ANTARIKSA
Astronomi Observasi dan Wahana Antariksa
(Topik Khusus: Perhitungan Kalender dan Hilal)
Disusun Oleh:
Herga Marizka (3215140607)
Nur Afifah Tohiroh (3215140622)
Dhita Kusuma Dewi (3215141705)
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2016
Sistem Teleskop
Seperti halnya manusia yang memiliki kelengkapan tubuh yaitu kepala, badan, kaki
dan tangan, teleskop juga memiliki kelengkapan komponen guna mendukung pengamatan
astronomi. Secara garis besar teleskop memiliki 4 hal penting yakni sistem optik
(Kolektor), lensa okuler maupun CCD (Detektor), penyokong teleskop (Mount) dan
penyangga (Tripod/Pilar).
a. Sistem Optik (kolektor)
Sistem optik merupakan bagian teleskop yang berfungsi sebagai
kolektor/pengumpul radiasi elektromagnetik (Cahaya). Besarnya diameter dari sistem
optik yang berupa lensa atau cermin sangat berpengaruh besar terhadap banyaknya
energi yang dikumpulkan dalam satu area serta resolusi sudut tinggi dari citra yang
didapat oleh sistem optik. Secara garis besar sistem optik terbagi atas sistem optik
menggunakan lensa, sistem optik menggunakan cermin, dan sistem optik kombinasi
lensa cermin.
Wahana Antariksa
Wahana Antariksa merupakan sebuah kendaraan yang mengudara untuk penjelajahan
ruang angkasa. Yang disebut wahana antariksa termasuk peranti penyelidik (probe) angkasa
robot (tak berawak) dan juga kendaraan berawak. Istilah ini terkadang juga digunakan untuk
menjelaskan satelit buatan, yang memiliki kriteria rancangan yang mirip.
Karena variasinya yang sangat beragam sebutan wahana antariksa terkadang
diasosiasikan dengan sebutan pesawat antariksa. Pesawat antariksa (spacecraft) adalah benda
buatan manusia yang terbang di antariksa karena keseimbangan gaya/momen inersia dan
gravitasi yang ditimbulkan akibat pergerakannya diantariksa (di antara planet-planet atau
benda langit lainnya).
Pesawat antariksa tidak memiliki pembagian yang jelas baik ditinjau dari bentuk,
berat, misi, sistem kestabilannya dll. namun untuk penyederhanaannya, pesawat antariksa
dapat digolongkan berdasarkan cara pengendaliannya (berawak/tak berawak) dan cara
penjelajahannya (orbit bumi/antar planet).
Pesawat antariksa berawak
Saat ini pesawat antariksa berawak yang beroperasi di orbit bumi yaitu: Space Shuttle
(Amerika Serikat), Soyuz (Rusia), Zengchou (Tiongkok) dan stasiun antariksa
internasional. Sedangkan yang beroperasi antar planet, contohnya adalah Apollo dalam
program bulan Amerika Serikat tahun 1968.
2. Galileo
Merupakan sebuah wahana antariksa tak berawak yang dikirim NASA untuk
mempelajari Jupiter dan bulan-bulannya. Dinamakan menurut nama astronom dan
perintis Renaisans, Galileo Galilei, pesawat ini diluncurkan pada 18
Agustus1989 oleh pesawat ulang-alik Atlantis dengan misi STS-34. Galileo tiba di Jupiter
pada 7 Desember 1995, enam tahun dari peluncurannya, dengan bantuan lintasan
gravitasi Venus dan Bumi.
Pesawat ini merupakan pesawat yang pertama melintasi asteroid, pertama menemukan
bulan asteroid, pesawat luar angkasa pertama yang mengorbit Jupiter, serta meluncurkan
wahana penjajak (probe) pertama ke dalam atmosfer Jupiter.
Pada 21 September 2003, setelah 14 tahun di angkasa dan 8 tahun dalam sistem
Jupiter, misi Galileo dihentikan dengan mengirimkan wahana tersebut ke atmosfer Jupiter
dengan kecepatan yang hampir mencapai 50 kilometer per detik untuk menghindari
kemungkinan mengkontaminasi bulan-bulan Jupiter dengan bakteria dari Bumi. Perhatian
khusus diberikan pada bulan Europa yang oleh para ilmuwan diperkirakan
mempunyai lautan air asin di bawah permukaannya berkat temuan Galileo.
3. Rosetta
Merupakan misi luar angkasa tak berawak milik Agensi Antariksa Eropa yang
diluncurkan pada 2004 dengan tujuan menyelidiki komet 67P/Churyumov-Gerasimenko.
Rosetta terdiri dari dua elemen utama: Wahana Rosetta dan Pendarat Philae. Wahana
antariksa tersebut juga melakukan flyby dan mempelajari asteroid-asteroid dalam
perjalanan menuju komet.
Philae merupakan sebuah robot milik European Space Agency berupa pendarat yang
dibawa oleh pesawat luar angkasa Rosettauntuk mendarat di komet67P/Churyumov–
Gerasimenko. Pada 12 November 2014, robot tersebut berhasil mencapai inti
komet. Instrumen tersebut diharapkan dapat memperoleh gambar pertama dari permukaan
komet dan menjadikan analisis in situ pertama dalam menjelaskan komposisi dari komet.
Pada 15 November 2014, Philae dinonaktifkan dalam mode hibernasi karena
kurangnya sumber cahaya matahari pada tempat mendaratnya. Pada 13 Juni 2015,
wahana ini kembali aktif dan mengirimkan sinyal ke wahana Rosetta.Wahana dinamai
menurut Batu Rosetta, dengan harapan misi dapat membantu membuka kunci rahasia
tentang bagaimana tata surya kita terlihat sebelum planet-planet terbentuk. Pendarat
dinamai menurut pulau Philae di Sungai Nil, tempat sebuah obelisk, pengurai kode Batu
Rosetta ditemukan.
4. Phoenix
Phoenix adalah sebuah wahana antariksa tak berawak dalam misi ke Mars di bawah
program Mars Scout. Para ilmuwan yang terlibat dalam misi ini akan menggunakan
peralatan-peralatan di atas pesawat pendarat (lander) Phoenix untuk mencari alam sekitar
yang sesuai untuk kehidupanmikroorganisme di Mars, dan menyelidiki sejarah air di
planet tersebut. Wahana ini diluncurkan pada 4 Agustus 2007 dan mendarat diVastitas
Borealis di Mars pada 25 Mei 2008. Phoenix adalah pendaratan keenam di Mars yang
berhasil serta pendaratan sukses pertama di kawasan kutub Mars.
Program Phoenix ini dikepalai Laboratorium Bulan dan Planet (Lunar and Planetary
Laboratory), Universitas Arizonayang dibimbing Jet Propulsion Laboratory NASA.
Program ini merupakan kerjasama antara universitas-universitas di Amerika Serikat,
Kanada, Swiss, Filipina, Denmark, Jerman, Britania Raya, NASA, Lembaga Antariksa
Kanada, Institut Meteorologi Finlandia, Lockheed Martin Space Systems, MacDonald
Dettwiler & Associates (MDA) dan perusahaan-perusahaan dirgantara lainnya..
Pada 25 Juni 2008, NASA memastikan penemuan es di Mars setelah menemukan
bahwa bungkahan benda putih yang ditemukan dalam parit yang digali oleh pesawat
pendarat Phoenix lenyap dalam empat hari yang menunjukkan bahwa zat tersebut
mencair.
5. Pioneer 10
Pioneer 10 yang aslinya bernama Pioneer F adalah salah satu robot penjelajah angkasa
milik NASA. Proyek Pioneer 10 bersaudara dengan Pioneer 11 (Pioneer G) disusun dan
disetujui tahun 1960-an. Keduanya termasuk pesawat angkasa luar tanpa awak
(unmanned space missions). Pioneer 10 sendiri punya misi utama untuk mengamati
Planet Jupiter. Ternyata Pioneer 10 tidak hanya berhasil mengamati Planet Jupiter dan
mengirimkan foto-foto planet terbesar ini ke bumi, tetapi juga berhasil menjadi pesawat
angkasa luar pertama yang bisa mencapai escape velocity (kecepatan minimum untuk
bisa lepas dari gravitasi) tata surya kita.
Pioneer 10 diluncurkan dari Florida pada tanggal 3 Maret 1972. Bulan Juni tahun
yang sama berhasil melintasi orbit Planet Mars dan sebulan kemudian masuk cincin
asteroid, memulai misi pengamatannya terhadap Planet Jupiter. Pioneer mencapai jarak
terdekat dari Planet Jupiter pada tanggal 4 Desember 1973, dan mulai misinya menjelajah
angkasa luar pada Bulan Januari tahun berikutnya.
Pada tanggal 25 April 1983 Pioneer 10 melintasi orbit Pluto akan tetapi bukan orbit
regulernya (orbit yang paling dekat dengan Matahari, jaraknya ke Matahari lebih dekat
daripada jarak orbit Neptunus ke Matahari), kemudian tanggal 13 Juni 1983 melintasi
orbit Planet Neptunus (planet terluar saat ini) dan menjadi pesawat angkasa luar pertama
yang keluar dari tata surya kita.
Pada akhir Maret 1997, misi Pioneer 10 berakhir. Sampai dengan awal tahun 2003,
masih ada kontak dengan bumi, kemudian setelahnya tidak dapat dikontak lagi. Pada
tanggal 2 Maret 2005, tepat 33 tahun sejak wahana angkasa Pioneer 10 diluncurkan ke
ruang angkasa. Saat ini Pioneer 10 berada pada jarak sekira 12,7 miliar kilometer dari
Bumi atau lebih dari 2 kali jarak si bungsu Pluto dari Matahari. Setelah meninggalkan
Bumi dan dilanjutkan dengan pengembaraan di ruang antarplanet, kini Pioneer 10 sedang
menuju ruang antarbintang mengarah ke bintang Aldebaran di rasi Taurus.
Pada 23 Januari 2003 telah diterima sinyal lemah terakhir dari wahana ruang angkasa
Pioneer 10 di stasiun pengendali di Bumi. Setelah pada awal Februari di tahun yang sama
tidak lagi diterima sinyal-sinyal terakhir dari Pioneer 10 dan usaha-usaha yang dilakukan
guna berkomunikasi pun tidak membuahkan hasil, disimpulkan sumber tenaga wahana
sudah berada di bawah batas minimal untuk dapat berkomunikasi. Berkaitan dengan
kondisi ini, pihak NASA Ames Research Center pun memutuskan untuk tidak lagi
melakukan upaya kontak lebih lanjut.
6. Pioneer 11
Seperti Pioneer 10, pioneer 11 juga membawa serta Plakat Pioneer yang berisi pesan
dari manusia. Jika pesawat ini ditemukan oleh makhluk luar angkasa, diharapkan bahwa
plakat tersebut dapat memberitahukan asal usul pesawat ini kepada mereka.
Pioneer 11 merupakan pesawat kedua yang berhasil melintasi sabuk asteroid dan
mengunjungi Jupiter serta bulan-bulannya. Berbeda dengan pendahulunya, Pioneer 10,
Pioneer 11 juga berhasil mengunjungi Saturnus menggunakan bantuan gravitasi Jupiter.
Wahana luar angkasa ini kemudian keluar tata surya menuju ke arah rasi Aquila (The
Eagle) dan akan melintasi salah satu bintang di rasi tersebut dalam waktu sekitar empat
juta tahun.
Pioneer 11 diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida, AS, pada 6 April 1973, sebulan
setelah peluncuran Pioneer 10. Meskipun awalnya ditujukan hanya untuk mengunjungi
Jupiter, Pioneer 11 diarahkan untuk juga mengunjungi Saturnus.
Pada 4 Desember 1974, satu setengah tahun setelah peluncurannya, Pioneer 11
melintas pada jarak 34.000 km dari puncak awan Jupiter, mengambil gambar fantastis
Great Red Spot dan mengukur massa bulan Callisto. Pioneer 11 lantas melanjutkan
perjalanan ke Saturnus dan pada tanggal 1 September 1979 dan berhasil melintas pada
21.000 km dari puncak awan Saturnus.
Sebagai wahana pertama yang mengorbit Saturnus, Pioneer 11 melakukan
pengukuran kepadatan partikel cincin untuk memastikan apakah zona ini aman untuk
dikunjungi wahana lain, Voyager, yang sudah meninggalkan Jupiter dan sedang menuju
Saturnus.
Pioneer 11 lantas melaporkan bahwa debu pada cincin Saturnus ternyata tipis saja
sehingga tidak akan merusak pesawat ruang angkasa yang melintas. Selama kunjungan ke
sistem Saturnus, Pioneer 11 hampir bertabrakan dengan bulan berukuran kecil,
Epimetheus, yang keberadaannya sudah diperkirakan namun belum berhasil dikonfirmasi.
Pioneer 11 juga melaporkan bahwa bulan Saturnus, Titan, terlalu dingin sehingga
tidak memungkinkan adanya kehidupan. Tugas utamanya adalah melakukan pengamatan
langsung pertama dari Saturnus (1979) dan mempelajari partikel energik di bagian
heliosphere luar. Misi Pioneer 11 berakhir pada 30 September 1995, ketika transmisi
terakhir dari pesawat ruang angkasa itu diterima. Tidak ada komunikasi dengan Pioneer
11 sejak itu. Gerak bumi telah membawanya keluar dari pandangan antena pesawat ruang
angkasa. Pesawat ruang angkasa ini tidak dapat bermanuver untuk kembali di bumi. Hal
ini tidak diketahui apakah pesawat ruang angkasa ini masih memancarkan sinyal. Tidak
ada track lebih lanjut dari Pioneer 11 . Satelit ini menuju konstelasi Aquila (The Eagle),
dari konstelasi Sagitarius. Pioneer 11 akan melewati dekat salah satu bintang di rasi itu
sekitar 4 juta tahun.
7. New Horizons
New Horizons adalah nama sebuah wahana antariksa tak berawak milik NASA yang
dirancang untuk terbang melewati Pluto dan bulan (satelit-satelitnya). New Horizons
diharapkan akan dapat mengirimkan foto-foto Pluto dan satelitnya dari jarak dekat.
Wahana ini memiliki berat sebesar hampir 500 kilogram.
New Horizons dijadwalkan akan melintasi seluruh bagian tata surya selama sembilan
tahun sebelum terbang ke Pluto dan satelitnya, Charon, pada 2015. Jika berhasil, New
Horizons akan menjadi pesawat pertama yang mengunjungi planet tersebut. Di
dalam New Horizons terdapat tujuh peralatan ilmiah yang dirancang untuk memberikan
berbagai petunjuk mengenai keadaan permukaan Pluto, susunan dalam, serta
atmosfernya.
Selain melintasi Pluto, para perencana misi ini juga berharap NASA menyetujui
rencana penerbangan lanjutan melewati Objek Sabuk Kuiper (Kuiper Belt Object) yang
sangat jauh dan mengirimkan data tambahan.
New Horizons awalnya direncanakan dapat diluncurkan pada 11 Januari 2006, namun
ditunda hingga 17 Januari (lalu kemudian ditunda lagi hingga 19 Januari 2006) agar
beberapa pengujian lanjutan dapat dilakukan terhadapnya. Peluncurannya dilaksanakan
menggunakan sebuah roket Atlas V.
Navigasi antar-planet
Saat wahana sudah mencapai antariksa, selanjutnya wahana akan menembakkan
dorongan jet sehingga ia memperoleh kecepatan untuk bergerak ke arah tertentu yang sudah
diperhitungkan sebelumnya. Selanjutnya gerakan roket murni berasal dari tarikan gaya
gravitasi Matahari. Artinya, sebenarnya wahana ini mengorbit Matahari dalam lintasan elips,
sedemikian rupa sehingga lintasannya akan berdekatan dengan Mars. Tentu untuk
menghitung lintasan yang cocok kita perlu mengetahui posisi Bumi sekarang dan juga posisi
Mars di masa depan. Dengan pemahaman mengenai Hukum gravitasi Newton hal ini bisa
dihitung, dan jadwal yang paling cocok untuk meluncurkan roket dapat ditentukan.
Ketapel Gravitasi
Pesawat masih bisa bermanuver-ria ke arah lain maupun mengubah kecepatannya.
Cara paling efisien yang selama ini digunakan dan tidak perlu banyak melibatkan sistem
pendorong dari wahananya itu sendiri (karena kita tahu mesin tambahan akan menambah
beban bagi roket pada saat peluncuran dari permukaan menuju antariksa) adalah dengan
menggunakan energi dari gaya gravitasi objek lain yang dilewati wahana.
Saat wahana melewati sebuah planet, terjadi interaksi gravitasi antara keduanya. Dari
interaksi ini timbul perpindahan momentum dari planet yang sedang bergerak ke wahana
antariksa. Akibatnya, wahana antariksa memperoleh tambahan energi dan dengan demikian
kecepatannya bertambah dan arah geraknya berubah.
PERHITUNGAN KALENDER
A. Kalender Masehi/Syamsiah
Sejarah singkat
Menurut Hidayah Taqwin (2012) dalam makalahnya yang berjudul Sistem
Penanggalan Hijriyah dan Masehi, system kalender Masehi adalah salah satu system
penanggalan yang dibuat berdasarkan pada peredaran bumi mengelilingi matahari
(syamsiah solar system) yang penaggalannya dimulai semenjak kelahiran Nabi Isa
Almasih as. (sehingga disebut Masehi ;Masihi). Nama lain dari kalender ini adalah
kalender Milladiah (kelahiran).
Kalender Masehi adalah kalender yang mulai digunakan oleh umat Kristen awal.
Mereka berusaha menetapkan tahun kelahiran Yesus atau Isa sebagai tahun permulaan
(tahun 1). Namun untuk penghitungan tanggal dan bulan mereka mengambil kalender
bangsa Romawi yang disebut kalender Julian (yang tidak akurat) yang telah dipakai sejak
45 SM, mereka hanya menetapkan tahun 1 untuk permulaan era ini. Perhitungan tanggal
dan bulan pada Kalender Julian lalu disempurnakan lagi pada tahun pada tahun 1582
menjadi kalender Gregorian. Penanggalan ini kemudian digunakan secara luas di dunia
untuk mempermudah komunikasi.
Kata Masehi (disingkat M) dan Sebelum Masehi (disingkat SM) berasal dari
bahasa Arab ( ,)المسيحyang berarti "yang membasuh," "mengusap" atau "membelai." (lihat
pula Al-Masih)
Dalam bahasa Inggris penanggalan ini disebut "Anno Domini" / AD (dari bahasa
Latin yang berarti "Tahun Tuhan kita") atau Common Era / CE (Era Umum) untuk era
Masehi, dan "Before Christ" / BC (sebelum [kelahiran] Kristus) atau Before Common
Era / BCE (Sebelum Era Umum).
Penanggalan masehi atau miladi di perkenalkan dan diproklamirkan oleh kerajan
Romawi. Dalam sejarah, kerajaan romawi didirikan oleh raja Romolus pada tanggal 21
april 753 SM. Kalender pada saat itu adalah kalender sepuluh bulan dengan 304 hari
dalam satu tahun yaitu mulai bulan Maret dan berakhir pada bulan Desember ditambah
dua bulan tanpa nama. Secara lengkap urutannya adalah Martinus, kemudian Aprilis,
Majus, Junius, Quintilis, Sextilis, September, October, Nopember, December. Raja
berikutnya, Numa Pompilius memindahkan dua bulan yang tak bernama itu sebagai awal
bulan dan menamakannya sebagai bulan januarius dan pebruarius dalam satu tahun
berjumlah 355 hari.
Waktu yang telah dilalui = 2003 tahun, lebih 1 hari atau 2003 : 4 = 500 siklus, lebih 3
tahun, lebih satu hari. (tahun tam)
500 siklus 2003 x 1461 hari 730500 hari 731583 ℎ𝑎𝑟𝑖 : 7 = 104511, 𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ 6 ℎ𝑎𝑟𝑖 = 𝑘𝑎𝑚𝑖𝑠
3 tahun 3 x 365 hari 1095 hari 731583 ℎ𝑎𝑟𝑖 : 5 = 146316, 𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ 3 ℎ𝑎𝑟𝑖 = 𝑝𝑎ℎ𝑖𝑛𝑔
1 hari 1 hari
= 731596 ℎ𝑎𝑟𝑖
+ Jadi tanggal 1 januari 2004 jatuh pada hari kamis
pahing.
𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝐺𝑟𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖𝑢𝑠 = 10 + 3 = 13 hari
= 731583 ℎ𝑎𝑟𝑖
+
B. Kalender Hijriyah
Menurut Hidayah Taqwin (2012) dalam makalahnya yang berjudul Sistem
Penanggalan Hijriyah dan Masehi, system penanggalan Hijriyah disusun berdasarkan
peredaran bulan mengelilingi bumi (qomariyah / lunar system). Kalender ini dimulai
semenjak hijrah (pindah)nya Rasulullah Saw dari Mekkah ke Yatsrib (Madinah).
Dua macam pergerakan bulan:
1. Siderial month : periode yang dibutuhkan bulan untuk berputar 360° mengelilingi
bumi, lamanya 27,321 hari.
2. Synodic month : periode antara satu bulan baru dengan bulan baru lainnya, lamanya
29,53059 hari atau 29 hari 12 jam 44 menit 2,8 detik. Ada perbedaan sekitar 2 hari
dengan siderial month karena bumi juga berevolusi terhadap matahari pada arah
yang sama, sehingga untuk mencapai konjungsi berikutnya memerlukan tambahan
waktu.
Dari kedua fase tersebut, yang umum digunakan dalam penentuan Kalender Hijriah
adalah synodic month.
Menurut Kheyaar (2014) dalam makalahnya yang berjudul Sistem Kalender
Hijriyah dan Masehi, Dalam peredarannya, bulan melakukan tiga gerakan sekaligus,
yaitu rotasi, revolusi, dan bersama dengan bumi mengitari matahari. Periode rotasinya
sama dengan periode revolusinya. Akibatnya, muka bulan yang menghadap bumi selalu
sama yakni separuh bagian dan bagian lain tidak pernah menghadap ke bumi. Untuk satu
kali bergerak berputar mengelilingi bumi, bulan memerlukan waktu selama 27 1/3 hari
yang disebut satu bulan sideris. Sebenarnya, pada saat tersebut bumi telah bergerak
0
mengitari matahari sejauh 27 . Jadi, bulan harus menempuh selisih jarak tersebut agar
kembali ke posisi semula relative terhadap matahari. Dengan demikian, selang waktu
satu kali revolusi bulan adalah 29 ½ hari yang disebut satu bulan sinodis (qomariah).
Dari kedudukan bulan yang berbeda-beda menghasilkan bentuk bulan yang
berbeda pula yang disebut fase bulan, yaitu:
1. Pada kedudukan 1, yaitu pada saat kedudukan matahari, bulan dan bumi terletak satu
garis lurus. Pada kedudukan bulan mulai berevolusi disebut bulan baru atau bulan
muda.
2. Pada kedudukan 2, separuh bagian bulan yang menghadap bumi kira-kira hanya
seperempatnya yang terkena sinar matahari. Akibatnya, kita melihat bulan sabit.
3. Pada kedudukan 3, separuh bulan yang menghadap bumi kira-kira hanya
seperempatnya yang terkena sinar matahari. Akibatnya, kita melihat setengah
bulatan yang disebut kuartir pertama atau bulan separuh.
4. Pada kedudukan 4, separuh bagian bulan yang menghadap bumi kira-kira tiga per
empatnya terkena sinar matahari. Akibatnya, kita melihat bulan cembung.
5. Pada kedudukan 5, separuh bagian bulan yang menghadap bumi seluruhnya terkena
sinar matahari. Akibatnya, kita melihat bulan purnama.
Sebuah hari/tanggal dimulai ketika terbenamnya Matahari di tempat tersebut.
Kalender Hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata siklus sinodik bulan kalender lunar
(qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik
bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari).
Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriah lebih pendek sekitar 11 hari
dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi.
Faktanya, siklus sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam
Kalender Hijriah bergantung pada posisi bulan, bumi dan Matahari. Usia bulan yang
mencapai 30 hari bersesuaian dengan terjadinya bulan baru (new moon) di titik apooge,
yaitu jarak terjauh antara bulan dan bumi, dan pada saat yang bersamaan, bumi berada
pada jarak terdekatnya dengan Matahari (perihelion). Sementara itu, satu bulan yang
berlangsung 29 hari bertepatan dengan saat terjadinya bulan baru di perige (jarak
terdekat bulan dengan bumi) dengan bumi berada di titik terjauhnya dari Matahari
(aphelion). Dari sini terlihat bahwa usia bulan tidak tetap melainkan berubah-ubah (29 -
30 hari) sesuai dengan kedudukan ketiga benda langit tersebut (Bulan, Bumi dan
Matahari).
Penentuan awal bulan (new moon) ditandai dengan munculnya penampakan
(visibilitas) Bulan Sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak).
Pada fase ini, Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari, sehingga posisi hilal
berada di ufuk barat. Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, maka jumlah hari
pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan khusus bulan-bulan
mana saja yang memiliki 29 hari, dan mana yang memiliki 30 hari. Semuanya tergantung
pada penampakan hilal.
Hisab Urfi
Dalam sistem Hisab ‘Urfi ini umur bulan senantiasa bergantian antara 30 hari dan
29 hari, 30 hari untuk bulan ganjil dan 29 hari untuk bulan genap, kecuali untuk bulan
Dzulhijjah ketika tahun kabisat diberi umur 30 hari. Satuan masa (daurus-sanah) tahun
Hijriah (qomariyah) dalam hisab ‘urfi ditetapkan 30 tahun, 11 tahun ditetapkan sebagai
tahun Kabisat, dan 19 tahun ditetapkan sebagai tahun Basitah. Tahun Kabisat ditetapkan
jatuh pada tahun ke 2, 5, 7, 10, 13, 15, 18, 21, 24, 26, dan 29, selainnya ditetapkan
sebagai tahun Basitah.
Siklus 7 Hari
Orang Jawa percaya bahwa hitungan 7 hari dalam seminggu bermula ketika Tuhan
menciptakan alam semesta ini dalam 7 tahap. Dimana tahap pertama diawali hari Radite
(Minggu).
Pertama, Ketika Tuhan memiliki kehendak ingin menciptakan dunia. Kehendak
Tuhan ini lalu disimbolkan dengan MATAHARI yang bersinar sebagai sumber
kehidupan.
Kedua, ketika Tuhan menurunkan kekuatanNYA untuk menciptakan dunia.
Kekuatan Tuhan itu lalu disimbolkan dengan BULAN yang bercahaya tanpa
menyilaukan.
Ketiga, Ketika kekuatan Tuhan tadi mulai menyebarkan percik-percik sinar Tuhan.
Percik sinar Tuhan itu lalu disimbolkan dengan API yang berpijar.
Keempat, Ketika Tuhan menciptakan dimensi ruang untuk wadah alam semesta.
Dimensi ruang itu lalu disimbolkan dengan BUMI menjadi tempat makhluk hidup.
Kelima, Ketika tuhan menciptakan panas yang menyalakan kehidupan. Panas yang
menyala itu lalu disimbongkan dengan ANGIN yang bergerak dan petir yang
menyambar.
Keenam, Ketika tuhan menciptakan air yang dingin. Air yang dingin itu lalu
disimbolkan dengan BINTANG yang mirip titik-titik air yang menyejukan.
Ketujuh, Ketika Tuhan menciptakan unsur materi kasar sebagai dasar pembentuk
kehidupan. Materi kasar itu lalu disimbolkan dengan AIR sebagai sumber
kehidupan.
Nama-nama Bulan
Setiap eksistensi dari hidup manusia baru dimulai dengan Teja (sinar hidup yang
diciptakan oleh kekuatan gaib dari Gusti Tuhan).Perputaran hidup manusia adalah dari
teja kembali ke teja melalui suwung (kosong). Dari bulan pertama (Warana/ sinar)
sampai dengan bulan ke sembilan manusia baru tersebut berada di kandungan ibu dalam
proses untuk mengambil bayi hidup yang sempurna, siap untuk lahir; dari bulan
kesepuluh dia menjadi seorang manusia yang hidup didunia ini. Bulan kesebelas
melambungkan akhir dari pada eksistensinya didunia ini yaitu, wusana artinya
sesudahnya. Yang terakhir adalah suwung artinya kosong, hidup pergi kembali dari mana
hidup itu datang. Dengan kehendak Gusti hidup itu kembali lagi menjadi Teja/ Cahaya,
inilah perputaran hidup karena hidup itu abadi.Ada kalanya orang tua bijak memberikan
nasihat sebaiknya setiap orang itu tahu inti dari sangkan paraning dumadi atau purwa,
madya, wusana. Sehingga orang akan selalu bertingkah laku yang baik dan benar selama
diberi kesampatan untuk hidup didunia ini.
Satu tahun terdiri dari 12 bulan yang menunjukkan sangkar paraning dumadi
(asalnya dari mana dan akan pergi kemana), disini ada 12 proses yaitu:
Wadana (Sapar) artinya wiwit.
Wijangga (Mulud) artinya kanda.
Wiyana (Bakda Mulud) artinya ambuka.
Widada (Jumadi Awal) artinya wiwara.
Widarpa (Jumadi Akhir) artinya rahsa.
Wilapa (Rejeb) artiya purwa.
Wahana (Ruwah) artinya dumadi.
Wanana (Pasa) artinya madya.
Wurana (Sawal) artinya wujud.
Wujana (Sela) artinya wusana.
Wujala (Besar) artinya kosong.
Warana (Sura) artinya tejo
Sebagian nama bulan diambil dari Kalender Hijriyah, dengan nama-nama Arab,
namun beberapa di antaranya menggunakan nama dalam bahasa Sanskerta seperti Pasa,
Sela dan kemungkinan juga Sura. Sedangkan nama Apit dan Besar berasal dari bahasa
Jawa dan bahasa Melayu. Nama-nama ini adalah nama bulan kamariah atau candra
(lunar). Penamaan bulan sebagian berkaitan dengan hari-hari besar yang ada dalam bulan
hijriah, misalnya Pasa berkaitan dengan puasa Ramadhan, Mulud berkaitan dengan
Maulid Nabi pada bulan Rabi'ul Awal, dan Ruwah berkaitan dengan Nisfu Sya'ban di
mana dianggap amalan dari ruh selama setahun dicatat.
Nama Tahun
Setiap tahun memiliki arti sendiri : Alip berarti mulai berniat, Ehe artinya
melakukan, Jimawal artinya pekerjaan, Je artinya nasib, Dal artinya hidup, Be artinya
selalu kembali, Wawu artinya kearah dan Jimakir artinya kosong.
Kedelapan tahun itu membentuk kalimat ”ada-ada tumandang gawe lelakon urip
bola-bali marang suwung” (mulai melaksanakan aktifitas untuk proses kehidupan dan
selalu kembali kepada kosong). Tahun dalam bahasa Jawa itu wiji (benih), kedelapan
tahun itu menerangkan proses dari perkembangan wiji (benih) yang selalu kembali
kepada kosong yaitu lahir-mati, lahir-mati yang selalu berputar.
D. Kalender China
Menurut Syauqi (2011) di dalam Sistem Penanggalan China, Kalender China
disebut sebagai Yin Yang Liyang berarti Penanggalan Bulan-Matahari (Lunisolar
Calendar). Ada juga yang menyebutnya Tarikh Imlik. Sebagian lagi menyebutnya
kalender Khongcu Lik/ Tarikh Khongcu atau tarikh bulan, karena berdasarkan
perhitungan lama bulan mengitari bumi yaitu 29,5 hari. Tarikh ini memang bukan tarikh
bulan murni karena disamping berdasarkan peredaran bulan dicocokkan pula dengan
peredaran musim yang dipengaruhi letak matahari. Sehingga penanggalan ini dapat
digunakan untuk menentukan bulan baru dan purnama, dapat juga untuk menentukan
peredaran musim, maka disebut juga Im Yang Lik (Luni Solar Calender).
Tahun China terdiri atas 12 bulan atau 13 bulan jika Tahun Kabisat dalam 1 bulan
terdiri 29 atau 30 hari. Sehingga dalam setahun terdiri dari 355 hari atau 385 hari (Tahun
Kabisat).Sehingga pada sistem penanggalan Masehi (Gregorian), Tahun Baru China
pasti jatuh antara 21 Januari (paling awal) hingga 20 Februari (paling akhir) setiap
tahunnya.
Perhitungan Hari
Dalam satu hari terdapat 12 Sie, 1 Sie = 2 jam; sehingga 60 Sie (atau 5 hari = 1
Hou; dan 3 Hou atau 15 hari = satu ciat (hari) dan berselang 3 Hou lagi adalah satu Khi.
Pembagian Ciat atau Khi menurut peredaran bumi terhadap matahari, sehingga baik Ciat
maupun Khi adalah sesuai dengan peredaran matahari.Jarak antara satu Ciat dengan Ciat
lainnya adalah 30 hari.demikian pula jarak antara satu satu Khi dengan Khi lainnya juga
30 hari. Letak Ciat dan Khi adalah berselang, dengan demikian jarak antara Ciat dan Khi
adalah 15 atau 16 hari.
Pembagian Musim
1. Musim Semi: tanggal 4 Februari (Liep Chun), sampai Kok Hi tanggal 20 April.
2. Musim Panas: tanggal 5 Mei (Liep He), sampai Tai Si tanggal 23 Juli.
3. Musim Gugur: 7 Agustus (Liep Chiu) sampai Sing Kang; Hujan Salju, 23 Oktober.
4. Musim Dingin: tanggal 7 November (Liep Tong) sampai dengan saat Tai Han;
Dingin Menyeluruh tanggal 20 januari.
Perhitungan Saat(Sie)
Satu hari (24 jam) dibagi menjadi 12 saat (Sie) dengan memakai nama 12 shio. Tiap
saat atau Sie yang lamanya 2 jam dibagi menjadi 3 x 40 menit.
Cu Si : jam 23.00 – 01.00 Ngo Si : jam 11.00 – 13.00
Thio Si :jam 01.00 – 03.00 Bi Si : jam 13.00 – 15.00
In Si : jam 03.00 – 05.00 Sien Si : jam 15.00 – 17.00
Bauw Si : jam 05.00 – 07.00 Yu Si : jam 17.00 – 19.00
Sin Si : jam 07.00 – 09.00 Sut Si : jam 19.00 – 21.00
Ci Si : jam 09.00 – 11.00 Hay Si : jam 21.00 – 23.00
PERHITUNGAN HILAL
A. Mengenal Hilal
Penentuan awal bulan Puasa dan Idul Fitri ditentukan oleh adanya pengamatan
Hilal. Menurut Wikipedia, Hilal adalah penampakan bulan yang paling awal terlihat
menghadap bumi setelah bulan mengalami konjungsi/ijtimak. Bulan awal ini akan
tampak di ufuk barat (maghrib) saat matahari terbenam. Ijtimak/konjungsi adalah
peristiwa yang terjadi saat jarak sudut (elongasi) suatu benda dengan benda lainnya sama
dengan nol derajat. Dalam pendekatan astronomi, konjungsi merupakan peristiwa saat
matahari dan bulan berada segaris di bidang ekliptika yang sama. Pada saat tertentu,
konjungsi ini dapat menyebabkan terjadinya gerhana matahari.
Pada saat sekitar ijtimak, Bulan tidak dapat terlihat dari bumi, karena permukaan
bulan yang nampak dari Bumi tidak mendapatkan sinar matahari, sehingga dikenal istilah
Bulan Baru. Pada petang pertama kali setelah ijtimak, Bulan terbenam sesaat sesudah
terbenamnya matahari. Ijtimak merupakan pedoman utama penetapan awal bulan dalam
Kalender Hijriah.Hilal itu sendiri, saat bulan teramati, tepat sesaat setelah ijtimak,
Bagaimana hilal ditentukan? Hilal ditentukan menggunakan dua metode, yaitu Hisab &
Rukyat.
1. Hisab
Menurut Zakiyah Darajat dalam bukunya yang berjudul Ilmu Fiqih jilid 2,
Hisabadalah suatu cara untuk menetapkan awal bulan Qamariah dengan jalan
menggunakan perhitungan secara ilmu astronomiyaitu dari menghitung posisi
Matahari dan Bulan terhadap Bumi. Posisi Bulan Baru penting karena menjadi
penanda dimulainya penanggalan pada bulan yang baru (Tanggal 1 Kalender
Hijriah).
Pada saat ini, metode hisab telah menggunakan komputer dengan tingkat
presisi dan akurasi yang tinggi. Berbagai perangkat lunak (software) yang praktis
juga telah ada. Hisab seringkali digunakan sebelum rukyat dilakukan. Salah satu
hasil hisab adalah pada saat konjungsi geosentris atau ketika matahari, dan bulan
berada di posisi bujur langit yang sama jika diamati dari bumi. Ijtimak terjadi 29,531
hari sekali atau disebut dengan satu periodik sinodik.
2. Rukyat
Menurut Zakiyah Darajat dalam
bukunya yang berjudul Ilmu Fiqih jilid 2,
Rukyat adalah aktivitas mengamati
visibilitas hilalyaitu penentuan posisi
Bulan Baru berdasarkan pengamatan,
yakni bulan sabit pertama tampak sesaat
setelah ijtimak. Rukyat dapat dilakukan
dengan pengamatan. Rukyat dilakukan
pada saat menjelang terbenamnya
Matahari, pertama kali sesaat setelah
ijtimak (Pada waktu Bulan di ufuk Barat
dan terbenam sesaat setelah terbenamnya
Matahari). Apabila hilal terlihat, maka pada saat tersebut di lokal tersebut memasuki
tanggal 1. Tetapi bisa terjadi selang waktu ijtimak dengan terbenamnya Matahari
terlalu pendek, sehingga secara teori, pendaran iluminasi cahaya Bulan tidak cukup
teramati, karena masih terlalu suram dibandingkan semburat cahaya sekitar
(pendaran cahaya Matahari terbenam).Kriteria Danjon (1932, 1936) menyebutkan
bahwa hilal dapat terlihat tanpa alat bantu jika minimal jarak sudut antara Matahari-
Bulan sebesar 7 derajat.
2. Wujudul Hilal
Kriteria wujudul hilal, jika pada tanggal 29 dalam penanggalan Hijriyah atau
hari terjadinya ijtimak/konjungsi telah memenuhi 2 (dua) kondisi, yaitu:
a) Konjungsi telah terjadi sebelum matahari tenggelam,
b) Bulan tenggelam setelah matahari, maka keesokan harinya telah dinyatakan
sebagai awal bulan Hijriyah.
Cara menentukannya sangat mudah yaitu dengan menempatkan matahari pada
posisi terbenam, lalu ditentukan posisi bulan. Bila bulan berkedudukan diatas ufuk
itu berarti menunjukkan bahwa bulan sudah berada di sebelah timur matahari.
Situasi demikian menunjukkan bahwa bulan baru qamariah sudah mulai atau dengan
kata lain hilal sudah wujud tanpa melihat berapapun sudut ketinggian (altitude)
bulan saat matahari terbenam.
Berdasarkan konsep inilah Muhammadiyah dapat menyusun kalender Hijriyah
termasuk penentuan awal Ramadhan, idul Fitri dan Idul Adha untuk tahun-tahun
yang akan datang. Menurut mereka, teori Wujudul hilal ini adalah “jalan tengah”
antara aliran aliran hisab murni dan aliran rukyat murni.
3. Imkanur Rukyat
Kriteria awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Zulhijjah dimulai apabila saat
terbenam matahari setelah terjadi konjungsi, hilal sudah ada. Dalam pengertian
mungkin dilihat, artinya dalam kondisi normal hilal itu mungkin dapat
dilihat.Taqwim standard empat negara ASEAN, yang ditetapkan berdasarkan
Musyawarah Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan
Singapura (MABIMS) merumuskan awal bulan hijriyyah terjadi jika :
a) Pada saat matahari terbenam, ketinggian (altitude) bulan diatas cakrawala
minimum 2°, dan sudut elongasi (jarak lengkung) Bulan–Matahari minimum 3°.
b) Pada saat Bulan terbenam, usia bulan minimum 8 jam, dihitung sejak ijtimak.
Secara bahasa Imkanur Rukyat adalah mempertimbangkan kemungkinan
terlihatnya hilal. Secara praktis, imkanur rukyat dimaksudkan untuk menjembatani
metode rukyat dan metode hisab. Terdapat 3 kemungkinan kondisi.
a) Ketinggian hilal kurang dari 0 derajat. Dipastikan hilal tidak dapat dilihat
sehingga malam itu belum masuk bulan baru.Metode rukyat dan hisab sepakat
dalam kondisi ini.
b) Ketinggian hilal lebih dari 2 derajat. Kemungkinan hilal dapat dilihat dalam
kondisi ini. Pelaksanaan rukyat kemungkinan besar akan mengkonfirmasi
terlihatnya hilal. Sehingga awal bulan baru telah masuk. Metode hisab dan
rukyat sepakat dalam kondisi ini.
c) Ketinggian hilal antara 0 sampai 2 derajat. Kemungkinan hilal tidak dapat
dilihat secara rukyat. Tetapi secara metode hisab hilal sudah diatas cakrawala.
Jika ternyata hilal berhasil dilihat ketika rukyat maka awal bulan telah masuk
malam itu. Metode rukyat dan hisab sepakat dalam kondisi ini. Tetapi jika
rukyat tidak berhasil melihat hilal maka metode rukyat menggenapkan bulan
menjadi 30 hari, sehingga malam itu belum masuk awal bulan baru. Dalam
kondisi ini rukyat dan hisab mengambil kesimpulan yang berbeda.
Meski demikian ada pendapat yang mengatakan bahwa pada ketinggian
kurang dari 2 derajat hilal tidak mungkin dapat dilihat. Sehingga dipastikan ada
perbedaan penetapan awal bulan pada kondisi ini.
4. Rukyat Global
Rukyat Global adalah kriteria penentuan awal bulan Hijriyah yang menganut
“jika satu penduduk negeri melihat hilal, maka penduduk seluruh negeri berpuasa
(dalam arti luas telah memasuki bulan hijriyah yang baru) meski yang lain mungkin
belum melihatnya.
Kriteria ini dipakai oleh sebagian muslim di Indonesia melalui organisasi-
organisasi tertentu yang mengambil jalan pintas merujuk kepada Negara Arab Saudi
atau terlihatnya hilal di Negara lain dalam penentuan awal bulan Hijriyah. Penganut
kriteria ini berdasarkan pada hadits yang menyatakan, jika satu penduduk negeri
melihat bulan, hendaklah mereka semua berpuasa meski yang lain mungkin belum
melihatnya.