RESIKO JATUH
I. Pencegahan
1. Identifikasi faktor resiko
Pada setiap lanjut usia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor
instrinsik risiko jatuh, perlu dilakukan assessment keadaan sensorik, neurologis,
muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering menyebabkan jatuh.
Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh
harus dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup tetapi tidak menyilaukan.
Lantai rumah datar, tidak licin, bersih dari benda
benda kecil yang susah dilihat, peralatan rumah tangga yang sudah tidak
aman (lapuk, dapat bergerser sendiri) sebaiknya diganti, peralatan rumah
ini sebaiknya diletakkan sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu jalan/tempat aktivitas lanjut usia. Kamar mandi
dibuat tidak licin sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu yang
mudah dibuka. WC sebaiknya dengan kloset duduk dan diberi pegangan di
dinding.
2. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan (gait)
Setiap lanjut usia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam
melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Bila
goyangan badan pada saat berjalan sangat berisiko jatuh, maka
diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi medis. Penilaian gaya berjalan
juga harus dilakukan dengan cermat, apakah kakinya menapak dengan baik, tidak
mudah goyah, apakah penderita mengangkat kaki
dengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas bawah
penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu harus dikoreksi
bila terdapat kelainan/penurunan.
3. Mengatur/ mengatasi faktor situasional.
Faktor situasional yang bersifat serangan akut yang diderita lanjut usia
dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lanjut usia secara periodik.
Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan mengusahakan
perbaikan
lingkunganfaktorsituasional yang berupa aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai
dengan kondisi kesehatan lanjut usia. Aktifitas tersebut tidak boleh melampaui
batasan yang diperbolehgkan baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi fisik.
Maka di anjurkan lanjut usia tidak melakukan aktifitas fisik yang sangat
melelahkan atau berisiko tinggi untuk terjadinya jatuh.
J. Penerapan pada keperawatan
Contoh-contoh dalam penerapannya antara lain :
1. Penambahan tempat tidur yang mempunyai penghalang disamping tempat tidur.
2. Tersedia restrain dan alat dressing yang sesuai dengan jumlah pasien.
3. Obat-obatan (perawat melihat efek samping obat yang memungkinkan terjadinya
jatuh)
4. Penglihatan menurun (perawat dapat tetap menjaga daerah yang dapat menyebabkan
jatuh menggunakan kacamata, sehingga pasien dapat berjalan sendiri, misalnya pada
malam hari.
5. Perawat tanggap terhadap perubahan perilaku pasien.
6. Perawat mengecek seluruh daerah yang dapat menyebabkan jatuh misalnya sepatu
atau tali sepatu yang tidak pada tempatnya.
7. (Jatuh dilantai) perawat mengecek penyebab sering terjadinya jatuh, misalnya terlalu
banyak furniture, daerah yang gelap, dan sedikit hidarasi (perawat menganjutkan
untuk minum 6-8 gelas perhari).
8. Mengorientasikan klien pada saat masuk rumah sakit dan jelaskan sistem komunikasi
yang ada
9. Hati-hati saat mengkaji klien dengan keterbatasan gerak
10. Supervisi ketat pada awal klien dirawat terutama malam hari
11. Anjurkan klien menggunakan bel bila membutuhkan bantuan
12. Berikan alas kaki yang tidak licin
13. Jaga lantai kamar mandi agar tidak licin.
K. Cara mengobati
Dalam upaya mengurangi resiko pasien cedera karna jatuh kita perlu
memperhatikan beberapa hal seperti usia, riwayat jatuh, aktivitas, defisit (penglihatan,
pendengaran), kognitif, pola BAB dan BAK, mobilitas/motori. Kita harus memperhatikan
usia karena resiko jatuh orang yang lanjut usia misal 65 tahun akan lebih tinggi dibanding
pada usia dewasa, biasanya semakin bertambah tua usia seseorang tingkat penglihatannya
akan menurun, penurunan ini pun harus kita perhatikan karna penurunan penglihatan
jelas dapat mengganggu orang tersebut beraktivitas dan dapat menyebabkan suatu cedera.
Beberapa cara pengobatan yang dapat dilakukan misalnya :
a. Antihipertensi
b. Hiploglikemik
c. Antidepresan
d. Neurotropik
e. Sedatif, diuretik
f. laxative
Selain hal-hal tersebut ada juga sebuah pedoman yang bisa kita lakukan, caranya
terlebih dahulu kita beri skor klien yaitu kita beri skor penilaian untuk setiap item, mulai
dari usia sampai mobilitas lalu hitung juga untuk berbagai cara pengobatannya seperti
yang tertulis diparagraf sebelumnya.
Berdasarkan nilai dari table diatas nanti kita akan dapat mengklasifikasikan atau
mendapatkan nilai sehingga kita dapat menentukan tingkat resiko Jatuh dari pasien yang
kita nilai Dengan ketentuan skala morse dibawah ini.
Bila sudah diakumulasi skornya baru kita lihat pedoman pencegahan pada pasien
seperti berikut :
1. Resiko Rendah (skor 0-5)
a) Pastikan bel mudah dijangkau oleh pasien
b) Roda tempat tidur dalam keadaan terkunci
c) Posisikan tempat tidur pada posisi terendah
d) Pagar pengaman tempat tidur dinaikkan
2. Resiko Sedang (6-13)
a) Lakukan senua pedoman pencegahan untuk resiko rendah
b) Pasangkan gelang khusus (warna kuning) sebagai tanda pasien resiko jatuh
c) Tempatkan tanda resiko pasien jatuh pada datar nama pasien (warna kuning)
d) Beri tanda resiko pasien jatuh pada pint kamar pasien
3. Resko Tinggi (>= 14)
a) Lakukan semua pedoman pencegahan untuk resiko rendah dan sedang
b) Kunjungi dan monitor pasien setiap satu jam
c) Tempatkan pasien dikamar yang paling dekat dengan nurse station (jika
memungkinkan)
A. Standar SKP.6
Rumah sakit melaksanakan upaya mengurangi risiko cedera akibat pasien jatuh.
B. Maksud dan TujuanSKP.6
Banyak cedera yang terjadi di unit rawat inap dan rawat jalan akibat pasien jatuh.
Berbagai faktor yang meningkatkan riisiko pasien jatuh antara lain:
1. kondisi pasien
2. gangguan fungsional pasien (contoh gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan,
atau perubahan status kognitif)3.
3. lokasi atau situasi lingkungan rumah sakit
4. riwayat jatuh pasien
5. konsumsi obat tertentu
6. konsumsi alkohol.
Pasien yang pada asesmen awal dinyatakan berisiko rendah untuk jatuh dapat
mendadak berubah menjadi berisiko tinggi. Hal iIni disebabkan oleh operasi dan/atau
anestesi, perubahan mendadak kondisi pasien, serta penyesuaian pengobatan. Banyak
pasien memerlukan asesmen selama dirawat inap di rumah sakit. Rumah sakit harus
menetapkan kriteria untuk identifikasi pasien yang dianggap berisiko tinggi jatuh.
Contoh situasional risiko adalah jika pasien yang datang ke unit rawat jalan
dengan ambulans dari fasilitas rawat inap lainnya untuk pemeriksaan radiologi. Pasien ini
berisiko jatuh waktu dipindah dari brankar ke meja periksa radiologi, atau waktu berubah
posisi sewaktu berada di meja sempit tempat periksa radiologi.
Lokasi spesifik dapat menyebabkan risiko jatuh bertambah karena layanan yang
diberikan. Misalnya, terapi fisik (rawat jalan dan rawat inap) memiliki banyak peralatan
spesifik digunakan pasien yang dapat menambah risiko pasien jatuh seperti parallel bars,
freestanding staircases, dan peralatan lain untuk latihan.
Rumah sakit melakukan evaluasi tentang pasien jatuh dan melakukan upaya
mengurangi risiko pasien jatuh. Rumah sakit membuat program untuk mengurangi pasien
jatuh yang meliputi manajemen risiko dan asesmen ulang secara berkala di populasi
pasien dan atau lingkungan tempat pelayanan dan asuhan itu diberikan.
Rumah sakit harus bertanggung jawab untuk identifikasi lokasi (seperti unit terapi
fisik), situasi (pasien datang dengan ambulans, transfer pasien dari kursi roda atau cart),
tipe pasien, serta gangguan fungsional pasien yang mungkin berisiko tinggi untuk jatuh.
Rumah sakit menjalankan program pengurangan risiko jatuh dengan menetapkan
kebijakan dan prosedur yang sesuai dengan lingkungan dan fasilitas rumah sakit.
Program ini mencakup monitoring terhadap kesengajaan dan atau ketidakkesengajaan
dari kejadian jatuh. Misalnya, pembatasan gerak (restrain) atau pembatasan intake cairan.
C. Elemen Penilaian SKP.6
1. Ada regulasi yang mengatur tentang mencegah pasien cedera karena jatuh. (lihat juga AP
1.2.1 EP 2). (R)
2. Rumah sakit melaksanakan suatu proses asesmen terhadap semua pasien rawat inap dan
rawat jalan dengan kondisi, diagnosis, dan lokasi terindikasi berisiko tinggi jatuh sesuai
dengan regulasi. (D,O,W)
3. Rumah sakit melaksanakan proses asesmen awal, asesmen lanjutan, asesmen ulang dari
pasien pasien rawat inap yang berdasar atas catatan teridentifikasi risiko jatuh. (lihat juga
AP 2 EP 1). (D,O,W)
4. Langkah-langkah diadakan untuk mengurangi risiko jatuh bagi pasien dari situasi dan
lokasi yang menyebabkan pasien jatuh. (lihat juga AP 1.2.1 EP 3). (D,O,W)