Anda di halaman 1dari 12

Resume

Evaluasi Pembelajaran
Tentang:
“Pengembangan Jenis-Jenis Penilaian Otentik”

Disusun Oleh
Kelompok 5
1. Ari Rahmatullah
2. Khairatil Isra
3. Raudhatya Ummamy

Seksi :

18 BB 02
Dosen Pembimbing:
Dra. Rifda Elyasni M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020

Pengembangan Jenis-Jenis Penilaian Otentik


A. Pengertian Penilaian Otentik
Menurut Sani (2016: 23) penilaian autentik adalah jenis penilaian yang
mengarahkan peserta didik untuk mendemostrasikan keterampilan dan
kompetensi yang dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan dan situasi yang
dijumpai dalam dunia nyata.
Menurut Basuki dan Haryanto (2014: 168) penilaian otentik (authentic
assessment) merupakan cermin nyata (the real mirror) dari kondisi pembelajaran
siswa. Disebut demikian karena unik berdasarkan pengalamann pribadi,
pengalaman langsung di dunia nyata setiap siswa.
Penilaian otentik merupakan proses assesmen yang melibatkan beberapa
bentuk pengukuran kinerja yang mencerminkan belajar siswa, prestasi, motivasi,
dan sikap yang sesuai dengan materi pembelajaran (Kunandar, 2013:35).
Majid (2014: 236) mengungkapkan bahwa penilaian otentik merupakan
proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang proses dan
hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan
berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat.

B. Karakteristik Penilaian Otentik


Beberapa karakteristik penilaian otentik antara lain; (1) berpusat pada
peserta didik, (2) merupakan bagian terintegrasi dari pembelajaran, (3) bersifat
kontekstual dan bergantung pada konten pembelajaran, (4) merefleksikan
kompleksitas belajar, (5) menggunakan metode/prosedur yang bervariasi, (6)
menginformasikan cara pembelajaran atau program pengembangan yang
seharusnya dilakukan, dan (7) bersifat kualitatif (Sani, 2016).

Menurut Basuki dan Haryanto (2014: 171) karakteristik penilaian otentik,


adalah:
a. melibatkan pengalaman nyata (involves real-world experience);
b. dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung;
c. mencakup penilaian pribadi (self assessment) dan refleksi;
d. yang diukur keterampilan dan performansi, nukan mengingat fakta;
e. berkesinambungan;
f. terintegrasi;
g. dapat digunakan sebagai umpan balik;
h. kriteria keberhasilan dan kegagalan diketahui siswa dengan jelas;
i. menggunakan bermacam-macam instrumenm pengukuran, dan metode yang
sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar;
j. bersifat komprehensif dan holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan
pembelajaran.

C. Ruang Lingkup Penilaian Otentik


Kunandar (2013: 52) menyatakan bahwa ruang lingkup penilaian otentik
peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dalam
Salinan Lampiran Permendikbud Nomor 104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil
Belajar juga tertulis bahwa ruang lingkup dalam penilaian otentik mencakup
kompetensi sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan dan keterampilan. Ruang
lingkup penilaian otentik dijelaskan sebagai berikut:
1. Sikap (Spiritual dan Sosial)
Berdasarkan olahan dari Krathwohl (1964) dalam Salinan Lampiran
Permendikbud Nomor 104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar, sasaran
penilaian autentik oleh pendidik pada ranah sikap spiritual dan sikap sosial
adalah sebagai berikut.
a. Menerima nilai, yaitu keadaan menerima suatu nilai dan memberikan
perhatian terhadap nilai tersebut.
b. Menanggapi nilai, yaitu kesediaan menjawab suatu nilai dan ada rasa puas
dalam membicarakan nilai tersebut.
c. Menghargai nilai, yaitu menganggap nilai tersebut baik; menyukai nilai
tersebut; dan komitmen terhadap nilai tersebut.
d. Menghayati nilai, yaitu memasukkan nilai tersebut sebagai bagian dari
sistem nilai dirinya.
e. Mengamalkan nilai, yaitu mengembangkan nilai tersebut sebagai ciri
dirinya dalam berpikir, berkata, berkomunikasi, dan bertindak (karakter).

2. Pengetahuan
Berdasarkan olahan dari Anderson (2001) dalam Salinan Lampiran
Permendikbud Nomor 104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar, sasaran
penilaian otentik oleh pendidik pada kemampuan berpikir adalah sebagai
berikut:
a. Mengingat, yaitu kemampuan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah dipelajari dari guru, buku, sumber lainnya sebagaimana aslinya,
tanpa melakukan perubahan.
b. Memahami, yaitu kemampuan mengolah pengetahuan yang dipelajari
menjadi sesuatu yang baru tanpa mengubah artinya.
c. Menerapkan, yaitu kesanggupan untuk menerapkan atau menggunakan ide-
ide umum, tata cara ataupun metodemetode, prinsip-prinsip, rumus, teori
dan sebagainya dalam situasi yang baru dan kongkret (Kunandar,
2013:169).
d. Menganalisis, yaitu “kemampuan merinci atau menguraikan suatu bahan
atau keadaan menurut bagianbagian yang lebih kecil dan mampu
memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu
dengan faktor-faktor yang lainnya” (Kunandar, 2013:169).
e. Mengevaluasi, yaitu kemampuan dalam pengambilan keputusan
berdasarkan kriteria dan standar.
f. Mencipta, yaitu kemampuan membuat sesuatu hal yang baru dari apa yang
sudah ada.
3. Keterampilan
Berdasarkan olahan dari Dyers dalam Salinan Lampiran Permendikbud
Nomor 104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar, sasaran penilaian
otentik oleh pendidik pada ranah keterampilan abstrak berupa kemampuan
belajar adalah sebagai berikut:
a. Mengamati, yaitu perhatian pada waktu mengamati suatu objek/membaca
suatu tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang
diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati.
b. Menanya, yaitu jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan
peserta didik (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik)
c. Mengumpulkan informasi/mencoba, yaitu jumlah dan kualitas sumber yang
dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang
dikumpulkan, dan instrumen/alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data.
d. Menalar atau mengasosiasi, yaitu mengembangkan interpretasi,
argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua
fakta/konsep.
e. Mengomunikasikan, yaitu menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai
menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multimedia dan
lain-lain.

D. Jenis Jenis Penilaian Otentik


1. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah prosedur yang menggunakan berbagai bentuk
tugas-tugas untuk memperoleh informasi tentang apa dan sejauh mana yang
telah dilakukan dalam suatu program. Artinya, penilaian kinerja dilakukan
oleh guru untuk menilai hasil-hasil kerja yang ditunjukan peserta didik dalam
proses pelaksanaan program tersebut. Menurut Bambang Subali (2012: 90)
“penilaian kinerja sendiri adalah penilaian yang memfokuskan aspek
keterampilan yang berkait dengan ranah psikomotor yang dapat
didemontrasikan oleh peserta didik”.
Cara merekam hasil penilaian berbasis kinerja, di antaranya: daftar cek
(checklist), catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). skala
penilaian (rating scale). memori atau ingatan (memory approach).
2. Penilaian Proyek
Penilaian projek adalah investigasi mendalam mengenai suatu topik
nyata. Dalam projek, peserta didik mendapatkan kesempatan mengaplikasikan
keterampilannya. Pelaksanaan projek dapat dianalogikan dengan sebuah cerita
yaitu memiliki fase awal, pertengahan dan akhir projek (Masnur, 2011: 75).
Sedangkan menurut Kunandar (2013: 53) penilaian projek termasuk kedalam
penilaian kinerja dimana penilaian projek adalah tugas-tugas belajar (learning
teks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan dan pelaporan secara
tertulis maupun lisan dalam kurun waktu tertentu.
Berikut ini tiga hal yang perlu diperhatian guru dalam penilaian
proyek:
a. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan
mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas
informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
b. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
c. Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh
peserta didik.

3. Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan pekerjaan siswa (tugas-tugas) dalam
periode waktu tertentu yang dapat memberikan informasi penilaian (Majid &
Firdaus, 2014: 66). Fokus tugas-tugas kegiatan dalam portofolio adalah
pemecahan masalah, berpikir dan pemahaman, menulis, komunikasi, dan
pandangan siswa sendiri terhadap dirinya sebagai pembelajar. Tugas yang
diberikan kepada siswa dalam penilaian portofolio adalah tugas dalam konteks
kehidupan sehari-hari. Siswa diharapkan untuk mengerjakan tugas tersebut
secara lebih kreatif, sehingga siswa memperoleh kebebasan dalam belajar.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah
seperti berikut ini:
a. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
b. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang
akan dibuat. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di
bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
c. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat
yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
d. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu. Jika
memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen
portofolio yang dihasilkan.
e. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian
portofolio.

4. Penilaian Tertulis
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu
mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis,
mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari.
Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga
mampu menggambarkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta
didik (Dirman dan Juarsih, 2014: 118).

E. Fungsi Penilaian Otentik


Menurut Masnur Muslich (2011: 8-11) fungsi penilaian otentik dalam pendidikan
adalah:
1. Fungsi Pembelajaran
Penilaian autentik sangat penting perannya dalam peningkatan mutu
proses pembelajaran. Dari proses penilaian dapat diperoleh informasi tentang
seberapa besar para peserta didik berhasil mencapai kompetensi dasar yang
telah ditetapkan guru. Dengan demikian, hasil penilaian memberikan umpan
balik bagi guru tentang seberapa besar ia berhasil melaksanakan pembelajaran
kepada peserta didik untuk mencapai kompetensi dasar. Guru juga dapat
mengetahui tujuan pembelajaran yang belum dikuasai dan sudah dikuasi oleh
peserta didik.
2. Fungsi Administrasi
Penilaian otentik sangat diperlukan untuk keputusan yang bersifat
administratif. Secara berkala kantor-kantor wilayah Depdiknas biasanya
menetukan kualifikasi setiap sekolah, apakah termasuk baik, sedang atau
kurang. Hal ini diperlukan dalam rangka program pembinaan dan
pengembangan sekolah. Salah satu informasi yang diperlukan adalah hasil
prestasi belajar para peserta didik. Bahkan dari penilaian otentik dapat pula
diketahui sejauh mana kurikulum dilaksanakan di suatu sekolah.
3. Fungsi Bimbingan
sekolah di sampimg memberikan serangkaian pengetahuan, keterampilan
dan sikap tertentu kepada peserta didik, sekolah pun perlu informasi tentang
bakat-bakat khusus yang dimiliki peserta didik. Informasi bakat ini dapat
memberikan saran kepada orang tua tentang bidang pelajaran atau bidang
minat pekerjaan yang lebih sesuai dengan bakat peserta didik. Keserasian
antara bakat dan jenis pekerjaan merupakan salah satu unsur penting dari
keberhasilan seseorang dalam kehidupannya.

F. Tahapan pengembangan instrument autentik


Menurut Sani (2016 : 35) beberapa tahapan dalam pengembangan instrument
penilaian autentik yaitu:
1. Identifikasi standar
Standar dikembangkan berdasarkan konten kurikulum. Sebuah standar
merupakan pernyataan diharapkan dapat dilakukan pada peserta didik.
Standar pada penilaian autentik seharusnya dapat mengarahkan peserta
didik untuk belajar atau menunjukkan cara belajar. Standar penilaian
autentik dapat berupa indicator pencapaian sebuah kompetensi dasar.
Contoh: peserta didik dapat melakukan pengembangan dua bilangan
pecahan senama
2. Pengembangan tugas autentik
Tugas autentik perlu dirancang agar peserta didik dapat mengkontruksi
respon tanpa dibatasi, dan memungkinkan mereka menunjukkan
keterampilan dan kemampuan dalam melaksanakan unjuk kerja yang
terkait dengan standar yang diharapkan.
Contoh: dalam menguji kemampuan peserta didik sekolah dasar dalam
permasalahan pecahan, sebaiknya disajikan persoalan tentang bagaimana
membagi sebuah kue menjadi beberapa bagian
3. Pengembangan kriteria atau indicator kinerja
Kriteria untuk menilai pemenuhan sebuah tugas autentik harus
ditetapkan agar penilaian dapat dilakukan sesuai dan secara sistematik.
Sebagai contoh strandar yang ditetapkan, adalah mmapu menyelesaikan
sebuah permasalahan.
4. Mengembangkan rubrik
Setelah menetapkan kriteria, guru perlu mengembangkan rubric
sebagai pedoman penskoran. Pedoman penskoran ini perlu memiliki
descriptor yang menunjukkan tingkat kinerja dari masng-masing tingkatan
unjuk kerja.
Rubrik yang digunakan dapat berupa rubric analitik, holistic, atau
rubric perkembangan untuk menilai pemenuhan kriteria tersebut.
5. Menilai instrument penilaian autentik
Guru harus dapat menilai apakah instrument yang dikembangkan
memang merupakan instrument penilaian autentik dan berpusat pada
peserta didik.
Secara prinsip, instrument penilaian harus valid dan reliable. Penilaian
yang valid artinya penilaian yang dilakukan sesuai dengan yang
seharusnya dinilai, sedangkan penilaian yang reliable adalah penilaian
yang dilakukan konsisten.
G. Keunggulan dan Kelemahan Penilaian Otentik
1. Keunggulan Penilaian Otentik
Menurut Basuki dan Haryanto (2014: 175-176) keunggulan penilaian
otentik adalah, sebagai berikut:
a. berfokus pda keterampilan analisis dan keterpaduan pengetahuan;
b. meningkatkan kreativitas;
c. merefleksikan keterampilan dan pengetahuann dunia nyata;
d. meningkatkan keterampilan lisan dan tertulis;
e. langsung menghubungkan kegiatan asesmen, kegiatan pengajaran, dan
tujuan pembelajaran;
f. menekankan kepada keterpaduann pembelajaran di sepanjang waktu.

2. Kelemahan Penilaian Otentik


Menurut Basuki dan Haryanto (2014: 175-176) kelemahan penilaian
otentik adalah, sebagai berikut:
a. memerlukan waktu yang intensif untuk mengelola, memantau, dan
melakukan koordinasi;
b. sulit untuk dikoordinasikan dengan standar pendidikan yang telah
ditetapkan secara legal;
c. menantang guru untuk memberikan skema pemberian nilai yang konsisten;
d. sifat subjektif dalam pemberian nilai akan cenderung menjadi bias;
e. sifat penilaian yang unik mungkin tidak dikenali siswa;
f. bisa bersifat tidak praktis untuk kelas yang berrisi banyak siswa;
g. hal yang menantang untuk mengembangkan berbagai jenis materi ajar dan
berbagai kisaran tujuan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Ismet dan Haryanto. 2014. Asesmen Pembelajaran. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.
Dirman dan Cicih Juarsih. 2014. Penilaian dan Evaluasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Kunandar. 2013. Penilaian Autentik: Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013. Jakarta: PT Grafindo Persada.
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Majid, Abdul & Firdaus, A.S. 2014. Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar.
Bandung: Interest.
Nurhadi. 2004. Pembelajaran Konseptual dan Penerapannya dalam KBK. Malang:
UM Press.
Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sani, Ridwan Abdullah. 2016. Penilaian Autentik. Jakarta: Bumi Aksara.
Subali, Bambang. 2012. Prinsip Assessment dan Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta:
UNY Press.

Anda mungkin juga menyukai