Anda di halaman 1dari 69

ISSN: 2085-546X

CAKRADONYA DENTAL JOURNAL

Alamat Redaksi:
Fakultas Kedokteran Gigi Unsyiah
Darussalam Banda Aceh 23111. Tel. 0651-7555183
Website: cdj.pskg.fk.unsyiah.ac.id
email: cakradonyadentaljournal@gmail.com

Pelindung:
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Unsyiah

Penanggung Jawab:
Pembantu Dekan I FKG Unsyiah

Ketua Penyunting:
Sunnati, drg, Sp.Perio

Wakil Ketua Penyunting:


Rafinus Arifin, drg, Sp.Ort

Penyunting Ahli:
Prof. drg. Bambang Irawan, PhD (FKG UI)
Prof. Dr. drg. Narlan Sumawinata, Sp.KG (FKG UI)
Prof. Dr. drg. Elza Ibrahim Auekari, M. Biomed (FKG UI)
Prof. Dr. drg. Eki S. Soemantri, Sp. Ortho (FKG UNPAD)
Prof. drg. Ismet Danial Nasution, Sp. Prostho, Ph.D (FKG USU)
Prof. Dr. drg. Benny S Latief, Sp.BM (K) (UI)
Prof. Dr. drg. Dewi Nurul, MS, Sp. Perio (FKG UI)
drg. Gus Permana Subita, PhD, Sp.PM (FGK UI)
Prof. Dr. drg. Hanna B. Iskandar, Sp.RKG (FKG UI)
Prof. Dr. drg. Retno Hayati, Sp.KGA (K) (FKG UI)
Dr. Syahrul, Sp.S (FK Unsyiah)
drg. Zaki Mubarak, MS (FKG Unsyiah)

Penyunting Pelaksana:
Liana Rahmayani, drg, Sp.Pros
Abdillah Imron Nasution, drh, M.Si
Viona Dian Sari, S.si, M.Si
Diana Setya Ningsih, drg, M.Si

Pelaksana Tata Usaha:


Nurmalawati, ST
Aulia Azmi, SE
ISSN: 2085-546X

EDITORIAL

Cakradonya Dental Journal (CDJ) yang diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Syiah Kuala merupakan media komunikasi ilmiah antar intelektual yang akan
menjadi referensi bagi mahasiswa dan praktisi Kedokteran Gigi. Sebagaimana volume
sebelumnya, volume ini masih mengangkat isu seputar teknologi pengembangan ilmu
kedokteran gigi, aplikasi, dan korelasi ilmu kesehatan terintegrasi. Pada volume 6 nomor 2
ini mencakup penelitian, laporan kasus, dan tinjauan pustaka yang di dalamnya mencukup
bidang Ortodonsia, Bedah Mulut, Konservasi, Periodonsia, Pedodonsia, Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Biologi Oral, dan Dental Material.
Tulisan yang tersaji dari berbagai artikel tersebut secara keilmiahan telah
dilakukan pengeditan oleh tim ahli sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing, namun jika
pada artikel tersebut masih terjadi kesalahan, maka akan dijadikan referensi kami untuk
perbaikan edisi selanjutnya. Secara keseluruhan informasi yang tersampaikan dalam jurnal
CDJ volume 6 nomor 2 telah mewakili pengembangan ilmu kedokteran gigi.
Ucapan terima kasih kepada penulis atas kepercayaan memilih CDJ sebagai wadah
publikasi ilmiah. Kepercayaan anda ini akan menjadi tantangan bagi kami untuk selalu
memperbaharui dan memperbaiki sistem dan manajemen pengelolaan jurnal CDJ menjadi
lebih baik.

Banda Aceh, Juni 2015


Ketua Penyunting

Sunnati, drg, Sp.Perio


ISSN 2085-546X

DAFTAR ISI

Perawatan Kebiasaan Buruk Mengisap Ibu Jari (Thumb Sucking)


Dengan Alat Orto Trainer.........................................................................................................745
Dewi Elianora

Pengaruh Perawatan Aktivator Pada Maloklusi Klas II


Ditinjau Dari Radiografi Sefalometri Lateral........................................................................754
Hilda Fitria Lubis

Hubungan Tingkat Kesulitan Dengan Komplikasi Post Odontektomi Gigi


Impaksi Molar Ketiga Rahang Bawah Pada Pasien Di Instalasi
Gigi Dan Mulut RSUDZA Banda Aceh ..................................................................................761
Fakhrurrazi, Rachmi Fanani Hakim, Rizki Rifani

Direct Veneer Composite Pada Gigi Premolar Satu Kiri


Rahang Atas: Laporan Kasus..................................................................................................768
Maulidar

Perawatan Periodontal Pada Pasien Dengan Periodontitis


Agresif: Laporan Kasus ...........................................................................................................773
Dewi Saputri, Sri Lelyati C. Masulili

Space Maintainer Tipe Crown And Loop: Suatu Perawatan Kasus


Tanggal Dini Gigi Sulung.........................................................................................................778
Vera Yulina, Amila Yumna, Dharli Syafriza

Perawatan Kesehatan Gigi Dengan Pengunyahan Permen


Karet Yang Mengandung Xilitol .............................................................................................783
Cut Fera Novita

Pengaruh Minuman Kopi Luwak Terhadap Perubahan Warna


Resin Komposit Nanohibrid.....................................................................................................790
Viona Diansari, Diana Setya Ningsih, Teuku Alfian Arbie

Tingkat Sensitivitas Dentin Sebelum Dan Setelah Paparan Minuman Bersoda


Pada Usia Remaja Berdasarkan Metode Visual Analog Scale..............................................796
Santi Chismirina, Basri A. Gani, Mizwan Fachry Harahap

Perdarahan Gingiva Pada Masa Sebelum Menstruasi..........................................................802


Sunnati, Ridha Andayani, Nurul Samin
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

PERAWATAN KEBIASAAN BURUK MENGISAP IBU JARI (THUMB SUCKING)


DENGAN ALAT ORTO TRAINER

Dewi Elianora

Departemen Kedokteran Gigi Anak


Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah

ABSTRAK
Kebiasaan buruk (oral habit) mengisap ibu jari dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan
terjadinya maloklusi. Oral habit wajar terjadi pada usia kurang dari enam tahun, namun dapat
berlanjut pada usia lebih dari enam tahun yang dapat menyebabkan kelainan pada struktur dentofasial.
Tingkat keparahannya tergantung dengan frekuensi dan durasinya yang lama. Perawatan perlu
dilakukan, mengingat akibat yang dapat ditimbulkannya. Laporan kasus seorang anak umur 9 tahun 6
bulan mempunyai kebiasaan mengisap ibu jari (thumb sucking) sejak kecil dan kebiasaan tersebut
berlanjut sampai sekarang. Anak tersebut tidak mempunyai riwayat penyakit sistemik. Pemeriksaan
intraoral gigi anterior rahang atas terlihat proklinasi. Penanganan awal yang dilakukan pada anak
tersebut adalah dengan pemakaian alat orto trainer. Kesimpulan pemakaian alat orto trainer dalam
masa tumbuh kembang diharapkan dengan hilangnya bad habit maka deep bite yang disebabkan oleh
kebiasaan buruk akan kembali normal seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan rahang.

Kata kunci: Mengisap ibu jari (thumb sucking), orto trainer

ABSTRACT
The bad habit (oral habit) like thumb sucking in a long period of time can cause the onset of
malocclusion. Oral habit naturally occurs in the age less than six years, but can be continued on over
six years that can cause abnormalities in the structure of dentofacial. The extent of damage caused by
this habit is dependent on the duration, frequency and intensity. The treatment is needs to prevent the
consequences of the bad habit. Case report of a child aged 9 years and 6 months have had the habit of
thumb sucking since childhood and it continues until now. The child does not have a history of
systemic disease. Intraoral examination of the anterior maxillary teeth shows proclination. Initial
treatment done on the child is with the use of tool ortho trainer. Conclusion the use of tool ortho
trainer grew swell is expected with the loss of bad habit so deep bite that caused by bad habits will
return to normal in growth and development along with the jaw.

Key words: Thumb sucking, ortho trainer

745
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

PENDAHULUAN Permasalahan akan muncul ketika


Mengisap ibu jari memerlukan waktu kebiasaan buruk tersebut terus berlanjut
yang panjang dan pengobatan yang mahal hingga anak mulai memasuki usia sekolah
untuk memperbaikinya. Sementara banyak dimana kebiasaan ini terus dilakukan karena
maloklusi diyakini disebabkan oleh faktor orang tua yang kurang memperhatikan
genetik (diwariskan), beberapa dapat anaknya. Etiologi dan cara menghentikan atau
disebabkan oleh faktor lingkungan, khususnya mengoreksi kebiasaan buruk yang telah
perilaku mengisap nonnutritive. Oral habit menjadi pola perilaku si anak tersebut perlu
yang berlanjut tersebut dapat dikarenakan dilakukan sedini mungkin sehingga tidak
adanya kelainan fungsi tubuh dan gangguan terjadi penyimpangan yang lebih lanjut.
psikologis. Kebiasaan mengisap ibu jari Laporan kasus ini melaporkan pengunaan alat
merupakan kebiasaan yang menyenangkan orto trainer untuk perawatan kebiasaan
bagi anak-anak sehingga sering menimbulkan mengisap ibu jari (thumb sucking) diikuti
terjadinya maloklusi.1 Maloklusi menduduki dengan pemeriksaan lengkap pasien.
peringkat ketiga dalam masalah kesehatan gigi
masyarakat di seluruh dunia, setelah karies dan LAPORAN KASUS
penyakit periodontal.2,3 Prevalensi maloklusi Seorang anak laki-laki umur 9 tahun 6
akibat mengisap ibu jari pada usia 3–12 tahun bulan datang atas kemauan orang tuanya dan
cukup tinggi.4–6 Maloklusi yang disebabkan anak mengeluh gigi-geliginya berlubang
oleh kebiasaan buruk meningkat dari 21,5% sehingga orang tua menginginkan semua
pada usia 3–4 tahun hingga 41,9% pada usia giginya ditambal. Saat itu anak tidak mengeluh
12 tahun.7 Dilaporkan insidennya bervariasi sakit. Sebelumnya gigi belakang kanan dan
antara 39%–93%, ini membuktikan bahwa kiri bawah pernah sakit berdenyut, kemudian
mayoritas anak-anak memiliki gigi yang tidak diberi analgesik. Anak tidak pernah menderita
beraturan dan hubungan oklusal yang kurang penyakit sistemik. Dari anamnesis diketahui
ideal.7,8 anak mempunyai kebiasaan mengisap ibu jari.
Anak yang melakukan kebiasaan Keadaan gigi kedua orang tua berjejal dan ada
mengisap jari secara intermittent dengan karies. Anak menyikat gigi dua kali sehari
intensitas yang tinggi, pergerakan gigi yang pagi dan sore hari disaat mandi. Sebelumnya
terjadi tidaklah banyak, tetapi anak yang belum pernah diberikan fluor. Air minum
mengisap jari secara terus-menerus (lebih dari yang digunakan di rumah bersumber dari
6 jam) akan menyebabkan perubahan gigi sumur.
yang signifikan.9 Bukti klinis dan Pemeriksaan objektif diketahui data
eksperimental menyatakan bahwa daya selama bahwa pasien kooperatif, BB / TB: 26 cm /
4–6 jam setiap hari merupakan waktu 150 kg, pemeriksaan ekstraoral: bentuk muka
minimum yang menyebabkan pergerakan lonjong, bibir tebal dan pipi simetris, kelenjar
gigi.9 Hal ini dipengaruhi oleh frekuensi, limfe tidak teraba, pemeriksaan intraoral: pada
intensitas, dan durasi kebiasaan mengisap jari jaringan lunak tidak ditemukan adanya
yang dapat mempengaruhi jaringan keras dan kelainan, pada gingiva anterior terdapat
lunak di dalam mulut.10,11 Durasi memegang pigmentasi rasial, oklusi Angle Klas I. Indeks
peranan paling penting dalam pergerakan gigi PHP-M 2,2 dengan status kebersihan gigi dan
akibat kebiasaan mengisap jari.11 mulut baik.
Akibat yang ditimbulkan oleh kebiasaan
mengisap ibu jari dapat terjadinya anomali Pemeriksaan Penunjang
letak gigi dan hubungan rahang, dapat
mempengaruhi pertumbuhan normal dari
rahang, mengganggu pertumbuhan kranial,
fisiologi oklusi sampai interaksi sosial.12,13
Mengingat cukup tingginya insiden maloklusi
yang terjadi akibat yang ditimbulkan oleh
kebiasaan buruk akibat mengisap ibu jari
(thumb sucking), diperlukan pemahaman orang
tua dan anak akan akibat yang ditimbulkan
oleh kebiasaan jelek tersebut sehingga tidak
memperparah kondisi gigi dan mulut anaknya. a. Rontgen OPG

746
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

b. Rontgen periapikal

b. Tampak samping
Gambar 2. Model studi

c. Rontgen cephalo
Gambar 1. Foto rontgen

a. Tampak depan Gambar 3. Gambaran jari tangan

747
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

Diagnosis Gigi Geligi

V V : karies telah mengenai pulpa


Dental age (Barnett): 2 (gigi bercampur)

Gambar 5. Occlusion

Anterior Teeth:
 Deep bite: gigi III 2 1 1 2 III
2 1 1 2
a.  Overjet: 8,20 mm (sebelah mesial insisivus
sentral)
 Overbite: 5,90 mm
 Midline: RA segaris
RB tidak segaris, bergeser ke
kanan sebesar 4,1 mm

Posterior Teeth:
 Normal
 Terminal plane (m2) R (distal step) L
(distal step)
 Permanen first molar: fully erupted
b.  Angle class: Klas I R (klas I) L (klas I)
 Intraoral anomali: tidak ada

Analisis Rontgen Sefalometri


Analisis skeletal menurut Downs di Tabel 1:
 Facial angle: artinya derajat protusi/ retrusi
mandibula dalam batas normal
 Angle of convexity: negatif dihubungkan
dengan wajah prognatik, dalam batas
normal
 Bidang A-B: artinya tidak dijumpai
kesulitan dalam menentukan kedudukan
Gambar 4. Dental arch shape; a. Upper: ellips, b. insisivus yang betul karena inklinasi axial
Lower: ellips yang cukup baik dari gigi di regio insisivus

Tabel 1. Analisis skeletal menurut Downs


No. Analisis Skeletal Min Rata-rata Max Pasien Keterangan
1. Facial angle 82º 87,8º 95º 91º Normal
2. Angle of convexity -8,5º 0º +10º -2º Normal
3. Bidang A-B -9º -4,6º 0º -6º Normal
4. FMPA-FHP 17º 22º 28º 26º Normal
5. Y-Aksis 53º 54º 66º 57º Normal

748
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

Tabel 2. Analisis dental menurut Downs


No. Analisis Dental Min Rata-rata Max Pasien Keterangan
1. Inklinasi bidang oklusal +1,5º +9,3º +14º 12º Normal
2. Sudut 1 & 1 130º 135º 150º 115º < Normal
3. IMPA 81,5º +91,4º +97º 96º Normal
4. 1 terhadap bidang oklusal 93,5º 109,5º 110º 105º Normal
5. Protusi terhadap 1 -1 mm +2,7 mm 5 mm 7º > Normal

Tabel 3. Analisis Steiner


No. Parameter Normal Pasien Keterangan
1. SNA 82º 92º > Normal
2. SNB 80º 90º > Normal
3. ANB 2º 2º Normal

 FMPA-FHP: artinya perkembangan di Determinasi Lengkung Gigi:


beberapa bagian muka dalam batas normal Overjet awal: 1 : 8,20 mm.
 Y-Aksis: artinya pertumbuhan muka ke 1
arah bawah dan depan dalam batas normal
RA:
Analisis Dental menurut Downs di Tabel 2: Lengkung perimeter (mesial 6 sampai 6):
 Inklinasi bidang oklusal: artinya hubungan 88,90 mm.
anguler dari bidang oklusal dalam batas Ruang untuk erupsi gigi 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 :
normal 84,37 mm.
 Sudut 1 & 1: artinya kedudukan gigi Diskrepansi: 4,53 mm.
insisivus terhadap mandibula kurang dari
normal RB:
 IMPA: artinya inklinasi insisivus bawah Lengkung perimeter (mesial 6 sampai 6):
terhadap mandibula dalam batas normal 71,11 mm.
 1 terhadap bidang oklusal: artinya Ruang untuk erupsi 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 :
kemiringan insisivus terhadap bidang 70,28 mm.
oklusal adalah dalam batas normal Diskrepansi: 0,83 mm.
 Protrusi terhadap 1: artinya gigi insisivus
lebih dari batas normal Diagnosis
Maloklusi skeletal Klas I Angle, dengan
Analisis Steiner di Tabel 3: tipe dental protrusif dan deep bite pada gigi:
III 2 1 1 2 III
 SNA = Normal: artinya pertumbuhan
2 1 1 2
maksila ke arah anterior adalah lebih dari
normal
Rencana Perawatan
 SNB = Normal: artinya pertumbuhan
1. Dilakukan DHE.
mandibula ke arah anterior adalah lebih
2. Melakukan perawatan endo pada gigi
dari normal IV IV
 ANB: artinya hubungan basis mandibula 3. Menghilangkan bad habit yang dapat
terhadap maksila normal. SNA-SNB dilakukan dengan:
(ANB) = 2º maka hubungan mandibula a. Pendekatan secara psikologis pada anak.
terhadap maksila dalam relasi skeletal klas Instruksi untuk menghilangkan
I Angle kebiasaan buruk, pasien diberi
pengertian dan penjelasan agar
Perhitungan-Perhitungan menghilangkan kebiasaan buruknya
mengisap ibu jari.
Metode Moyers: b. Pemakaian alat orto trainer dengan
Jumlah lebar mesiodistal 2 1 1 2 RB: tidak melakukan slicing pada gigi kaninus
bisa dihitung karena 2 tidak ada. atas desidui kiri dan kanan.

749
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

Karena dalam masa tumbuh kembang  Kunjungan V


diharapkan dengan hilangnya bad habit Kontrol, saat ini orang tua dan pasien
maka deep bite yang di sebabkan oleh melaporkan bahwa sudah jarang mengisap
kebiasaan buruk akan kembali normal ibu jari lagi. Pencabutan gigi IV dan IV
seiring dengan pertumbuhan dan bawah yang sudah mobiliti.
perkembangan rahang.  Kunjungan VI
4. Aplikasi topikal dengan fluor pada seluruh Kontrol, pencabutan gigi III kiri atas dan
permukaan gigi. III kanan bawah.
5. Kontrol periodik 2 bulan sekali.  Kunjungan VII
Kontrol, kebiasaan mengisap ibu jari sudah
Penatalaksanaan Kasus berhenti. Gigi 13 mobiliti III dan dilakukan
Tahap I: pencabutan. Gigi 23 atas sudah mulai
 Kunjungan I erupsi, gigi 4 dan 4 sudah erupsi sempurna.
Dilakukan pengambilan foto rontgen OPG Tahap II:
dan periapikal. Dilakukan pencetakan RA Perawatan dilanjutkan dengan pemakaian alat
dan RB untuk model studi. Pengambilan removable.
foto jari tangan. Melakukan pendekatan
secara psikologis pada anak. Instruksi Hasil Perawatan
untuk menghilangkan kebiasaan buruk,
pasien diberi pengertian dan penjelasan
agar menghilangkan kebiasaan buruknya
mengisap ibu jari dan mengigit bibir
bawah.
 Kunjungan II
Dilakukan perawatan pulpotomi satu kali
kunjungan pada gigi IV bawah kanan
dengan formokresol + fletcher dan eugenol.
Dilakukan DHE kepada pasien anak dan
orang tuanya. Melakukan pendekatan
secara psikologis pada anak. Kepada orang
tua pasien diberikan penjelasan dan
pengertian tentang perlunya menghilangkan
kebiasaan buruk mengisap ibu jari dan
mengigit bibir bawah. Sebab keberhasilan
perawatan tergantung dari diri anak sendiri
dan motivasi serta pengawasan orang tua.
 Kunjungan III
Kontrol perawatan pulpotomi pada gigi IV
bawah kanan. Perawatan pulpotomi pada
gigi IV kiri bawah satu kali kunjungan
dengan formokresol + fletcher dan eugenol.
Pencetakan rahang atas dan rahang bawah
untuk work model. a. Sebelum perawatan
 Kunjungan IV
Kontrol, tidak ada keluhan. Dilakukan
scaling RA dan RB. Pemasangan SSC pada
gigi IV dan IV bawah. Pemasangan alat
orto trainer, pasien diinstruksikan
bagaimana cara memakainya dan
diberitahukan berapa lama pemakaiannya.
Diberitahukan kepada anak bahwa
keberhasilan perawatan ini tergantung dari
dirinya sendiri dan kontrol orang tua dalam
pemakaiannya. Di samping itu, harus
menjaga kebersihan gigi dan alat ortonya.

750
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

b. Sesudah perawatan
Gambar 6. Gambaran jari tangan

a. Sebelum perawatan
a. Sebelum perawatan

b. Sesudah perawatan
Gambar 6. Foto oklusi

751
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

dilakukan di samping untuk menghentikan


kebiasaan buruk diperlukan juga memperbaiki
proklinasi gigi. Pemakaian alat orto trainer
dalam masa tumbuh kembang diharapkan
dengan hilangnya bad habit maka deep bite
yang disebabkan oleh kebiasaan buruk akan
kembali normal seiring dengan pertumbuhan
dan perkembangan rahang. Pada kasus di atas
akibat mengisap ibu jari overjet sebelum
perawatan > 4 mm dan setelah pemakaian alat
orto trainer menjadi berkurang. Slicing
dilakukan pada gigi kaninus atas desidui kiri
b. Sesudah perawatan dan kanan.
Gambar 7. Foto model studi American Dental Association dan
American Academy of Pediatrics setuju dan
PEMBAHASAN percaya bahwa sampai usia 6 tahun, kebiasaan
Mengisap ibu jari bukanlah suatu mengisap jempol biasanya hanya sedikit atau
penyebab atau gejala dari masalah fisik atau tidak ada kerusakan gigi geligi atau struktur
psikologis. Estetika yang kurang baik dapat orofacial.1 Warren et al (2005)8 menyimpulkan
ditimbulkan karena kebiasaan buruk mengisap bahwa setelah usia 6 tahun, kebiasaan
jari sejak kecil dimana terjadi penyimpangan mengisap jempol/ jari kronis dapat mulai
fungsi dan perilaku yang dapat menyebabkan menyebabkan kerusakan dan harus ditangani.
gangguan pertumbuhan dan perkembangan Sama halnya yang terjadi pada kasus di atas
struktur gigi dan rahang. Kebiasaan mengisap dimana usia anak sudah 9 tahun 6 bulan.
ibu jari dapat menjadi masalah karena ada Gambaran klinis maloklusi yang terjadi
kemungkinan terjadinya misalignment gigi pada anak dengan kebiasaan mengisap ibu jari
permanen jika seorang anak yang berusia lima gigi anterior rahang atas terlihat protrusif,
atau enam tahun masih melakukan kebiasaan retrusi gigi insisif bawah atau sedikit
mengisap ibu jari sehingga dapat berdesakan, prognatik segmen premaksila,
menyebabkan perubahan bidang insisal gigi retrognatik mandibula, overjet besar, palatum
seri, retroklinasi pada gigi insisivus rahang tinggi, lengkung rahang atas yang menyempit
bawah dan proklinasi pada gigi insisivus (berbentuk V), serta bilateral crossbite
rahang atas sehingga meningkatkan overjet. posterior. Terdapat pula kalus pada punggung
Hal tersebut juga dapat mengubah rasio antara ibu jari atau jari lain yang diisap, seperti yang
bagian atas dan bawah ketinggian wajah terlihat pada kasus di atas.
anterior. Akibatnya posisi gigi depan jauh Pada saat seorang anak menempatkan
lebih maju dari gigi bawah. Keparahan ibu jari atau jari di antara gigi, biasanya
kelainan gigi dan rahang akibat mengisap jari diposisikan pada sudut sehingga menekan
tergantung dari durasi, frekuensi, dan lingual terhadap gigi seri bawah dan labial
intensitas kebiasaan mengisap ibu jari. terhadap gigi seri atas, dan anterior open bite
Anak yang secara aktif mengisap jari yang terkait dengan mengisap ibu jari muncul
menghasilkan daya yang cukup pada ujung dengan kombinasi gangguan pada erupsi
gigi insisivus rahang atas. Gigi insisivus atas normal gigi seri dan erupsi berlebihan gigi
terlihat lebih protrusif dan gigi insisivus posterior.14 Perpindahan ringan dari gigi seri
bawah lebih retrusif dan overjet menjadi lebih primer sering dicatat pada kebiasaan mengisap
besar. Hal ini sesuai dengan yang ibu jari di usia 3 atau 4 tahun, tetapi jika
dikemukakan Dewi (2007) maloklusi dapat mengisap berhenti pada tahap ini, bibir normal
menyebabkan bertambahnya overjet menjadi dan tekanan pipi segera mengembalikan gigi
lebih besar.13 Warreny et al (2005)8, dan ke posisi yang biasa.15 Risiko maloklusi
Onyeaso (2004)12 mengatakan mengisap ibu meningkat dengan durasi kebiasaan yang lebih
jari yang lama menunjukan procline gigi seri lama sehingga dalam beberapa kasus
atas dan gigi seri bawah retrocline yang maloklusi dihentikan segera setelah kebiasaan
menyebabkan peningkatan overjet. Pemakaian dihentikan, dalam kasus lain maloklusi tetap
alat orto trainer pada kasus kebiasaan bertahan. Jika kebiasaan itu terus berlanjut
mengisap ibu jari (thumb sucking) perlu setelah gigi seri permanen mulai erupsi,

752
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

perawatan ortodontik diperlukan untuk with oral habit. Toronto: Faculty of


mengatasi perpindahan gigi yang dihasilkan.3 Dentistry University of Toronto. Thesis
2008: 14,33,36.
KESIMPULAN 10. Gartika M. The effect of oral habits in the
Pemakaian alat orto trainer dalam masa oral cavity of children and its treatment.
tumbuh kembang diharapkan dengan Padj J Dent 2008; 20(2):124,126–127.
hilangnya bad habit maka deep bite yang 11. Indushekar GB, Gupta B, Indushekar KR.
disebabkan oleh kebiasaan buruk akan kembali Childhood thumb sucking habit: the
normal seiring dengan pertumbuhan dan burden of a preventable problem. J Dent
perkembangan rahang. Pada kasus di atas Medicine and Medical Sciences 2012;
akibat mengisap ibu jari overjet sebelum 2(1):1–4.
perawatan > 4 mm dan setelah pemakaian alat 12. Onyeaso CO. Oral habits among 7–10
orto trainer menjadi berkurang. years old school children in Ibadan,
Nigeria. East Afr Med J 2004; 81(1):16–
DAFTAR PUSTAKA 21.
1. Viggiano D, Fasano D, Monaco G, 13. Dewi O. Analisis hubungan maloklusi
Strohmenger L. Breast feeding, bottle dengan kualitas hidup pada remaja SMU
feeding, and non-nutritive sucking: kota Medan tahun 2007. Medan: Program
effects on occlusion in deciduous Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
dentition. Arch Dis Child 2004; 89:1121– Tesis 2007.
1123. 14. Winny Y, Eriska R. Gambaran oral habit
2. Cameron AC, Widmer RP. Handbook of pada anak usia 6–12 tahun di Sekolah
pediatric dentistry. 3th ed. Edinburg: Dasar Laboratorium Percontohan
Mosby Elsevier. 2008: 341–368. Universitas Pendidikan Indonesia
3. Millett D, Welbury R. Clinical problem Kampus Cibiru Bandung. Bandung:
solving in orthodontics and pediatric Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
dentistry. Edinburg: Elsevier Churchill Padjadjaran. Skripsi 2007.
Livingstone. 2005: 29,69. 15. Cozza P, Baccetti T, Franchi L, Mucedero
4. Artenio J, Paulo C, Clea A, Luiz F. M, Polimeni A. Sucking habits and facial
Malocclusion prevalence and comparison hyperdivergency as risk factor for anterior
between the Angle classification and open bite in the mixed dentition. AJO-DO
dental aesthetics index in scholars in the 2005; 128(4):517–519.
interior of Sao Paulo State, Brazil. Dental
Press J Orthod 2010; 15(4):94–102.
5. Gildasya, Riyanti E, Hidayat. Prevalence
of oral habits in homeless children under
care of Yayasan Bahtera Bandung.
Available at: Http://resources.unpad.ac.
id-content. Accessed May 10, 2011.
6. Hassan M, Hani D, Ayman N. Frequency
of malocclusion in an orthodontically
referred Jordanian population. Journal of
the Royal Medical Services 2010;
17(4):19–23.
7. Jabur SF, Nisayif DH. The effect of bad
oral habits on malocclusions and its
relation with age, gender and type of
feeding. MDJ 2007; 4(2):152–156.
8. Warren. Effects of nonnutritive sucking
habits on occlusal characteristics in the
mixed dentition. Pediatric Dentistry
2005; 27:6.
9. Suwwon YI. Longitudinal effect of habit-
breaking appliances on tongue and dento-
alveolar relations and speech in children

753
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

PENGARUH PERAWATAN AKTIVATOR PADA MALOKLUSI KLAS II


DITINJAU DARI RADIOGRAFI SEFALOMETRI LATERAL

Hilda Fitria Lubis

Departemen Ortodonsia
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Maloklusi Klas II sering dijumpai pada masyarakat dan menjadi alasan penting untuk mencari
perawatan. Maloklusi Klas II sangat efektif dirawat pada masa tumbuh kembang dengan berbagai tipe
pesawat fungsional. Salah satunya dengan aktivator, yang memiliki efek dentofasial orthopaedic.
Pengaruh perawatan aktivator secara radiografi sefalometri lateral, dijumpai adanya perubahan pada
skeletal mandibula yang signifikan daripada dental dan juga berpengaruh pada pertumbuhan kondilus
serta posisi dagu. Aktivator dapat mengoreksi anomali dalam arah sagital, transversal, dan vertikal.
Dua laporan kasus mengenai hasil perawatan dengan aktivator secara sefalometri akan dibahas.

Kata kunci: Maloklusi Klas II, aktivator, radiografi sefalometri lateral, usia tumbuh kembang

ABSTRACT
Class II malocclusion often encountered in community and is an important reason to seek for an
orthodontic treatment. The most effective period for the treatment of class II Malocclusion is during
the period of growth and development with various type of functional appliances. One of the
functional appliances with an activator, which has the effect of dentofacial orthopaedic. From the
treatment with activator, there is a significant changes of dental at mandibular skeletal and also affect
the growth of condyle and chin position via lateral cephalometric radiography. The activator can also
correct the abnormalities of sagittal, transversal, and vertical direction. Two case reports about the
treatment result using the activator via cephalometric will be discussed.

Key words: Clas II malocclusion, activator, lateral cephalometric radiography, growth period

754
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA


Perawatan ortodonti maloklusi klas II Maloklusi Klas II Secara Sefalometri
pada masa tumbuh kembang dinilai tepat oleh Kategorisasi maloklusi klas II diperoleh
karena beberapa alasan diantaranya: untuk dengan bantuan sefalometri. Dengan
mencegah trauma pada insisivus maksila, menggunakan sefalometri dikategorikan lima
disfungsi psikososial dan memperbaiki kelompok maloklusi Klas II:
prognosis hasil perawatan pada masa remaja. 1. Maloklusi Klas II tanpa ada kelainan
1,2
skeletal dalam hubungan sagital. Sudut
Beberapa pilihan perawatan pesawat ANB dapat normal oleh karena basis
fungsional diantaranya aktivator, bionator, maksila dan mandibula sama-sama
Frankel, twin block, dan lain-lain. Andresen retrognasi, kemungkinan ditandainya
menyatakan bahwa aktivator sering menjadi dengan tipping gigi insisivus maksila ke
pilihan karena hasilnya yang dramatis pada labial; gigi insisivus mandibula tipping ke
perawatan maloklusi Klas II. Aktivator adalah lingual tergantung pada kompensasi
pesawat ortodonti yang sangat efisien untuk neuromuskular di sekitar mulut yang
memperbaiki hubungan rahang serta mudah mengakibatkan overjet besar. Gigi insisivus
dilepas dari dalam mulut. Aktivator dalam mandibula yang tipping ke labial akan
perawatannya melakukan perubahan dengan memperkecil overjet namun menyebabkan
mengaitkan tiga komponen, yakni aksi otot, perbaikan ortodonti menjadi lebih sulit bila
perubahan kedudukan rahang dan gigi dalam tidak ada ruang.
mencapai oklusi. Aktivator dapat dimodifikasi 2. Maloklusi Klas II yang terjadi secara
dengan menambahkan beberapa elemen aktif fungsional, dengan retrusi mandibula yang
dan pesawat ortopedi ekstraoral.1,3,4 dipaksakan dalam oklusi habitual, tetapi
Aktivator berpengaruh pada struktur memiliki hubungan istirahat yang normal.
skeletal wajah pada masa tumbuh kembang, Jalur penutupan yang abnormal, atau
retroklinasi insisivus maksila, proklinasi dipaksakan biasanya disertai dengan
insisivus mandibula dan posisi lengkung overbite yang besar dan infraoklusi gigi
mandibula. Banyak penelitian sebelumnya segmen bukal. Basis mandibula berukuran
menyatakan bahwa aktivator dapat normal dan tidak ada defisiensi
menghambat perkembangan maksila yang pertumbuhan. Pada kasus demikian terapi
berlebihan.2,5 Opini lain menyatakan bahwa fungsional interseptif secara dini adalah
aktivator menstimulasi pertumbuhan kondilus metode pilihan.
dan berpengaruh pada glenoid fossa.2,6,7,8 3. Maloklusi Klas II dengan kesalahan pada
Aktivator secara radiologi sefalometri maksila. Basal maksila prognasi (dengan
lateral mengakibatkan perubahan pada skeletal sudut SNA yang besar), basal mandibula
dan dental. Moss (1962) menganalisis hasil ortognasi, dentoalveolar (dengan sudut S-
perawatan dengan aktivator secara sefalometri. N-Pr yang meningkat), atau dental (dengan
Pada 30 kasus maloklusi Klas II divisi 1 sudut gigi insisivus ke dataran SN yang
ditemukan 76% kasus yang memiliki meningkat, ditandai dengan tipping insisal
perbedaan pertumbuhan mandibula ke anterior insisivus ke labial). Mekanisme dan
dalam hubungannya dengan maksila, selain itu kemungkinan perawatannya tergantung
mandibula tumbuh ke anterior lebih cepat pada inklinasi aksial gigi insisivus dan tipe
daripada maksila sebesar 1 mm per tahun. prognasi maksila. Jika maksila prognasi
Aelbers dan Dermaut melaporkan mengenai disertai inklinasi gigi insisivus ke anterior
pengurangan sudut ANB yang signifikan dibutuhkan perawatan kombinasi aktivator-
sebesar 86% selama perawatan.3,4 headgear.
Berdasarkan keterangan di atas akan 4. Maloklusi Klas II dengan kesalahan pada
dibahas tentang maloklusi dan etiologi mandibula. Dijumpai retrognasi mandibula
maloklusi Klas II divisi 1, prinsip kerja dan (sudut SNB lebih kecil). Mandibula yang
mekanisme aktivator, modifikasi aktivator retrognasi dapat berukuran kecil atau
serta hasil perawatan aktivator secara normal, dan terletak di posterior pada
sefalometri. Dua laporan kasus mengenai hasil tulang wajah. Jika ukurannya normal, sudut
perawatan dengan aktivator secara sefalometri saddle (S-N-Ar) lebih besar dan lebih datar,
akan diuraikan dalam sari pustaka ini. dengan fossa kondilus dalam posisi yang
relatif ke posterior. Kemungkinan

755
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

perawatannya tergantung pada masa dan  Memberikan lingkungan yang lebih


arah pertumbuhan. Pada kasus dengan menguntungkan untuk perkembangan gigi
vektor pertumbuhan horizontal atau netral, dan pertumbuhan tulang-tulang.
perawatan aktivator konvensional  Mengoptimumkan potensial pertumbuhan.
kemungkinan akan berhasil. Dengan vektor  Mengubah vektor pertumbuhan.
pertumbuhan yang vertikal, penempatan  Memandu perkembangan gigi ke posisi
mandibula ke anterior tidak dapat terjadi yang lebih baik.
secara permanen, walaupun pada kasus-
kasus tertentu dapat digunakan aktivator
vertikal (aktivator-headgear).
5. Kombinasi dari empat pola sebelumnya
mungkin dapat terjadi, terutama kombinasi
3 dan 4. Selain itu, juga ada kemungkinan
maloklusi Klas II dengan maksila dan
mandibula retrognasi. Pada kasus demikian
perawatannya merupakan kombinasi
pesawat fungsional dan cekat, dan
keberhasilannya tergantung pada arah
pertumbuhan selama pemakaian pesawat.

Etiologi Maloklusi Klas II Gambar 1. Aktivator 4


Menurut Mills dan Foster etiologi
maloklusi Klas II adalah: Prinsip dan Mekanisme Kerja Aktivator
1. Pola dan hubungan skeletal Aktivator bekerja dengan prinsip
Pola skeletal yang sederhana pada menyalurkan, mengubah atau mengarahkan
maloklusi Klas II divisi 1 adalah individu daya-daya alami, seperti aktivitas otot dan
yang memiliki maksila besar dan jaringan sekitarnya untuk diteruskan ke
mandibula kecil menyebabkan diskrepansi rahang, kondilus, gigi dan jaringan pendukung
anteroposterior antara kedua basis-basis gigi sewaktu aktivator berada dalam mulut
giginya. atau sewaktu otot melaksanakan fungsinya,
2. Jaringan lunak seperti berbicara, menelan, dan lain-lain.1,3,4,5
Bentuk dan fungsi otot dapat menimbulkan Mekanisme perawatan aktivator pada
variasi yang lebih kompleks terutama pada maloklusi Klas II divisi 1 dalam tiga dataran
skeletal dan gigi. Pada maloklusi Klas II secara menyeluruh:1,3,5
divisi 1 dijumpai bibir inkompeten ditandai 1. Dalam arah transversal
dengan kesulitan menutup bibir sehingga Ekspansi maksila, dilakukan untuk
penutupan bibir dihasilkan dengan melebarkan lengkung maksila yang sempit.
membuat kontak antara bibir bawah dengan 2. Dalam arah sagital
lidah mengakibatkan gigi insisivus maksila  Menggerakkan gigi-gigi anterior
proklinasi dan gigi insisivus mandibula maksila ke palatal.
retroklinasi.  Menggerakkan mandibula ke anterior
3. Bentuk dan ukuran gigi dan gigi posterior maksila ke distal.
Penyimpangan dalam ukuran gigi adalah  Menggerakkan gigi-gigi posterior
penyebab paling umum dalam maloklusi mandibula bergerak ke mesial.
dentofasial. 3. Dalam arah vertikal
Gigi posterior maksila dan mandibula di-
Aktivator ekstrusi.
Pada tahun 1902 Robin pertama kali Aktivator dapat mempengaruhi
memperkenalkan bentuk umum pesawat lingkungan gaya pada gigi sehingga
monoblok, dan pada tahun 1963 Andresen menghasilkan migrasi adaptif. Aktivator
juga memperkenalkan pesawat fungsional memperoleh gaya dari mandibula,
monoblok aktivator. Aktivator mengubah menghantarkan tekanan pada gigi. 9

fungsi otot-otot wajah dan rahang dengan Aktivator tidak dipakai sebagian besar
tujuan:4 pada waktu siang hari supaya organ mastikasi
berfungsi bebas dan sepenuhnya. Transmisi

756
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

gaya dari aktivator ke gigi dapat dicapai pelat akrilik monoblok dan biasanya
melalui elemen penuntun yang keras maupun ditambahkan lengkung labial. Ada 3 tipe di
elastis.9 antaranya tipe pertama dengan dua lengkung
labial tanpa spring Coffin dan tanpa pemisahan
Modifikasi Aktivator akrilik karena tidak dilakukan ekspansi
Dalam perkembangan pemakaian (Gambar 4a).1
aktivator, para ahli telah merancang dengan
membuat modifikasi pesawat aktivator sesuai
dengan kasus yang dirawat. Modifikasi
aktivator dari Herren dengan membuat claps
ke gigi maksila untuk memperkuat kedudukan
aktivator sewaktu dipakai pasien tidur
sehingga tidak mengurangi keefektivannya
(Gambar 2).1,7
Gambar 4a. Tipe pertama aktivator Schmuth 1

Tipe kedua dengan satu lengkung labial


untuk maksila dan bentuk spring Coffin yang
hampir sama dengan pesawat Frankel (Gambar
4b).1

Gambar 2. Modifikasi aktivator dari Herren 1,7

Ada juga bow aktivator dari Schwarz,


aktivator secara horizontal dibagi dua dan
dihubungkan dengan sekrup, bagian atas dan
bawah bow aktivator dihubungkan dengan
lengkung elastis. Pesawat ini digunakan untuk
lengkung yang sempit. Namun, dari
pengalaman penggunaan pesawat ini
Gambar 4b. Tipe kedua aktivator Schmuth 1
menunjukan hasil yang diperoleh tidak sesuai
harapan karena pesawat ini mudah mengalami
Tipe ketiga dengan dua lengkung labial
penyimpangan dan lengkung tersebut mudah
ditambah spring Coffin tanpa pemisahan
patah (Gambar 3).1
akrilik. Penambahan loops atau spring Coffin
untuk retensi dalam mencegah pergerakan gigi
molar permanen ke anterior selama pergantian
gigi molar desidui atau menahan gigi posterior
setelah pencabutan (Gambar 4c).1

Gambar 3. Bow aktivator dari Schwarz 1

Aktivator juga dapat dikombinasikan


dengan pesawat cekat atau ekstraoral, seperti
yang diperlihatkan oleh aktivator Schmuth
(reduced activator atau cybernator). Pesawat
ini memiliki pelat akrilik lebih kecil daripada Gambar 4c. Tipe ketiga aktivator Schmuth 1

757
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

Selain itu, ada bentuk modifikasi Kasus 1


aktivator Karwetzky, yakni terdiri dari pelat Pasien berusia 12 tahun dan telah
aktif maksila dan mandibula yang dirawat dengan aktivator selama 3 tahun.
dihubungkan oleh sebuah lengkung U pada Perbaikan Klas II terutama dicapai dalam
regio molar pertama permanen serta pelat perubahan skeletal. Pertumbuhan mandibula
meliputi bagian lingual jaringan gingiva, gigi melebihi pertumbuhan maksila dalam arah
(Gambar 5).1 sagital sebesar 4,0 mm. Perubahan dental
berupa overjet 2,0 mm dan pergerakan gigi
insisivus maksila dan mandibula ke posterior
sebesar 3,5 mm dan 1,5 mm. Penegakan gigi
insisivus mandibula kemungkinan disebabkan
oleh reaksi kompensasi terhadap besarnya
pertumbuhan mandibula yang dijumpai. Selain
itu, perubahan dental juga meliputi perubahan
hubungan molar mencapai 1,0 mm disertai
pergerakan gigi molar maksila dan mandibula
ke anterior sebesar 1,0 mm dan 2,0 mm.

Gambar 5. Aktivator Karwetzky 1

Aktivator Van Beek memiliki dua bow


untuk dikaitkan dengan high-pull headgear
force dan bow tertanam di dalam akrilik di
bagian anterior dan lebih pendek. Titik tarikan
berada pada kaninus maksila. Digunakan pada
kasus dimensi vertikal tinggi dan menghambat
pola pertumbuhan maksila dalam arah
vertikal.7
Menurut Deguchi (1991) aktivator yang
dimodifikasi dengan high-pull facebow
diindikasi untuk pasien dengan dimensi
vertikal tinggi dan intrusi gigi insisivus
maksila. Titik tarikan headgear berada di gigi
molar. Selain itu, untuk memacu pertumbuhan
skeletal yang lebih besar dibanding aktivator
itu sendiri (Gambar 6).8

Gambar 7. Foto ekstraoral dan model studi


sebelum (kiri) dan setelah (kanan)
perawatan aktivator. Superimposisi
Tracing sefalometri pada NSL di sella.
Garis panduan OL dan OLp 12

Keterangan:
Gambar 6. Aktivator-headgear 8 NSL : Garis nasion - sella
OL : Garis oklusal
Laporan Kasus Perawatan Maloklusi Klas OLp : Garis perpendikular oklusa
II Dengan Aktivator
Dilaporkan dua kasus anak laki-laki Kasus 2
dengan maloklusi Klas II yang telah dirawat Pasien berusia 9 tahun 8 bulan dan telah
dengan aktivator dari penelitian Pancherz.12 dirawat dengan aktivator selama 3 tahun.
Perbaikan Klas II dicapai terutama perubahan
dental. Pertumbuhan mandibula melebihi

758
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

pertumbuhan maksila dalam arah sagital KESIMPULAN


sebesar 1,5 mm. Perubahan dental Perubahan skeletal dan dental dapat
menghasilkan overjet 3,5 mm dan pergerakan dicapai dengan perawatan pesawat fungsional,
gigi insisivus maksila ke posterior sebesar 3,0 yaitu aktivator. Aktivator dapat dikombinasi
mm, insisivus mandibula ke anterior sebesar dengan sekrup dan pesawat ekstraoral,
0,5 mm. Perubahan dental lainnya diantaranya tergantung kasus dan hasil perawatan yang
perubahan hubungan molar mencapai 3,0 mm diinginkan. Aktivator dapat mempengaruhi
disertai pergerakan gigi molar maksila dan pertumbuhan mandibula, yang terlihat jelas
mandibula ke anterior sejauh 1,0 mm dan 4,0 dalam perawatan maloklusi Klas II,
mm. diantaranya perubahan pada mandibula dengan
bertambahnya kecepatan endochondral
ossification di kondilus menghasilkan
pertambahan panjang mandibula. Keberhasilan
pesawat fungsional tergantung dalam hal:
masa tumbuh kembang pasien, kelainan
skeletal, dan kerja sama pasien.

SARAN
1. Operator harus mampu menciptakan
hubungan yang baik dengan pasien dan
mampu memotivasi pasien untuk dapat
bekerja sama dalam melaksanakan
perawatan sehingga dapat menghasilkan
perawatan yang sesuai dengan harapan.
2. Operator harus dapat memanfaatkan masa
tumbuh kembang pasien sehingga
maloklusi dapat berhasil dirawat.
3. Operator harus memperhatikan desain
pesawat dan dataran petunjuk sehingga
aktivator dapat efektif selama perawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Gambar 8. Foto ekstraoral dan model studi 1. Graber TM, Rakosi T, Petrovic AG.
sebelum (kiri) dan setelah (kanan) Dentofacial orthopedics with functional
perawatan aktivator. Superimposisi
appliances. St. Louis: Mosby Co. 1985:
Tracing sefalometri pada NSL di sella.
Garis panduan OL dan OLp 12 150–155,157–158,206–208,346–352.
2. Cozza P, Toffol LD, Lacopini L. An
Perawatan dengan aktivator tidak analysis of the corrective contribution in
selamanya memberikan hasil perawatan yang activator treatment. Angle Orthod 2004;
diinginkan. Hal ini dipengaruhi oleh masa 74(6):741–748.
tumbuh kembang dan pola pertumbuhan. 3. Foster TD. Buku ajar ortodonsi. Alih
Pentingnya pola pertumbuhan dalam arah yang bahasa: Yuwono L. Edisi 3. Jakarta:
baik ditekankan sebagai faktor penting untuk EGC. 1999: 70–72,253–270.
mendapatkan hasil baik. Aktivator memiliki 4. Adams CP. Desain, konstruksi dan
efek stimulasi pada pertumbuhan mandibula. kegunaan pesawat ortodonti lepas. Alih
Pesawat hanya dipakai di malam hari sehingga bahasa: Yuwono L. Jakarta: Widya
batas ambang untuk proses remodeling adaptif Medika. 1991: 116–136.
pada kondilus mungkin tidak tercapai pada 5. Oeripto A, Susanto F. Aktivator sebagai
kasus-kasus tertentu. Bila mandibula secara alat fungsional ortopedi dalam perawatan
terus menerus dipertahankan pada posisi ortodonti. Medan: Laboratorium
protrusi 24 jam sehari, seperti pada pesawat Ortodonti Fakultas Kedokteran gigi
Herbst, pertumbuhan mandibula tampaknya Universitas Sumatera Utara. 1994: 1–10.
akan meningkat.13 6. Cozza P, Toffol LD, Colagrossi S.
Dentoskeletal effects and facial profile

759
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

changes during activator therapy. Euro J


Orthop 2004; 26(3):293–301.
7. Altenburger E, Ingervall B. The initial
effect of treatment of Class II division 1
malocclusions with the van Beek
activator compared with the effects of the
Herren activator and an activator-
headgear combination. Euro J Orthop
1998; 20:389–397.
8. Turkkahraman H, Sayin MO. Effects of
activator and activator headgear
treatment: comparison with untreated
Class II subjects. Euro J Orthop 2006;
28:27–34.
9. Herren P. The activator’s mode of action.
Am J Orthod 1959; 45(7):512–527.
10. Basciftci FA, Uysal T, Buyukerkmen A,
Sari Z. The effects of activator treatment
on craniofacial structures of Class II
division 1 patients. Euro J Orthop 2003;
25:87–93.
11. Baltromejus S, Ruf S, Pancherz H.
Effective temporomandibular joint
growth and chin position changes:
Activator versus Herbst treatment. A
cephalometric roentgenogrphic study.
Euro J Orthop 2002; 24:627–637.
12. Pancherz H. A cephalometric analysis of
skeletal and dental changes contributing
to Class II correction in activator
treatment. Am J Orthod 1984; 125–134.

760
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

HUBUNGAN TINGKAT KESULITAN DENGAN KOMPLIKASI


POST ODONTEKTOMI GIGI IMPAKSI MOLAR KETIGA RAHANG BAWAH
PADA PASIEN DI INSTALASI GIGI DAN MULUT RSUDZA BANDA ACEH

Fakhrurrazi, Rachmi Fanani Hakim, Rizki Rifani

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK
Gigi molar ketiga rahang bawah sering memiliki gangguan erupsi, seperti gigi impaksi. Gigi impaksi
dapat diakibatkan adanya halangan gigi tetangga, lapisan tulang yang padat atau jaringan lunak yang
tebal. Gigi impaksi dapat mengganggu fungsi pengunyahan dan sering menyebabkan berbagai
komplikasi. Oleh karena itu, diperlukan tindakan pembedahan yang disebut odontektomi. Tindakan
odontektomi sering menyebabkan komplikasi post odontektomi berupa perdarahan, trismus, edema,
dry socket dan paraestesi. Derajat tingkat kesulitan diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya
komplikasi post odontektomi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara derajat tingkat
kesulitan odotektomi dengan komplikasi post odontektomi gigi impaksi molar ketiga rahang bawah
pada pasien di Instalasi Gigi dan Mulut RSUDZA Banda Aceh. Penelitian ini merupakan penelitian
analitik melibatkan 58 subjek pada gigi impaksi yang telah dilakukan pemeriksaan radiologis,
kemudian dilakukan tindakan odontektomi dan pemeriksaan klinis untuk menilai komplikasi post
odontektomi. Tingkat kesulitan odontektomi ringan, sedang, dan sulit ditentukan berdasarkan
hubungan posisi molar ketiga, kedalaman dan ruang yang tersedia. Berdasarkan hasil uji chi-square
tidak terdapat hubungan antara tingkat kesulitan pencabutan dengan komplikasi post odontektomi gigi
impaksi molar ketiga rahang bawah (p>0,05). Kesimpulan pada penelitian ini tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara tingkat kesulitan pencabutan dengan komplikasi post odontektomi.

Kata kunci: Tingkat kesulitan, odontektomi, komplikasi post odontektomi, gigi impaksi molar ketiga
rahang bawah

ABSTRACT
Lower third molar teeth had interference in eruption frequently like impaction. Impacted teeth is
caused by obstruction of neighboring teeth, compact bone or soft-tissue thickness. Impacted teeth can
interfere masticatory function and often cause various complications. Therefore, it will require
surgery called odontectomy. Odontectomy often causes post odontectomy complications i.e. bleeding,
trismus, edema, dry socket, and paraesthesia. The difficulty level is suspected as a cause of post
odontectomy complications. The purposed of this study was to find out the relationship between
difficulty level of tooth extraction and post odontectomy complications on lower third molar teeth
impaction in patient in Zainoel Abidin General Hospital of Banda Aceh. It was an analytical research
involved 58 subjects on impacted tooth that had radiological examinations and clinical examination to
observed post odontectomy complications. The difficulty level of mild, moderate, and difficult based
on lower third molar position, the depth and available space. Based on the result of chi-square test,
there was no link between difficulty level of tooth extraction and post odontectomy complications on
lower third molar teeth impaction (p>0.05). Conclusion in this study, there was no significant
relationship between difficulty level of tooth extraction and post odontectomy complications.

Key words: Difficulty level, odontectomy, post odontectomy complications, lower third molar teeth
impaction

761
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

PENDAHULUAN inferior, waktu dan teknik pembedahan,


Gigi impaksi merupakan gigi yang gagal pengalaman dari dokter bedah, jumlah gigi
erupsi ke dalam lengkung rahang pada kisaran yang diekstraksi, tingkat kesulitan pencabutan,
waktu yg diperkirakan. Gigi impaksi dapat dan teknik anestesi.5,7
diakibatkan oleh halangan gigi tetangga, Analisis kesulitan sebelum pencabutan
lapisan tulang yang padat, atau jaringan lunak gigi molar ketiga impaksi juga sangat
yang tebal.1 Gejala-gejala yang biasanya diperlukan untuk memperkirakan tingkat
timbul jika gigi terjadi impaksi adalah migren, kesulitan pencabutan gigi impaksi. Secara
kepala pusing, sakit saat membuka mulut dan umum, semakin dalam letak gigi impaksi dan
telinga berdengung.2 semakin banyak tulang yang menutupinya
Gigi molar rahang bawah impaksi dapat serta semakin besar penyimpangan angulasi
menggangu fungsi pengunyahan dan sering gigi impaksi dari kesejajaran terhadap sumbu
menyebabkan berbagai komplikasi. panjang molar kedua maka semakin sulit
Komplikasi yang terjadi dapat berupa resorbsi pencabutannya. Tingkat kesulitan dilihat
patologis gigi yang berdekatan, terbentuknya berdasarkan klasifikasi gigi impaksi baik
kista folikular, rasa sakit neuralgik, secara vertikal, mesioangular, horizontal, dan
perikoronitis, bahaya fraktur rahang akibat distoangular.8
lemahnya rahang dan berdesakan gigi anterior Kemampuan untuk memprediksi
akibat tekanan gigi impaksi ke anterior. Dapat kesulitan operasi pada pencabutan molar
pula terjadi periostitis, neoplasma, dan ketiga bawah sangat penting saat merancang
komplikasi lainnya. Oleh karena itu, rencana perawatan. Dalam hal ini, membantu
diperlukan tindakan pencabutan untuk untuk menilai kompetensi dokter gigi untuk
mencegah terjadinya komplikasi. Pencabutan operasi tertentu, meminimalkan komplikasi,
dianjurkan jika ditemukan akibat yang mengoptimalkan persiapan pasien, dan
merusak atau kemungkinan terjadinya membantu dalam hal pengelolaan pascaoperasi
kerusakan pada struktur sekitarnya dan jika peradangan dan nyeri.9
gigi benar-benar tidak berfungsi. Upaya Oleh karena itu, dilakukan penelitian
mengeluarkan gigi impaksi terutama pada yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
molar ketiga rahang bawah dilakukan dengan antara tingkat kesulitan dengan komplikasi
tindakan pembedahan yang disebut sebagai yang terjadi post odontektomi molar ketiga
odontektomi. Odontektomi sebaiknya rahang bawah impaksi di Rumah Sakit Umum
dilakukan pada saat pasien masih muda, yaitu Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
pada usia 25–26 tahun sebagai tindakan dimana akan dibandingkan berdasar analisis
profilaktik atau pencegahan terhadap tingkat kesulitan, yang nantinya dapat
terjadinya patologi.3,4 dijadikan bahan pertimbangan dalam
Pencabutan molar ketiga rahang bawah pencegahan terjadinya komplikasi yang lebih
secara pembedahan sering menyebabkan rasa berat dan penanganan lebih lanjut dari
sakit, trismus dan pembengkakan. Kebanyakan komplikasi yang sering terjadi post
dari operasi molar ketiga dilakukan tanpa odontektomi.
kesulitan intraoperasi atau pascaoperasi,
namun kadang-kadang umumnya dapat METODE PENELITIAN
mengakibatkan beberapa komplikasi. Jenis penelitian yang digunakan pada
Komplikasi yang paling umum setelah operasi penelitian ini adalah jenis penelitian
molar ketiga meliputi: kerusakan saraf sensori, observasional analitik, yaitu peneliti
dry socket, infeksi, perdarahan, dan nyeri. melakukan pengamatan langsung kepada
Komplikasi kurang umum meliputi: trismus responden dengan melakukan penyebaran
parah, kerusakan iatrogenik pada molar kedua kuisioner untuk dianalisis.10 Dengan
yang berdekatan, serta fraktur mandibular pendekatan cross sectional, yaitu suatu metode
iatrogenik.5,6 yang pengukuran dan pengamatannya
Faktor-faktor yang dilaporkan terkait dilakukan hanya pada suatu saat (sekali
dengan komplikasi pada pencabutan molar waktu).11
ketiga meliputi usia, riwayat medis, Penelitian ini akan dilakukan di Instalasi
kontrasepsi oral, adanya perikoronitis, keadaan Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Daerah
oral hygiene yang buruk, jenis impaksi, dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Populasi
hubungan molar ketiga pada saraf alveolaris adalah keseluruhan subjek yang diteliti.10 Dari

762
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

penelitian ini adalah pasien odontektomi gigi baik total maupun sebagian, dan adanya bau
impaksi molar ketiga rahang bawah yang mulut yang tidak normal atau malodour.15,16
berkunjung ke Instalasi Gigi dan Mulut Edema atau pembengkakan diukur
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel secara ekstraoral maupun intraoral. Secara
Abidin Banda Aceh. Sampel adalah sebagian ekstraoral edema diukur jarak antara ujung
dari keseluruhan subjek yang diteliti dan tragus dan ujung bibir pada sisi yang sama dan
dianggap mewakili seluruh populasi.12 Sampel dihitung menggunakan edema coefficient (EC)
dalam penelitian ini adalah pasien yang menggunakan formula dari Carillo et al
mendapatkan tindakan odontektomi gigi molar (1990).
ketiga rahang bawah impaksi di Instalasi Gigi Pengukuran juga dilakukan secara
dan Mulut Rumah Sakit Umum Daerah dr. intraoral, yaitu dengan melihat ada atau
Zainoel Abidin Banda Aceh. tidaknya buccal fold yang terangkat, (+/-).14
Metode pengambilan sampel yang Pengukuran trismus dinilai
dilakukan bukan secara acak (non probability menggunakan Maximum Interincisal Opening
sampling) dengan teknik accidental sampling. Distances (MID), yaitu mengukur jarak antara
Selanjutnya pada pengambilan sampel secara insisal gigi insisif RA dan gigi insisif RB.
accidental ini dilakukan dengan mengambil Menurut Osmani (2001), parameter derajat
kasus atau responden yang kebetulan ada atau trismus adalah sebagai berikut:15
tersedia.13 Dari penghitungan sampel maka
didapatkan jumlah sampel sebanyak 58 orang. Tabel 1. Parameter derajat trismus 15
Kriteria inklusi penelitian ini adalah
Derajat Jarak
Pasien yang datang ke Instalasi Gigi Rumah Keterangan
Trismus Interinsisal
Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda I 0,09 cm -
Aceh pada waktu dilakukan penelitian. Pasien II 1–1,9 cm -
yang mendapatkan tindakan odontektomi gigi III 2–3 cm -
molar ketiga rahang bawah impaksi. Untuk
Kriteria eksklusi, yaitu pasien yang mengalami Paraestesi ditentukan secara subjektif
impaksi, tetapi tidak dilakukan pemeriksaan dari pasien dengan melihat tanda-tanda dari
radiologi, pasien yang mengalami infeksi, terjadinya paraestesi berupa rasa kebas yang
abses dan perikoronitis, pasien yang menetap, panas, kesemutan bahkan rasa sakit.
mengalami trismus, pasien yang menggunakan Keluhan-keluhan tersebut dapat terjadi di
kontrasepsi oral, pasien yang sedang daerah sudut mulut, bibir bawah satu sisi,
mengalami menstruasi. dagu, mukosa bagian dalam dari bibir, dan
Peneliti mencari subjek penelitian sesuai gingival sebelah labial.17
dengan kriteria inklusi, lalu meminta Penelitian ini menggunakan subjek
kesediaan subjek untuk mengisi lembar penelitian berupa data primer yang diperoleh
informed consent, setelah mendapat dari pasien yang mengalami komplikasi post
persetujuan maka peneliti akan mengamati odontektomi gigi molar ketiga rahang bawah
subjek sesuai dengan perhitungan yang telah impaksi di Instalasi Gigi dan Mulut Rumah
ditentukan. Pemeriksaan dilakukan pada hari Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda
pertama dan hari keempat setelah dilakukan Aceh. Data yang didapat akan ditabulasi dan
tindakan odontektomi dengan mengamati kemudian dianalisis secara statistik
tanda-tanda dari komplikasi.3 menggunakan uji chi-square.
Perdarahan adalah keluarnya darah dari
pembuluh darah yang tidak dapat berhenti HASIL PENELITIAN
sendiri tanpa suatu perawatan. Pada penelitian Pengambilan data pada penelitian ini
ini pengukuran perdarahan dinilai dengan dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
melihat ada atau tidaknya perdarahan post Zainoel Abidin Banda Aceh, dimulai pada
odontektomi, (+/-).14 tanggal 3 Maret 2013 sampai dengan 3 Mei
Dry socket ditentukan dengan melihat 2013. Subjek penelitian sebanyak 58 orang
tanda-tanda atau gejala dari terjadinya dry pasien yang mendapat tindakan odontektomi.
socket, antara lain terdapat rasa sakit yang Subjek penelitian terlebih dahulu diberi
konstan 2–4 hari pascaoperasi yang tidak penjelasan mengenai prosedur penelitian,
hilang meskipun telah menggunakan subjek yang menyetujui untuk berpartisipasi
analgesik, tidak terbentuknya bekuan darah dalam penelitian ini mengisi informed consent.

763
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

Setelah mendapat persetujuan, dilakukan foto


rontgent dan tindakan odontektomi. Setelah
pasien dilakukan tindakan odontektomi maka
dilakukan pemeriksaan komplikasi berupa
perdarahan, trismus, dry socket, edema, dan
paraestesi.

Tabel 2. Distribusi tingkat kesulitan pencabutan


gigi impaksi M3 bawah di RSUDZA
Variabel Jumlah (N) Persentase (%)
Tingkat kesulitan: Gambar 1. Diagram batang tabulasi silang antara
- Ringan 2 3,4 derajat tingkat kesulitan dengan
- Sedang 54 93,1 komplikasi post odontektomi pada
- Sulit 2 3,4 subjek penelitian
Total 58 100
PEMBAHASAN
Dari Tabel 2 di atas menunjukkan Gigi impaksi merupakan gigi yang gagal
bahwa dari 58 subjek yang mengalami gigi erupsi ke dalam lengkung rahang pada kisaran
impaksi, tingkat kesulitan dengan kategori waktu yang telah diperkirakan. Gigi impaksi
sedang memiliki jumlah terbanyak, yaitu 54 dapat diakibatkan oleh halangan gigi tetangga,
orang (93,1%). lapisan tulang yang padat, atau jaringan lunak
yang tebal.1 Gigi molar rahang bawah impaksi
Tabel 3. Distribusi frekuensi komplikasi post dapat mengganggu fungsi pengunyahan dan
odontektomi pasien RSUDZA sering menyebabkan berbagai komplikasi.
Oleh karena itu, diperlukan tindakan
Variabel Jumlah (N) Persentase (%) pencabutan untuk mencegah terjadinya
Komplikasi: komplikasi. Pencabutan dianjurkan jika
- Ada 53 91,4
ditemukan akibat yang merusak atau
- Tidak ada 5 8,6
kemungkinan terjadinya kerusakan pada
Total 58 100
struktur disekitarnya dan jika gigi benar-benar
tidak berfungsi.3,4
Dari Tabel 3 di atas menunjukkan Pencabutan molar ketiga rahang bawah
bahwa secara keseluruhan, dari 58 pasien yang secara pembedahan sering menyebabkan rasa
dilakukan tindakan odontektomi yang sakit, trismus, dry socket, dan pembengkakan.6
mengalami komplikasi adalah sebanyak 53 Salah satu faktor yang dilaporkan terkait
pasien (91,4%). dengan komplikasi pada pencabutan molar
ketiga, yaitu tingkat kesulitan pencabutan.5,7
Tabel 4. Analisis hubungan antara tingkat
Tingkat kesulitan pencabutan gigi molar ketiga
kesulitan dengan komplikasi post
odontektomi
rahang bawah yang impaksi dinilai
berdasarkan kedalaman letak gigi impaksi,
Variabel Nilai p banyaknya tulang yang menutupi gigi impaksi,
Tingkat kesulitan pencabutan–komplikasi dan besarnya penyimpangan angulasi gigi
*1,000
post odontektomi impaksi dari kesejajaran terhadap sumbu
Keterangan * = Uji chi-square; p<0,05 panjang molar kedua.4 Penilaian tingkat
kesulitan ini tidak hanya penting bagi dokter
Gambar 1 memperlihatkan diagram gigi yang membutuhkannya untuk
batang tabulasi silang antara derajat tingkat memutuskan apakah pasien harus dirujuk ke
kesulitan dengan komplikasi post odontektomi dokter spesialis atau tidak, tetapi juga penting
pada subjek penelitian. Pada Gambar 1 terlihat dalam memprediksi kemungkinan terjadinya
bahwa pada derajat tingkat kesulitan ringan, komplikasi post odontektomi.18 Derajat tingkat
jumlah pasien yang mengalami komplikasi kesulitan ini dinilai oleh Pederson berdasarkan
adalah sebanyak 2 pasien (3,4%). Pada derajat klasifikasi gigi impaksi oleh Winter dan Pell-
tingkat kesulitan sedang/ sulit, jumlah pasien Gregory.19
yang mengalami komplikasi post odontektomi Penelitian ini bertujuan melihat
adalah sebanyak 51 pasien (91,1%). hubungan tingkat kesulitan dengan komplikasi

764
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

post odontektotmi gigi impaksi molar ketiga impaksi dengan terjadinya komplikasi post
rahang bawah berdasarkan derajat tingkat odontektomi.20
kesulitan yang diklasifikasikan oleh Winter Hasil dari penelitian ini juga
dan Pell-Gregory.4 Hasil penelitian diperoleh menunjukkan dari 58 pasien yang melakukan
jumlah pasien yang mengalami derajat tingkat tindakan odontetokmi, pasien yang mengalami
kesulitan sedang merupakan jumlah terbanyak, komplikasi sebanyak 53 pasien (91,4%).
yaitu 54 pasien (93,1%). Pasien yang Komplikasi post odontektomi yang paling
mengalami komplikasi post odontektomi sering terjadi adalah perdarahan pada hari
adalah sebanyak 53 pasien (91,4%). pertama dengan persentase sebesar 96,6% dan
Berdasarkan uji chi-square, pada edema 94,8% disertai trismus 100%.
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak Perdarahan ringan dari alveolar adalah normal
terdapat hubungan antara derajat tingkat apabila terjadi pada 12–24 jam pertama
kesulitan pencabutan dengan komplikasi post sesudah pencabutan atau pembedahan gigi.
odontektomi pada pasien di Rumah Sakit Penekanan oklusal dengan menggunakan kasa
Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh adalah jalan terbaik untuk mengontrolnya dan
(p>0,05). Hal ini diduga karena perbedaan dapat merangsang pembentukan bekuan darah
jumlah subjek antara pasien dengan derajat yang stabil.4 Pada hari keempat komplikasi
tingkat kesulitan sedang dan ringan serta sulit post odontektomi yang paling sering terjadi
terlalu besar. Pada hasil penelitian ini pasien adalah edema dan trismus dengan persentase
dengan derajat tingkat kesulitan sedang adalah 91,4%. Edema sebagai akibat trauma
jumlah tertinggi, yaitu 54 pasien (93,1%). Hal setempat, seperti odontektomi terjadi sebagai
ini disebabkan oleh sebagian besar pasien proses radang dengan disertai kemerahan dan
yang berkunjung ke Instalasi Gigi dan mulut rasa sakit. Pada saat terjadi cedera jaringan,
Rumah Sakit Daerah dr.Zainoel Abidin Banda ditemukan vasodilatasi yang menghasilkan
Aceh adalah pasien gigi impaksi molar ketiga peningkatan volume darah di tempat cedera.
rahang bawah dengan tingkat kesulitan Volume darah yang meningkat di jaringan
sedang, sedangkan pasien gigi impaksi molar dapat menimbulkan perdarahan. Permeabilitas
ketiga rahang bawah yang memiliki derajat vaskular yang meningkat menimbulkan
tingkat kesulitan ringan dan sulit hanya kebocoran cairan pembuluh darah yang
sebagian kecil. Hal ini juga sesuai dengan menimbulkan edema. Adanya pembengkakan
penelitian Adisti dkk (2009) yang menyebabkan terjadinya tegangan dan tekanan
mengemukakan bahwa tidak terdapat pada sel saraf sehingga menimbulkan rasa
hubungan antara derajat tingkat kesulitan nyeri.21 Trismus dapat disebabkan oleh edema
dengan komplikasi post odontektomi, pada pascabedah.3 Hal ini didukung oleh pendapat
penelitian Adisti dijelaskan tidak adanya Osmani (2001) bahwa edema di sekitar bekas
hubungan tersebut diakibatkan sebagian besar pembedahan molar ketiga akan menyebabkan
penderita yang mereka dapatkan berada pada perubahan jaringan disekitarnya dan muskulus
derajat kesulitan ringan dan sedang.3 pengunyahan mengalami kontraksi sehingga
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa akan menimbulkan trismus.22 Vriezen
posisi gigi molar ketiga rahang bawah menjelaskan hal berbeda, menurut Vreizen
terbanyak, yaitu pada posisi IA, IIA, dan IIIA. trismus tidak terjadi karena meningkatnya
Hal ini sesuai dengan penelitian Othman volume dari muskulus karena edema dan
(2009) yang menyatakan bahwa tidak terdapat infiltrate, tetapi lebih disebabkan karena reaksi
hubungan antara kedalaman letak gigi impaksi atas rasa sakit yang disebabkan oleh gerakan
dan arah gigi impaksi dengan komplikasi yang rahang.3 Trismus merupakan gangguan fungsi
terjadi setelah tindakan odontektomi (functio laesa) pada proses peradangan,
disebabkan oleh komplikasi yang paling gangguan fungsi ini disebabkan karena
banyak terjadi berada pada posisi IIA. Othman penumpukan cairan pada tempat cedera
menjelaskan bahwa hal itu dikarenakan jarak jaringan dan karena rasa nyeri yang
antara molar kedua dan ramus mandibula lebih mengurangi mobilitas pada daerah cedera.22
sedikit dari pada diameter mesiodistal gigi Gbotolorun dkk (2007) pada
molar ketiga yang menyebabkan berkurangnya penelitiannya menjelaskan bahwa sebagian
jarak elevasi.5 Rebellato dkk (2011) juga besar peneliti setuju komplikasi pascaoperasi
mengungkapkan hal yang sama bahwa mereka lebih sering dikaitkan dengan penilaian tingkat
tidak menemukan hubungan antara posisi gigi kesulitan pencabutan gigi impaksi.18 Berbeda

765
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

dengan hasil penelitian ini yang menyatakan 2. Coulthard P, Horner K, Sloan P. Master
tidak terdapat hubungan antara tingkat dentistry: oral and maxillofacial surgery,
kesulitan dengan komplikasi post radiology, pathology and oral medicine.
odontektomi, penelitian Blondeau dan Daniel England: Elsevier Science Limited
(2007) menunjukkan hasil yang berbeda Churchill Livingstone. 2003: 84–87.
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara 3. Dwipayanti A, Adriatmoko W, Rochim,
posisi gigi impaksi berdasarkan klasifikasi A. Komplikasi post odontektomi gigi
Winter dan Pell-Gregory terhadap komplikasi molar ketiga rahang bawah impaksi.
post odontektomi. Blondeau dan Daniel Jurnal PDGI 2009; 58:20–24.
menyatakan bahwa impaksi mesioangular dan 4. Pedersen GW. Buku ajar praktis bedah
distoangular dikaitkan dengan timbulnya mulut (oral surgery). Jakarta: EGC. 1996:
komplikasi yang lebih besar daripada arah gigi 47–81.
impaksi lainnya. Pada penelitiannya, Blondeau 5. Othman. Impacted mandibular third
dan Daniel juga menemukan gigi impaksi molar among patients attending Hospital
dengan klasifikasi IC, IIC, dan IIIC University Sains Malaysia. Archives of
menimbulkan lebih banyak komplikasi dari Orofacial Sciences 2009; 4:7–12.
pada klasifikasi impaksi dengan posisi A atau 6. Woldenberg Y, Gatot I, Bodner L.
B. Blondeau dan Daniel setuju posisi molar Iatrogenic mandibular fracture associated
ketiga rahang bawah mempengaruhi timbulnya with third molar removal: Can it be
komplikasi post odontektomi.23 Bui dkk prevented?. Med Oral Patol Oral Cir
(2003) juga menjelaskan bahwa meningkatnya Bucal 2007; 12:70–72e.
komplikasi post odontektomi dipengaruhi oleh 7. Bui CH, Seldin EB, Dodson TB. Types,
salah satu faktor, yaitu posisi gigi impaksi. frequencies, and risk factors for
Pada penelitiannya dijelaskan bahwa gigi complications after third molar extraction.
impaksi dengan arah vertikal lebih mungkin J Oral Maxillofac Surg 2003; 61:1379–
terkait dengan komplikasi pascaoperasi, 1389.
sedangkan gigi impaksi dengan arah horizontal 8. Balaji SM. Oral and maxillofacial
lebih cenderung mengakibatkan komplikasi surgery. Delhi: Elsevier. 2009: 230–242.
inflamasi.7 9. Torres JB, Diniz FM, Lago ML, Gude SF.
Secara umum terjadi penurunan jumlah Evaluation of the surgical difficulty in
komplikasi pada hari pertama dan keempat lower third molar extraction. Med Oral
post odontektomi seiring dengan proses Patol Oral Cir Bucal 2010; 15(6):e869–
penyembuhan. Proses penyembuhan dapat e874.
terhambat karena adanya komplikasi terutama 10. Anonymous. Metode penelitian. Available
trismus. Keterbatasan membuka mulut at: http://www.damandiri.or.id/
menyebabkan penurunan nutrisi, kesulitan file/isaunairbab4.pdf. Accessed March 1,
menelan dan kebersihan mulut yang buruk. 2012.
Nutrisi berperan terhadap proses 11. Budiarto E. Metodologi penelitian
penyembuhan.3 kedokteran. Jakarta: EGC. 2003: 58–62.
12. Sharma WCA. Role of hypebaric oxygen
KESIMPULAN therapy in dental surgery. IJASM 2003;
Berdasarkan penelitian yang telah 47(1);23–29.
dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak 13. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian
terdapat hubungan antara derajat tingkat kesehatan. Jakarta: Rineka Chipta. 2005:
kesulitan pencabutan dengan komplikasi post 138–139.
odontektomi pada pasien di Instalasi Gigi dan 14. Santoso EN. Perbedaan kecepatan
Mulut Rumah Sakit Daerah dr. Zainoel Abidin penyembuhan luka pasca odontektomi
Banda Aceh. molar ketiga rahang bawah antara pasien
dengan inklinasi gigi molar ketiga
DAFTAR PUSTAKA vertikal dan pasien dengan inklinasi gigi
1. Peterson LJ, Ellis E, Hupp JR. molar ketiga mesioangular. Available at:
Contemporary oral and maxillofacial http://www.scribd.com/doc/47164753/per
surgery. 4th ed. St. Louis: Mosby Co. bedaan-kecepatan-penyembuhan-luka-
2004: 184–212. paska-odontektomi-molar-ketiga.
Accessed December 14, 2012.

766
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

15. Fragiskos FD. Oral surgery. In: Schroder


GM, eds. Alih bahasa: Tsitsogianis H.
Berlin: Springer. 2007: 126–127.
16. Sulistyati E, Barid I, Isnaini K. Pengaruh
stresor rasa nyeri pada waktu perdarahan
tikus wistar jantan. Dental Jurnal
Kedokteran Gigi FKG-UHT 2007; 1:81.
17. Hendaya H, Kasim A. Parestesi sebagai
komplikasi pascabedah molar tiga bawah
impaksi. Jurnal Kedokteran Gigi 2004;
93–94.
18. Gbotolorun OM, Arotiba GT, Ladeinde
AL. Assessment of factors associated
with surgical difficulty in impacted
mandibular third molar extraction. J Oral
Maxillofac Surg 2007; 65:1980.
19. Susarla SM, Dodson TB. Risk factors for
third molar extraction difficulty. J Oral
Maxillofac Surg 2004; 62:1366.
20. Rebellato NLB, Thome AC, Maciel CC,
Oliveira J, Scariot R. Factors associated
with complications of removal of third
molars: A transversal study. Med Oral
Patol Oral Cir Bucal 2011; 16(3):e379.
21. Baratawidjaja KG, Rengganis I.
Imunologi dasar. 9th ed. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2010: 259–283.
22. Osmani S. Efek pemberian dexamethason
untuk mencegah terjadinya trismus
pascaodontektomi molar ketiga rahang
bawah terpendam. Dentika Dental
Journal 2001; 6:260.
23. Blondeau F, Daniel NG. Extraction of
impacted mandibular third molars:
Postoperative complications and their risk
factors. JCDA 2007; 73(4):325d.

767
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

DIRECT VENEER COMPOSITE PADA GIGI PREMOLAR SATU KIRI


RAHANG ATAS
(Laporan Kasus)

Maulidar

Staf Medis RSUD Jantho Kabupaten Aceh Besar

ABSTRAK
Veneer diindikasikan untuk keadaan gigi yang mengalami malformasi, perubahan warna, abrasi, erosi
dan restorasi yang tidak memadai atau mengalami kerusakan. Penderita seorang wanita umur 21
tahun, mengeluh gigi belakang kiri atas keropos, berwarna kehitaman, mengganggu penampilan dan
ingin ditambal. Pemeriksaan subjektif tidak ada rasa sakit pada gigi belakang kiri atas. Pemeriksaan
klinis terlihat gigi berbentuk lekukan, seperti karies, terjadi pada satu elemen gigi, dijumpai pada
permukaan vestibular dan sebagian besar email hilang. Tidak ada riwayat kelainan yang sama
dikeluarga. Pemeriksaan objektif dilakukan tes dingin kloretil positif, perkusi negatif dan jaringan
lunak disekitar gigi normal. Perawatan pilihan pada kasus ini adalah direct veneer composite. Direct
veneer composite dilakukan dengan cara membentuk sesuai bentuk anatomis gigi premolar, lapis
demi lapis dengan ketebalan yang cukup. Hasil perawatan terlihat cukup baik. Tiga bulan kemudian
dikontrol, hasil direct veneer composite tidak menimbulkan kelainan dan masih beradaptasi dengan
baik.

Kata kunci: Veneer, komposit, gigi premolar

ABSTRACT
Veneer are indicated to teeth with malformations, discolorations, abrasion, erosion and restoration of
teeth with wide caries. Patient 21 years old, female, posterior teeth with caries, stain, unesthetic and
need to restoration. Subjectif examination, teeth with caries is not feel pain and clinical examination
its showing textures on vestibular site, demineralisasi appeared and no herediter caused. Objectif
examination; thermal tes, percution and periodontal tissue tes are normal. Treatment of the case report
in this paper is direct veneer composite by contouring of premolar teeth anatomi layer by layer with
composite resin material. Treatment result is very good and three months later direct veneer
composite is still adaptation perfectly.

Key words: Veneer, composite, premolar teeth

768
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

PENDAHULUAN Pemeriksaan objektif dilakukan


Pengaruh gigi pada penampilan sudah ekskavasi untuk melihat penetrasi karies,
terlihat dalam berbagai cara sepanjang sejarah. hanya sebatas email. Tes dingin kloretil
Gigi-gigi dimodifikasi oleh perubahan bentuk positif, perkusi negatif dan jaringan lunak
atau warna dan oleh penambahan permata atau disekitar gigi normal. Diagnosis pulpitis
emas dalam upaya meningkatkan penampilan.1 reversibel, prognosisnya baik karena karies
Veneering artinya menutupi gigi yang belum terlalu jauh, kebersihan mulut baik dan
mengalami kelainan dengan sebuah pelapis kooperatif. Rencana perawatan untuk gigi 24,
agar mempunyai kualitas penampilan yang yaitu dengan cara melapisi langsung bagian
lebih baik. Veneering komposit dapat dibagi bukal dengan bahan tambal yang sewarna gigi
ke dalam dua teknik, yaitu veneer komposit (direct veneer composite).
tidak langsung (indirect veneer) dan veneer
komposit langsung (direct veneer).2 Prosedur Perawatan
Veneer diindikasikan untuk keadaan  Kunjungan pertama tanggal 14 Desember
gigi yang mengalami malformasi, perubahan 2005
warna, abrasi, erosi, dan restorasi yang tidak Setelah dilakukan anamnesis,
memadai atau mengalami kerusakan. pemeriksaan klinis, subjektif dan objektif.
Pemakaian restorasi veneer komposit langsung Kemudian dilakukan perawatan veneer
adalah untuk gigi-gigi anterior dan posterior komposit langsung. Prosedur klinis restorasi
dengan warna atau bentuk yang mengalami veneer komposit langsung pada gigi 24 secara
perubahan, restorasi yang tidak memadai atau bertahap.
ketidakteraturan merupakan perawatan yang Prosedur klinis dalam perawatan veneer
popular dilakukan.1,2 komposit langsung, yaitu pemilihan warna.
Pemilihan bahan untuk pembuatan Untuk menentukan warna gigi yang
veneer komposit langsung adalah microfill sebenarnya, tahapan pertama yang harus
composite resin karena bahan ini dapat dipoles dilakukan adalah seluruh permukaan gigi
demikian baiknya sehingga dapat menyerupai harus dibersihkan terlebih dahulu dengan baik
email yang sesungguhnya dan hasil pemolesan menggunakan rotary brush dan pumice yang
bertahan untuk jangka waktu cukup lama.2 dicampur dengan air atau bahan lain yang
Veneer komposit langsung sebaiknya tidak sejenis, tetapi yang tidak mengandung minyak
dibuat bila menghendaki hasil akhir yang agar kelak tidak menyulitkan waktu
sangat baik dan berdaya tahan cukup lama, melakukan proses etsa. Prosedur ini sangat
bila pasien memiliki kebiasaan yang dapat berguna agar dapat melihat warna gigi yang
merubah warna veneer, seperti merokok, sesungguhnya tanpa dipengaruhi warna
minum anggur merah, dan lain-lain.2 ekstrinsik dan agar pada proses bonding kelak
Pada kasus ini terdapat pewarnaan gigi didapatkan hasil yang maksimal. Warna yang
24 akibat terjadinya hipoplasia, pada kasus ini dipilih harus kesepakatan kedua belah pihak,
perlu dilakukan restorasi veneer komposit antara dokter dan pasien.2 Pada kasus ini
langsung. pemilihan warna gigi dilakukan dengan
bantuan penuntun warna (shade guide)
LAPORAN KASUS disesuaikan dengan gigi sebelahnya dan
Seorang wanita umur 21 tahun diantar didapatkan warna gigi A2 (Esthet-X, densply).
oleh mahasiswi FKG ke klinik spesialis Cara lain menentukan warna adalah
konservasi gigi RSGM Unpad. Dari anamnesis melakukan mock-up tanpa proses etsa dan
pasien mengeluh gigi belakang kiri atas bonding, tetapi dengan menggunakan lapisan-
keropos, berwarna kehitaman, mengganggu lapisan warna dari bahan yang sesungguhnya
penampilan dan ingin ditambal. Dari akan digunakan pada lapisan gigi. Warna yang
pemeriksaan subjektif tidak ada rasa sakit pada dipilih harus merupakan kesepakatan dari
gigi 24. Pemeriksaan klinis terlihat gigi kedua belah pihak, dokter dan pasien. Sering
berbentuk lekukan, seperti karies, terjadi pada sekali warna yang menurut dokter gigi alami
satu elemen gigi, dijumpai pada permukaan dan bagus, berbeda dengan kehendak pasien.
vestibular dan sebagian besar email hilang. Selain hal tersebut di atas, suatu hal yang
Tidak ada riwayat kelainan yang sama dapat menjadi catatan adalah sebaiknya kita
dikeluarga. mengenal karakter bahan yang dipergunakan.
Banyak bahan akan berubah warna dalam

769
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

waktu yang singkat dan umumnya bahan resin pemberian warna opaquers untuk menutupi
komposit mengalaminya.2 bagian dentin gigi yang sangat gelap dengan
Tahap selanjutnya adalah untuk ketebalan yang cukup. Kemudian selanjutnya
mencapai hasil yang kuat secara fisiologis dan ditutupi dengan resin komposit warna dentin
estetis perlu dilakukan preparasi. Preparasi yang baik lapis demi lapis dengan ketebalan
gigi untuk veneer komposit secara langsung yang cukup. Warna selanjutnya dipakai warna
tergantung derajat pewarnaan gigi, posisi gigi, insisal, lalu disinar dengan light curing.
ruangan atau ketidakteraturan gigi dan tinggi Pada tahap akhir dilakukan penyelesaian
garis senyum.3 Bur yang ideal adalah veneer komposit langsung menggunakan bur
veneering preparation set yang dirancang polish diamond atau extra fine grade diamond
khusus untuk preparasi veneer dan dapat pula bur. Haluskan seluruh permukaan dan
menggunakan bur berbentuk torpedo medium hilangkan batas tepi yang tampak dengan
grade yang ujungnya membulat. Penggunaan abrasive silicon. Setelah selesai pasien
bur dengan kekasaran medium grade dengan diperlihatkan hasil akhir veneer komposit
maksud agar tidak terjadi pengambilan langsung dan pasien merasa cukup puas.
jaringan gigi yang berlebihan karena kekuatan
perekatan yang utama didapat dari perekatan
resin komposit dengan email.2 Preparasi yang
dilakukan bentuk akhiran chamfer dengan
menggunakan diamond bur berbentuk fissure
yang ujungnya membulat. Preparasi pada
kasus ini dilakukan lebih dalam untuk
memberikan tempat yang cukup untuk
ketebalan komposit resin untuk menutupi
warna gigi yang gelap.3
Setelah preparasi selesai, lalu dilakukan
prosedur bonding. Pada saat ini phosphoric
Gambar 1. Keadaan awal gigi
acid dengan konsentrasi sekitar 30%
merupakan bahan etsa yang menjadi pilihan.
Lamanya bahan etsa yang diberikan pada
seluruh permukaan gigi yang akan dibonding
baik email maupun dentin selama 15 detik,
kemudian bahan etsa dicuci menggunakan
semprotan air sampai bersih selama kurang
lebih 10 detik. Kemudian dilakukan bonding,
semprot udara pelan lalu disinar dengan ligh
curing selama 10 detik, lalu diulangi sekali
lagi prosedur bonding. Selanjutnya dilakukan
prosedur pelapisan menggunakan bahan
komposit. Pada kasus ini dengan daerah gigi
bagian dentin yang keras dan gelap tidak dapat Gambar 2. Alat preparasi veneer
dibuang lagi oleh karena itu dilakukan

Gambar 3. Teknik preparasi veneer

770
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

anak atau pasien usia remaja dan menjadi


popular sebagai kosmetik tambahan pada
pasien orang dewasa.4
Veneer komposit langsung mempunyai
sejumlah keuntungan, seperti preparasi gigi
yang minimal dan tidak memerlukan kerja
laboratorium. Sebagai tambahan tekniknya
sangat fleksibel dan dokter gigi dapat
mengkontrol semua aspek dari prosedur
pekerjaan. Kerugian dari veneer komposit
langsung adalah meningkatnya waktu
pengerjaan dan keterbatasan fisik dari bahan
restorasi langsung. Keterbatasan fisik dari
Gambar 4. Lapisan komposit resin veneer komposit langsung rata-rata empat
sampai delapan tahun.4
 Kunjungan kedua tanggal 8 Maret 2006 Pada kasus gigi 24 ini karies media.
Tiga bulan setelah direct veneer Pasien merasa terganggu estetik karena pada
composite dilakukan kontrol, tidak ada saat tersenyum agak lebar, gigi 24 terlihat dan
keluhan pada gigi yang sudah dilakukan pasien merasa tidak nyaman. Untuk merawat
veneer komposit langsung. Secara klinis kasus tersebut dilakukan pelapisan seluruh
keadaan veneer komposit langsung masih permukaan gigi 24 dengan bahan sewarna
beradaptasi dengan baik. dengan gigi. Teknik yang digunakan dalam
kasus ini, yaitu restorasi resin komposit
langsung (direct veneer composite). Perawatan
dengan teknik ini memberikan hasil yang
cukup maksimal, bentuk dan warna
disesuaikan dengan keadaan gigi normal.
Komposit dapat tahan dalam kavitas
baik dengan retensi mekanis konvensional di
dalam dentin atau dengan ikatan
mikromekanis dari tag resin di dalam email,
bila email dietsa dengan asam. Kemampuan
komposit etsa asam untuk berikatan dengan
email ini sudah dimanfaatkan untuk
bermacam-macam kasus, salah satunya
memperbaiki tampilan dari gigi-gigi yang
bentuknya kurang baik atau gigi dengan
perubahan warna intrinsik.5
Jenis komposit untuk veneer komposit
langsung adalah microfill komposit resin
(contohnya: renamel microfill, dll) karena
bahan ini dapat dipoles demikian baiknya
Gambar 5. Foto sebelum (atas) dan setelah sehingga dapat menyerupai enamel yang
(bawah) perawatan sesungguhnya dan hasil pemolesan bertahan
untuk jangka waktu yang cukup lama.2
PEMBAHASAN Pada kasus ini dibuat full veneer karena
Ada dua macam teknik pelapisan gigi, kerusakannya meliputi seluruh bagian bukal
yaitu veneer tidak langsung (indirect veneer) gigi 24, veneer komposit dibuat secara
dan veneer langsung (direct veneer). Veneer langsung di dalam mulut. Pada kasus ini
tidak langsung dibuat di luar mulut dan dipakai microhybrid komposit resin (Esthet-X)
direkatkan dengan menggunakan komposit dengan hasil sebaik menggunakan microfill
resin. Veneer langsung dibuat secara langsung, komposit resin, hanya saja hasil pemolesan
biasanya terdiri dari satu atau beberapa lapisan kurang baik dibandingkan microfill, tetapi
dari komposit ligh curing. Veneer langsung ini bahan ini lebih kuat dibandingkan dengan
terutama sekali sangat berguna untuk anak- microfill komposit resin.2

771
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

Aplikasi langsung resin ke permukaan 3. Baratieri LN. Esthetics. In: Direct


email merupakan cara yang baik untuk adhesive restorasi on fractured anterior
memodifikasi morfologi gigi atau penambahan teeth. 2nd ed. Brasil: Quintessence Books.
bagian fasial dengan memperbaiki posisi gigi. 1998: 266–313.
Aplikasi ini juga dapat digunakan untuk 4. Albers HF. Tooth-colored restoratives
menutupi warna yang tidak diinginkan, principles and techniques. 9th ed. London:
walaupun kadang-kadang perlu mengasah BC Decker Inc. 2002: 237–269.
sedikit email bagian labial untuk tempat resin. 5. Eccles JD, Green RM. The conservation
Pada kasus ini untuk keberhasilan modifikasi of teeth. Dalam: Konservasi gigi. Alih
warna yang baik akan memberi hasil yang bahasa: Yuwono L. Edisi 2. Jakarta:
cukup memuaskan. Resin diaplikasikan Widya Medika. 1994: 113–114.
pertama harus berwarna opak karena daerah 6. Kidd EAM, Smith BGN, Pickard HM.
email yang keras dari gigi mempunyai warna Operative dentistry. 6th ed. New York:
gelap sehingga digunakan warna opeker untuk Oxford University Press. 1990: 152.
melapisi daerah email ini. Kemudian baru
dipergunakan warna body, servikal dan insisal.
Lapisan yang dipergunakan merupakan setipis
mungkin namun bisa menutupi warna yang
tidak diinginkan. Ketebalan email yang
diambil tidak kurang dari 0,5 mm pada daerah
servikal, oleh karenanya kehati-hatian dalam
preparasi sangat diperlukan, hindari
pengambilan yang terlalu berlebihan pada
daerah dentin.3,6

KESIMPULAN
Direct veneer composite merupakan
salah satu cara yang sangat baik dilakukan
untuk memperbaiki keadaan gigi yang
mengalami perubahan. Perubahan dapat
berupa mengalami malformasi, perubahan
warna, abrasi, erosi, dan restorasi yang tidak
memadai atau mengalami kerusakan.
Penggunaan bahan komposit resin
dengan microhybrid komposit pada kasus ini
dapat menghasilkan direct veneer composite
yang baik. Bahan ini dapat dipoles sedemikian
baiknya sehingga dapat menyerupai email
yang sesungguhnya dan hasil pemolesan
bertahan untuk jangka waktu yang cukup
lama.

SARAN
Pemahaman secara baik tentang bahan
komposit akan menghasilkan direct veneer
composite yang lebih baik pula.

DAFTAR PUSTAKA
1. Baum L. Textbook of operative dentistry.
Dalam: Ilmu konservasi gigi. Alih bahasa:
Tarigan R. Edisi 3. Jakarta: EGC. 1995:
305–314.
2. Dharma RH. Veneer. Jakarta: Dental
Lintas Mediatama. 2001: 3–16.

772
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

PERAWATAN PERIODONTAL PADA PASIEN DENGAN


PERIODONTITIS AGRESIF
(Laporan Kasus)

Dewi Saputri*, Sri Lelyati C. Masulili**


*
Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala
**
Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

ABSTRAK
Periodontitis agresif merupakan penyakit periodontitis yang laju perkembangan dan kerusakannya
terjadi sangat cepat. Penyakit ini biasanya menyerang dewasa muda yang berumur di bawah 30 tahun.
Secara klinis ditandai dengan kerusakan jaringan periodontal berupa kehilangan perlekatan pada
ligamen periodontal dan kerusakan tulang alveolar secara cepat. Pada tahap awal, tidak terjadi
inflamasi yang parah, gingiva terlihat normal dan sehat, tetapi terjadi perdarahan saat probing ketika
dilakukan pemeriksaan poket periodontal dan jumlah plak pada gigi yang terlibat biasanya sedikit.
Pemeriksaan radiograf memperlihatkan kehilangan tulang alveolar secara vertikal. Laporan kasus ini
bertujuan memperlihatkan bahwa kerusakan periodontal yang terjadi pada pasien dengan periodontitis
agresif dapat dirawat dengan perawatan yang tepat sehingga penyebab penyakit dapat dihilangkan dan
meningkatkan kualitas hidup pasien. Pasien seorang wanita berusia 24 tahun, mengalami kegoyangan
gigi anterior pada rahang atas dan rahang bawah dengan kebersihan mulut baik. Gambaran radiograf
memperlihatkan kerusakan tulang alveolar yang parah mencapai 1/3 apikal. Kasus ini dirawat dengan
bedah flap menggunakan bone graft. Kerusakan yang dirawat dengan bone graft memperlihatkan
peningkatan level tulang dan epitel penyatu dan pengurangan kedalaman poket. Kesimpulan
perawatan periodontal dapat mengurangi kerusakan periodontal yang lebih lanjut, meskipun pada
pasien yang telah mengalami kehilangan dukungan jaringan periodontal yang parah.

Kata kunci: Periodontitis agresif, perawatan periodontal, level tulang

ABSTRACT
Aggressive periodontitis is the diseases that represent a severe and rapidly progressive form of
periodontitis. This diseases usually affects young adult less than 30 years old. Clinically characterized
by destruction on periodontal tissue in the form of attachment loss on periodontal ligament and
rapidly alveolar bone destruction. In the early stage, does not show severe inflammation, gingival
looks like normal and healthy but bleeding on probing when examination of the periodontal pocket
and the amount of plaque on the affected teeth is minimal. Radiographic showing vertical loss of
alveolar bone. The aim of this case report is to show that periodontal defects that occurs in patient
with aggressive periodontitis can be treated with proper treatment, so the course of the diseases can be
elliminated and improve quality of life. A 24 years old female patient with mobility at anterior teeth
maxilla and mandibula and good oral hygiene. Radiographic showing severe alveolar bone
destruction achieve 1/3 apically. This case was treated by flap debridement surgery using bone grafts.
The defects treated with bone graft exhibited increased of the bone level, increase epithelial
attachment and decrease of probing depth. Conclusion the periodontal therapy also reduces further
progression of periodontal destruction, even in patients with severely reduced periodontal support.

Key words: Aggressive periodontitis, periodontal therapy, bone level

773
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

PENDAHULUAN pasien dengan periodontitis agresif adalah


Periodontitis agresif merupakan salah melalui tindakan nonbedah, bedah, dan
satu bentuk penyakit periodontal yang perawatan antimikroba.3
umumnya menyerang individu pada usia di
bawah 30 tahun tapi bisa juga pada usia yang LAPORAN KASUS
lebih tua. Penyakit ini dapat dibedakan dari Pada awal Maret 2011, seorang pasien
periodontitis kronis berdasarkan usia pasien, wanita berusia 24 tahun datang ke bagian
aktivitas penyakit yang cepat dimana Periodontologi Rumah Sakit Gigi dan Mulut
kerusakan tulang dan kehilangan perlekatan Universitas Indonesia dengan keluhan gigi
terjadi sangat cepat dengan jumlah plak depan rahang bawah terasa goyang. Gusi
sedikit, bakteri yang banyak ditemukan pada sering berdarah sewaktu menyikat gigi sejak 2
daerah yang terinfeksi adalah Aggregatibacter tahun yang lalu, gusi juga sering bengkak tapi
actinomycetemcomitans dan Porphyromonas kemudian hilang sendiri. Pasien mengaku
gingivalis, perubahan respon imun pada host alergi terhadap cuaca panas dan dingin, pasien
dan dihubungkan dengan riwayat keluarga.1,2 menyangkal memiliki penyakit sistemik.
Penderita periodontitis agresif biasanya tidak Pasien mengaku menyikat gigi 3x sehari,
menunjukkan gejala atau tanda-tanda dari sewaktu mandi pagi, mandi sore, dan malam
penyakit sistemik dan memberi respon yang sebelum tidur. Pasien mengaku tidak ada
kurang baik terhadap perawatan mekanis anggota keluarganya yang memiliki riwayat
konvensional.3,4 gigi lepas sendiri dari rongga mulut.
Periodontitis agresif dapat terjadi secara Pemeriksaan klinis intraoral terlihat gingiva
lokal (LAP) atau menyeluruh (GAP). LAP mengalami udem dan hiperemi, 23 malposisi,
(Localized Aggressive Periodontitis) biasanya 11 dan 21 resesi di bagian palatal, status oral
terjadi pada usia pubertas dan menyerang gigi hygiene pasien baik sesuai dengan indeks oral
molar pertama serta gigi insisivus yang hygiene (OHIS 0,7). Terjadi perdarahan saat
ditandai dengan penambahan kedalaman poket probing dengan skor PBI sebesar 1,5. Gigi
dan kehilangan tulang yang parah. Rata-rata anterior rahang bawah dan rahang atas mobiliti
kehilangan tulang 3 hingga 5 kali lebih cepat °2 dengan kedalaman poket berkisar antara 5–
daripada yang terlihat pada periodontitis 10 mm. Gigi 22, 34, 32 tidak ada titik kontak.
kronis.2 Tidak ada gigi yang mengalami karies dan
Generalized Aggressive Periodontitis tidak ada gigi yang hilang. Dari hasil rontgen
(GAP) biasanya terjadi pada usia di bawah 30 foto terlihat bahwa pada gigi 32, 31 dan 42
tahun, tapi pasien dengan usia yang lebih tua terjadi kehilangan tulang berbentuk vertikal
juga bisa terkena. Pada penderita GAP yang mencapai 1/3 apikal. Pemeriksaan
dijumpai respon antibodi yang lemah terhadap ekstraoral tidak terlihat adanya kelainan.
bakteri patogen yang ada. Secara klinis, GAP
dikarakteristikkan dengan kehilangan
perlekatan interproksimal secara menyeluruh
pada sedikitnya tiga gigi permanen selain
molar pertama dan inisisivus. Kerusakan
periodontal terjadi secara episodik, yaitu
periode kerusakan yang parah diikuti dengan
periode pasif penyakit.2
Prevalensi periodontitis agresif
dilaporkan lebih sedikit terjadi dibandingkan
periodontitis kronis, tetapi penyakit ini dapat
menyebabkan kehilangan gigi yang lebih cepat
pada individu yang terkena jika tidak
didiagnosis lebih awal dan dirawat secara
benar.5 Pasien yang didiagnosis menderita
periodontitis agresif secara dini akan memberi
hasil perawatan yang lebih baik daripada
pasien yang didiagnosis menderita
periodontitis agresif pada tahap lanjut. Gambar 1. Foto klinis intraoral memperlihatkan
Perawatan yang bisa dilakukan dalam merawat jumlah akumulasi plak sedikit

774
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

Gambar 2. Foto rontgen periapikal terlihat kehilangan tulang mencapai 1/3 apikal pada gigi 41, 31, 32

Penatalaksanaan Kasus melakukan kontrol secara berkala, tetapi pada


Perawatan yang dilakukan terdiri dari daerah graf tidak dilakukan probing paling
perawatan periodontal inisial, dimana pasien sedikit selama 3 bulan. Setelah 7 bulan
diberi edukasi dan motivasi mengenai cara dilakukan rontgen foto periapikal dan terlihat
menjaga kebersihan rongga mulut, skeling adanya penambahan tinggi tulang alveolar
supragingiva dan subgingiva dilakukan untuk mencapai 1/3 tengah akar. Kedalaman poket
mengurangi patogen periodontal yang berkurang hingga mencapai 3–4 mm dan tidak
dijumpai pada plak gigi. Pemberian antibiotika dijumpai lagi kegoyangan gigi.
sistemik (amoxicillin dan metronidazole)
selama 8 hari. Pasien dievaluasi untuk melihat
sejauh mana terjadi perbaikan setelah
perawatan inisial selesai dilakukan. Perawatan
bedah dilakukan sebulan kemudian setelah
tidak terlihat adanya pengurangan kedalaman
poket. Pada pasien ini dilakukan bedah flap
periodontal pada regio 32, 31, 41, 42 dengan
teknik insisi sulkular. Flap direfleksikan
sehingga daerah yang akan dibersihkan terlihat
dengan jelas. Jaringan granulasi dibersihkan
menggunakan kuret Gracey’s #3 dan #4 dan
dilakukan skeling serta penyerutan akar pada
permukaan akar yang terekspos sehingga
permukaan akar gigi licin, rata dan keras.
Decalcified freeze-dried bone allograft
Gambar 3. Foto klinis intraoral setelah dilakukan
(DFDBA) yang mempunyai sifat
pembedahan, terlihat adanya diastema
osteostimulasi/ osteoinduksi ditempatkan pada
daerah tulang alveolar yang mengalami
kerusakan serta distabilkan dengan
menggunakan membran GTR. Flap kemudian
ditutup dan dijahit menggunakan monosof
nonresorbable (4-0) dengan teknik interrupted
suture. Setelah pembedahan pasien
diinstruksikan untuk menjaga kebersihan
mulutnya dengan baik dan berkumur dengan
chlorhexidine 0,12% dua kali sehari selama 2 Gambar 4. Terjadi penambahan tinggi tulang
minggu. Jahitan dibuka setelah 10 hari. Pasien alveolar mencapai 1/3 tengah akar

775
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

PEMBAHASAN Tujuan utama dari tindakan bedah flap


Sebagai klinisi kita harus mengetahui adalah untuk mendapatkan akses dan
bahwa diagnosis dini terhadap suatu penyakit visibilitas pada daerah permukaan akar gigi
akan menentukan keberhasilan perawatan. sehingga instrumentasi dan debridemen mudah
Diagnosis dini akan membantu mencegah dilakukan. Flap insisi sulkular atau flap
aktifitas penyakit lebih lanjut sehingga preservasi papila merupakan teknik yang ideal
kerusakan jaringan dan kehilangan tulang untuk meminimalkan resesi pada daerah
alveolar yang lebih parah dapat dihindari. anterior. Flap preservasi papila
Periodontitis agresif memiliki hubungan yang menguntungkan bagi penggunaan bone graft
kuat dengan faktor genetik, kerentanan pasien jika ada diastema di antara gigi sehingga
terhadap bakteri patogen pada plak gigi penutupan material graft pada daerah
memegang peranan penting dalam aktivitas interdental lebih maksimal dan mencegah
penyakit.6 Keberhasilan perawatan penyusutan papila ketika masa
periodontitis agresif tergantung pada penyembuhan.10 Penggunaan bone graft
keberhasilan mengurangi patogen periodontal diindikasikan pada kerusakan tulang secara
yang terlibat, terutama Agregatibacter vertikal dan kesuksesan prosedur tergantung
actynomycetemcommitans. Kontrol plak yang dari jenis kerusakan. Kerusakan tulang tiga
optimal penting untuk dilakukan, baik oleh dinding atau intraboni merupakan kerusakan
pasien sendiri ataupun profesional. Jumlah yang ideal bagi penggunaan bone graft
plak yang minimal pada penderita sehingga tingkat keberhasilan perawatan lebih
periodontitis agresif sudah bisa menyebabkan baik jika dibandingkan dengan kerusakan
respon host yang tidak menguntungkan. tulang dua dinding dan satu dinding. Ada
Kontrol plak secara mekanis dapat beberapa jenis bone graft yang bisa
tercapai melalui edukasi dan motivasi terhadap digunakan, yaitu autograft, allograft,
pasien, jika diperlukan disclosing solution xenograft atau alloplastic. Autograft
dapat digunakan untuk memaksimalkan merupakan bone graft yang paling baik
kontrol plak. Pasien diajarkan cara penyikatan digunakan karena memberi banyak
gigi yang benar, pada kasus ini pasien keuntungan dengan reaksi jaringan yang
diajarkan menyikat gigi dengan teknik minimal.11 Pada laporan kasus ini bone graft
modifikasi Stillman. Teknik modifikasi yang digunakan adalah jenis allograft yaitu
Stillman biasanya sering digunakan pada decalcified freeze-dried bone allografts
pasien yang mengalami resesi gingiva. (DFDBA) yang memiliki kemampuan
Penggunaan teknik ini dapat menghindari menginduksi regenerasi tulang. Sifat
kerusakan yang lebih parah pada jaringan osteoinduksi yang dimiliki oleh DFDBA dapat
periodontal.7 Penggunaan pembersih memberi hasil perawatan yang lebih baik
interdental berupa dental floss dan sikat gigi daripada bahan alloplastic yang hanya
interdental diindikasikan karena ada beberapa memiliki sifat osteokonduksi, meskipun
elemen gigi pasien yang tidak memiliki titik demikian semua jenis bone graft kecuali
kontak dan diastema bertambah besar setelah autograft pada dasarnya memberi hasil klinis
tindakan bedah. Kontrol secara berkala perlu yang sama, yaitu pengisian cacat intraboni
dilakukan untuk memonitor keberhasilan sekitar 60–70%.12
pasien melakukan kontrol plak.
Pemberian antibiotik secara sistemik
mutlak diperlukan karena bakteri
Aggregatibacter actinomycetemcomitans dan
Porphyromonas gingivalis yang dijumpai pada
penderita periodontitis agresif dapat berinvasi
ke dalam jaringan sehingga terapi secara
mekanis saja tidak cukup untuk mengurangi
jumlah bakteri.8 Pemberian antibiotik
kombinasi berupa amoxicillin 250 mg 3x Gambar 5. Foto rontgen sebelum (kiri) dan setelah
sehari dan metronidazole 250 mg 2x sehari (kanan) dilakukan tindakan bedah flap
selama 8 hari sebagai perawatan tambahan
pada terapi inisial dapat meningkatkan hasil Penggunaan membran sebagai bahan
perawatan secara signifikan.9 Guided Tissue Regeneration (GTR) baik yang

776
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

resorbable atau nonresorbable dapat 4. Purucker P, Mertes H, Goodson JM,


memandu arah pertumbuhan epitel dan Bernimoulin JP. Local versus systemic
jaringan ikat sehingga terbentuk jaringan adjunctive antibiotic therapy in 28
regeneratif yang optimal.13 Penelitian patients with generalized aggressive
memperlihatkan bahwa GTR yang digunakan periodontitis. J Periodontol 2001;
bersama-sama dengan bone graft dapat 72:1241–1245.
meningkatkan level tulang dan level 5. Demmer RT, Papapanou PN.
perlekatan klinis secara signifikan serta Epidemiologic patterns of chronic and
mengurangi kedalaman poket dibandingkan aggressive periodontitis. Periodontology
prosedur bedah flap saja.14 Pada kasus ini, 2000 2010; 53(1):28–44.
perawatan bedah menggunakan bone graft dan 6. De Carvalho FM, Tinoco EMB, Govil M,
GTR memberi hasil perawatan yang baik, Marazita ML, Vieira AR. Agressive
dimana terjadi penambahan tinggi tulang periodontitis is likely influenced by a few
alveolar mencapai 1/3 tengah akar dan tidak small effect genes. Journal of Clinical
dijumpai lagi kegoyangan gigi pada daerah Periodontology 2009; 36(6):468–473.
anterior rahang bawah (Gambar 5). 7. Daliemunthe SH. Kontrol plak: Terapi
Perawatan pemeliharaan pada pasien periodontal. 2nd ed. Medan: USU Press.
periodontitis agresif akan berlangsung seumur 2006: 140.
hidup untuk mencegah rekurensi penyakit, 8. Saglie FR, Carranza FA, Newman MG,
menjaga hasil pembedahan dan juga karena Cheng L, Lewin KJ. Identification of
adanya keterlibatan faktor genetik pada tissue invading bacteria in human
penyakit ini yang mempengaruhi kerentanan periodontal disease. Journal of
individu. Bila terlihat ada daerah yang Periodontal Research 1982; 17(5):452–
memperlihatkan tanda-tanda rekurensi 455.
penyakit, seperti perdarahan saat probing yang 9. Griffiths GS, Ayob R, Guerrero.
merupakan tanda klinis awal dari inflamasi Amoxicillin and metronidazole as an
maka harus segera dilakukan perawatan. adjunctive treatment in generalized
aggressive periodontitis at initial therapy
KESIMPULAN or re-treatment: a randomized controlled
Perawatan periodontitis agresif memberi clinical trial. Journal of Clinical
tantangan yang besar bagi klinisi karena Periodontology 2011; 38(1):43–49.
adanya keterlibatan faktor genetik. Perawatan 10. Carranza FA, Takei HH. The flap
periodontal yang menyeluruh meliputi technique for pocket therapy: Clinical
tindakan mekanis, bedah, pemberian antibiotik periodontology. 10th ed. Saunders. 2006:
secara sistemik dapat meningkatkan kesehatan 948.
jaringan periodontal. Penggunaan bahan 11. Klokkevold PR. Localized bone
regenerasi dapat meningkatkan hasil augmentation and implant site
perawatan menjadi lebih baik, terutama pada development: Clinical periodontology.
pasien dengan dukungan jaringan periodontal 10th ed. Saunders. 2006: 1135.
yang kurang. Keberhasilan perawatan terutama 12. Yukna RA. Penatalaksanaan cacat
hilangnya kegoyangan gigi pada kasus ini tulang: Graft pengganti tulang, Silabus
dapat memperbaiki kualitas hidup dari pasien. periodonti. 4th ed. Jakarta: EGC. 2004:
167–171.
DAFTAR PUSTAKA 13. Karring T, Lindhe J. Concepts in
1. Lang NP, Bartold PM, Cullinan M, periodontal tissue regeneration: Clinical
Jeffcoat M, Mombelli A, et al. Consessus periodontology and implant dentistry. 5th
report: Aggressive periodontitis. Ann ed. Elsevier Mosby. 2008: 541–567.
Periodontol 1999; 4:53. 14. Reynolds MA, Aichelmann-Reidy ME,
2. Novak KF, Novak MJ. Aggressive Branch-Mays GL, Gunsolley JC. The
Periodontitis: Clinical periodontology. efficacy of bone replacement grafts in the
10th ed. Saunders. 2006: 506–511. treatment of periodontal osseous defects:
3. Klokkevold PR, Nagy RJ. Treatment of A systematic review. Ann Periodontol
aggressive and atypical forms of 2003; 8:227–265.
periodontitis: Clinical periodontology.
10th ed. Saunders. 2006: 693.

777
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

SPACE MAINTAINER TIPE CROWN AND LOOP: SUATU PERAWATAN KASUS


TANGGAL DINI GIGI SULUNG

Vera Yulina*, Amila Yumna**, Dharli Syafriza*


*
Departemen Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala
**
Dokter Gigi di Banda Aceh

ABSTRAK
Gigi sulung yang mengalami lesi karies luas dengan keterlibatan furkasi merupakan salah satu
indikasi dilakukannya ekstraksi. Jika pencabutan terjadi ketika benih gigi permanen masih terletak
jauh dan belum waktunya erupsi maka ekstraksi atau tanggal dini gigi sulung harus diikuti dengan
pemasangan suatu alat untuk menjaga ruang erupsi gigi permanen pengganti, yaitu space maintainer.
Laporan kasus ini menjelaskan pemasangan space maintainer tipe crown and loop pada kasus
tanggal dini gigi molar pertama sulung. Kesimpulan Space maintainer tipe crown and loop efektif
sebagai alat yang digunakan untuk menjaga dan mempertahankan ruang erupsi gigi permanen pada
kasus tanggal dini gigi molar pertama sulung.

Kata kunci: Crown and loop, space maintainer, tanggal dini gigi sulung

ABSTRACT
Primary teeth with a wide caries and furcation attained is indicated to be extracted. If it is removed
whilst the successor teeth is bone covered and left a long term to exfoliate, the extraction should be
followed by an appliance that maintains the space for permanent successor to erupt, it is called space
maintainer. The case report describes the using of crown and loop space maintainer with early
missing of first primary molar. Conclusion crown and loop space maintainer is an effective appliance
to keep and maintain the space for permanent teeth eruption with an early missing of first primary
molar.

Key words: Crown and loop, space maintainer, premature loss

778
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

PENDAHULUAN
Gigi sulung yang mengalami tanggal
dini merupakan hal yang sering terjadi pada
anak-anak baik akibat trauma maupun lesi
karies luas sehingga gigi tersebut tidak dapat
dipertahankan lagi. Kondisi seperti ini dapat
mengakibatkan penyempitan atau hilangnya
ruang untuk erupsi gigi permanen
penggantinya yang akhirnya dapat
menyebabkan maloklusi. Penanganan yang
paling aman untuk mencegah komplikasi
tersebut adalah dengan menggunakan suatu
space maintainer yang berfungsi untuk
menjaga ruang erupsi gigi permanen
penggantinya.1–3
Space maintainer adalah suatu alat yang
digunakan untuk menjaga dan
mempertahankan ruang untuk erupsi gigi
permanent pengganti pada kasus kehilangan
dini gigi sulung.2 Indikasi penggunaan suatu
space maintainer adalah ketika gigi molar
pertama atau kedua sulung tanggal sebelum
erupsi gigi permanen penggantinya. Selain itu,
juga untuk mempertahankan leeway space
ketika terdapat semua gigi geligi sulung Gambar 1. Lesi karies luas pada gigi 84
posterior, tetapi dengan kondisi maloklusi
ringan.3,4
Terdapat banyak tipe space maintainer
yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi
anak, salah satunya adalah crown and loop.
Crown and loop adalah space maintainer
semifixed unilateral yang digunakan pada area
edentulous untuk mencegah bergesernya gigi
tetangga. Alat ini digunakan pada gigi sulung
ketika terdapat gigi molar kedua sulung yang
digunakan sebagai abutment untuk
mempertahankan ruang agar gigi premolar
pertama dapat erupsi. Setelah dilakukan
pemasangan crown pada gigi molar kedua
sulung, selanjutnya suatu kawat berukuran 0,3 Gambar 2. Cetakan awal rahang bawah
atau 0,36 inci dipatri pada crown tersebut.2,3,5

LAPORAN KASUS
Seorang anak perempuan berusia 10
tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Unsyiah dengan kondisi lesi karies luas
mencapai furkasi pada gigi molar pertama
sulung rahang bawah kanan atau pada gigi 84
(Gambar 1).
Setelah dilakukan pemeriksaan dan
riwayat keluhan utama secara lengkap.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan intraoral
dan pemeriksaan radiografi dengan foto
periapikal maka diputuskan untuk melakukan
pencabutan pada gigi 84 yang tidak dapat Gambar 3. Anestesi sebelum preparasi

779
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

dipertahankan lagi dan dibuatkan suatu space speed flame diamond bur (Gambar 6).
maintainer tipe crown and loop untuk menjaga Pengurangan bagian oklusal mengikuti bentuk
ruang bagi gigi pengganti yang akan erupsi. anatomis cusp hingga kira-kira 1 mm bebas
Sebelum dilakukan ekstraksi, terlebih dahulu dari gigi antagonis (Gambar 7).
dilakukan pencetakan awal rahang bawah
(Gambar 2). Selanjutnya dilakukan anestesi
lokal untuk persiapan preparasi gigi 85 yang
digunakan sebagai abutment (Gambar 3).
Preparasi gigi 85 dilakukan dengan
mengurangi permukaan proksimal bagian
mesial dan distal menggunakan high speed
diamond bur #69 L (Gambar 4). Tahap ini
harus dilakukan secara hati-hati agar tidak
merusak gigi tetangga saat melakukan
pembuangan permukaan proksimal gigi.
Pengurangan bagian proksimal ini meluas
hingga di bawah tepi gingiva ± 0,5 mm.
Kontak dengan gigi tetangga harus dipastikan
bebas dengan menggunakan sonde half moon. Gambar 6. Pengurangan bagian oklusal
Tepi proksimal bagian servikal atau dekat
margin gingiva harus bebas dan halus tanpa
adanya ledge atau shoulder (Gambar 5).

Gambar 7. Permukaan oklusal bebas ± 1 mm

High speed diamond bur #69 L juga


Gambar 4. Pengurangan permukaan proksimal dapat digunakan untuk menghaluskan sudut-
sudut yang tajam pada preparasi akhir.
Pengurangan permukaan bukal dan lingual
biasanya tidak diperlukan karena bagian ini

Gambar 5. Area servikal halus dan bebas

Setelah pengurangan permukaan Gambar 8. Crown dengan ukuran paling kecil


proksimal selesai, lalu dilakukan pembuangan yang dapat menutupi secara sempurna
permukaan oklusal dengan menggunakan high gigi yang telah dipreparasi

780
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

diperlukan untuk memperoleh undercut yang dikirim ke laboratorium dental untuk


berguna sebagai retensi crown. Namun, dilakukan pembuatan loop (Gambar 11).
terkadang pengurangan permukaan ini
dibutuhkan khususnya pada molar pertama
sulung. Setelah semua preparasi berhasil
dilakukan dan semua sudut yang tajam telah
dibulatkan, tahap selanjutnya adalah pemilihan
crown dengan ukuran paling kecil yang dapat
menutupi dengan sempurna gigi yang telah
dipreparasi (Gambar 8).
Sebelum dilakukan sementasi, terlebih
dahulu dilakukan pencetakan akhir dengan
posisi crown berada di dalam rongga mulut.
Selanjutnya crown ikut terlepas saat cetakan
diangkat dari dalam rongga mulut, dan posisi
crown berada dalam cetakan (Gambar 9) serta
dilakukan pengecoran model cetakan tersebut
(Gambar 10). Dilakukan penutupan sementara
pada gigi yang telah dipreparasi dan pasien
dijadwalkan kembali untuk pencabutan elemen
84.

Gambar 11. Pemotongan pada bagian servikal


stone die elemen 84 sebelum dikirim
ke laboratoruim

Setelah diperoleh space maintainer


dengan loop yang dipatrikan pada crown oleh
Gambar 9. Cetakan akhir teknisi laboratorium (Gambar 12). Tahap
selanjutnya adalah menjadwalkan pasien untuk
dilakukan ekstraksi elemen 84 sehari sebelum
dilakukan uji coba dan sementasi crown and
loop (Gambar 13).

Gambar 10. Hasil pengecoran cetakan akhir

Tahap selanjutnya adalah dilakukan


pemotongan model stone die gigi 84 yang
akan diekstraksi pada bagian servikal sebelum Gambar 12. Space maintainer crown and loop

781
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

gigi abutment. Hal ini dapat mencegah loop


meluncur di bawah tinggi proksimal kontur
gigi, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan
tertanamnya wire kedalam jaringan gingiva
beberapa minggu atau beberapa bulan setelah
pemasangan.2,5
Setelah dilakukan pemasangan space
maintainer maka pasien harus diinstruksikan
untuk menjaga kebersihan rongga mulut
dengan baik dan benar, menyikat gigi paling
kurang dua kali sehari. crown and loop
ditempatkan dengan semen dental khusus,
namun perlu diinstruksikan pasien jika alat
terlepas, ia harus segera mungkin kembali
Gambar 13. Sementasi crown and loop untuk dilakukan pemasangan kembali oleh
dokter gigi. Pasien juga perlu diinstruksikan
PEMBAHASAN untuk menghindari makanan-makanan yang
Tanggalnya gigi sulung sebelum bersifat lengket dan keras. Orang tua pasien
terjadinya eksfoliasi fisiologis normal dapat harus diinformasikan bahwa space maintainer
menyebabkan hilangnya hubungan oklusal harus diperiksa secara periodik untuk
vertikal dan horizontal pada gigi geligi sulung stabilitasnya dan erupsi gigi permanent
dan permanen. Hal ini pada akhirnya dapat pengganti.3
menyebabkan maloklusi gigi. Untuk alasan ini
maka perlu dilakukan penjagaan ruang akibat KESIMPULAN
tanggal dini gigi sulung.5 Space maintainer tipe crown and loop
Dibutuhkan pengetahuan tentang proses efektif sebagai alat yang digunakan untuk
perkembangan gigi geligi untuk melakukan menjaga dan mempertahankan ruang erupsi
fabrikasi dan penggunaan space maintainer. gigi permanen pada kasus tanggal dini gigi
Terdapat faktor-faktor penting yang perlu molar pertama sulung.
dipertimbangkan ketika diputuskan
menggunakan suatu space maintainer.6 Faktor DAFTAR PUSTAKA
pertama adalah waktu tanggal atau hilangnya 1. Yeluri R, Munshi AK. Fiber reinforced
gigi sulung, space maintainer harus digunakan composit loop space maintainer: an
sesegera mungkin setelah ekstraksi. Kedua, alternative to the conventional band and
usia kronologis gigi pasien. Ketiga, ketebalan loop. Contemporary Clinical Dentistry
tulang yang menutupi gigi permanen 2012; 3:26–28.
pengganti. Dan faktor terakhir adalah urutan 2. McDonald RE, Avery DE. Dentistry for
erupsi gigi.2 the child and adolescent. 7th ed. St. Louis:
Band atau crown and loop merupakan Mosby. 2000: 686–689.
tipe space maintainer yang paling sering 3. Indian Health Service. Dental specialities
digunakan pada kasus tanggal dini gigi sulung reference guide. Pediatric Dentistry 2003;
unilateral.6 Pada laporan kasus yang kami 4:41–47.
presentasikan di sini, digunakan space 4. Gallao S. Space management during
maintainer tipe crown and loop pada kasus dentition development: A case report. J
tanggal dini elemen 84 dengan abutment pada Health Sci Inst 2010; 28(1):87–8.
elemen 85. 5. Yilmaz Y, Kocogullari ME, Belduz N.
Crown and loop mudah dalam hal Fixed space maintainer combine with
fabrikasi dan membutuhkan waktu pengerjaan open-face stainless steel crown. The
yang singkat di praktik dental. Tipe space Journal of Contemporary Dental Practice
maintainer ini dapat digunakan pada kasus 2006; 7(2):1–9.
gigi abutment dengan lesi karies luas dan 6. Verma KG, Verma P. Estetic in space
membutuhkan terapi pulpa vital dengan management - Demand of new era. IJDA
penutupan penuh mahkota gigi. Crown and 2011; 3(2):549–551.
loop membutuhkan suatu proyeksi vertikal
dimana fabrikasi loop harus berkontak dengan

782
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

PERAWATAN KESEHATAN GIGI DENGAN PENGUNYAHAN


PERMEN KARET YANG MENGANDUNG XILITOL

Cut Fera Novita

Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat dan Pencegahan


Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK
Karies gigi adalah penyakit dengan prevalensi terbesar di seluruh dunia dan disebabkan oleh interaksi
kompleks dari kerentanan gigi, nutrisi dan bakteri rongga mulut. Dilain sisi, perawatan penyakit gigi
dan mulut memerlukan biaya yang tidak sedikit, bahkan ia merupakan jenis perawatan penyakit ke-4
yang termahal di negara-negara berkembang. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi masalah ini kita
perlu menitikberatkan perhatian kearah pencegahan karies gigi. Beberapa negara dengan status low-
income telah memperkenalkan program pencegahan dengan program pengunyahan permen karet
bebas gula di sekolah-sekolah. Permen karet yang diperkenalkan pada anak-anak termasuk sorbitol
dan xilitol. Evaluasi awal dari program kesehatan ini telah memberikan hasil yang memuaskan di
Belize, namun kurang baik di Madagaskar. Efektifitas xilitol dalam hal reduksi karies gigi yang
berbeda di beberapa negara mungkin saja terjadi karena adanya perbedaan profil epidemiologis dan
keadaan sosial budaya yang berbeda pula. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanis ini
bersifat nonkariogenik dan bahkan dianggap sebagai bahan antikariogenik. Penggunaan permen karet
yang mengandung xilitol telah dievaluasi dalam berbagai penelitian longitudinal, dan hasilnya
menunjukkan bahwa pengunyahan permen karet yang mengandung xilitol dapat memberikan efek
inhibitor jangka panjang terhadap karies bila digunakan dengan dosis, durasi, frekuensi, dan waktu
yang tepat.

Kata kunci: Karies gigi, xilitol, program pengunyahan permen karet bebas gula

ABSTRACT
Dental caries is an illness which the biggest prevalence in the world and caused by a complex
interaction between tooth risk, nutrition and mouth bacteria. Beside, dental and oral treatment is not a
low cost treatment, it is a fourth of the most expensive treatment in the world. Therefore we need to
solve this problem and focus on a preventive method. Low-income countries used a preventive
program which using sugar-free chewing gum at schools. These include of sorbitol and xilitol
chewing gum. First evaluation of a health program in Belize showed a satisfied result, but not in
Madagaskar. The effectivity of xylitol in reducing dental caries might be different at several
countries, perhaps it caused by differences of epidemiologyc profile and culture. The results of
xylitol’s studies showed that xylitol is one of noncariogenic sweetener even it can be as an
anticariogenic substance. Longitudinal studies which using xylitol has been evaluated, and the results
showed that xylitol chewing gum program cause a long term inhibitor effect on caries prevention,
when it used in a right time, dosis, duration, and frequency.

Key words: Dental caries, xylitol, sugar-free chewing gum program

783
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

PENDAHULUAN dapat meningkatkan risiko karies karena


Karies gigi diderita oleh hampir semua adanya kontak karbohidrat (gula) yang lebih
orang di seluruh dunia. Di beberapa negara, lama dan dapat digunakan oleh bakteri untuk
karies gigi anak merupakan salah satu menghasilkan asam dan merusak gigi.1,2,8,9
penyakit kronis yang mempunyai prevalensi Oleh karena itu, perlu adanya suatu intervensi
tertinggi. Penyakit ini merupakan penyakit guna menghilangkan salah satu faktor risiko
yang melibatkan berbagai faktor, yaitu faktor- yang dapat menghambat terjadinya karies,
faktor yang berhubungan langsung dengan salah satunya adalah dengan menurunkan
inisiasi karies gigi yang disebut dengan faktor jumlah mikroorganisme kariogenik atau
risiko dan faktor-faktor yang tidak mempunyai mencari alternatif produk pengganti pemanis
hubungan langsung dengan inisiasi karies gigi sukrosa.
yang disebut dengan indikator risiko karies.
Faktor risiko karies adalah plak, pola makan, Faktor Risiko Karies
faktor host, sedangkan indikator risiko karies Di antara sekian banyak faktor-faktor
adalah faktor sosial, perilaku, budaya, risiko yang dapat menyebabkan karies, ada
kepedulian terhadap kesehatan gigi, ilmu plak, saliva dan sukrosa yang berperan penting
pengetahuan, dan lain-lain. Dilain sisi, dalam inisiasi karies. Plak gigi bersifat
perawatan penyakit gigi dan mulut kariogenik karena ada bakteri yang
memerlukan biaya yang tidak sedikit, bahkan berkolonisasi di dalamnya, namun tidak semua
ia merupakan jenis perawatan penyakit ke-4 jenis bakteri mampu memetabolisme
yang termahal di negara-negara berkembang. karbohidrat menjadi asam. Jenis dan
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi masalah kemampuan bakteri kariogenik dalam
ini kita perlu menitikberatkan perhatian ke menghasilkan asam lebih memegang peranan
arah pencegahan karies.1–5 penting terhadap inisiasi karies dibandingkan
Beberapa negara dengan status low- dengan banyaknya plak yang ada. Beberapa
income telah memperkenalkan program bakteri, seperti S. mutans sangat berperan
pencegahan dengan penggunaan permen karet terhadap terjadinya karies gigi karena
bebas gula. Permen karet yang diperkenalkan kemampuannya dalam memproduksi sejumlah
pada anak-anak termasuk sorbitol dan xilitol. besar asam. Selain itu, bakteri ini juga mampu
Evaluasi awal dari program kesehatan ini telah mensintesis polisakarida ekstraseluler yang
memberikan hasil yang memuaskan di Belize,6 dapat meningkatkan adhesi plak pada
namun kurang baik di Madagaskar. Menurut permukaan gigi.8,9
Peng et al (2004), efektifitas xilitol dalam hal Saliva memegang peranan penting
reduksi karies yang berbeda di beberapa dalam hal perlindungan gigi terhadap karies.
negara mungkin saja terjadi karena adanya Saliva terlibat dalam proses remineralisasi gigi
perbedaan profil epidemiologis dan keadaan karena konsentrasi kalsium dan fosfat di dalam
sosial budaya yang berbeda pula.7 saliva dapat menghambat proses
demineralisasi pada permukaan luar gigi.
TINJAUAN PUSTAKA Adanya enzim dan kapasitas buffer saliva
Karies Gigi dapat menetralisir asam dan membantu proses
Karies gigi adalah penyakit infeksi gigi remineralisasi. Beberapa jenis makanan,
yang terjadi karena adanya ketidakseimbangan seperti permen karet dapat menstimulasi
interaksi antara faktor patologis yang sekresi saliva dan menambah kapasitas buffer
menyebabkan demineralisasi dengan faktor saliva karena konsentrasi bikarbonat yang
protektif yang menyebabkan remineralisasi. lebih tinggi.2,8
Yang termasuk ke dalam faktor-faktor Sukrosa merupakan faktor diet utama
patologis adalah mikroorganisme kariogenik penyebab karies gigi. Peningkatan jumlah dan
dan karbohidrat yang dapat difermentasikan, frekuensi pengkonsumsian sukrosa selalu
sedangkan yang termasuk kedalam faktor- dihubungkan dengan peningkatan insiden
faktor protektif adalah saliva, fluoride serta karies. Makanan yang kaya akan gula dan
faktor-faktor protektif alami lainnya. Dalam bertekstur lunak dianggap berperan dalam
jangka waktu tertentu, faktor-faktor tersebut peningkatan insiden karies (Kandelman,
akan menyebabkan inisiasi karies yang akan 1997). Pembatasan persediaan gula selama
terus berkembang bila tanpa perawatan. perang dunia ke-2 dan penggantian gula
Konsumsi makanan yang mengandung gula

784
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

dengan xilitol telah menunjukkan adanya xilitol sangat membantu dalam mengurangi
reduksi insiden karies yang berarti.8 plak dan karies gigi.8 Meskipun demikian,
penggunaan permen karet yang mengandung
Indikator Risiko Karies xilitol tetap tidak bisa menggantikan peranan
Yang termasuk ke dalam indikator sikat gigi sebagai metode utama dalam usaha
risiko karies adalah perilaku anak dan orang pembersihan gigi.
tua, kesadaran akan pentingnya kesehatan gigi, Karena efek xilitol terhadap biologi oral
ilmu pengetahuan, dan lain-lain. Jika faktor sangat baik maka xilitol dapat digunakan
risiko berperan langsung dalam inisiasi karies sebagai usaha pencegahan karies gigi.
gigi maka indikator risiko karies mempunyai Kebiasaan mengunyah permen karet yang
hubungan secara tidak langsung terhadap mengandung xilitol secara rutin dalam jangka
inisiasi karies gigi. Meskipun begitu, indikator waktu lama dapat memberikan efek reduksi
risiko karies merupakan unsur yang sangat karies sampai beberapa tahun kedepan
penting dan menentukan keberhasilan suatu meskipun kebiasaan tersebut sudah dihentikan.
program pencegahan karies gigi anak. Namun, Efek protektif yang maksimal akan dicapai
justru faktor ini cukup sulit untuk diintervensi, bila kebiasaan mengunyah permen karet yang
tidak seperti faktor risiko yang bisa diatasi mengandung xilitol ini dilakukan paling tidak
secara langsung dengan menghilangkan salah 1 tahun sebelum gigi permanen erupsi.10,13
satu faktor etiologinya.2,4 Penelitian yang dilakukan oleh Hujoel et
al (1999) menunjukkan hasil bahwa pada
Xilitol anak-anak yang telah melakukan pengunyahan
Xilitol yang juga sering disebut dengan permen karet yang mengandung xilitol selama
”gula birch” termasuk dalam golongan gula 2 tahun, mereka tetap bebas karies sampai 5
alkohol yang mempunyai 5 rantai karbon dan tahun setelah program pengunyahan
10,14
sering digunakan sebagai pemanis. Banyak dihentikan.
bakteri yang tidak dapat menggunakan xilitol
sebagai sumber energi, selain itu xilitol juga Program Pengunyahan Permen Karet
dianggap berbahaya bagi beberapa jenis Xilitol
bakteri. Beberapa penelitian telah Berikut ini adalah beberapa penelitian
menyebutkan bahwa xilitol dapat menurunkan mengenai program pengunyahan permen karet
pertumbuhan S. mutans.8,11,12 yang mengandung xilitol berbasis sekolah
Selama 20 tahun terakhir telah yang dilakukan di beberapa negara. Penelitian-
dilakukan begitu banyak penelitian klinis penelitian tersebut telah menunjukkan hasil
mengenai xilitol baik terhadap hewan maupun yang memuaskan dalam hal reduksi karies.
pada manusia. Hasil-hasil penelitian Makinen et al (1995) telah melakukan
menunjukkan bahwa pemanis ini bersifat sebuah penelitian double-blind cohort selama
nonkariogenik dan bahkan dianggap sebagai 40 bulan untuk mengetahui efek pengunyahan
bahan antikariogenik. Penggunaan permen permen karet yang mengandung xilitol
karet yang mengandung xilitol telah dievaluasi terhadap karies pada 1277 orang anak Belize,
dalam berbagai penelitian longitudinal, dan Amerika Tengah dari tahun 1989–1993.
hasilnya menunjukkan bahwa efek inhibitor Sebanyak 416 orang anak di droup out dari
terhadap karies disebabkan oleh: penelitian karena tidak dapat mengikuti
 Peran xilitol dalam proses remineralisasi penelitian sampai akhir masa studi. Subjek
 Kemampuan xilitol dalam mengurangi dibagi kedalam 9 kelompok, yaitu satu
jumlah plak kelompok kontrol (tidak mengunyah permen
 Kemampuan xilitol dalam mengurangi karet), empat kelompok xilitol (diberikan
jumlah koloni S. mutans permen karet yang mengandung xilitol dengan
 Pengaruh xilitol terhadap pH plak dan dosis antara 4,3 sampai 9,0 gr/hari), dua
kapasitas buffer saliva kelompok xilitol-sorbitol (diberikan permen
Bila seseorang dihadapkan pada kondisi karet poliol antara 8,0 sampai 9,7 gr/hari), dan
yang tidak memungkinkan untuk menyikat satu kelompok sukrosa (diberikan gula 9,0
gigi atau menggunakan benang gigi setelah gr/hari). Penelitian ini diawasi oleh empat
makan makanan yang mengandung orang dokter gigi yang telah dikalibrasi.
karbohidrat yang dapat difermentasikan maka Pemeriksa memeriksa dan mencatat status
pengunyahan permen karet yang mengandung karies gigi pada seluruh subjek yang nantinya

785
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

akan dievaluasi, apakah terjadi perkembangan berpendapat sebaliknya. Data yang diperoleh
karies dan terbentuk lesi karies baru. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa
penelitian menunjukkan bahwa bila penerimaan anak-anak terhadap program
dibandingkan dengan kelompok kontrol, pengunyahan permen karet yang mengandung
dijumpai peningkatan karies marginal pada xilitol seperti ini sangat baik (sebesar 94% dan
kelompok sukrosa (risiko relatif 1,20; c.i 95%, 86%).13
0,96 sampai 1,49; p = 0,1128). Kelompok Peng et al (2004) telah melakukan
sorbitol dapat menurunkan laju karies (risiko penelitian selama 2 tahun terhadap 1143 orang
relatif 0,74; c.i 95%, 0,6 sampai 0,92; p = anak sekolah usia 6–7 tahun pada 9 sekolah
0,0074). Kelompok yang paling efektif dalam dasar tingkat pertama di Cina. Seluruh subjek
menurunkan laju karies adalah empat dibagi dalam 3 kelompok, yaitu kelompok
kelompok xilitol dan yang paling efektif yang mendapatkan Oral Health Education
adalah dengan pengunyahan permen karet (OHE) (Kelompok E), kelompok OHE yang
yang mengandung xilitol 100% (risiko relatif mengunyah permen karet bebas gula
0,27; c.i 95%, 0,20 sampai 0,36; p = 0,0001). (mengandung 55,5% sorbitol, 4,3% xilitol, dan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut terbukti 2,3% carbamide dengan berat permen masing-
bahwa permen karet yang mengandung xilitol masing sebesar 0,8 gr) (Kelompok G), dan
lebih unggul dibandingkan dengan permen kelompok kontrol (Kelompok C). OHE
karet lainnya. Permen karet xilitol-sorbitol dilakukan sesuai dengan standar WHO Health
masih kurang efektif bila dibandingkan dengan Promoting Schools Project. OHE diberikan
xilitol, namun tetap dapat menurunkan laju setiap bulan sekali dan kegiatan menyikat gigi
karies bila dibandingkan dengan kelompok bersama setiap hari diawasi oleh para guru
kontrol.6 yang sudah dilatih terlebih dahulu selama 2
Autio et al (2000) telah melakukan hari. Kelompok G menerima 4 butir permen
penelitian terhadap 35 orang anak prasekolah karet bebas gula setiap harinya kecuali hari
pada program Head Start di Starke, Florida. libur. Mereka mengunyah satu butir pada
Semua subjek diminta untuk mengunyah pukul 8 pagi, satu butir pada pukul 9.30 pagi,
permen karet yang mengandung xilitol 100% satu butir setelah makan siang dan satu butir
tiga kali sehari dalam jangka waktu tiga setelah makan malam di rumah. Para orang tua
minggu selama masa sekolah. Lima orang telah setuju untuk mengawasi anak-anaknya
guru yang berpartisipasi dalam program ini dalam mengunyah permen karet di rumah.
diberikan tanggung jawab untuk memberikan Kelompok C tidak mendapatkan perlakuan
instruksi, mendistribusikan permen karet, dan apapun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mengawasi program. Pendistribusian permen DMFS pada Kelompok G 42% lebih rendah
karet diberikan setelah makan pagi (jam 8), daripada Kelompok E dan C. Skor perdarahan
setelah makan siang (jam 11), dan setelah gingiva juga menunjukkan hasil yang
snack (jam 1), masing-masing 1 butir permen. signifikan diantara ketiga kelompok. Bila
Sikap para guru selama masa studi dinilai dibandingkan dengan Kelompok C, nilai rata-
dengan kuisioner untuk mengetahui pendapat rata skor perdarahan gingiva pada Kelompok
mereka mengenai penerimaan anak-anak G lebih rendah 71% (p<0,01) dan pada
terhadap program ini. Selain itu, anak-anak Kelompok E lebih rendah 42% (p<0,05).
juga diberikan kuisioner bergambar untuk Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat
mengetahui apakah mereka cukup senang disimpulkan bahwa OHE telah memberikan
mengikuti program ini. Hasil penelitian pengaruh yang baik terhadap peningkatan
menunjukkan semua guru berpendapat bahwa kesehatan rongga mulut anak-anak, namun
anak-anak menikmati program ini dan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat
program berjalan dengan lancar. Dua orang diberikan intervensi tambahan berupa
guru berpendapat bahwa program ini tidak pengunyahan permen karet bebas gula.7
menganggu rutinitas belajar, namun tiga orang
guru berpendapat sebaliknya. Empat orang Efek Xilitol Terhadap Karies Gigi
guru menyatakan tidak mau mengikuti Penggantian gula dengan xilitol akan
program ini pada tahun berikutnya. Tiga orang mempengaruhi kolonisasi bakteri S. mutans di
guru berpendapat bahwa anak-anak tidak akan dalam mulut. Semua penelitian menyatakan
mau mengikuti program ini pada tahun bahwa xilitol dapat menurunkan kolonisasi
berikutnya sementara dua guru lainnya bakteri secara signifikan.10,11 Selain itu,

786
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

pengunyahan permen karet bebas gula ini juga difermentasikan berkisar antara 3 sampai 7
dapat meningkatkan laju produksi saliva, yang menit.6
nantinya akan meningkatkan kualitas saliva
dengan kandungan permen karet tersebut.13,15 Frekuensi Penggunaan
Efektifitas pengunyahan permen karet yang Ly et al (2008) menemukan respon
mengandung xilitol akan dicapai bila linear reduksi S. mutans terhadap pertambahan
dilakukan secara rutin dengan dosis harian frekuensi penggunaan permen karet yang
yang cukup. Deshpande et al (2008) mengandung xilitol dari 2 kali/hari, 3 kali/hari,
mengatakan bahwa efek penurunan laju karies dan 4 kali/hari dibandingkan dengan kelompok
oleh poliol bergantung pada frekuensi kontrol yang mengunyah permen karet tanpa
pengunyahan, dosis poliol per butir, dan durasi xilitol sebanyak 4 kali/hari. Namun, tidak
pengunyahan permen karet.15 dijumpai perbedaan yang signifikan terhadap
Efek protektif pengunyahan permen hasil reduksi S. mutans antara kelompok
karet yang mengandung xilitol bergantung kontrol dengan kelompok yang mengunyah
pada masa erupsi gigi. Gigi yang erupsi satu permen karet xilitol sebanyak 2 kali/hari. Oleh
dan dua tahun setelah program pengunyahan karena itu, disimpulkan bahwa efektifitas
permen karet selama 2 tahun akan memberikan pengunyahan permen karet yang mengandung
efek reduksi karies jangka panjang yang paling xilitol akan dicapai dengan frekuensi
baik (berkisar antara 93% dan 88%). Efek penggunaan sebanyak 3 kali/hari atau
jangka panjang ini dapat berlangsung hingga 5 lebih.17,18
tahun setelah masa 2 tahun program Pasta gigi yang mengandung xilitol juga
pengunyahan permen karet yang mengandung pernah dipakai oleh beberapa peneliti
xilitol berakhir.10 (Svanberg et al, 1991; Sintes et al, 2002) yang
ingin membandingkan efek pasta gigi yang
Dosis Xilitol mengandung xilitol dengan pasta gigi ber-
Dalam penelitiannya, Autio et al (2000) fluoride. Hasil yang didapat dalam penelitian
menggunakan xilitol dengan dosis 4,05 gr (3 ini cukup memuaskan dimana dijumpai
kali x 1,35 gr). Kandelman et al (1997) penurunan tingkat risiko S. mutans di dalam
menggunakan dosis xilitol 3,4 gr/hari dalam saliva yang secara signifikan lebih baik
penelitiannya. Sementara dalam literatur lain daripada pasta gigi yang ber-fluoride. Namun,
disebutkan bahwa dosis efektif minimum hasil tersebut tetap diragukan karena belum
untuk mendapatkan aksi protektif xilitol diketahui apakah xilitol dan fluoride dapat
adalah 6 gr/hari. Menurut Akerblom anak- bekerja secara sinergis atau tidak, selain itu
anak dapat bertoleransi dengan dosis xilitol pasta gigi mengandung sodium lauryl sulfate
hingga 45 gr tanpa menimbulkan efek yang berfungsi sebagai deterjen dan dapat
samping. Ly et al (2008) menyatakan bahwa melemahkan efektifitas xilitol.17
dosis xilitol di bawah 3,4 gr/hari tidak akan Efektifitas pengunaan permen karet
efektif dan dosis yang melebihi 10 gr/hari juga yang mengandung xilitol bergantung pada
tidak akan memberikan efek yang lebih besar dosis, frekuensi, dan durasi penggunaanya.
terhadap reduksi S. mutans.13,16,17 Dalam penelitian ini digunakan dosis xilitol
sebanyak 4,068 gr/hari, frekuensi penggunaan
Durasi Mastikasi 3 kali sehari dengan durasi pengunyahan
Dalam penelitiannya, Makinen et al selama 5 menit. Hasil yang didapat cukup
(1995) menggunakan durasi pengunyahan memuaskan terutama dalam hal penurunan
selama 5 menit. Survei menyarankan durasi tingkat risiko S. mutans dalam saliva. Hal ini
pengunyahan permen karet yang mengandung sesuai dengan hasil-hasil penelitian terdahulu
xilitol selama 10 sampai 30 menit. (Autio et al, 2000), bahkan Kandelman et al
Berdasarkan data yang didapatkan dari (1990) menggunakan dosis xilitol sebanyak
laboratorium, umumnya karbohidrat akan 3,4 gr/hari dalam penelitiannya dan
dilepaskan ke dalam saliva dalam waktu 5 menunjukkan hasil yang signifikan dalam hal
menit, sedangkan berdasarkan literatur, menghambat perkembangan karies dan
dikatakan bahwa waktu maksimal untuk penumpukan plak. Meskipun dalam literatur
permen karet yang mengandung xilitol agar lain, (Milgrom et al, 2009) mengatakan bahwa
dapat menurunkan pH plak akibat dosis dibawah 6,88 mg/hari tidak akan
pengkonsumsian karbohidrat yang telah memberikan efek yang signifikan dalam

787
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

menurunkan jumlah S. mutans.13,15,19 mengurangi jumlah koloni S. mutans dan


Penggunaan permen karet menjadi kurang meningkatkan pH plak dan kapasitas buffer
efektif bila dikaitkan dengan pribadi anak saliva. Pengunyahan permen karet xilitol
yang tidak bisa bekerjasama atau tidak patuh secara rutin selama 2 tahun dapat memberikan
dalam mengikuti aturan penggunaan permen efek pencegahan karies jangka panjang, yaitu
karet dengan frekuensi dan durasi yang telah sampai dengan 5 tahun setelah masa
ditentukan.15,17 Frekuensi penggunaan permen pengunyahan permen karet xilitol berakhir.
karet dalam penelitian ini adalah 3 kali sehari Efek protektif pengunyahan permen
dengan durasi pengunyahan selama 5 menit karet xilitol terhadap gigi bergantung pada
karena menurut referensi yang didapat (Ly et frekuensi pengunyahan, durasi dan dosis.
al, 2006; Milgrom et al, 2009), penggunaan Frekuensi pengunyahan yang optimal adalah 3
permen karet yang mengandung xilitol hanya kali/hari, dengan durasi pengunyahan 5 menit,
akan memberikan efek positif yang signifikan dan dosis 3,4 gr/hari (dibagi dalam 3 kali
bila digunakan lebih dari 2 kali sehari. frekuensi pengunyahan dalam 1 hari).
Peningkatan efektifitas akan terlihat lebih baik
secara linear seiring dengan penambahan DAFTAR PUSTAKA
frekuensi penggunaannya, sedangkan untuk 1. Mohebbi SZ. Early childhood caries and a
durasi pengunyahan, peneliti menggunakan community trial of its prevention in
durasi yang sama dengan penelitian Makinen, Tehran, Iran. Finlandia: University of
Autio, Milgrom, dan lain-lain, yaitu 5 Helsinki. Tesis 2008.
menit.17,18 2. Koch G. Caries prevention in child dental
Dalam hal keterbatasan kemampuan care. In: Koch G, Poulsen S, eds.
untuk menggunakan xilitol dalam bentuk Pediatric dentistry - A clinical approach.
permen karet, xilitol dapat digunakan dalam 1st ed. Copenhagen: Blackwell
bentuk permen dan pasta gigi. Penelitian yang Munksgaard. 2001: 119–145.
dilakukan oleh Alanen et al (2000) 3. Yoder KM, Edelstein BL. The child in
membandingkan efektifitas penggunaan contexts of family community, and
permen xilitol dengan bentuk sediaan permen society. In: Dean JA, Avery DR,
karet dalam dosis dan frekuensi penggunaan McDonald RE, eds. Dentistry for the
yang sama. Hasil yang didapat adalah tidak child and adolescent. 10th ed. Missouri:
dijumpai perbedaan yang signifikan diantara Mosby Elsevier. 2011: 663–671.
kedua produk tersebut dalam hal reduksi 4. Harahap AA. Peran berbagai faktor risiko
insiden karies gigi. Pasta gigi yang karies terhadap kejadian karies pada anak
mengandung xilitol juga pernah dipakai oleh usia 4–5 tahun. Jakarta: Universitas
beberapa peneliti (Svanberg et al, 1991; Sintes Indonesia. Tesis 2008.
et al, 2002) yang ingin membandingkan efek 5. Ngo H, Gaffney S. Risk assessement in
pasta gigi yang mengandung xilitol dengan the diagnosis and management of caries.
pasta gigi ber-fluoride. Hasil yang didapat In: Mount GJ, Hume WR, eds.
dalam penelitian ini cukup memuaskan dimana Preservation and restoration of tooth
dijumpai penurunan tingkat risiko S. mutans di structure. Queensland: Knowledge Books
dalam saliva yang secara signifikan lebih baik and Software. 2005: 61–82.
daripada pasta gigi yang ber-fluoride. Namun, 6. Makinen KK. Xylitol chewing gums and
hasil tersebut tetap diragukan karena belum caries rates: A 40-month cohort study. J
diketahui apakah xilitol dan fluoride dapat Dent Res 1995; 74(12):1904–1913.
bekerja secara sinergis atau tidak, selain itu 7. Peng B. Can school-based oral health
pasta gigi mengandung sodium lauryl sulfate education and a sugar-free cheewing gum
yang berfungsi sebagai deterjen dan dapat program improve oral health? Results
melemahkan efektifitas xilitol.17 from a two-year study in PR china. Acta
Odontol Scand 2004; 62:328–332.
KESIMPULAN 8. Kandelman D. Sugar, Alternative
Pengunyahan permen karet xilitol dapat sweeteners and meal frequency in relation
digunakan sebagai salah satu cara yang efektif to caries prevention: New perspectives.
untuk pencegahan karies gigi. Pengunyahan British J Nutr 1997; 77(1):121–128.
permen karet xilitol dapat membantu proses 9. McIntyre JM. Dental caries - The major
remineralisasi gigi, mengurangi jumlah plak, cause of tooth damage. In: Mount GJ,

788
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

Hume WR, eds. Preservation and


restoration of tooth structure.
Queensland: Knowledge Books and
Software. 2005: 21–34.
10. Hujoel PP. The optimum time to initiate
habitual xylitol gum-chewing for
obtaining long-term caries prevention. J
Dent Res 1999; 78(3):797–803.
11. Taipiainen T. Microbiological effects and
clinical use of xylitol in preventing acute
otitis media. Oulu: Oulu University
Library. Tesis 2002.
12. Trahan L, Mouton C. Selection for
streptococcus mutans with an altered
xylitol transport capacity in chronic
xylitol consumer. J Dent Res 1987;
66(5):982–988.
13. Autio JT, Courts FJ. Acceptance of the
xylitol chewing gum regimen by
preschool children and teachers in a head
start program: A pilot study. Pediatr Dent
2000; 23:71–74.
14. Straetemans MME. Colonization with
mutans streptococci and lactobacilli and
the caries experience of children after the
age of five. J Dent Res 1998;
77(10):1851–1855.
15. Deshpande A, Jadad AR. The impact of
polyol-containing chewing gums on
dental caries. JADA 2008; 139(12):1602–
1614.
16. Ly KA. Xylitol gummy bear snacks: A
school–based randomized clinical trial.
BMC Oral Health 2008; 8(20):1–11.
17. Milgrom P. Xylitol and its vehicles for
public health needs. Adv Dent Res 2009;
21:44–47.
18. Ly KA. Linear response of mutans
streptococci to increasing frequency of
xylitol chewing gum use: A randomized
controlled trial [ISRCTN43479664].
BMC Oral Health 2006; 6(6):1–6.
19. Kandelman D, Gagnon G. A 24-month
clinical study of the incidence and
progression of dental caries in relation to
consumption of chewing gum containing
xylitol in school preventive programs. J
Dent Res 1990; 69(11):1771–1775.

789
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

PENGARUH MINUMAN KOPI LUWAK TERHADAP PERUBAHAN WARNA


RESIN KOMPOSIT NANOHIBRID

Viona Diansari, Diana Setya Ningsih, Teuku Alfian Arbie

Departemen Ilmu Material Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK
Resin komposit memiliki sifat yang dapat menyerap air sehingga dapat menyebabkan perubahan
warna. Pemaparan minuman kopi yang lama dan berlanjut dapat mempengaruhi stabilitas warna pada
resin makrofiller, mikrofiller, hibrid, nanofiller, minifiller, dan nanohibrid. Resin komposit jenis
terbaru dan sering digunakan saat ini, yaitu resin komposit nanohibrid, resin komposit jenis ini
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan resin komposit jenis lain; seperti kekuatan dan
ketahanan terhadap perubahan warna. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perubahan warna
pada resin komposit nanohibrid antara sebelum dan setelah perendaman dalam minuman kopi luwak
selama 5 hari. Penelitian ini menggunakan 10 spesimen resin komposit nanohibrid yang direndam
dalam 5 ml minuman kopi luwak dan setiap harinya diganti. Perubahan warna setelah perendaman
diukur menggunakan shade guide. Data hasil pengukuran dianalisis menggunakan uji statistik
nonparametrik Wilcoxon. Berdasarkan hasil uji nonparametrik Wilcoxon menunjukkan terjadi
perubahan warna resin komposit nanohibrid yang signifikan (p<0,05) antara sebelum dan sesudah
perendaman dalam minuman kopi luwak. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh minuman kopi
luwak terhadap perubahan warna resin komposit nanohibrid.

Kata kunci: Resin komposit nanohibrid, minuman kopi luwak, perubahan warna

ABSTRACT
Composite resin have properties that can absorb water, so it can cause discoloration. Immersion in
coffee drinks and continued can be affect to color stability of resin macrofiller, microfiller, hybrid,
nanofiller, minifiller, and nanohybrid. The newest kinds of composite resin and that often used today
is nanohybrid composite resin. Composite resin of this kind have some excess than the others
composite resin, like strength and resistance of discoloration. The objective of this study was to
evaluate the nanohybrid composite resin discoloration between before and after immersed in the
luwak coffee drinks during 5 days. This research used 10 specimens of nanohybrid composite resin
that were immersed in 5 ml luwak coffee drinks and replaced every day. Discoloration after
immersion was measured by using a shade guide and statistical analysis using nonparametric
Wilcoxon test. Based on nonparametric Wilcoxon test results showed that the discoloration was
significant (p<0,05) between before and after immersed in luwak coffee. In conclusion there was the
effect of luwak coffee to nanohybrid composite resin discoloration.

Key words: Nanohybrid composite resin, luwak coffee, discoloration

790
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

PENDAHULUAN digemari oleh masyarakat Aceh. Salah satu


Resin komposit merupakan bahan kopi yang digemari saat ini adalah kopi luwak.
restorasi yang paling banyak digunakan saat Kopi luwak merupakan jenis kopi seduh dari
ini karena memiliki berbagai kelebihan, seperti biji kopi yang telah dimakan dan melewati
resistensi yang baik, dapat merekat dengan saluran pencernaan musang, yang oleh
email dan dentin secara mikromekanis, estetik, masyarakat Jawa biasa disebut luwak
mudah dimanipulasi, serta dapat digunakan (Paradoxurus hermaphroditus). Kopi ini
sebagai restorasi gigi anterior maupun memiliki rasa yang berbeda dan spesial
posterior. Resin komposit terdiri dari dikalangan para penggemar kopi. Kopi luwak
monomer dasar sebagai matriks yang berasal memiliki kandungan utama kafein, namun
dari material organik, pengisi (filler) yang kandungan kafein dan protein dalam kopi
berasal dari material anorganik, dan pengikat luwak lebih rendah dibandingkan dengan kopi
(coupling agent) antara filler dan matriks. pada umumnya karena kopi luwak
Dewasa ini resin komposit nanohibrid difermentasi dengan cara yang berbeda.
merupakan salah satu bahan restorasi gigi Kandungan kafein dalam kopi dapat menutrisi
yang sering digunakan karena memiliki otak serta meningkatkan stamina. Dalam
kekuatan yang baik serta permukaan yang bidang kesehatan kopi dipercaya dapat
halus sehingga dapat memberikan hasil yang melembutkan kulit dan menurunkan risiko
baik dari segi ketahanan maupun estetik.1–4 berbagai jenis kanker,7,8 tetapi penggunaan
Resin komposit nanohibrid merupakan berlebih dalam jangka waktu yang lama dapat
perpaduan antara resin komposit nanofiller dan menyebabkan insomnia, jantung berdebar, dan
minifiller. Resin komposit nanofiller memiliki masalah kesehatan lain.9 Meminum kopi juga
keunggulan dalam hal estetika, sedangkan dapat menyebabkan perubahan warna pada
resin komposit minifiller memiliki keunggulan resin komposit karena adanya akumulasi
dalam hal kekuatan jika dibandingkan dengan penempelan pigmen warna pada permukaan
resin komposit nanofiller. dan absorbsi air yang masuk ke celah antara
Resin komposit nanohibrid mengandung filler dan matriks. Oleh karena itu, peneliti
monomer dimetakrilat, seperti TCD-DI-HEA ingin mengetahui pengaruh minuman kopi
dan UDMA yang bersifat hidrofilik sehingga luwak terhadap perubahan warna pada resin
dapat menyerap air. Kemampuan penyerapan komposit nanohibrid.
air ini dapat menyebabkan perubahan warna. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Perubahan warna resin komposit dapat terjadi mengevaluasi perubahan warna pada resin
melalui faktor intrinsik maupun ekstrinsik. komposit nanohibrid setelah dilakukan
Faktor intrinsik yang menyebabkan perubahan perendaman dalam minuman kopi luwak.
warna resin terjadi akibat dari perubahan pada
ikatan matriks dan filler, akibat dari proses BAHAN DAN METODE
oksidasi atau hidrolisis di dalam matriks resin, Penelitian ini bersifat eksperimental
sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah akibat laboratories yang dilakukan di Laboratorium
dari kontaminasi bahan pewarna dalam Program Studi Pendidikan Dokter Gigi
makanan atau minuman, seperti tembakau, Fakultas Kedokteran Gigi dan Mikrobiologi
minuman kopi, teh, anggur, kunyit, dan cola.4,5 Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
Hasil penelitian Poggio (2012) menunjukkan Spesimen yang digunakan adalah resin
perubahan warna yang signifikan terjadi antara komposit jenis nanohibrid (merek
resin komposit nanohibrid dan mikrohibrid CHARISMA) dengan komposisi terdapat pada
setelah direndam dalam minuman teh.5 Tabel 1. Kriteria spesimen memiliki ukuran,
Penelitian Jannah (2011) menunjukkan adanya bentuk, ketebalan dan warna yang sama serta
perubahan warna yang signifikan antara resin permukaan yang halus dan rata. Pembuatan
komposit hibrid dan nanofiller yang direndam spesimen berbentuk silinder dengan ukuran
dalam minuman kopi Ulee Kareng jenis diameter 5 mm dan tebal 2 mm dilakukan
Robusta.6 dengan teknik bulk menggunakan cetakan
Salah satu makanan dan minuman yang (mould) stainless steel. Spesimen disinari
dapat menyebabkan perubahan warna adalah dengan light curing PM LED 03 selama 20
kopi. Kopi merupakan minuman yang paling detik dan jarak penyinaran 1 mm. Setelah satu

791
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

jam spesimen dilepas dari cetakan dan (disimpan dalam inkubator) selama 24 jam.
direndam dalam aquades pada suhu 37 ºC Jumlah total spesimen yang dipersiapkan

Tabel 1. Komposisi resin komposit jenis nanohibrid


% Ukuran Partikel
Komposisi Warna Produk
Filler Filler
TCD-DI-HEA dan UDMA, Barium Heraeus Kulzer, GmbH,
64% 5 nm – 20 µm A2
alumunium fluoride dan nanofiller Hanau, Germany

sebanyak 10 buah untuk dilakukan dikalibrasi. Untuk mencegah bias dalam


perendaman selama dalam minuman kopi pengukuran warna maka spesimen diamati di
luwak selama 5 hari. dalam ruangan dengan cahaya yang bersumber
Sebelum perendaman spesimen dari cahaya alami. Pengamat memiliki mata
dilakukan, kopi luwak diseduh terlebih dahulu yang normal, tidak lelah, dan tidak buta warna.
dalam satu wadah dengan cara sebanyak 38 Pengamatan terhadap spesimen dilakukan
gram bubuk kopi luwak diseduh dalam 250 ml dengan jarak 50 cm dan dengan sudut pandang
air mendidih. Kemudian minuman kopi luwak 40º–45º. Data hasil penelitian dianalisis
didiamkan hingga mencapai suhu ruang (25 dengan Statistical Package for the Social
ºC). Setiap spesimen direndam dalam 5 ml Sciences (SPSS) 16 menggunakan uji
minuman kopi luwak dan masing-masing nonparametrik Wilcoxon (p<0,05).
spesimen ditempatkan pada vial plastik.
Spesimen direndam dalam minuman kopi HASIL PENELITIAN
luwak selama 5 hari dan setiap hari diganti Hasil penelitian yang diperoleh dapat
minuman kopinya. Kemudian disimpan dalam dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.
inkubator pada suhu 37 ºC. Bila seseorang Secara kualitatif dapat dilihat pada Tabel 3.
mengkonsumsi kopi sebanyak dua cangkir Perubahan warna pada spesimen yang
dalam sehari dengan waktu 10 menit per direndam dalam minuman kopi luwak
cangkirnya maka dalam sehari orang tersebut mengalami perubahan warna yang signifikan.
meminum kopi selama 20 menit. Oleh karena Sebanyak 10 spesimen yang direndam dalam
itu, 1 jam (60 menit) perendaman equivalen minuman kopi luwak mengalami perubahan
dengan mengkonsumsi kopi selama 3 hari. warna dari warna awal A2(5) berubah menjadi
Perendaman 5 hari (120 jam) equivalen lima spesimen berwarna B4(13), empat
dengan 120 jam x 3 hari (360 hari) atau lebih spesimen berwarna B3(11), dan satu spesimen
kurang 1 tahun. Spesimen diukur warna berwarna A4(15).
awalnya terlebih dahulu sebelum dilakukan
perendaman dalam minuman kopi luwak. Tabel 3. Data kualitatif warna spesimen resin
Pengukuran perubahan warna dilakukan komposit nanohibrid sebelum dan
secara visual dan dicatat menggunakan shade sesudah perendaman dalam minuman
guide (Tabel 2), yaitu: kopi luwak
 A1, A2, A3, A3.5, A4 Perendaman Dalam Kopi Luwak
No.
(kemerahan – kecoklatan) Sebelum Skor Sesudah Skor
 B1, B2, B3, B4 1. A2 5 B4 13
(kemerahan – kekuningan) 2. A2 5 A4 15
 C1, C2, C3, C4 3. A2 5 B3 11
(kelabu) 4. A2 5 B3 11
 D2, D3, D4 5. A2 5 B3 11
(kemerahan – kelabu) 6. A2 5 B4 13
Spesimen ditempatkan di bawah air
7. A2 5 B4 13
mengalir selama 30 detik dan dikeringkan
8. A2 5 B4 13
dengan tisu sebelum dilakukan pengamatan
terhadap perubahan warna. Pengamatan ini 9. A2 5 B3 11
dilakukan oleh 5 pengamat yang telah 10. A2 5 B4 13

792
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

Tabel 2. Heraeus Kulzer Shade Guide Score dari terang ke gelap dalam urutan angka
Terang Gelap
B1 A1 B2 D2 A2 C1 C2 D4 A3 D3 B3 A3.5 B4 C3 A4 C4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Hasil pengamatan perubahan warna bahwa, penyerapan air pada resin sangat
pada spesimen resin komposit nanohibrid yang bergantung pada kandungan kimia dari resin
telah direndam dalam minuman kopi luwak itu sendiri.10
juga dapat dianalisis secara kuantitatif (Tabel Gugus hidroksil (OH) juga terdapat di
4). Rata-rata warna spesimen sebelum dalam asam galat. Perubahan warna pada resin
perendaman dalam kopi luwak adalah 5, komposit nanohibrid diduga akibat pengaruh
sedangkan rata-rata warna spesimen sesudah dari asam galat. Asam galat merupakan
perendaman adalah 12,4. senyawa golongan tanin yang memiliki gugus
kromofor (penyerap warna) berupa ikatan
Tabel 4. Analisis statistik perubahan warna resin rangkap terkonjugasi atau cincin benzena yang
komposit nanohibrid antara sebelum dan dapat menyebabkan suatu zat atau molekul
sesudah perendaman dalam minuman terlihat berwarna, serta adanya gugus (OH)
kopi luwak sebagai autosokrom (pengikat warna).11
Rerata Perubahan Warna (x ± SD) Perubahan warna pada resin komposit
Sebelum Sesudah p nanohibrid diduga juga disebabkan oleh
Perendaman Perendaman ukuran molekul asam galat. Asam galat
5,0 ± 0,000 12,4 ± 1,350 0,004* memiliki berat molekul 170,12 g/mol, lebih
*Signifikansi (Wilcoxon p<0,05) kecil dari kafein yang memiliki berat molekul
194,19 g/mol.12 Ukuran molekul
Perbedaan ini kemudian dianalisis mempengaruhi penyerapan yang terjadi. Berat
menggunakan Wilcoxon (nilai uji normalitas molekul yang lebih kecil memungkinkan
menunjukkan p<0,05). Hasil analisis uji mudahnya terjadi penyerapan.11
nonparametrik Wilcoxon menunjukkan Pewarnaan diduga juga dipengaruhi
terdapat perubahan warna yang signifikan oleh ruang antar filler yang terjadi. Ruang
antara sebelum dan sesudah perendaman antar filler pada resin disebabkan oleh ukuran
dalam minuman kopi luwak dimana nilai filler yang dikandungnya. Semakin besar
p<0,05 (Tabel 4). ukuran filler maka semakin banyak pula ruang
antar filler yang terjadi. Resin komposit
PEMBAHASAN nanohibrid memiliki ukuran partikel (5 nm –
Berdasarkan hasil analisis Wilcoxon 20 µm). Filler pada resin komposit yang
(Tabel 4) menunjukkan bahwa adanya terlepas akibat perendaman di dalam kopi
perubahan warna yang signifikan antara resin luwak maka akan meninggalkan ruang atau
komposit nanohibrid sebelum dan sesudah porus yang sesuai dengan ukuran filler-nya.
perendaman dalam minuman kopi luwak. Ukuran ruang atau porus yang terjadi diduga
Perubahan warna ini diduga berkaitan dengan dapat mempengaruhi mudah atau tidaknya
komposisi dari resin komposit nanohibrid itu suatu pigmen warna melekat pada permukaan
sendiri, seperti pada matriks. Pada penelitian resin komposit. Hal ini juga mempengaruhi
ini digunakan resin komposit nanohibrid tingkat kekasarannya, semakin besar ukuran
merek CHARISMA® yang mengandung filler maka tingkat kekasaran semakin tinggi
urethane dimethacrylate (UDMA) sebagai yang dapat menyebabkan mudahnya pigmen
monomer dasar. UDMA mempunyai gugus warna melekat pada permukaan resin
urethane (RNHCOOR-) yang memiliki gugus komposit. Penelitian Endo (2010) menyatakan
hidrofilik. Gugus hidrofilik ini terjadi oleh bahwa ukuran dan jenis filler yang terkandung
adanya unsur NH dalam matriks resin dalam resin dapat mempengaruhi perubahan
komposit. Unsur ini memiliki sifat warna yang terjadi.13
elektronegatif sehingga cenderung menarik Waktu perendaman diduga menjadi
elektron dari air, yaitu gugus OH-. Air dapat faktor yang dapat meningkatkan perubahan
masuk ke dalam polimer melalui area yang warna pada resin komposit nanohibrid.
berporus. Sesuai dengan penelitian yang Semakin lama resin terpapar dengan minuman
dilakukan Ferracane (2006) yang menyatakan kopi luwak maka semakin banyak pula

793
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

penyerapan yang terjadi pada matriks resin. olah serupa. Penelitian Imamura (2008)
Proses penyerapan larutan oleh matriks dapat menyatakan bahwa spesimen resin memiliki
mengganggu ikatan silane dengan partikel warna yang seolah-olah serupa bila dilihat
pengisi atau filler (siloxane bond). Elektron menggunakan visual mata manusia.
dari larutan tertarik ke dalam matriks sehingga Penggunaan alat ukur warna, seperti
memutus ikatan Si-O-Si pada siloxane bond. kolorimeter dapat menghasilkan data yang
Reaksi ini dinamakan hidrolisis. Hal ini pada lebih akurat.14
akhirnya dapat menyebabkan lepasnya partikel
pengisi dari resin komposit. Pada proses
hidrolisis terjadi reaksi autokatalitik yang
menyebabkan terlepasnya filler. Reaksi ini KESIMPULAN
dipicu oleh molekul dari larutan, seperti air. Dapat disimpulkan bahwa terdapat
Pada reaksi ini air terurai menjadi H+ pengaruh perendaman dalam minuman kopi
dan OH- karena adanya unsur N dalam matriks luwak terhadap perubahan warna resin
resin. Kemudian OH- dari air diserap masuk ke komposit nanohibrid. Terjadi perubahan warna
dalam matriks serta menyerang ikatan siloksan yang signifikan pada spesimen resin komposit
(siloxan bond), yaitu ikatan yang nanohibrid antara sebelum dan setelah
menghubungkan antara matriks dan filler. Hal perendaman selama 5 hari dalam minuman
ini menyebabkan terputusnya ikatan siloksan kopi luwak. Bagi pasien yang menggunakan
sehingga terbentuk senyawa silanol dan Si-O. resin komposit nanohibrid disarankan untuk
Pada Si-O terjadi disorientasi elektron tidak terlalu banyak terpapar langsung dengan
sehingga Si-O dapat bereaksi bila berkontak minuman kopi, misalnya dapat menggunakan
dengan minuman kopi luwak. Reaksi ini sedotan minuman.
menghasilkan Si-O dan OH-. Kemudian OH-
kembali akan memutuskan ikatan siloksan DAFTAR PUSTAKA
sehingga reaksi ini pun terjadi terus menerus 1. Alexandra A. Effects of materials
selama resin komposit berada dalam thickness and length of light exposure on
perendaman larutan. Semakin lama reaksi ini the surface hardness light-cured
terjadi, semakin banyak pula filler yang composite resins. Maj Ked Gigi (Dent J)
terlepas dari resin komposit sehingga semakin 2005; 38(1):32–35.
besar pula penyerapan air yang terjadi. Seiring 2. Anusavice KJ. Philip’s science of dental
terjadinya penyerapan air pada resin, pigmen material. Alih bahasa: Budiman JA.
warna pada minuman kopi juga ikut terserap Jakarta: EGC. 2003; 228–241.
sehingga menyebabkan perubahan warna yang 3. Mount GJ, Hume WR. Preservation and
terjadi semakin meningkat seiring lamanya restoration of tooth structure.
resin terpapar minuman kopi. Sesuai dengan Queensland: Knowledge Books and
penelitian yang dilakukan oleh Poggio (2012) Software. 2005; 199–213.
menunjukkan semakin lama perendaman 4. Adhita HD. Restorasi resin komposit
dalam minuman teh maka perubahan warna dengan teknik laminasi. Fakultas
yang terjadi pada resin komposit nanohibrid Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran
semakin meningkat.5 2010; 2.
Data hasil penelitian juga menunjukkan 5. Poggio C, Beltrami R. Surface
variasi warna pada tiap-tiap spesimen, yaitu discoloration of composite resins: Effects
A4(15), B4(13), dan B3(11). Variasi warna of staining and bleaching. Dental
yang terjadi pada spesimen diduga berkaitan Research Journal 2012; 5(9):570–571.
dengan cara pengamatan. Cara pengamatan
6. Jannah M. Pengaruh minuman kopi Ulee
dalam penelitian ini hanya menggunakan
Kareng terhadap perubahan warna pada
visual manusia, dari masing-masing pengamat
resin komposit hibrid dan nanofiller.
memiliki persepsi warna yang berbeda,
Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.
keadaan mata pengamat yang mungkin lelah,
Skripsi 2011: 5–15.
dan berbedanya sudut pencahayaan pada tiap
7. Hartono E. Penetapan kadar kafein dalam
pengamat juga diduga menjadi salah satu
biji kopi secara kromatografi cair kinerja
penyebab variasi warna yang terlihat pada
tinggi. Biomedika 2009; 2(1):73–75.
tiap-tiap spesimen. Namun, semua spesimen
bila diperhatikan memiliki warna yang seolah-

794
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

8. Israyanti. Perbandingan karakteristik


kimia kopi luwak dan kopi biasa dari
jenis kopi arabika (Cafeea arabica. L)
dan robusta (Cafeea canephora. L).
Makassar: Universitas Hasanuddin.
Skripsi 2012: 4–6.
9. Manfaat kopi. Available at: http://www.
infosehatz.info/2012/09/manfaat-kopi-dan
dampak-negatif-kopi.html. Accessed
February, 2013.
10. Ferracane JL, Hygroscopic and hydrolytic
effects in dental polymer networks.
Dental Material Journal 2006; 22:211–
213.
11. Widjoseno TM. Pengaruh penetrasi
minuman teh dan kopi pada transmisi
bahan resilient denture liner. Majalah
Kedokteran Gigi (Dent J) 2002;
35(1):52–53.
12. Asam galat. Available at: http://awii–
textile–chemistry.blogspot.com/2011_11_
01_archive.html. Accessed June, 2013.
13. Endo T, Finger WJ. Surface texture and
roughness of polished nanofill and
nanohybrid resin composite. Dental
Material Journal 2010; 29(2):213–223.
14. Imamura S. Effect of filler type and
polishing on the discoloration of
composite resin artificial teeth. Dental
Material Journal 2008; 27(6):206–808.

795
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

TINGKAT SENSITIVITAS DENTIN SEBELUM DAN SETELAH PAPARAN


MINUMAN BERSODA PADA USIA REMAJA BERDASARKAN
METODE VISUAL ANALOG SCALE

Santi Chismirina, Basri A. Gani, Mizwan Fachry Harahap

Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK
Hipersensitivitas dentin terjadi karena terpaparnya dentin akibat terkikisnya email yang disebabkan
proses demineralisasi email. Minuman bersoda merupakan salah satu minuman yang dapat
menyebabkan demineralisasi email. Remaja merupakan salah satu pengkonsumsi minuman bersoda
terbanyak. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat sensitivitas dentin
sebelum dan setelah paparan minuman bersoda pada usia remaja berdasarkan metode Visual Analog
Scale (VAS). Metode yang digunakan adalah Garis Linier dan Faces Pain Scales. Tahap pertama dari
penelitian ini dimulai dengan seleksi subjek yang dilanjutkan pemeriksaan hipersensitivitas dentin
sebelum paparan minuman bersoda dan pemeriksaan sensitivitas dentin setelah paparan minuman
bersoda. Dari hasil pemeriksaan 39 subjek penelitian, 25 subjek menderita sensitif ringan sebelum
dipaparkan minuman bersoda dan 23 subjek penelitian menderita sensitif sedang setelah dipaparkan
minuman. Dari hasil uji statistik menunjukan perbedaan tingkat sensitivitas dentin yang signifikan
sebelum dan setelah paparan minuman bersoda. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa paparan minuman bersoda dapat mempengaruhi tingkat sensitivitas dentin.

Kata kunci: Hipersensitivitas dentin, minuman bersoda, visual analog scale

ABSTRACT
Dentin hypersensitivity occurs because the exposure of dentin due to erosion caused by the enamel
demineralization process. Soft drinks is one of the drinks that can cause enamel demineralization.
Teenager is one of the most population that consuming soft drinks. Therefore, this study was aims to
determine the level of dentin sensitivity before and after exposure to soft drinks during adolescence
based on Visual Analog Scale (VAS) methods. The research was approached by Linear Line and the
Faces Pain Scales methods. The first phase of this study began with the selection subjects then
continued dentin hypersensitivity eximination before exposure to soft drinks and examination of
dentin sensitivity after exposure to soft drinks. From the results of 39 subjects, 25 subjects suffered
mild sensitivity before being exposed drinks and 23 subjects suffered moderate sensitivity after being
exposed drinks. Statistic test showed the significant differences of dentin sensitivity levels before and
after exposure to soft drinks. Based on this study concluded that the exposure to soft drinks can affect
the sensitivity of dentin.

Key words: Hypersensitivity dentin, soft drink, visual analog scale

796
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

PENDAHULUAN BKKBN batasan usia remaja adalah 10–21


Gigi merupakan satu kesatuan dengan tahun. Menurut Jacobson (2003), sebuah
anggota tubuh kita yang lainnya. Gigi adalah penelitian yang telah memperhitungkan
jaringan yang paling keras dibanding yang korelasi positif antara frekuensi konsumsi soft
lainnya. Strukturnya berlapis-lapis. Terdiri drink dengan tingkat keparahan kerusakan
dari email yang paling keras, dentin yang gigi, terutama pada remaja.9 Erosi gigi ini
terdapat di dalamnya dan pulpa yang berisi meningkatkan sensitivitas dari dentin sehingga
pembuluh darah, pembuluh saraf dan bagian gigi menjadi lebih sensitif saat terpapar
lain yang memperkokoh gigi.1,2 rangsangan. Keadaan ini disebut
Gigi adalah bagian terkeras dari tubuh hipersensitivitas dentin.11 Hipersensitivitas
manusia yang komposisinya bahan organik dentin ini diketahui berdasarkan intensitas
dengan sedikit air, sebagian besar terdiri dari nyeri yang dihasilkan. Semakin berat
bahan anorganik sehingga tidak mudah rusak, intensitas nyeri yang dihasilkan maka semakin
terletak di dalam rongga mulut yang berat pula hipersensitivitas yang terjadi.
terlindung dan basah oleh air liur.3 Terjadinya hipersensitivitas dentin
Hipersensitivitas dentin merupakan seseorang dapat ditentukan dengan
salah satu masalah yang sering dikeluhkan menggunakan indeks Visual Analog Scale
oleh pasien kepada praktisi kesehatan gigi.4 (VAS). Indeks VAS merupakan indeks yang
Hipersensitivitas dentin dapat digambarkan digunakan untuk mengetahui tingkat rasa nyeri
sebagai rasa sakit yang berlangsung pendek seseorang secara visual dengan melihat secara
dan tajam yang terjadi secara tiba-tiba akibat objektif dan subjektif. Indeks VAS telah
adanya rangsangan terhadap dentin. digunakan sejak abad ke-20 sebagai penilaian
Rangsangan atau stimulus yang dapat memicu psikologi dan kemudian telah berhasil dalam
terjadinya hipersenstivitas dentin dapat berupa penilaian berbagai bidang tentang kesehatan
taktil atau sentuhan, uap, kimiawi dan termasuk rasa sakit, kualitas hidup, dan
rangsangan panas atau dingin.4–6 Pada suasana hati.12,13
dasarnya dentin normal terlindungi oleh email Berdasarkan latar belakang di atas,
sehingga tidak terpengaruh oleh stimulus- kasus hipersensitivitas dentin banyak dialami
stimulus yang berasal dari luar, akan tetapi pada usia remaja. Mahasiswa Kedokteran Gigi
pada kondisi dimana email dan sementum Universitas Syiah Kuala angkatan 2012 dipilih
hilang akibat atrisi, abrasi, dan erosi maka karena berada pada usia remaja dan belum
dentin menjadi responsif.4 banyak melakukan tindakan perawatan gigi
Konsumsi makanan dan minuman asam sehingga dapat dilakukan penelitian. Tujuan
yang berlebihan merupakan salah satu penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
penyebab terjadinya erosi gigi yang dapat sensitivitas dentin akibat paparan minuman
memicu timbulnya hipersensitivitas dentin. bersoda pada usia remaja berdasarkan metode
Salah satu minuman yang mengandung asam Visual Analog Scale.
adalah minuman bersoda (soft drink).7,8 Soft
drink merupakan minuman berkarbonasi yang BAHAN DAN METODE
diberi tambahan berupa bahan perasa dan Jenis penelitian ini merupakan
pemanis, seperti gula. Selain mengandung penelitian eksperimental klinis yang dilakukan
pemanis, minuman bersoda juga mengandung di Laboratorium Gigi Fakultas Kedokteran
air soda, kafein, dan asam. Soft drink dapat Gigi Universitas Syiah Kuala (FKG Unsyiah).
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu yang Seluruh mahasiswa FKG Unsyiah yang
mengandung zat pemanis yang berasal dari terdaftar secara administrasi tahun 2012
gula (sugar-sweetened soft drink) dan yang dilibatkan sebagai subjek penelitian. Penelitian
mengandung zat pemanis yang berasal dari diawali dengan pengisian informed concent
pemanis buatan (non-sugar soft drink). oleh subjek yang telah memenuhi kriteria
Kandungan dalam soft drink ini menyebabkan inklusi setelah izin laik etik diperoleh dari
terjadinya dimineralisasi pada email sehingga Komisi Etik Fakultas Kedokteran Gigi
menyebabkan erosi gigi sehingga gigi menjadi Unsyiah. Selanjutnya subjek diminta untuk
lebih sensitif.9,10 mengisi formulir pemeriksaan meliputi nama,
Salah satu konsumen soft drink terbesar umur, jenis kelamin, dan tanggal pemeriksaan.
adalah remaja, remaja menurut WHO adalah Pada langkah selanjutnya, pasien
usia 12–18 tahun. Sementara itu, menurut diintruksikan untuk membuka mulut dan

797
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

diperiksa gigi 14 dan 24 pada bagian bukal di dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah bahwa
servikal gigi dengan menggunakan sonde subjek penelitian terbanyak adalah sensititf
dengan cara disondasi dari bagian mesial ke ringan dan tidak ada ditemukan sangat sensitif.
distal. Hasil proses pemeriksaan tersebut
kemudian disesuaikan dengan indeks VAS Tabel 3. Distribusi frekuensi subjek sebelum
Dengan garis linier Visual Analog Scale dan paparan minuman bersoda
Faces Pain Scales. Tingkat Sensitivitas Jumlah Persentase
Selanjutnya subjek dipaparkan minuman Dentin (Orang) (%)
bersoda (soft drink) dengan merek X sebanyak Tidak sensitif 4 10,26
20 ml selama 30 detik bersuhu dingin. Sensitif ringan 25 64,10
Kemudian dilakukan pemeriksaan setelah Sensitif sedang 9 23,08
paparan minuman bersoda. Pemeriksaan Sensitif berat 1 2,56
dilakukan sama seperti pemeriksaan sebelum Sangat sensitif 0 0
terpapar minuman bersoda. Hasil pemeriksaan Jumlah 39 100
dicatat dalam formulir pemeriksaan.
Kemudian ditentukan sensitifitas dentin dari 17
skor VAS yang didapat. 18
16
Tabel 1. Visual analog scale dan tingkat 14
sensitivitas 12
9
10 8
Skor Skala Sensitivitas
Derajat Nyeri 8
VAS Dentin
0 Tidak ada nyeri Tidak sensitif 6
3
1–3 Ringan Sensitif ringan 4
1 1
4–6 Sedang Sensitif sedang 2 0 0 0 0
7–9 Berat Sensitif berat 0
10 Sangat berat Sangat sensitif Laki-laki Perempuan
Tidak sensitif Sensitif ringan
Data yang dikumpulkan melalui Sensitif sedang Sensitif berat
pemeriksaan klinis dan kuesioner yang Sangat sensitif
diberikan pada subjek penelitian diolah dan
Gambar 1. Distribusi frekuensi subjek sebelum
dianalisis dengan uji t berpasangan.14 paparan minuman bersoda berdasarkan
jenis kelamin
HASIL PENELITIAN
Dari hasil seleksi subjek penelitian Gambar 1 di atas menunjukkan tingkat
menggunakan kuesioner diperoleh 39 subjek sensitivitas dentin sebelum paparan minuman
penelitian yang memenuhi kriteria inklusi bersoda berdasarkan jenis kelamin. Pada jenis
menjadi subjek penelitian. Distribusi subjek kelamin laki-laki menunjukkan subjek
penelitian menunjukkan subjek perempuan penelitian terbanyak adalah sensitif ringan
lebih banyak dibandingkan subjek laki-laki, demikian halnya pada jenis kelamin
seperti yang ditunjukan pada Tabel 2 dan perempuan. Sementara itu, hasil paparan
Tabel 3 menunjukkan distribusi frekuensi subjek dengan minuman bersoda (soft drink)
subjek sebelum dipaparkan minuman bersoda. merek X sebanyak 20 ml selama 30 detik
bersuhu dingin dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 2. Distribusi frekuensi subjek berdasarkan
jenis kelamin Tabel 4. Distribusi frekuensi subjek setelah
Jumlah Persentase paparan minuman bersoda
Jenis Kelamin
(Orang) (%) Tingkat Sensitivitas Jumlah Persentase
Laki-laki 9 23,07 Dentin (Orang) (%)
Perempuan 30 76,93 Tidak sensitif 2 5,13
Jumlah 39 100 Sensitif ringan 12 30,77
Sensitif sedang 23 58,97
Dari hasil pemeriksaan sensitivitas Sensitif berat 2 5,13
dentin sebelum paparan minuman bersoda Sangat sensitif 0 0
menunjukkan dari 39 subjek penelitian yang Jumlah 39 100

798
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

Dari hasil pemeriksaan sensitivitas al (2006) yang juga meneliti tingkat


dentin setelah paparan minuman bersoda sensitivitas dentin pada umur yang berbeda,
menunjukkan dari 39 subjek penelitian yang yaitu pada umur 23–48 tahun. Pada penelitian
dapat dilihat pada Tabel 4 di atas bahwa tersebut sebelum diberi paparan subjek
subjek penelitian terbanyak adalah sensitif menderita sensitif ringan dan setelah paparan
sedang dan tidak ada ditemukan sangat sensitif sedang. Hal tersebut menunjukan
sensitif. bahwa sebelum paparan, gigi telah mengalami
demineralisasi gigi akibat proses
19 pengunyahan.15
20 Hasil pemeriksaan tingkat sensitivitas
dentin pada 39 subjek penelitian setelah
15 paparan minuman bersoda (Tabel 4)
menunjukkan tingkat sensitivitas dentin
10
terbanyak adalah sensitif sedang, yaitu 23
7 subjek. Hasil ini menunjukkan peningkatan
5 tingkat sensitivitas dentin dari sebelum
4
5 paparan minuman bersoda dan setelah paparan
2 2
0 0 0 0 minuman bersoda. Peningkatan sensitivitas ini
0 terjadi karena gigi subjek penelitian yang telah
Laki-laki Perempuan mengalami demineralisasi email sehingga
Tidak sensitif Sensitif ringan pada saat subjek dipaparkan minuman
Sensitif sedang Sensitif berat bersoda, subjek yang sebelum dipaparkan
Sangat sensitif minuman bersoda, tingkat sensitivitas
Gambar 2. Distribusi frekuensi subjek setelah dentinnya tidak sensitif menjadi sensitif
paparan minuman bersoda berdasarkan ringan, subjek yang sensitif ringan menjadi
jenis kelamin sensitif sedang, demikian halnya dengan
sensitif sedang menjadi sensitif berat. Kondisi
Gambar 2 menunjukkan tingkat tersebut diperparah dengan suhu minuman
sensitivitas dentin setelah paparan minuman bersoda yang diberikan. Pada penelitian ini
bersoda berdasarkan jenis kelamin. Pada jenis minuman bersoda yang diberikan dalam
kelamin laki-laki menunjukkan subjek kondisi dingin sehingga akan mempercepat
penelitian terbanyak adalah sensitif ringan, dan memperparah hantaran stimulus ngilu
sedangkan pada jenis kelamin perempuan pada dentin16. Penelitian yang dilakulan Eralp
menunjukkan subjek penelitian terbanyak et al (2006) tentang perbandingan tingkat
adalah sensitif sedang. sensitivitas dentin juga menunjukan adanya
peningkatan tingkat sensitivitas dentin
PEMBAHASAN sebelum dan setelah dipaparkan fluoride. Hal
Hasil pemeriksaan tingkat sensitivitas ini menunjukan bahwa terjadi perbedaan
dentin pada 39 subjek penelitian sebelum tingkat sensitivitas dentin sebelum dan setelah
paparan minuman bersoda (Tabel 3) diberikan suatu jenis rangsangan.17
menunjukkan tingkat sensitivitas dentin Hasil uji statistik yang terlihat pada
terbanyak adalah sensitif ringan, yaitu 25 Tabel 3 dan Tabel 4 menunjukkan adanya
subjek. Subjek penelitian yang diambil peningkatan tingkat sensitivitas dentin
merupakan subjek yang tidak sering sebelum dan setelah paparan minuman
mengkonsumsi minuman bersoda namun bersoda. Peningkatan sensitivitas dentin
sebelum dipaparkan minuman bersoda, subjek tersebut terjadi akibat adanya erosi email. Hal
penelitian telah merasa nyeri pada giginya. Hal ini diperparah karena pada saat seleksi subjek,
ini dikarenakan proses demineralisasi sudah subjek yang mengalami abrasi tidak
terjadi pada gigi subjek penelitian akibat dieksklusikan pada penelitian ini. Salah satu
pemakaian gigi dalam proses mencerna faktor yang menyebabkan terjadinya
makanan dan minuman yang dikonsumsi demineralisasi adalah keasaman rongga mulut.
sehari-hari sehingga ketika dilakukan sondasi Keasaman rongga mulut sangat dipengaruhi
pada gigi, subjek telah merasa ngilu yang oleh makanan dan minuman yang dikonsumsi,
ringan. Hasil penelitian ini analog dengan hasil salah satunya minuman bersoda. Minuman
penelitian yang dilakukan oleh Kowalczyk et bersoda yang dikonsumsi dalam jangka waktu

799
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

tertentu dapat menurunkan pH rongga mulut senstivitas lebih berat terjadi pada subjek
sehingga dapat mempermudah demineralisasi berjenis kelamin perempuan dibandingkan
gigi. Kandungan di dalam minuman bersoda, laki-laki dikarenakan jumlah subjek
yaitu asam dan gula dapat menyebabkan erosi perempuan lebih banyak dibandingkan laki-
dan karies gigi. Asam terutama asam fosfor laki.
menurunkan pH didalam mulut sehingga
terjadi demineralisasi gigi. Pada penelitian DAFTAR PUSTAKA
yang dilakukan oleh Nisha (2010) 1. Israr YA, Cristopher AP, Rita R. Penyakit
menyebutkan bahwa setiap mengkonsumsi gigi dan mulut. Faculty of Medical,
minuman bersoda memerlukan waktu 20 detik University of Riau. Available at:
untuk bereaksi terhadap gigi.16 Penelitian dari http://ebookf.com/kl/klasifikasi-karies-
Southern Illinois University menyebutkan gigi-berdasarkan-kedalamannya.book.pdf.
bahwa dalam 3 menit setelah mengkonsumsi Accessed April 28, 2013.
minuman bersoda akan terjadi pengikisan 2. Mjor IA, Fejerskov O. Human oral
email 10 kali lebih cepat dibanding embriology and histology. Alih bahasa:
mengkonumsi jus buah.19 Yuwono L. Jakarta: Penerbit Buku
Demineralisasi email merupakan faktor Kedokteran Widya Medika. 1991: 42–93.
penting yang berperan dalam terjadinya 3. Usysohivu. Karies gigi atau gigi
hipersensitivitas dentin. Demineralisasi email berlubang pada remaja. Available at:
yang berlangsung secara terus-menerus akan http://kariesgigi.blogspot.com/2008/01/
menyebabkan erosi gigi. Pada banyak kasus, Kariesgigi.html Accessed April 28, 2013.
erosi gigi baru dapat disadari pada saat tampak 4. Bartold PM. Dentinal hypersensitivity : A
pengikisan email secara makroskopik. review. Australian Dental Journal 2006;
Pengikisan email secara mikroskopik sering 51(3):212–218.
luput dari perhatian karena belum terlihat 5. Samruddhi DP, Chute M, Gunjikar T,
mata, namun pada pengikisan tahap awal ini Jonnala J, Dilip GP. Advances in the
biasanya banyak dikeluhkan rasa nyeri akibat treatment of dentinal hypersensitivity.
rangsangan suhu panas maupun dingin. JIDA 2011; 12(5):1249–1250.
Keadaan linu inilah yang disebut 6. Porto IC, Andrade KM, Montes JR.
hipersensitivitas dentin yang merupakan Diagnosis and treatment of dentinal
variabel dalam penelitian ini.13,20 Rasa nyeri hypersensitivity. Journal of Oral Science
pada dentin terjadi dikarenakan pergerakan 2009; 51(3):323–332.
cairan tubulus dentin yang akan menyebabkan 7. Bamise CT, Kolawol KA, Oloyede EO.
stimulus pada saraf pulpa yang kemudian The determinan and control of soft
melakukan pengiriman rangsangan ke otak dan drinks-inceted dental erosion. Rev Clin
timbul persepsi rasa nyeri. Pada penelitian ini Pesg Odontol 2009; 5(2):141–154.
digunakan dua variabel VAS, yaitu Garis 8. Prasetyo EA. Keasaman minuman ringan
Linier dan Faces Pain Scale. Penggabungan menurunkan kekerasan permukaan gigi.
kedua variabel ini bertujuan untuk mencegah Bagian Ilmu Konservasi Gigi Fakultas
terjadinya kesalahan data yang diperoleh. Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.
Variabel Garis Linier bersifat subjektif karena 2005; 38(2):60–63.
data yang didapat berasal dari subjek 9. Jacobson. Minuman ringan, dibalik
penelitian tersebut sehingga digunakan Faces kenikmatan ada bencana. Available at:
Pain Scale untuk memperkuat hasil yang http://umairamultiply.com. Accessed
didapat pada variabel Garis Linier. December 3, 2012.
10. Australian Beverages Council. What is a
KESIMPULAN soft drinks?. Available at:
Terdapat perbedaan tingkat sensitivitas www.australianbeverages.org. Accessed
dentin sebelum dan setelah paparan minuman December 3, 2012.
bersoda pada subjek penelitian. Sebelum 11. Chonistivil K, Chonistivili V. Tooth
paparan minuman bersoda, tingkat sensitivitas sensitivity and whitening. Annals of
dentin subjek terbanyak menunjukkan sensitif Biomedical Research and Education
ringan dan setelah paparan minuman bersoda, 2005; 5(4):269–270.
tingkat sensitivitas dentin subjek terbanyak 12. Elizadiani DS. Pain experiences and pain
menunjukkan sensitif sedang. Tingkat management in postoperative patients.

800
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

Majalah Kedokteran Nusantara 2007;


40(1):45–51.
13. Ricarte JM, Matoses VF, Fernandes JF.
Dentinal sensitivity: Concept and
methodology for its objective evaluation.
Med Oral Patol Oral Cir Bucali 2008;
13(3):201–206.
14. Kowalczyk A, Botulinski B, Jaworska M,
Kierklo A. Evaluation of the product
based on recaldent tecnology in the
treatment of dentin hypersensitivity.
Advances in Medical Sciences 2006;
51(1):40–42.
15. Erapl AKCA, Suat DDS. Clinical
assessment of bond and fluoride in dentin
hypersensitivity. Hacettepe Dishekimligi
Fakultesi Dergisi 2006; 30(4):92–100.
16. Nisha SA. Efek pH minuman ringan
terhadap pelepasan kalsium dari
permukaan enamel gigi. Universitas
Sumatera Utara. 2010: 1–15.
17. Academy of General Dentistry. Soft drink
tooth decay. Southern Illinois University
School of Dental Medicine. Available at:
www.klikbrc.com/minuman.bersoda.meru
sak.gigi. Accessed June 9, 2013.
18. Splieth CH, Tachou A. Epidemiology of
dentin hypersensitivity. Clin Oral Invest
2013; 17(1):3–8.
19. Jacobson MF. Liquid candy: How soft
drink are harming american’s health.
Centre For Science in The Public Interest
2002; 1–27.
20. Ergakandly. Kandungan kimia minuman
bersoda. Available at: www.ekanblog
spot.com. Accessed Januari 28, 2013.

801
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

PERDARAHAN GINGIVA PADA MASA SEBELUM MENSTRUASI

Sunnati*, Ridha Andayani**

Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala


Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK
Gingivitis adalah salah satu penyakit yang paling lazim diderita oleh masyarakat. Gingivitis
merupakan inflamasi yang hanya mengenai jaringan gingiva tanpa menyerang tulang alveolar dan
ligamen periodontal (tanpa mengakibatkan kehilangan perlekatan). Perdarahan gingiva adalah salah
satu tanda klinis dari gingivitis. Perdarahan gingiva terjadi satu atau dua hari sebelum terjadinya
menstruasi, yang biasanya hilang setelah dimulainya menstruasi. Salah satu indeks untuk mengukur
perdarahan gingiva adalah Papillary Bleeding Index (PBI). Penelitian ini bertujuan untuk melihat
indeks perdarahan gingiva pada masa sebelum menstruasi, yaitu 1–2 hari sebelum menstruasi.
Penelitian deskriptif ini dilakukan di Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas
Syiah Kuala. Subjek penelitian berjumlah 65 orang yang berasal dari angkatan 2009–2011. Pada
subjek diberikan kuesioner dan pemeriksaan klinis, yaitu pemeriksaan Indeks Perdarahan Papila.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 64 subjek (98,5%) memiliki Indeks Perdarahan Papila
0, sebanyak satu subjek (1,5%) memiliki Indeks Perdarahan Papila 1 dan tidak terdapat subjek yang
memiliki Indeks Perdarahan Papila 2 dan 3–4. Disimpulkan bahwa 98,5% pada penelitian ini
memiliki gingiva sehat dan 1,5% memiliki gingivitis ringan.

Kata kunci: Perdarahan gingiva, Papillary Bleeding Index (PBI), indeks perdarahan gingiva,
menstruasi

ABSTRACT
Gingivitis is one of the most common human diseases. Gingivitis is inflammation of the gingival
tissue only without attacking the alveolar bone and periodontal ligament (absence of clinical
attachment loss). Gingival bleeding is a clinical sign of gingivitis. Menstruation gingivitis usually
occurs one or two day before the start of the period and clears up shortly after the period has started.
One of the several methods in order to measure the gingival bleeding is Papillary Bleeding Index
(PBI). This study was aimed to describe the gingival bleeding index of the premenstrual one or two
days before the menstrual period. This descriptive study was done in School of Dentistry of Medical
Faculty, Syiah Kuala University. The result shown that 64 subject (98,5%) had Papilla Bleeding Index
0, which one subject had Papilla Bleeding Index 1 and there was no subject that had Papillary
Bleeding Index 2 and 3–4. It can be concluded that 98,5% of this study that had a healthy gingiva and
1,5% had a mild gingivitis.

Key words: Gingival bleeding, Papillary Bleeding Index (PBI), gingival bleeding index, menstruation

802
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

PENDAHULUAN terjadinya menstruasi, yang biasanya hilang


Gingivitis adalah salah satu penyakit setelah dimulainya menstruasi.16
yang paling lazim diderita oleh masyarakat
dan merupakan inflamasi yang hanya BAHAN DAN METODE
mengenai jaringan gingiva tanpa menyerang Penelitian ini adalah penelitian
tulang alveolar dan ligamen periodontal (tanpa deskriptif cross sectional dengan jumlah
mengakibatkan kehilangan perlekatan).1–3 subjek 65 orang. Populasi penelitian adalah
Gambaran klinis gingivitis, yaitu perdarahan seluruh mahasiswi Program Studi Kedokteran
saat diprob, perdarahan spontan, perubahan Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah
warna pada gingiva (kemerahan), perubahan Kuala. Populasi di atas dipilih subjek, yaitu
konsistensi, pembengkakan, dan perubahan mahasiswi angkatan 2009–2011 Program
tekstur permukaan gingiva.4–6 Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran
Prevalensi gingivitis di Ahmedabad Universitas Syiah Kuala. Kriteria inklusi pada
tahun 2011 pada anak usia 12 tahun sebesar penelitian ini adalah pada saat pemeriksaan
12,23% sementara pada usia 15 tahun subjek dalam keadaan belum menstruasi, yaitu
menunjukkan gingivitis sebesar 42,73%.7 pada saat 1–2 hari sebelum menstruasi,
Berdasarkan hasil studi status kesehatan mulut mahasiswi angkatan 2009–2011 Program
pada anak-anak berusia 6–12 tahun di Delta Studi Kedokteran gigi Fakultas Kedokteran
Danube Rumania pada tahun 2011 Universitas Syiah Kuala, dan bersedia menjadi
menunjukkan perdarahan gingiva sebesar subjek penelitian. Kriteria eksklusi pada
32,8%.8 Berdasarkan hasil survei kesehatan penelitian ini adalah mahasiswi yang memakai
gigi dan mulut dengan 1799 remaja tahun alat ortodonti cekat, mahasiswi yang memiliki
2002 di 35 kota Sao Paulo Brazil riwayat penyakit sistemik (diabetes melitus
menunjukkan perdarahan gingiva sebesar tipe 1, leukemia), mempunyai kebiasaan
21,5%.9 bernafas melalui mulut, sedang dalam keadaan
Plak merupakan penyebab utama menstruasi, sedang dalam perawatan
gingivitis.6 Faktor lokal lainnya yang periodontal, mengkonsumsi obat-obatan
menyebabkan terjadinya inflamasi gingiva (antikoagulan dan calcium channel blockers),
antara lain, yaitu restorasi yang kurang baik dan mahasiswi dengan gigi yang malposisi
pada margin gingiva, gigi tiruan, dan alat-alat (gigi berjejal berat berdasarkan kriteria
ortodonti.10 Faktor lain dapat juga Poulton dan Aaronson, 1961).17,18
mempengaruhi gingivitis antara lain Cara kerja penelitian dengan melakukan
perubahan hormon, seperti yang terjadi selama wawancara sekaligus pengisian kuisioner
kehamilan, pubertas, dan menstruasi.8 seleksi subjek yang langsung diisi oleh subjek.
Menstruasi adalah siklus dari peluruhan Pada subjek yang memenuhi kriteria inklusi
lapisan dalam rahim atau endometrium yang diberikan informed consent. Kemudian peneliti
banyak mengandung pembuluh darah dari memberikan kuisioner penelitian untuk
rahim melalui vagina dan terjadi di bawah mendapatkan data yang meliputi tanggal
pengaruh hormon hipofisis.11,12 Darah haid menstruasi sebelumnya serta pernyataan
terutama berasal dari arteri, dengan hanya 25% lainnya. Setelah didapatkan data mengenai
darah berasal dari vena.13 Menstruasi tanggal menstruasi bulan sebelumnya,
disebabkan oleh berkurangnya hormon diurutkan berdasarkan tanggal. Selanjutnya
estrogen dan progesteron, terutama hormon dilakukan pemeriksaan perdarahan gingiva
progesteron, pada akhir siklus menstruasi menggunakan indeks perdarahan papila (Saxer
bulanan.14 Periode siklus menstruasi, yaitu 25– dan Muhleman, 1975) dengan menggunakan
30 hari yang dikendalikan oleh sekresi hormon prob periodontal dan kaca mulut.
seks (hormon estrogen dan progesteron).15
Perubahan dalam rongga mulut yang HASIL PENELITIAN
menyertai menstruasi termasuk perdarahan
gingiva, kemerahan pada jaringan gingiva dan Tabel 1. Frekuensi perdarahan gingiva
pembengkakan.16,17 Pada beberapa wanita Perdarahan Jumlah Persentase
selama siklus menstruasi, jaringan gingiva Gingiva Subjek (%)
akan terjadi pembengkakan dan menjadi lebih Ada 63 96,9
kemerahan sebelum terjadi menstruasi.17 Tidak 2 3,1
Perdarahan gingiva terjadi pada hari sebelum Total 65 100

803
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

Dari Tabel 1 di atas menunjukkan ataupun tanda visual lainnya.20 Perdarahan


bahwa mahasiswi yang mengalami perdarahan gingiva dapat disebabkan oleh faktor lokal,
gingiva, yaitu sebanyak 63 orang (96,9%). yaitu plak dan faktor sistemik, yaitu siklus
menstruasi, diabetes melitus, leukemia, dan
Tabel 2. Frekuensi distribusi indeks perdarahan obat-obatan (antikoagulan dan calcium
papila channel blockers).21–22 Faktor predisposisi
Indeks Perdarahan Jumlah Persentase yang dapat menyebabkan terjadinya gingivitis
Papila Subjek (%) antara lain karies, faktor iatrogenik, gigi yang
Gingiva sehat 64 98,5 malposisi, bernafas melalui mulut dan gigi
Gingivitis ringan 1 1,5 tiruan sebagian, tumpatan yang mengemper
Gingivitis sedang 0 0 (overhangs), dan pemakaian ortodonti.23–24
Gingivitis berat 0 0 Pada penelitian ini menunjukkan bahwa
Total 65 100 mahasiswi yang memiliki gingiva yang sehat,
yaitu sebanyak 64 subjek (98,5%). Hasil
penelitian ini berbeda dari suatu penelitian
70 64 yang dilakukan pada pasien di Baqai Dental
Hospital menunjukkan bahwa prevalensi
60
gingivitis pada perempuan sebesar 28,82%.25
50 Hal ini dapat disebabkan karena mahasiswa
Jumlah Subjek

kedokteran gigi lebih mengerti tentang


40 menjaga oral hygiene sehingga perdarahan
30 yang terjadi minimal.
Perdarahan gingiva lebih rentan terjadi
20 satu atau dua hari sebelum terjadinya
menstruasi, yang biasanya hilang setelah
10
1 0 0 dimulainya menstruasi, yang disebabkan oleh
0 akumulasi plak dan berkaitan dengan
Gingiva Gingivitis Gingivitis Gingivitis ketidakseimbangan hormon progesteron dan
sehat ringan sedang berat estrogen.26–28 Machtei (2004) mengemukakan
Klasifikasi Indeks Perdarahan Papila bahwa perdarahan gingiva lebih rendah terjadi
Gambar 1. Diagram distribusi klasifikasi indeks pada masa menstruasi dibandingkan pada saat
perdarahan papila mahasiswi angkatan ovulasi dan premenstruasi, yaitu 1–2 hari
2009–2011 Program Studi Kedokteran sebelum menstruasi.29 Walaupun demikian,
Gigi Fakultas Kedokteran Universitas pada penelitian ini perdarahan terjadi minimal
Kuala karena aktivitas hormon yang tidak seimbang,
tetapi diikuti dengan penjagaan oral hygiene
Keterangan: yang benar oleh subjek.
- Indeks perdarahan papila 0=gingiva sehat Tabel 1 menunjukkan bahwa mahasiswi
- Indeks perdarahan papila 1=gingivitis ringan yang mengalami perdarahan gingiva, yaitu
- Indeks perdarahan papila 2=gingivitis sedang sebanyak 63 subjek (96,9%) dan yang tidak
- Indeks perdarahan papila 3–4=gingivitis berat mengalami perdarahan gingiva sebanyak 2
subjek (3,1%). Hasil penelitian ini berbeda
Dari Gambar 1 di atas menunjukkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Balan
bahwa mahasiswi angkatan 2009–2011 dkk pada 40 subjek yang memiliki siklus
Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas menstruasi normal 28–30 hari pada tahun 2012
Kedokteran Universitas Syiah Kuala memiliki yang menunjukkan perdarahan gingiva sebesar
gingiva sehat merupakan tingkatan tertinggi, 8%.30 Perdarahan yang terjadi pada penelitian
yaitu sebanyak 64 orang (98,5%). ini hanya perdarahan pada beberapa gigi saja
sehingga apabila dikalkulasikan hasilnya
PEMBAHASAN termasuk kategori gingiva sehat.
Perdarahan gingiva adalah salah satu Tabel 2 menunjukkan bahwa subjek
tanda klinis dari gingivitis dan merupakan yang memiliki gingiva sehat sebanyak 64
kondisi yang paling umum terjadi.19 subjek (98,5%) dan yang memiliki gingivitis
Perdarahan gingiva dalam pemeriksaan ringan sebanyak 1 subjek (1,5%). Berbeda
tampak lebih awal dari pada perubahan warna dengan studi kasus pada tahun 2004 yang

804
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

dilakukan di Nihon University Dental Hospital gingivitis and periodontitis in a multi-


Jepang pada wanita usia 35 tahun, yang centre study in North Jordan: A cross
menunjukkan indeks perdarahan pada fase sectional study. BMC Oral Health 2012;
ovulasi sebesar 18,9%. Telah diamati bahwa 12(1):1–8.
rata-rata selama fase ovulasi indeks 5. Rebelo MAB, Queiroz ACD. Gingival
perdarahan gingiva lebih tinggi dibandingkan indices: State of art. In: Gingival diseases
selama fase menstruasi.31 Pada penelitian ini their aetiology prevention and treatment
menunjukkan bahwa sebesar 98,5% mahasiswi (Panagakos FS, Davies R, eds). Janeza
memiliki gingiva sehat diduga karena Trdine: Intech. 2011: 41–43.
kesadaran subjek yang dapat menjaga 6. Lang NP, Schatzle MA, Loe H. Gingivitis
kebersihan gigi dan mulutnya dengan baik. as a risk factor in periodontal disease. J
Penelitian yang dilakukan Shiraz Usman dkk Clin Periodontol 2009; 36(Suppl. 10):3–
menunjukkan bahwa mahasiswa kedokteran 8.
gigi memiliki tingkat pengetahuan kesehatan 7. Patel DR, Parkar SM. Assessment of
rongga mulut paling tinggi dibandingkan gingival and dental caries status among
dengan mahasiswa kesehatan lainnya.32 12 and 15 years old school going children
Mahasiswa kedokteran gigi juga mengetahui of Ahmedabad City - A pilot study. The
akibat dari penumpukan plak yang banyak Journal of Ahmedabad Dental College
sehingga lebih memperhatikan kebersihan and Hospital 2011; 2(1):17–21.
mulutnya. Hal ini menyebabkan mahasiswa 8. Jipa IT, Amariei CI. Oral health status of
kedokteran gigi memiliki gingiva yang sehat. children aged 6–12 years from the
Danube Delta Biosphere Reserve. OHDM
KESIMPULAN 2012; 11(1):39–45.
Indeks perdarahan gingiva mahasiswi 9. Antunes JLF, Peres MA, Frias AC,
pada masa sebelum menstruasi menunjukkan Crosato EM, Biazevic MGH. Gingival
bahwa dari 65 subjek pada penelitian ini, health of adolescent and the utilization of
sebanyak 64 subjek (98,5%) memiliki gingiva dental services, State of São Paulo,
sehat. Brazil. Rev Saúde Pública 2008; 42(2):1–
8.
SARAN 10. Dimond B. Gingivitis: Symptoms, causes
Subjek pada penelitian ini adalah and treatment. Dental Nursing 2010;
mahasiswi kedokteran gigi sehingga tingkat 7(8):436–439.
pengetahuan tentang kesehatan gigi lebih baik 11. Aniebue UU, Aniebue PN, Nwankwo TO.
sehingga perlu dilakukan penelitian dengan The impact of pre-menarcheal training on
latar belakang pengetahuan tentang kesehatan menstrual practices and hygiene of
gigi yang berbeda. Nigerian School Girls. Pan Afr Med J
2009; 1–9.
DAFTAR PUSTAKA 12. Kumalasari I, Andhyantoro I. Kesehatan
1. Jincai Z, Dongying X, Weihua F, Xiong reproduksi untuk mahasiswa kebidanan
Z, Serge D, William DV, et al. Severity dan keperawatan. Jakarta: Salemba
and prevalence of plaque induced Medika. 2012: 16.
gingivitis in the chinese population. 13. Ganong WF. Buku ajar fisiologi
Compend Contin Educ Dent 2010; kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC. 2008:
31(8):624–629. 454.
2. Widagdo Y, Sulistiawati N, Laksmi D. 14. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi
Kondisi pH saliva penderita gingivitis kedokteran. Edisi 11. Jakarta:EGC. 2007:
anak usia gigi bercampur. Denpasar: 1072.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas 15. Markou E, Eleana B, Lazaros T, Antonios
Mahasaraswati. Skripsi K. The influence of sex steroid hormones
3. Paul S. Treatment of plaque-induced on gingiva of women. Open Dent J 2009;
gingivitis, chronic periodontitis, and other 3:114–119.
clinical conditions. Pediatr Dent 2004; 16. Carpenter W, Glick M, Nelson SR, Roser
33(6):307–316. SR, Patton LL. Women’s oral health
4. Ababneh KT, Abu Hwaij ZMF, Khader issues. JADA 2006: 1–8.
YS. Prevalence and risk indicators of

805
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806

17. Joan Otomo-Corgel. Periodontal therapy 29. Lund AE. Menstrual cycle affects
in the female patient. In: Carranza’s periodontal health. JADA 2004; 135:571–
clinical periodontology (Newmann MG, 573.
Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA, 30. Balan U, Gonsalves N, Jose M, Girish
eds). 11th ed. St. Louis, Missouri: KL. Symptomatic changes of oral mucosa
Saunders Elsevier. 2012: 414. during normal hormonal turnover in
18. Melfi RC, Alley KC. Permar’s oral healthy young menstruating women. The
embriology and microscopis anatomy. Journal of Contemporary Dental Practice
10th ed. Maryland: Lippicott Williams & 2012; 13(2):178–181.
Wilkins. 2000: 238. 31. Nobuko K, Yoshihiro I, Mamoru K,
19. Klukowska M, Grender JM, Goyal CR, Ayako O, Aki K, Naoyuki S, Koichi I.
Mandi C, Biesbrock AR. 12-week clinical Periodic exacerbation of gingival
evaluation of a rotation/ oscillation power inflammation during the menstrual cycle.
toothbrush versus a new sonic power Journal of Oral Science 2005; 47(3):159–
toothbrush in reducing gingivitis and 164.
plaque. American Journal of Dentistry 32. Usman S, Bhat SS, Sargod SS. Oral
2012; 25(25):287–292. health knowledge and behavior of clinical
20. Yassin H. Plaque induced gingivitis medical, dental and paramedical student
(Chronic gingivitis). Periodontology Dept in Mangalore. JOHCD 2007; 1(3):46–48.
P.U.A 2012: 1–6.
21. Kluwer W. Lippincott’s guide to
infectious disease. Maryland: Lippincott
Williams & Wilkins. 2011: 136.
22. Krishnan V, Rajasekar S, Jacob TS.
Periodontal pathology-periodontal
disease. In: Viva voce in periodontics
(Jacob TS, Arunmozhi P, eds). New
Delhi: Jaypee. 2008: 50.
23. Fiorellini JP, Kim DM, Uzel NG. Clinical
features of gingivitis. In: Carranza’s
clinical periodontology (Newmann MG,
Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA,
eds). 11th ed. St. Louis, Missouri:
Saunders Elsevier. 2012: 76–81.
24. Anonymous. Helping orthodontic patients
achieve optimum oral health. Focus on
orthodontics 2003; 5(1):1–4.
25. Nazir S, Arain AH. Gender spesific
prevalence of gingival disease among the
patients visiting Baqai Dental Hospital.
Pakistan Oral & Dental Journal 2010;
30(2):506–510.
26. Newbrun E. Indices to measure gingival
bleeding. J Periodontol 1996; 67(6):555–
561.
27. Fehrenbach MJ, Women's oral health
needs. Young Dental Manufacturing
2005; 4(4):1–6.
28. Illyess. An overview of gingival and
periodontal diseases. The University of
Tennessee Health Science Center College
of Dentistry 2008: 1. Available at:
http://www.uthsc.edu/dentistry/CE/forms/
OverviewofGingivalandPeriodontalDisea
ses.pdf. Accessed December 16, 2012.

806
ISSN: 2085-546X
Petunjuk Bagi Penulis

Cakradonya Dental Journal (CDJ) adalah jurnal ilmiah yang  Pendahuluan (tanpa subjudul)
terbit dua kali setahun, Juni dan Desember. Artikel yang  Subjudul-subjudul sesuai kebutuhan
diterima CDJ akan dibahas para pakar dalam bidang keilmuan  Penutup (kesimpulan dan saran)
yang sesuai (peer-review) bersama redaksi. Sekiranya peer-  Daftar pustaka
review menyarankan adanya perubahan, maka penulis diberi 3. Laporan Kasus. Berisi artikel tentang kasus di klinik yang
kesempatan untuk memperbaikinya. cukup menarik, dan baik untuk disebarluaskan dikalangan
sejawat lainnya. Format terdiri atas: Pendahuluan,
CDJ menerima artikel konseptual dari hasil penelitian original Laporan kasus, Pembahasan dan Daftar pustaka.
yang relevan dengan bidang kesehatan, kedokteran gigi dan 4. Gambar dan tabel. Kirimkan gambar yang dibutuhkan
kedokteran. CDJ juga menerima tinjauan pustaka, dan laporan bersama makalah. Tabel harus diketik 1 spasi.
kasus. 5. Metode statistik. Jelaskan tentang metode statistik secara
rinci pada bagian “metode”. Metode yang tidak lazim,
Artikel yang dikirim adalah artikel yang belum pernah ditulis secara rinci berikut rujukan metode tersebut.
dipublikasi, untuk menghindari duplikasi CDJ tidak menerima 6. Judul ditulis dengan huruf besar 11 point, baik judul
artikel yang juga dikirim pada jurnal lain pada waktu singkat dengan jumlah maksimal 40 karakter termasuk
bersamaan untuk publikasi. Penulis memastikan bahwa seluruh huruf dan spasi. Diletakkan di bagian tengah atas dari
penulis pembantu telah membaca dan menyetujui isi artikel. halaman pertama. Subjudul dengan huruf 11 point.
7. Nama dan alamat penulis. Nama penulis tanpa gelar dan
1. Artikel Penelitian alamat atau lembaga tempat bekerja ditulis lengkap dan
Tatacara penulisan: jelas. Alamat korespondensi, nomor telepon, nomor
 Judul dalam bahasa Indonesia facsimile, dan alamat e-mail.
 Abstrak dibuat dalam bahasa Indonesia & Inggris, 8. Ucapan terima kasih. Ucapan terima kasih hanya untuk
dalam bentuk tidak terstruktur dengan jumlah para profesional yang membantu penyusunan naskah,
maksimal 200 kata, harus mencerminkan isi artikel, termasuk pemberi dukungan teknis, dana dan dukungan
ringkas dan jelas, sehingga memungkinkan pembaca umum dari suatu institusi.
memahami tentang aspek baru atau penting tanpa 9. Daftar pustaka. Daftar pustaka ditulis sesuai dengan
harus membaca seluruh isi artikel. Diketik dengan aturan penulisan Vancouver, diberi nomor urut sesuai
spasi tunggal satu kolom. dengan pemunculan dalam keseluruhan teks ditulis secara
 Kata Kunci dicantumkan pada halaman yang sama super script. Jumlah daftar pustaka minimal 10 referensi.
dengan abstrak. Pilih 3-5 buah kata yang dapat Bila pengarang lebih dari 6 orang, maka disebutkan 6
membantu penyusunan indek. nama pengarang kemudian baru at al/dkk. Bila kurang
 Artikel utama ditulis dengan huruf jenis Times New dari 6 orang maka disebutkan semua nama pengarangnya.
Roman ukuran 11 point, spasi satu dan dibuat dalam - Jurnal: Hendarto H, Gray S. Surgical and non surgical
bentuk dua lajur (page layout) intervation for speech rehabilitation in Parkinson
 Artikel termasuk tabel, daftar pustaka dan gambar disease. Med J Indonesia 2000; 9 (3): 168-74.
harus diketik 1 spasi pada kertas dengan ukuran 21,5 - Buku: Lavelle CLB. Dental plaque. In: Applied Oral
x 28 cm (kertas A4) dengan jarak dari tepi 2,5 cm, Physiology, 2nd ed. London: Wright. 1988:93-5.
jumlah halaman maksimum 12. Laporan tentang - Book Section: Shklar G, Carranza FA. The Historical
penelitian pada manusia harus memperoleh Background of Periodontology. In: Carranza's Clinical
persetujuan tertulis (signed informed consent). Periodontology (Newman MG, Takei HH, Klokkevold
 Sistematika penulisan artikel hasil penelitian, adalah PR, Carranza FA, eds), 10th ed. St. Louis: Saunders
sebagai berikut: Elsevier, 2006: 1-32.
 Judul - Website : Almas K. The antimicrobial effects of seven
 Nama dan alamat penulis serta alamat email different types of Asian chewing sticks. Available in
 Abstrak dalam bahasa Indonesia dan Inggris http://www.santetropicale.com/resume/49604.pdf
 Kata kunci Accessed on April, 2004.
 Pendahuluan (tanpa subjudul, memuat latar 10. Artikel dikirim sebanyak 1 (satu) eksemplar, dalam
belakang masalah dan sedikit tinjauan pustaka, dan bentuk hard dan soft copy, tuliskan nama file dan program
masalah/tujuan penelitian). yang digunakan, kirimkan paling lambat 2 (dua) bulan
 Bahan dan Metode sebelum bulan penerbitan kepada:
 Hasil Ketua Dewan Penyunting
 Pembahasan Cakradonya Dental Journal (CDJ)
 Kesimpulan dan Saran Fakultas Kedokteran Gigi -Unsyiah
 Ucapan terima kasih Darussalam Banda Aceh 23211
 Daftar Pustaka. Telp/fax. 0651-7551843
2. Tinjauan pustaka/artikel konseptual (setara hasil 11. Kepastian pemuatan atau penolakan artikel akan
penelitian) merupakan artikel review dari jurnal dan atau diberitahukan melalui email. Penulis yang artikelnya
buku mengenai ilmu kedokteran gigi, kedokteran dan dimuat akan mendapat bukti pemuatan sebanyak 1 (satu)
kesehatan mutakhir memuat: eksemplar. Artikel yang tidak dimuat tidak akan
 Judul dikembalikan kecuali atas permintaan penulis.
 Nama penulis
 Abstrak dalam bahasa Indonesia dan Inggris

Anda mungkin juga menyukai