Anda di halaman 1dari 12

STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT

RESIKO JATUH

A. Akreditasi Rumah Sakit


Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia dilaksanakan untuk menilai kepatuhan
rumah sakit terhadap standa akreditasi. Akreditasi rumah sakit yang sudah mulai
dilaksanakan sejak tahun 1995 di Indonesia, selama ini menggunakan standar akreditasi
berdasarkan tahun berapa standar tersebut mulai dipergunakan untuk penilaian, sehingga
selama ini belum pernah ada Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia,
sedangkan status akreditasi saat ini ada status akreditasi nasional dan status akreditasi
internasional, maka di Indonesia perlu ada Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit.
Berdasarkan hal tersebut maka standar akreditasi untuk rumah sakit yang mulai
diberlakukan pada Januari 2018 ini diberi nama Standar Nasional Akreditasi Rumah
Sakit Edisi 1 dan disingkat menjadi SNARS Edisi 1.
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1, merupakan standar akreditasi
baru yang bersifat nasional dan diberlakukan secara nasional di Indonesia. Disebut
dengan edisi 1, karena di Indonesia baru pertama kali ditetapkan standar nasional untuk
akreditasi rumah sakit. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit edisi 1 berisi 16 bab.
Dalam Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 yang selanjutnya disebut
SNARS Edisi 1 ini juga dijelaskan bagaimana proses penyusunan, penambahan bab
penting pada SNARS Edisi 1 ini, referensi dari setiap bab dan juga glosariumistilah-
istilahpenting, termasuk juga kebijakan pelaksanaan akreditasi rumah sakit.
B. Sasaran Keselamatan Pasien
1. SASARAN 1 : Mengidentifikasi pasien dengan benar
2. SASARAN 2 : Meningkatkan komunikasi yang efektif
3. SASARAN 3 : Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai
(High Alert Medications)
4. SASARAN 4 : Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang
benar, pembedahan pada pasien yang benar.
5. SASARAN 5 : Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. SASARAN 6 : Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh
C. Standar Akreditasi Rumah Sakit
Standar akreditasi yang dipergunakan mulai 1 Januari 2018 adalah Standar
Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 yang terdiri dari 16 bab yaitu :
1. Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)
2. Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas (ARK)
3. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
4. Asesmen Pasien (AP)
5. Pelayanan Asuhan Pasien (PAP)
6. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
7. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)
8. Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE)
9. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
10. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
11. Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)
12. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
13. Kompetensi & Kewenangan Staf (KKS)
14. Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM)
15. Program Nasional (menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta meningkatkan
angka kesehatan ibu dan bayi, menurunkan angka kesakitan HIV/AIDS, menurunkan
angka kesakitan tuberkulosis, pengendalian resistensi antimikroba dan pelayanan
geriatri)
16. Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Rumah Sakit (IPKP)
D. Integrasi Pendidikan Kesehatan Dalam Pelayanan Di Rumah Sakit
Yang Perlu Diketahui PadaStandar Nasional Akreditasi Rumah Sakit edisi 1
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 merupakan standar pelayanan berfokus
pada pasien untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien dengan pendekatan
manajemen risiko di Rumah Sakit. Setiap elemen penilaian dilengkapi dengan (R) atau
(D), atau (W) atau (O) atau (S), atau kombinasinya yang berarti sebagai berikut :
1. (R) =Regulasi, yang dimaksud dengan regulasi adalah dokumen pengaturan yang
disusun oleh rumah sakit yang dapat berupa kebijakan, prosedur (SPO), pedoman,
panduan, peraturan Direktur rumah sakit, keputusan Direktur rumah sakit dan atau
program.
2. (D) = Dokumen, yang dimaksud dengan dokumen adalah bukti proses kegiatan atau
pelayanan yang dapat berbentuk berkas rekam medis, laporan dan atau notulen rapat
dan atau hasil audit dan atau ijazah dan bukti dokumen pelaksanaan kegiatan lainnya.
3. (O) =Observasi, yang dimaksud dengan observasi adalah bukti kegiatan yang
didapatkan berdasarkan hasil penglihatan/observasi yang dilakukan oleh surveior.
4. (S) =Simulasi, yang dimaksud dengan simulasi adalah peragaaan kegiatan yang
dilakukan oleh staf rumah sakit yang diminta oleh surveior.
5. (W) =Wawancara, yang dimaksud dengan wawancara adalah kegiatan tanya jawab
yang dilakukan oleh surveior yang ditujukan kepada pemilik/representasi pemilik,
direktur rumah sakit, pimpinan rumah sakit, profesional pemberi asuhan (PPA), staf
klinis, staf non klinis, pasien, keluarga, tenaga kontrak dan lain-lain.
E. Pengertian Jatuh
Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang
melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai
atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka. Selain
cedera fisik yang berkaitan dengan jatuh, individu dapat mengalami dampak psikologis,
seperti takut terjatuh kembali, kehilangan kepercayaan diri, peningkatan kebergantungan
dan isolasi sosial. Berdasarkan beberapa pengertian jatuh di atas, dapat disimpulkan
bahwa jatuh adalah kejadian tiba-tiba dan tidak disengaja yang mengakibatkan seseorang
terbaring atau terduduk di lantai dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.
F. Etiologi
1. Osteoporosis menyebabkan tulang menjadi rapuh dan dapat mencetuskan fraktur.
2. Perubahan refleks baroreseptor
Cenderung membuat lansia mengalami hipotensi postural, menyebabkan pandangan
berkunang-kunang, kehilangan keseimbangan, dan jatuh.
3. Perubahan lapang pandang, penurunan adaptasi terhadap keadaan gelap dan
penurunan penglihatan perifer, ketajaman persepsi kedalaman, dan persepsi warna
dapat menyebabkan salah interpretasi terhadap lingkungan, dan dapat mengakibatkan
lansia terpeleset dan jatuh.
4. Gaya berjalan dan keseimbangan
berubah akibat penurunan fungsi sistem saraf, otot, rangka, sensori, sirkulasi dan
pernapasan. Semua perubahan ini mengubahpusat gravitasi, mengganggu
keseimbangan tubuh dan menyebabkan limbung, yang pada akhirnya mengakibatkan
jatuh. Perubahan keseimbangan dan properosepsi membua lansia sangat rentan
terhadap perubahan permukaan lantai (contoh lantai licin dan mengkilat). Akhirnya,
usia yang sangat tua atau penyakit parah dapat mengganggu fungsi refleks
perlindungan dan membuat individu yang bersangkutan berisiko terhadap jatuh (Lord,
2005).
G. Faktor resiko
1. Faktor intrinsik
Faktor instrinsik adalah variablevariabel yang menentukan mengapa seseorang da
pat jatuh pada waktu tertentu dan orang lain dalam kondisi yang sama mungkin
tidak jatuh.
Faktor intrinsik tersebut antara lain adalah gangguan muskuloskeletal misalnya
menyebabkan gangguan gaya berjalan, kelemahan ekstremitas bawah,
kekakuan sendi, sinkope yaitu kehilangan kesadaran secara tiba-tiba yang
disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otak dengan gejala
lemah, penglihatan gelap, keringat dingin, pucat dan pusing.
2. Faktor ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar (lingkungan sekitarnya) diantaranya
cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin, tersandung benda-benda.
Faktor-faktor ekstrinsik tersebut antara lain lingkungan yang tidak mendukung
meliputi cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin, tempat berpegangan
yang tidak kuat, tidak stabil, atau tergeletak di bawah, tempat tidur atau WC
yang rendah atau jongkok, obat-obatan yang diminum dan alat-alat bantu berjalan.
H. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi jatuh adalah :
1. Perlukaan (injury)
Perlukaan (injury) mengakibatkan rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit
berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya arteri/vena, patah tulang atau
fraktur misalnya fraktur pelvis, femur, humerus, lengan bawah, tungkai atas.
2. Disabilitas
Disabilitas mengakibatkan penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan
fisik dan penurunan mobilitas akibat jatuh yaitu kehilangan kepercayaan diri dan
pembatasan gerak.
3. Meninggal

I. Pencegahan
1. Identifikasi faktor resiko
Pada setiap lanjut usia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor
instrinsik risiko jatuh, perlu dilakukan assessment keadaan sensorik, neurologis,
muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering menyebabkan jatuh.
Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh
harus dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup tetapi tidak menyilaukan.
Lantai rumah datar, tidak licin, bersih dari benda
benda kecil yang susah dilihat, peralatan rumah tangga yang sudah tidak
aman (lapuk, dapat bergerser sendiri) sebaiknya diganti, peralatan rumah
ini sebaiknya diletakkan sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu jalan/tempat aktivitas lanjut usia. Kamar mandi
dibuat tidak licin sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu yang
mudah dibuka. WC sebaiknya dengan kloset duduk dan diberi pegangan di
dinding.
2. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan (gait)
Setiap lanjut usia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam
melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Bila
goyangan badan pada saat berjalan sangat berisiko jatuh, maka
diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi medis. Penilaian gaya berjalan
juga harus dilakukan dengan cermat, apakah kakinya menapak dengan baik, tidak
mudah goyah, apakah penderita mengangkat kaki
dengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas bawah
penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu harus dikoreksi
bila terdapat kelainan/penurunan.
3. Mengatur/ mengatasi faktor situasional.
Faktor situasional yang bersifat serangan akut yang diderita lanjut usia
dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lanjut usia secara periodik.
Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan mengusahakan
perbaikan
lingkunganfaktorsituasional yang berupa aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai
dengan kondisi kesehatan lanjut usia. Aktifitas tersebut tidak boleh melampaui
batasan yang diperbolehgkan baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi fisik.
Maka di anjurkan lanjut usia tidak melakukan aktifitas fisik yang sangat
melelahkan atau berisiko tinggi untuk terjadinya jatuh.
J. Penerapan pada keperawatan
Contoh-contoh dalam penerapannya antara lain :
1. Penambahan tempat tidur yang mempunyai penghalang disamping tempat tidur.
2. Tersedia restrain dan alat dressing yang sesuai dengan jumlah pasien.
3. Obat-obatan (perawat melihat efek samping obat yang memungkinkan terjadinya
jatuh)
4. Penglihatan menurun (perawat dapat tetap menjaga daerah yang dapat menyebabkan
jatuh menggunakan kacamata, sehingga pasien dapat berjalan sendiri, misalnya pada
malam hari.
5. Perawat tanggap terhadap perubahan perilaku pasien.
6. Perawat mengecek seluruh daerah yang dapat menyebabkan jatuh misalnya sepatu
atau tali sepatu yang tidak pada tempatnya.
7. (Jatuh dilantai) perawat mengecek penyebab sering terjadinya jatuh, misalnya terlalu
banyak furniture, daerah yang gelap, dan sedikit hidarasi (perawat menganjutkan
untuk minum 6-8 gelas perhari).
8. Mengorientasikan klien pada saat masuk rumah sakit dan jelaskan sistem komunikasi
yang ada
9. Hati-hati saat mengkaji klien dengan keterbatasan gerak
10. Supervisi ketat pada awal klien dirawat terutama malam hari
11. Anjurkan klien menggunakan bel bila membutuhkan bantuan
12. Berikan alas kaki yang tidak licin
13. Jaga lantai kamar mandi agar tidak licin.

K. Cara mengobati
Dalam upaya mengurangi resiko pasien cedera karna jatuh kita perlu
memperhatikan beberapa hal seperti usia, riwayat jatuh, aktivitas, defisit (penglihatan,
pendengaran), kognitif, pola BAB dan BAK, mobilitas/motori. Kita harus memperhatikan
usia karena resiko jatuh orang yang lanjut usia misal 65 tahun akan lebih tinggi dibanding
pada usia dewasa, biasanya semakin bertambah tua usia seseorang tingkat penglihatannya
akan menurun, penurunan ini pun harus kita perhatikan karna penurunan penglihatan
jelas dapat mengganggu orang tersebut beraktivitas dan dapat menyebabkan suatu cedera.
Beberapa cara pengobatan yang dapat dilakukan misalnya :
a. Antihipertensi
b. Hiploglikemik
c. Antidepresan
d. Neurotropik
e. Sedatif, diuretik
f. laxative
Selain hal-hal tersebut ada juga sebuah pedoman yang bisa kita lakukan, caranya
terlebih dahulu kita beri skor klien yaitu kita beri skor penilaian untuk setiap item, mulai
dari usia sampai mobilitas lalu hitung juga untuk berbagai cara pengobatannya seperti
yang tertulis diparagraf sebelumnya.

Tabel skala jatuh dari morse dapat dilihat dibawah ini :


No Pengkajian Skala Nilai Ket
1 Riwayat jatuh : apakah Tidak 0
lansia pernah jatuh dalam Ya 25
3 bulan terakhir.
2 Diagnosa sekunder : Tidak 0
Apakah Lansia memiliki Ya 15
lebih dari satu penyakit.
3 Alat Bantu jalan : 0
· Bedrest / dibantu
perawat
· Kruk / tongkat / 15
walker.
30
· Berpegangan pada
benda – benda sekitar.
(Kursi, lemari, meja).

4 Teraphy intravena : Tidak 0


Apakah saat ini lansia Ya 20
terpasang infus.
5 Gaya Berjalan / cara 0
Berpindah:
· Normal / Besrest /
immobile (tidak dapat
bergerak sendiri)

· Lemah tidak bertenaga. 10


20
· Gangguan atau tidak
normal (pincang atau
diseret).
6 Status mental: 0
· Lansia menyadari
kondisi dirinya.
· Lansia mengalami 15
keterbatasan daya ingat.
Total nilai

Berdasarkan nilai dari table diatas nanti kita akan dapat mengklasifikasikan atau
mendapatkan nilai sehingga kita dapat menentukan tingkat resiko Jatuh dari pasien yang
kita nilai Dengan ketentuan skala morse dibawah ini.

Tingkatan Resiko Nilai MPS Tindakan


Tidak Beresiko 0 – 24 Perawatan Dasar
Resiko Rendah 25 – 50 Pelaksanaan Intervensi
Pencegahan Jatuh Standar.
Resiko Tinggi ≥51 Pelaksanaan Intervensi
Pencegahan Jatuh resiko
tinggi

Bila sudah diakumulasi skornya baru kita lihat pedoman pencegahan pada pasien
seperti berikut :
1. Resiko Rendah (skor 0-5)
a) Pastikan bel mudah dijangkau oleh pasien
b) Roda tempat tidur dalam keadaan terkunci
c) Posisikan tempat tidur pada posisi terendah
d) Pagar pengaman tempat tidur dinaikkan
2. Resiko Sedang (6-13)
a) Lakukan senua pedoman pencegahan untuk resiko rendah
b) Pasangkan gelang khusus (warna kuning) sebagai tanda pasien resiko jatuh
c) Tempatkan tanda resiko pasien jatuh pada datar nama pasien (warna kuning)
d) Beri tanda resiko pasien jatuh pada pint kamar pasien
3. Resko Tinggi (>= 14)
a) Lakukan semua pedoman pencegahan untuk resiko rendah dan sedang
b) Kunjungi dan monitor pasien setiap satu jam
c) Tempatkan pasien dikamar yang paling dekat dengan nurse station (jika
memungkinkan)

SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP)


Bab ini membahas Sasaran Keselamatan Pasien yang wajib diterapkan di semua
rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran
ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety
(2007) yang digunakan juga oleh Pemerintah.
Maksud dan tujuan Sasaran Keselamatan Pasien adalah untuk mendorong rumah
sakit agar melakukan perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran ini
menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan rumah sakit dan menjelaskan
bukti serta solusi dari konsensus para ahli atas permasalahan ini. Sistem yang baik akan
berdampak pada peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dan keselamatan pasien.

SASARAN 6 : MENGURANGI RISIKO CEDERA PASIEN AKIBAT TERJATUH

A. Standar SKP.6
Rumah sakit melaksanakan upaya mengurangi risiko cedera akibat pasien jatuh.
B. Maksud dan TujuanSKP.6
Banyak cedera yang terjadi di unit rawat inap dan rawat jalan akibat pasien jatuh.
Berbagai faktor yang meningkatkan riisiko pasien jatuh antara lain:
1. kondisi pasien
2. gangguan fungsional pasien (contoh gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan,
atau perubahan status kognitif)3.
3. lokasi atau situasi lingkungan rumah sakit
4. riwayat jatuh pasien
5. konsumsi obat tertentu
6. konsumsi alkohol.
Pasien yang pada asesmen awal dinyatakan berisiko rendah untuk jatuh dapat
mendadak berubah menjadi berisiko tinggi. Hal iIni disebabkan oleh operasi dan/atau
anestesi, perubahan mendadak kondisi pasien, serta penyesuaian pengobatan. Banyak
pasien memerlukan asesmen selama dirawat inap di rumah sakit. Rumah sakit harus
menetapkan kriteria untuk identifikasi pasien yang dianggap berisiko tinggi jatuh.
Contoh situasional risiko adalah jika pasien yang datang ke unit rawat jalan
dengan ambulans dari fasilitas rawat inap lainnya untuk pemeriksaan radiologi. Pasien ini
berisiko jatuh waktu dipindah dari brankar ke meja periksa radiologi, atau waktu berubah
posisi sewaktu berada di meja sempit tempat periksa radiologi.
Lokasi spesifik dapat menyebabkan risiko jatuh bertambah karena layanan yang
diberikan. Misalnya, terapi fisik (rawat jalan dan rawat inap) memiliki banyak peralatan
spesifik digunakan pasien yang dapat menambah risiko pasien jatuh seperti parallel bars,
freestanding staircases, dan peralatan lain untuk latihan.
Rumah sakit melakukan evaluasi tentang pasien jatuh dan melakukan upaya
mengurangi risiko pasien jatuh. Rumah sakit membuat program untuk mengurangi pasien
jatuh yang meliputi manajemen risiko dan asesmen ulang secara berkala di populasi
pasien dan atau lingkungan tempat pelayanan dan asuhan itu diberikan.
Rumah sakit harus bertanggung jawab untuk identifikasi lokasi (seperti unit terapi
fisik), situasi (pasien datang dengan ambulans, transfer pasien dari kursi roda atau cart),
tipe pasien, serta gangguan fungsional pasien yang mungkin berisiko tinggi untuk jatuh.
Rumah sakit menjalankan program pengurangan risiko jatuh dengan menetapkan
kebijakan dan prosedur yang sesuai dengan lingkungan dan fasilitas rumah sakit.
Program ini mencakup monitoring terhadap kesengajaan dan atau ketidakkesengajaan
dari kejadian jatuh. Misalnya, pembatasan gerak (restrain) atau pembatasan intake cairan.
C. Elemen Penilaian SKP.6
1. Ada regulasi yang mengatur tentang mencegah pasien cedera karena jatuh. (lihat juga AP
1.2.1 EP 2). (R)
2. Rumah sakit melaksanakan suatu proses asesmen terhadap semua pasien rawat inap dan
rawat jalan dengan kondisi, diagnosis, dan lokasi terindikasi berisiko tinggi jatuh sesuai
dengan regulasi. (D,O,W)
3. Rumah sakit melaksanakan proses asesmen awal, asesmen lanjutan, asesmen ulang dari
pasien pasien rawat inap yang berdasar atas catatan teridentifikasi risiko jatuh. (lihat juga
AP 2 EP 1). (D,O,W)
4. Langkah-langkah diadakan untuk mengurangi risiko jatuh bagi pasien dari situasi dan
lokasi yang menyebabkan pasien jatuh. (lihat juga AP 1.2.1 EP 3). (D,O,W)

Anda mungkin juga menyukai