Anda di halaman 1dari 3

NAMA : RHAFLI RIZKI PRATAMA

NIM : 15121041
JURUSAN : TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA

1. Astronomi Geodesi
Sistem astronomi geodetik adalah sistem satelit geodetik tertua (sistem yang mengandalkan
bantuan benda langit yang koordinatnya diketahui). Misalnya, Sistem Geodesi telah
digunakan untuk menentukan garis lintang Potsdam secara akurat sejak tahun 188 , dan telah
berkontribusi dalam pengamatan gerakan kutub sejak tahun 1890. Astronomi geodetik
didasarkan pada pengamatan astronomi dan masih digunakan sampai sekarang, meskipun
terbatas pada penggunaan khusus. Prinsip dasar astronomi geodesi memanfaatkan sifat-sifat
Bumi, yang berkembang dan berputar secara berkala mengelilingi Matahari, serta sifat-sifat
benda langit lainnya. Pengamatan astronomi ditujukan untuk menentukan lintang, bujur dan
azimuth di darat (ground). Dalam astronomi geodetik, mengikuti aturan astronomi bola,
orientasi vektor gravitasi lokal dan azimuth astronomi penanda Bumi ditentukan dari
pengamatan beberapa bintang. Parameter yang diketahui dari sistem geodesi adalah deklinasi
matahari dan lintang serta bujur posisi pengamat.
2. SLR (Satellite Laser Ranging)
SLR adalah teknik yang banyak digunakan untuk menentukan lintasan objek yang beredar di
ruang angkasa dengan akurasi tinggi. SLR didasarkan pada jangkauan laser ke satelit dengan
laser retroreflecting. Sistem ini dikembangkan oleh NASA pada tahun 196 dengan
diluncurkannya satelit Beacon Explorer B. SLR juga merupakan teknik paling akurat untuk
menentukan posisi geosentris satelit bumi, dapat mengkalibrasi keakuratan altimeter radar,
dan mengisolasi instrumen jangka panjang. Dari variasi sekuler perpindahan topografi
samudera. Kemampuan SLR untuk mengukur variasi temporal dalam medan gravitasi Bumi,
kemampuannya untuk memantau pergerakan jaringan observatorium menuju pusat Bumi, dan
kemampuannya untuk memantau pergerakan vertikal dengan sistem absolut paling akurat
yang tersedia, akan memungkinkan SLR melekat dalam pemodelan dan mengevaluasi variasi
musiman jangka panjang. Prinsip operasi SLR adalah pencarian jangkauan dengan mengukur
interval waktu untuk pulsa yang dipancarkan oleh pemancar laser untuk melakukan
perjalanan ke satelit dan kembali ke lokasi transmisi. Parameter sistem penentuan posisi yang
diketahui menggunakan metode SLR adalah panjang gelombang laser (λ), garis lintang dan
ketinggian dari stasiun (H), koreksi eksentrisitas satelit, koreksi eksentrisitas tanah, koreksi
refraksi, dan kesalahan acak residual dan sistematis.
3. LLR (Lunar Laser Ranging)
Lunar Laser Ranging atau yang biasa disingkat menjadi LLR ini pada dasarnya adalah teknik
pengukuran perjalanan pulsa cahaya antara transmitter yang ada di Bumi dengan reflektor
yangdipasang di Bulan. Neil Armstrong meletakkan reflektor pertama di Sea of Tracquiillity
pada Juli1969 dan beberapa minggu kemudian McDonald Observatory berhasil mendeteksi
foton-fotonyang dipantulkan dari pulsa sinar yang dikirim ke Bulan. Setelah itu, lebih banyak
reflektordipasang di Bulan, yakni oleh misi Apollo Amerika yaitu Apollo 14 dan Apollo 15
pada tahun 1971,serta misi Soviet yaitu Luna 17 tahun 1970 dan Luna 21 tahun 1973, yang
menggunakan reflektorbuatan Perancis, Lunakhod 1 dan 2. Semuanya kecuali Lunakhod 1,
bekerja dengan baik sampaisekarang ini.Untuk lebih lengkapnya, pengamatan dengan LLR
untuk pertama kalinya terhadap retroreflektorApollo 11 (dipasang tahun 1969) adalah dengan
menggunakan teleskop 3.1 meter di Lick Observatory, namun ternyata sistem pengukuran
pada Lick didesain eksklusif hanya untuk menerima dan menginformasi secara singkat
ketimbang menjadi program yang lebih lengkap Sejak tahun 1970 hanya ada sedikit stasiun
observatori LLR di dunia. Yang paling terkenalkarena terus melakukan pengamatan secara
terus-menerus adalah McDonald Observatory yangberlokasi dekat dengan Fort Davis, Texas
(USA). Observatori ini berdedikasi penuh pada lunarranging dan terus bekerja rutin selama
lebih dari 15 tahun, yang kemudian bertransisi menjadiMcDonald Laser Ranging Station pada
dua tempat (Saddle dan Mt. Fowlkes): MLRS1 (1983-1988) dan MLRS2 (mulai 1988). Pada
tahun 1980an juga muncul stasiun-stasiun lain yangmelaksanakan LLR. Mereka adalah
Haleakala Observatory di Maui, Hawaii (USA) yangmemproduksi data berkualitas tinggi
beberapa tahun sekitar 1990, dan CERGA (Centre d’Etudeset de Recherche en
Geodynamique et Astronomie) pada OCA (‘Observatoire de Cote d’Azur’) yang terletak di
Plateu de Calern dekat dengan Grasse, Perancis.
4. VLBI (Very Long Based Interferometry)
.Very-long-baseline interferometry (VLBI) adalah jenis interferometri astronomi yang
digunakan dalam astronomi radio. Dalam VLBI sinyal dari sumber radio astronomi,
Pengamatan Very Long Baseline Interferometry (VLBI) memberikan konfirmasi langsung
pertama dari gerakan lempeng tektonik pada akhir 1980-an. seperti Quasar, dikumpulkan di
beberapa teleskop radio di Bumi. Jarak antara teleskop radio kemudian dihitung
menggunakan perbedaan waktu antara kedatangan sinyal radio pada teleskop yang berbeda.
Hal ini memungkinkan pengamatan objek yang dibuat secara bersamaan oleh banyak teleskop
radio untuk digabungkan, meniru sebuah teleskop dengan ukuran sama dengan pemisahan
maksimum antara teleskop. Data yang diterima pada setiap antena dalam array termasuk
kedatangan kali dari jam atom lokal, seperti maser hidrogen. Pada lain waktu, data yang
berkorelasi dengan data dari antena lain yang mencatat sinyal radio yang sama, untuk
menghasilkan gambar yang dihasilkan. Resolusi dicapai menggunakan interferometri
sebanding dengan frekuensi mengamati. Teknik VLBI memungkinkan jarak antara teleskop
untuk menjadi jauh lebih besar daripada yang mungkin dengan interferometri konvensional,
yang membutuhkan antena secara fisik dihubungkan dengan kabel koaksial, pandu, serat
optik, atau jenis lain dari saluran transmisi. Pemisahan teleskop yang lebih besar yang
mungkin dalam VLBI karena perkembangan teknik pencitraan fase penutupan oleh Roger
Jennison pada 1950-an, yang memungkinkan VLBI untuk menghasilkan gambar dengan
resolusi superior.
5. GNSS
Teknologi GNSS pada awalnya muncul pertama kali oleh Departemen Pertahanan Amerika
Serikat yang dikenal dengan NAVSTAR-GPS. Sistem satelit navigasi yang pertama kali
muncul Bernama TRANSIT (The Navy Navigation Satellite Systeme) yang dikembangkan
sekitar tahun 1960. Transit digunakan untuk keperluan navigasi pada kapal induk. Sistem
yang menggunakan kumpulan darir lima satelit ini mampu menentukan posisi yang sekali tiap
jamnya. Pada tahun 1967, mereka mengembangkan satelit Timation yang membuktikan
kemampuannya menetapkan waktu yang akurat di angkasa, dan hal ini merupakan teknologi
acuan system GPS. GNSS merupakan suatu sistem yang baru yang memiliki keunggulan dari
sistem GPS yang lama. Salah satu faktoryang menjadi penentu ketelitian posisi sistem satelit
adalah dari banyaknya sinyal satelit yangditangkap. Semakin banyak sinyal satelit yang
ditangkap, semakin banyak pula data yang dapatdigunakan untuk mendapatkan nilai
koordinat, hal ini mempengaruhi tingkat ketelitian datanya. Parameter dari GNSS sendiri
adalah posisi satelit dan datum yang digunakan.
6. Satelit Altimetri
Sejarah satelit altimetri dimulai ketika pada Kongres Geophysics Williamstown tahun 1969
dimana pada saat itu dibahas rencana pembuatan instrumen radar untuk keperluan space
oceanography. Selanjutnya, Amerika Serikat meluncurkan Skylab (1973) dan Geos3 (1975)
sebagai satelit dengan fungsi sebagai altimeter untuk menentukan topografi permukaan laut.
Kemudian pada 1978 diluncurkan Seasat sebagai satelit pertama yang datanya sudah dapat
digunakan. Selain Amerika Serikat dengan NASA-nya, CNES yang merupakan Badan
Antariksa Eropa juga meluncurkan satelit altimeter pada tahun 1981 dengan misi Poseidon.
Di saat yang sama NASA mengembangkan Seasat dengan misi Topex (Topography
Experiment). Pada tahun 1987, untuk alasan efektifitas dan penghematan biaya, CNES dan
NASA 9 melakukan kerjasama sehingga Topex dan Poseidon digabungkan dalam satu misi
menjadi Topex/Poseidon. Pengukuran Topex/Poseidon per sepuluh hari menghasilkan data
pengamatan skala global yang lebih baik dari pengamatan in-situ sejak ratusan tahun yang
lalu. Sejak itu, diluncurkan beberapa satelit hasil kombinasi CNES dan NASA seperti ERS
(1998), GFO (1998), Jason-1 (2001) dan Envisat (2002), dan yang terakhir Jason-2 (2008).
Satelit Jason-2 merupakan pengembangan dari satelit Jason-1 dengan menggunakan track
satelit Jason. Satelit Altimetri diperlengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmiter),
penerima pulsa radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini,
altimeter radar yang dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang
elektromagnetik (radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik oleh
permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit. Informasi utama yang ingin ditentukan
dengan satelit altimetri adalah topografi dari muka laut. Hal ini dilakukan dengan mengukur
ketinggian satelit di atas permukaan laut dengan menggunakan waktu tempuh dari pulsa radar
yang dikirimkan kepermukaan laut, dan dipantulkan kembali ke satelit. Parameter pada satelit
altimetri ini adalah data waktu tempuh dan jarak.

Anda mungkin juga menyukai