MFK Snars 2018
MFK Snars 2018
INTISARI
Latar Belakang : Rumah sakit memiliki risiko terjadi kebakaran. Ketersediaan
sistem proteksi kebakaran yang memadai serta sesuai dengan standar merupakan
salah satu cara pencegahan yang efektif untuk menghindari dan meminimalisasi
terjadinya kebakaran serta mencegah jatuhnya korban jiwa. Kemudian dengan
kemungkinan risiko tersebut bagaimana rumah sakit menyikapi hal tersebut.
Tujuan : Menganalisis risiko kebakaran ditinjau dari sistem proteksi kebakaran
aktif di RSUD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul.
Metode : Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan desain studi
kasus melalui observasi lapangan, wawancara dan telaah dokumen, kemudian
dilakukan penilaian risiko dari tingkat kemungkinan (Likelihood) dan tingkat
keparahan (Severity) dengan menggunakan model matriks risiko menurut
panduan AS/NZS 4360:2004.
Hasil : Dari 15 elemen sistem deteksi dan alarm kebakaran yang diteliti terdapat
13 elemen (80%) kondisi sesuai dan 2 elemen (20%) kondisi tidak sesuai. Dari 7
elemen sistem sprinkler otomatik, 0 elemen (0%) kondisi sesuai dan 7 elemen
(100%) kondisi tidak sesuai. Dari 15 elemen APAR terdapat 14 elemen (93.33%)
kondisi sesuai dan 1 elemen (6.67%) kondisi tidak sesuai. Dari 30 elemen sistem
pipa tegak dan kotak slang kebakaran, 0 elemen (0%) kondisi sesuai dan 30
elemen (100 %) kondisi tidak sesuai. Dari 12 elemen Manajemen Pengamanan
Kebakaran terdapat 11 elemen (91.67%) kondisi sesuai dan 1 elemen (8.33%)
kondisi tidak sesuai.
Kesimpulan : Secara keseluruhan sebanyak 38 elemen (48.10%) sudah sesuai
dan sisanya 41 (51.90%) tidak sesuai dengan standar pengaplikasian sistem
proteksi kebakaran aktif di rumah sakit. Tingkat risiko meluasnya kebakaran
berdasarkan tingkat kesesuaian sistem proteksi kebakaran aktif masuk dalam
kategori risiko tinggi (Moderate Risk).
LATAR BELAKANG
Peristiwa kebakaran adalah bencana yang tidak diinginkan yang dapat
terjadi di mana saja dan kapan saja. Berdasarkan laporan dari Badan Pusat
Statistik Yogyakarta, tercatat selama tahun 2015 terjadi kebakaran bukan lahan
sebanyak 335 kali dengan jumlah kerugian mencapai 20.576.550.000 juta rupiah,
yang 97 diantaranya terjadi di kabupaten Bantul dengan kerugian mencapai
2.044.500.000 juta rupiah. Masih tingginya kasus kebakaran yang terjadi setiap
tahunnya mengindikasikan bahwa kebakaran merupakan masalah serius bagi
kehidupan manusia.1
Kendala umum yang sering dialami pada saat terjadi kebakaran adalah
kesulitan dalam upaya-upaya penanganannya di lapangan. Mobilitas unit
pemadam kebakaran sangat bergantung pada akses ke lokasi kebakaran, jenis
dan kompleksitas bangunan, meski lokasi mudah dijangkau tetapi karena
keterbatasan peralatan pemadam kebakaran, sehingga mengalami kesulitan
dalam mengatasi pemadamannya.2
Pengelolaan bencana kebakaran juga bukan sekedar menyediakan alat
pemadam atau melakukan latihan peran kebakaran, namun diperlukan suatu
program yang terencana dalam suatu sistem manajemen kebakaran yang
merupakan upaya terpadu untuk mengelola risiko kebakaran mulai dari
perecanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan tindak lanjutnya 3. Upaya untuk
mencegah terjadinya kebakaran diperlukan sarana proteksi kebakaran yang
memadai dan melalui manajemen penanggulangan kebakaran.4
Bangunan rumah sakit merupakan salah satu gedung yang memiliki risiko
tinggi terjadi kebakaran.5 Risiko kebakaran yang terjadi di rumah sakit mempunyai
peringkat tertinggi, dalam hal evakuasi di rumah sakit terdapat kelompok rentan
atau pasien yang dalam kondisi lemah sehingga tidak dapat menyelamatkan
dirinya dari bahaya kebakaran.6
Berdasarkan observasi awal di RSUD Panembahan Senopati diketahui
bahwa terdapat beberapa hal yang berpotensi mengakibatkan kebakaran, seperti
pemakaian beberapa macam bahan kimia, penggunaan mesin genset,
penggunaan daya listrik yang sangat besar, penggunaan dan penyimpanan
tabung gas bertekanan tinggi, serta penggunaan kompor dan tabung gas LPG di
dapur rumah sakit.
3
METODE
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan desain studi
kasus melalui observasi lapangan, wawancara dan telaah dokumen. Observasi
dalam penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa lembar checklist,
dan meteran serta didukung oleh kamera digital untuk mendokumentasikan hasil
pengamatan. Instrumen penelitian yang digunakan pada saat wawancara dalam
penelitian ini yaitu peanduan wawancara dan recorder. Telaah dokumen pada
penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan penyelidikan, kajian dan
pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen milik rumah sakit yang terkait dengan
manajemen serta komponen sistem proteksi kebakaran.
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh
melalui observasi (checklist), wawancara, dan telaah dokumen. Kemudian elemen
sistem proteksi kebakaran aktif dibandingkan dengan standar, yang penilaian
kesesuaiannya disajikan dalam bentuk persentase, setelah didapatkan hasilnya
kemudian dilakukan penilaian risiko dari tingkat kemungkinan (Likelihood) dan
tingkat keparahan (Severity) dengan menggunakan model matriks risiko menurut
panduan AS/NZS 4360:2004 tentang Risk Management.7 Selanjutnya dibuatkan
program pengendalian yang efektif untuk menurunkan tingkat risiko tersebut.
HASIL
1. Sistem Deteksi Dan Alarm Kebakaran
RSUD Panembahan Senopati memiliki 2 jenis detektor kebakaran yang
terpasang, yaitu detektor panas (heat detector) dan detektor asap (smoke
detector). Sinyal yang terdapat pada detektor terhubung langsung dengan
control panel dan alarm. Pada control panel terdapat lampu yang dimaksudkan
untuk membagi wilayah atau zona, dimana setiap lampu mewakili zona
masing-masing. Apabila sistem medeteksi adanya panas atau asap, control
panel akan memberikan isyarat berupa lampu yang menyala sesuai dengan
4
zona di mana titik detektor terpasang dan akan membunyikan alarm yang
terpasang di rumah sakit.
a. Sistem Deteksi
Detektor panas yang digunakan di RSUD Panembahan Senopati
berjenis Rate of Rise (ROR), berikut spesifikasinya:
Jenis : Rate of Rise (ROR)
Jarak antar detektor : 3-5 meter
Penempatan : ruang rawat inap pasien, UGD, radiologi, ruang
administrasi, rawat jalan (poliklinik)
Selain detektor panas, RSUD Panembahan Senopati juga
menggunakan detektor asap. Detektor asap yang digunakan berjenis
smoke optical (photoelectric). Berikut klasifikasinya:
Jenis : Smoke Optical (Photoelectric)
Jarak antar detektor : 3-5 meter
Penempatan : Laboratorium bawah dan Gudang Obat
Smoke Optical (Photoelectric) bekerja berdasarkan pembiasan
cahaya lampu LED di dalam ruang oleh adanya asap yang masuk dengan
kepadatan tertentu. Dengan adanya asap sebagai suatu media yang
mengaburkan atau menutupi suatu sinar yang disorotkan dalam suatu
ruangan sehingga intensitas cahaya yang diterima oleh receiver menurun
yang kemudian memberikan respon utntuk mengaktifkan alarm.
Detektor kebakaran telah diujicoba oleh pihak pengelola gedung
saat pertama kali alat ini dipasang di dalam gedung. Hasil ujicoba
menunjukkan bahwa detektor dapat berfungsi dengan baik. Selain itu,
untuk menjaga kehandalan detektor tersebut, pihak RSUD juga melakukan
pemeriksaan dan inspeksi secara berkala minimal satu kali dalam sebulan.
Menurut hasil wawancara dengan kepala IPSRS, diperoleh informasi
bahwa rangkaian detektor yang tersedia dapat berfungsi dengan baik.
Seluruh rangkaian alat pendeteksi kebakaran otomatik tersebut dipelihara
dan diuji secara berkala setiap bulannya. Pemeriksaan seluruh rangkaian
tersebut dilakukan oleh anggota tim K3 dan dibantu oleh staff IPSRS.
Berikut kutipan dari hasil wawancara dengan kepala IPSRS:
“itu tiap bulan kita cek, ada tim mas wawan (anggota tim K3) di
bantu teman-teman yang lain (staff IPSRS)” (Inf. 3).
5
Sesuai (S)
No Ketentuan/Standar
Keterangan
Tidak
Sesuai
(TS)
Tersedia sistem deteksi dan alarm kebakaran
Tersedia sistem deteksi
1. S
manual atau otomatis
dan alarm
sama
Jarak antara setiap titik dalam area yang diproteksi Jarak
antara titik detektor
dan detektor terdekat ke titik tersebut harus tidak
dengan area yang
3. S
melebihi 7,5 meter untuk detektor asap dan 5,3
diproteksi tidak lebih dari 5
meter untuk detektor panas
meter
Untuk cakupan lengkap denah segi empat, jarak Jarak
antara detektor dan
4. antara detektor dan dinding 5 meter untuk detektor S dinding
tidak lebih dari 3
asap, dan 3,5 meter untuk detektor panas.
meter
Jarak antar detektor 10 meter antar detektor asap, Jarak
antar detektor
5. S
dan 7 meter antar detektor panas
berkisar 3-5 meter
Untuk koridor kurang dari 2 meter lebarnya jarak
antara detektor:
- Detektor asap 7,5 meter dari dinding dan 15 Jarak
antar detektor di
6. S
meter antar detektor koridor
berkisar 5-7 meter
- Detektor panas, jarak antaranya 5,3 meter ke
dinding dan 10 meter antar detektor
7. Terdapat detektor panas dalam ruang UGD S Terpsang
detektor panas
Yang
terpasang detektor
8. Terdapat detektor asap dalam ruang Radiologi TS
panas
9. Terdapat detektor asap dalam ruang laboratorium S
Terpasang detektor asap
Terdapat detektor panas dalam ruang gudang Yang
terpasang detektor
10. TS
farmasi
asap
Terdapat detektor panas dalam ruang tunggu dan
11. S
Terpasang detektor panas
pendaftaran (administrasi)
12. Terdapat detektor panas dalam ruang poliklinik S
Terpasang detektor panas
Yang
terpasang detektor
Terdapat detektor asap dalam ruang rawat inap
panas dan belum
13. TS
pasien
mencakup seluruh
ruangan
Dilakukan inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan
Pemeliharaan dilakukan
14. pemeliharaan berkala pada sistem deteksi dan S
Sesuai (S)
No Ketentuan/Standar
Keterangan
Tidak
Sesuai
(TS)
Sistem tidak
1. Tersedia sistem sprinkler otomatik di seluruh bangunan
TS tersedia/tidak
terpasang
Sistem sprinkler otomatik tidak wajib di area berikut:
Sistem tidak
a. setiap ruangan di mana penerapan air, atau nyala api dan
tersedia/tidak
air, merupakan ancaman yang serius terhadap kehidupan
terpasang
atau bahaya kebakaran
b. setiap kamar atau ruang di mana sprinkler dianggap tidak
diinginkan karena sifat dari isi ruangan
c. ruang generator dan transformator yang dipisahkan dari
bangunan dengan dinding dan lantai / langit-langit atau
2. rakitan atap / langit-langit yang memiliki nilai ketahanan api
TS
tidak kurang dari 2 jam
d. di kamar atau daerah yang konstruksinya tidak mudah
terbakar dengan isi sepenuhnya bahan tidak mudah terbakar
e. untuk ruangan-ruangan yang tidak memungkinkan pasien
dipindahkan (ruang bedah, ruang ICU, ruang radiologi, dan
lain-lain), sprinkler boleh tidak dipasang asalkan dinding,
lantai, langit-langit dan bukaan, mempunyai tingkat
ketahanan api minimal 2 jam.
Sistem tidak
Sistem sprinkler otomatik meliputi kepala springkler, katup kontrol
3.
TS tersedia/tidak
alarm, dan sistem pemipaannya
terpasang
Area maksimum lantai pada setiap lantai yang diproteksi oleh
Sistem tidak
4. springkler disuplai oleh satu pipa tegak sistem springkler atau
TS tersedia/tidak
pipa tegak kombinasi
terpasang
Penempatan kepala springkler untuk bahaya kebakaran ringan.
Sistem tidak
a. Luas proteksi maksimum kepala springkler :
tersedia/tidak
1) springkler dinding : 17 m2.
terpasang
2) springkler lain : 20 m2.
b. Jarak maksimum kepala springkler dalam satu deret dan
jarak maksimum deretan yang berdekatan :
1) springkler dinding :
a) sepanjang dinding : 4,6 m.
b) dari ujung dinding : 2,3 m.
2) springkler lain : 4,6 m.
c. Dibagian tertentu dari bangunan bahaya kebakaran ringan
seperti : ruang langit-langit (attick), besmen, ruang ketel uap,
dapur, ruang binatu, gudang, ruang kerja bengkel dan
sebagainya, luas maksimum dibatasi menjadi 9 m2 tiap
5.
TS
kepala springkler dan jarak maksimum antar kepala
springkler 3,7 m.
Sistem tidak
Dilakukan inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan
6.
TS tersedia/tidak
berkala
terpasang
Sistem tidak
Riwayat catatan inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan
7.
TS tersedia/tidak
pemeliharaan harus disimpan
terpasang
Sesuai : 0 elemen (0 %)
Tidak Sesuai : 7 elemen (100 %)
9
Sesuai
(S)
No Ketentuan/Standar Tidak
Keterangan
Sesuai
(TS)
Tersedia APAR yang sesuai dengan klasifikasi bahaya
Tersedia APAR
1. S
kebakaran yang ada : Kelas A, B, C, D atau K
sebanyak 83 tabung
Jarak tempuh penempatan APAR dari setiap tempat atau
10-15 meter
(dua puluh lima) meter
tumpukan kardus
APAR ditempatkan di
APAR ditempatkan di atau dekat koridor atau lorong yang
6. S
koridor atau jalan menuju
menuju eksit/exit
keluar
listrik
Dalam area khusus, apabila bahan yang disimpan mudah
Pada ruang genset,
8. terbakarnya tinggi di dalam ruangan yang kecil atau S
APAR diletakkan di
tempat tertutup, APAR di tempatkan di luar ruangan
depan ruangan
Untuk ruangan yang berisi peralatan listrik APAR di
APAR diletakkan dekat
9. S
tempatkan di dalam atau dekat ruangan
dengan instalasi listrik
APAR dipasang sedemikian rupa sehingga bagian paling
atas berada pada ketinggian maksimum 120 cm dari
Jarak bagian atas APAR
10. permukaan lantai, kecuali untuk jenis CO2 dan bubuk S
antara 1-1,2 meter dari
kimia kering (dry powder) penempatannya minimum 15
lantai
cm dari permukaan lantai
APAR tidak dipasang di dalam ruangan yang mempunyai
APAR diletakkan pada
11. S
temperature lebih dari 49°C dan di bawah 4°C
suhu ruangan 15-35ºC
Pada tabung terdapat penandaan dengan warna yang
Terdapat penandaan
12. menunjukkan isi APAR tersebut (air, busa, bubuk kering, S
dengan warna
kimia basah atau bubuk klas D)
10
Sesuai (S)
No Ketentuan/Standar Tidak
Keterangan
Sesuai
(TS)
Dilakukan pengujian dan pemeliharaan terhadap APAR
Pemeliharaan APAR
13. S
pada jangka waktu ≤ 1 tahun
dilakuakan setiap bulan
Inspeksi / pemeriksaan setiap bulan harus dilakukan
untuk :
(1) Jenis yang sesuai
(2) Dalam kondisi siap dioperasikan
Pemeriksaan mencakup
14. S
(3) Di lokasi yang benar 6
elemen tersebut
(4) Akses tidak terhalang
(5) Ditandai dengan jelas
(6) Tanggal pemeliharaan masih berlaku
Dokumen
riwayat
Riwayat catatan inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan
15. S
pemeriksaan dan
pemeliharaan harus disimpan
pemeliharaan disimpan
Sesuai : 14 elemen (93.33%)
Tidak Sesuai : 1 elemen (6.67%)
dengan warna dasar merah. Instruksi pengoperasian APAR juga terdapat pada
masing-masing tabung APAR dan dapat dibaca dengan jelas.
Pemeriksaan masing-masing APAR dilakukan berkala sekali setiap
bulan dari pihak internal rumah sakit dan dilakukan audit tiap enam bulan sekali
oleh pihak ke 2 atau pihak perusahaan yang memproduksi APAR tersebut
dengan dipantau dari tim K3RS. Pengecekan APAR dilakukan secara berkala
oleh petugas teknik dengan membuat laporan data pemeriksaan APAR yang
meliputi lokasi penempatan APAR, berat isi, merk, dan masa berlaku. APAR
yang tersedia juga memiliki lembar inspeksi atau kartu pemeliharaan yang
digantungkan di bagian depan APAR. Lembaran tersebut berisi lokasi tempat
APAR tersebut berada, petugas yang menginspeksi, elemen-elemen yang
diinspeksi, serta tanggal inspeksi. Pada tabung APAR juga terdapat label dan
kartu tanda pengenal yang berisi informasi mengenai nama produk dan isi
APAR.
4. Sistem Pipa Tegak Dan Kotak Slang Kebakaran
RSUD Panembahan Senopati belum memasang sistem pipa tegak dan
kotak slang kebakaran, hal ini disebabkan karena beberapa kendala
diantaranya gedung sudah berdiri cukup lama dan pada saat pembangunan
gedung pihak K3RS belum ikut terlibat di dalamnya, selain itu untuk
menyediakan hidran, rumah sakit butuh membutuhkan biaya yang cukup
mahal atau terkendala dengan pendanaan yang untuk saat ini anggaran
tersebut lebih difokuskan untuk memenuhi kebutuhan utama terkait peralatan
yang berhubungan langsung dengan pelayanan pasien. Hal ini sesuai dengan
hasil wawancara yang dilakukan, berikut ini kutipan hasil wawancaranya:
“Untuk hidrannya kita belum, ya itu amat sangat mahal, pertama itu ya
kendalanya di dana, karena rumah sakit kita RS BLUD jadi semuanya bukan
dari pemerintah, jadi harus beli sendiri. Sebenarnya bisa, bisa beli, tapi kita
mengalahkan prioritas lain yang memang dibutuhkan masyarakat, jadi kita
dengan adanya ______ tadi maka kita ada prioritas, pertama kita fokus pada
pasien, tidak menghilangkan keamanan safety untuk terjadinya proses
kebakaran ya, dan ini semuanya kita atasi dengan budaya organisasi” (Inf. 1).
nggak tau ya, karena sekarang kita akreditasi baru jalan tahun ke 2,
bangunannya sebelum itu kan wes sudah ada” (Inf. 2).
Tabel 4. Tingkat Kesesuaian Sistem Pipa Tegak Dan Kotang Slang
Kebakaran
Sesuai (S)
No Ketentuan/Standar
Tidak Keterangan
Sesuai
(TS)
Tersedia sistem pipa tegak (bangunan rumah sakit dimana
Sistem tidak
1. ketinggian yang layak dihuni lebih dari 10 m, tetapi tidak lebih dari
TS tersedia/tidak
40 m dipasang sistem pipa tegak kering)
terpasang
Pipa tegak kering, dalam keadaan normal kering (tidak berisi air),
Sistem tidak
2. tetapi akan diisi dengan air yang dipompa dari mobil pompa
TS tersedia/tidak
pemadam kebakaran melalui sambungan siamese
terpasang
Sistem tidak
Lokasi sambungan pemadam kebakaran/siamese diletakkan di
3.
TS tersedia/tidak
lokasi yang mudah diakses oleh mobil pemadam kebakaran
terpasang
Sistem tidak
4. Sistem pipa tegak dilengkapi dengan katup landing
TS tersedia/tidak
terpasang
Setiap katup landing 65 mm (2½ inci) dengan panjang slang 40 m
Sistem tidak
5. harus dapat melayani luas ruangan pada setiap lantai tidak lebih dari
TS tersedia/tidak
930 m2
terpasang
Pipa tegak dilengkapi dengan sambungan siamese yang berguna
Sistem tidak
untuk menyambungkan slang kebakaran berukuran 65 mm (2½ inci)
tersedia/tidak
6.
TS
dari mobil pemadam kebakaran yang posisinya berada pada
terpasang
permukaan akses bangunan
Sistem tidak
Setiap sambungan siamese mempunyai sedikitnya dua kopling 65
7.
TS tersedia/tidak
mm (2½ inci) sesuai ketentuan yang berlaku
terpasang
Sistem tidak
Sambungan siamese dipasang dengan penutup untuk melindungi
8.
TS tersedia/tidak
sistem pemipaan dari masuknya puing-puing/kotoran
terpasang
Sambungan siamese diletakkan pada sisi bangunan yang
Sistem tidak
menghadap ke jalan, mudah terlihat dan dikenali dari jalan atau
tersedia/tidak
diletakkan pada titik jalan masuk terdekat dengan peralatan
terpasang
9.
TS
pemadam kebakaran, dan harus diletakkan sehingga sambungan
slang dapat disambungkan ke kopling sambungan siamese tanpa
terganggu oleh bangunan, pagar, tonggak-tonggak dan lain-lain
Setiap sambungan siamese dirancang dengan penandaan dalam
Sistem tidak
bentuk huruf besar, tidak kurang 25 mm (1 inci) tinggi hurufnya,
tersedia/tidak
10.
TS
ditulis pada plat dengan bunyi tulisan : “SAMBUNGAN PIPA
terpasang
TEGAK”
Sambungan siamese untuk masing-masing sistem pipa tegak harus
Sistem tidak
11. diletakkan tidak lebih dari 30 m (100 ft) dari hidran halaman terdekat
TS tersedia/tidak
yang dihubungkan ke pasokan air dari sistem pemipaan hidran kota
terpasang
Sambungan siamese harus diletakkan dengan tinggi tidak kurang
Sistem tidak
12. dari 45 cm (18 inci) dan tidak lebih dari 120 cm (48 inci) di atas
TS tersedia/tidak
permukaan tanah atau jalan
terpasang
Lokasi pipa tegak dan katup landing ditempatkan terutama pada
Sistem tidak
salah satu posisi sebagai berikut:
tersedia/tidak
a. Pada lobi yang dilindungi terhadap asap
terpasang
b. Dalam daerah umum dan di dalam saf yang terlindung, sedekat
13. mungkin dengan tangga eksit jika tidak ada lobi stop asap
TS
c. pada lobi dan di luar tangga eksit yang diproteksi, dan
diletakkan di dalam saf yang terproteksi
d. di dalam tangga eksit, bilamana tidak ada lobi stop asap dan
daerah umum
Sistem tidak
14. Setiap tangga eksit harus dilengkapi dengan pipa tegak tersendiri
TS tersedia/tidak
terpasang
Tersedia kotak slang kebakaran (hidran gedung) dan kelengkapan
Sistem tidak
nya terdiri dari :
tersedia/tidak
15. (1) lemari tertutup;
TS terpasang
(2) slang kebakaran;
(3) rak slang; dan
13
Sesuai (S)
No Ketentuan/Standar
Tidak Keterangan
Sesuai
(TS)
(4) nozel
Sistem tidak
Untuk setiap lantai dengan luas 800 m2 harus dipasang minimum 1
16. TS
tersedia/tidak
(satu) Kotak Slang Kebakaran 40 mm (1½ inci)
terpasang
Kotak slang berupa lemari tertutup yang berisi slang kebakaran,
Sistem tidak
harus berukuran cukup untuk pemasangan peralatan penting dan
tersedia/tidak
17. TS
dirancang tidak saling mengganggu pada waktu sambungan slang,
terpasang
digunakan secara cepat pada saat terjadi kebakaran
Di dalam lemari, sambungan slang dan tuas putar katup harus
Sistem tidak
ditempatkan dengan jarak tidak kurang 25 mm (1 inci) dari bagian
tersedia/tidak
18. TS
lemari, sehingga memudahkan pembukaan dan penutupan katup
terpasang
sambungan slang kebakaran
Sistem tidak
Lemari hanya digunakan untuk menempatkan peralatan kebakaran
19. TS
tersedia/tidak
dan setiap lemari di cat dengan warna yang menyolok mata
terpasang
Apabila jenis “kaca mudah pecah” (break glass) sebagai tutup
Sistem tidak
pelindung, harus disediakan alat pembuka, untuk memecahkan
tersedia/tidak
20. TS
panel kaca dan diletakkan dengan aman dan tidak jauh dari area
terpasang
panel kaca
Setiap sambungan slang yang disediakan untuk digunakan oleh
Sistem tidak
21. petugas bangunan rumah sakit, harus dipasang dengan panjang TS
tersedia/tidak
tidak lebih dari 30 m, lurus, dapat dilipat.
terpasang
Apabila slang berdiameter kurang dari 40 mm (1½ inci) digunakan
Sistem tidak
22. untuk kotak slang 40 mm (1½ inci), harus digunakan slang yang TS
tersedia/tidak
tidak terlipat
terpasang
Setiap kotak slang 40 mm (1½ inci) yang disediakan dengan slang
Sistem tidak
23. 40 mm (1½ inci) harus dipasang dengan rak atau fasilitas TS
tersedia/tidak
penyimpanan lain yang disetujui
terpasang
Sistem tidak
Setiap kotak slang 40 mm (1½ inci) harus dipasang dengan
24. TS
tersedia/tidak
gulungan aliran menerus yang terdaftar/teruji.
terpasang
Kotak slang kebakaran diletakkan di koridor atau di ruangan yang
Sistem tidak
25. berdekatan dengan saf tangga yang menuju jalur eksit dan TS
tersedia/tidak
disambungkan ke pipa tegak
terpasang
Sistem tidak
Tiap bagian dari jalur akses mobil pemadam di lahan bangunan
26. TS
tersedia/tidak
harus dalam jarak bebas hambatan 50 m dari hidran kota
terpasang
Bila hidran kota yang memenuhi persyaratan tidak tersedia, maka
Sistem tidak
27. harus disediakan hidran halaman yang disambungkan dengan TS
tersedia/tidak
jaringan pipa hidran kota
terpasang
Dalam situasi di mana diperlukan lebih dari satu hidran halaman,
Sistem tidak
maka hidran-hidran tersebut harus diletakkan sepanjang jalur akses
tersedia/tidak
28. TS
mobil pemadam sedemikian hingga tiap bagian dari jalur tersebut
terpasang
berada dalam jarak radius 50 m dari hidran
Sistem tidak
Dilakuakan inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan
29. TS
tersedia/tidak
berkala
terpasang
Sistem tidak
Riwayat catatan inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan
30. TS
tersedia/tidak
harus disimpan
terpasang
Sesuai : 0 elemen (0 %)
Tidak Sesuai : 30 elemen (100 %)
Sesuai (S)
No Ketentuan/Standar Tidak
Keterangan
Sesuai
(TS)
Rumah sakit membentuk Manajemen Pengamanan
1. Kebakaran (MPK) yang dipimpin oleh seorang manajer TS
Tidak tersedia MPK
keselamatan kebakaran
Rumah Sakit membuat Rencana Keselamatan Kebakaran
(Fire Safety Plan) rencana tertulis yang meliputi antara lain
:
a. Penggunaan alarm
b. Transmisi alarm ke instansi pemadam kebakaran
c. Pemberitahuan darurat via telepon ke instansi
Rumah Sakit membuat
2. pemadam kebakaran S
Rencana Keselamatan
d. Tanggapan terhadap alarm
Kebakaran
e. Isolasi api kebakaran
f. Evakuasi daerah yang terkena
g. Evakuasi kompartemen asap (tempat tidur pasien)
h. Persiapan untuk evakuasi lantai dan bangunan
i. Pemadaman kebakaran
membuat Standar
Kebakaran (Fire Emergency Plan), meliputi antara lain
3. S
Operasional Prosedur
a. Proteksi pasien
Kebakaran
Rumah Sakit membuat Pelatihan Evakuasi & Relokasi
Rumah sakit
4. serta Pelatihan Kebakaran (Fire Drill), serta pembuatan S
melakukan pelatihan
prosedur operasional standar (POS) terkait
dan simulasi
Pelatihan kebakaran di rumah sakit harus termasuk
Pelatihan termasuk
5. transmisi sinyal alarm kebakaran dan simulasi kondisi S
kondisi darurat
darurat kebakaran
kebakaran
Pasien yang tidak dapat bangkit dari tempat tidur tidak
Pasien tidak
6. dipersyaratkan untuk dipindahkan selama pelatihan ke S
dipindahkan
lokasi yang aman atau ke luar bangunan
Pelatihan harus dilakukan setiap kwartal pada setiap
giliran/ shift kerja untuk membiasakan petugas (perawat,
Pelatihan rutin
7. intern, teknisi pemeliharaan, dan staf administrasi) dengan S
dilaksanakan
sinyal dan tindakan darurat yang diperlukan di bawah
berbagai kondisi
Tersedia salinan
9. supervisi, untuk proteksi semua orang pada saat terjadi S
Audit/ evaluasi/
Audit/ evaluasi/ assessmen keselamatan kebakaran
assessmen
dilakukan sekurang-kurangnya satu kali setiap tahun, atau
12. S
keselamatan
apabila terdapat renovasi, pengalihan fungsi ruangan atau
kebakaran dilakukan
lantai, atau konstruksi bangunan baru
satu kali setiap tahun
Sesuai : 11 elemen (91.67 %)
Tidak Sesuai : 1 elemen (8.33 %)
17
PEMBAHASAN
1. Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran Aktif
Hasil dari tabel di atas menunjukan variabel sistem deteksi dan alarm
kebakaran dari 15 elemen yang diteliti terdapat 13 elemen (80%) kondisi
sesuai dan 2 elemen (20%) kondisi tidak sesuai, untuk sistem sprinkler
otomatik dari 7 elemen yang diteliti 0 elemen (0%) kondisi sesuai dan 7 elemen
(100%) kondisi tidak sesuai, untuk APAR dari 15 elemen yang diteliti terdapat
14 elemen (93.33%) kondisi yang sesuai dan 1 elemen (6.67%) kondisi tidak
sesuai, untuk sistem pipa tegak dan kotak slang kebakaran dari 30 elemen
yang diteliti 0 elemen (0%) kondisi sesuai dan 30 elemen (100 %) dalam
kondisi tidak sesuai, untuk Manajemen Pengamanan Kebakaran dari 12
elemen yang diteliti terdapat 11 elemen (91.67%) kondisi sesuai dan 1 elemen
(8.33%) kondisi tidak sesuai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari 79
elemen yang diteliti sebanyak 38 elemen (48.10%) sudah sesuai dengan
standar keselamatan yang berlaku dan sisanya 41 elemen (51.90%) tidak
sesuai dengan standar keselamatan yang berlaku tentang pengaplikasian
sistem proteksi kebakaran aktif di rumah sakit.
2. Analisis Risiko
Menurut panduan dari AS/N2S4360:2004, tingkat kemungkinan dibagi
menjadi 5 yaitu Almost Certain, Likely, Possible, Unlikely, Rare.
18
Kesesuaian
A Almost Certain Dapat terjadi setiap saat
0%
B Likely Kemungkinan terjadi sering
< 40%
C Possible Dapat terjadi sekali-sekali
≥ 40% - 60%
D Unlikely Kemungkinan jarang terjadi
> 60% - 80 %
E Rare Hampir tidak pernah atau sangat
> 80% - 100%
jarang terjadi
Rare 1 L L L L
M
Unlikely 2 L L M M
H
Possible 3 L M M H
E
Likely 4 L M H E
E
Almost
5 M H E E
E
Certain
Keterangan:
Level Deskripsi Level
dimulai dari
L Risiko Rendah - Low Risk 1
M Risiko Sedang - Moderate Risk 5
H Risiko Tinggi - High Risk 10
E Risiko Sangat tinggi - Extreme Risk 15
pengurangan risiko lebih lanjut tidak memungkinkan. Oleh karena itu untuk
menurunkan kriteria risiko sampai pada area hijau atau membuat risiko
menjadi sangat kecil dan secara umum dapat diterima (Aman) dibutuhkan
strategi pengendalian risiko. Strategi dalam pengendalian risiko adalah dengan
menekan kemungkinan (likelihood) dan menekan keparahan (consequence)
yang ditimbulkan.
peralatan agar program ini dapat berjalan dengan rutin dan sesuai
kebutuhan.
o) Memelihara dan meningkatkan komunikasi antara penanggung
jawab dengan seluruh pimpinan tim penanggulangan kebakaran
setiap unit bangunan gedung.
p) Evaluasi rencana pengamanan terhadap kebakaran sebaiknya
melibatkan seluruh tingkatan manajemen.
q) Melakukan pemantauan, terutama yang terkait
dengan
penggunaan bahan-bahan mudah terbakar, penggunaan sumber
panas / api.
r) Melakukan sosialisasi terhadap pihak ketiga/kontraktor terkait
pencegahan kebakaran.
s) Melaksanakan fire safety audit yang serupa dengan self asessmen
terkait dengan pengelolaan keselamatan kebakaran.
KESIMPULAN
1. Tingkat kesesuaian sistem proteksi kebakaran aktif di RSUD Panembahan
Senopati dengan Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit, Sistem Proteksi
Kebakaran Aktif, Kementerian Kesehatan RI tahun 2012, bahwa dari
keseluruhan 79 elemen yang diteliti sebanyak 38 elemen (48.10%) sudah
sesuai dengan standar keselamatan yang berlaku dan sisanya 41 elemen
(51.90%) tidak sesuai dengan standar keselamatan yang berlaku tentang
pengaplikasian sistem proteksi kebakaran aktif di rumah sakit.
2. Berdasarkan model matriks risiko, dapat diketahui bahwa tingkat risiko
meluasnya kebakaran yang disebabkan oleh ketidaksesuaian sistem proteksi
kebakaran aktif di RSUD Panembahan Senopati masuk dalam kategori risiko
tinggi (Moderate Risk), dimana tingkat kemungkinan (Likelihood) masuk dalam
kategori Possible dan tingkat keparahannya (Severity) masuk dalam kategori
Moderate. Strategi pengendalian risikonya adalah dengan
menekan
kemungkinan terjadinya (likelihood) dan menekan keparahan (consequence)
yang ditimbulkan, antara lain dengan melalui eliminasi, subtitusi, perancangan
teknis, pendekatan administratif, dan alat pelindung diri.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, 2016, Statistik Daerah
Daerah Istimewa Yogyakarta 2016, Yogyakarta
2. Hadi P., 2014, Analisis Ketersediaan Prasarana Dan Sarana Penanggulangan
Kebakaran Di Kota Luwuk, Tesis Program Studi Teknik Perencanaan
Prasarana, Universitas Hasanuddin, Makassar
3. Ramli S., 2010,Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran (Fire Management),
Dian Rakyat : Jakarta
4. Napitupulu P., Dulbert B., Komalasari D., 2015, Evaluasi Sistem Proteksi
Kebakaran Perusahaan, PT. Alumni : Bandung
5. Hesna Y., Hidayat B., Suwanda S., 2009, Evaluasi Penerapan Sistem
Keselamatan Kebakaran pada Bangunan Gedung Rumah sakit Dr. M. Djamil
Padang, Jurnal Rekayasa Sipil Vol 5 No.2
6. Departemen Kesehatan RI, 2012, Pedoman Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Rumah Sakit, Direktorat Bina Kesehatan Kerja
Kementerian Kesehatan RI : Jakarta
7. Standards Australia/Standards New Zealand, 2005, AS/ANZ4360. 2004. Risk
Management Standart. Sydney