Anda di halaman 1dari 36

ANALISIS RISIKO KEBAKARAN DITINJAU DARI SISTEM PROTEKSI

KEBAKARAN AKTIF DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI KABUPATEN


BANTUL

Teguh Budiono1, Rochim Bakti Cahyono2


1. Mahasiswa Minat Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Program
Pascasarjana Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
2. Dosen Departemen Teknik Kimia, Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada

INTISARI
Latar Belakang : Rumah sakit memiliki risiko terjadi kebakaran. Ketersediaan
sistem proteksi kebakaran yang memadai serta sesuai dengan standar merupakan
salah satu cara pencegahan yang efektif untuk menghindari dan meminimalisasi
terjadinya kebakaran serta mencegah jatuhnya korban jiwa. Kemudian dengan
kemungkinan risiko tersebut bagaimana rumah sakit menyikapi hal tersebut.
Tujuan : Menganalisis risiko kebakaran ditinjau dari sistem proteksi kebakaran
aktif di RSUD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul.
Metode : Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan desain studi
kasus melalui observasi lapangan, wawancara dan telaah dokumen, kemudian
dilakukan penilaian risiko dari tingkat kemungkinan (Likelihood) dan tingkat
keparahan (Severity) dengan menggunakan model matriks risiko menurut
panduan AS/NZS 4360:2004.
Hasil : Dari 15 elemen sistem deteksi dan alarm kebakaran yang diteliti terdapat
13 elemen (80%) kondisi sesuai dan 2 elemen (20%) kondisi tidak sesuai. Dari 7
elemen sistem sprinkler otomatik, 0 elemen (0%) kondisi sesuai dan 7 elemen
(100%) kondisi tidak sesuai. Dari 15 elemen APAR terdapat 14 elemen (93.33%)
kondisi sesuai dan 1 elemen (6.67%) kondisi tidak sesuai. Dari 30 elemen sistem
pipa tegak dan kotak slang kebakaran, 0 elemen (0%) kondisi sesuai dan 30
elemen (100 %) kondisi tidak sesuai. Dari 12 elemen Manajemen Pengamanan
Kebakaran terdapat 11 elemen (91.67%) kondisi sesuai dan 1 elemen (8.33%)
kondisi tidak sesuai.
Kesimpulan : Secara keseluruhan sebanyak 38 elemen (48.10%) sudah sesuai
dan sisanya 41 (51.90%) tidak sesuai dengan standar pengaplikasian sistem
proteksi kebakaran aktif di rumah sakit. Tingkat risiko meluasnya kebakaran
berdasarkan tingkat kesesuaian sistem proteksi kebakaran aktif masuk dalam
kategori risiko tinggi (Moderate Risk).

Kata kunci : Analisis Risiko, Kebakaran, Sistem Proteksi Kebakaran Aktif


2

LATAR BELAKANG
Peristiwa kebakaran adalah bencana yang tidak diinginkan yang dapat
terjadi di mana saja dan kapan saja. Berdasarkan laporan dari Badan Pusat
Statistik Yogyakarta, tercatat selama tahun 2015 terjadi kebakaran bukan lahan
sebanyak 335 kali dengan jumlah kerugian mencapai 20.576.550.000 juta rupiah,
yang 97 diantaranya terjadi di kabupaten Bantul dengan kerugian mencapai
2.044.500.000 juta rupiah. Masih tingginya kasus kebakaran yang terjadi setiap
tahunnya mengindikasikan bahwa kebakaran merupakan masalah serius bagi
kehidupan manusia.1
Kendala umum yang sering dialami pada saat terjadi kebakaran adalah
kesulitan dalam upaya-upaya penanganannya di lapangan. Mobilitas unit
pemadam kebakaran sangat bergantung pada akses ke lokasi kebakaran, jenis
dan kompleksitas bangunan, meski lokasi mudah dijangkau tetapi karena
keterbatasan peralatan pemadam kebakaran, sehingga mengalami kesulitan
dalam mengatasi pemadamannya.2
Pengelolaan bencana kebakaran juga bukan sekedar menyediakan alat
pemadam atau melakukan latihan peran kebakaran, namun diperlukan suatu
program yang terencana dalam suatu sistem manajemen kebakaran yang
merupakan upaya terpadu untuk mengelola risiko kebakaran mulai dari
perecanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan tindak lanjutnya 3. Upaya untuk
mencegah terjadinya kebakaran diperlukan sarana proteksi kebakaran yang
memadai dan melalui manajemen penanggulangan kebakaran.4
Bangunan rumah sakit merupakan salah satu gedung yang memiliki risiko
tinggi terjadi kebakaran.5 Risiko kebakaran yang terjadi di rumah sakit mempunyai
peringkat tertinggi, dalam hal evakuasi di rumah sakit terdapat kelompok rentan
atau pasien yang dalam kondisi lemah sehingga tidak dapat menyelamatkan
dirinya dari bahaya kebakaran.6
Berdasarkan observasi awal di RSUD Panembahan Senopati diketahui
bahwa terdapat beberapa hal yang berpotensi mengakibatkan kebakaran, seperti
pemakaian beberapa macam bahan kimia, penggunaan mesin genset,
penggunaan daya listrik yang sangat besar, penggunaan dan penyimpanan
tabung gas bertekanan tinggi, serta penggunaan kompor dan tabung gas LPG di
dapur rumah sakit.
3

Berdasarkan berbagai fakta-fakta yang ada, sudah seharusnya sebuah


rumah sakit besar dan telah terakreditasi seperti RSUD Panembahan Senopati
memiliki kesiapsiagaan dalam sistem proteksi penanggulangan bencana
kebakaran. Diperlukan suatu sistem proteksi kebakaran yang dapat mencegah
dan menanggulangi kebakaran yang keberadaannya harus sesuai dengan
ketentuan dan peraturan yang berlaku.

METODE
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan desain studi
kasus melalui observasi lapangan, wawancara dan telaah dokumen. Observasi
dalam penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa lembar checklist,
dan meteran serta didukung oleh kamera digital untuk mendokumentasikan hasil
pengamatan. Instrumen penelitian yang digunakan pada saat wawancara dalam
penelitian ini yaitu peanduan wawancara dan recorder. Telaah dokumen pada
penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan penyelidikan, kajian dan
pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen milik rumah sakit yang terkait dengan
manajemen serta komponen sistem proteksi kebakaran.
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh
melalui observasi (checklist), wawancara, dan telaah dokumen. Kemudian elemen
sistem proteksi kebakaran aktif dibandingkan dengan standar, yang penilaian
kesesuaiannya disajikan dalam bentuk persentase, setelah didapatkan hasilnya
kemudian dilakukan penilaian risiko dari tingkat kemungkinan (Likelihood) dan
tingkat keparahan (Severity) dengan menggunakan model matriks risiko menurut
panduan AS/NZS 4360:2004 tentang Risk Management.7 Selanjutnya dibuatkan
program pengendalian yang efektif untuk menurunkan tingkat risiko tersebut.

HASIL
1. Sistem Deteksi Dan Alarm Kebakaran
RSUD Panembahan Senopati memiliki 2 jenis detektor kebakaran yang
terpasang, yaitu detektor panas (heat detector) dan detektor asap (smoke
detector). Sinyal yang terdapat pada detektor terhubung langsung dengan
control panel dan alarm. Pada control panel terdapat lampu yang dimaksudkan
untuk membagi wilayah atau zona, dimana setiap lampu mewakili zona
masing-masing. Apabila sistem medeteksi adanya panas atau asap, control
panel akan memberikan isyarat berupa lampu yang menyala sesuai dengan
4

zona di mana titik detektor terpasang dan akan membunyikan alarm yang
terpasang di rumah sakit.
a. Sistem Deteksi
Detektor panas yang digunakan di RSUD Panembahan Senopati
berjenis Rate of Rise (ROR), berikut spesifikasinya:
 Jenis : Rate of Rise (ROR)
 Jarak antar detektor : 3-5 meter
 Penempatan : ruang rawat inap pasien, UGD, radiologi, ruang
administrasi, rawat jalan (poliklinik)
Selain detektor panas, RSUD Panembahan Senopati juga
menggunakan detektor asap. Detektor asap yang digunakan berjenis
smoke optical (photoelectric). Berikut klasifikasinya:
 Jenis : Smoke Optical (Photoelectric)
 Jarak antar detektor : 3-5 meter
 Penempatan : Laboratorium bawah dan Gudang Obat
Smoke Optical (Photoelectric) bekerja berdasarkan pembiasan
cahaya lampu LED di dalam ruang oleh adanya asap yang masuk dengan
kepadatan tertentu. Dengan adanya asap sebagai suatu media yang
mengaburkan atau menutupi suatu sinar yang disorotkan dalam suatu
ruangan sehingga intensitas cahaya yang diterima oleh receiver menurun
yang kemudian memberikan respon utntuk mengaktifkan alarm.
Detektor kebakaran telah diujicoba oleh pihak pengelola gedung
saat pertama kali alat ini dipasang di dalam gedung. Hasil ujicoba
menunjukkan bahwa detektor dapat berfungsi dengan baik. Selain itu,
untuk menjaga kehandalan detektor tersebut, pihak RSUD juga melakukan
pemeriksaan dan inspeksi secara berkala minimal satu kali dalam sebulan.
Menurut hasil wawancara dengan kepala IPSRS, diperoleh informasi
bahwa rangkaian detektor yang tersedia dapat berfungsi dengan baik.
Seluruh rangkaian alat pendeteksi kebakaran otomatik tersebut dipelihara
dan diuji secara berkala setiap bulannya. Pemeriksaan seluruh rangkaian
tersebut dilakukan oleh anggota tim K3 dan dibantu oleh staff IPSRS.
Berikut kutipan dari hasil wawancara dengan kepala IPSRS:
“itu tiap bulan kita cek, ada tim mas wawan (anggota tim K3) di
bantu teman-teman yang lain (staff IPSRS)” (Inf. 3).
5

Pengujian detektor panas dilakukan dengan menggunakan


Bohlam, suhu panas yang dihasilkan dari bohlam digunakan untuk
memastikan keseluruhan sistem bekerja dengan baik, sedangkan untuk
detektor asap menggunakan asap dari anti nyamuk bakar, dan menekan
setiap tombol manual alarm kebakaran yang terpasang pada setiap lantai.
Berikut kutipan wawancara dari salah satu karyawan,
“sensor panas tinggal kasih panas aja, sensor asap tinggal dikasih
asap, asapnya dari obat nyamuk, obat nyamuk kan menghasilkan asap,
kalau panasnya pakai sinar lampu” (Inf. 6).

Hasil uji coba, setelah detektor diberi perlakuan, alarm yang


terpasang akan berbunyi dan lampu indikator pada control panel menyala
untuk menunjukan lokasi uji coba atau zona detektor yang terdeteksi.
b. Alarm Kebakaran
RSUD Panembahan Senopati mempunyai sistem alarm yang dapat
difungsikan secara otomatis dan manual. Alarm ini memberikan isyarat
berupa bunyi khusus sebagai tanda untuk memberi peringatan apabila
terjadi kebakaran. Alarm otomatis yang terpasang terhubung langsung
dengan detektor kebakaran dan control panel. Saat detektor kebakaran
menangkap adanya tanda-tanda bahaya kebakaran seperti panas dan
asap, detektor akan mengirim sinyal kepada control panel, sedangkan cara
kerja dari alarm manual yaitu apabila salah satu alarm manual ditekan
maka lampu indikator pada control panel akan menyala dan secara
otomatis akan mengaktifkan alarm.
Alarm manual ditempatkan pada koridor di setiap lantai gedung dan
di beberapa ruangan yang dapat dilihat dengan jelas, mudah dijangkau,
dan dalam kondisi baik serta siap digunakan. Setiap elemen dalam
keadaan bersih dan tidak dicat. Alarm manual ini terpasang dan diletakkan
pada lintasan jalur keluar dengan ketinggian 1,5 m dari permukaan lantai.
Untuk menjaga kehandalan alarm tersebut, pihak RSUD juga telah
melakukan pemeriksaan dan inspeksi secara berkala. Berikut kutipan hasil
wawancara mengenai pemeliharaan alarm:
“Alarmnya ya sebulan sekali juga kita cek, jadi alarm otomatis kan
kita punya dua macem, yang otomatis dan yang manual, kemudian ada
centralnya yang ngontrol bunyi,” (Inf. 3).
6

“Tiap bulan, alarm maintenance terus tiap bulan” (Inf. 4).

Tabel 1. Tingkat Kesesuaian Sistem Sistem Deteksi Dan Alarm Kebakaran

Sesuai (S)

No Ketentuan/Standar
Keterangan
Tidak
Sesuai
(TS)
Tersedia sistem deteksi dan alarm kebakaran
Tersedia sistem deteksi
1. S
manual atau otomatis
dan alarm

Detektor yang terpasang


Semua detektor (asap atau panas) mempunyai
2. S
mempunyai jarak yang
jarak antar detektor yang sama

sama
Jarak antara setiap titik dalam area yang diproteksi Jarak
antara titik detektor
dan detektor terdekat ke titik tersebut harus tidak
dengan area yang
3. S
melebihi 7,5 meter untuk detektor asap dan 5,3
diproteksi tidak lebih dari 5
meter untuk detektor panas
meter
Untuk cakupan lengkap denah segi empat, jarak Jarak
antara detektor dan
4. antara detektor dan dinding 5 meter untuk detektor S dinding
tidak lebih dari 3
asap, dan 3,5 meter untuk detektor panas.
meter
Jarak antar detektor 10 meter antar detektor asap, Jarak
antar detektor
5. S
dan 7 meter antar detektor panas
berkisar 3-5 meter
Untuk koridor kurang dari 2 meter lebarnya jarak
antara detektor:
- Detektor asap 7,5 meter dari dinding dan 15 Jarak
antar detektor di
6. S
meter antar detektor koridor
berkisar 5-7 meter
- Detektor panas, jarak antaranya 5,3 meter ke
dinding dan 10 meter antar detektor
7. Terdapat detektor panas dalam ruang UGD S Terpsang
detektor panas
Yang
terpasang detektor
8. Terdapat detektor asap dalam ruang Radiologi TS

panas
9. Terdapat detektor asap dalam ruang laboratorium S
Terpasang detektor asap
Terdapat detektor panas dalam ruang gudang Yang
terpasang detektor
10. TS
farmasi
asap
Terdapat detektor panas dalam ruang tunggu dan
11. S
Terpasang detektor panas
pendaftaran (administrasi)
12. Terdapat detektor panas dalam ruang poliklinik S
Terpasang detektor panas
Yang
terpasang detektor
Terdapat detektor asap dalam ruang rawat inap
panas dan belum
13. TS
pasien
mencakup seluruh

ruangan
Dilakukan inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan

Pemeliharaan dilakukan
14. pemeliharaan berkala pada sistem deteksi dan S

sekali setiap bulan


alarm kebakaran
Riwayat catatan inspeksi/pemeriksaan, pengujian Terdapat
dokumen riwayat
15. S
dan pemeliharaan harus disimpan
pemeliharaan
Sesuai : 12 elemen (80 %)
Tidak sesuai : 3 elemen (20 %)

Berdasarkan hasil yang di dapatkan, dari 15 persyaratan mengenai


sistem deteksi dan alarm kebakaran, sebanyak 13 persyaratan telah
terpenuhi dengan tingkat kesesuaian mencapai 80%. Dengan tingkat
pemenuhan tersebut artinya sebagian besar komponen sistem proteksi
kebakaran sesuai dengan elemen persyaratan, namun ada beberapa
persyaratan yang masih terdapat ketidaksesuaian, yaitu pemasangan
detektor yang belum mencakup seluruh ruangan dan ada beberapa
pemasangan yang tidak sesuai dengan peruntukkan ruangan.
7

Pihak RS belum memasang detektor kebakaran di seluruh ruangan


karena sebagian besar gedung dari rumah sakit sudah berdiri sebelum
peraturan berlaku, selain itu pada waktu pembangunan gedung tim K3 dari
pihak rumah sakit belum ikut terlibat. Berikut kutipan wawancara mengenai
pemasangan sistem deteksi:
“Jadi K3 itu sebelumnya kalau mau bangun, kalau mau ada
pembangunan nggak pernah dilibatkan, nah bangunan yang sudah
terlanjur itu sudah nggak ada kalau yang K3, tapi kalau bangunan yang
baru ini kita sudah mulai dilibatkan, ya jadinya eee... anggarannya itu kan
diambilkan kadang kalau dibangunan di include kan ikut anggaran
pembangunannya itu, jadi nggak kita buat sendiri khusus untuk melengkapi
kelengkapan K3 di gedung itu, tapi ikut di PTnya yang bangun itu, kaya
kemarin kita masuk di anggrek itu kan belum ada alarmnya, itu karena kita
belum dilibatkan disitu, lah kalau saya mau mengusulkan itu sebagai apa
ya, ditambahi detektor gitu ya, heat atau smoke, itu kan pengajuan. Ya
nanti dipengajuan ini kan kadang ditimbang-timbang lagi, mana ini yang
lebih penting kalau sudah sampe atasan nanti itu loh, lain kalau pada waktu
rapat dengan pemborongnya bangunan dan dengan pihak kita itu kan
tinggal usul saja, Pak klo standar K3 bangunannya harus seperti ini, tinggal
ngomong gitu aja kan, kan sudah include disitu, jadi terima kunci sudah
sesuai standarnya” (Inf.4).

Untuk mengantisipasi beberapa gedung yang belum dilengkapi


detektor, pihak rumah sakit selanjutnya memasang alarm manual.
“kita belum bisa mencapai untuk keseluruhan untuk detektor
otomatisnya, sehingga gedung-gedung ada yang sama sekali nggak ada,
tapi ada yang sudah kita kasih manual, paling tidak di depan gedung salah
satu titik itu ada alarm manualnya yang kita pencet, jadi detektornya
manusia” (Inf.3).

2. Sistem Springkler Otomatis


Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati sampai saat ini
belum menggunakan atau mengaplikasikan sistem sprinkler otomatik
mengingat gedung sudah berdiri cukup lama, selain itu karena
mempertimbangkan bahwa di rumah sakit terdapat peralatan-peralatan mahal
yang mudah rusak jika terkena air. Berikut kutipan hasil wawancara dengan
salah satu informan:
“Kita tetap cita-cita kita ada springkler dan lain-lain, rumah sakit harus punya
yang canggih, yang modern, tapi ingat rumah sakit itu perlu alat yang mahal-
mahal dan kalau kena air rusak, makanya kita juga memikirkan itu, dengan air
itu kita masih berfikir ulang, dan kalau yang di OK (baca: ruang operasi) dan
lain-lain ada persyaratan tertentu untuk pemadam kebakarannya. SOP nya
ada, jadi tidak bisa pakai air, ada alat, kita banyak alat yang mahal” (Inf. 1).
8

Tabel 2. Tingkat Kesesuaian Sistem Sprinkler Otomatik

Sesuai (S)
No Ketentuan/Standar
Keterangan
Tidak
Sesuai

(TS)

Sistem tidak
1. Tersedia sistem sprinkler otomatik di seluruh bangunan
TS tersedia/tidak

terpasang
Sistem sprinkler otomatik tidak wajib di area berikut:
Sistem tidak
a. setiap ruangan di mana penerapan air, atau nyala api dan
tersedia/tidak
air, merupakan ancaman yang serius terhadap kehidupan
terpasang
atau bahaya kebakaran
b. setiap kamar atau ruang di mana sprinkler dianggap tidak
diinginkan karena sifat dari isi ruangan
c. ruang generator dan transformator yang dipisahkan dari
bangunan dengan dinding dan lantai / langit-langit atau
2. rakitan atap / langit-langit yang memiliki nilai ketahanan api
TS
tidak kurang dari 2 jam
d. di kamar atau daerah yang konstruksinya tidak mudah
terbakar dengan isi sepenuhnya bahan tidak mudah terbakar
e. untuk ruangan-ruangan yang tidak memungkinkan pasien
dipindahkan (ruang bedah, ruang ICU, ruang radiologi, dan
lain-lain), sprinkler boleh tidak dipasang asalkan dinding,
lantai, langit-langit dan bukaan, mempunyai tingkat
ketahanan api minimal 2 jam.

Sistem tidak
Sistem sprinkler otomatik meliputi kepala springkler, katup kontrol
3.
TS tersedia/tidak
alarm, dan sistem pemipaannya

terpasang
Area maksimum lantai pada setiap lantai yang diproteksi oleh
Sistem tidak
4. springkler disuplai oleh satu pipa tegak sistem springkler atau
TS tersedia/tidak
pipa tegak kombinasi
terpasang
Penempatan kepala springkler untuk bahaya kebakaran ringan.
Sistem tidak
a. Luas proteksi maksimum kepala springkler :
tersedia/tidak
1) springkler dinding : 17 m2.
terpasang
2) springkler lain : 20 m2.
b. Jarak maksimum kepala springkler dalam satu deret dan
jarak maksimum deretan yang berdekatan :
1) springkler dinding :
a) sepanjang dinding : 4,6 m.
b) dari ujung dinding : 2,3 m.
2) springkler lain : 4,6 m.
c. Dibagian tertentu dari bangunan bahaya kebakaran ringan
seperti : ruang langit-langit (attick), besmen, ruang ketel uap,
dapur, ruang binatu, gudang, ruang kerja bengkel dan
sebagainya, luas maksimum dibatasi menjadi 9 m2 tiap
5.
TS
kepala springkler dan jarak maksimum antar kepala
springkler 3,7 m.

Penempatan kepala springkler untuk bahaya kebakaran sedang.


a. Luas proteksi maksimum kepala springkler :
1) springkler dinding : 9 m2.
2) springkler lain : 12 m2.
b. Jarak maksimum kepala springkler dalam satu deret dan
jarak maksimum deretan yang berdekatan :
1. springkler dinding :
a) sepanjang dinding :
(i) untuk langit-langit tidak tahan api : 3,4 m
(ii) untuk langit-langit tahan api : 3,7 m.
b) dari ujung dinding : 1,8 m.

Sistem tidak
Dilakukan inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan
6.
TS tersedia/tidak
berkala

terpasang

Sistem tidak
Riwayat catatan inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan
7.
TS tersedia/tidak
pemeliharaan harus disimpan

terpasang
Sesuai : 0 elemen (0 %)
Tidak Sesuai : 7 elemen (100 %)
9

3. Alat Pemadam Api Ringan


Secara keseluruhan APAR yang tersedia di RSUD Panembahan
Senopati berjumlah 83 tabung siap pakai dengan rincian sebagai berikut:
 Jenis Dry Chemical Powder : jumlah 47 buah
 Jenis CO2 : jumlah 4 buah
 Jenis Halon Free : jumlah 32 buah
 Penempatan : depan ruang pasien, pos satpam, administrai, IPSRS,
poliklinik, koridor
 Jarak dari atas APAR ke lantai : 1 - 1,2 meter
 Jarak antar APAR : 10 - 15 meter
Tabel 3. Tingkat Kesesuaian Alat Pemadam Api Ringan

Sesuai
(S)
No Ketentuan/Standar Tidak
Keterangan
Sesuai
(TS)
Tersedia APAR yang sesuai dengan klasifikasi bahaya
Tersedia APAR
1. S
kebakaran yang ada : Kelas A, B, C, D atau K
sebanyak 83 tabung
Jarak tempuh penempatan APAR dari setiap tempat atau

Jarak antar APAR antara


2. titik dalam bangunan rumah sakit harus tidak lebih dari 25 S

10-15 meter
(dua puluh lima) meter

Tersedia minimal 1 buah


Setiap ruangan tertutup dalam bangunan rumah sakit

APAR ukuran > 2 kg


dengan luas tidak lebih dari 250 m2, harus dilengkapi
3. S
atau 2 buah APAR
dengan sekurang-kurangnya sebuah APAR berukuran

ukuran < 2 kg untuk luas


minimal 2 kg sesuai klasifikasi isi ruangan

tidak lebih dari 250 m2


APAR ditempatkan pada lokasi yang mudah terlihat,
APAR mudah dilihat
4. termasuk instruksi pengoperasiannya dan tanda S
termasuk instruksi dan
identifikasinya
identifikasinya

Terdapat satu APAR


APAR ditempatkan pada lokasi yang mudah dicapai
5. TS
yang terhalang oleh
(tidak terhalang oleh peralatan atau material-material)

tumpukan kardus

APAR ditempatkan di
APAR ditempatkan di atau dekat koridor atau lorong yang
6. S
koridor atau jalan menuju
menuju eksit/exit

keluar

APAR ditempatkan pada


APAR ditempatkan dekat dengan area yang berpotensi

area berisiko termasuk


7. bahaya kebakaran, akan tetapi tidak terlalu dekat karena S

dekat panel atau instalasi


dapat rusak oleh sambaran api

listrik
Dalam area khusus, apabila bahan yang disimpan mudah
Pada ruang genset,
8. terbakarnya tinggi di dalam ruangan yang kecil atau S
APAR diletakkan di
tempat tertutup, APAR di tempatkan di luar ruangan
depan ruangan
Untuk ruangan yang berisi peralatan listrik APAR di
APAR diletakkan dekat
9. S
tempatkan di dalam atau dekat ruangan
dengan instalasi listrik
APAR dipasang sedemikian rupa sehingga bagian paling
atas berada pada ketinggian maksimum 120 cm dari
Jarak bagian atas APAR
10. permukaan lantai, kecuali untuk jenis CO2 dan bubuk S
antara 1-1,2 meter dari
kimia kering (dry powder) penempatannya minimum 15
lantai
cm dari permukaan lantai
APAR tidak dipasang di dalam ruangan yang mempunyai
APAR diletakkan pada
11. S
temperature lebih dari 49°C dan di bawah 4°C
suhu ruangan 15-35ºC
Pada tabung terdapat penandaan dengan warna yang

Terdapat penandaan
12. menunjukkan isi APAR tersebut (air, busa, bubuk kering, S

dengan warna
kimia basah atau bubuk klas D)
10

Sesuai (S)
No Ketentuan/Standar Tidak
Keterangan
Sesuai
(TS)
Dilakukan pengujian dan pemeliharaan terhadap APAR
Pemeliharaan APAR
13. S
pada jangka waktu ≤ 1 tahun
dilakuakan setiap bulan
Inspeksi / pemeriksaan setiap bulan harus dilakukan
untuk :
(1) Jenis yang sesuai
(2) Dalam kondisi siap dioperasikan
Pemeriksaan mencakup
14. S
(3) Di lokasi yang benar 6
elemen tersebut
(4) Akses tidak terhalang
(5) Ditandai dengan jelas
(6) Tanggal pemeliharaan masih berlaku
Dokumen
riwayat
Riwayat catatan inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan
15. S
pemeriksaan dan
pemeliharaan harus disimpan

pemeliharaan disimpan
Sesuai : 14 elemen (93.33%)
Tidak Sesuai : 1 elemen (6.67%)

Secara umum jumlah APAR yang tersedia di RSUD Panembahan


Senopati telah sesuai dengan persyaratan yaitu minimal 1 buah APAR untuk
setiap 250 m2 luas ruangan. APAR yang tersedia di RSUD Panembahan
Senopati berjumlah 83 tabung siap pakai, dengan luas bangunan rumah sakit
14.761 m2, artinya 1 buah APAR rata-rata tersedia untuk setiap 177 m2 luas
ruangan atau tidak lebih dari 250 m2. Dari 15 elemen yang dilihat
kesesuaiannya, 14 diantaranya atau 93.33% telah sesuai.
Secara umum, APAR ditempatkan menggantung di dinding dengan
jarak dari atas APAR ke lantai sekitar 1 - 1,5 meter, tidak ada APAR yang
diletakkan dalam lemari khusus, sedangkan APAR dengan bobot 50 kg
ditempatkan pada troli beroda. Jarak penempatan antar APAR sekitar 10-15
meter, yang disertai tanda atau simbol APAR yang berfungsi menunjukkan
keberadaan APAR. Penempatan APAR mudah dilihat dan mudah dijangkau
yaitu di sepanjang jalur perlintasan normal, koridor dan di sisi-sisi jalan keluar,
namun masih ada APAR terhalang oleh benda lain yaitu di depan gudang
farmasi dimana terdapat APAR yang letaknya dihalangi oleh tumpukan kardus.
Segel APAR dalam kondisi baik dan tutup tabung juga terpasang
dengan kuat. Kondisi tabung dan selang APAR dalam keadaan baik, tidak
berkarat dan tidak bocor. APAR tidak terpajan dengan temperatur yang
melebihi batas normal. Jarum APAR menunjuk pada warna hijau yang
mengindikasikan bahwa APAR dalam kondisi penuh dan siap pakai. Tanda
pemasangan APAR juga ada pada masing-masing APAR berupa segi tiga
11

dengan warna dasar merah. Instruksi pengoperasian APAR juga terdapat pada
masing-masing tabung APAR dan dapat dibaca dengan jelas.
Pemeriksaan masing-masing APAR dilakukan berkala sekali setiap
bulan dari pihak internal rumah sakit dan dilakukan audit tiap enam bulan sekali
oleh pihak ke 2 atau pihak perusahaan yang memproduksi APAR tersebut
dengan dipantau dari tim K3RS. Pengecekan APAR dilakukan secara berkala
oleh petugas teknik dengan membuat laporan data pemeriksaan APAR yang
meliputi lokasi penempatan APAR, berat isi, merk, dan masa berlaku. APAR
yang tersedia juga memiliki lembar inspeksi atau kartu pemeliharaan yang
digantungkan di bagian depan APAR. Lembaran tersebut berisi lokasi tempat
APAR tersebut berada, petugas yang menginspeksi, elemen-elemen yang
diinspeksi, serta tanggal inspeksi. Pada tabung APAR juga terdapat label dan
kartu tanda pengenal yang berisi informasi mengenai nama produk dan isi
APAR.
4. Sistem Pipa Tegak Dan Kotak Slang Kebakaran
RSUD Panembahan Senopati belum memasang sistem pipa tegak dan
kotak slang kebakaran, hal ini disebabkan karena beberapa kendala
diantaranya gedung sudah berdiri cukup lama dan pada saat pembangunan
gedung pihak K3RS belum ikut terlibat di dalamnya, selain itu untuk
menyediakan hidran, rumah sakit butuh membutuhkan biaya yang cukup
mahal atau terkendala dengan pendanaan yang untuk saat ini anggaran
tersebut lebih difokuskan untuk memenuhi kebutuhan utama terkait peralatan
yang berhubungan langsung dengan pelayanan pasien. Hal ini sesuai dengan
hasil wawancara yang dilakukan, berikut ini kutipan hasil wawancaranya:

“Untuk hidrannya kita belum, ya itu amat sangat mahal, pertama itu ya
kendalanya di dana, karena rumah sakit kita RS BLUD jadi semuanya bukan
dari pemerintah, jadi harus beli sendiri. Sebenarnya bisa, bisa beli, tapi kita
mengalahkan prioritas lain yang memang dibutuhkan masyarakat, jadi kita
dengan adanya ______ tadi maka kita ada prioritas, pertama kita fokus pada
pasien, tidak menghilangkan keamanan safety untuk terjadinya proses
kebakaran ya, dan ini semuanya kita atasi dengan budaya organisasi” (Inf. 1).

“Itu hambatan kita, karena memang anjurannya memang pakai hidran,


tapi itu pengadaan tahun berapa, kita baru mulai melek terhadap K3 itu baru
mulai 2016an, 2016 itu bangunan sudah ada, sebelum tahun 2016 itu
bangunan sudah ada, dan sudah antisipasi setiap ruangan, setiap lantai itu ada
APARnya, kita standardisasi. Kebetulan nanti kedepannya, tiap pembangunan
bangunan baru kita selalu dilibatkan dan kita pokoknya, ya pakai hidran. Kita
12

nggak tau ya, karena sekarang kita akreditasi baru jalan tahun ke 2,
bangunannya sebelum itu kan wes sudah ada” (Inf. 2).
Tabel 4. Tingkat Kesesuaian Sistem Pipa Tegak Dan Kotang Slang
Kebakaran

Sesuai (S)
No Ketentuan/Standar
Tidak Keterangan

Sesuai

(TS)
Tersedia sistem pipa tegak (bangunan rumah sakit dimana
Sistem tidak
1. ketinggian yang layak dihuni lebih dari 10 m, tetapi tidak lebih dari
TS tersedia/tidak
40 m dipasang sistem pipa tegak kering)
terpasang
Pipa tegak kering, dalam keadaan normal kering (tidak berisi air),
Sistem tidak
2. tetapi akan diisi dengan air yang dipompa dari mobil pompa
TS tersedia/tidak
pemadam kebakaran melalui sambungan siamese
terpasang

Sistem tidak
Lokasi sambungan pemadam kebakaran/siamese diletakkan di
3.
TS tersedia/tidak
lokasi yang mudah diakses oleh mobil pemadam kebakaran

terpasang

Sistem tidak
4. Sistem pipa tegak dilengkapi dengan katup landing
TS tersedia/tidak

terpasang
Setiap katup landing 65 mm (2½ inci) dengan panjang slang 40 m
Sistem tidak
5. harus dapat melayani luas ruangan pada setiap lantai tidak lebih dari
TS tersedia/tidak
930 m2
terpasang
Pipa tegak dilengkapi dengan sambungan siamese yang berguna
Sistem tidak
untuk menyambungkan slang kebakaran berukuran 65 mm (2½ inci)
tersedia/tidak
6.
TS
dari mobil pemadam kebakaran yang posisinya berada pada
terpasang
permukaan akses bangunan

Sistem tidak
Setiap sambungan siamese mempunyai sedikitnya dua kopling 65
7.
TS tersedia/tidak
mm (2½ inci) sesuai ketentuan yang berlaku

terpasang

Sistem tidak
Sambungan siamese dipasang dengan penutup untuk melindungi
8.
TS tersedia/tidak
sistem pemipaan dari masuknya puing-puing/kotoran

terpasang
Sambungan siamese diletakkan pada sisi bangunan yang
Sistem tidak
menghadap ke jalan, mudah terlihat dan dikenali dari jalan atau
tersedia/tidak
diletakkan pada titik jalan masuk terdekat dengan peralatan
terpasang
9.
TS
pemadam kebakaran, dan harus diletakkan sehingga sambungan
slang dapat disambungkan ke kopling sambungan siamese tanpa
terganggu oleh bangunan, pagar, tonggak-tonggak dan lain-lain
Setiap sambungan siamese dirancang dengan penandaan dalam
Sistem tidak
bentuk huruf besar, tidak kurang 25 mm (1 inci) tinggi hurufnya,
tersedia/tidak
10.
TS
ditulis pada plat dengan bunyi tulisan : “SAMBUNGAN PIPA
terpasang
TEGAK”
Sambungan siamese untuk masing-masing sistem pipa tegak harus
Sistem tidak
11. diletakkan tidak lebih dari 30 m (100 ft) dari hidran halaman terdekat
TS tersedia/tidak
yang dihubungkan ke pasokan air dari sistem pemipaan hidran kota
terpasang
Sambungan siamese harus diletakkan dengan tinggi tidak kurang
Sistem tidak
12. dari 45 cm (18 inci) dan tidak lebih dari 120 cm (48 inci) di atas
TS tersedia/tidak
permukaan tanah atau jalan
terpasang
Lokasi pipa tegak dan katup landing ditempatkan terutama pada
Sistem tidak
salah satu posisi sebagai berikut:
tersedia/tidak
a. Pada lobi yang dilindungi terhadap asap
terpasang
b. Dalam daerah umum dan di dalam saf yang terlindung, sedekat
13. mungkin dengan tangga eksit jika tidak ada lobi stop asap
TS
c. pada lobi dan di luar tangga eksit yang diproteksi, dan
diletakkan di dalam saf yang terproteksi
d. di dalam tangga eksit, bilamana tidak ada lobi stop asap dan
daerah umum

Sistem tidak
14. Setiap tangga eksit harus dilengkapi dengan pipa tegak tersendiri
TS tersedia/tidak

terpasang
Tersedia kotak slang kebakaran (hidran gedung) dan kelengkapan
Sistem tidak
nya terdiri dari :
tersedia/tidak
15. (1) lemari tertutup;
TS terpasang
(2) slang kebakaran;
(3) rak slang; dan
13

Sesuai (S)
No Ketentuan/Standar
Tidak Keterangan

Sesuai

(TS)
(4) nozel

Sistem tidak
Untuk setiap lantai dengan luas 800 m2 harus dipasang minimum 1
16. TS
tersedia/tidak
(satu) Kotak Slang Kebakaran 40 mm (1½ inci)

terpasang
Kotak slang berupa lemari tertutup yang berisi slang kebakaran,
Sistem tidak
harus berukuran cukup untuk pemasangan peralatan penting dan
tersedia/tidak
17. TS
dirancang tidak saling mengganggu pada waktu sambungan slang,
terpasang
digunakan secara cepat pada saat terjadi kebakaran
Di dalam lemari, sambungan slang dan tuas putar katup harus
Sistem tidak
ditempatkan dengan jarak tidak kurang 25 mm (1 inci) dari bagian
tersedia/tidak
18. TS
lemari, sehingga memudahkan pembukaan dan penutupan katup
terpasang
sambungan slang kebakaran

Sistem tidak
Lemari hanya digunakan untuk menempatkan peralatan kebakaran
19. TS
tersedia/tidak
dan setiap lemari di cat dengan warna yang menyolok mata

terpasang
Apabila jenis “kaca mudah pecah” (break glass) sebagai tutup
Sistem tidak
pelindung, harus disediakan alat pembuka, untuk memecahkan
tersedia/tidak
20. TS
panel kaca dan diletakkan dengan aman dan tidak jauh dari area
terpasang
panel kaca
Setiap sambungan slang yang disediakan untuk digunakan oleh
Sistem tidak
21. petugas bangunan rumah sakit, harus dipasang dengan panjang TS
tersedia/tidak
tidak lebih dari 30 m, lurus, dapat dilipat.
terpasang
Apabila slang berdiameter kurang dari 40 mm (1½ inci) digunakan
Sistem tidak
22. untuk kotak slang 40 mm (1½ inci), harus digunakan slang yang TS
tersedia/tidak
tidak terlipat
terpasang
Setiap kotak slang 40 mm (1½ inci) yang disediakan dengan slang
Sistem tidak
23. 40 mm (1½ inci) harus dipasang dengan rak atau fasilitas TS
tersedia/tidak
penyimpanan lain yang disetujui
terpasang

Sistem tidak
Setiap kotak slang 40 mm (1½ inci) harus dipasang dengan
24. TS
tersedia/tidak
gulungan aliran menerus yang terdaftar/teruji.

terpasang
Kotak slang kebakaran diletakkan di koridor atau di ruangan yang
Sistem tidak
25. berdekatan dengan saf tangga yang menuju jalur eksit dan TS
tersedia/tidak
disambungkan ke pipa tegak
terpasang

Sistem tidak
Tiap bagian dari jalur akses mobil pemadam di lahan bangunan
26. TS
tersedia/tidak
harus dalam jarak bebas hambatan 50 m dari hidran kota

terpasang
Bila hidran kota yang memenuhi persyaratan tidak tersedia, maka
Sistem tidak
27. harus disediakan hidran halaman yang disambungkan dengan TS
tersedia/tidak
jaringan pipa hidran kota
terpasang
Dalam situasi di mana diperlukan lebih dari satu hidran halaman,
Sistem tidak
maka hidran-hidran tersebut harus diletakkan sepanjang jalur akses
tersedia/tidak
28. TS
mobil pemadam sedemikian hingga tiap bagian dari jalur tersebut
terpasang
berada dalam jarak radius 50 m dari hidran

Sistem tidak
Dilakuakan inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan
29. TS
tersedia/tidak
berkala

terpasang
Sistem tidak
Riwayat catatan inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan
30. TS
tersedia/tidak
harus disimpan

terpasang
Sesuai : 0 elemen (0 %)
Tidak Sesuai : 30 elemen (100 %)

5. Manajemen Pengamanan Kebakaran


Bangunan rumah sakit harus mempunyai Manajemen Pengamanan
Kebakaran (MPK) yang dipimpin oleh seorang manajer keselamatan
kebakaran. Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan telaah dokumen,
14

RSUD Panembahan Senopati belum membentuk organisasi yang khusus


untuk menangani pengamanan kebakaran atau Manajemen Pengamanan
Kebakaran (MPK), tetapi untuk mengantisipasi keadaan darurat, manajemen
RSUD Panembahan Senopati membentuk organisasi tanggap darurat berupa
pembentukan tim Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS).
Pimpinan sekaliagus penanggung jawab K3RS adalah direktur utama RSUD
Panembahan Senopati, yang membawahi ketua K3 dan sekretaris K3, dan
terbagi 3 sub tim besar yang masing-masing sub tim dipimpin oleh kepala tim,
diantaranya adalah Sub Tim Kesehatan Kerja, Sub Tim Keselamatan Kerja,
serta Sub Tim Diklat dan Penyuluhan K3RS.
Setiap karyawan yang tergabung di dalam K3RS memiliki tugas dan
tanggung jawabnya masing-masing. Untuk mempersiapkan diri bila terjadi
keadaan darurat kebakaran, manajemen RSUD Panembahan Senopati
mewajibkan para karyawannya untuk mengikuti pelatihan pemadaman
kebakaran dan simulasi kebakaran (fire drill) yang bekerja sama dengan dinas
pemadam kebakaran setempat. Pelatihan ini dilakukan secara bergilir dengan
melibatkan seluruh karyawan dan dokter. Pelatihan pemadaman kebakaran ini
dilaksanakan paling sedikit sebanyak satu kali dalam satu tahun. Tujuan dari
pelatihan ini untuk membina kerja sama tim, meningkatkan pengetahuan, dan
keterampilan karyawan supaya lebih sigap dan tanggap bila terjadi keadaan
darurat kebakaran yang sesungguhnya.
Organisasi proteksi kebakaran merupakan salah satu komponen dari
manajemen proteksi kebakaran yang wajib dilaksanakan oleh setiap bangunan
gedung. Berdasarkan pernyataan dari ketua K3RS RSUD Panembahan
Senopati mempunyai tim penanggulangan kebakaran kecil tiap ruangnya, tiap
ruang tersebut juga ada pembagian tugas individu atau jadwal piket setiap
harinya, terdiri dari 4 orang di pagi hari, 4 orang di sore hari, dan 4 orang di
malam hari. Pembagian tugasnya di rolling sesuai warna helm, helm merah
penanggungjawab api yaitu melakukan proses memutus rantai api dengan
mengatur aliran oksigen, memutuskan panel listrik dan mengatur pergerakan
APAR, helm biru penanggungjawab pasien, helm putih penanggungjawab
dokumen, dan helm kuning penanggungjawab fasilitas medis.
Berdasarkan pernyataan dari ketua K3RS sumber daya manusia yang
ada sudah diberi pendidikan dan pelatihan untuk menghadapi dan
15

menanggulangi kejadian kebakaran. Pendidikan dan pelatihan ini wajib diikuti


oleh semua orang yang bekerja di RSUD Panembahan Senopati. Karyawan
yang diikutsertakan setiap tahunnya berbeda-beda, dengan target seluruh
karyawan mendapatkan satu kali pelatihan. Pendidikan dan pelatihan ini
diberikan oleh pihak K3RS sekali dalam setahun. Pendidikan dan pelatihan
yang diberikan yaitu fire safety, cara menggunakan APAR, dan cara
melakukan penyelamatan. Berikut kutipan wawancaranya:
“Rutin tiap tahun ada (Pelatihan), dan tahun ini ada 2 gelombang ini.
Semua tim baik medis, non medis semuanya rekan-rekan, jadi kita semuanya,
kita targetnya semuanya, yang belum harus kita latih semuanya, K3, bencana
alam juga. Dengan in house training kan mereka sudah diberi caranya
bagaimana kalau itu ada kecelakaan kerja atau kebakaran, bencana, tidak
hanya sosialisasi nanti in house training juga prakteknya nanti, ya teori dulu
terus baru praktek cara memadamkan api, bagaimana mengendalikan api,
bagaimana kita menghentikan sumber apinya” (Inf. 2).
Hal ini juga didukung dari hasil wawancara dengan karyawan rumah
sakit, yang mengatakan bahwa mereka telah diberi pelatihan mengenai
bahaya kebakaran, dan mengerti apa yang harus dilakukan jika terjadi
kebakaran.
“Besok mau ikut, sebelumnya pernah, ini mau dua kali besok. Tugas-
tugasnya, prosedurnya udah” (Inf. 5).

Prosedur yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran kepada


seluruh karyawan tersebut disampaikan pada saat pelatihan tanggap darurat
dan dipasang pada papan informasi di setiap ruangan di RSUD Panembahan
Senopati dalam bentuk Standard Operational Prosedur (SPO).
Audit sistem proteksi dilakukan minimal satu kali selama satu tahun.
Inspeksi yang dilakukan adalah inspeksi kondisi fisik sistem deteksi dan alarm
kebakaran, serta APAR. Dalam audit ini tidak hanya sistem proteksi kebakaran
saja yang diperiksa, akan tetapi seluruh aspek kesehatan dan keselamatan
kerja dan lain sebagainya.
16

Tabel 5. Tingkat Kesesuaian Manajemen Pengamanan Kebakaran

Sesuai (S)
No Ketentuan/Standar Tidak
Keterangan
Sesuai
(TS)
Rumah sakit membentuk Manajemen Pengamanan
1. Kebakaran (MPK) yang dipimpin oleh seorang manajer TS
Tidak tersedia MPK
keselamatan kebakaran
Rumah Sakit membuat Rencana Keselamatan Kebakaran
(Fire Safety Plan) rencana tertulis yang meliputi antara lain
:
a. Penggunaan alarm
b. Transmisi alarm ke instansi pemadam kebakaran
c. Pemberitahuan darurat via telepon ke instansi
Rumah Sakit membuat
2. pemadam kebakaran S
Rencana Keselamatan
d. Tanggapan terhadap alarm
Kebakaran
e. Isolasi api kebakaran
f. Evakuasi daerah yang terkena
g. Evakuasi kompartemen asap (tempat tidur pasien)
h. Persiapan untuk evakuasi lantai dan bangunan
i. Pemadaman kebakaran

Rumah Sakit sudah


Rumah Sakit membuat Rencana Tindak Darurat

membuat Standar
Kebakaran (Fire Emergency Plan), meliputi antara lain
3. S
Operasional Prosedur
a. Proteksi pasien

(SOP) Tindak Darurat


b. Respon Petugas

Kebakaran
Rumah Sakit membuat Pelatihan Evakuasi & Relokasi
Rumah sakit
4. serta Pelatihan Kebakaran (Fire Drill), serta pembuatan S
melakukan pelatihan
prosedur operasional standar (POS) terkait
dan simulasi
Pelatihan kebakaran di rumah sakit harus termasuk
Pelatihan termasuk
5. transmisi sinyal alarm kebakaran dan simulasi kondisi S
kondisi darurat
darurat kebakaran
kebakaran
Pasien yang tidak dapat bangkit dari tempat tidur tidak

Pasien tidak
6. dipersyaratkan untuk dipindahkan selama pelatihan ke S

dipindahkan
lokasi yang aman atau ke luar bangunan
Pelatihan harus dilakukan setiap kwartal pada setiap
giliran/ shift kerja untuk membiasakan petugas (perawat,

Pelatihan rutin
7. intern, teknisi pemeliharaan, dan staf administrasi) dengan S

dilaksanakan
sinyal dan tindakan darurat yang diperlukan di bawah
berbagai kondisi

Intruksi dan prsedur


Karyawan rumah sakit harus diberi instruksi dalam
diberikan saat
8. S
prosedur dan peralatan keselamatan kebakaran
pelatihan dan di

temple di ruang kerja


Administratif setiap hunian layanan kesehatan
memberlakukan, menyediakan, dan memberikan salinan
tertulis dari rencana yang dibuat ke semua personil

Tersedia salinan
9. supervisi, untuk proteksi semua orang pada saat terjadi S

tertulis untuk evakuasi


kebakaran, untuk evakuasi mereka ke daerah berhimpun
yang aman (areas of refuge), dan evakuasi mereka ke luar
bangunan bila diperlukan
Semua karyawan diberi instruksi dan diberi tahu secara
Semua karyawan tahu
10. S
berkala terhadap tugas-tugas di bawah rencana
tugasnya
Sebuah salinan dari rencana yang dipersyaratkan tersedia
salinan dari rencana
11. setiap saat di lokasi operator telepon atau di pusat S
tersedia di pusat
keamanan/ sekuriti
keamanan

Audit/ evaluasi/
Audit/ evaluasi/ assessmen keselamatan kebakaran

assessmen
dilakukan sekurang-kurangnya satu kali setiap tahun, atau
12. S
keselamatan
apabila terdapat renovasi, pengalihan fungsi ruangan atau

kebakaran dilakukan
lantai, atau konstruksi bangunan baru
satu kali setiap tahun
Sesuai : 11 elemen (91.67 %)
Tidak Sesuai : 1 elemen (8.33 %)
17

Secara keseluruhan komponen mengenai Manajemen Pengamanan


Kebakaran yang ada di RSUD Panembahan Senopati telah sesuai dengan
standar yang berlaku. Berdasarkan hasil yang di dapatkan, dari 12 persyaratan
mengenai Manajemen Pengamanan Kebakaran, sebanyak 11 persyaratan
telah terpenuhi dengan tingkat kesesuaian mencapai 91.67%, artinya sebagian
besar persyaratan yang menjadi pokok penilaian telah sesuai dengan standar
acuan Manajemen Pengamanan Kebakaran. Dengan tingkat pemenuhan
sebesar 91.67%, artinya sebagian besar komponen Manajemen Pengamanan
Kebakaran sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.

PEMBAHASAN
1. Tingkat Pemenuhan Sistem Proteksi Kebakaran Aktif
Hasil dari tabel di atas menunjukan variabel sistem deteksi dan alarm
kebakaran dari 15 elemen yang diteliti terdapat 13 elemen (80%) kondisi
sesuai dan 2 elemen (20%) kondisi tidak sesuai, untuk sistem sprinkler
otomatik dari 7 elemen yang diteliti 0 elemen (0%) kondisi sesuai dan 7 elemen
(100%) kondisi tidak sesuai, untuk APAR dari 15 elemen yang diteliti terdapat
14 elemen (93.33%) kondisi yang sesuai dan 1 elemen (6.67%) kondisi tidak
sesuai, untuk sistem pipa tegak dan kotak slang kebakaran dari 30 elemen
yang diteliti 0 elemen (0%) kondisi sesuai dan 30 elemen (100 %) dalam
kondisi tidak sesuai, untuk Manajemen Pengamanan Kebakaran dari 12
elemen yang diteliti terdapat 11 elemen (91.67%) kondisi sesuai dan 1 elemen
(8.33%) kondisi tidak sesuai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari 79
elemen yang diteliti sebanyak 38 elemen (48.10%) sudah sesuai dengan
standar keselamatan yang berlaku dan sisanya 41 elemen (51.90%) tidak
sesuai dengan standar keselamatan yang berlaku tentang pengaplikasian
sistem proteksi kebakaran aktif di rumah sakit.
2. Analisis Risiko
Menurut panduan dari AS/N2S4360:2004, tingkat kemungkinan dibagi
menjadi 5 yaitu Almost Certain, Likely, Possible, Unlikely, Rare.
18

Tabel 6. Skala Kemungkinan atau Likelihood


Tingkat Deskripsi Keterangan
Nilai

Kesesuaian
A Almost Certain Dapat terjadi setiap saat
0%
B Likely Kemungkinan terjadi sering
< 40%
C Possible Dapat terjadi sekali-sekali
≥ 40% - 60%
D Unlikely Kemungkinan jarang terjadi
> 60% - 80 %
E Rare Hampir tidak pernah atau sangat
> 80% - 100%
jarang terjadi

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari hasil pengamatan didapatkan


nilai kesesuaian sebesar 48.10%, maka skala kemungkinan atau likelihood
masuk dalam kategori Possible.
Untuk menentukan tingkat keparahannya, digunakan panduan dari
AS/NZS4360:2004 yang membaginya dalam 5 bagian yaitu Insignificans,
Minor, Moderate, Major, Catrastropic. Untuk mengklasifikasinya dilihat dari
dampaknya terhadap manusia dan kerugian materil.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta, sejak
Januari 2013 sampai Oktober 2015 terjadi 784 kasus kebakaran bukan lahan
yang telah menewaskan 6 orang jiwa dan melukai 7 orang. Maka setiap 130
kejadian kebakaran telah menewaskan 1 orang dan setiap 112 kejadian
kebakaran ada 1 orang yang terluka. Untuk frekuensinya tercatat sekitar 262
kasus kebakaran dalam satu tahun dengan rata-rata 22 kali per bulannya,
sedangkan jumlah kerugian dalam tiga tahun terakhir mencapai Rp
96.482.950.000 atau rata-rata kerugian sebesar Rp 123.064.987 setiap terjadi
kebakaran.
Tabel 7. Jumlah Kebakaran menurut Jumlah Korban dan Kerugian di Provinsi
DI.Yogyakarta, 2013 - 2015
Tahun Data
Frekuensi Korban Korban Kerugian (000
Rp)
Kebakaran Luka Tewas
2013 192 3 3 18.034.000
2014 257 1 1 57.872.400
2015 335 3 2 20.576.550
∑ 784 7 6 96.482.950

Dari hasil tersebut di atas, dapat dibuat perkiraan dampak tingkatan


keparahan (Severity) meluasnya kebakaran, yang dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
19

Tabel 8. Skala Keparahan atau Consequence


Tingkat Deskripsi Korban Kerugian Materi
Tewas
1 Insignifant 0 kerugian keuangan s/d
Rp. 50 juta
2 Minor 0 Rp. 50 juta – Rp.
100 juta
3 Moderate 0 > Rp.100 juta – Rp.
500 juta
4 Major 1 Rp. 500 juta – Rp.
1 Milyar
5 Catostrophic >1 > Rp. 1
Milyar

Dengan adanya pengklasifikasian tingkat keparahan di atas, dimana


setiap kejadian kebakaran di D.I Yogyakarta rata-rata kerugian sebesar Rp
123.064.987, maka dapat dibuat skenario terparah (worst case scenario) yaitu
jika terjadi kebakaran di RSUD Panembahan Senopati maka konsekuensi yang
dialami dapat masuk ke dalam kategori Moderate.
Dengan adanya kondisi tingkat kemungkinan (Likelihood) dalam
kategori Possible dan tingkat keparahannya (Severity) masuk dalam kategori
Moderate, maka dapat digambarkan dalam bentuk model matriks risikonya
sebagai berikut:
Tabel 9. Matriks Risiko
Consequence
Likelihood Insignifant Minor Moderate Major
Catostrophic
1 2 3 4
5

Rare 1 L L L L
M

Unlikely 2 L L M M
H

Possible 3 L M M H
E

Likely 4 L M H E
E

Almost
5 M H E E
E
Certain

Keterangan:
Level Deskripsi Level
dimulai dari
L Risiko Rendah - Low Risk 1
M Risiko Sedang - Moderate Risk 5
H Risiko Tinggi - High Risk 10
E Risiko Sangat tinggi - Extreme Risk 15

Berdasarkan model matriks risiko di atas, dapat diketahui bahwa tingkat


risiko meluasnya kebakaran yang disebabkan oleh ketidaksesuaian sistem
proteksi kebakaran aktif di RSUD Panembahan Senopati masuk dalam
kategori risiko sedang (Moderate Risk). Hasil analisis risiko menunjukkan
bahwa kriteria risiko berada pada area kuning (Tolerable), artinya risiko harus
dikurangi sampai batas yang dapat diterima, sisa risiko dapat diterima jika
20

pengurangan risiko lebih lanjut tidak memungkinkan. Oleh karena itu untuk
menurunkan kriteria risiko sampai pada area hijau atau membuat risiko
menjadi sangat kecil dan secara umum dapat diterima (Aman) dibutuhkan
strategi pengendalian risiko. Strategi dalam pengendalian risiko adalah dengan
menekan kemungkinan (likelihood) dan menekan keparahan (consequence)
yang ditimbulkan.

3. Strategi Pengendalian Risiko


Strategi pertama dalam pengendalian risiko adalah dengan menekan
kemungkinan terjadinya (likelihood) dan menekan keparahan (consequence)
yang ditimbulkan, pendekatan yang dilakukan untuk mengurangi kemungkinan
dan keparahan antara lain dengan melalui subtitusi, perancangan teknis, dan
pendekatan administratif. Strategi pengendalian risiko untuk menurunkan
tingkat kemungkinan dan keparahan dari kebakaran untuk tiap elemen dapat
dilihat di bawah ini.
a. Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran
1) Subtitusi
Mengganti detektor kebakaran bila sudah berkurang kepekaannya.
2) Perancangan Teknis
a) Memasang Smart Alarm kebakaran yang langsung dapat
terhubung dengan Dinas Pemadam Kebakaran setempat, sehingga
penanganannya dapat lebih cepat dan kerugian yang ditimbulkan
juga dapat diminimalisir.
b) Detektor kebakaran sebaiknya dipasang di seluruh ruangan yang
telah ditentukan. Detektor yang dipasang bisa yang berjenis
detektor panas atau detektor asap.
c) Melakukan pembetulan atau peninjauan kembali tehadap beberapa
kekeliruan dalam pemasangan jenis detektor agar disesuaikan
dengan kebutuhan dan peruntukkan ruangannya berdasarkan
pedoman yang telah ditentukan.
b. Sistem Springkler Otomatis
1) Perancangan Teknis
Segera memasang sistem sprinkler otomatis pada seluruh lantai
bangunan gedung, kemudian pihak rumah sakit harus menyediakan
21

kepala springkler cadangan yang sesuai tipe dan spesifikasinya serta


menyediakannya dalam jumlah yang cukup sesuai dengan ketentuan
pada standar acuan.
c. Alat Pemada Api Ringan (APAR)
1) Subtitusi
Mengganti APAR yang lama atau bertekanan tidak normal dengan
APAR yang baru.
2) Perancangan Teknis
Memastikan dan harus menjamin agar tidak ada lagi APAR yang
terhalang oleh peralatan atau material-material tertentu.
d. Sistem Pipa Tegak dan Kotak Slang Kebakaran
1) Perancangan Teknis
Memasang sistem pipa tegak dan kotak slang kebakaran (hidran) di
setiap gedung yang dilengkapi dengan rambu tanda penempatan dan
memasang petunjuk penggunaan sesuai dengan yang dipersyaratkan.
e. Manajemen Pengamanan Kebakaran
1) Pendekatan Administratif
a) Segera membentuk tim pengamanan kebakaran (fire emergency)
yang melibatkan seluruh karyawan yang ada di rumah sakit. Tim
pengamanan kebakaran yang akan dibentuk sebaiknya
disesuaikan dengan keahlian pekerja, waktu kerja, dan area
kerjanya, sebagai upaya pencegahan kebakaran dan
penanggulangan kebakaran saat kondisi darurat.
b) Secara konsisten melaksanakan pelatihan kepada seluruh
karyawan mengenai cara kerja yang aman, budaya keselamatan,
dan prosedur keselamatan. Selain itu selalu periksa kapan sertifikat
dan kartu lisensi kompetensi keselamatan dan kesehatan kerja di
bidang penanggulangan kebakaran harus diperpanjang.
c) Sebaiknya pihak RSUD melakukan simulasi evakuasi keadaan
darurat secara rutin sebagai tolok ukur kecukupan waktu dalam
melakukan evakuasi. Latihan kebakaran dan evakuasi yang
merupakan simulasi yang dilakukan mendekati kejadian
sebenarnya.
22

d) Simulasi kebakaran minimal dilakukan 1 tahun sekali untuk setiap


gedung. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pencegahan
dan penanggulangan kebakaran.
e) Pembuatan prosedur operasinonal terkait penanggulangan
kebakaran lainnya seperti prosedur tentang pencegahan risiko
timbulnya api, prosedur pembentukan personil penanggulangan
kebakaran, dan prosedur tentang pemeriksaan dan pemeliharaan
sistem proteksi yang dimiliki rumah sakit
f) Sebaiknya pihak rumah sakit segera mengkoordinasikan dan
mensosialisasikan prosedur tanggap darurat atau SOP mengenai
cara evakuasi kepada seluruh penghuni rumah sakit, termasuk
pasien dan pengunjung. Hal ini bertujuan agar pelaksanaan
evakuasi dapat berjalan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.
g) Melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan sistem proteksi
kebakaran aktif secara rutin untuk memastikan kesiapan alat dalam
keadaan darurat.
h) Melakukan identifikasi area berisiko bahaya kebakaran untuk
mengetahui potensi bahaya kebakaran yang ada, dengan membuat
daftar potensi-potensi bahaya kebakaran yang ada di semua area
rumah sakit.
i) Membuat denah potensi berisiko tinggi terutama terkait bahaya
kebakaran untuk mengetahui lokasi dan area potensi kebakaran
secara spesifik.
j) Inspeksi fasilitas/area berisiko kebakaran secara berkala.
k) Lebih berperan aktif dalam memberikan informasi tentang safety
induction (pengenalan prosedur keselamatan) baik kepada
karyawan maupun pengunjung rumah sakit.
l) Membuat safety sign (petunjuk-petunjuk keselamatan) dengan
jelas, bagi penghuni gedung.
m) Selalu berkoordinasi dengan Dinas Pemadam Kebakaran setempat
untuk memberikan sosialisasi dan pelatihan bagi karyawan.
n) Sebaiknya pihak rumah sakit dapat segera menyusun prioritas
biaya khusus yang diperlukan untuk kegiatan pemeliharaan
23

peralatan agar program ini dapat berjalan dengan rutin dan sesuai
kebutuhan.
o) Memelihara dan meningkatkan komunikasi antara penanggung
jawab dengan seluruh pimpinan tim penanggulangan kebakaran
setiap unit bangunan gedung.
p) Evaluasi rencana pengamanan terhadap kebakaran sebaiknya
melibatkan seluruh tingkatan manajemen.
q) Melakukan pemantauan, terutama yang terkait
dengan
penggunaan bahan-bahan mudah terbakar, penggunaan sumber
panas / api.
r) Melakukan sosialisasi terhadap pihak ketiga/kontraktor terkait
pencegahan kebakaran.
s) Melaksanakan fire safety audit yang serupa dengan self asessmen
terkait dengan pengelolaan keselamatan kebakaran.

KESIMPULAN
1. Tingkat kesesuaian sistem proteksi kebakaran aktif di RSUD Panembahan
Senopati dengan Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit, Sistem Proteksi
Kebakaran Aktif, Kementerian Kesehatan RI tahun 2012, bahwa dari
keseluruhan 79 elemen yang diteliti sebanyak 38 elemen (48.10%) sudah
sesuai dengan standar keselamatan yang berlaku dan sisanya 41 elemen
(51.90%) tidak sesuai dengan standar keselamatan yang berlaku tentang
pengaplikasian sistem proteksi kebakaran aktif di rumah sakit.
2. Berdasarkan model matriks risiko, dapat diketahui bahwa tingkat risiko
meluasnya kebakaran yang disebabkan oleh ketidaksesuaian sistem proteksi
kebakaran aktif di RSUD Panembahan Senopati masuk dalam kategori risiko
tinggi (Moderate Risk), dimana tingkat kemungkinan (Likelihood) masuk dalam
kategori Possible dan tingkat keparahannya (Severity) masuk dalam kategori
Moderate. Strategi pengendalian risikonya adalah dengan
menekan
kemungkinan terjadinya (likelihood) dan menekan keparahan (consequence)
yang ditimbulkan, antara lain dengan melalui eliminasi, subtitusi, perancangan
teknis, pendekatan administratif, dan alat pelindung diri.
24

DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, 2016, Statistik Daerah
Daerah Istimewa Yogyakarta 2016, Yogyakarta
2. Hadi P., 2014, Analisis Ketersediaan Prasarana Dan Sarana Penanggulangan
Kebakaran Di Kota Luwuk, Tesis Program Studi Teknik Perencanaan
Prasarana, Universitas Hasanuddin, Makassar
3. Ramli S., 2010,Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran (Fire Management),
Dian Rakyat : Jakarta
4. Napitupulu P., Dulbert B., Komalasari D., 2015, Evaluasi Sistem Proteksi
Kebakaran Perusahaan, PT. Alumni : Bandung
5. Hesna Y., Hidayat B., Suwanda S., 2009, Evaluasi Penerapan Sistem
Keselamatan Kebakaran pada Bangunan Gedung Rumah sakit Dr. M. Djamil
Padang, Jurnal Rekayasa Sipil Vol 5 No.2
6. Departemen Kesehatan RI, 2012, Pedoman Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Rumah Sakit, Direktorat Bina Kesehatan Kerja
Kementerian Kesehatan RI : Jakarta
7. Standards Australia/Standards New Zealand, 2005, AS/ANZ4360. 2004. Risk
Management Standart. Sydney

Anda mungkin juga menyukai