Makalah CRS Fraktur Femur - Ganges
Makalah CRS Fraktur Femur - Ganges
FRAKTUR FEMUR
Oleh :
Pembimbing:
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
Berdasarkan jenisnya, fraktur dibagi dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur
terbuka. Sebuah fraktur dikatakan fraktur tertutup (sederhana) apabila jaringan
kulit diatasnya masih utuh, sehingga tidak ada kontak antara fragmen tulang yang
patah dengan lingkungan luar. Namunbilafragmen tulang yang mengalami fraktur
terekspos ke luar, maka disebut fraktur terbuka (compound). Fraktur terbuka lebih
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS 2
yang cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi daripada fraktur
tertutup.2 Jenis fraktur biasanya berhubungan dengan mekanisme trauma,
misalnya trauma angulasi yang akan menimbulkan fraktur tipe transversal oblik
pendek, sedangkan trauma rotasi akan menimbulkan trauma tipe spiral.4
2.2 Fraktur
2.2.1 Definisi Fraktur
Fraktur merupakan suatu patahan pada struktur jaringan tulang atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan trauma, baik trauma langsung ataupun
tidak langsung1.Akibat dari suatu trauma pada tulang dapat bervariasi tergantung
pada jenis, kekuatan dan arahnya trauma.Patahan tadi mungkin tidak lebih dari
suatu retakan, suatu pengisutan atau perimpilan korteks.Biasanya patahan itu
Gambar 4. Mekanisme cedera: (a) spiral (twisting); (b) oblik pendek (kompresi);
(c) pola ‘butterfly’ segitga (bending); (d) transversal (tension). Pola spiral dan
oblik panjang biasanya disebabkan trauma indirek energi rendah; pola bending
dan transversal disebabkan oleh trauma direk energi tinggi.5
2.3.6 Komplikasi
1. Komplikasi dini :
a. Infeksi
Infeksi dapat terjadi karena penolakan tubuh terhadap implant
berupa internal fiksasi yang dipasang pada tubuh pasien. Infeksi juga dapat
terjadi karena luka yang tidak steril. Sehingga debridemen harus dilakukan
sebelum luka ditutup.
b. Cedera vaskular
Fraktur ½ bagian proksimal tibia dapat merusak arteri popliteus, dan
dapat menimbulkan kerusakan tulang yang diakibatkan adanya defisiensi
suplai darah akibat avaskuler nekrosis.
c. Sindroma kompartemen
Kompartemen sindrom merupakan suatu kondisi dimana terjadi
penekanan terhadap syaraf, pembuluh darah dan otot didalam kompatement
osteofasial yang tertutup.Hal ini mengawali terjadinya peningkatan tekanan
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS 21
interstisial, kurangnya oksigen dari penekanan pembuluh darah, dan diikuti
dengan kematian jaringan. Dengan gejala pain, paresthesia, pallor,
pulselessness.
Fraktur 1/3 proksimal cendrung menyebabkan perdarahan dan
perluasan jaringan lunak dalam kompartemen fasial kaki, sehingga
menyebabkan iskemia otot. Gips yang terlalu ketat pada kaki juga dapat
menyebabkan kompartemen sindrom. Biasanya diterapi seperti fraktur
terbuka tingkat III yang memerlukan fiksator luar dan penundaan penutupan
luka.
2. Komplikasi lanjut
a. Delayed union, fraktur femur pada pada orang dewasa mengalami union
dalam 4 bulan. Delayed union adalah suatu kondisi dimana terjadi
penyambungan tulang tetapi terhambat yang disebabkan oleh adanya
infeksi dan tidak tercukupinya peredaran darah ke fragmen.
b. Non union, apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan sklerotik
dicurigai adanya non union dan diperlukan fiksasi interna dan bone graft.
Non union merupakan kegagalan suatu fraktur untuk menyatu setelah 5
bulan mungkin disebabkan oleh faktor seperti usia, kesehatan umum dan
pergerakan pada tempat fraktur
c. Malunion, adalah suatu keadaan tulang patah yang telah mengalami
penyatuan dengan fragmen fraktur berada dalam posisi tidak normal
(posisi buruk). Malunion terjadi karena reduksi yang tidak akurat, atau
imobilisasi yang tidak efektif dalam masa penyembuhan.
d. Kaku sendi lutut, setelah operasi femur biasanya terjadi kesulitan
pergerakan pada sendi lutut. Hal ini disebabkan oleh adanya adhesi
periarticular atau adhesi intramuscular. Hal ini dapat dihindari apabila
fisioterapi yang intensif dan sistematis dilakukan lebih awal.
3.2 Anamnesa
Keluhan Utama
Nyeri pada paha kanan pasca kecelakaan lalu lintas sejak ± 6 jam sebelum
masuk rumah sakit.
Primary Survey
Airway : Clear
Breathing : Spontan, gerakan dada simetris kiri dan kanan, RR 22x/menit
Circulation : Akral hangat, tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 92x/menit, CRT
< 2 detik
Disability : GCS 15 (E4M6V5), pupil isokor, reflek cahaya +/+
Movement :
- Pergerakan terbatas pada kaki yang sakit.
- Pergerakan jari- jari kaki (+)
- ROM sulit dinilai.
True lenght:
Dextra : 76 cm
Sinistra : 79 cm
Appearance Length:
Dextra : 82 cm
Sinistra : 85 cm
3.7 Tatalaksana
- IVFD NaCl 0,9%
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gram IV
- Inj. Ketorolac 3 x 1 amp
- Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
- Bed Rest Total
- Perkin traksi
3.8 Prognosis
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad sanam : dubia ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad bonam
Pasien perempuan usia 46 tahun datang dengan keluhan yyeri pada paha
kanan pasca kecelakaan lalu lintas sejak ± 6 jam sebelum masuk rumah sakit serta
tidak bisa digerakkan. Hal ini dikarenakan pada daerah tersebut terdapat
kerusakan jaringan karena terjadi diskontinuitas pada tulang sehingga
menimbulkan nyeri. Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien mengalami trauma
langsung di paha kanan. Pasien sadar setelah kejadian. Keluhan BAB dan BAK
tidak ada.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan deformitas (+), udem (+), VL (+),
nyeri tekan (+), NVD baik (sensorik dan motorik baik, refilling kapiler < 2”),
pergerakan terbatas pada kaki yang sakit, pergerakan jari- jari kaki (+) dan ROM
sulit dinilai. Dari pemeriksaan ini sudah dapat disimpulkan adanya fraktur.
Namun untuk memastikan frakturnya maka dilakukan pemeriksaan penunjang
berupa foto rontgen. Dari pemeriksaan rontgen didapatkan fraktur femur dextra
communited terbuka.
Pada fraktur diafisis femur biasanya perdarahan dalam cukup luas dan
besar sehingga dapat menyebabkan syok. Secara klinis pasien tidak dapat bangun
bukan hanya karena nyeri, tetapi juga karena ketidakstabilan fraktur. Biasanya
seluruh tungkai bawah terotasi keluar, terlihat lebih pendek, dan bengkak pada
bagian proksimal sebagai akibat perdarahan ke dalam jaringan lunak. Pertautan
biasanya diperoleh dengan penanganan secara tertutup, dan normalnya
memerlukan waktu 20 minggu atau lebih.
Pada orang dewasa, fraktur ditangani secara konsevatif dengan traksi
skelet, baik pada tuberositas tibia maupun suprakondiler. Cara ini biasanya
berhasil mempertautkan fraktur femur. Yang penting adalah latihan otot dan
pergerakan sendi, terutama M. quadriceps otot tungkai bawah, lutut, dan
pergelngan kaki. Namun cara traksi skelet memerlukan waktu istirahat di tempat
tidur yang lama sehingga untuk mempercepat mobilisasi dan memperpendek masa
istirahat di tempat tidur, dapat dianjurkan untuk melakukanrreposisi terbuka dan
pemasangan fiksasi interna yang kokoh. Fiksasi interna biasanya berupa pin
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS 29
Kuntscher intramedular. Untuk fraktur yang tidak stabil, misalnya fraktur batang
femur yang kominutif atau fraktur batang femur bagian distal, pin intramedular
dapat dikombinasikan dengan pelat untuk neutralisasi rotasi.
Pada fraktur femur pasien ini dilakukan perkin traksi untuk mengurangi
rasa sakit dan mencegah kerusakan jaringan lunak lebih lanjut disekitar daerah
yang fraktur.