Alamat Redaksi:
Fakultas Kedokteran Gigi Unsyiah
Darussalam Banda Aceh 23111. Tel. 0651-7555183
Website: cdj.pskg.fk.unsyiah.ac.id
email: cakradonyadentaljournal@gmail.com
Pelindung:
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Unsyiah
Penanggung Jawab:
Pembantu Dekan I FKG Unsyiah
Ketua Penyunting:
Sunnati, drg, Sp.Perio
Penyunting Ahli:
Prof. drg. Bambang Irawan, PhD (FKG UI)
Prof. Dr. drg. Narlan Sumawinata, Sp.KG (FKG UI)
Prof. Dr. drg. Elza Ibrahim Auekari, M. Biomed (FKG UI)
Prof. Dr. drg. Eki S. Soemantri, Sp. Ortho (FKG UNPAD)
Prof. drg. Ismet Danial Nasution, Sp. Prostho, Ph.D (FKG USU)
Prof. Dr. drg. Benny S Latief, Sp.BM (K) (UI)
Prof. Dr. drg. Dewi Nurul, MS, Sp. Perio (FKG UI)
drg. Gus Permana Subita, PhD, Sp.PM (FGK UI)
Prof. Dr. drg. Hanna B. Iskandar, Sp.RKG (FKG UI)
Prof. Dr. drg. Retno Hayati, Sp.KGA (K) (FKG UI)
Dr. Syahrul, Sp.S (FK Unsyiah)
drg. Zaki Mubarak, MS (FKG Unsyiah)
Penyunting Pelaksana:
Liana Rahmayani, drg, Sp.Pros
Abdillah Imron Nasution, drh, M.Si
Viona Dian Sari, S.si, M.Si
Diana Setya Ningsih, drg, M.Si
EDITORIAL
Cakradonya Dental Journal (CDJ) yang diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Syiah Kuala merupakan media komunikasi ilmiah antar intelektual yang akan
menjadi referensi bagi mahasiswa dan praktisi Kedokteran Gigi. Sebagaimana volume
sebelumnya, volume ini masih mengangkat isu seputar teknologi pengembangan ilmu
kedokteran gigi, aplikasi, dan korelasi ilmu kesehatan terintegrasi. Pada volume 6 nomor 2
ini mencakup penelitian, laporan kasus, dan tinjauan pustaka yang di dalamnya mencukup
bidang Ortodonsia, Bedah Mulut, Konservasi, Periodonsia, Pedodonsia, Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Biologi Oral, dan Dental Material.
Tulisan yang tersaji dari berbagai artikel tersebut secara keilmiahan telah
dilakukan pengeditan oleh tim ahli sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing, namun jika
pada artikel tersebut masih terjadi kesalahan, maka akan dijadikan referensi kami untuk
perbaikan edisi selanjutnya. Secara keseluruhan informasi yang tersampaikan dalam jurnal
CDJ volume 6 nomor 2 telah mewakili pengembangan ilmu kedokteran gigi.
Ucapan terima kasih kepada penulis atas kepercayaan memilih CDJ sebagai wadah
publikasi ilmiah. Kepercayaan anda ini akan menjadi tantangan bagi kami untuk selalu
memperbaharui dan memperbaiki sistem dan manajemen pengelolaan jurnal CDJ menjadi
lebih baik.
DAFTAR ISI
Dewi Elianora
ABSTRAK
Kebiasaan buruk (oral habit) mengisap ibu jari dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan
terjadinya maloklusi. Oral habit wajar terjadi pada usia kurang dari enam tahun, namun dapat
berlanjut pada usia lebih dari enam tahun yang dapat menyebabkan kelainan pada struktur dentofasial.
Tingkat keparahannya tergantung dengan frekuensi dan durasinya yang lama. Perawatan perlu
dilakukan, mengingat akibat yang dapat ditimbulkannya. Laporan kasus seorang anak umur 9 tahun 6
bulan mempunyai kebiasaan mengisap ibu jari (thumb sucking) sejak kecil dan kebiasaan tersebut
berlanjut sampai sekarang. Anak tersebut tidak mempunyai riwayat penyakit sistemik. Pemeriksaan
intraoral gigi anterior rahang atas terlihat proklinasi. Penanganan awal yang dilakukan pada anak
tersebut adalah dengan pemakaian alat orto trainer. Kesimpulan pemakaian alat orto trainer dalam
masa tumbuh kembang diharapkan dengan hilangnya bad habit maka deep bite yang disebabkan oleh
kebiasaan buruk akan kembali normal seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan rahang.
ABSTRACT
The bad habit (oral habit) like thumb sucking in a long period of time can cause the onset of
malocclusion. Oral habit naturally occurs in the age less than six years, but can be continued on over
six years that can cause abnormalities in the structure of dentofacial. The extent of damage caused by
this habit is dependent on the duration, frequency and intensity. The treatment is needs to prevent the
consequences of the bad habit. Case report of a child aged 9 years and 6 months have had the habit of
thumb sucking since childhood and it continues until now. The child does not have a history of
systemic disease. Intraoral examination of the anterior maxillary teeth shows proclination. Initial
treatment done on the child is with the use of tool ortho trainer. Conclusion the use of tool ortho
trainer grew swell is expected with the loss of bad habit so deep bite that caused by bad habits will
return to normal in growth and development along with the jaw.
745
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
746
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
b. Rontgen periapikal
b. Tampak samping
Gambar 2. Model studi
c. Rontgen cephalo
Gambar 1. Foto rontgen
747
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
Gambar 5. Occlusion
Anterior Teeth:
Deep bite: gigi III 2 1 1 2 III
2 1 1 2
a. Overjet: 8,20 mm (sebelah mesial insisivus
sentral)
Overbite: 5,90 mm
Midline: RA segaris
RB tidak segaris, bergeser ke
kanan sebesar 4,1 mm
Posterior Teeth:
Normal
Terminal plane (m2) R (distal step) L
(distal step)
Permanen first molar: fully erupted
b. Angle class: Klas I R (klas I) L (klas I)
Intraoral anomali: tidak ada
748
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
749
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
750
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
b. Sesudah perawatan
Gambar 6. Gambaran jari tangan
a. Sebelum perawatan
a. Sebelum perawatan
b. Sesudah perawatan
Gambar 6. Foto oklusi
751
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
752
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
753
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
Departemen Ortodonsia
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Maloklusi Klas II sering dijumpai pada masyarakat dan menjadi alasan penting untuk mencari
perawatan. Maloklusi Klas II sangat efektif dirawat pada masa tumbuh kembang dengan berbagai tipe
pesawat fungsional. Salah satunya dengan aktivator, yang memiliki efek dentofasial orthopaedic.
Pengaruh perawatan aktivator secara radiografi sefalometri lateral, dijumpai adanya perubahan pada
skeletal mandibula yang signifikan daripada dental dan juga berpengaruh pada pertumbuhan kondilus
serta posisi dagu. Aktivator dapat mengoreksi anomali dalam arah sagital, transversal, dan vertikal.
Dua laporan kasus mengenai hasil perawatan dengan aktivator secara sefalometri akan dibahas.
Kata kunci: Maloklusi Klas II, aktivator, radiografi sefalometri lateral, usia tumbuh kembang
ABSTRACT
Class II malocclusion often encountered in community and is an important reason to seek for an
orthodontic treatment. The most effective period for the treatment of class II Malocclusion is during
the period of growth and development with various type of functional appliances. One of the
functional appliances with an activator, which has the effect of dentofacial orthopaedic. From the
treatment with activator, there is a significant changes of dental at mandibular skeletal and also affect
the growth of condyle and chin position via lateral cephalometric radiography. The activator can also
correct the abnormalities of sagittal, transversal, and vertical direction. Two case reports about the
treatment result using the activator via cephalometric will be discussed.
Key words: Clas II malocclusion, activator, lateral cephalometric radiography, growth period
754
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
755
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
fungsi otot-otot wajah dan rahang dengan Aktivator tidak dipakai sebagian besar
tujuan:4 pada waktu siang hari supaya organ mastikasi
berfungsi bebas dan sepenuhnya. Transmisi
756
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
gaya dari aktivator ke gigi dapat dicapai pelat akrilik monoblok dan biasanya
melalui elemen penuntun yang keras maupun ditambahkan lengkung labial. Ada 3 tipe di
elastis.9 antaranya tipe pertama dengan dua lengkung
labial tanpa spring Coffin dan tanpa pemisahan
Modifikasi Aktivator akrilik karena tidak dilakukan ekspansi
Dalam perkembangan pemakaian (Gambar 4a).1
aktivator, para ahli telah merancang dengan
membuat modifikasi pesawat aktivator sesuai
dengan kasus yang dirawat. Modifikasi
aktivator dari Herren dengan membuat claps
ke gigi maksila untuk memperkuat kedudukan
aktivator sewaktu dipakai pasien tidur
sehingga tidak mengurangi keefektivannya
(Gambar 2).1,7
Gambar 4a. Tipe pertama aktivator Schmuth 1
757
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
Keterangan:
Gambar 6. Aktivator-headgear 8 NSL : Garis nasion - sella
OL : Garis oklusal
Laporan Kasus Perawatan Maloklusi Klas OLp : Garis perpendikular oklusa
II Dengan Aktivator
Dilaporkan dua kasus anak laki-laki Kasus 2
dengan maloklusi Klas II yang telah dirawat Pasien berusia 9 tahun 8 bulan dan telah
dengan aktivator dari penelitian Pancherz.12 dirawat dengan aktivator selama 3 tahun.
Perbaikan Klas II dicapai terutama perubahan
dental. Pertumbuhan mandibula melebihi
758
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
SARAN
1. Operator harus mampu menciptakan
hubungan yang baik dengan pasien dan
mampu memotivasi pasien untuk dapat
bekerja sama dalam melaksanakan
perawatan sehingga dapat menghasilkan
perawatan yang sesuai dengan harapan.
2. Operator harus dapat memanfaatkan masa
tumbuh kembang pasien sehingga
maloklusi dapat berhasil dirawat.
3. Operator harus memperhatikan desain
pesawat dan dataran petunjuk sehingga
aktivator dapat efektif selama perawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 8. Foto ekstraoral dan model studi 1. Graber TM, Rakosi T, Petrovic AG.
sebelum (kiri) dan setelah (kanan) Dentofacial orthopedics with functional
perawatan aktivator. Superimposisi
appliances. St. Louis: Mosby Co. 1985:
Tracing sefalometri pada NSL di sella.
Garis panduan OL dan OLp 12 150–155,157–158,206–208,346–352.
2. Cozza P, Toffol LD, Lacopini L. An
Perawatan dengan aktivator tidak analysis of the corrective contribution in
selamanya memberikan hasil perawatan yang activator treatment. Angle Orthod 2004;
diinginkan. Hal ini dipengaruhi oleh masa 74(6):741–748.
tumbuh kembang dan pola pertumbuhan. 3. Foster TD. Buku ajar ortodonsi. Alih
Pentingnya pola pertumbuhan dalam arah yang bahasa: Yuwono L. Edisi 3. Jakarta:
baik ditekankan sebagai faktor penting untuk EGC. 1999: 70–72,253–270.
mendapatkan hasil baik. Aktivator memiliki 4. Adams CP. Desain, konstruksi dan
efek stimulasi pada pertumbuhan mandibula. kegunaan pesawat ortodonti lepas. Alih
Pesawat hanya dipakai di malam hari sehingga bahasa: Yuwono L. Jakarta: Widya
batas ambang untuk proses remodeling adaptif Medika. 1991: 116–136.
pada kondilus mungkin tidak tercapai pada 5. Oeripto A, Susanto F. Aktivator sebagai
kasus-kasus tertentu. Bila mandibula secara alat fungsional ortopedi dalam perawatan
terus menerus dipertahankan pada posisi ortodonti. Medan: Laboratorium
protrusi 24 jam sehari, seperti pada pesawat Ortodonti Fakultas Kedokteran gigi
Herbst, pertumbuhan mandibula tampaknya Universitas Sumatera Utara. 1994: 1–10.
akan meningkat.13 6. Cozza P, Toffol LD, Colagrossi S.
Dentoskeletal effects and facial profile
759
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
760
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
ABSTRAK
Gigi molar ketiga rahang bawah sering memiliki gangguan erupsi, seperti gigi impaksi. Gigi impaksi
dapat diakibatkan adanya halangan gigi tetangga, lapisan tulang yang padat atau jaringan lunak yang
tebal. Gigi impaksi dapat mengganggu fungsi pengunyahan dan sering menyebabkan berbagai
komplikasi. Oleh karena itu, diperlukan tindakan pembedahan yang disebut odontektomi. Tindakan
odontektomi sering menyebabkan komplikasi post odontektomi berupa perdarahan, trismus, edema,
dry socket dan paraestesi. Derajat tingkat kesulitan diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya
komplikasi post odontektomi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara derajat tingkat
kesulitan odotektomi dengan komplikasi post odontektomi gigi impaksi molar ketiga rahang bawah
pada pasien di Instalasi Gigi dan Mulut RSUDZA Banda Aceh. Penelitian ini merupakan penelitian
analitik melibatkan 58 subjek pada gigi impaksi yang telah dilakukan pemeriksaan radiologis,
kemudian dilakukan tindakan odontektomi dan pemeriksaan klinis untuk menilai komplikasi post
odontektomi. Tingkat kesulitan odontektomi ringan, sedang, dan sulit ditentukan berdasarkan
hubungan posisi molar ketiga, kedalaman dan ruang yang tersedia. Berdasarkan hasil uji chi-square
tidak terdapat hubungan antara tingkat kesulitan pencabutan dengan komplikasi post odontektomi gigi
impaksi molar ketiga rahang bawah (p>0,05). Kesimpulan pada penelitian ini tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara tingkat kesulitan pencabutan dengan komplikasi post odontektomi.
Kata kunci: Tingkat kesulitan, odontektomi, komplikasi post odontektomi, gigi impaksi molar ketiga
rahang bawah
ABSTRACT
Lower third molar teeth had interference in eruption frequently like impaction. Impacted teeth is
caused by obstruction of neighboring teeth, compact bone or soft-tissue thickness. Impacted teeth can
interfere masticatory function and often cause various complications. Therefore, it will require
surgery called odontectomy. Odontectomy often causes post odontectomy complications i.e. bleeding,
trismus, edema, dry socket, and paraesthesia. The difficulty level is suspected as a cause of post
odontectomy complications. The purposed of this study was to find out the relationship between
difficulty level of tooth extraction and post odontectomy complications on lower third molar teeth
impaction in patient in Zainoel Abidin General Hospital of Banda Aceh. It was an analytical research
involved 58 subjects on impacted tooth that had radiological examinations and clinical examination to
observed post odontectomy complications. The difficulty level of mild, moderate, and difficult based
on lower third molar position, the depth and available space. Based on the result of chi-square test,
there was no link between difficulty level of tooth extraction and post odontectomy complications on
lower third molar teeth impaction (p>0.05). Conclusion in this study, there was no significant
relationship between difficulty level of tooth extraction and post odontectomy complications.
Key words: Difficulty level, odontectomy, post odontectomy complications, lower third molar teeth
impaction
761
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
762
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
penelitian ini adalah pasien odontektomi gigi baik total maupun sebagian, dan adanya bau
impaksi molar ketiga rahang bawah yang mulut yang tidak normal atau malodour.15,16
berkunjung ke Instalasi Gigi dan Mulut Edema atau pembengkakan diukur
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel secara ekstraoral maupun intraoral. Secara
Abidin Banda Aceh. Sampel adalah sebagian ekstraoral edema diukur jarak antara ujung
dari keseluruhan subjek yang diteliti dan tragus dan ujung bibir pada sisi yang sama dan
dianggap mewakili seluruh populasi.12 Sampel dihitung menggunakan edema coefficient (EC)
dalam penelitian ini adalah pasien yang menggunakan formula dari Carillo et al
mendapatkan tindakan odontektomi gigi molar (1990).
ketiga rahang bawah impaksi di Instalasi Gigi Pengukuran juga dilakukan secara
dan Mulut Rumah Sakit Umum Daerah dr. intraoral, yaitu dengan melihat ada atau
Zainoel Abidin Banda Aceh. tidaknya buccal fold yang terangkat, (+/-).14
Metode pengambilan sampel yang Pengukuran trismus dinilai
dilakukan bukan secara acak (non probability menggunakan Maximum Interincisal Opening
sampling) dengan teknik accidental sampling. Distances (MID), yaitu mengukur jarak antara
Selanjutnya pada pengambilan sampel secara insisal gigi insisif RA dan gigi insisif RB.
accidental ini dilakukan dengan mengambil Menurut Osmani (2001), parameter derajat
kasus atau responden yang kebetulan ada atau trismus adalah sebagai berikut:15
tersedia.13 Dari penghitungan sampel maka
didapatkan jumlah sampel sebanyak 58 orang. Tabel 1. Parameter derajat trismus 15
Kriteria inklusi penelitian ini adalah
Derajat Jarak
Pasien yang datang ke Instalasi Gigi Rumah Keterangan
Trismus Interinsisal
Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda I 0,09 cm -
Aceh pada waktu dilakukan penelitian. Pasien II 1–1,9 cm -
yang mendapatkan tindakan odontektomi gigi III 2–3 cm -
molar ketiga rahang bawah impaksi. Untuk
Kriteria eksklusi, yaitu pasien yang mengalami Paraestesi ditentukan secara subjektif
impaksi, tetapi tidak dilakukan pemeriksaan dari pasien dengan melihat tanda-tanda dari
radiologi, pasien yang mengalami infeksi, terjadinya paraestesi berupa rasa kebas yang
abses dan perikoronitis, pasien yang menetap, panas, kesemutan bahkan rasa sakit.
mengalami trismus, pasien yang menggunakan Keluhan-keluhan tersebut dapat terjadi di
kontrasepsi oral, pasien yang sedang daerah sudut mulut, bibir bawah satu sisi,
mengalami menstruasi. dagu, mukosa bagian dalam dari bibir, dan
Peneliti mencari subjek penelitian sesuai gingival sebelah labial.17
dengan kriteria inklusi, lalu meminta Penelitian ini menggunakan subjek
kesediaan subjek untuk mengisi lembar penelitian berupa data primer yang diperoleh
informed consent, setelah mendapat dari pasien yang mengalami komplikasi post
persetujuan maka peneliti akan mengamati odontektomi gigi molar ketiga rahang bawah
subjek sesuai dengan perhitungan yang telah impaksi di Instalasi Gigi dan Mulut Rumah
ditentukan. Pemeriksaan dilakukan pada hari Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda
pertama dan hari keempat setelah dilakukan Aceh. Data yang didapat akan ditabulasi dan
tindakan odontektomi dengan mengamati kemudian dianalisis secara statistik
tanda-tanda dari komplikasi.3 menggunakan uji chi-square.
Perdarahan adalah keluarnya darah dari
pembuluh darah yang tidak dapat berhenti HASIL PENELITIAN
sendiri tanpa suatu perawatan. Pada penelitian Pengambilan data pada penelitian ini
ini pengukuran perdarahan dinilai dengan dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
melihat ada atau tidaknya perdarahan post Zainoel Abidin Banda Aceh, dimulai pada
odontektomi, (+/-).14 tanggal 3 Maret 2013 sampai dengan 3 Mei
Dry socket ditentukan dengan melihat 2013. Subjek penelitian sebanyak 58 orang
tanda-tanda atau gejala dari terjadinya dry pasien yang mendapat tindakan odontektomi.
socket, antara lain terdapat rasa sakit yang Subjek penelitian terlebih dahulu diberi
konstan 2–4 hari pascaoperasi yang tidak penjelasan mengenai prosedur penelitian,
hilang meskipun telah menggunakan subjek yang menyetujui untuk berpartisipasi
analgesik, tidak terbentuknya bekuan darah dalam penelitian ini mengisi informed consent.
763
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
764
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
post odontektotmi gigi impaksi molar ketiga impaksi dengan terjadinya komplikasi post
rahang bawah berdasarkan derajat tingkat odontektomi.20
kesulitan yang diklasifikasikan oleh Winter Hasil dari penelitian ini juga
dan Pell-Gregory.4 Hasil penelitian diperoleh menunjukkan dari 58 pasien yang melakukan
jumlah pasien yang mengalami derajat tingkat tindakan odontetokmi, pasien yang mengalami
kesulitan sedang merupakan jumlah terbanyak, komplikasi sebanyak 53 pasien (91,4%).
yaitu 54 pasien (93,1%). Pasien yang Komplikasi post odontektomi yang paling
mengalami komplikasi post odontektomi sering terjadi adalah perdarahan pada hari
adalah sebanyak 53 pasien (91,4%). pertama dengan persentase sebesar 96,6% dan
Berdasarkan uji chi-square, pada edema 94,8% disertai trismus 100%.
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak Perdarahan ringan dari alveolar adalah normal
terdapat hubungan antara derajat tingkat apabila terjadi pada 12–24 jam pertama
kesulitan pencabutan dengan komplikasi post sesudah pencabutan atau pembedahan gigi.
odontektomi pada pasien di Rumah Sakit Penekanan oklusal dengan menggunakan kasa
Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh adalah jalan terbaik untuk mengontrolnya dan
(p>0,05). Hal ini diduga karena perbedaan dapat merangsang pembentukan bekuan darah
jumlah subjek antara pasien dengan derajat yang stabil.4 Pada hari keempat komplikasi
tingkat kesulitan sedang dan ringan serta sulit post odontektomi yang paling sering terjadi
terlalu besar. Pada hasil penelitian ini pasien adalah edema dan trismus dengan persentase
dengan derajat tingkat kesulitan sedang adalah 91,4%. Edema sebagai akibat trauma
jumlah tertinggi, yaitu 54 pasien (93,1%). Hal setempat, seperti odontektomi terjadi sebagai
ini disebabkan oleh sebagian besar pasien proses radang dengan disertai kemerahan dan
yang berkunjung ke Instalasi Gigi dan mulut rasa sakit. Pada saat terjadi cedera jaringan,
Rumah Sakit Daerah dr.Zainoel Abidin Banda ditemukan vasodilatasi yang menghasilkan
Aceh adalah pasien gigi impaksi molar ketiga peningkatan volume darah di tempat cedera.
rahang bawah dengan tingkat kesulitan Volume darah yang meningkat di jaringan
sedang, sedangkan pasien gigi impaksi molar dapat menimbulkan perdarahan. Permeabilitas
ketiga rahang bawah yang memiliki derajat vaskular yang meningkat menimbulkan
tingkat kesulitan ringan dan sulit hanya kebocoran cairan pembuluh darah yang
sebagian kecil. Hal ini juga sesuai dengan menimbulkan edema. Adanya pembengkakan
penelitian Adisti dkk (2009) yang menyebabkan terjadinya tegangan dan tekanan
mengemukakan bahwa tidak terdapat pada sel saraf sehingga menimbulkan rasa
hubungan antara derajat tingkat kesulitan nyeri.21 Trismus dapat disebabkan oleh edema
dengan komplikasi post odontektomi, pada pascabedah.3 Hal ini didukung oleh pendapat
penelitian Adisti dijelaskan tidak adanya Osmani (2001) bahwa edema di sekitar bekas
hubungan tersebut diakibatkan sebagian besar pembedahan molar ketiga akan menyebabkan
penderita yang mereka dapatkan berada pada perubahan jaringan disekitarnya dan muskulus
derajat kesulitan ringan dan sedang.3 pengunyahan mengalami kontraksi sehingga
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa akan menimbulkan trismus.22 Vriezen
posisi gigi molar ketiga rahang bawah menjelaskan hal berbeda, menurut Vreizen
terbanyak, yaitu pada posisi IA, IIA, dan IIIA. trismus tidak terjadi karena meningkatnya
Hal ini sesuai dengan penelitian Othman volume dari muskulus karena edema dan
(2009) yang menyatakan bahwa tidak terdapat infiltrate, tetapi lebih disebabkan karena reaksi
hubungan antara kedalaman letak gigi impaksi atas rasa sakit yang disebabkan oleh gerakan
dan arah gigi impaksi dengan komplikasi yang rahang.3 Trismus merupakan gangguan fungsi
terjadi setelah tindakan odontektomi (functio laesa) pada proses peradangan,
disebabkan oleh komplikasi yang paling gangguan fungsi ini disebabkan karena
banyak terjadi berada pada posisi IIA. Othman penumpukan cairan pada tempat cedera
menjelaskan bahwa hal itu dikarenakan jarak jaringan dan karena rasa nyeri yang
antara molar kedua dan ramus mandibula lebih mengurangi mobilitas pada daerah cedera.22
sedikit dari pada diameter mesiodistal gigi Gbotolorun dkk (2007) pada
molar ketiga yang menyebabkan berkurangnya penelitiannya menjelaskan bahwa sebagian
jarak elevasi.5 Rebellato dkk (2011) juga besar peneliti setuju komplikasi pascaoperasi
mengungkapkan hal yang sama bahwa mereka lebih sering dikaitkan dengan penilaian tingkat
tidak menemukan hubungan antara posisi gigi kesulitan pencabutan gigi impaksi.18 Berbeda
765
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
dengan hasil penelitian ini yang menyatakan 2. Coulthard P, Horner K, Sloan P. Master
tidak terdapat hubungan antara tingkat dentistry: oral and maxillofacial surgery,
kesulitan dengan komplikasi post radiology, pathology and oral medicine.
odontektomi, penelitian Blondeau dan Daniel England: Elsevier Science Limited
(2007) menunjukkan hasil yang berbeda Churchill Livingstone. 2003: 84–87.
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara 3. Dwipayanti A, Adriatmoko W, Rochim,
posisi gigi impaksi berdasarkan klasifikasi A. Komplikasi post odontektomi gigi
Winter dan Pell-Gregory terhadap komplikasi molar ketiga rahang bawah impaksi.
post odontektomi. Blondeau dan Daniel Jurnal PDGI 2009; 58:20–24.
menyatakan bahwa impaksi mesioangular dan 4. Pedersen GW. Buku ajar praktis bedah
distoangular dikaitkan dengan timbulnya mulut (oral surgery). Jakarta: EGC. 1996:
komplikasi yang lebih besar daripada arah gigi 47–81.
impaksi lainnya. Pada penelitiannya, Blondeau 5. Othman. Impacted mandibular third
dan Daniel juga menemukan gigi impaksi molar among patients attending Hospital
dengan klasifikasi IC, IIC, dan IIIC University Sains Malaysia. Archives of
menimbulkan lebih banyak komplikasi dari Orofacial Sciences 2009; 4:7–12.
pada klasifikasi impaksi dengan posisi A atau 6. Woldenberg Y, Gatot I, Bodner L.
B. Blondeau dan Daniel setuju posisi molar Iatrogenic mandibular fracture associated
ketiga rahang bawah mempengaruhi timbulnya with third molar removal: Can it be
komplikasi post odontektomi.23 Bui dkk prevented?. Med Oral Patol Oral Cir
(2003) juga menjelaskan bahwa meningkatnya Bucal 2007; 12:70–72e.
komplikasi post odontektomi dipengaruhi oleh 7. Bui CH, Seldin EB, Dodson TB. Types,
salah satu faktor, yaitu posisi gigi impaksi. frequencies, and risk factors for
Pada penelitiannya dijelaskan bahwa gigi complications after third molar extraction.
impaksi dengan arah vertikal lebih mungkin J Oral Maxillofac Surg 2003; 61:1379–
terkait dengan komplikasi pascaoperasi, 1389.
sedangkan gigi impaksi dengan arah horizontal 8. Balaji SM. Oral and maxillofacial
lebih cenderung mengakibatkan komplikasi surgery. Delhi: Elsevier. 2009: 230–242.
inflamasi.7 9. Torres JB, Diniz FM, Lago ML, Gude SF.
Secara umum terjadi penurunan jumlah Evaluation of the surgical difficulty in
komplikasi pada hari pertama dan keempat lower third molar extraction. Med Oral
post odontektomi seiring dengan proses Patol Oral Cir Bucal 2010; 15(6):e869–
penyembuhan. Proses penyembuhan dapat e874.
terhambat karena adanya komplikasi terutama 10. Anonymous. Metode penelitian. Available
trismus. Keterbatasan membuka mulut at: http://www.damandiri.or.id/
menyebabkan penurunan nutrisi, kesulitan file/isaunairbab4.pdf. Accessed March 1,
menelan dan kebersihan mulut yang buruk. 2012.
Nutrisi berperan terhadap proses 11. Budiarto E. Metodologi penelitian
penyembuhan.3 kedokteran. Jakarta: EGC. 2003: 58–62.
12. Sharma WCA. Role of hypebaric oxygen
KESIMPULAN therapy in dental surgery. IJASM 2003;
Berdasarkan penelitian yang telah 47(1);23–29.
dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak 13. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian
terdapat hubungan antara derajat tingkat kesehatan. Jakarta: Rineka Chipta. 2005:
kesulitan pencabutan dengan komplikasi post 138–139.
odontektomi pada pasien di Instalasi Gigi dan 14. Santoso EN. Perbedaan kecepatan
Mulut Rumah Sakit Daerah dr. Zainoel Abidin penyembuhan luka pasca odontektomi
Banda Aceh. molar ketiga rahang bawah antara pasien
dengan inklinasi gigi molar ketiga
DAFTAR PUSTAKA vertikal dan pasien dengan inklinasi gigi
1. Peterson LJ, Ellis E, Hupp JR. molar ketiga mesioangular. Available at:
Contemporary oral and maxillofacial http://www.scribd.com/doc/47164753/per
surgery. 4th ed. St. Louis: Mosby Co. bedaan-kecepatan-penyembuhan-luka-
2004: 184–212. paska-odontektomi-molar-ketiga.
Accessed December 14, 2012.
766
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
767
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
Maulidar
ABSTRAK
Veneer diindikasikan untuk keadaan gigi yang mengalami malformasi, perubahan warna, abrasi, erosi
dan restorasi yang tidak memadai atau mengalami kerusakan. Penderita seorang wanita umur 21
tahun, mengeluh gigi belakang kiri atas keropos, berwarna kehitaman, mengganggu penampilan dan
ingin ditambal. Pemeriksaan subjektif tidak ada rasa sakit pada gigi belakang kiri atas. Pemeriksaan
klinis terlihat gigi berbentuk lekukan, seperti karies, terjadi pada satu elemen gigi, dijumpai pada
permukaan vestibular dan sebagian besar email hilang. Tidak ada riwayat kelainan yang sama
dikeluarga. Pemeriksaan objektif dilakukan tes dingin kloretil positif, perkusi negatif dan jaringan
lunak disekitar gigi normal. Perawatan pilihan pada kasus ini adalah direct veneer composite. Direct
veneer composite dilakukan dengan cara membentuk sesuai bentuk anatomis gigi premolar, lapis
demi lapis dengan ketebalan yang cukup. Hasil perawatan terlihat cukup baik. Tiga bulan kemudian
dikontrol, hasil direct veneer composite tidak menimbulkan kelainan dan masih beradaptasi dengan
baik.
ABSTRACT
Veneer are indicated to teeth with malformations, discolorations, abrasion, erosion and restoration of
teeth with wide caries. Patient 21 years old, female, posterior teeth with caries, stain, unesthetic and
need to restoration. Subjectif examination, teeth with caries is not feel pain and clinical examination
its showing textures on vestibular site, demineralisasi appeared and no herediter caused. Objectif
examination; thermal tes, percution and periodontal tissue tes are normal. Treatment of the case report
in this paper is direct veneer composite by contouring of premolar teeth anatomi layer by layer with
composite resin material. Treatment result is very good and three months later direct veneer
composite is still adaptation perfectly.
768
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
769
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
waktu yang singkat dan umumnya bahan resin pemberian warna opaquers untuk menutupi
komposit mengalaminya.2 bagian dentin gigi yang sangat gelap dengan
Tahap selanjutnya adalah untuk ketebalan yang cukup. Kemudian selanjutnya
mencapai hasil yang kuat secara fisiologis dan ditutupi dengan resin komposit warna dentin
estetis perlu dilakukan preparasi. Preparasi yang baik lapis demi lapis dengan ketebalan
gigi untuk veneer komposit secara langsung yang cukup. Warna selanjutnya dipakai warna
tergantung derajat pewarnaan gigi, posisi gigi, insisal, lalu disinar dengan light curing.
ruangan atau ketidakteraturan gigi dan tinggi Pada tahap akhir dilakukan penyelesaian
garis senyum.3 Bur yang ideal adalah veneer komposit langsung menggunakan bur
veneering preparation set yang dirancang polish diamond atau extra fine grade diamond
khusus untuk preparasi veneer dan dapat pula bur. Haluskan seluruh permukaan dan
menggunakan bur berbentuk torpedo medium hilangkan batas tepi yang tampak dengan
grade yang ujungnya membulat. Penggunaan abrasive silicon. Setelah selesai pasien
bur dengan kekasaran medium grade dengan diperlihatkan hasil akhir veneer komposit
maksud agar tidak terjadi pengambilan langsung dan pasien merasa cukup puas.
jaringan gigi yang berlebihan karena kekuatan
perekatan yang utama didapat dari perekatan
resin komposit dengan email.2 Preparasi yang
dilakukan bentuk akhiran chamfer dengan
menggunakan diamond bur berbentuk fissure
yang ujungnya membulat. Preparasi pada
kasus ini dilakukan lebih dalam untuk
memberikan tempat yang cukup untuk
ketebalan komposit resin untuk menutupi
warna gigi yang gelap.3
Setelah preparasi selesai, lalu dilakukan
prosedur bonding. Pada saat ini phosphoric
Gambar 1. Keadaan awal gigi
acid dengan konsentrasi sekitar 30%
merupakan bahan etsa yang menjadi pilihan.
Lamanya bahan etsa yang diberikan pada
seluruh permukaan gigi yang akan dibonding
baik email maupun dentin selama 15 detik,
kemudian bahan etsa dicuci menggunakan
semprotan air sampai bersih selama kurang
lebih 10 detik. Kemudian dilakukan bonding,
semprot udara pelan lalu disinar dengan ligh
curing selama 10 detik, lalu diulangi sekali
lagi prosedur bonding. Selanjutnya dilakukan
prosedur pelapisan menggunakan bahan
komposit. Pada kasus ini dengan daerah gigi
bagian dentin yang keras dan gelap tidak dapat Gambar 2. Alat preparasi veneer
dibuang lagi oleh karena itu dilakukan
770
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
771
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
KESIMPULAN
Direct veneer composite merupakan
salah satu cara yang sangat baik dilakukan
untuk memperbaiki keadaan gigi yang
mengalami perubahan. Perubahan dapat
berupa mengalami malformasi, perubahan
warna, abrasi, erosi, dan restorasi yang tidak
memadai atau mengalami kerusakan.
Penggunaan bahan komposit resin
dengan microhybrid komposit pada kasus ini
dapat menghasilkan direct veneer composite
yang baik. Bahan ini dapat dipoles sedemikian
baiknya sehingga dapat menyerupai email
yang sesungguhnya dan hasil pemolesan
bertahan untuk jangka waktu yang cukup
lama.
SARAN
Pemahaman secara baik tentang bahan
komposit akan menghasilkan direct veneer
composite yang lebih baik pula.
DAFTAR PUSTAKA
1. Baum L. Textbook of operative dentistry.
Dalam: Ilmu konservasi gigi. Alih bahasa:
Tarigan R. Edisi 3. Jakarta: EGC. 1995:
305–314.
2. Dharma RH. Veneer. Jakarta: Dental
Lintas Mediatama. 2001: 3–16.
772
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
ABSTRAK
Periodontitis agresif merupakan penyakit periodontitis yang laju perkembangan dan kerusakannya
terjadi sangat cepat. Penyakit ini biasanya menyerang dewasa muda yang berumur di bawah 30 tahun.
Secara klinis ditandai dengan kerusakan jaringan periodontal berupa kehilangan perlekatan pada
ligamen periodontal dan kerusakan tulang alveolar secara cepat. Pada tahap awal, tidak terjadi
inflamasi yang parah, gingiva terlihat normal dan sehat, tetapi terjadi perdarahan saat probing ketika
dilakukan pemeriksaan poket periodontal dan jumlah plak pada gigi yang terlibat biasanya sedikit.
Pemeriksaan radiograf memperlihatkan kehilangan tulang alveolar secara vertikal. Laporan kasus ini
bertujuan memperlihatkan bahwa kerusakan periodontal yang terjadi pada pasien dengan periodontitis
agresif dapat dirawat dengan perawatan yang tepat sehingga penyebab penyakit dapat dihilangkan dan
meningkatkan kualitas hidup pasien. Pasien seorang wanita berusia 24 tahun, mengalami kegoyangan
gigi anterior pada rahang atas dan rahang bawah dengan kebersihan mulut baik. Gambaran radiograf
memperlihatkan kerusakan tulang alveolar yang parah mencapai 1/3 apikal. Kasus ini dirawat dengan
bedah flap menggunakan bone graft. Kerusakan yang dirawat dengan bone graft memperlihatkan
peningkatan level tulang dan epitel penyatu dan pengurangan kedalaman poket. Kesimpulan
perawatan periodontal dapat mengurangi kerusakan periodontal yang lebih lanjut, meskipun pada
pasien yang telah mengalami kehilangan dukungan jaringan periodontal yang parah.
ABSTRACT
Aggressive periodontitis is the diseases that represent a severe and rapidly progressive form of
periodontitis. This diseases usually affects young adult less than 30 years old. Clinically characterized
by destruction on periodontal tissue in the form of attachment loss on periodontal ligament and
rapidly alveolar bone destruction. In the early stage, does not show severe inflammation, gingival
looks like normal and healthy but bleeding on probing when examination of the periodontal pocket
and the amount of plaque on the affected teeth is minimal. Radiographic showing vertical loss of
alveolar bone. The aim of this case report is to show that periodontal defects that occurs in patient
with aggressive periodontitis can be treated with proper treatment, so the course of the diseases can be
elliminated and improve quality of life. A 24 years old female patient with mobility at anterior teeth
maxilla and mandibula and good oral hygiene. Radiographic showing severe alveolar bone
destruction achieve 1/3 apically. This case was treated by flap debridement surgery using bone grafts.
The defects treated with bone graft exhibited increased of the bone level, increase epithelial
attachment and decrease of probing depth. Conclusion the periodontal therapy also reduces further
progression of periodontal destruction, even in patients with severely reduced periodontal support.
773
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
774
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
Gambar 2. Foto rontgen periapikal terlihat kehilangan tulang mencapai 1/3 apikal pada gigi 41, 31, 32
775
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
776
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
777
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
ABSTRAK
Gigi sulung yang mengalami lesi karies luas dengan keterlibatan furkasi merupakan salah satu
indikasi dilakukannya ekstraksi. Jika pencabutan terjadi ketika benih gigi permanen masih terletak
jauh dan belum waktunya erupsi maka ekstraksi atau tanggal dini gigi sulung harus diikuti dengan
pemasangan suatu alat untuk menjaga ruang erupsi gigi permanen pengganti, yaitu space maintainer.
Laporan kasus ini menjelaskan pemasangan space maintainer tipe crown and loop pada kasus
tanggal dini gigi molar pertama sulung. Kesimpulan Space maintainer tipe crown and loop efektif
sebagai alat yang digunakan untuk menjaga dan mempertahankan ruang erupsi gigi permanen pada
kasus tanggal dini gigi molar pertama sulung.
Kata kunci: Crown and loop, space maintainer, tanggal dini gigi sulung
ABSTRACT
Primary teeth with a wide caries and furcation attained is indicated to be extracted. If it is removed
whilst the successor teeth is bone covered and left a long term to exfoliate, the extraction should be
followed by an appliance that maintains the space for permanent successor to erupt, it is called space
maintainer. The case report describes the using of crown and loop space maintainer with early
missing of first primary molar. Conclusion crown and loop space maintainer is an effective appliance
to keep and maintain the space for permanent teeth eruption with an early missing of first primary
molar.
778
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
PENDAHULUAN
Gigi sulung yang mengalami tanggal
dini merupakan hal yang sering terjadi pada
anak-anak baik akibat trauma maupun lesi
karies luas sehingga gigi tersebut tidak dapat
dipertahankan lagi. Kondisi seperti ini dapat
mengakibatkan penyempitan atau hilangnya
ruang untuk erupsi gigi permanen
penggantinya yang akhirnya dapat
menyebabkan maloklusi. Penanganan yang
paling aman untuk mencegah komplikasi
tersebut adalah dengan menggunakan suatu
space maintainer yang berfungsi untuk
menjaga ruang erupsi gigi permanen
penggantinya.1–3
Space maintainer adalah suatu alat yang
digunakan untuk menjaga dan
mempertahankan ruang untuk erupsi gigi
permanent pengganti pada kasus kehilangan
dini gigi sulung.2 Indikasi penggunaan suatu
space maintainer adalah ketika gigi molar
pertama atau kedua sulung tanggal sebelum
erupsi gigi permanen penggantinya. Selain itu,
juga untuk mempertahankan leeway space
ketika terdapat semua gigi geligi sulung Gambar 1. Lesi karies luas pada gigi 84
posterior, tetapi dengan kondisi maloklusi
ringan.3,4
Terdapat banyak tipe space maintainer
yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi
anak, salah satunya adalah crown and loop.
Crown and loop adalah space maintainer
semifixed unilateral yang digunakan pada area
edentulous untuk mencegah bergesernya gigi
tetangga. Alat ini digunakan pada gigi sulung
ketika terdapat gigi molar kedua sulung yang
digunakan sebagai abutment untuk
mempertahankan ruang agar gigi premolar
pertama dapat erupsi. Setelah dilakukan
pemasangan crown pada gigi molar kedua
sulung, selanjutnya suatu kawat berukuran 0,3 Gambar 2. Cetakan awal rahang bawah
atau 0,36 inci dipatri pada crown tersebut.2,3,5
LAPORAN KASUS
Seorang anak perempuan berusia 10
tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Unsyiah dengan kondisi lesi karies luas
mencapai furkasi pada gigi molar pertama
sulung rahang bawah kanan atau pada gigi 84
(Gambar 1).
Setelah dilakukan pemeriksaan dan
riwayat keluhan utama secara lengkap.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan intraoral
dan pemeriksaan radiografi dengan foto
periapikal maka diputuskan untuk melakukan
pencabutan pada gigi 84 yang tidak dapat Gambar 3. Anestesi sebelum preparasi
779
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
dipertahankan lagi dan dibuatkan suatu space speed flame diamond bur (Gambar 6).
maintainer tipe crown and loop untuk menjaga Pengurangan bagian oklusal mengikuti bentuk
ruang bagi gigi pengganti yang akan erupsi. anatomis cusp hingga kira-kira 1 mm bebas
Sebelum dilakukan ekstraksi, terlebih dahulu dari gigi antagonis (Gambar 7).
dilakukan pencetakan awal rahang bawah
(Gambar 2). Selanjutnya dilakukan anestesi
lokal untuk persiapan preparasi gigi 85 yang
digunakan sebagai abutment (Gambar 3).
Preparasi gigi 85 dilakukan dengan
mengurangi permukaan proksimal bagian
mesial dan distal menggunakan high speed
diamond bur #69 L (Gambar 4). Tahap ini
harus dilakukan secara hati-hati agar tidak
merusak gigi tetangga saat melakukan
pembuangan permukaan proksimal gigi.
Pengurangan bagian proksimal ini meluas
hingga di bawah tepi gingiva ± 0,5 mm.
Kontak dengan gigi tetangga harus dipastikan
bebas dengan menggunakan sonde half moon. Gambar 6. Pengurangan bagian oklusal
Tepi proksimal bagian servikal atau dekat
margin gingiva harus bebas dan halus tanpa
adanya ledge atau shoulder (Gambar 5).
780
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
781
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
782
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
ABSTRAK
Karies gigi adalah penyakit dengan prevalensi terbesar di seluruh dunia dan disebabkan oleh interaksi
kompleks dari kerentanan gigi, nutrisi dan bakteri rongga mulut. Dilain sisi, perawatan penyakit gigi
dan mulut memerlukan biaya yang tidak sedikit, bahkan ia merupakan jenis perawatan penyakit ke-4
yang termahal di negara-negara berkembang. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi masalah ini kita
perlu menitikberatkan perhatian kearah pencegahan karies gigi. Beberapa negara dengan status low-
income telah memperkenalkan program pencegahan dengan program pengunyahan permen karet
bebas gula di sekolah-sekolah. Permen karet yang diperkenalkan pada anak-anak termasuk sorbitol
dan xilitol. Evaluasi awal dari program kesehatan ini telah memberikan hasil yang memuaskan di
Belize, namun kurang baik di Madagaskar. Efektifitas xilitol dalam hal reduksi karies gigi yang
berbeda di beberapa negara mungkin saja terjadi karena adanya perbedaan profil epidemiologis dan
keadaan sosial budaya yang berbeda pula. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanis ini
bersifat nonkariogenik dan bahkan dianggap sebagai bahan antikariogenik. Penggunaan permen karet
yang mengandung xilitol telah dievaluasi dalam berbagai penelitian longitudinal, dan hasilnya
menunjukkan bahwa pengunyahan permen karet yang mengandung xilitol dapat memberikan efek
inhibitor jangka panjang terhadap karies bila digunakan dengan dosis, durasi, frekuensi, dan waktu
yang tepat.
Kata kunci: Karies gigi, xilitol, program pengunyahan permen karet bebas gula
ABSTRACT
Dental caries is an illness which the biggest prevalence in the world and caused by a complex
interaction between tooth risk, nutrition and mouth bacteria. Beside, dental and oral treatment is not a
low cost treatment, it is a fourth of the most expensive treatment in the world. Therefore we need to
solve this problem and focus on a preventive method. Low-income countries used a preventive
program which using sugar-free chewing gum at schools. These include of sorbitol and xilitol
chewing gum. First evaluation of a health program in Belize showed a satisfied result, but not in
Madagaskar. The effectivity of xylitol in reducing dental caries might be different at several
countries, perhaps it caused by differences of epidemiologyc profile and culture. The results of
xylitol’s studies showed that xylitol is one of noncariogenic sweetener even it can be as an
anticariogenic substance. Longitudinal studies which using xylitol has been evaluated, and the results
showed that xylitol chewing gum program cause a long term inhibitor effect on caries prevention,
when it used in a right time, dosis, duration, and frequency.
783
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
784
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
dengan xilitol telah menunjukkan adanya xilitol sangat membantu dalam mengurangi
reduksi insiden karies yang berarti.8 plak dan karies gigi.8 Meskipun demikian,
penggunaan permen karet yang mengandung
Indikator Risiko Karies xilitol tetap tidak bisa menggantikan peranan
Yang termasuk ke dalam indikator sikat gigi sebagai metode utama dalam usaha
risiko karies adalah perilaku anak dan orang pembersihan gigi.
tua, kesadaran akan pentingnya kesehatan gigi, Karena efek xilitol terhadap biologi oral
ilmu pengetahuan, dan lain-lain. Jika faktor sangat baik maka xilitol dapat digunakan
risiko berperan langsung dalam inisiasi karies sebagai usaha pencegahan karies gigi.
gigi maka indikator risiko karies mempunyai Kebiasaan mengunyah permen karet yang
hubungan secara tidak langsung terhadap mengandung xilitol secara rutin dalam jangka
inisiasi karies gigi. Meskipun begitu, indikator waktu lama dapat memberikan efek reduksi
risiko karies merupakan unsur yang sangat karies sampai beberapa tahun kedepan
penting dan menentukan keberhasilan suatu meskipun kebiasaan tersebut sudah dihentikan.
program pencegahan karies gigi anak. Namun, Efek protektif yang maksimal akan dicapai
justru faktor ini cukup sulit untuk diintervensi, bila kebiasaan mengunyah permen karet yang
tidak seperti faktor risiko yang bisa diatasi mengandung xilitol ini dilakukan paling tidak
secara langsung dengan menghilangkan salah 1 tahun sebelum gigi permanen erupsi.10,13
satu faktor etiologinya.2,4 Penelitian yang dilakukan oleh Hujoel et
al (1999) menunjukkan hasil bahwa pada
Xilitol anak-anak yang telah melakukan pengunyahan
Xilitol yang juga sering disebut dengan permen karet yang mengandung xilitol selama
”gula birch” termasuk dalam golongan gula 2 tahun, mereka tetap bebas karies sampai 5
alkohol yang mempunyai 5 rantai karbon dan tahun setelah program pengunyahan
10,14
sering digunakan sebagai pemanis. Banyak dihentikan.
bakteri yang tidak dapat menggunakan xilitol
sebagai sumber energi, selain itu xilitol juga Program Pengunyahan Permen Karet
dianggap berbahaya bagi beberapa jenis Xilitol
bakteri. Beberapa penelitian telah Berikut ini adalah beberapa penelitian
menyebutkan bahwa xilitol dapat menurunkan mengenai program pengunyahan permen karet
pertumbuhan S. mutans.8,11,12 yang mengandung xilitol berbasis sekolah
Selama 20 tahun terakhir telah yang dilakukan di beberapa negara. Penelitian-
dilakukan begitu banyak penelitian klinis penelitian tersebut telah menunjukkan hasil
mengenai xilitol baik terhadap hewan maupun yang memuaskan dalam hal reduksi karies.
pada manusia. Hasil-hasil penelitian Makinen et al (1995) telah melakukan
menunjukkan bahwa pemanis ini bersifat sebuah penelitian double-blind cohort selama
nonkariogenik dan bahkan dianggap sebagai 40 bulan untuk mengetahui efek pengunyahan
bahan antikariogenik. Penggunaan permen permen karet yang mengandung xilitol
karet yang mengandung xilitol telah dievaluasi terhadap karies pada 1277 orang anak Belize,
dalam berbagai penelitian longitudinal, dan Amerika Tengah dari tahun 1989–1993.
hasilnya menunjukkan bahwa efek inhibitor Sebanyak 416 orang anak di droup out dari
terhadap karies disebabkan oleh: penelitian karena tidak dapat mengikuti
Peran xilitol dalam proses remineralisasi penelitian sampai akhir masa studi. Subjek
Kemampuan xilitol dalam mengurangi dibagi kedalam 9 kelompok, yaitu satu
jumlah plak kelompok kontrol (tidak mengunyah permen
Kemampuan xilitol dalam mengurangi karet), empat kelompok xilitol (diberikan
jumlah koloni S. mutans permen karet yang mengandung xilitol dengan
Pengaruh xilitol terhadap pH plak dan dosis antara 4,3 sampai 9,0 gr/hari), dua
kapasitas buffer saliva kelompok xilitol-sorbitol (diberikan permen
Bila seseorang dihadapkan pada kondisi karet poliol antara 8,0 sampai 9,7 gr/hari), dan
yang tidak memungkinkan untuk menyikat satu kelompok sukrosa (diberikan gula 9,0
gigi atau menggunakan benang gigi setelah gr/hari). Penelitian ini diawasi oleh empat
makan makanan yang mengandung orang dokter gigi yang telah dikalibrasi.
karbohidrat yang dapat difermentasikan maka Pemeriksa memeriksa dan mencatat status
pengunyahan permen karet yang mengandung karies gigi pada seluruh subjek yang nantinya
785
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
akan dievaluasi, apakah terjadi perkembangan berpendapat sebaliknya. Data yang diperoleh
karies dan terbentuk lesi karies baru. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa
penelitian menunjukkan bahwa bila penerimaan anak-anak terhadap program
dibandingkan dengan kelompok kontrol, pengunyahan permen karet yang mengandung
dijumpai peningkatan karies marginal pada xilitol seperti ini sangat baik (sebesar 94% dan
kelompok sukrosa (risiko relatif 1,20; c.i 95%, 86%).13
0,96 sampai 1,49; p = 0,1128). Kelompok Peng et al (2004) telah melakukan
sorbitol dapat menurunkan laju karies (risiko penelitian selama 2 tahun terhadap 1143 orang
relatif 0,74; c.i 95%, 0,6 sampai 0,92; p = anak sekolah usia 6–7 tahun pada 9 sekolah
0,0074). Kelompok yang paling efektif dalam dasar tingkat pertama di Cina. Seluruh subjek
menurunkan laju karies adalah empat dibagi dalam 3 kelompok, yaitu kelompok
kelompok xilitol dan yang paling efektif yang mendapatkan Oral Health Education
adalah dengan pengunyahan permen karet (OHE) (Kelompok E), kelompok OHE yang
yang mengandung xilitol 100% (risiko relatif mengunyah permen karet bebas gula
0,27; c.i 95%, 0,20 sampai 0,36; p = 0,0001). (mengandung 55,5% sorbitol, 4,3% xilitol, dan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut terbukti 2,3% carbamide dengan berat permen masing-
bahwa permen karet yang mengandung xilitol masing sebesar 0,8 gr) (Kelompok G), dan
lebih unggul dibandingkan dengan permen kelompok kontrol (Kelompok C). OHE
karet lainnya. Permen karet xilitol-sorbitol dilakukan sesuai dengan standar WHO Health
masih kurang efektif bila dibandingkan dengan Promoting Schools Project. OHE diberikan
xilitol, namun tetap dapat menurunkan laju setiap bulan sekali dan kegiatan menyikat gigi
karies bila dibandingkan dengan kelompok bersama setiap hari diawasi oleh para guru
kontrol.6 yang sudah dilatih terlebih dahulu selama 2
Autio et al (2000) telah melakukan hari. Kelompok G menerima 4 butir permen
penelitian terhadap 35 orang anak prasekolah karet bebas gula setiap harinya kecuali hari
pada program Head Start di Starke, Florida. libur. Mereka mengunyah satu butir pada
Semua subjek diminta untuk mengunyah pukul 8 pagi, satu butir pada pukul 9.30 pagi,
permen karet yang mengandung xilitol 100% satu butir setelah makan siang dan satu butir
tiga kali sehari dalam jangka waktu tiga setelah makan malam di rumah. Para orang tua
minggu selama masa sekolah. Lima orang telah setuju untuk mengawasi anak-anaknya
guru yang berpartisipasi dalam program ini dalam mengunyah permen karet di rumah.
diberikan tanggung jawab untuk memberikan Kelompok C tidak mendapatkan perlakuan
instruksi, mendistribusikan permen karet, dan apapun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mengawasi program. Pendistribusian permen DMFS pada Kelompok G 42% lebih rendah
karet diberikan setelah makan pagi (jam 8), daripada Kelompok E dan C. Skor perdarahan
setelah makan siang (jam 11), dan setelah gingiva juga menunjukkan hasil yang
snack (jam 1), masing-masing 1 butir permen. signifikan diantara ketiga kelompok. Bila
Sikap para guru selama masa studi dinilai dibandingkan dengan Kelompok C, nilai rata-
dengan kuisioner untuk mengetahui pendapat rata skor perdarahan gingiva pada Kelompok
mereka mengenai penerimaan anak-anak G lebih rendah 71% (p<0,01) dan pada
terhadap program ini. Selain itu, anak-anak Kelompok E lebih rendah 42% (p<0,05).
juga diberikan kuisioner bergambar untuk Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat
mengetahui apakah mereka cukup senang disimpulkan bahwa OHE telah memberikan
mengikuti program ini. Hasil penelitian pengaruh yang baik terhadap peningkatan
menunjukkan semua guru berpendapat bahwa kesehatan rongga mulut anak-anak, namun
anak-anak menikmati program ini dan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat
program berjalan dengan lancar. Dua orang diberikan intervensi tambahan berupa
guru berpendapat bahwa program ini tidak pengunyahan permen karet bebas gula.7
menganggu rutinitas belajar, namun tiga orang
guru berpendapat sebaliknya. Empat orang Efek Xilitol Terhadap Karies Gigi
guru menyatakan tidak mau mengikuti Penggantian gula dengan xilitol akan
program ini pada tahun berikutnya. Tiga orang mempengaruhi kolonisasi bakteri S. mutans di
guru berpendapat bahwa anak-anak tidak akan dalam mulut. Semua penelitian menyatakan
mau mengikuti program ini pada tahun bahwa xilitol dapat menurunkan kolonisasi
berikutnya sementara dua guru lainnya bakteri secara signifikan.10,11 Selain itu,
786
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
pengunyahan permen karet bebas gula ini juga difermentasikan berkisar antara 3 sampai 7
dapat meningkatkan laju produksi saliva, yang menit.6
nantinya akan meningkatkan kualitas saliva
dengan kandungan permen karet tersebut.13,15 Frekuensi Penggunaan
Efektifitas pengunyahan permen karet yang Ly et al (2008) menemukan respon
mengandung xilitol akan dicapai bila linear reduksi S. mutans terhadap pertambahan
dilakukan secara rutin dengan dosis harian frekuensi penggunaan permen karet yang
yang cukup. Deshpande et al (2008) mengandung xilitol dari 2 kali/hari, 3 kali/hari,
mengatakan bahwa efek penurunan laju karies dan 4 kali/hari dibandingkan dengan kelompok
oleh poliol bergantung pada frekuensi kontrol yang mengunyah permen karet tanpa
pengunyahan, dosis poliol per butir, dan durasi xilitol sebanyak 4 kali/hari. Namun, tidak
pengunyahan permen karet.15 dijumpai perbedaan yang signifikan terhadap
Efek protektif pengunyahan permen hasil reduksi S. mutans antara kelompok
karet yang mengandung xilitol bergantung kontrol dengan kelompok yang mengunyah
pada masa erupsi gigi. Gigi yang erupsi satu permen karet xilitol sebanyak 2 kali/hari. Oleh
dan dua tahun setelah program pengunyahan karena itu, disimpulkan bahwa efektifitas
permen karet selama 2 tahun akan memberikan pengunyahan permen karet yang mengandung
efek reduksi karies jangka panjang yang paling xilitol akan dicapai dengan frekuensi
baik (berkisar antara 93% dan 88%). Efek penggunaan sebanyak 3 kali/hari atau
jangka panjang ini dapat berlangsung hingga 5 lebih.17,18
tahun setelah masa 2 tahun program Pasta gigi yang mengandung xilitol juga
pengunyahan permen karet yang mengandung pernah dipakai oleh beberapa peneliti
xilitol berakhir.10 (Svanberg et al, 1991; Sintes et al, 2002) yang
ingin membandingkan efek pasta gigi yang
Dosis Xilitol mengandung xilitol dengan pasta gigi ber-
Dalam penelitiannya, Autio et al (2000) fluoride. Hasil yang didapat dalam penelitian
menggunakan xilitol dengan dosis 4,05 gr (3 ini cukup memuaskan dimana dijumpai
kali x 1,35 gr). Kandelman et al (1997) penurunan tingkat risiko S. mutans di dalam
menggunakan dosis xilitol 3,4 gr/hari dalam saliva yang secara signifikan lebih baik
penelitiannya. Sementara dalam literatur lain daripada pasta gigi yang ber-fluoride. Namun,
disebutkan bahwa dosis efektif minimum hasil tersebut tetap diragukan karena belum
untuk mendapatkan aksi protektif xilitol diketahui apakah xilitol dan fluoride dapat
adalah 6 gr/hari. Menurut Akerblom anak- bekerja secara sinergis atau tidak, selain itu
anak dapat bertoleransi dengan dosis xilitol pasta gigi mengandung sodium lauryl sulfate
hingga 45 gr tanpa menimbulkan efek yang berfungsi sebagai deterjen dan dapat
samping. Ly et al (2008) menyatakan bahwa melemahkan efektifitas xilitol.17
dosis xilitol di bawah 3,4 gr/hari tidak akan Efektifitas pengunaan permen karet
efektif dan dosis yang melebihi 10 gr/hari juga yang mengandung xilitol bergantung pada
tidak akan memberikan efek yang lebih besar dosis, frekuensi, dan durasi penggunaanya.
terhadap reduksi S. mutans.13,16,17 Dalam penelitian ini digunakan dosis xilitol
sebanyak 4,068 gr/hari, frekuensi penggunaan
Durasi Mastikasi 3 kali sehari dengan durasi pengunyahan
Dalam penelitiannya, Makinen et al selama 5 menit. Hasil yang didapat cukup
(1995) menggunakan durasi pengunyahan memuaskan terutama dalam hal penurunan
selama 5 menit. Survei menyarankan durasi tingkat risiko S. mutans dalam saliva. Hal ini
pengunyahan permen karet yang mengandung sesuai dengan hasil-hasil penelitian terdahulu
xilitol selama 10 sampai 30 menit. (Autio et al, 2000), bahkan Kandelman et al
Berdasarkan data yang didapatkan dari (1990) menggunakan dosis xilitol sebanyak
laboratorium, umumnya karbohidrat akan 3,4 gr/hari dalam penelitiannya dan
dilepaskan ke dalam saliva dalam waktu 5 menunjukkan hasil yang signifikan dalam hal
menit, sedangkan berdasarkan literatur, menghambat perkembangan karies dan
dikatakan bahwa waktu maksimal untuk penumpukan plak. Meskipun dalam literatur
permen karet yang mengandung xilitol agar lain, (Milgrom et al, 2009) mengatakan bahwa
dapat menurunkan pH plak akibat dosis dibawah 6,88 mg/hari tidak akan
pengkonsumsian karbohidrat yang telah memberikan efek yang signifikan dalam
787
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
788
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
789
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
Departemen Ilmu Material Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala
ABSTRAK
Resin komposit memiliki sifat yang dapat menyerap air sehingga dapat menyebabkan perubahan
warna. Pemaparan minuman kopi yang lama dan berlanjut dapat mempengaruhi stabilitas warna pada
resin makrofiller, mikrofiller, hibrid, nanofiller, minifiller, dan nanohibrid. Resin komposit jenis
terbaru dan sering digunakan saat ini, yaitu resin komposit nanohibrid, resin komposit jenis ini
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan resin komposit jenis lain; seperti kekuatan dan
ketahanan terhadap perubahan warna. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perubahan warna
pada resin komposit nanohibrid antara sebelum dan setelah perendaman dalam minuman kopi luwak
selama 5 hari. Penelitian ini menggunakan 10 spesimen resin komposit nanohibrid yang direndam
dalam 5 ml minuman kopi luwak dan setiap harinya diganti. Perubahan warna setelah perendaman
diukur menggunakan shade guide. Data hasil pengukuran dianalisis menggunakan uji statistik
nonparametrik Wilcoxon. Berdasarkan hasil uji nonparametrik Wilcoxon menunjukkan terjadi
perubahan warna resin komposit nanohibrid yang signifikan (p<0,05) antara sebelum dan sesudah
perendaman dalam minuman kopi luwak. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh minuman kopi
luwak terhadap perubahan warna resin komposit nanohibrid.
Kata kunci: Resin komposit nanohibrid, minuman kopi luwak, perubahan warna
ABSTRACT
Composite resin have properties that can absorb water, so it can cause discoloration. Immersion in
coffee drinks and continued can be affect to color stability of resin macrofiller, microfiller, hybrid,
nanofiller, minifiller, and nanohybrid. The newest kinds of composite resin and that often used today
is nanohybrid composite resin. Composite resin of this kind have some excess than the others
composite resin, like strength and resistance of discoloration. The objective of this study was to
evaluate the nanohybrid composite resin discoloration between before and after immersed in the
luwak coffee drinks during 5 days. This research used 10 specimens of nanohybrid composite resin
that were immersed in 5 ml luwak coffee drinks and replaced every day. Discoloration after
immersion was measured by using a shade guide and statistical analysis using nonparametric
Wilcoxon test. Based on nonparametric Wilcoxon test results showed that the discoloration was
significant (p<0,05) between before and after immersed in luwak coffee. In conclusion there was the
effect of luwak coffee to nanohybrid composite resin discoloration.
790
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
791
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
jam spesimen dilepas dari cetakan dan (disimpan dalam inkubator) selama 24 jam.
direndam dalam aquades pada suhu 37 ºC Jumlah total spesimen yang dipersiapkan
792
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
Tabel 2. Heraeus Kulzer Shade Guide Score dari terang ke gelap dalam urutan angka
Terang Gelap
B1 A1 B2 D2 A2 C1 C2 D4 A3 D3 B3 A3.5 B4 C3 A4 C4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Hasil pengamatan perubahan warna bahwa, penyerapan air pada resin sangat
pada spesimen resin komposit nanohibrid yang bergantung pada kandungan kimia dari resin
telah direndam dalam minuman kopi luwak itu sendiri.10
juga dapat dianalisis secara kuantitatif (Tabel Gugus hidroksil (OH) juga terdapat di
4). Rata-rata warna spesimen sebelum dalam asam galat. Perubahan warna pada resin
perendaman dalam kopi luwak adalah 5, komposit nanohibrid diduga akibat pengaruh
sedangkan rata-rata warna spesimen sesudah dari asam galat. Asam galat merupakan
perendaman adalah 12,4. senyawa golongan tanin yang memiliki gugus
kromofor (penyerap warna) berupa ikatan
Tabel 4. Analisis statistik perubahan warna resin rangkap terkonjugasi atau cincin benzena yang
komposit nanohibrid antara sebelum dan dapat menyebabkan suatu zat atau molekul
sesudah perendaman dalam minuman terlihat berwarna, serta adanya gugus (OH)
kopi luwak sebagai autosokrom (pengikat warna).11
Rerata Perubahan Warna (x ± SD) Perubahan warna pada resin komposit
Sebelum Sesudah p nanohibrid diduga juga disebabkan oleh
Perendaman Perendaman ukuran molekul asam galat. Asam galat
5,0 ± 0,000 12,4 ± 1,350 0,004* memiliki berat molekul 170,12 g/mol, lebih
*Signifikansi (Wilcoxon p<0,05) kecil dari kafein yang memiliki berat molekul
194,19 g/mol.12 Ukuran molekul
Perbedaan ini kemudian dianalisis mempengaruhi penyerapan yang terjadi. Berat
menggunakan Wilcoxon (nilai uji normalitas molekul yang lebih kecil memungkinkan
menunjukkan p<0,05). Hasil analisis uji mudahnya terjadi penyerapan.11
nonparametrik Wilcoxon menunjukkan Pewarnaan diduga juga dipengaruhi
terdapat perubahan warna yang signifikan oleh ruang antar filler yang terjadi. Ruang
antara sebelum dan sesudah perendaman antar filler pada resin disebabkan oleh ukuran
dalam minuman kopi luwak dimana nilai filler yang dikandungnya. Semakin besar
p<0,05 (Tabel 4). ukuran filler maka semakin banyak pula ruang
antar filler yang terjadi. Resin komposit
PEMBAHASAN nanohibrid memiliki ukuran partikel (5 nm –
Berdasarkan hasil analisis Wilcoxon 20 µm). Filler pada resin komposit yang
(Tabel 4) menunjukkan bahwa adanya terlepas akibat perendaman di dalam kopi
perubahan warna yang signifikan antara resin luwak maka akan meninggalkan ruang atau
komposit nanohibrid sebelum dan sesudah porus yang sesuai dengan ukuran filler-nya.
perendaman dalam minuman kopi luwak. Ukuran ruang atau porus yang terjadi diduga
Perubahan warna ini diduga berkaitan dengan dapat mempengaruhi mudah atau tidaknya
komposisi dari resin komposit nanohibrid itu suatu pigmen warna melekat pada permukaan
sendiri, seperti pada matriks. Pada penelitian resin komposit. Hal ini juga mempengaruhi
ini digunakan resin komposit nanohibrid tingkat kekasarannya, semakin besar ukuran
merek CHARISMA® yang mengandung filler maka tingkat kekasaran semakin tinggi
urethane dimethacrylate (UDMA) sebagai yang dapat menyebabkan mudahnya pigmen
monomer dasar. UDMA mempunyai gugus warna melekat pada permukaan resin
urethane (RNHCOOR-) yang memiliki gugus komposit. Penelitian Endo (2010) menyatakan
hidrofilik. Gugus hidrofilik ini terjadi oleh bahwa ukuran dan jenis filler yang terkandung
adanya unsur NH dalam matriks resin dalam resin dapat mempengaruhi perubahan
komposit. Unsur ini memiliki sifat warna yang terjadi.13
elektronegatif sehingga cenderung menarik Waktu perendaman diduga menjadi
elektron dari air, yaitu gugus OH-. Air dapat faktor yang dapat meningkatkan perubahan
masuk ke dalam polimer melalui area yang warna pada resin komposit nanohibrid.
berporus. Sesuai dengan penelitian yang Semakin lama resin terpapar dengan minuman
dilakukan Ferracane (2006) yang menyatakan kopi luwak maka semakin banyak pula
793
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
penyerapan yang terjadi pada matriks resin. olah serupa. Penelitian Imamura (2008)
Proses penyerapan larutan oleh matriks dapat menyatakan bahwa spesimen resin memiliki
mengganggu ikatan silane dengan partikel warna yang seolah-olah serupa bila dilihat
pengisi atau filler (siloxane bond). Elektron menggunakan visual mata manusia.
dari larutan tertarik ke dalam matriks sehingga Penggunaan alat ukur warna, seperti
memutus ikatan Si-O-Si pada siloxane bond. kolorimeter dapat menghasilkan data yang
Reaksi ini dinamakan hidrolisis. Hal ini pada lebih akurat.14
akhirnya dapat menyebabkan lepasnya partikel
pengisi dari resin komposit. Pada proses
hidrolisis terjadi reaksi autokatalitik yang
menyebabkan terlepasnya filler. Reaksi ini KESIMPULAN
dipicu oleh molekul dari larutan, seperti air. Dapat disimpulkan bahwa terdapat
Pada reaksi ini air terurai menjadi H+ pengaruh perendaman dalam minuman kopi
dan OH- karena adanya unsur N dalam matriks luwak terhadap perubahan warna resin
resin. Kemudian OH- dari air diserap masuk ke komposit nanohibrid. Terjadi perubahan warna
dalam matriks serta menyerang ikatan siloksan yang signifikan pada spesimen resin komposit
(siloxan bond), yaitu ikatan yang nanohibrid antara sebelum dan setelah
menghubungkan antara matriks dan filler. Hal perendaman selama 5 hari dalam minuman
ini menyebabkan terputusnya ikatan siloksan kopi luwak. Bagi pasien yang menggunakan
sehingga terbentuk senyawa silanol dan Si-O. resin komposit nanohibrid disarankan untuk
Pada Si-O terjadi disorientasi elektron tidak terlalu banyak terpapar langsung dengan
sehingga Si-O dapat bereaksi bila berkontak minuman kopi, misalnya dapat menggunakan
dengan minuman kopi luwak. Reaksi ini sedotan minuman.
menghasilkan Si-O dan OH-. Kemudian OH-
kembali akan memutuskan ikatan siloksan DAFTAR PUSTAKA
sehingga reaksi ini pun terjadi terus menerus 1. Alexandra A. Effects of materials
selama resin komposit berada dalam thickness and length of light exposure on
perendaman larutan. Semakin lama reaksi ini the surface hardness light-cured
terjadi, semakin banyak pula filler yang composite resins. Maj Ked Gigi (Dent J)
terlepas dari resin komposit sehingga semakin 2005; 38(1):32–35.
besar pula penyerapan air yang terjadi. Seiring 2. Anusavice KJ. Philip’s science of dental
terjadinya penyerapan air pada resin, pigmen material. Alih bahasa: Budiman JA.
warna pada minuman kopi juga ikut terserap Jakarta: EGC. 2003; 228–241.
sehingga menyebabkan perubahan warna yang 3. Mount GJ, Hume WR. Preservation and
terjadi semakin meningkat seiring lamanya restoration of tooth structure.
resin terpapar minuman kopi. Sesuai dengan Queensland: Knowledge Books and
penelitian yang dilakukan oleh Poggio (2012) Software. 2005; 199–213.
menunjukkan semakin lama perendaman 4. Adhita HD. Restorasi resin komposit
dalam minuman teh maka perubahan warna dengan teknik laminasi. Fakultas
yang terjadi pada resin komposit nanohibrid Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran
semakin meningkat.5 2010; 2.
Data hasil penelitian juga menunjukkan 5. Poggio C, Beltrami R. Surface
variasi warna pada tiap-tiap spesimen, yaitu discoloration of composite resins: Effects
A4(15), B4(13), dan B3(11). Variasi warna of staining and bleaching. Dental
yang terjadi pada spesimen diduga berkaitan Research Journal 2012; 5(9):570–571.
dengan cara pengamatan. Cara pengamatan
6. Jannah M. Pengaruh minuman kopi Ulee
dalam penelitian ini hanya menggunakan
Kareng terhadap perubahan warna pada
visual manusia, dari masing-masing pengamat
resin komposit hibrid dan nanofiller.
memiliki persepsi warna yang berbeda,
Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.
keadaan mata pengamat yang mungkin lelah,
Skripsi 2011: 5–15.
dan berbedanya sudut pencahayaan pada tiap
7. Hartono E. Penetapan kadar kafein dalam
pengamat juga diduga menjadi salah satu
biji kopi secara kromatografi cair kinerja
penyebab variasi warna yang terlihat pada
tinggi. Biomedika 2009; 2(1):73–75.
tiap-tiap spesimen. Namun, semua spesimen
bila diperhatikan memiliki warna yang seolah-
794
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
795
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
ABSTRAK
Hipersensitivitas dentin terjadi karena terpaparnya dentin akibat terkikisnya email yang disebabkan
proses demineralisasi email. Minuman bersoda merupakan salah satu minuman yang dapat
menyebabkan demineralisasi email. Remaja merupakan salah satu pengkonsumsi minuman bersoda
terbanyak. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat sensitivitas dentin
sebelum dan setelah paparan minuman bersoda pada usia remaja berdasarkan metode Visual Analog
Scale (VAS). Metode yang digunakan adalah Garis Linier dan Faces Pain Scales. Tahap pertama dari
penelitian ini dimulai dengan seleksi subjek yang dilanjutkan pemeriksaan hipersensitivitas dentin
sebelum paparan minuman bersoda dan pemeriksaan sensitivitas dentin setelah paparan minuman
bersoda. Dari hasil pemeriksaan 39 subjek penelitian, 25 subjek menderita sensitif ringan sebelum
dipaparkan minuman bersoda dan 23 subjek penelitian menderita sensitif sedang setelah dipaparkan
minuman. Dari hasil uji statistik menunjukan perbedaan tingkat sensitivitas dentin yang signifikan
sebelum dan setelah paparan minuman bersoda. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa paparan minuman bersoda dapat mempengaruhi tingkat sensitivitas dentin.
ABSTRACT
Dentin hypersensitivity occurs because the exposure of dentin due to erosion caused by the enamel
demineralization process. Soft drinks is one of the drinks that can cause enamel demineralization.
Teenager is one of the most population that consuming soft drinks. Therefore, this study was aims to
determine the level of dentin sensitivity before and after exposure to soft drinks during adolescence
based on Visual Analog Scale (VAS) methods. The research was approached by Linear Line and the
Faces Pain Scales methods. The first phase of this study began with the selection subjects then
continued dentin hypersensitivity eximination before exposure to soft drinks and examination of
dentin sensitivity after exposure to soft drinks. From the results of 39 subjects, 25 subjects suffered
mild sensitivity before being exposed drinks and 23 subjects suffered moderate sensitivity after being
exposed drinks. Statistic test showed the significant differences of dentin sensitivity levels before and
after exposure to soft drinks. Based on this study concluded that the exposure to soft drinks can affect
the sensitivity of dentin.
796
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
797
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
diperiksa gigi 14 dan 24 pada bagian bukal di dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah bahwa
servikal gigi dengan menggunakan sonde subjek penelitian terbanyak adalah sensititf
dengan cara disondasi dari bagian mesial ke ringan dan tidak ada ditemukan sangat sensitif.
distal. Hasil proses pemeriksaan tersebut
kemudian disesuaikan dengan indeks VAS Tabel 3. Distribusi frekuensi subjek sebelum
Dengan garis linier Visual Analog Scale dan paparan minuman bersoda
Faces Pain Scales. Tingkat Sensitivitas Jumlah Persentase
Selanjutnya subjek dipaparkan minuman Dentin (Orang) (%)
bersoda (soft drink) dengan merek X sebanyak Tidak sensitif 4 10,26
20 ml selama 30 detik bersuhu dingin. Sensitif ringan 25 64,10
Kemudian dilakukan pemeriksaan setelah Sensitif sedang 9 23,08
paparan minuman bersoda. Pemeriksaan Sensitif berat 1 2,56
dilakukan sama seperti pemeriksaan sebelum Sangat sensitif 0 0
terpapar minuman bersoda. Hasil pemeriksaan Jumlah 39 100
dicatat dalam formulir pemeriksaan.
Kemudian ditentukan sensitifitas dentin dari 17
skor VAS yang didapat. 18
16
Tabel 1. Visual analog scale dan tingkat 14
sensitivitas 12
9
10 8
Skor Skala Sensitivitas
Derajat Nyeri 8
VAS Dentin
0 Tidak ada nyeri Tidak sensitif 6
3
1–3 Ringan Sensitif ringan 4
1 1
4–6 Sedang Sensitif sedang 2 0 0 0 0
7–9 Berat Sensitif berat 0
10 Sangat berat Sangat sensitif Laki-laki Perempuan
Tidak sensitif Sensitif ringan
Data yang dikumpulkan melalui Sensitif sedang Sensitif berat
pemeriksaan klinis dan kuesioner yang Sangat sensitif
diberikan pada subjek penelitian diolah dan
Gambar 1. Distribusi frekuensi subjek sebelum
dianalisis dengan uji t berpasangan.14 paparan minuman bersoda berdasarkan
jenis kelamin
HASIL PENELITIAN
Dari hasil seleksi subjek penelitian Gambar 1 di atas menunjukkan tingkat
menggunakan kuesioner diperoleh 39 subjek sensitivitas dentin sebelum paparan minuman
penelitian yang memenuhi kriteria inklusi bersoda berdasarkan jenis kelamin. Pada jenis
menjadi subjek penelitian. Distribusi subjek kelamin laki-laki menunjukkan subjek
penelitian menunjukkan subjek perempuan penelitian terbanyak adalah sensitif ringan
lebih banyak dibandingkan subjek laki-laki, demikian halnya pada jenis kelamin
seperti yang ditunjukan pada Tabel 2 dan perempuan. Sementara itu, hasil paparan
Tabel 3 menunjukkan distribusi frekuensi subjek dengan minuman bersoda (soft drink)
subjek sebelum dipaparkan minuman bersoda. merek X sebanyak 20 ml selama 30 detik
bersuhu dingin dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 2. Distribusi frekuensi subjek berdasarkan
jenis kelamin Tabel 4. Distribusi frekuensi subjek setelah
Jumlah Persentase paparan minuman bersoda
Jenis Kelamin
(Orang) (%) Tingkat Sensitivitas Jumlah Persentase
Laki-laki 9 23,07 Dentin (Orang) (%)
Perempuan 30 76,93 Tidak sensitif 2 5,13
Jumlah 39 100 Sensitif ringan 12 30,77
Sensitif sedang 23 58,97
Dari hasil pemeriksaan sensitivitas Sensitif berat 2 5,13
dentin sebelum paparan minuman bersoda Sangat sensitif 0 0
menunjukkan dari 39 subjek penelitian yang Jumlah 39 100
798
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
799
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
tertentu dapat menurunkan pH rongga mulut senstivitas lebih berat terjadi pada subjek
sehingga dapat mempermudah demineralisasi berjenis kelamin perempuan dibandingkan
gigi. Kandungan di dalam minuman bersoda, laki-laki dikarenakan jumlah subjek
yaitu asam dan gula dapat menyebabkan erosi perempuan lebih banyak dibandingkan laki-
dan karies gigi. Asam terutama asam fosfor laki.
menurunkan pH didalam mulut sehingga
terjadi demineralisasi gigi. Pada penelitian DAFTAR PUSTAKA
yang dilakukan oleh Nisha (2010) 1. Israr YA, Cristopher AP, Rita R. Penyakit
menyebutkan bahwa setiap mengkonsumsi gigi dan mulut. Faculty of Medical,
minuman bersoda memerlukan waktu 20 detik University of Riau. Available at:
untuk bereaksi terhadap gigi.16 Penelitian dari http://ebookf.com/kl/klasifikasi-karies-
Southern Illinois University menyebutkan gigi-berdasarkan-kedalamannya.book.pdf.
bahwa dalam 3 menit setelah mengkonsumsi Accessed April 28, 2013.
minuman bersoda akan terjadi pengikisan 2. Mjor IA, Fejerskov O. Human oral
email 10 kali lebih cepat dibanding embriology and histology. Alih bahasa:
mengkonumsi jus buah.19 Yuwono L. Jakarta: Penerbit Buku
Demineralisasi email merupakan faktor Kedokteran Widya Medika. 1991: 42–93.
penting yang berperan dalam terjadinya 3. Usysohivu. Karies gigi atau gigi
hipersensitivitas dentin. Demineralisasi email berlubang pada remaja. Available at:
yang berlangsung secara terus-menerus akan http://kariesgigi.blogspot.com/2008/01/
menyebabkan erosi gigi. Pada banyak kasus, Kariesgigi.html Accessed April 28, 2013.
erosi gigi baru dapat disadari pada saat tampak 4. Bartold PM. Dentinal hypersensitivity : A
pengikisan email secara makroskopik. review. Australian Dental Journal 2006;
Pengikisan email secara mikroskopik sering 51(3):212–218.
luput dari perhatian karena belum terlihat 5. Samruddhi DP, Chute M, Gunjikar T,
mata, namun pada pengikisan tahap awal ini Jonnala J, Dilip GP. Advances in the
biasanya banyak dikeluhkan rasa nyeri akibat treatment of dentinal hypersensitivity.
rangsangan suhu panas maupun dingin. JIDA 2011; 12(5):1249–1250.
Keadaan linu inilah yang disebut 6. Porto IC, Andrade KM, Montes JR.
hipersensitivitas dentin yang merupakan Diagnosis and treatment of dentinal
variabel dalam penelitian ini.13,20 Rasa nyeri hypersensitivity. Journal of Oral Science
pada dentin terjadi dikarenakan pergerakan 2009; 51(3):323–332.
cairan tubulus dentin yang akan menyebabkan 7. Bamise CT, Kolawol KA, Oloyede EO.
stimulus pada saraf pulpa yang kemudian The determinan and control of soft
melakukan pengiriman rangsangan ke otak dan drinks-inceted dental erosion. Rev Clin
timbul persepsi rasa nyeri. Pada penelitian ini Pesg Odontol 2009; 5(2):141–154.
digunakan dua variabel VAS, yaitu Garis 8. Prasetyo EA. Keasaman minuman ringan
Linier dan Faces Pain Scale. Penggabungan menurunkan kekerasan permukaan gigi.
kedua variabel ini bertujuan untuk mencegah Bagian Ilmu Konservasi Gigi Fakultas
terjadinya kesalahan data yang diperoleh. Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.
Variabel Garis Linier bersifat subjektif karena 2005; 38(2):60–63.
data yang didapat berasal dari subjek 9. Jacobson. Minuman ringan, dibalik
penelitian tersebut sehingga digunakan Faces kenikmatan ada bencana. Available at:
Pain Scale untuk memperkuat hasil yang http://umairamultiply.com. Accessed
didapat pada variabel Garis Linier. December 3, 2012.
10. Australian Beverages Council. What is a
KESIMPULAN soft drinks?. Available at:
Terdapat perbedaan tingkat sensitivitas www.australianbeverages.org. Accessed
dentin sebelum dan setelah paparan minuman December 3, 2012.
bersoda pada subjek penelitian. Sebelum 11. Chonistivil K, Chonistivili V. Tooth
paparan minuman bersoda, tingkat sensitivitas sensitivity and whitening. Annals of
dentin subjek terbanyak menunjukkan sensitif Biomedical Research and Education
ringan dan setelah paparan minuman bersoda, 2005; 5(4):269–270.
tingkat sensitivitas dentin subjek terbanyak 12. Elizadiani DS. Pain experiences and pain
menunjukkan sensitif sedang. Tingkat management in postoperative patients.
800
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
801
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
ABSTRAK
Gingivitis adalah salah satu penyakit yang paling lazim diderita oleh masyarakat. Gingivitis
merupakan inflamasi yang hanya mengenai jaringan gingiva tanpa menyerang tulang alveolar dan
ligamen periodontal (tanpa mengakibatkan kehilangan perlekatan). Perdarahan gingiva adalah salah
satu tanda klinis dari gingivitis. Perdarahan gingiva terjadi satu atau dua hari sebelum terjadinya
menstruasi, yang biasanya hilang setelah dimulainya menstruasi. Salah satu indeks untuk mengukur
perdarahan gingiva adalah Papillary Bleeding Index (PBI). Penelitian ini bertujuan untuk melihat
indeks perdarahan gingiva pada masa sebelum menstruasi, yaitu 1–2 hari sebelum menstruasi.
Penelitian deskriptif ini dilakukan di Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas
Syiah Kuala. Subjek penelitian berjumlah 65 orang yang berasal dari angkatan 2009–2011. Pada
subjek diberikan kuesioner dan pemeriksaan klinis, yaitu pemeriksaan Indeks Perdarahan Papila.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 64 subjek (98,5%) memiliki Indeks Perdarahan Papila
0, sebanyak satu subjek (1,5%) memiliki Indeks Perdarahan Papila 1 dan tidak terdapat subjek yang
memiliki Indeks Perdarahan Papila 2 dan 3–4. Disimpulkan bahwa 98,5% pada penelitian ini
memiliki gingiva sehat dan 1,5% memiliki gingivitis ringan.
Kata kunci: Perdarahan gingiva, Papillary Bleeding Index (PBI), indeks perdarahan gingiva,
menstruasi
ABSTRACT
Gingivitis is one of the most common human diseases. Gingivitis is inflammation of the gingival
tissue only without attacking the alveolar bone and periodontal ligament (absence of clinical
attachment loss). Gingival bleeding is a clinical sign of gingivitis. Menstruation gingivitis usually
occurs one or two day before the start of the period and clears up shortly after the period has started.
One of the several methods in order to measure the gingival bleeding is Papillary Bleeding Index
(PBI). This study was aimed to describe the gingival bleeding index of the premenstrual one or two
days before the menstrual period. This descriptive study was done in School of Dentistry of Medical
Faculty, Syiah Kuala University. The result shown that 64 subject (98,5%) had Papilla Bleeding Index
0, which one subject had Papilla Bleeding Index 1 and there was no subject that had Papillary
Bleeding Index 2 and 3–4. It can be concluded that 98,5% of this study that had a healthy gingiva and
1,5% had a mild gingivitis.
Key words: Gingival bleeding, Papillary Bleeding Index (PBI), gingival bleeding index, menstruation
802
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
803
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
804
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
805
Cakradonya Dent J 2015; 7(1):745-806
17. Joan Otomo-Corgel. Periodontal therapy 29. Lund AE. Menstrual cycle affects
in the female patient. In: Carranza’s periodontal health. JADA 2004; 135:571–
clinical periodontology (Newmann MG, 573.
Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA, 30. Balan U, Gonsalves N, Jose M, Girish
eds). 11th ed. St. Louis, Missouri: KL. Symptomatic changes of oral mucosa
Saunders Elsevier. 2012: 414. during normal hormonal turnover in
18. Melfi RC, Alley KC. Permar’s oral healthy young menstruating women. The
embriology and microscopis anatomy. Journal of Contemporary Dental Practice
10th ed. Maryland: Lippicott Williams & 2012; 13(2):178–181.
Wilkins. 2000: 238. 31. Nobuko K, Yoshihiro I, Mamoru K,
19. Klukowska M, Grender JM, Goyal CR, Ayako O, Aki K, Naoyuki S, Koichi I.
Mandi C, Biesbrock AR. 12-week clinical Periodic exacerbation of gingival
evaluation of a rotation/ oscillation power inflammation during the menstrual cycle.
toothbrush versus a new sonic power Journal of Oral Science 2005; 47(3):159–
toothbrush in reducing gingivitis and 164.
plaque. American Journal of Dentistry 32. Usman S, Bhat SS, Sargod SS. Oral
2012; 25(25):287–292. health knowledge and behavior of clinical
20. Yassin H. Plaque induced gingivitis medical, dental and paramedical student
(Chronic gingivitis). Periodontology Dept in Mangalore. JOHCD 2007; 1(3):46–48.
P.U.A 2012: 1–6.
21. Kluwer W. Lippincott’s guide to
infectious disease. Maryland: Lippincott
Williams & Wilkins. 2011: 136.
22. Krishnan V, Rajasekar S, Jacob TS.
Periodontal pathology-periodontal
disease. In: Viva voce in periodontics
(Jacob TS, Arunmozhi P, eds). New
Delhi: Jaypee. 2008: 50.
23. Fiorellini JP, Kim DM, Uzel NG. Clinical
features of gingivitis. In: Carranza’s
clinical periodontology (Newmann MG,
Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA,
eds). 11th ed. St. Louis, Missouri:
Saunders Elsevier. 2012: 76–81.
24. Anonymous. Helping orthodontic patients
achieve optimum oral health. Focus on
orthodontics 2003; 5(1):1–4.
25. Nazir S, Arain AH. Gender spesific
prevalence of gingival disease among the
patients visiting Baqai Dental Hospital.
Pakistan Oral & Dental Journal 2010;
30(2):506–510.
26. Newbrun E. Indices to measure gingival
bleeding. J Periodontol 1996; 67(6):555–
561.
27. Fehrenbach MJ, Women's oral health
needs. Young Dental Manufacturing
2005; 4(4):1–6.
28. Illyess. An overview of gingival and
periodontal diseases. The University of
Tennessee Health Science Center College
of Dentistry 2008: 1. Available at:
http://www.uthsc.edu/dentistry/CE/forms/
OverviewofGingivalandPeriodontalDisea
ses.pdf. Accessed December 16, 2012.
806
ISSN: 2085-546X
Petunjuk Bagi Penulis
Cakradonya Dental Journal (CDJ) adalah jurnal ilmiah yang Pendahuluan (tanpa subjudul)
terbit dua kali setahun, Juni dan Desember. Artikel yang Subjudul-subjudul sesuai kebutuhan
diterima CDJ akan dibahas para pakar dalam bidang keilmuan Penutup (kesimpulan dan saran)
yang sesuai (peer-review) bersama redaksi. Sekiranya peer- Daftar pustaka
review menyarankan adanya perubahan, maka penulis diberi 3. Laporan Kasus. Berisi artikel tentang kasus di klinik yang
kesempatan untuk memperbaikinya. cukup menarik, dan baik untuk disebarluaskan dikalangan
sejawat lainnya. Format terdiri atas: Pendahuluan,
CDJ menerima artikel konseptual dari hasil penelitian original Laporan kasus, Pembahasan dan Daftar pustaka.
yang relevan dengan bidang kesehatan, kedokteran gigi dan 4. Gambar dan tabel. Kirimkan gambar yang dibutuhkan
kedokteran. CDJ juga menerima tinjauan pustaka, dan laporan bersama makalah. Tabel harus diketik 1 spasi.
kasus. 5. Metode statistik. Jelaskan tentang metode statistik secara
rinci pada bagian “metode”. Metode yang tidak lazim,
Artikel yang dikirim adalah artikel yang belum pernah ditulis secara rinci berikut rujukan metode tersebut.
dipublikasi, untuk menghindari duplikasi CDJ tidak menerima 6. Judul ditulis dengan huruf besar 11 point, baik judul
artikel yang juga dikirim pada jurnal lain pada waktu singkat dengan jumlah maksimal 40 karakter termasuk
bersamaan untuk publikasi. Penulis memastikan bahwa seluruh huruf dan spasi. Diletakkan di bagian tengah atas dari
penulis pembantu telah membaca dan menyetujui isi artikel. halaman pertama. Subjudul dengan huruf 11 point.
7. Nama dan alamat penulis. Nama penulis tanpa gelar dan
1. Artikel Penelitian alamat atau lembaga tempat bekerja ditulis lengkap dan
Tatacara penulisan: jelas. Alamat korespondensi, nomor telepon, nomor
Judul dalam bahasa Indonesia facsimile, dan alamat e-mail.
Abstrak dibuat dalam bahasa Indonesia & Inggris, 8. Ucapan terima kasih. Ucapan terima kasih hanya untuk
dalam bentuk tidak terstruktur dengan jumlah para profesional yang membantu penyusunan naskah,
maksimal 200 kata, harus mencerminkan isi artikel, termasuk pemberi dukungan teknis, dana dan dukungan
ringkas dan jelas, sehingga memungkinkan pembaca umum dari suatu institusi.
memahami tentang aspek baru atau penting tanpa 9. Daftar pustaka. Daftar pustaka ditulis sesuai dengan
harus membaca seluruh isi artikel. Diketik dengan aturan penulisan Vancouver, diberi nomor urut sesuai
spasi tunggal satu kolom. dengan pemunculan dalam keseluruhan teks ditulis secara
Kata Kunci dicantumkan pada halaman yang sama super script. Jumlah daftar pustaka minimal 10 referensi.
dengan abstrak. Pilih 3-5 buah kata yang dapat Bila pengarang lebih dari 6 orang, maka disebutkan 6
membantu penyusunan indek. nama pengarang kemudian baru at al/dkk. Bila kurang
Artikel utama ditulis dengan huruf jenis Times New dari 6 orang maka disebutkan semua nama pengarangnya.
Roman ukuran 11 point, spasi satu dan dibuat dalam - Jurnal: Hendarto H, Gray S. Surgical and non surgical
bentuk dua lajur (page layout) intervation for speech rehabilitation in Parkinson
Artikel termasuk tabel, daftar pustaka dan gambar disease. Med J Indonesia 2000; 9 (3): 168-74.
harus diketik 1 spasi pada kertas dengan ukuran 21,5 - Buku: Lavelle CLB. Dental plaque. In: Applied Oral
x 28 cm (kertas A4) dengan jarak dari tepi 2,5 cm, Physiology, 2nd ed. London: Wright. 1988:93-5.
jumlah halaman maksimum 12. Laporan tentang - Book Section: Shklar G, Carranza FA. The Historical
penelitian pada manusia harus memperoleh Background of Periodontology. In: Carranza's Clinical
persetujuan tertulis (signed informed consent). Periodontology (Newman MG, Takei HH, Klokkevold
Sistematika penulisan artikel hasil penelitian, adalah PR, Carranza FA, eds), 10th ed. St. Louis: Saunders
sebagai berikut: Elsevier, 2006: 1-32.
Judul - Website : Almas K. The antimicrobial effects of seven
Nama dan alamat penulis serta alamat email different types of Asian chewing sticks. Available in
Abstrak dalam bahasa Indonesia dan Inggris http://www.santetropicale.com/resume/49604.pdf
Kata kunci Accessed on April, 2004.
Pendahuluan (tanpa subjudul, memuat latar 10. Artikel dikirim sebanyak 1 (satu) eksemplar, dalam
belakang masalah dan sedikit tinjauan pustaka, dan bentuk hard dan soft copy, tuliskan nama file dan program
masalah/tujuan penelitian). yang digunakan, kirimkan paling lambat 2 (dua) bulan
Bahan dan Metode sebelum bulan penerbitan kepada:
Hasil Ketua Dewan Penyunting
Pembahasan Cakradonya Dental Journal (CDJ)
Kesimpulan dan Saran Fakultas Kedokteran Gigi -Unsyiah
Ucapan terima kasih Darussalam Banda Aceh 23211
Daftar Pustaka. Telp/fax. 0651-7551843
2. Tinjauan pustaka/artikel konseptual (setara hasil 11. Kepastian pemuatan atau penolakan artikel akan
penelitian) merupakan artikel review dari jurnal dan atau diberitahukan melalui email. Penulis yang artikelnya
buku mengenai ilmu kedokteran gigi, kedokteran dan dimuat akan mendapat bukti pemuatan sebanyak 1 (satu)
kesehatan mutakhir memuat: eksemplar. Artikel yang tidak dimuat tidak akan
Judul dikembalikan kecuali atas permintaan penulis.
Nama penulis
Abstrak dalam bahasa Indonesia dan Inggris