Bab21410150096 PDF
Bab21410150096 PDF
BAB II
TEORI PENILAIAN DIRI (SELF ASSESSMENT) DAN PENDIDIKAN
BERKARAKTER
c. Nilai-nilai Karakter
Kementrian Pendidikan Nasional (selanjutnya disebut
Kemendiknas) telah merumuskan 18 nilai karakter yang akan
ditanamkan dalam diri peserta didik sebagai upaya membangun
karakter bangsa, 18 nilai karakter tersebut adalah sebagai berikut :
1. Religius, yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan
melaksanakan ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut,
termasuk dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agama (aliran kepercayaan) lain, seperti hidup rukun dan
berdampingan.
2. Jujur, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan
antara pengetahuan, perkataan dan perbuatan (mengetahui yang
benar, mengatakan yang benar dan melakukan yang benar),
sehingga menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi
yang dapat dipercaya.
3. Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan
penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan,
suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang
berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat
hidup tenang di tengah perbedaan tersebut.
4. Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap
segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.
5. Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara
sungguh-sungguh (berjuang hingga titik darah penghabisan)
dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan,
dan lain-lain dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi
dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu
menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih
baik dari sebelumnya.
17
b). Patuh pada aturan-aturan sosial, yakni sikap menurut dan taat
terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan
kepentingan umum.
c). Menghargai karya dan prestasi orang lain, yakni sikap dan
tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui dan
menghormati keberhasilan orang lain.
d). Santun, yakni sifat yang halus dan baik hati dari sudut
pandang tat bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.
e). Demokratis, yakni cara berpikir, bersikap dan bertindak yang
menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
4. Hubungannya dengan lingkungan
a). Peduli sosial dan lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang
selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam
disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi juga selalu
ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
5. Nilai kebangsaan
a). Nasionalis, yakni cara berpikir, bersikap dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang
tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsanya.
b). Menghargai keberagaman, yakni sikap memberikan
respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang
berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, maupun agama.
Selain dua pendapat ahli di atas, Suyadi (2013: 194-195)
menambahkan bahwa sesungguhnya strategi pembelajaran afektif
adalah strategi pembelajaran karakter, akhlak, atau moral. Dengan
demikian ada beberapa karakter yang cocok digunakan pada strategi
pembelajaran afektif diantaranya adalah :
21
1. Religius
2. Kejujuran
3. Tangung Jawab
4. Disiplin
5. Mandiri
Dari beberapa nilai karakter tersebut, peneliti hanya meneliti
beberapa karakter sesuai yang dikemukakan oleh Suyadi yaitu
religius, kejujuran, tanggung jawab, disiplin dan mandiri, dengan
alasan penilaian pada ranah afektif dan terbatasnya waktu penelitian
yang dilakukan oleh peneliti.
(2004: 79) hasil belajar dapat dicapai melalui tiga kategori ranah antara
lain adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
1. Ranah kognitif, berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang
terbagi kedalam enam aspek antara lain aspek pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
2. Ranah afektif, berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif terdiri
dari lima kemampuan yaitu menerima, menjawab, menilai,
organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai.
3. Ranah psikokotor, meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-
benda dan koordinasi dalam mengamati.
Hasil belajar merupakan manifestasi setelah ia melakukan proses
pembelajaran, hasil belajar merupakan perubahan kearah yang lebih
positif. Berbeda dengan Bloom, Gagne membagi hasil belajar kedalam
lima ranah, yaitu :
1. Keterampilan intelektual, dengan tahapan-tahapan :mengenal objek
konkrit, mengenal sifat-sifat objek konkrit, memahami konsep yang
terdefinisi (definisi aturan, rumus, hukum, dalil, prinsip),
kemampuan menggunakan aturan(rumus, hukum, dalil, prinsip),
kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan berbagai
aturan.
2. Strategi kognitif seperti kemampuan, memilih dan mengubah cara-
cara memberikan perhatian, belajar, mengingat dan berfikir.
3. Informasi verbal, seperti kemampuan menyimpan nama atau lebel,
fakta, pengetahuan dalam ingatan.
4. Keterampilan motorik, seperti kemampuan melakukan kegiatan-
kegiatan fisik.
5. Sikap, seperti kemampuan menampilkan perilaku yang mengandung
nilai-nilai.(Nurhayati, 2010: 24 )
Sedangkan menurut Kunandar (2013: 62) hasil belajar adalah
kompetensi atau kemampuan tertentu, baik kognitif, afektif, maupun
psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti
27
belajar siswa. Walaupun tidak pada bidang yang sama dengan yang penulis
teliti dan kembangkan, yaitu tentang pengembangan instrumen penilaian diri
(self assessment) berbasis pendidikan berkarakter pada pembelajaran
matematika, namun penulis merasa penelitian tersebut relevan dengan
penelitian dan pengembangan ini. Penelitian-penelitian tersebut adalah :
1. Penelitian yang berjudul “Pengembangan Penilaian Berbasis Kelas Untuk
mengukur Keterampilan berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran Reaksi
Reduksi dan Oksidasi” yang disusun oleh Fusti Yunita pada tahun 2011.
Metode yang digunakan adalah Research and Development (R & D) yang
terdiri dari tahapan identifikasi silabus, analisis kajian literatuf dan jenis
instrumen, perancangan instrumen, validasi dan revisi instrumen, uji coba
intrumen dan revisi produk.
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan
terletak pada penilaian yang dikembangkannya. Pada penelitian di atas
penilaian yang dikembangkan adalah penilaian berbasis kelas. Sedangkan
pada penelitian yang akan dilakukan yaitu pengembangan instrumen
penilaian diri (self assessment). Selain itu perbedaannya pada
pembelajarannya. Pada penenlitian di atas, pengembangan dilakukan pada
pembelajaran kimia dengan pokok bahasan reaksi reduksi dan oksidasi,
sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan penulis yaitu pada
pembelajaran matematika. Perbedaan lainnya adalah apabila pada
penelitian di atas menggunakan identifikasi silabus, RPP dan perangkat
lainnya, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti tidak
ada identifikasi silabus dan RPP melainkan observasi tentang karakter
peserta didik.
Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan penulis
lakukan yaitu terletak pada metode yang digunakannya yaitu Research and
Development (R & D).
2. Penelitian yang berjudul “Pengembangan asesmen diri siswa (student
self assessment) sebagai model penilaian dan pengembangan karakter”
yang disusun oleh Mohammad Imam Farisi pada tahun 2012. Metode
29
berbasis pendidikan berkarakter ini dilakukan agar peserta didik dapat menilai
kemampuan dirinya sendiri dan mengalami perubahan dalam belajar seperti
adanya rasa ingin tahu untuk dapat lebih memahami pembelajaran, khususnya
pelajaran matemematika. Selain itu, diharapkan juga peserta didik dapat
memiliki karakter-karakter lainnya yang sudah seharusnya ada pada diri
peserta didik. Dengan memiliki karakter yang baik diharapkan juga
mendapatkan hasil belajar yang baik.
Akhir-akhir ini peserta didik sudah banyak mengalami perubahan.
Contoh kecilnya, dalam diri peserta didik kurang adanya kejujuran dalam
menyelesaiakan soal, peserta didik tidak percaya dengan kemampuan yang
dimilikinya yang akhirnya dia lebih mengandalkan orang lain daripada
dirinya sendiri. Jika pada diri peserta didik telah tertanam karakter yang baik
mungkin hal ini tidak akan terjadi pada diri peserta didik.
Selain itu, pengembangan instrumen penilaian diri (self assessment)
diharapkan dapat membantu guru dalam memberikan penilaian dan
mengetahui karakter para peserta didiknya. Karena sesungguhnya seorang
guru bukan hanya memberkan materi kepada peserta didiknya namun juga
mendidik para peserta didiknya agar menjadi lebih baik.
Pengembangan instrumen penilaian diri (self assessment) berbasis
pendidikan berkarakter pada pembelajaran matematika di MTs N Cisaat
Sumber dilakukan untuk dapat menilai diri para peserta didik dalam
mengetahui kelebihan dan kelemahan terhadap karakter yang ada di dalam
instrumen penilaian diri (self assessment) yaitu rasa ingin tahu, kedisiplinan
dan kejujuran pada pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika yang
biasanya hanya menilai ranah kognitif saja, namun kali ini dengan adanya
pengembangan instrumen penilaian diri (self assessment) berbasis pendidikan
berkarakter pada pembelajaran dapat menilai ranah afektifnya juga.
Dengan adanya pengembangan instrument penilaian diri (self
assessment) diharapkan dapat membantu guru dalam penilaian berbasis kelas
yang bertujuan untuk mengoptimalisasikan proses pembelajaran dan hasil
32
Ranah Afektif
Pembelajaran
Berkarakter
Gambar 2.1
Skema kerangka pemikiran penelitian pengembangan