Q
35
Reaksi ini berlangsung dalam suasana basa (pH = 7,8-8) dan lembab,
untuk itu ke dalam vessel diinjeksikan larutan NaOH dengan konsentrasi antara
0,3 s/d 0,5 %. Temperatur dijaga 27 oC 40oC. Tetapi pada saat penulis kerja
praktek, serbuk besi oksida telah diganti dengan Day Cat 158, berbasiskan CuO
dan ZnO. Sebelum memasuki tahapan proses selanjutnya air yang terikut dalam
gas dipisahkan dengan proses absorbsi yang menggunakan larutan Tri Ethylen
Glycol.
3. Tahap Pemisahan Air
Pemisahan air dilakukan dengan cara penyerapan di absorber dengan
menggunakan penyerap Tri Ethylen Glikol (TEG). Kondisi operasi di absorber
adalah pada temperatur 39 oC dan tekanan 27,5 kg/cm2. Tujuan pemisahan air
adalah untuk menghindari terjadinya kebuntuan di Heavy Hydrocarbon Removal
System.
4. Tahap Pemisahan Heavy Hydrocarbon (HHC)
Setelah air dipisahkan dari gas umpan, tahap pemisahan berikutnya adalah
penghilangan hidrokarbon berat. Penghilangan hidrokarbon berat ini diperlukan
untuk menghindari terjadinya produk samping pada proses steam reforming. Gas
alam umpan akan didinginkan dengan menggunakan amonia sebagai refrigerant
di dalam unit yang disebut feed gas chiller. Proses pendinginan ini hingga
mencapai temperatur 25oC, maka hidrokarbon berat akan terpisah dari gas alam
umpan.
Pemisahan HHC dilakukan dalam unit yang disebut feed-fuel separator.
Cairan hidrokarbon berat kemudian dimanfaatkan untuk mendinginkan gas alam
umpan yang akan masuk ke feed gas chiller. Aliran hidrokarbon berat ini
kemudian dipanasi menggunakan steam. Hidrokarbon yang menguap akan dilepas
ke atmosfer atau diumpankan ke unit fuel gas system. Sedangkan cairan
hidrokarbon akan di alirkan menuju burning pit. Gas yang telah bebas dari
hidrokarbon berat ini digunakan untuk mendinginkan gas alam yang akan masuk
ke feed gas chiller. Setelah digunakan untuk mendinginkan gas alam umpan yang
akan masuk ke chiller maka gas tersebut dialirkan menuju ke unit pemisahan CO2.
36
H2CO3
Alat-alat pembantu dalam sistem pemisah CO2 ini terdiri dari satu benfield
storage tank 203-F dan pompa benfield 203-J, dripsump 204-F untuk menampung
larutan Benfield dari sistem ini dan sebuah saringan benfield solution filter 205-F
yang dipergunakan untuk menyaring larutan benfield dari dripsump 204-F
sebelum dikirim ke unit penyerapan CO2. Juga termasuk benfield chemical mixtank 203-L dan pompa khusus untuk memasukkan cairan anti buih (anti-foam
inhibitor agent) melalui dua tempat dalam sistem pemisahan CO2.
6. Tahap Pemisahan Sulfur Organik
Kandungan sulfur organik dalam bentuk senyawa mercaptan (RSH, RSR)
yang ada di gas alam tidak dapat langsung dipisahkan, tetapi harus diubah terlebih
dahulu menjadi senyawa hidrogen sulfida (H2S), kemudian H2S tersebut
dipisahkan dengan cara mereaksikan dengan ZnO. Kedua reaksi yang terlibat
dalam tahap pemisahan ini adalah sebagai berikut:
RSR + 2H2 2 RH + H2S
(katalis CoMo)
(reaksi 1)
(katalis ZnO)
(reaksi 2)
39
Gam
bar 3.7. Diagram Alir Seksi Produksi Gas Sintesis
Gas proses yang telah diolah di area feed treating dengan komponen
utamanya CH4 selanjutnya akan diproses di area reforming dengan diagram alir
seperti pada gambar IV.4.
1. Penjenuhan (Saturator)
Proses tahap penjenuhan adalah setelah gas melewati tahap penghilangan
sulfur organik zat dilewatkan ke Unit E-301 yaitu saturator dengan tujuan
menjenuhkan gas dengan air kondensat. Tujuan penjenuhan syn gas adalah untuk
menghemat
konsumsi steam saat berada di primary reformer dikarenakan syn gas sudah jenuh.
2. Pembentukan Pertama (Primary Reformer)
Gas alam yang telah dijenuhkan di saturator,diinjeksikan steam bertekanan
sedang (Medium Steam) dan masuk ke unit 101-B yang terdiri atas reaktor
reaktor yang berisi katalis nikel oksida. Di Primary Reformer ini ada 378 tube.
Dari seluruh tube itu terhubung pada sebuah pipa (riser) yang membawa flow gas
menuju pipa transfer. Reaksi yang terjadi pada primary reformer adalah sebagai
berikut:
CH4 + H2O CO + 3H2
H = +206 kJ/mol
CO + H2O CO2 + H2
H = -41 kJ/mol
40
Radiant section
Pada bagian ini terdapat refractory (dapur), tube katalis berjumlah 378 buah,
riser, dan burner. Tekanan pada radiant section ini dijaga vacum dengan cara
mengatur kecepatan putaran turbin ID fan. Radiant section merupakan tempat
terjadinya pembakaran dengan temperatur 1033oC.
b. Convection section
Convection section merupakan tempat untuk mengalirkan gas-gas hasil
pembakaran dari bagian radiant section yang berfungsi untuk memanfaatkan
panas yang masih dikandung oleh gas hasil pembakaran sebelum dibuang ke
lingkungan. Gas hasil pembakaran (flue gas) setelah memanaskan tube katalis
mengalir melalui terowongan yang disebut duck. Aliran ini disebabkan karena
adanya tarikan ID fan. Di dalam convection section, gas memanaskan beberapa
coil, yaitu: mix feed preheat coil, steam dan air coil, HP steam coil, feed preheat
coil, BFW coil, fuel gas preheat coil.
c. Auxilliary boiler
Steam yang dihasilkan dari auxilliary boiler berfungsi sebagai steam balance
di pabrik amoniak sehingga apabila kekurangan steam dapat dipasok dari
auxillary boiler ini.
d. ID fan dan stack
ID fan dipergunakan untuk menarik flue gas dari radiant section sehingga
tekanan radiant section tetap vakum untuk selanjutnya dibuang ke stack.
Kecepatan putaran turbin ID fan akan disesuaikan untuk mengatur tekanan di
dalam radiant section.
Aliran gas keluaran primary reformer akan masuk ke dalam unit 103-D
secondary reformer. Tujuan adanya secondary reformer adalah untuk
menyempurnakan reaksi pembentukan gas hidrogen dari sisa metana yang belum
bereaksi dan menghasilkan nitrogen dari udara yang dibakar. Umpan secondary
reformer adalah gas keluaran primary reformer dan udara. Udara yang
dikompresi oleh unit 101-J Air compressor ini dibakar untuk dihilangkan
kandungan oksigen dan diambil nitrogennya.
Katalis yang digunakan pada secondary reformer adalah nikel dengan
temperatur mencapai 900-1200oC. Panas tersebut dihasilkan dari pembakaran
hidrogen dengan oksigen. Secara keseluruhan reaksi bersifat eksotermis, panas
yang terjadi dihasilkan oleh reaksi antara H2 dan O2. Oksigen untuk keperluan
reaksi tersebut berasal dari udara yang diinjeksikan dari discharge compressor
101-J. Jumlah udara yang diinjeksikan ke dalam secondary reformer diatur
sedemikian rupa sehingga diperoleh perbandingan komposisi H2/N2 yang tertentu
dalam gas yang akan dimasukkan ke dalam ammonia converter (biasanya
perbandingan komposisi H2/N2 sekitar 3:1).
Gas sintesis yang keluar dari secondary reformer ini masih mempunyai
temperatur yang sangat tinggi sekitar 1000oC. Panas yang dikandung oleh sintesis
gas ini kemudian dimanfaatkan untuk membangkitkan steam (HP steam). Gas
proses dialirkan pada bagian shell dari dua buah waste heat boiler yang dipasang
secara paralel (101-CA dan 101-CB). Keluar dari 101-CA dan 101-CB aliran gas
proses didinginkan sampai temperatur 482oC dan masuk ke dalam waste heat
boiler tube side 102-C untuk pendinginan lebih lanjut agar mencapai temperatur
yang dikehendaki di unit berikutnya (high temperature shift converter, HTSC),
yaitu pada temperatur 343-371oC. Ketiga waste heat boiler ini merupakan sumber
steam utama di pabrik amoniak, baik steam yang diperlukan untuk proses maupun
steam yang digunakan untuk menggerakkan alat-alat proses seperti turbin.
42
1.
Tahap pergeseran gas CO temperatur tinggi dan rendah (High Temp. Shift
H = -41 kJ/mol
Konsentrasi HTSC sudah turun dari 8,5% mol menjadi 2,4% mol.
43
Aliran gas keluaran unit absorber masih mengandung sedikit CO dan CO2.
Kandungan tersebut harus dihilangkan karena dapat merusak katalis pada
ammonia converter. CO2 juga dapat bereaksi dengan NH3 menjadi amonium
karbamat yang bersifat korosif. Pemurnian gas dari sisa kandungan CO dan CO2
dilakukan dengan mereaksikan gas tersebut dengan H2 sehingga menjadi metana
yang disebut proses metanasi. Reaksi yang terjadi pada unit 106-D methanator
adalah sebagai berikut:
CO + 3H2 CH4 + H2O H = -206 kJ/mol
CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O
H = -165 kJ/mol
dicapai dengan cara dua tahap kompresi. Gas yang telah dikompresi akan
menyebabkan gas sintesis bereaksi membentuk amonia dalam jumlah sedikit.
Gas ini kemudian dilewatkan cooler dan chiller sehingga temperaturnya turun
menjadi -25oC. Aliran gas ini akan masuk ke unit 106-F ammonia separator dan
akan terpisah menjadi dua fasa. Pada tangki tersebut amonia yang sudah
terbentuk akan mencair dan dialirkan menuju unit 107-F primary ammonia
separator. Gas dari ammonia separator akan menjadi umpan pada unit 105-D
ammonia converter setelah dipanaskan terlebih dahulu hingga mencapai
temperatur 150oC.
1. Tahap Kompresi Gas
Gas proses yang akan disintesis di ammonia converter terlebih dahulu akan
dimampatkan di dalam kompresor gas sintesis (103-J). Pemampatan ini
dilangsungkan dalam empat tingkat sehingga tekanan gas sintesis yang diperoleh
sama dengan tekanan operasi sintesis amonia. Pemampatan gas sintesis juga
berperan untuk mendapatkan gas sintesis yang kering (terbebas dari H2O).
Gas yang telah dikompresi akan menyebabkan gas sintesis bereaksi
membentuk amonia dalam jumlah sedikit. Gas ini kemudian dilewatkan cooler
dan chiller sehingga temperaturnya turun menjadi -25oC. Aliran gas ini akan
masuk ke unit 106-F Ammonia separator dan akan terpisah menjadi dua fasa.
Pada tangki tersebut amonia yang sudah terbentuk akan mencair dan dialirkan
menuju unit 107-F primary ammonia separator. Gas dari ammonia separator
akan menjadi umpan pada unit 105-D ammonia converter setelah dipanaskan
terlebih dahulu hingga mencapai temperatur 150oC.
2. Tahap Sintesa Loop
Proses utama dari sintesa ini terjadi di unit 105-D yaitu ammonia converter.
Aliran bertemperatur 150 dan bertekanan 136 kg/cm2 ini mengandung 2%
amonia dikarenakan pada proses kompresi sebelumnya ada sedikit gas sintesis
yang bereaksi dan membentuk amonia. Aliran masuk terbagi menjadi lima aliran
46
yaitu aliran utama, bypass, quench 1, quench 2, dan quench 3. Aliran ini masuk
pada bed yang berbeda- beda untuk mengontrol temperatur pada reaktor amonia
converter. Dikarenakan reaksi ini endotermis karena itu semakin lama temperatur
akan naik dan apabila temperaturnya terlalu tinggi, reaksi pembentukan amonia
tidak akan optimal. Unit ammonia converter pada Pabrik PUSRI IV terdiri dari
empat bed dengan katalis promoted iron (FeO) yang dilangsungkan pada
temperatur 370 oC -500oC dan tekanan 136 kg/cm2. Reaksi sintesis amoniak
berlangsung menurut persamaan reaksi berikut.
N2 + 3 H2 NH3 + Q
Reaksi terjadi dalam reaktor kellog horisontal yang terdiri dari tiga buah
unggun berkatalis Fe (promoted iron) dengan temperatur 454 oC -482 oC dan
tekanan 173 kg/cm2 -177 kg/cm2 G. Perbandingan antara N2 dan H2 adalah 1:3.
Reaksi ini hanya menghasilkan perolehan produk amoniak sebesar 15 % mol.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil yang banyak, gas yang belum bereaksi
di-recycle secara terus-menerus agar bisa bereaksi kembali dan hal tersebut yang
dinamakan syn-loop. Gas keluaran ammonia converter akan didinginkan hingga
temperatur 50oC dan terbagi menjadi dua aliran. Aliran pertama akan melewati
chiller dan akan mengalir masuk ke dalam unit 108-F purge separator. Amoniak
cair dialirkan menuju unit 107-F primary ammonia separator. Sedangkan gas dari
purge separator masuk ke sistem PGRU sebagai umpan HP purge gas. Produk
NH3 yang diperoleh berwujud gas dengan temperatur relatif tinggi (sekitar 450
o
C). Aliran kedua akan diputar dan dialrikan kembali ke unit 103-J, dan akan
47
lainnya) dibuang secara kontinu supaya tidak terjadi akumulasi yang dapat
mengganggu proses pada ammonia converter. Gas yang dibuang ini akan diolah
di bagian recovery unit untuk diambil gas-gas yang masih potensial untuk
dimanfaatkan.
3.2.5. Tahap Pendinginan dan Pemurnian Produk (Refrigrasi)
Amonia yang terbentuk dalam ammonia converter dipisahkan dari
komponen yang lain dengan cara pendinginan bertahap karena temperatur titik
embun amonia lebih besar dari komponen yang lain, sehingga ammonia akan
mengembun terlebih dahulu dan dapat dipisahkan dari komponen yang lain. Tahap
ini terdiri dari proses refiregerasi dan kompresi. Refrigerasi ini dilakukan dengan
tujuan untuk membagi hasil produk sesuai kebutuhan. Dari proses amonia ini
didapatkan dua hasil produk yaitu amonia panas (hot product) dan amoniak dingin
(cold product). Dimana amonia panas adalah bahan baku dari proses pembentukan
urea dengan temperatur 30 dan tekanan 20 kg/cm2. Sedangkan amoniak dingin
merupakan amonia berlebih yang tidak perlu digunakan untuk bahan baku
sehingga akan dikumpulkan di ammonia storage tank dengan kondisi temperatur
-33C dan tekanan 4 kg/cm2. Liquid proses yang diterima dari 107-F (primary
ammonia separator) pada syn loop masuk ke dalam flash drum tingkat I (112-F),
dari sini amoniak yang berbentuk cair sudah bisa dipisahkan sebagai produk
dingin (cold product). Sedangkan vapour yang terbentuk beserta gas-gas lain yang
terlarut ditarik oleh kompresor 105-J, demikian juga untuk tingkat II (111-F) dan
tingkat III (110-F). Discharge compressor didinginkan oleh 127-C sehingga
amoniak menjadi liquid dan ditampung di 109-F. Gas akan di-flash di 109-F
(ammonia receiver) dan sebagian amoniak yang terbawa akan didinginkan lagi di
126-C dan dikembalikan ke 109-F, sedangkan uapnya akan dikirim ke PGRU
bersama LP purge gas.
Dari 109-F diambil hot product amonia untuk dikirim ke pabrik urea dan
sebagian ada yang menguap keatas setelah melewati, sedangkan sebagian yang
lain di letdown ke flash drum tingkat IV sehingga temperaturnya turun dan gas
inert akan terlepas. Proses yang sama terjadi untuk tingkat II dan tingkat I sambil
48
Temperatur (C)
Tekanan (kg/m2)
Tingkat I (112-F)
-33
1,02
Tingkat II (111-F)
-8
2,2
Tingkat III (110-F)
15
6,25
Tabel 3.5. Temperatur dan Tekanan Refrigerant Flash Drum
3.2.6. Purge Gas Recovery Unit (PGRU)
Purge Gas Recovery Unit (PGRU) merupakan unit yang baru
ditambahkan pada Pabrik Amonia PUSRI IV dalam upaya memanfaatkan
kembali gas buang proses. Umpan PGRU merupakan gas yang masih
mengandung NH3, H2, dan CH4. Gas ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu HP
Purge gas dan LP Purge gas. Proses Pusri IV ini menggunakan teknologi
membran. Berbeda dengan Pusri IV yang menggunaan teknologi cryogenic (cold
box) Pada cara tersebut amonia dipisahkan dengan cara di-scrub menggunakan
air.Kemudian
gas
yang
sudah
tidak
diambil
kandungan
amoniaknya
49
HRU. Sedangkan LP Purge gas yang telah diserap amonianya akan menjadi tail
gas sebagai bahan bakar tambahan pada primary reformer.
2. Hydrogen Recovery Unit (HRU)
Aliran gas keluaran unit C-211 yang masih bertekanan 103 kg/cm2 akan
mengalir menuju Hydrogen Recovery Unit (HRU) yang berupa membran.
Terdapat dua unit membran yang beroperasi secara seri. Aliran gas akan
melewati unit M-203 membran prism, gas hidrogen akan melewati membran dan
terpisah menjadi HP H2 product. Sedangkan aliran gas yang tidak mampu
melewati membran pertama akan mengalir menuju unit M-204 Membran prism,
gas hidrogen akan melewati membran dan terpisah menjadi LP H2 product.
Aliran gas yang tidak melalui membran sudah bebas dari kandungan amonia dan
hidrogen. Aliran gas ini masih banyak mengandung CH4 sehingga dijadikan tail
gas sebagai bahan bakar tambahan pada primary reformer. HP dan LP H2
product dijadikan umpan gas sintesis tambahan pada tahap sintesis amonia.
3.3.
Unit Urea
Pabrik urea Pusri IV didesain untuk produksi 1725 MT urea prill setiap
NH3
Recovery
Section
Purification
Section
Crystallization
Section
Condensate
Processing
Section
Prilling
Section
NH3CONH2
(UREA)
50
51
dalam ammonia preheater, amoniak dipanaskan dengan air panas (EA-101) dan
condensate
steam
(EA-102)
agar
diperoleh
penambahan
panas
untuk
H = -155 MJ/kg.mol
H = +42 MJ/kg.mol
53
HPD (EA-201) dan falling film heater berkontak dengan cairan yang mengalir ke
bawah. Panas sensibel dan panas kondensasi uap air dipergunakan untuk
menguapkan excess amoniak dan menguraikan amonium karbamat. Proses ini
terjadi pada suhu tinggi (120oC sampai 165oC) dan tekanan yang rendah (17
kg/cm2g). Pada kondisi ini amonium karbamat akan terurai menurut reaksi:
NH2COONH4 CO2 + 2NH3
Selama proses dekomposisi ini, juga terjadi hidrolisa urea menjadi
amoniak dan karbondioksida. Karena hidrolisa ini akan mengurangi urea yang
dihasilkan maka kondisi operasi harus diatur untuk memperkecil kehilangan urea.
Hidrolisa mudah terjadi pada suhu tinggi, tekanan rendah, dan residence time
yang lama. Hidrolisa urea berlangsung menurut persamaan reaksi sebagai berikut:
NH2CONH2 + H2O CO2 + 2NH3
Di dalam reboiler HPD (EA-201), cairan dipanaskan lebih lanjut dengan
menggunakan steam bertekanan madya (12 Kg/cm2g) sehingga hampir semua sisa
ekses amoniak dan amonium karbamat dilepaskan sebagai gas. Suhu pada reboiler
ini dikontrol pada 151oC oleh TCV. Selanjutnya larutan ini dipanaskan lebih lanjut
sampai temperatur 165oC di dalam falling film heater. Pada falling film heater ini
suhu dikontrol pada 165oC dengan menggunakan TCV dan level dikontrol oleh
LCV.
Di dalam falling film heater ini, cairan akan mengalir melalui permukaan
tube-tube sebagai sebuah lapisan tipis. Pada kondisi seperti ini akan mengurangi
residence time cairan sehingga akan mengurangi proses pembentukan biuret dan
hidrolisa urea. Gas-gas yang keluar dari HPD ini kemudian masuk ke dalam HPA
cooler (EA-401), sedangkan larutan yang keluar dari dasar HPD (DA-201) akan
mengalir melalui LIC masuk ke dalam heat exchanger (EA-203) kemudian ke
bagian atas Low Pressure Decomposer (EA-202). Aliran keluaran dari HPD ini
memiliki kemurnia urea 65% sehingga urea masih harus dimurnikan kembali di
HPD.
LPD terdiri dari empat sieve trays dan packed bed. Proses yang terjadi di
bagian atas LPD sama dengan proses yang terjadi di bagian atas HPD. Pada
55
bagian atas LPD terjadi penurunan tekanan dari 17 kg/cm 2g menjadi 2,5 kg/cm2g
melalui kerangan pengontrol level. Dengan adanya penurunan tekanan ini
memungkinkan terjadinya flashing (pemuaian) larutan yang masuk ke LPD.
Sehingga gas yang memuai tersebut akan menuju unit EA-402. Selain larutan
yang berasal dari HPD, ke dalam LPD juga dimasukkan larutan yang berasal dari
off gas absorber (DA-402) tujuannya adalah mereaksikan lagi umpan yang belum
bereaksi agar menjadi agar bereaksi membentuk urea.
Setelah melalui sieve trays, ke dalam packed bed dihembuskan gas CO2
yang berasal booster compresor CO2 (GB-102) yang bertujuan untuk melepaskan
(men-strip) sisa-sisa amoniak di dalam larutan tersebut. Larutan di dalam LPD
(DA-202) dipanaskan dengan larutan dari HPD (DA-201) di heat exchanger (EA201) dan steam bertekanan rendah (7 Kg/cm 2g). Suhu dikontrol dengan
menggunakan TIC dan level dikontrol dengan menggunkan LIC.
Gas-gas yang keluar dari LPD (DA-202) masuk ke dalam LPA (EA-402)
dengan tekanan sebesar 2,2 Kg/cm2g dikontrol oleh PIC. Hampir semua ammonia
excess dan amonium karbamat sudah dipisahkan dari larutan yang mengalir ke
dalam gas separator (DA-203). Aliran keluaran dari LPD sudah mencapai
kemurnia 70%. Namun masih harus ditingkatkan lagi kemurniannya, sehingga
umpan dimasukkan ke dalam GS (DA-203).
Gas separator terdiri dari dua bagian, yaitu bagian sebelah atas
dioperasikan pada suhu 107oC dan tekanan 0,3 Kg/cm2g, sedangkan bagian
sebelah bawah dengan packing material dioperasikan pada suhu 110 oC dan
tekanan atmosphere. Sisa amoniak dan karbondioksida yang jumlahnya tinggal
sedikit dipisahkan dari larutan urea dengan cara penurunan tekanan. Panas
sensibel yang bersal dari LPD dapat digunakan untuk menguapkan gas-gas
tersebut.
Dibagian bawah gas separator dihembuskan udara yang mengandung
sedikit sekali amonia dan air. Gas ini didistribusikan dengan menggunakan
56
distributor yang berada di bawah packing bed. Tujuan dihembuskan gas ini adalah
untuk menghilangkan sedikit sisa-sisa karbondioksida dan mengoksidasi logamlogam yang berada di didalam larutan. Gas-gas yang berasal dari bagian atas dan
bagian bawah gas separator digabung menjadi satu dan masuk ke dalam off gas
condensor (EA-406).
Setelah melalui proses dekomposisi (HPD, LPD, dan gas separator),
larutan urea mempunyai konsentrasi sekitar 70-75 % bentuknya seperti lumpur
dan sebagian besar adalah air. Larutan tersebut kemudian diumpankan ke seksi
kristalisasi. Suhu larutan ini dikontrol oleh TIC dengan menggunakan steam
bertekanan rendah (4 kg/cm2g) yang dihasilkan di flash drum (FA-701) dan level
dikontrol dengan menggunakan LIC.
3.3.3. Seksi Recovery
Pemisahan pada bagian purifikasi diatas menghasilkan outlet urea dengan
kadar 75%, 25%-nya adalah gas gas campuran seperti amonia, karbondioksida
dan uap air. Gas-gas tersebut tentunya tidak dibuang begitu saja. Pada proses yang
menggunakan teknologi once through semua gas tersebut dikirim ke fasilitas
proses downstream untuk membuat senyawa nitrogen lainnya misalnya asam
nitrat, amonium nitrat, amonium sulfat, dan lain sebagainya.
Sedangkan untuk proses TRCI, gas-gas tersebut akan di daur ulang lagi
dan diproses kembali sebagai umpan pada reaktor di sintesis urea. Di tahap
recovery ini akan menghasilkan amonium karbamat dan amonia cari yang akan
masuk reaktor dan ammonia reservoir. Off gas yang berasal dari gas separator
(DA-203) masuk ke dalam off gas condensor lalu didinginkan hingga 61C.
Sebagian gas yang terkondensasi akan dilarutkan dalam air. Proses yang terjadi
di DA-203 adalah kontak gas dari LPA dengan cairan sehingga terjadi proses
absorbsi sejumlah amonia dan gas karbondioksida. Larutan yang keluar dari
bagian bawah DA-402 sebagian kecil di kembalikan ke bagian tengah DA-402
untuk dimanfaatkan sebagai tambahan cairan penyerap di bed bagiab bawah dan
sebagian besar dikirim kembali ke unit LPD (DA-202) untuk diproses kembali.
57
Sedangkan gas yang keluar dari bagian atas DA-402 sebagian kecil dibuang ke
lingkungan dan sebagian besar dikirim kembali ke unit DA-203.
Gas yang dihasilkan unit DA-202 akan diserap di unit LPA EA-402.
Penyerap yang dimanfaatkan di LPA adalah cairan mother liquor dari tahap
kristalisasi dan steam condensate. Tujuan di tahap ini adalah untuk menyerap gas
karbon dioksida yang terkandung di dalam gas. Gas yang keluar dari bagian atas
LPA dikirim ke unit DA-402. Larutan yang keluar dari bagian bawah LPA akan
dikirim ke HPA bagian atas. Konsentrasi gas karbon dioksida pada larutan
tersebut harus dipertahankan sebesar 16 %-berat.
Keadaan di LPA dijaga pada temperatur 450C dan tekanan 2,2 kg/cm2G.
Gas yang keluar dari bagian atas HPD (DA-201) mengalir ke unit HPAC (EA401) untuk didinginkan. Setelah keluar dari HPAC kandungan CO2-nya sudah
terserrap 65%. Kandungan CO2 yang terserap akan langsung menjadi ammonium
karbamat. Gas dari HPAC ini akan langsung dikirimkan ke HPA (DA-401) untuk
diserap kandungan amonium karbamatnya. Kandungan karbamat diserap dengan
menggunakan larutan dari LPA untuk menyerap sisa 35% CO2.
Gas yang telah melewati larutan LPA akan disemprotkan dengan amonia
cair dari ammonia reservoir untuk dimurnikan dari sisa CO2 yang belum
terserap. Gas yang keluar dari bagian atas HPA akan dikondensasikan dan
dialirkan kembali ke dalam ammonia reservoir. Larutan dari bagian bawah HPA
akan mengalir melalui HPAC untuk penyerapan kandungan CO2 dan langsung
dialirkan kembali ke reaktor sintesis urea.
58
59
Setelah air dapat dipisahkan, larutan urea supersaturated turun ke bawah melalui
barometric leg dan masuk ke dalam crystallizer. Di dalam crystallizer ini
terbentuk kristal-kristal urea. Jaket air panas diperlukan pada bejana crystallizer
dan pipa-pipanya untuk mencegah kebuntuan pipa-pipa dan bejana-bejana dalam
sistem akibat terbentuknya kristal urea.
Ada beberapa perbedaan antara proses dengan meggunakan vacum dan dengan
evaporasi dengan pemanasan, perbedaannya adalah apabila dengan vacum, air
yang tidak terpisahkan lebih besar dibandingkan dengan evaporasi. Evaporasi
akan lebih efektif dalam memisahkan air dan kristal akan tetapi apabila dengan
evaporator akan menggunakan temperature yang tinggi tentunya dan hal ini yang
akan menyebabkan terbentuknya biuret. Jadi memang ada kelebihan dan
ekurangan dalam tiap proses, vacum atau evaporasi.
Kristal dalam slurry yang terbentuk di tanki pengkristal dikirim ke centrifuge
GF-201 melalui Prethickner FD-201 Cara kerja centrifuge adalah dengan
memanfaatkan gaya centrifugal yang akan mampu memisahkan kristal urea dari
larutan induknya (mother liquor). Mother liqour yang dapat dipisahkan melalui
pre-thickener dan centrifuge kemudian ditampung di dalam mother liqour tank
(FA-203) untuk kemudian dikirim untuk kembali di recoverykan lewat DA-401
ataupun masuk ke Low Pressure Absorber.
Sedangkan kristal yang terbentuk dari centrifuge dengan nilai kandungan air
sebesar 1,5%, di jatuhkan ke dalam fluidizing dryer (FF-301). Di dalam fluidizing
dryer ini kristal urea dikeringkan oleh udara panas sampai kadar airnya mencapai
0,1-0,3% (moisture). Suhu udara pemanas ini dijaga pada 110oC. Karena titik leleh
dari urea sebesar 135oC, maka suhu udara yang masuk tidak boleh melebih 130 oC.
Kristal urea yang sudah kering dikirim ke atas prilling tower (IA-302) melalui
pipa pneumatic untuk tahap pembutiran.
2. Pembutiran (Prilling)
Di bagian atas prilling tower, terdapat cyclone yang berfungsi untuk menyerap
dan mengumpulkan kristal urea tersebut (hampir sebanyak 99,8%). Cyclone
terdapat 4 buah yang selanjutnya akan dimasukkan ke dalam melter melalui screw
conveyor. Hasil dari cyclone ini masih banyak mengandung debu, oleh karena itu
60
61
BAB IV
TUGAS KHUSUS
EVALUASI NERACA MASSA PADA SECONDARY REFORMER (103-D) DI
PUSRI IV
4.1.
Pendahuluan
(Eksotermis)
CO + H2O CO2 + H2
298 =
+ 206 kJ/mol
298 =
- 41,1 kJ/mol
Dengan kedua reaksi diatas, reaksi steam reforming total akan berlangsung secara
endotermik dan ditunjukkan pada persamaan berikut:
CH4 + 2H2O CO2 + 4H2
63
gas
akan
mengalir
melalui
unggun
katalis
nikel
untuk
64
65
baru.
Penurunan aktivitas katalis dapat disebabkan oleh beberapa hal, faktorfaktor tersebut antara lain:
1. Adanya racun dari pengotor umpan katalis
Pengotor yang terkandung di dalam umpan dapat berperan sebagai racun
bagi katalis. Hal ini disebabkan karena pengotor dan reaktan berusaha
berinteraksi dengan katalis, dan jika interaksi pengotor dengan katalis
lebih kuat, unjuk kerja dari katalis akan menurun karena dapat
menghalangi interaksi reaktan dengan permukaan aktif katalis.
Proses peracunan katalis memiliki tahapan yang sama dengan proses
katalitik heterogen. Pengotor yang terkandung dalam umpan mula-mula
akan berdifusi ke permukaan luar katalis dan kemudian akan teradsorpsi
ke permukaan aktif katalis. Dengan interaksi antara pengotor dengan
permukaan aktif katalis, pengotor tersebut akan bereaksi menjadi substansi
yang baru. Jika terdapat energi yang cukup untuk melakukan proses
desorpsi, substansi tersebut akan terlepas dari permukaan aktif katalis.
Proses peracunan ini dapat dibilang sebagai peracunan sementara karena
katalis tidak tersumbat secara permanen (tidak terjadi action blocking
permanen). Namun jika tidak terdapat energi yang cukup untuk melakukan
proses desorpsi, substansi tersebut akan tetap tinggal di permukaan aktif
katalis sehingga mengakibatkan action blocking permanen (Twigg, 1989).
Peracunan sementara dapat diatasi dengan cara mengalirkan umpan bebas
pengotor kedalam unggun katalis selama periode waktu tertentu hingga
dipastikan katalis sudah bebas dari racun. Lama tidaknya periode waktu
tersebut tergantung dari seberapa parah katalis tersebut teracuni.
Sedangkan peracunan permanen dapat diatasi dengan mengganti dengan
katalis yang baru dan melakukan optimasi proses sehingga umpan yang
akan memasuki unggun katalis baru tidak mengandung racun.
2. Adanya racun dari reaktan produk
Peracunan yang terjadi pada kasus ini adalah seperti terbentuknya produk
samping berupa deposit karbon atau coking. Deposit karbon yang
66
FRC 3
(Udara dan Steam)
KOMPO
NEN
O2
BM
32
CO
28
CO2
44
H2
N2
0.32%
Ar
28
39.
95
CH4
C2H6
C3H8
i-C4
n-C4
i-C5
n-C5
C6
16
30
44
58
58
72
72
86
9.19%
413.56
05
509.92
82
3139.7
31
5.4661
74
0.1214
71
397.13
9
H20
18
100.0
0%
200.0
0%
2648.8
26
7114.7
73
TOTAL
9.57%
11.80
%
69.10
%
0.02%
11579.
69
22436.
84
6279.4
63
153.05
29
4.8527
48
6354.2
25
0
0
0
0
0
0
0
47678.
87
94487
C
kmol/
hr
0
413.56
05
509.92
82
H
kmol/
hr
0
0
0
6279.4
63
0
397.13
9
0
0
0
0
0
0
0
0
1320.6
28
O
kmol/
hr
0
413.56
05
1019.8
56
Ar
kmol/
hr
N
kmol/
hr
0
10.932
35
0
0
1588.5
56
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5297.6 2648.8
52
26
13165. 4082.2
67
43
0.1214
71
0.1214
71
10.932
35
Kompon
en
BM
%
Mol
O2
CO2
32
44
21%
0
N2
28
39.9
5
79%
Ar
Total
Laju Alir
Kmol/
Kg/h
hr
419.58 13426.
78
81
0
0
1578.4 44196.
49
58
0
1998.0
37
839.17
55
0
3156.8
98
0
57623.
39
839.17
55
BM
O2
32
CO
28
CO2
44
H2
N2
28
39.9
5
Ar
CH4
N2
C3H8
i-C4
n-C4
i-C5
n-C5
C6
16
30
44
58
58
72
72
86
H20
N2
UDARA
H20 injek
baru
TOTAL
18
28
18
SECONDARY IN
KMOL/
%VOL
Kg/h
HR
419.58 13426.
21%
78
81
413.56 11579.
9.57%
05
69
11.80 509.92 22436.
%
82
84
69.10 3139.7 6279.4
%
31
63
5.4661 153.05
0.32%
74
29
0.1214 4.8527
0.02%
71
48
397.13 6354.2
9.19%
9
25
0
0
0
0
0
0
0
100.0 2648.8 47678.
0%
26
87
1578.4 44196.
79%
49
58
212.77
100%
78
3830
200.0 9112.8 15594
C
kmol/
hr
H
kmol/
hr
0
413.56
05
509.92
82
0
0
O
kmol/
hr
839.17
55
413.56
05
1019.8
56
0
6279.4
63
0
397.13
9
0
0
0
0
0
0
0
0
1588.5
56
0
0
0
0
0
0
0
5297.6
52
Ar
kmol/
hr
0
10.932
35
0.1214
71
0
0
0
0
0
0
0
0
2648.8
26
3156.8
98
0
0
1320.6
N
kmol/
hr
425.55
56
13591.
212.77
78
5134.1
0.1214
69
3167.8
0%
0.4
28
23
96
71
Outlet
%mol
CH4
0.45
CO
12.84
CO2
10.40
H2
53.50
N2
22.53
Ar
0.28
Total
100
%CH4
Total atom C keluar
0.45
23.69
x 1320.628
= 25.085 kmol/jam
CO2 keluar
%CO2
Total atom C keluar
10.40
23.69
x 1320.628
= 579.760 kmol/jam
CO keluar
%CO
Total atom C keluar
70
31
12.84
23.69
x 1320.628
= 715.7813 kmol/jam
Neraca Massa Atom O
Atom O masuk
5134.196
= Atom O keluar
= Atom O pada CO + Atom O pada CO2 + Atom O pada
H2O
579.7606
1159.521
CO
715.7813
715.7813
O2
H2O
3258.894
3258.894
Total
4554.4359
5134.196
Neraca atom H
Menghitung H2 keluar
Atom H Keluar
71
H2 Keluar
6973.096
2
= 3486.548 kmol/jam
Tabel 4.15. Neraca Massa Total di Secondary Reformer
Komp
onen
O2
CO
CO2
H2
N2
Ar
CH4
H2O
N2
H2O
BARU
TOTAL
SEC IN
KMOL KG/H
/HR
R
419.58
78
413.56
05
509.92
82
3139.7
31
5.4661
74
0.1214
71
397.13
9
2648.8
26
1578.4
49
212.77
78
9112.8
09
SEC OUT
KMOL KG/H
/HR
R
1342
6.81
1157
9.69
2243
6.84
6279.
463
153.0
529
4.852
748
6354.
225
4767
8.87
4419
6.58
0
715.78
13
579.76
06
3486.5
48
5.4661
74
0.1214
71
25.085
79
3258.8
94
1578.4
49
0
2004
1.88
2550
9.47
6973.
096
153.0
529
4.852
748
401.3
727
5866
0.09
4419
6.58
3830
1559
40.4
0
9650.1
06
0
1559
40.4
(397.13925.0857)
397.139
100%
x 100%
= 93.68 %
Methane leak
25.0857
9650.106
x 100%
72
= 0.26%
BM
32
PRIMARY OUT
KMOL/
Kg/h
%VOL
HR
9.57%
11.80
%
69.10
%
423.10
7
521.70
0
3212.2
13
0.32%
5.592
Ar
28
39.
95
0.02%
CH4
C2H6
C3H8
16
30
44
9.19%
0.1242
406.30
7
CO
28
CO2
44
H2
N2
11847.
012
22954.
802
6424.4
25
156.58
6
4.9647
75
6500.9
13
0
0
C
kmol/h
r
0
423.10
7
521.70
0
H
kmol/h
r
0
0
0
6424.4
26
0
0
406.30 1625.2
7
28
0
0
0
0
O
kmol/h
r
0
423.10
7
1043.4
00
Ar
kmol/
hr
N
kmol/
hr
0
11.18
4
0
0
0.124
0
0
0
73
i-C4
n-C4
i-C5
n-C5
C6
58
58
72
72
86
H20
18
100.0
0%
200.0
0%
TOTAL
0
0
0
0
0
47061.
294
2614.5
16
7183.5
61
94950
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5229.0 2614.5
0
33
16
1351.1 13278. 4081.0
15
69
24
0.124
11.18
4
Laju Alir Vol. Udara dan Steam (FRC-03) rata-rata : 43516 Nm3/hr
Densitas rata-rata
: 1.2 kg/m3
BM Rata-rata
: 28.84 kg/kmol
BM
% Mol
O2
CO2
32
44
21%
0
N2
28
39.9
5
79%
Ar
Total
Kmol/h
r
407.70
77
0
1533.7
57
Kg/h
13046.64
58
0
42945.20
92
0
1941.4
65
0
55991.85
51
O
815.41
54
0
3067.5
15
815.41
54
Tabel 4.18. Total Laju Alir Input Secondary Reformer 25 Januari 2016
KOMPON
EN
BM
O2
32
CO
28
CO2
44
H2
N2
28
SECONDARY
KMOL/H
%VOL R
407.70
21%
7
423.10
9.57%
7
11.80 521.70
%
0
69.10 3212.2
%
13
IN
0.32%
156.586
5.5923
Kg/h
13046.6
45
11847.0
12
22954.8
02
6424.42
5
C
kmol/h
r
0
423.10
7
521.70
0
0
0
H
kmol/h
r
O
Ar
kmol/h kmol/h
r
r
815.41
0
5
423.10
0
7
1043.4
0
00
6424.4
26
0
0
N
kmol/h
r
11.184
72
74
Ar
39.9
5
CH4
N2
C3H8
i-C4
n-C4
i-C5
n-C5
C6
16
30
44
58
58
72
72
86
H20
N2
UDARA
H20 injek
baru
18
TOTAL
0.02%
9.19%
100.0
0%
28
79%
18
100%
200.0
0%
0.1242
406.30
7
2614.5
16
1533.7
57
777.77
78
9125.0
26
4.96477
6500.91
3
0
0
0
0
0
0
0
47061.2
94
42945.2
09
0
406.30
7
0
0
0
0
0
0
0
14000
164941.
855
0
1351.1
15
0
1625.2
28
0
0
0
0
0
0
0
5229.0
33
0.124
0
0
0
0
0
0
0
0
2614.5
16
3067.5
15
0
1555.5
56
14834.
24
777.77
77
5674.2
17
0.124
Outlet
%mol
0.45
12.84
10.40
0.00
53.50
22.53
0.28
100
%CH4
Total atom C keluar
0.45
23.69
x 1351.115
= 25.664 kmol/jam
75
3078.7
CO2 keluar
%CO2
Total atom C keluar
10.40
23.69
x 1351.115
= 593.1446 kmol/jam
CO keluar
%CO
Total atom C keluar
12.84
23.69
x 1351.115
= 732.3055 kmol/jam
Neraca Massa Atom O
Atom O masuk
= Atom O keluar
5674.217
Laju Keluar
Kmol/Jam
593.1445
732.3053
3755.623
5081.0728
O
1186.289
732.3053
3755.623
5674.217
Neraca atom H
Menghitung H2 keluar
Atom H Keluar
out)
= 14834.24 (102.659 + 7511.246)
76
= 7220.335 kmol/jam
H2 Keluar
7220.335
2
= 3610.169 kmol/jam
Tabel 4.21. Neraca Massa Total di Secondary Reformer
Kompo
nen
O2
CO
CO2
H2
N2
Ar
CH4
H2O
N2
H2O
BARU
TOTAL
SEC
KMOL/
HR
407.70
77
423.10
76
521.70
01
3212.2
13
5.5923
62
0.1242
75
406.30
71
2614.5
16
1533.7
57
777.77
78
9125.0
26
IN
SEC OUT
KMOL/
HR
KG/HR
KG/HR
13046
.65
11847
.01
22954
.8
6424.
426
156.5
861
4.964
775
6500.
913
47061
.29
42945
.21
0
732.30
53
593.14
45
3610.1
69
5.5923
62
0.1242
75
25.664
91
3755.6
23
1533.7
57
0
20504
.55
26098
.36
7220.
337
156.5
861
4.964
775
410.6
385
67601
.21
42945
.21
14000
16494
1.9
0
10256.
38
0
16494
1.9
100%
=
(406.307125.664)
406.3071
x 100%
= 93.68 %
77
Methane leak
25.664
10256.38
x 100%
= 0.25 %
BM
32
CO
28
CO2
44
H2
N2
PRIMARY OUT
KMOL/
Kg/h
%VOL
HR
9.57%
11.80
%
69.10
%
423.10
7
521.70
0
3212.2
13
0.32%
5.592
Ar
28
39.
95
0.02%
CH4
C2H6
C3H8
i-C4
n-C4
i-C5
n-C5
C6
16
30
44
58
58
72
72
86
9.19%
0.1242
406.30
7
11847.
012
22954.
802
6424.4
25
156.58
6
4.9647
75
6500.9
13
0
0
0
0
0
0
0
C
kmol/h
r
0
423.10
7
521.70
0
H
kmol/h
r
0
0
0
6424.4
26
0
0
406.30 1625.2
7
28
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
O
kmol/h
r
0
423.10
7
1043.4
00
Ar
kmol/
hr
N
kmol/
hr
0
11.18
4
0
0
0.124
0
0
0
0
0
0
0
0
78
H20
100.0
0%
200.0
0%
18
TOTAL
2614.5
16
7183.5
61
47061.
294
94950
5229.0 2614.5
0
33
16
1351.1 13278. 4081.0
15
69
24
0.124
11.18
4
Laju Alir Vol. Udara dan Steam (FRC-03) rata-rata : 43516 Nm3/hr
Densitas rata-rata
: 1.2 kg/m3
BM Rata-rata
: 28.84 kg/kmol
BM
% Mol
O2
CO2
32
44
21%
0
N2
28
39.9
5
79%
Ar
Total
Kmol/h
r
407.70
77
0
1533.7
57
Kg/h
13046.64
58
0
42945.20
92
0
1941.4
65
0
55991.85
51
O
815.41
54
0
3067.5
15
815.41
54
Tabel 4.24. Total Laju Alir Input Secondary Reformer 25 Januari 2016
KOMPON
EN
BM
O2
32
CO
28
CO2
44
SECONDARY
KMOL/H
%VOL R
407.70
21%
7
423.10
9.57%
7
11.80 521.70
%
0
69.10 3212.2
%
13
IN
Kg/h
13046.6
45
11847.0
12
22954.8
02
6424.42
5
C
kmol/h
r
0
423.10
7
521.70
0
O
Ar
kmol/h kmol/h
r
r
815.41
0
5
423.10
0
7
1043.4
0
00
6424.4
26
0
H2
N2
28
39.9
5
0.32%
5.5923
156.586
0.02%
9.19%
4.96477
6500.91
3
0
0
0
406.30
7
0
0
0
1625.2
28
0
0
16
30
44
0.1242
406.30
7
Ar
CH4
N2
C3H8
H
kmol/h
r
N
kmol/h
r
11.184
72
0.124
0
0
0
79
i-C4
n-C4
i-C5
n-C5
C6
58
58
72
72
86
H20
N2
UDARA
H20 injek
baru
18
100.0
0%
28
79%
TOTAL
18
100%
200.0
0%
2614.5
16
1533.7
57
777.77
78
9125.0
26
0
0
0
0
0
47061.2
94
42945.2
09
14000
164941.
855
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5229.0
33
0
0
0
0
0
2614.5
16
3067.5
15
0
0
1351.1
15
1555.5
56
14834.
24
777.77
77
5674.2
17
0.124
Outlet
%mol
0.45
12.84
10.40
0.00
53.50
22.53
0.28
100
%CH4
Total atom C keluar
0.45
23.69
x 1351.115
= 25.664 kmol/jam
CO2 keluar
%CO2
Total atom C keluar
80
3078.7
10.40
23.69
x 1351.115
= 593.1446 kmol/jam
CO keluar
%CO
Total atom C keluar
12.84
23.69
x 1351.115
= 732.3055 kmol/jam
Neraca Massa Atom O
Atom O masuk
= Atom O keluar
5674.217
Laju Keluar
Kmol/Jam
593.1445
732.3053
3755.623
5081.0728
O
1186.289
732.3053
3755.623
5674.217
Neraca atom H
Menghitung H2 keluar
Atom H Keluar
out)
= 14834.24 (102.659 + 7511.246)
= 7220.335 kmol/jam
81
H2 Keluar
7220.335
2
= 3610.169 kmol/jam
Tabel 4.27. Neraca Massa Total di Secondary Reformer
Kompo
nen
O2
CO
CO2
H2
N2
Ar
CH4
H2O
N2
H2O
BARU
TOTAL
SEC
KMOL/
HR
407.70
77
423.10
76
521.70
01
3212.2
13
5.5923
62
0.1242
75
406.30
71
2614.5
16
1533.7
57
777.77
78
9125.0
26
IN
SEC OUT
KMOL/
HR
KG/HR
KG/HR
13046
.65
11847
.01
22954
.8
6424.
426
156.5
861
4.964
775
6500.
913
47061
.29
42945
.21
0
732.30
53
593.14
45
3610.1
69
5.5923
62
0.1242
75
25.664
91
3755.6
23
1533.7
57
0
20504
.55
26098
.36
7220.
337
156.5
861
4.964
775
410.6
385
67601
.21
42945
.21
14000
16494
1.9
0
10256.
38
0
16494
1.9
100%
=
(406.307125.664)
406.3071
x 100%
= 93.68 %
Methane leak
25.664
10256.38
x 100%
82
= 0.25 %
Dari Primary Reformer
FRC 3
(Udara dan Steam)
BM
32
CO
28
CO2
44
H2
N2
PRIMARY OUT
KMOL/
Kg/h
%VOL
HR
9.57%
11.80
%
69.10
%
423.10
7
521.70
0
3212.2
13
0.32%
5.592
Ar
28
39.
95
0.02%
CH4
C2H6
C3H8
i-C4
n-C4
i-C5
n-C5
C6
16
30
44
58
58
72
72
86
9.19%
0.1242
406.30
7
H20
TOTAL
18
100.0
0%
200.0
2614.5
16
7183.5
11847.
012
22954.
802
6424.4
25
156.58
6
4.9647
75
6500.9
13
0
0
0
0
0
0
0
47061.
294
94950
C
kmol/h
r
0
423.10
7
521.70
0
H
kmol/h
r
0
0
0
6424.4
26
O
kmol/h
r
0
423.10
7
1043.4
00
Ar
kmol/
hr
N
kmol/
hr
0
11.18
4
0
0
0
406.30 1625.2
7
28
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5229.0 2614.5
0
33
16
1351.1 13278. 4081.0
0.124
0.124
11.18
83
0%
61
15
69
24
Laju Alir Vol. Udara dan Steam (FRC-03) rata-rata : 43516 Nm3/hr
Densitas rata-rata
: 1.2 kg/m3
BM Rata-rata
: 28.84 kg/kmol
BM
% Mol
O2
CO2
32
44
21%
0
N2
28
39.9
5
79%
Ar
Total
Kmol/h
r
407.70
77
0
1533.7
57
Kg/h
13046.64
58
0
42945.20
92
0
1941.4
65
0
55991.85
51
O
815.41
54
0
3067.5
15
815.41
54
Tabel 4.30. Total Laju Alir Input Secondary Reformer 28 Maret 2016
KOMPON
EN
BM
O2
32
CO
28
CO2
44
SECONDARY
KMOL/H
%VOL R
407.70
21%
7
423.10
9.57%
7
11.80 521.70
%
0
69.10 3212.2
%
13
IN
Kg/h
13046.6
45
11847.0
12
22954.8
02
6424.42
5
C
kmol/h
r
0
423.10
7
521.70
0
O
Ar
kmol/h kmol/h
r
r
815.41
0
5
423.10
0
7
1043.4
0
00
6424.4
26
0
H2
N2
28
39.9
5
0.32%
5.5923
156.586
0.02%
9.19%
4.96477
6500.91
3
0
0
0
0
0
406.30
7
0
0
0
0
0
1625.2
28
0
0
0
0
16
30
44
58
58
0.1242
406.30
7
Ar
CH4
N2
C3H8
i-C4
n-C4
H
kmol/h
r
N
kmol/h
r
11.184
72
0.124
0
0
0
0
0
84
i-C5
n-C5
C6
72
72
86
H20
N2
UDARA
H20 injek
baru
18
TOTAL
100.0
0%
28
79%
18
100%
200.0
0%
2614.5
16
1533.7
57
777.77
78
9125.0
26
0
0
0
47061.2
94
42945.2
09
0
0
0
14000
164941.
855
0
1351.1
15
0
0
0
5229.0
33
0
0
0
2614.5
16
3067.5
15
0
1555.5
56
14834.
24
777.77
77
5674.2
17
0.124
Outlet
%mol
0.45
12.84
10.40
0.00
53.50
22.53
0.28
100
%CH4
Total atom C keluar
0.45
23.69
x 1351.115
= 25.664 kmol/jam
CO2 keluar
%CO2
Total atom C keluar
10.40
23.69
x 1351.115
= 593.1446 kmol/jam
85
3078.7
CO keluar
%CO
Total atom C keluar
12.84
23.69
x 1351.115
= 732.3055 kmol/jam
Neraca Massa Atom O
Atom O masuk
= Atom O keluar
5674.217
Komponen
CO2
CO
O2
H2O
Total
O
1186.289
732.3053
3755.623
5674.217
Neraca atom H
Menghitung H2 keluar
Atom H Keluar
out)
= 14834.24 (102.659 + 7511.246)
= 7220.335 kmol/jam
H2 Keluar
7220.335
2
86
= 3610.169 kmol/jam
Tabel 4.33. Neraca Massa Total di Secondary Reformer
Kompo
nen
O2
CO
CO2
H2
N2
Ar
CH4
H2O
N2
H2O
BARU
TOTAL
SEC
KMOL/
HR
407.70
77
423.10
76
521.70
01
3212.2
13
5.5923
62
0.1242
75
406.30
71
2614.5
16
1533.7
57
777.77
78
9125.0
26
IN
SEC OUT
KMOL/
HR
KG/HR
KG/HR
13046
.65
11847
.01
22954
.8
6424.
426
156.5
861
4.964
775
6500.
913
47061
.29
42945
.21
0
732.30
53
593.14
45
3610.1
69
5.5923
62
0.1242
75
25.664
91
3755.6
23
1533.7
57
0
20504
.55
26098
.36
7220.
337
156.5
861
4.964
775
410.6
385
67601
.21
42945
.21
14000
16494
1.9
0
10256.
38
0
16494
1.9
100%
=
(406.307125.664)
406.3071
x 100%
= 93.68 %
Methane leak
25.664
10256.38
x 100%
= 0.25 %
5. Neraca Massa Aktual di Secondary Reformer (28 April 2016)
87
SHIFT CONVERTED
SECONDARY REFORMER
BM
32
PRIMARY OUT
KMOL/
Kg/h
%VOL
HR
9.57%
11.80
%
69.10
%
423.10
7
521.70
0
3212.2
13
0.32%
5.592
Ar
28
39.
95
0.02%
CH4
C2H6
C3H8
i-C4
n-C4
i-C5
n-C5
C6
16
30
44
58
58
72
72
86
9.19%
0.1242
406.30
7
H20
18
100.0
0%
200.0
0%
2614.5
16
7183.5
61
CO
28
CO2
44
H2
N2
TOTAL
11847.
012
22954.
802
6424.4
25
156.58
6
4.9647
75
6500.9
13
0
0
0
0
0
0
0
47061.
294
94950
C
kmol/h
r
0
423.10
7
521.70
0
H
kmol/h
r
0
0
0
6424.4
26
O
kmol/h
r
0
423.10
7
1043.4
00
Ar
kmol/
hr
N
kmol/
hr
0
11.18
4
0
0
0
406.30 1625.2
7
28
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5229.0 2614.5
0
33
16
1351.1 13278. 4081.0
15
69
24
0.124
0.124
11.18
4
Laju Alir Vol. Udara dan Steam (FRC-03) rata-rata : 43516 Nm3/hr
88
Densitas rata-rata
: 1.2 kg/m3
BM Rata-rata
: 28.84 kg/kmol
BM
% Mol
O2
CO2
32
44
21%
0
N2
28
39.9
5
79%
Ar
Total
Kmol/h
r
407.70
77
0
1533.7
57
Kg/h
13046.64
58
0
42945.20
92
0
1941.4
65
0
55991.85
51
O
815.41
54
0
3067.5
15
815.41
54
Tabel 4.36. Total Laju Alir Input Secondary Reformer 28 April 2016
KOMPON
EN
BM
O2
32
CO
28
CO2
44
SECONDARY
KMOL/H
%VOL R
407.70
21%
7
423.10
9.57%
7
11.80 521.70
%
0
69.10 3212.2
%
13
IN
Kg/h
13046.6
45
11847.0
12
22954.8
02
6424.42
5
C
kmol/h
r
0
423.10
7
521.70
0
O
Ar
kmol/h kmol/h
r
r
815.41
0
5
423.10
0
7
1043.4
0
00
6424.4
26
0
H2
N2
28
39.9
5
0.32%
5.5923
156.586
0.02%
16
30
44
58
58
72
72
86
9.19%
0
406.30
7
0
0
0
0
0
0
0
H20
18
100.0
0%
2614.5
16
4.96477
6500.91
3
0
0
0
0
0
0
0
47061.2
94
0
1625.2
28
0
0
0
0
0
0
0
5229.0
33
CH4
N2
C3H8
i-C4
n-C4
i-C5
n-C5
C6
0.1242
406.30
7
Ar
H
kmol/h
r
N
kmol/h
r
11.184
72
0.124
0
0
0
0
0
0
0
0
2614.5
16
89
N2
UDARA
H20 injek
baru
TOTAL
28
79%
18
100%
200.0
0%
1533.7
57
777.77
78
9125.0
26
42945.2
09
14000
164941.
855
0
1351.1
15
3067.5
15
1555.5
56
14834.
24
777.77
77
5674.2
17
0.124
Outlet
%mol
0.45
12.84
10.40
0.00
53.50
22.53
0.28
100
%CH4
Total atom C keluar
0.45
23.69
x 1351.115
= 25.664 kmol/jam
CO2 keluar
%CO2
Total atom C keluar
10.40
23.69
x 1351.115
= 593.1446 kmol/jam
CO keluar
%CO
Total atom C keluar
12.84
23.69
x 1351.115
90
3078.7
= 732.3055 kmol/jam
Neraca Massa Atom O
Atom O masuk
= Atom O keluar
5674.217
Komponen
CO2
CO
O2
H2O
Total
O
1186.289
732.3053
3755.623
5674.217
Neraca atom H
Menghitung H2 keluar
Atom H Keluar
out)
= 14834.24 (102.659 + 7511.246)
= 7220.335 kmol/jam
H2 Keluar
7220.335
2
= 3610.169 kmol/jam
Tabel 4.39. Neraca Massa Total di Secondary Reformer
Kompo
nen
SEC IN
KMOL/ KG/HR
SEC OUT
KMOL/ KG/HR
91
O2
CO
CO2
H2
N2
Ar
CH4
H2O
N2
H2O
BARU
TOTAL
HR
407.70
77
423.10
76
521.70
01
3212.2
13
5.5923
62
0.1242
75
406.30
71
2614.5
16
1533.7
57
777.77
78
9125.0
26
HR
13046
.65
11847
.01
22954
.8
6424.
426
156.5
861
4.964
775
6500.
913
47061
.29
42945
.21
0
732.30
53
593.14
45
3610.1
69
5.5923
62
0.1242
75
25.664
91
3755.6
23
1533.7
57
0
20504
.55
26098
.36
7220.
337
156.5
861
4.964
775
410.6
385
67601
.21
42945
.21
14000
16494
1.9
0
10256.
38
0
16494
1.9
100%
=
(406.307125.664)
406.3071
x 100%
= 93.68 %
Methane leak
Dari Primary Reformer
FRC 3
(Udara dan Steam)
25.664
10256.38
x 100%
= 0.25 %
6. Neraca Massa Aktual di Secondary Reformer (30 Mei 2016)
SHIFT CONVERTED
SECONDARY REFORMER
92
BM
32
PRIMARY OUT
KMOL/H
Kg/h
%VOL
R
N2
28
0.32%
Ar
39.95
0.02%
16
30
44
58
58
72
72
86
9.19%
413.77
43
510.19
2
3141.3
55
5.4690
01
0.1215
33
397.34
44
100.00
18
%
200.00
%
2491.5
37
6959.7
93
CO
28
CO2
44
H2
CH4
C2H6
C3H8
i-C4
n-C4
i-C5
n-C5
C6
H20
TOTAL
9.57%
11.80
%
69.10
%
11585.
68
22448.
45
6282.7
11
153.13
2
4.8552
58
6357.5
11
0
0
0
0
0
0
0
44847.
66
91680
C
H
O
Ar
kmol/h kmol/h kmol/h kmol/h
r
r
r
r
0
0
0
413.77
413.77
43
0
43
510.19
1020.3
2
0
84
6282.7
0
11
0
10.93
8
0
397.34
44
0
0
0
0
0
0
0
0
1589.3
78
0
0
0
0
0
0
0
4983.0
74
12855.
16
0.1215
33
0
0
0
0
0
0
0
0
2491.5
37
3925.6
95
0.1215
33
0
1321.3
11
Laju Alir Vol. Udara dan Steam (FRC-03) rata-rata : 42379 Nm3/hr
Densitas rata-rata
: 1.2 kg/m3
BM Rata-rata
: 28.84 kg/kmol
N
kmol/
hr
93
10.93
8
BM
O2
CO2
32
44
N2
28
39.9
5
Ar
Total
%
Mol
21
%
0
79
%
0
Kmol/hr
397.055
0
1493.68
3
Kg/h
12705.7
6
0
41823.1
2
0
1890.73
8
0
54528.8
8
O
794.109
9
0
2987.36
6
794.109
9
Tabel 4.42. Total Laju Alir Input Secondary Reformer 30 Mei 2016
KOMPONE
N
BM
O2
32
CO
28
CO2
44
H2
N2
28
Ar
39.95
SECONDARY
KMOL/H
%VOL
R
397.05
21%
5
413.77
9.57%
43
11.80
510.19
%
2
69.10
3141.3
%
55
5.4690
0.32%
01
0.1215
0.02%
33
397.34
9.19%
44
CH4
N2
C3H8
i-C4
n-C4
i-C5
n-C5
C6
16
30
44
58
58
72
72
86
H20
100.00
18
%
N2 UDARA
H20 injek
baru
TOTAL
28
79%
18
100%
200.00
%
2491.5
37
1493.6
83
861.11
11
8850.5
31
IN
Kg/h
12705.
76
11585.
68
22448.
45
6282.7
11
153.13
2
4.8552
58
6357.5
11
0
0
0
0
0
0
0
44847.
66
41823.
12
15500
16170
8.9
C
kmol/h
r
0
413.77
43
510.19
2
0
0
0
397.34
44
0
0
0
0
0
0
0
0
H
kmol/h
r
O
Ar
kmol/h kmol/h
r
r
794.10
0
99
413.77
0
43
1020.3
0
84
6282.7
11
0
0
0
1589.3
78
0
0
0
0
0
0
0
4983.0
74
0
0
kmol/hr
10.938
0.1215
33
0
0
0
0
0
0
0
0
2491.5
37
2987.3
66
0
0
1321.3
11
1722.2
22
14577.
38
861.11
11
5580.9
16
0.1215
33
94
2998.3
04
Outlet
%mol
0.45
12.84
10.40
0.00
53.50
22.53
0.28
100
%CH4
Total atom C keluar
0.45
23.69
x 1321.311
= 25.098 kmol/jam
CO2 keluar
%CO2
Total atom C keluar
10.40
23.69
x 1321.311
= 580.0604 kmol/jam
CO keluar
%CO
Total atom C keluar
12.84
23.69
x 1321.311
= 716.1515 kmol/jam
Neraca Massa Atom O
Atom O masuk
= Atom O keluar
95
5580.916
Komponen
CO2
CO
O2
H2O
Total
O
1160.121
716.1515
3755.623
5631.8955
Neraca atom H
Menghitung H2 keluar
Atom H Keluar
out)
= 14577.38 (100.3951 + 7409.287)
= 7067.702 kmol/jam
H2 Keluar
7067.702
2
= 3533.851 kmol/jam
Tabel 4.45. Neraca Massa Total di Secondary Reformer
Kompon
en
O2
CO
CO2
H2
SEC
KMOL/H
R
397.05
5
413.77
43
510.19
2
3141.3
IN
KG/HR
12705.
76
11585.
68
22448.
45
6282.7
SEC OUT
KMOL/H
R
KG/HR
0
716.15
15
580.06
04
3533.8
0
20052.
24
25522.
66
7067.7
96
N2
Ar
CH4
H2O
N2
H2O
BARU
TOTAL
55
5.4690
01
0.1215
33
397.34
44
2491.5
37
1493.6
83
861.11
11
8850.5
31
11
153.13
2
4.8552
58
6357.5
11
44847.
66
41823.
12
51
5.4690
01
0.1215
33
25.098
77
3704.6
44
1493.6
83
02
153.13
2
4.8552
58
401.58
03
66683.
59
41823.
12
15500
16170
8.9
0
10059.
08
0
16170
8.9
100%
=
(397.344425.09877)
397.3444
x 100%
= 93.68 %
Methane leak
Dari Primary Reformer
FRC 3
(Udara dan Steam)
25.09877
10059.08
x 100%
= 0.249 %
97
BM
O2
32
CO
28
CO2
44
H2
N2
PRIMARY OUT
KMOL/
%VOL
Kg/h
HR
kmol/hr
kmol/hr
415.135
1023.74
0
6303.3
77
0
0
11.80
%
69.10
%
415.13
5
511.87
0
3151.6
88
28
0.32%
5.486
Ar
39.
95
0.02%
0.1219
4.8712
CH4
16
9.19%
398.65
1
C2H6
C3H8
i-C4
n-C4
i-C5
n-C5
C6
30
44
58
58
72
72
86
398.65
1
0
0
0
0
0
0
0
H20
18
6378.4
23
0
0
0
0
0
0
0
44833.
609
1594.6
05
0
0
0
0
0
0
0
4981.5
12
12879.
495
TOTAL
9.57%
100.0
0%
200.0
0%
2490.7
56
6973.7
10
11623.
792
22522.
290
6303.3
77
153.63
5
C
kmol/h
r
0
415.13
5
511.87
0
91820
0
1325.6
57
Ar
kmol/
hr
10.97
3
0.121
0
0
0
0
0
0
0
0
2490.75
606
3929.63
1
0.121
Laju Alir Vol. Udara dan Steam (FRC-03) rata-rata : 41359 Nm3/hr
Densitas rata-rata
: 1.2 kg/m3
BM Rata-rata
: 28.84 kg/kmol
BM
%
Mol
O2
CO2
32
44
21%
0
N2
28
79%
Kmol/h
r
387.49
8
0
1457.7
32
Kg/h
12399.95
0
0
40816.50
2
N
kmol/
hr
O
774.9
96
0
2915.4
64
98
10.97
3
39.9
5
Ar
0
1845.2
30
Total
0
53216.45
2
774.9
96
Tabel 4.48. Total Laju Alir Input Secondary Reformer 27 Juni 2016
SECONDARY IN
KOMPON
EN
BM
%VOL
511.870
12399.95
0
11623.79
2
22522.29
0
0
415.13
5
511.87
0
3151.688
5.4869
6303.377
153.635
0
0
0.02%
0.121
4.8712
9.19%
398.651
6378.423
0
0
0
0
0
0
0
44833.60
9
40816.50
2
0
398.65
1
0
0
0
0
0
0
0
O2
32
21%
387.498
CO
28
415.135
CO2
44
9.57%
11.80
%
69.10
%
0.32%
2
28
39.9
5
H2
N2
Ar
CH4
N2
C3H8
i-C4
n-C4
i-C5
n-C5
C6
16
30
44
58
58
72
72
86
H20
N2
UDARA
H20 injek
baru
18
100.00
%
2490.756
28
79%
1457.732
TOTAL
18
Kg/h
KMOL/HR
C
kmol/h
r
100%
200.00
%
861.111
8818.941
15500
160536.4
52
O
Ar
kmol/h kmol/
kmol/hr r
hr
774.99
0
6
415.13
0
5
1023.7
0
40
6303.37
7
0
0
0
0
1594.60
5
0
0
0
0
0
0
0
4981.51
2
0
0
0
0
0
0
0
0
2490.7
56
1722.22
14601.7
17
861.11
1
5565.7
39
CH4
CO
CO2
H2O
0.12
0
0
1325.6
57
Outlet
%mol
0.45
12.84
10.40
0.00
99
0.12
H2
N2
Ar
Total
53.50
22.53
0.28
100
%CH4
Total atom C keluar
0.45
23.69
x 1325.657
= 25.1813 kmol/jam
CO2 keluar
%CO2
Total atom C keluar
10.40
23.69
x 1325.657
= 581.968 kmol/jam
CO keluar
%CO
Total atom C keluar
12.84
23.69
x 1325.657
= 718.507 kmol/jam
Neraca Massa Atom O
Atom O masuk
= Atom O keluar
5565.739
100
Komponen
CO2
CO
O2
H2O
Total
O
1163.937
718.507
3683.295
5565.739
Neraca atom H
Menghitung H2 keluar
Atom H Keluar
out)
=14601.717 (100.725 + 7366.591)
= 7134.40 kmol/jam
H2 Keluar
7134.401
2
= 3567.2005 kmol/jam
Tabel 4.51. Neraca Massa Total di Secondary Reformer
Kompon
en
O2
CO
CO2
H2
N2
Ar
CH4
SEC
KMOL/H
R
387.49
84
415.13
54
511.87
02
3151.6
89
5.4869
92
0.1219
33
398.65
15
IN
KG/HR
12399.
95
11623.
79
22522.
29
6303.3
77
153.63
58
4.8712
29
6378.4
24
SEC OUT
KMOL/H
R
KG/HR
0
718.50
73
581.96
85
3567.2
01
5.4869
92
0.1219
33
25.181
33
0
20118.
2
25606.
62
7134.4
01
153.63
58
4.8712
29
402.90
13
101
H2O
N2
H2O
BARU
TOTAL
2490.7
56
1457.7
32
861.11
11
8818.9
41
44833.
61
40816.
5
3683.2
96
1457.7
32
66299.
32
40816.
5
15500
16053
6.5
0
10039.
49
0
16053
6.5
100%
=
(398.651525.1813)
398.6515
x 100%
= 93.68 %
Methane leak
25.1813
10039.49
x 100%
= 0.25 %
4.4. Pembahasan
Berdasarkan data di lapangan (aktual) dan data desain dapat dihitung
konversi CH4 menjadi CO dan H2. Dari perhitungan neraca massa didapat konversi
CH4 menjadi CO dan H2 di secondary reformer berdasarkan data desain sebesar
95.77%
secondary reformer turun menjadi 92.31%. Dari perbedaan konversi aktual dan
desain dapat diketahui bahwa pada secondary reformer konversi aktual lebih kecil
dibandingkan konversi desain. Hal itu disebabkan karena konversi metana pada
data aktual lebih kecil daripada konversi metana pada data desain.
Selain itu, persentase keluaran metana (methane leak) yang diperoleh
berdasarkan data desain di secondary reformer lebih kecil yaitu 0.21% bila
dibandingkan dengan data aktual yang persentase methane leak nya 0.36%.
Menurut analisa kami, salah satu faktor yang mempengaruhi konversi metana dan
102
methane leak pada secondary reformer adalah katalis yang digunakan sudah tidak
optimal lagi disebabkan oleh katalis tersebut sudah jenuh ataupun masa aktif
katalis tersebut sudah akan habis, sehingga tidak maksimal dalam memercepat
reaksi dan menyempurnakan reaksi pembakaran pada secondary reformer.
Reaksi yang terjadi di reformer merupakan reaksi yang bersifat endotermis
sehingga untuk meningkatkan konversi dapat dilakukan beberapa pilihan antara
lain menaikkan suhu operasi, memperbesar nilai S/C pada primary reformer, dan
mengurangi hasil CO dan H2. Perolehan tinggi rendahnya nilai konversi yang ada
di primary reformer dan secondary reformer disebabkan karena beberapa faktor
berikut:
1. Temperatur
Karena reaksi bersifat eksoterm, kenaikan temperature akan menyebabkan
kesetimbangan reaksi overall bergeser ke arah komponen yang
memerlukan panas (ke kanan). Temperature inlet/outlet = 795 / 979 oC.
Pengontrolan temperature dapat dilakukan dengan cara mengatur flow
udara yang masuk, temperature inlet dari gas proses dan temperature udara
inlet. Dengan penambahan udara yang masuk, maka akan menaikkan
temperature dan untuk menjaga kondisi operasi harus dikurangi
pembakaran di primary reformer.
2. Tekanan
Pada dasarnya, tekanan bukanlah variable operasi, namun biasanya dijaga
sekitar 31 32 kg/cm2. Secara umum bila tekanan dinaikkan maka
kesetimbangan overall akan bergerak ke jumlah molekul zat yang terkecil
(ke kiri).
3. Komposisi
Inlet dan outlet CH4 leakage menentukan proses oksidasi di secondary
reformer. Bila CH4 outlet masih tinggi (>0.54 %mol), hal ini bisa terjadi
103
karena adanya kenaikan sulfur di dalam feed gas, feed gas dan udara yang
tidak seimbang, dan lain sebagainya.
4. Feed Rate
Kalau Kondisi pada keadaan optimum dan diperlukan perubahan pada
aliran feed gas, harus dilakukan perubahan yang sebanding pada aliran
udara untuk menjaga perbandingan H2 dan N2 tetap (3:1, %mol)
5. Heat Loss
Heat Loss antara primary dan secondary reformer atau di sekitar
secondary sangat penting. Dalam design tidak ada pabrik NH 3 yang tidak
mengalami heat loss antara primary-secondary itu sendiri atau transfer line
dari secondary ke waste heat boiler. Bila heat loss sangat besar, maka
diperkirakan CH4 leak masih tinggi
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan persen konversi reaksi pada
primary dan secondary reformer antara lain:
1) Menaikkan temperatur operasi
2) Meningkatkan rasio reaktan (S/C)
3) Menjaga tekanan operasi
BAB V
KESIMPULAN
1
104